• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Kecemasan Ibu Yang memiliki Bayi Prematur Di RSUD Dr. Pirngadi Medan 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Kecemasan Ibu Yang memiliki Bayi Prematur Di RSUD Dr. Pirngadi Medan 2011"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT KECEMASAN IBU YANG MEMILIKI BAYI

PREMATUR di RSUD Dr. PIRNGADI

MEDAN 2011

FRISKAWATI MANIK

105102030

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, JUNI 2011 FriskaWati Manik

Tingkat Kecemasan Ibu Yang memiliki Bayi Prematur Di RSUD Dr. Pirngadi Medan 2011

ix + 51 hal + 5 tabel + 1 skema + 7 LAMPIRAN Abstrak

Kecemasan (ansietas) adalah gangguan alam perasaan ketakutan atau kekawatiran yang mendalam dan berkelanjutan. Prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari haid pertama haid terakhir). lebih dari 2 per 3 kematian adalah prematur dengan masa kehamilan 32 minggu angka kematian nya 45 kali lebih tinggi. Tingginya angka kelahiran bayi prematur di indonesia khususnya sumatera utara (Medan) mencapai 6.90 %. Tingkat kecemasan ibu sangat berpengaruh bagi bayi prematur, karena kecemasan ibu dapat menimbulkan stress yang mengakibatkan ASI ibu dapat terhenti dan ini pastinya merugikan bayi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi kelahiran bayi prematur adalah dengan mencukupi nutrisi ibu selama hamil dan memperhatikan jarak kehamilan berikutnya minimal 5 tahun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kecemasan ibu yang memiliki bayi prematur di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah Deskriptif dengan besar sampel sebanyak 28 orang dengan metode pengambilan Total sampling. Penelitian ini dimulai dari Januari-maret 2011 menggunakan instrumen berupa kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik sebanyak 20 orang (71%), Berdasarkan Hasil penelitian tentang tingkat kecemasan ibu yang meiliki bayi prematur bedasarkan nilai angka/skor yaitu : kecemasan ringan >15 sebanyak 3 orang (10.71%), Kecemsan sedang 16-30 sebanyak 5 orang (17.85%), Kecemasan berat 30 - 45 11 orang (39.28%), Panik 46-60 9 orang (32.14%).

Daftar Pustaka : 15 (1998 - 2010)

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Tingkat keecemasan ibu yang memiliki bayi prematur di RSUD Dr. Pirngadi medan 2011’’ yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mendapatkan bimbingan, masukan dan arahan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.kep selaku Ketua Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

3. dr. Arlinda Sari Wahyuni, M. Kes selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, bantuan dan arahan selama penyusunan Karya Tulis Ihmiah

4. Nur Asiah, S. Kep. Ns, selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan karya Tulis Ilmiah ini. 5. Direktur RSUD Dr. Pirngadi beserta staf

(5)

7. Orang tua, Kakak, dan Adik yang penulis cintai yang telah memberikan dukungan

serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis dalam membuat Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Rekan-rekan mahasiswa Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera utara yang telah memberikan dukungan dan masukan kepada penulis.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan pada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilimiah ini masih terdapat kekurangan, untuk itu masukan dan saran yang membangun sangatlah diharapkan demi perbaikan dimasa yang akan datang.

Akhirnya Penulis mengharapkan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya penulis.

Medan, 9 Juni 2011 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan ... 6

3. Pencegahan Persalinan Prematur ... 13

4. Faktor Penyebab Ibu Cemas Memiliki Bayi Prematur ... 17

5. Pencegahan Hipotermi Pada Bayi Prematur ... 22

6. Pentingnya Mengunjungi Bayi Prematur Yang Dirawat di RS ... 22

C. Pengetahuan ... 23

D. Pendidikan ... 25

E. Paritas ... 26

(7)

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ... 30

B. Populasi dan sampel ... 30

C. Tempat Penelitian ... 31

D. Waktu Penelitian ... 31

E. Etika Penelitian ... 31

F. Instrumen Penelitian ... 32

G. Pengumpulan Data ... 33

H. Pengolahan Data ... 34

I. Validitas dan Reabilitas ... 35

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 36

B. Pembahasan ... 44

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 49

B. Saran ... 49

(8)

DAFTAR SKEMA

Skema I Kerangka Konsep ... 28

(9)

DAFTAR TABEL

:Tabel 5.1 : Distribusi Frekuensi dan PersentaseKarakteristik Responden

di RSUD Dr. Pirngadi Medan 2001 ... 36 Tabel 5.2 : Distribusi Jawaban Responden Berdsarkan

Pengetahuan Ibu Tentang Bayi Prematur dari

RSUD Dr. Pirngadi Medan 2011 ... 38 Tabel 5.3 : Distribusi Frekuensi jawaban Tentang Pengetahuan Ibu

terhadap Bayi Prematur di RSUD Dr. pirngadi

Medan 2011 ... 40 Tabel 5.4 : Distribusi Jawaban Berdasarkan Kuisioner Terhadap

Tingkat Kecemasan Ibu Yang memiliki Bayi Prematur dari

RSUD Dr. Pirngadi Medan 2011... 41 Tabel5.5 : Distribusi Frekuensi jawaban berdasarkan kuisioner terhadap

Tingkat Kecemasan Ibu Yang memiliki Bayi Prematur dari

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Lampiran 2 : Surat Pernyataan Penelitian

Lampiran 3 : lembar Persetujuan Responden Lampiran 4 : Lembar Kuesioner

Lampiran 5 : Master Tabel Lampiran 6 : Surat Penelitian

(11)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, JUNI 2011 FriskaWati Manik

Tingkat Kecemasan Ibu Yang memiliki Bayi Prematur Di RSUD Dr. Pirngadi Medan 2011

ix + 51 hal + 5 tabel + 1 skema + 7 LAMPIRAN Abstrak

Kecemasan (ansietas) adalah gangguan alam perasaan ketakutan atau kekawatiran yang mendalam dan berkelanjutan. Prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari haid pertama haid terakhir). lebih dari 2 per 3 kematian adalah prematur dengan masa kehamilan 32 minggu angka kematian nya 45 kali lebih tinggi. Tingginya angka kelahiran bayi prematur di indonesia khususnya sumatera utara (Medan) mencapai 6.90 %. Tingkat kecemasan ibu sangat berpengaruh bagi bayi prematur, karena kecemasan ibu dapat menimbulkan stress yang mengakibatkan ASI ibu dapat terhenti dan ini pastinya merugikan bayi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi kelahiran bayi prematur adalah dengan mencukupi nutrisi ibu selama hamil dan memperhatikan jarak kehamilan berikutnya minimal 5 tahun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kecemasan ibu yang memiliki bayi prematur di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah Deskriptif dengan besar sampel sebanyak 28 orang dengan metode pengambilan Total sampling. Penelitian ini dimulai dari Januari-maret 2011 menggunakan instrumen berupa kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik sebanyak 20 orang (71%), Berdasarkan Hasil penelitian tentang tingkat kecemasan ibu yang meiliki bayi prematur bedasarkan nilai angka/skor yaitu : kecemasan ringan >15 sebanyak 3 orang (10.71%), Kecemsan sedang 16-30 sebanyak 5 orang (17.85%), Kecemasan berat 30 - 45 11 orang (39.28%), Panik 46-60 9 orang (32.14%).

Daftar Pustaka : 15 (1998 - 2010)

(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Meningkatkan kualitas manusia harus dimulai sedini mungkin sejak janin dalam kandungan dan sangat tergantung kepada kesejahteraan ibu termasuk kesejahteraan gizi terutama ibu hamil, pada keadaan ini di prediksikan kasus prematur makin tinggi. Bayi yang lahir dengan berat badan < 2500 gram merupakan salah satu faktor penyebab kematian bayi khususnya perinatal. dimana bayi yang lahir dengan Pematur harus mendapatkan perawatan Khusus (Utami, 2006).

Selain ketahanan hidup, masalah pentingnya adalah kualitas hidup yang dicapai oleh bayi yang cukup imatur dan memiliki berat badan lahir rendah yang ekstrim, tampak jelas bahwa ancaman yang lumayan besar baik fisik maupun intelektual menimpa anak-anak ini (Obstetri Williams, 2006).

Menurut defenisi WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan minggu ke 37 (Dihitung dari haid pertama haid terakhir). Bayi prematur atau pun bayi preterm adalah bayi yang berumur kehamilan 37 minggu tanpa memperhatikan berat badan kurang 2500 gram adalah prematur (Arsining, Siti, dan Heni 2003).

