• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rekonstruksi Satu Tahap pada Koloboma Palpebra Kongenital Bilateral dengan Teknik Modified Tenzel Semicircular Flap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Rekonstruksi Satu Tahap pada Koloboma Palpebra Kongenital Bilateral dengan Teknik Modified Tenzel Semicircular Flap"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO BANDUNG

Laporan Kasus : Rekonstruksi Satu Tahap pada Koloboma Palpebra Kongenital Bilateral dengan Teknik Modified

Tenzel Semicircular Flap Penyaji : Firda Muthia Elsyanty

Pembimbing : Dr. dr. Shanti F. Boesoirie, SpM(K), MKes

Telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing

Dr. dr. Shanti F. Boesoirie, SpM(K), MKes

Kamis, 6 Januari 2022 Pukul 07.30 WIB

(2)

1

eyelids caused by failure of mesodermal lid fold fusion. It may vary in location and size of defect which can lead to exposure keratopathy. The principal of surgical management is to restore the anatomical structure and function of the eyelid to protect the globe. Modified Tenzel semicircular flap is one of the reconstruction technique to repair congenital eyelid coloboma.

Purpose: To report a case of bilateral congenital eyelid coloboma reconstructed with modified Tenzel semicircular flap.

Case Report: A 5-months-old boy presented to Reconstruction, Oculoplastic and Oncology Clinic with full-thickness defect