Lebih dari 2 per 3 kematian adalah Prematur dan BBLR yaitu berat badan lahir rendah dari bayi cukup bulan, sementara bayi dengan masa kehamilan 32 minggu atau Prematur angka kematian nya 45 kali lebih tinggi (Maulan Mirza, 2008).

(13)

kematian bayi tercatat 51,0 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2003, ini memang bukan gambaran yang baik karena masih terbilang tinggi kalau dibandingkan dengan Negara-negara di ASEAN. Penyebab kematian bayi terbanyak adalah karena gangguan perinatal. Dari seluruh kematian perinatal sekitar 2-27% disebabkan karena Prematur / kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR) Sementara itu prevalensi Prematur pada saat ini diperkirakan 7-14% yaitu sekitar 459.200 – 900.000 bayi (Depkes RI, 2005).

Pada tahun 2003 AKB di Indonesia mengalami penurunan yaitu sebesar 22,9 per 100 kelahiran hidup, kemudian tahun 2004 mengalami kenaikan menjadi 29,4% per 100 kelahiran hidup (Profil kesehatan RI, 2006).

Berdasarkan hasil pengumpulan data indikator kesehatan propinsi yang berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan, proporsi Prematur pada tahun 2000 berkisar antara 0,91% (Gorontalo) dan 18,89% (Jawa tengah). Sedangkan pada Tahun 2001 berkisar antara 0,54% (NAD) dan 6,90% (Medan). Angka tersebut belum mencerminkan kondisi sebenarnya yang ada di masyarakat karena belum semua berat badan bayi yang dilahirkan dapat dipantau oleh petugas kesehatan, khususnya yang ditolong oleh dukun atau tenaga non kesehatan lainnya (Profil kesehatan RI, 2004).

Data di RSUD Dr. Pirnagdi Medan Tahun 2009 bayi prematur sebanyak 193 orang dan periode januari – November 2010 bayi prematur sebanyak 130 0rang.

Makin rendah masa gestasi dan makin kecil bayi yang dilahirkan makin tinggi morbiditas dan mortalistasnya. Dengan pengelolaan yang optimal dan dengan cara- cara yang kompleks serta menggunakan alat-alat yang canggih, beberapa gangguan yang berhubungan dengan prematuritas dapat dicegah atau dikurangi. (Sarwono, 2005)

(14)

dan itu merupakan dampak dari rmenghadapi masalah, baik itu kecemasan tingkat ringan, sedang, berat, atau panik yang akan menimbulkan manifestasi fisik efektif, psikomotor maupun kognitif pada ibu yang memiliki bayi prematur (Stuart & Sundeen, 2005).

Kelahiran bayi prematur merupakan beban bagi orang tua. Mereka bisa syock, tidak dapat menerima keadaan, merasa bersalah, marah, depresi, dan takut. Perasaan-perasaan negatif ini dapat menetap setelah bayi prematur lahir. Munculnya rasa penerimaan atas kelahiran yang prematur dari orang tua memang membutuhkan waktu, tetapi umumnya sebagian besar akan dapat menerima keadaan ini dan mulai mencoba mencari jalan untuk menolong dan merawat bayinya (Utami, 2008).

Kebahagiaan seorang ibu adalah ketika ia melahirkan anaknya setelah ia mengandung lebih dari sembilan bulan, namun kadang, belum masanya bayi sudah lahir dalam kondisi prematur tentu saja hal ini membuat ibu sedih dan cemas, Kecemasan ibu timbul ketika melihat bayinya lahir dengan ukuran yang sangat kecil sehingga fungsi alat-alat pernapasan bayi belum sempurna ini salah satu penyebab bayi sulit untuk minum, hal ini tentu meresahkan Orang tua si bayi.

(15)

Orang tua yang memiliki bayi prematur tidak perlu cemas dan panik sebab untuk merawat bayi prematur diperlukan ketenangan dan kesabaran . Anak juga dapat merasa kalau orang tua cemas. kalau kita cemas dan panik segala yang kita lakukan malah salah, kita tidak dapat berfikir dengan baik, segala kebutuhan bayi jadi tidak terpenuhi ini sudah pasti akan merugikan bayi dan diri ibu. Dampak kecemasan dapat mengganggu kesehatan bagi ibu, karena stress berlebih dapat menghambat produksi Air Susu Ibu (ASI) ini jelas merugikan ibu dan bayi. (Lusiana Indarsati, 2008)

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik melakukan penelitian tentang “Tingkat kecemasan ibu yang memiliki bayi prematur di RSUD Dr.Pirngadi Medan” B. Perumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang yang diuraikan diatas dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah Bagaimana kah tingkat kecemasan ibu yang memiliki bayi prematur di RSU Dr. Pringadi Medan.

C.Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat kecemasan ibu yang memiliki bayi prematur di RSU Dr. Pringadi Medan.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat kecemasan ibu yang memiliki bayi prematur Berdasarkan Pengetahuan

(16)

c. Untuk mengetahui dampak kecemasan ibu yang memiliki bayi Prematur

Berdasarkan Paritas

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pelayanan Kebidanan

Hasil penelitian yang diperoleh dapat menjadi sumber pengetahuan dan masukan bagi setiap pelayanan kebidanan, diharapkan bidan mampu memberikan informasi tentang mengantisipasi kecemasan ibu yang memiliki bayi prematur yang dirawat di RS. 2. Perkembangan ilmu kebidanan

(17)

aBAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. KECEMASAN

1. Defenisi Cemas

Kecemasan (ansietas/anxiety) adalah ganggun alam perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realistis (reality testing Ability), masih baik, kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan pribadi (spilliting personality), perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal.

Kecemasan (ansietas) adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Gangguan kecemasan (ansietas) adalah sekolompok kondisi yang memberi gambaran penting tentang ansietas yang berlebihan yang disertai respon perilaku, emosional dan fisiologis individu yang mengalami gangguan ansietas (Videbeck Sheila L, 2008, hal 307).

Kecemasan adalah emosi yang paling sering dialami, berupa kekhawatiran atau rasa takut yang tidak dapat dihindari dari hal-hal yang berbahaya dan dapat menimbulkan gejala-gejala atau respon tubuh.

(18)

gangguan panik (panic disorder), gangguan phobic (Phobik disorder), dan gangguan obsesif-komplusif (obsessive-complusive disorder).

Diperkirakan jumlah mereka yang menderita gangguan kecemasan ini baik akut maupun kronik mencapai 5% dari jumlah penduduk, dengan perbandingan antara wanita dan pria 2 banding 1. Tidak semua orang yang mengalami stressor psikososial akan menderita gangguan cemas, hal ini tergantung pada struktur kepribadiannya. Orang yang kepribadian pencemas resiko untuk menderita gangguan cemas lebih besar dari orang yang tidak berkepribadian pencemas.

Perkembangan kepribadian (personality development) seseorang dimulai dari sejak usia bayi sampai usia 18 tahun dan tergantung dari pendidikan disekolah dan pengaruh lingkungan dan pergaulan sosialnya serta pengalaman - pengalaman kehidupan nya. Seseorang menjadi cemas terutama akibat proses imitasi dan identifikasi dirinya terhadap orang tuanya, dari pada pengaruh keturunan (genetika).

2. Kepribadian Pencemas

(19)

b. Memandang masa depan dengan rasa was-was (khawatir)

c. Kurang percaya diri, gugup apabila tampil dimuka umum (demam panggung) d. Sering merasa tidak bersalah, menyalahkan orang lain

e. Tidak mudah mengalah “sering ngotot”

f. Gerakan sering serba salah, tidak tenang bila duduk, gelisah

g. Sering kali mengeluh ini dan itu (keluhan-keluhan somatik), khawatir yang

berlebihan terhadap penyakit

h. Mudah tersinggung, suka membesar-besarkan masalah yang kecil (dramatisir) i. Dalam mengambil keputusan, sering mengalami rasa bimbang dan ragu j. Bila mengemukakan sesuatu atau bertanya sering kali berulang-ulang k. Kalau sedang emosi sering kali bertindak histeris

3. Tingkat kecemasan

Peplau (1963) mengidentifikasi ansietas (cemas) dalam 4 tingkatan, setiap tingkatan memiliki karakteristik dalam persepsi yang berbeda, tergantung kemampuan individu yang ada dan dari dalam dan luarnya maupun dari lingkungannya, tingkat kecemasan atau pun ansietas yaitu :

a. Cemas Ringan : cemas yang normal menjadi bagian sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.

b. Cemas sedang : cemas yang memungkinkan sesorang untuk memusatkan pada

hal yang penting dan mengesampingkan yang tidak penting.

(20)

hal yang lain. Semua prilaku ditunjukkan untuk mengurangi tegangan individu memerlukan banyak pengesahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.

d. Panik : Tingkat panik dari suatu ansietas berhubungan dengan ketakutan dan terror, karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan suatu walaupun dengan pengarahan, panik mengakibatkan disorganisasi kepribadian, dengan panik terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan dan jika berlangsung terus dalam waktu yang lama dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian (Stuart & Sundent, 2000).

Pada tingkat ansietas ringan dan sedang, individu dapat memproses informasi belajar dan menyelesaikan masalah. Keterampilan kognitif mendominasi tingkat ansietas ini.

Ketika individu mengalami ansietas berat dan panik, keterampilan bertahan yang lebih sederhana mengambil alih, respon defensive terjadi, dan keterampilan kognitif menurun signifikan. Individu yang mengalami ansietas berat sulit berfikir dan melakukan pertimbangan, otot-ototnya menjadi tegang, tanda-tanda vital meningkat, mondar-mandir, memperlihatkan kegelisahan, iriabilitas dan kemarahan atau menggunakan cara psikomotor emosional. Lonjakan adrenalin menyebabkan tanda-tanda vital meningkat, pupil membesar, untuk memungkinkan lebih banyak cahaya yang masuk, dan satu-satu nya proses kognifikan berfokus pada ketahanan individu tersebut.

(21)

dengan adekuat dalam situasi interpersonal, situasi kerja, dan situasi sosial. Diagnosis gangguan ansietas ditegakkan ketika ansietas tidak lagi berfungsi sebagai tanda bahaya, melainkan menjadi kronis dan mempengaruhi sebagian besar kehidupan individu sehingga mengakibat kan perilaku maladatif dan distabilitas emosional.

Tabel 2.1 Respon Fisik Kecemasan

No Tingkat

ansietas

(22)
(23)

Bayi prematur yaitu bayi yang lahir pada usia gestasi sebelum 37 minggu atau kurang (Obstetri Williams, 2006). Bayi prematur adalah bayi dengan berat badan lahir < 2500 gram (bayi kecil). (Nikolaus T Miller, 2008).

Bayi yang sangat prematur (extremely prematur) adalah bayi dengan masa gestasi 24-27 minggu masih sangat sukar hidup. Bayi pada derajat prematur sedang (moderately prematur) 31-36 minggu kesanggupan hidup jauh lebih.

Borderleni prematur masa gestasi 37-38 minggu mempunyai sifat prematur dan matur berat badan sama dengan matur tetapi sering timbul problematic sama yang dihadapi bayi prematur (Sarwono, 2005).

2. Persalinan Prematur

Defenisi persalinan menurut WHO adalah lahirnya bayi sebelum kehamilan berusia lengkap 37 minggu. Konsep prematuritas mencakup ketidak matangan biologis janin untuk hidup diluar rahim ibunya. Maturitas adalah suatu proses peningkatan tumbuh kembang janin sehingga sempurna dan dapat hidup di dunia luar (Firman F Wirakusumah, 2009)

(24)

Hewan percobaan sangat membantu dalam menjelaskan tentang penyebab persalinan prematur dan sekuele neonatal karena prematuritas, terutama tentang infeksi intra uterin. Penggunaan hewan percobaan tersebut akan membantu dalam perkembangan penanganan yang rasional dan efektif serta strategi pencegahan persalinan prematur (Budi Handono, 2009).

3. Pencegahan Persalinan Prematur

a. Pencegahan Primer

1). Faktor Ibu

a). Riwayat persalinan

Tidak semua faktor resiko pada ibu dapat ditanggulangi. Banyak nya faktor resiko menyulitkan pencegahan, demikian pula kebanyakan faktor ibu sulit ditanggulangi secara medis misalnya paritas, sosio-ekonomi, pekerjaan ibu dan Karakteristik ibu.

b). Paritas

(25)

mengurangi faktor resiko lain, mengawasi tanda-tanda persalinan dan segera mengatasinya.

c). Jarak antar kehamilan

Berbagai teori diajukan mengenai efek jarak antar kehamilan (jarak antara persalinan terakhir dengan awal kehamilan berikutnya) dengan kejadian persalinan preterm. Jarak antar kehamilan yang pendek mengurangi cadangan nutrisi ibu sehingga akan menurunkan berat badan janin dan akan meningkatkan stress ibu sehingga meningktkan resiko persalinan preterm.

d). Riwayat pernah persalinan prematur

Persalinan prematur dan riwayat lahir dengan berat badan rendah mempunyai kecendrungan berulang dalam keluarga. Bloom dkk, selama 11 Tahun meneliti wanita yang mempunyai riwayat prematuritas dan mendapatkan angka kejadian prematuritas lebih tinggi dibandingkan ibu hamil tanpa riwayat persalinan premature baik dengan pecah ketuban atau tanpa pecah ketuban.

2). Faktor demografi a). Faktor ras

Peran faktor ras dihubungkan dengan stress pola hidup atau adat istiadat, persalinan prematur pada kulit hitam di amerika serikat jauh lebih atau dibandingkan kulit putih.

(26)

Mekanisme biologis peningkatan kejadian persalinan prematur pada ibu remaja diterangkan sebagai berikut, peredaran darah menuju servik dan uterus pada remaja umumnya belum sempurna dan hal ini menyebabkan pemberian nutrisi pada janin genital menyebabkan infeksi meningkat yang akan menyebabkan persalinan prematur meningkat. Peran hormonal gonad pada remaja juga dapat menyebabkan menstruasi yang iraguler. Beberapa remaja hamil dapat menduga kehamilan muda dengan perdarahan sebagai haid yang ireguler sehingga terlambat datang untuk pemeriksaan kehamilan. Nutrisi remaja juga berperan karena remaja masih membutuhkan nutrisi yang akan dibagi pada janinnya dibanding ibu dewasa yang tidak membutuhkan lagi nutrisi untuk tumbuh.

3). Faktor nutrisi ibu

Nutrisi yang tidak mencukupi diyakini dapat menganggu pertumbuhan janin. Tercukupinya nutrisi janin tergantung dari banyak factor dan mekanisme regulasi antara lain asupan nutrisi ibu, pasokan nutrisi ke uterus dan plasenta, transport nutrient melalui plasenta, pengambilan nutrient oleh fetus, dan regulasi nutrient oleh fetus. Hubungan nutrisi ibu dengan janin sudah jelas dan sering diteliti, dimulai dari perang duniake II yang membuktikan bahwa gizi ibu yang buruk berhubungan dengan gangguan pertumbuhan janin.

(27)

kalsium, suplemen magnesium dan zinc, supplement vitamin D, multivitamin, minyak ikan (fish oil).

4). Faktor Antropometri

a). Kenaikan berat badan selama hamil

Pertambahan BB selama hamil mencerminkan kenaikan jaringan uterus, plasenta, janin, cadangan lemak ibu, volume plasma ibu dan payudara. pertambahan BB ibu yang adekuat menghambat terjadinya prematuritas, BBLR, PJT.

b). Tinggi ibu

Tinggi badan ibu merupakan determinan berat badan bayi, tidak berhubungan dengan kejadian prematuritas.

5). Faktor lainnya

Faktor sosioekonomi, faktor kelelahan fisik, faktor stress, faktor koitus dapat mengakibatkan persalinan prematur.

6). Faktor medik

(28)

b. Pencegahan Sekunder

1). Deteksi dini persalinan prematur (Pendidikan, pertanda klinis)

2) Terapi (Istirahat, hidrasi, sedas, peranan progesteron, pengikatan servik, pemberian antibiotik, inhibisi kontraksi. )

c. Pencegahan Tersier

1). Merujuk ibu

Rujukan perinatal bayi preterm terutama dengan usia <27 minggu kehamilan pada pusat rujukan tersier menurunkan kejadian morbiditas dan mortalitas neonatal secara bermakna.

2). Kortikosteroid

Pemberian kortikosrteroid antenatal pada ancaman persalinan prematur dianjurkan untuk meningkatkan survival bayi prematur.

3) Terapi maternal

(29)

a. Karakteristik klinis bayi prematur

Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang atau sama dengan 45cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkaran kepala kurang dari 33 cm, masa gestasi kurang dari 37 minggu. Tampak luar sangat bergantung pada maturitas atau lama nya masa gestasi itu. kepala relative lebih besar dari pada badannya, kulitnya tipis, transparan, lanugo banyak, lemak, subkutan kurang, osifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutura lebar, genitalia imatur. Desensus testiskulorum biasanya belum sempurna dan labia minora belum tertutup oleh labia mayora. Pembuluh darah kulit banyak terlihat dan peristaltis usus pun dapat terlihat. Rambut biasanya tipis, halus dan teranyam sehingga sulit terlihat satu persatu. Tulang rawan dan daun telinga belum cukup, sehingga elastisitas daun telinga masih kurang. Jaringan mama belum sempurna, demikian pula puting susu belum terbentuk dengan baik.

(30)

Edema ini dapat berubah sesuai dengan perubahan posisi edema ini sering kali berhubungan dengan perdarahan antepartum, diabetes mellitus dan toksemia gravidarum. Frekuensi pernapasan bervariasi sangat luas terutama pada hari-hari pertama. Walaupun demikian bila pernapasan terus meningkat atau selalu diatas 60/menit, harus waspada akan kemungkinan terjadinya penyakit membrane hialin (sindrom gangguan pernapasan idiopatik) atau gangguan pernapasan. Dalam hal ini penting sekali melakukan pemeriksaan radiologi toraks. Karakteristik ini lah yang membuat ibu bayi sangati cemas (Rusepno hasan, 2005).

b. Kelemahan bayi Prematur

Bayi semakin kecil, kekuatanya untuk tetap hidup semakin lemah. Otak yang belum matang mengarah pada buruknya gerakan dan latergis. Kesulitan melakukan resusitasi.

Mekanisme pengatur suhu nya tidak memadai. Suhu dibawah normal (Hipotermia) terlihat pada sebagian bayi seprti ini dan bias fatal. Kadang-kadang ia juga mengalami demam tinggi dan hipotermia.

Kurangnya koordinasi saat mengisap dan menelan menyebabkan muntah dan tersedak. Kapasitas perutnya sedikit dan memiliki toleransi yang rendah terhadap makanan. Bayi seperti ini umumnya mengalami gangguan pencernaan dan peregangan perut karena buruknya tonus otot.

(31)

penyakit yang lama. Kadar bilirubin yang tinggi dalam darah juga sangat mungkin menyebabkan kerusakan pada otak dibandingkan pada bayi yang sehat.

Bayi premature juga sering mengalami sejenis penyakit jantung bawaan yang disebut patent duktus arteriosus. Bayi ini juga lebih cenderung mengalami dehidrasi dan pembengkakan mata kaki (edema).

Karena berbagai alasan bayi rentan terhadap berbagai gangguan metabolisme seperti hipoglikemi,yaitu kondisi dimana tingkat gula darah menurun. Bayi juga cenderung mengalami defisiensi nutrisi seperti anemia. Ketahanan tubuhnya terhadap infeksi juga rendah karena hati dan ginjalnya belum berfungsi sepenuhnya bayi ini juga lebih rentan terhadap efek toksik dari obat-obatan, hal ini sangat dikhawatirkan oleh ibu yng memiliki bayi prematur. (Guepte, 2004)

c. Penyakit bayi premature

Semua penyakit pada neonatus dapat mengenai bayi prematur, tetapi ada beberapa penyakit tertentu yang terutama terdapat bayi prematur. hal ini disebabkan oleh faktor pertumbuhan, misalnya belum cukup surfaktan terbentuk penyakit membrane hialin. Demikian pula kejadian hiperbilirubinemia pada bayi prematur lebih tinggi dibandingkan dengan dibawah ini akan diuraikan secara singkat beberpa penyakit yang ada hubungannya dengan prematuritas.

1). Sindrom gangguan pernafasan idiopatik

Disebut juga penyakit membrane hialin karena pada stadium terakhir akan terbentuk membrane hialin yang melapisi alveolus paru.

(32)

Sering ditemukan pada premature, karena reflex menelan dan batuk belum sempurna. Penyakit ini dapat dicegah dengan perawatan yang baik

3). Perdarahan intraventrikular

Perdarahan spontan di ventrikel otak lateral biasanya disebabkan oleh karena anoksia otak. Biasanya terjadi bersamaan dengan pembentukan membrane hialin pada paru. Sayang sekali sering tidak mungkin membedakan dispnu yang disebabkan oleh perdarahan otak ini dengan yang disebabkan oleh sindrom gangguan pernafasan idiopatik. Kelainan ini biasanya hanya ditemukan pada otopsi.

4). Fibroplasia retrorental.

Penyakit ini ditemukan terutama pada bayi prematur dan disebabkan oleh gangguan oksigen yang berlebihan. Dengan menggunakan oksigen dengan konsentrasi tinggi, akan terjadi vasokonstriksi pembuluh darah retina. Kemudian setelah bayi bernafas dengan udara biasa lagi, pembuluh darah ini akan mengalami vasodilatasi yang selanjutnya akan disusul dengan proliferasi pembuluh darah baru secara tidak teratur.

Kelainan ini biasanya terlihat pada bayi yang berat badan nya kurang dari 2 kg dan telah dapat oksigen dengan konsentrasi tinggi (lebih dari 40 %). Stadium akut penyakit ini dapat dilihat pada umur 3 - 6 minggu dalam bentuk dilatasi arteri dan vena retina.kemudian diikuti oleh pertumbuhan kapiler baru secara tidak teratur pada ujung vena. Kumpulan darah baru ini tampak sebagai perdarahan. Penyakit ini berdampak pada kematian yang membuat orang tua sangat khawatir. (Sarwono, 2007)

d. Penatalaksanaan bayi premature

Pemberian asi adalah hal yag paling penting karena :

(33)

2). Pengaturan suhu badan / thermoregulasi

Bayi dengan berat badan lahir rendah / prematur membutuhkan suatu termoregulasi yaitu suatu pengontrolan suhu badan secara fisiologis mengatur pembentukan atau pendistribusian panas.

Pengaturan terhadap suhu keliling dengan mengontrol kehilangan panas, kehilangan panas pada bayi berat lahir rendah dapat disampaikan melalui empat cara

yaitu:

a). Konduksi yaitu panas tubuh akan hilang bila bayi ditidurkan diatas permukaan yang dingin. Seperti menidurkan bayi di timbangan yang dingin, tangan perawat yang dingin atau stetoskop yang dingin.

b). Konveksi, yaitu panas tubuh akan hilang bila ada udara yang dingin bertiup disekitar bayi. perhatian agar bayi tidak kehilangan suhunya, bayi tidak diberikan oksigen yang dingin.

c). Evaporasi, yaitu panas tubuh akan hilang dengan adanya penguapan cairan yang ada dipermukaan tubuh bayi.

d). Radiasi, yaitu panas tubuh akan hilang bila dekat dengan benda-benda yang dingin, sehingga panas tubuh akan memancar kebenda-benda dingin disekitarnya.

5. Pencegahan hipotermi pada bayi prematur

Pada fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak memiliki radiant atau warmer atau inkubator untuk mencegah terjadinya hipotermi, maka tindakan - tindakan umum yang dapat dilakukan untuk mencegah hipotermi antara lain :

(34)

2. Menyelimuti bayi terutama bagian kepala dengan kain yang kering (bayi dibungkus

kain hangat dan kepalanya diberi topi ).

3. Meletakkan bayi diruangan dengan suhu ruangan tidak kurang dari 250c. 4. Memastikan tangan selalu hangat pada saat memegang bayi.

5. Menganti kain, popok, selimu, handuk, bedong yang basah dengan yang bersih dan hangat. Ibu bayi prematur khususnya primi belum dapat merawat bayi prematur dengan baik, ini akan menimbulkan kecemasan tersendiri bagi ibu. (Maryuni, Nurhayani, 2004)

6. Pentingnya mengunjungi bayi prematur yang dirawat di RS.

Kebahagiaan seorang ibu adalah ketika ia melahirkan anaknya setelah mengndung lebih dari Sembilan bulan. Kadang, belum sampai masanya, sang bayi sudah lahir dalam kondisi prematur tentu saja hal itu akan membuat cemas sang bunda. Selain karena beresiko tinggi sang bayi juga biasanya akan masuk inkubator.

Kasih sayang dan sentuhan ibu ternyata dapat mengurangi tingkat stress dan rasa sakit yang diakibatkan tindakan medis pada sang bayi. hal ini disebutkan dalam peneliian oleh McGill university, kanada riset tersebut menyebutkan jika kontak kulit antara ibu dan bayinya biasa mempercepat proses perkembangan bayi.

Bayi prematur yang drawat di inkubator rumah sakit biasanya harus melewati tes darah dengan tusukan jarum lewat tumit kaki untuk mengecek kadar gula darah, tentu saja rasa sakit akan mendera sang bayi, maka sentuhan dan pelukan ibu inilah yang akan meredakan kesakitan dan ketegangan bayi.

(35)

mengetahui tingkat rasa sakit yang dialami bayi yang sering disentuh dan dipeluk oleh ibunya.

Hasilnya rasa sakit setelah 90 detik pada bayi yang mengalami kontak dengan ibu lebih rendah dari pada bayi - bayi yang tidak disentuh orang tuanya. Karena itu dianjurkan agar ibu-ibu yang memiliki bayi prematur yang dirawat di RS lebih sering mengunjungi dan memberikn sentuhan serta pelukan. ( Team Andriewongso, 2008).

C. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni : indera penglihatan, pendengaran, penciuman rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan sesorang (over behaviour)

Karena dari pengalaman dan penelitian karena perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan. Penelitian Rogers dalam buku Notoadmojo tahun 2007 mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), alam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

1. Awarness (Kesadaran), 2. Interest (merasa tertarik), 3. Evaluation (menimbang-nimbang), 4. Trial, dimana subjek sudah mulai mencoba. 5. Adoption, dimana subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan.

(36)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang teah dipelajari sebelumnya. oleh sebaba itu ”tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajarinya adalah menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.

b) Memahami (Comperhension)

Suatu kemampuan yang menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, orang yang telah paham suatu materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya.

c) Aplikasi (application)

Aplikasi disini dapat diartikan pengguna hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya.

d) Analisis (analysis)

Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen- komponen. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari pengguna kata-kata kerja dapat : menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e) Sintesis (sinthesis)

(37)

Berkaitan dengan kemampuan untuk justfikasi atau penilaian suatu materi atau objek. Misalnya dapat membandingkan anak kurang gizi dengan anak yang cukup gizi.

D. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar suatu proses belajar secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sipiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan.

Pendidikan terbagi atas : 1. Pendidikan anak usia dini

Pendidikan yang ditujukan saat anak sejak lahir sampai dengan anak usia enam tahun yang dilakukan mulai dari pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak.

a. Pendidikan dasar

Jenjang pendididkan awal selama 9 tahun pertama masa sekolah yang melandasi jenjang pendidikan menegah.

b. Pendidikan menegah

Jenjang pendidikan lanjutan dasar yang harus dilaksanakan minimal 9 tahun. c. Pendidikan tinggi

(38)

Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan, terbagi atas :

1) Pendidikan formal

Jenjang pendidikan yang jelas mulai dari pendidikan dasar, menengah, sampai pendidikan tinggi.

2) Pendidikan non formal

Pendidikan keaksaraan dasar, pemberantasan buta aksara, program paket A dan B. pendidikan non formal mengenal pula Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). 3) Pendidikan informal

Jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.

E. Paritas

Paritas adalah pengalaman wanita berkaitan dengan kehamilan, abortus, perslinan prematur, dan persalinan aterm serta anak yang hidup, Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain, semakin sering seseorang mengalaminya semakin tinggi pengalaman orang tersebut. Paritas terdiri dari :

1. Primipara : Wanita yang telah melahirkan bayi aterm sebanyak satu kali.

2. Multipara : Wanita yang telah pernah melahirkan anak hidup beberapa kali dimana persalinan tersebut tidak lebih dari lima kali.

(39)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka Penelitian

Peneliti akan meneliti tentang tingkat kecemasan ibu yang memiliki bayi prematur di RSUD Dr. Pirngadi medan. Hal ini dapat dilihat dari kerangka konsep peneliti dibawah ini :

S

Skema 1 kerangka konsep Pengetahuan

Tingkat Kecemasan Pendidikan

(40)

B. Defenisi operasional

No Variabel

Penelitian

Defenisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Ska Ukur

1 Tingkat kecemasan

Cemas adalah emosi yang dialami ibu berupa kehawatiran atau

kepanikan pada saat memiliki bayi prematur

Kuisioner Wawancara 1. Ringan >15

2. Sedang 16-30 3. Berat 31-45 4. Panik 46-60

Ord

2 Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil ”tahu” ibu tentang bayi prematur.

2 Pendidikan Pendidikan terakhir ibu Kuisioner Wawancara 1. Baik 3-5

(3.SLTA,4.DIII,5 .S1)

2. Tidak Baik < 3(2.SLTP,1 SD)

(41)

3 Paritas Pengalaman wanita yang berkaitan dengan kehamilan, abortus, persalinan

Kuisioner Wawancara 1. Primipara 2. Multipara 3. Glandemultipara

Ras

BAB IV

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Desain Penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini ialah jenis deskriptif dengan pendekatan penelitian cross sectional. Penelitian ini untuk mengetahui tingkat kecemasan ibu yang memiliki bayi Premtur di RSUD Dr. Pirngdi Medan.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

(42)

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari keseluruhan objek yang diteliti yang dianggap mewakili dari seluruh populasi (Notoadmojo, 2007) Tehnik sampel yang digunakan adalah Total sampling yaitu seluruh ibu-ibu yang mempunyai bayi Prematur yang dijumpai di RSUD Dr Pirngadi Medan.

Ada pun kriteria dalam sampel ini adalah :

1. Semua ibu yang mempunyai bayi prematur dari bulan januari – Maret 2011.

2. Bersedia menjadi responden.

C. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan, Karena dekat dengan tempat tinggal peneliti, pasiennya banyak, serta rumah sakit pirngadi merupakan rumah sakit pendidikan.

D.Waktu Penelitian

(43)

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari insitusi pendidikan yaitu Program Studi D IV Bidan Pendidik Fakultas keperawatan USU dan ijin dari Direktur RSUD Dr. Pirngadi. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu : memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani inform consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri.

Responden juga berhak mengundurkan diri selama pengumpulan data berlangsung. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen penelitian, tetapi menggunakan inisial. Data- data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan peneliti.

F. Instrumen Penelitian

(44)

benar diberi nilai 1 dan jawaban yang salah diberi nilai 0. Untuk mendapatkan kriteria digunakan perhitungan sebagai berikut :

a. Menentukan nilai terbesar dan terkecil

Nilai terbesar : 10

Nilai terkecil : 0

b. Menentukan nilai rentang (R)

Rentang = Nilai terbesar – Nilai terkecil

= 10 – 0

= 0

c. Menentukan nilai panjang kelas (i)

Panjang kelas (i) =

=

=

5

d. Menentukan kategori pengetahuan berdasarkan perolehan nilai

Baik = jika responden mendapatkan skor 60-100

Tidak baik = jika responden mendapatkan skor kurang dari 60

(45)

Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) dan dimodifiksi sesuai kebutuhan penelitian. Masing – masing kelompok gejala diberi penilaian sebagai berikut :

Nilai 1: gejala ringan, nilai 2 : gejala sedang, nilai 3 : gejala berat nilai 4: Panik.

Maka tingkat kecemasan pada ibu yang memiliki bayi Prematur diperoleh hasil total skor sebagai berikut

Skor kurang dari 15 Kecemasan ringan, 16-30 kecemasan sedang 31-45 kecemasan berat, 46-60 Panik.

G. Pengumpulan Data

Pesngumpulan data dilakukan dengan pengisian kuisioner yang diberikan kepada ibu yang memiliki bayi prematur untuk mengetahui tingkat kecemasan ibu yang memiliki bayi prematur yang dirawat diruang perinatal RSUD Dr. Pirngadi. Prosedur pengambilan data yang dilakukan adalah mengajukan surat permohonan izin penelitian pada institusi pendidikan program studi DIV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dan mengajukan surat permohonan izin, kemudian peneliti melaksanakan penelitian, selanjutnya peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan dan manfaat penelitian.

(46)

mengunjungi bayinya peneliti menitipkan kuisioner dan meninggalkan no hp pada petugas perinatologi supaya menghubungi peneliti.

H. Pengolahan Data

Data yang diperoleh dan dikumpulkan diolah secara a) Editing, : Dengan melakukan pengecekan terhadap item isian formulir kuisioner, apakah formulir sudah lengkap. b). Coding : data yang telah di edit diubah dalam bentuk angka (kode). c). Entry : entry dilakukan dengan cara memasukkan data kekomputer dengan d). Cleaning : cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak. Periksa semua data yang telah dimasukkan ke komputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.

Semua data yang diperoleh ditabulasi secara univariat yaitu melihat hasil, menghitung persentase hasil penelitian yang berupa kuisioner yang meliputi analisis deskriptif melalui perhitungan rumus :

P =

x

100

Keterangan :

P = Persentase

F = jumlah yang didapat

(47)

I. Validitas dan Realiabitas

(48)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan data hasil dan pembahasan mengenai Tingkat kecemasan ibu yang memiliki bayi prematur di RSUD Dr. Pirngadi Medan, pada 28 responden tahun 2011. Penelitian dilaksanakan dari bulan januari – Maret 2011.

A. Hasil Penelitian

Sesuai dengan hasil penelitian, maka hasil penelitian ini akan diuraikan gambaran data demografi responden yang terdiri dari umur, pendidikan, paritas dan tingkat kecemasan ibu yang memiliki bayi prematur di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2011

1. Karakteristik Responden

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

Karakteristik Responden

Frekwensi N

(49)

Umur :

Dari hasil penelitian yang terlaksanakan di dapat hasil karakteristik responden berusia 15-20 tahun 10,71 % (3 orang), 21-26 tahun 46.43 % (13 orang), 27-31 tahun 25% (7 orang), 32-36 tahun 17.85% (5 orang). Hal ini berarti sebagian besar umur responden 21-26 orang sebanyak 13 orang (46.43%)

(50)

Dari hasil penenlitian menunjukkan berdasarkan tingkat pendidikan terbanyak SLTA 46.43% (13 orang), SLTP 17.86 % (5 orang), DIII 14.28 (4 orang), S1 14.24% (4 orang) SD 7.1 % (2 orang). Hal ini berarti sebagian besar responden berpendidikan SLTA 13 orang (46.43 %).

Dari hasil penelitian menunjukkan berdasarkan paritas Primipara 5 orang (18%),Skundipara 7 orang (25%),Multipara sebanyak 12 orang (43%), grandemultipara sebanyak 4 orang (14%). Sebagian besar responden Multipara sebanyak 12 orang (43%).

F. Pengetahuan ibu tentang bayi prematur

Berdasarkan hasil penelitian distribusi jawaban responden tentang tingkat pengetahuan ibu terhadap bayi prematur sebagian besar menjawab ”Benar” adalah pertanyaan nomor 7 Sentuhan dan pelukan Ibu dapat mengurangi rasa sakit pada bayi prematur yang mendapat rawatan insentif sebanyak 26 orang (93%), pertanyaan responden mengenai bayi prematur jawaban ”Salah” adalah pertayaan no 1 Bayi prematur adalah bayi lahir kurang dari 37 minggu sebanyak 12 orang (42%).

Tabel 5.2

Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pengetahuan sIbu Tentang

Bayi Prematur di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

(51)

kehamilan 37 minggu

Salah satu penyakit yang sering pada bayi prematur adalah gangguan pernapasan

16 (57,14%) 12 (42,16%)

Karakteristik bayi prematur adalah kulit sangat tampak mengkilap dan licin

22(78,58%) 6 (21,42%)

Bayi prematur berat dibawah 2500 gram seharusnya dimasukkan dalam inkubator

21 (82,15%) 7 (17,85%)

Sebelum dibawa pulang sebaikya berat bayi prematur kurang dari 2500 gram

23 (81%) 3 (19%)

Kelemahan bayi prematur adalah bayi semakin kecil kekuatan hidup semakin lemah

23 (82%) 5 (18%)

Pemberian ASI adalah hal yang paling penting bagi bayi prematur

26 (93%) 2 (7%)

Sentuhan dan pelukan ibu dapat mengurangi rasa sakit pada bayi prematur yang mendapat

perawatan insentif dengan tusukan jarum infus

21(75%) 7 (25%)

Dampak dari kecemasan ibu yang memiliki bayi prematur bisa menghambat produksi ASI bagi ibu

22(78,58%) 6 (21,42%)

Bayi prematur tidak perlu dirawat dengan penanganan khusus

19 (67,86%) 9(32,14%)

Berdasarkan hasil perhitungan sesuai kategori yang ditetapkan, pengetahuan responden tentang bayi prematur dapat dilihat pada tabel berikut :

(52)

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Jawaban RespondenTerhadap Pengetahuan Ibu TentangBayi Prematur di RSUD Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2011

Tingkat Pengetahuan N (%) Baik

Tidak baik

Total

20 8 28

71% 29% 100%

(53)

3. Tingkat kecemasan ibu yang memiliki bayi prematur

Berdasarkan Hasil penelitian tentang tingkat kecemasan ibu yang meiliki bayi prematur bedasarkan nilai angka/skor yaitu : kecemasan ringan sebanyak 3 orang (10.71%), Kecemasan sedang sebanyak 5 orang (17.85%), Kecemasan berat,11orang (39.28%), Panik 9 orang (32.14%). Berdasakan kuisioner tentang kecemasan hal yang membuat ibu sangat panik adalah pernyataan no 20 yakni saya gugup dan takut jika bayi prematur saya sulit bernafas terus menerus 20 orang (71%), Sedangkan pernyataan yang tidak terlalu berpengaruh (Hanya sebagian ibu yang mengalami) adalah no 14 air susu saya sampai berhenti akibat memikirkan bayi prematur saya 20 orang (71%)

Tabel 5.4

Distribusi jawaban Responden Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Yang Memiliki Bayi Prematur di RSUD Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2011

Gejala kecemasan

Nilai Angka / Skor

0 1 2 3

Saya menangis saat pertama kali melihat bayi prematur saya

10(35%) 7(25%) 11(40%)

Saya merasa jantung saya berdebar – debar ketika membicarakan keadaan bayi prematur saya

4(7%) 2(7%) 13(47%) 9(32%)

Saya merasa cemas dan gelisah ketika bayi premature saya dipasang

(54)

infus

Saya merasa sedih jika berpisah dengan bayi prematur saya

1(4) 7(25%) 9(32%) 11(39%)

Saya merasa tertekan karena melihat bahaya bayi prematur saya yang sangat kecil

2(7) 3(10%) 11(40%) 12(43%)

Saya takut terjadi sesuatu terhadap bayi prematur saya

1(4) 2(7) 12(45%) 13(46%)

Saya merasa banyak bicara dari biasanya dengan suara keras semenjak saya melahirkan bayi prematur saya

18(65%) 9(32%) 1(3)

Sambungan tabel 5.4

Saya mulai tidak memeperhatikan suami dan anak saya yang lain semenjak saya melahirkan bayi prematur saya

9(32%) 9(32%) 14(46%)

Saya menjadi tidak selera makan 1(4) 10(36%) 13(46%) 4(14) Saya merasa mudah sekali bingung 4(14%) 8(43%) 9(39%) 7(4%) Saya setiap hari mengunjungi bayi

prematur saya yang dirawat di RS

8(39%) 8(36%) 12(25%)

Saya merasa khawatir dengan besarnya biaya perawatan bayi

(55)

premature saya

Saya lebih sensitive 13(43%) 6(21%) 5(18%) 4(14%) Air susu saya sampai berhenti akibat

memikirkan bayi prematur saya

20(71%) 1(4) 1(4%) 6(21%)

Saya selalu memeluk dan mencium bayi prematur saya sewaktu

menjenguk

3(10%) 10(36%) 15(54%)

Saya akan berusaha memberikan yang terbaik buat bayi prematur saya

1(4%) 3(10%) 8(39%) 16(47%)

Saya merasa resah jika bayi prematur saya tidak mau minum

Sambungan tabel 5.4

6(21,50) 9(32%) 6(21,50%) 7(25%)

Saya sangat takut menggendong bayi saya

15(54%) 9(32%) 5(14%)

Saya merasa gemetar dan resah jika bayi prematur saya tidak mau minum

6(22%) 13(46%) 9(32%)

Saya takut dan cemas jika bayi prematur saya sulit bernafas

2(7) 6(22%) 20(71%)

(56)

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Yang Memiliki Bayi Prematur di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

Gejala Kecemasan N % Kecemasan ringan >15

Kecemasan sedang 16-30 Kecemasan berat 30-45 Panik 46-60

3 orang 5 orang 11 orang

9 orang

(57)

Dalam pembahasan ini peneliti akan menjawab pertanyaan penelitian ini yaitu bagaimanakah tingkat kecemasan ibu yang memiliki bayi prematur.

1. Karakteristik Responden

Hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti terhadap 28 orang responden, diketahui sebagian besar umur responden 21-26 sebanyak 13 orang (42.46%) hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmotjo (2007) bahwa umur seseorang berpengaruh terhadap kehidupannya. Maka diperoleh kesimpulan bahwa terdapat kesesuaian antara teori dan kenyataan dimana umur Ibu mempengaruhi tingkat pengetahuan terhadap bayi prematur.

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar paritas responden Multipara sebanyak 12 orang (43%). Hal ini sesuai teori Budi Handono (2009) Ada kecenderungan peningkatan kejadian prematuritas pada wanita yang sering melahirkan .

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pendidikan responden baik yaitu SLTA sebanyak 13 orang (46.43%). Hal ini sesuai pendapat Notoadmodjo 2007 bahwa pendidikan mempunyai peranan penting dalam menentukan kwalitas manusia. Tingkat pendidikan Masyarakat dikaitkan dengan kemampuan dalam menyerap dan menerima informasi dalam bidang kesehatan dan keluarga. Maka diperoleh kesimpulan bahwa terdapat kesesuaian antara terori dan kenyataan dimana pendidikan mempengaruhi tingkat kecemasan ibu yang memiliki bayi prematur.

2. Pengetahuan Ibu Terhadap Bayi Prematur

(58)

indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia melalui mata dan telinga.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat tingkat pengetahuan dari 28 responden menunjukkan sebagian besar responden berpengetahuan baik sebanyak 20 orang (71%) ini menunjukkan hampir seluruh ibu memiliki pengetahuan yang baik terhadap bayi prematur. Pendidikan masyarakat dikaitkan dengan kemampuan dalam menyerap dan menerima informasi dalam bidang kesehatan dan keluarga. Hal ini bertujuan melihat bahwa semakin tinggi pendidikan yang dimiliki Ibu, maka semakin mudah dan berwawasan luas mengetahui tentang bagaimana akibat buruk yang dialami oleh bayi prematur dan ini membawa dampak kecemasan berat bagi ibu yang memiliki bayi prematur.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh sebagian besar umur responden 21-26 orang sebanyak 13 orang (46.43%) dimana saat ini adalah usia produktif (Hurlock, 1998). Seharusnya seseorang memang harus memiliki pengetahuan baik karena semakin bertambah usia maka pengetahuan juga harus bertambah, sebab itulah ibu yang memiliki bayi prematur sangat cemas memiliki bayi prematur karena semakin bertambahnya pengetahuan ibu mengenai dampak dan kelemahan bayi prematur.

(59)

ibu sebagai ibu rumah tangga. Semakin rendah pengetahuan ibu maka akses terhadap kesehatan bayi prematurnya akan berkurang sehingga ibu akan kesulitan mengambil kesulitan mengambil keputusan secara efektif terhadap perawatan bayi prematurnya.

3. Tingkat kecemasan ibu yang memiliki bayi prematur

Dari hasil penelitian mengenai kecemasan ibu yang memiliki bayi prematur yang dilakukan terhadap 28 ibu yang memiliki bayi prematur yang dirawat di ruang perinatologi RSUD Dr. Pirngadi Medan, maka dapat dilihat hasilnya 100 % ibu yang memiliki bayi prematur mengalami kecemasan.

Dari 28 orang tua tersebut kecemasan yang dihadapi berbeda – beda atau bervariasi. Hal ini sesuai pendapat hawari (2004) yang mengatakan bahwa kecemasan yang dirasakan oleh setiap individu itu berbeda- beda tergantung dari beratnya kecemasan dan keluhan dari gejala kecemasan ibu yang memiliki bayi prematur dengan berat badan yang bervariasi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa 11 orang ibu (39,28 %) mengalami kecemasan yang berada pada tingkat kecemasan berat yang mana gejala ini dapat dirasakan ibu.

Dari hasil penelitian diantara 28 ibu yang memiliki bayi prematur 9 orang ibu (32.14 %) mengalami kecemasan berat sekali / panik. Salah satu dari gejala kecemasan berat sekali / panik itu adalah tangan gemetar, jantung berdebar – debar. Gejala ini dapat dirasakan ibu yang memiliki bayi prematur.

(60)

yang sangat kecil sehingga fungsi alat - alat pernapasan bayi belum sempurna ini salah satu penyebab bayi sulit untuk minum dan menangis hal ini tentu meresahkan Orang tua si bayi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan pada 28 ibu yang memiliki bayi prematur bahwa 5 orang (17.85%) ibu mengalami gejala kecemasan ringan dikarena kan bayinya lahir prematur dan di rawat di RS.

Kecemasan yang dialami oleh ibu ini terbanyak adalah pada kecemasan berat yaitu 11 orang (39.28%), Kecemasan berat sekali / panik 9 orang (32.14%), kecemasan sedang 5 orang (17.85 %) dan kecemasan ringan 3 orang (10.71%). Hal ini sesuai dengan pendapat Lusiana Indarsati Dampak kecemasan dapat mengganggu kesehatan bagi ibu, karena stress berlebih dapat menghambat produksi Air Susu Ibu (ASI) ini jelas merugikan ibu dan bayi.

(61)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan data hasil dan pembahasan mengenai Tingkat kecemasan ibu yang memiliki bayi prematur di RSUD Dr. Pirngadi Medan, pada 28 responden tahun 2011. Penelitian dilaksanakan dari bulan januari – Maret 2011.

C. Hasil Penelitian

(62)

2. Karakteristik Responden

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

(63)

Grande multi para 4 14 %

Dari hasil penelitian yang terlaksanakan di dapat hasil karakteristik responden berusia 15-20 tahun 10,71 % (3 orang), 21-26 tahun 46.43 % (13 orang), 27-31 tahun 25% (7 orang), 32-36 tahun 17.85% (5 orang). Hal ini berarti sebagian besar umur responden 21-26 orang sebanyak 13 orang (46.43%)

Dari hasil penenlitian menunjukkan berdasarkan tingkat pendidikan terbanyak SLTA 46.43% (13 orang), SLTP 17.86 % (5 orang), DIII 14.28 (4 orang), S1 14.24% (4 orang) SD 7.1 % (2 orang). Hal ini berarti sebagian besar responden berpendidikan SLTA 13 orang (46.43 %).

Dari hasil penelitian menunjukkan berdasarkan paritas Primipara 5 orang (18%),Skundipara 7 orang (25%),Multipara sebanyak 12 orang (43%), grandemultipara sebanyak 4 orang (14%). Sebagian besar responden Multipara sebanyak 12 orang (43%).

G. Pengetahuan ibu tentang bayi prematur

(64)

responden mengenai bayi prematur jawaban ”Salah” adalah pertayaan no 1 Bayi prematur adalah bayi lahir kurang dari 37 minggu sebanyak 12 orang (42%).

Tabel 5.2

Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pengetahuan sIbu Tentang

Bayi Prematur di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

Tingkat pengetahuan (Benar) (Salah)

Prematur adalah bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu

16 (57,14) 12 (42,16%)

Salah satu penyakit yang sering pada bayi prematur adalah gangguan pernapasan

16 (57,14%) 12 (42,16%)

Karakteristik bayi prematur adalah kulit sangat tampak mengkilap dan licin

22(78,58%) 6 (21,42%)

Bayi prematur berat dibawah 2500 gram seharusnya dimasukkan dalam inkubator

21 (82,15%) 7 (17,85%)

Sebelum dibawa pulang sebaikya berat bayi prematur kurang dari 2500 gram

23 (81%) 3 (19%)

Kelemahan bayi prematur adalah bayi semakin kecil kekuatan hidup semakin lemah

23 (82%) 5 (18%)

(65)

Sentuhan dan pelukan ibu dapat mengurangi rasa sakit pada bayi prematur yang mendapat

perawatan insentif dengan tusukan jarum infus

21(75%) 7 (25%)

Dampak dari kecemasan ibu yang memiliki bayi prematur bisa menghambat produksi ASI bagi ibu

22(78,58%) 6 (21,42%)

Bayi prematur tidak perlu dirawat dengan penanganan khusus

19 (67,86%) 9(32,14%)

Berdasarkan hasil perhitungan sesuai kategori yang ditetapkan, pengetahuan responden tentang bayi prematur dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.3

(66)

Medan Tahun 2011

Tingkat Pengetahuan N (%) Baik

Tidak baik

Total

20

8

28

71%

29%

100%

Hasil penelitian menunjukan dari 28 orang ibu yang memiliki bayi prematur tingkat pengetahuan yang paling tinggi adalah baik sebanyak 20 orang (71%) dan tidak baik sebanyak 8 orang (29%). Hal ini berarti tingkat pengetahuan ibu terhadap prematur adalah baik yaitu sebanyak 20 orang (71 %) .

3. Tingkat kecemasan ibu yang memiliki bayi prematur

(67)

Distribusi jawaban Responden Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Yang Memiliki Bayi Prematur di RSUD Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2011

Gejala kecemasan

Nilai Angka / Skor

0 1 2 3

Saya menangis saat pertama kali melihat bayi prematur saya

10(35%) 7(25%) 11(40%)

Saya merasa jantung saya berdebar – debar ketika membicarakan keadaan bayi prematur saya

4(7%) 2(7%) 13(47%) 9(32%)

Saya merasa cemas dan gelisah ketika bayi premature saya dipasang infus

9(32%) 9(32%) 10(46%)

Saya merasa sedih jika berpisah dengan bayi prematur saya

1(4) 7(25%) 9(32%) 11(39%)

Saya merasa tertekan karena melihat bahaya bayi prematur saya yang sangat kecil

2(7) 3(10%) 11(40%) 12(43%)

Saya takut terjadi sesuatu terhadap bayi prematur saya

1(4) 2(7) 12(45%) 13(46%)

Saya merasa banyak bicara dari biasanya dengan suara keras semenjak saya melahirkan bayi prematur saya

(68)

Sambungan tabel 5.4

Saya mulai tidak memeperhatikan suami dan anak saya yang lain semenjak saya melahirkan bayi prematur saya

9(32%) 9(32%) 14(46%)

Saya menjadi tidak selera makan 1(4) 10(36%) 13(46%) 4(14) Saya merasa mudah sekali bingung 4(14%) 8(43%) 9(39%) 7(4%) Saya setiap hari mengunjungi bayi

prematur saya yang dirawat di RS

8(39%) 8(36%) 12(25%)

Saya merasa khawatir dengan besarnya biaya perawatan bayi premature saya

8(32%) 11(57%) 4(7%) 5(4%)

Saya lebih sensitive 13(43%) 6(21%) 5(18%) 4(14%) Air susu saya sampai berhenti akibat

memikirkan bayi prematur saya

20(71%) 1(4) 1(4%) 6(21%)

Saya selalu memeluk dan mencium bayi prematur saya sewaktu

menjenguk

3(10%) 10(36%) 15(54%)

Saya akan berusaha memberikan yang terbaik buat bayi prematur saya

1(4%) 3(10%) 8(39%) 16(47%)

Saya merasa resah jika bayi prematur saya tidak mau minum

(69)

Sambungan tabel 5.4

Saya sangat takut menggendong bayi saya

15(54%) 9(32%) 5(14%)

Saya merasa gemetar dan resah jika bayi prematur saya tidak mau minum

6(22%) 13(46%) 9(32%)

Saya takut dan cemas jika bayi prematur saya sulit bernafas

2(7) 6(22%) 20(71%)

(70)

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Yang Memiliki Bayi Prematur di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

Gejala Kecemasan N % Kecemasan ringan >15

Kecemasan sedang 16-30 Kecemasan berat 30-45 Panik 46-60

3 orang 5 orang 11 orang

9 orang

10.71% 17.85% 39.28% 32.14%

D. Pembahasan

Dalam pembahasan ini peneliti akan menjawab pertanyaan penelitian ini yaitu bagaimanakah tingkat kecemasan ibu yang memiliki bayi prematur.

1. Karakteristik Responden

(71)

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar paritas responden Multipara sebanyak 12 orang (43%). Hal ini sesuai teori Budi Handono (2009) Ada kecenderungan peningkatan kejadian prematuritas pada wanita yang sering melahirkan .

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pendidikan responden baik yaitu SLTA sebanyak 13 orang (46.43%). Hal ini sesuai pendapat Notoadmodjo 2007 bahwa pendidikan mempunyai peranan penting dalam menentukan kwalitas manusia. Tingkat pendidikan Masyarakat dikaitkan dengan kemampuan dalam menyerap dan menerima informasi dalam bidang kesehatan dan keluarga. Maka diperoleh kesimpulan bahwa terdapat kesesuaian antara terori dan kenyataan dimana pendidikan mempengaruhi tingkat kecemasan ibu yang memiliki bayi prematur.

2. Pengetahuan Ibu Terhadap Bayi Prematur

Menurut Notoadmodjo 2007 Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini telah terjadi setelah orang melakukan penginderaan tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia melalui mata dan telinga.

(72)

oleh bayi prematur dan ini membawa dampak kecemasan berat bagi ibu yang memiliki bayi prematur.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh sebagian besar umur responden 21-26 orang sebanyak 13 orang (46.43%) dimana saat ini adalah usia produktif (Hurlock, 1998). Seharusnya seseorang memang harus memiliki pengetahuan baik karena semakin bertambah usia maka pengetahuan juga harus bertambah, sebab itulah ibu yang memiliki bayi prematur sangat cemas memiliki bayi prematur karena semakin bertambahnya pengetahuan ibu mengenai dampak dan kelemahan bayi prematur.

Dilihat dari tingkat pendidikan responden sebagian besar responden dengan pendidikan SLTA sebanyak 13 orang (46,43%) dan responden yang paling sedikit tingkat pendidikan nya adalah SD sebanyak 2 orang (7%). Menurut SDKI, 2005 Bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih menerima ide – ide baru. Pendapat Ronger mengatakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka diharapkan pengetahuan dan keterampilan seseorang itu semakin tinggi. Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi wawasan dan pengetahuan ibu sebagai ibu rumah tangga. Semakin rendah pengetahuan ibu maka akses terhadap kesehatan bayi prematurnya akan berkurang sehingga ibu akan kesulitan mengambil kesulitan mengambil keputusan secara efektif terhadap perawatan bayi prematurnya.

3. Tingkat kecemasan ibu yang memiliki bayi prematur

(73)

Dari 28 orang tua tersebut kecemasan yang dihadapi berbeda – beda atau bervariasi. Hal ini sesuai pendapat hawari (2004) yang mengatakan bahwa kecemasan yang dirasakan oleh setiap individu itu berbeda- beda tergantung dari beratnya kecemasan dan keluhan dari gejala kecemasan ibu yang memiliki bayi prematur dengan berat badan yang bervariasi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa 11 orang ibu (39,28 %) mengalami kecemasan yang berada pada tingkat kecemasan berat yang mana gejala ini dapat dirasakan ibu.

Dari hasil penelitian diantara 28 ibu yang memiliki bayi prematur 9 orang ibu (32.14 %) mengalami kecemasan berat sekali / panik. Salah satu dari gejala kecemasan berat sekali / panik itu adalah tangan gemetar, jantung berdebar – debar. Gejala ini dapat dirasakan ibu yang memiliki bayi prematur.

Menurut Andriewongso, 2008. Kebahagiaan seorang ibu adalah ketika ia melahirkan anaknya setelah ia mengandung lebih dari sembilan bulan, namun kadang, belum masanya bayi sudah lahir dalam kondisi prematur tentu saja hal ini membuat ibu sedih dan cemas, Kecemasan ibu timbul ketika melihat bayinya lahir dengan ukuran yang sangat kecil sehingga fungsi alat - alat pernapasan bayi belum sempurna ini salah satu penyebab bayi sulit untuk minum dan menangis hal ini tentu meresahkan Orang tua si bayi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan pada 28 ibu yang memiliki bayi prematur bahwa 5 orang (17.85%) ibu mengalami gejala kecemasan ringan dikarena kan bayinya lahir prematur dan di rawat di RS.

Gambar

Tabel 2.1 Respon Fisik Kecemasan
fight untk
Tabel 5.5
Tabel 5.1
+4

Referensi

Dokumen terkait

Instrumen untuk meneliti ini dengan cara mengambil data sekunder di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang, data hasil pemeriksaan IgM, IgG, kadar Hb, kadar Ht,

Menyatakan bahwa “Tugas Akhir” yang saya buat untuk memenuhi persyaratan kelulusan pada Jurusan Teknik Arsitektur Fakuktas Sains dan Teknologi Universitas Islam

The study of Gric e’s cooperative principle and presupposition are wide, but this research only focuses on flouting of the Cooperative Principle’s maxims and

Hasil yang dicapai dalam penciptaan karya berupa batik modern dalam bentuk burung dengan gaya, karakter dan prilaku lovebird ini didominasi oleh perpaduan

Agar lembaga-lembaga pendi- dikan Islam memiliki wajah ramah, ( Islamic school with a smiling face ), Tan merekomendasikan agar lembaga- lembaga pendidikan Islam

For example, because of this restriction, memory need not be set aside for allocators in L Li in nk k objects (which are typically parameterized by the allocator of the

We use the past perfect continuous to focus on how long an activity in the past continued or to focus on activity itself (fokus pada berapa lama sebuah

In this paper, we have proposed a method for the modelling of simple room shape structure from sparse 3D point information obtained by photogrammetry. Our method consists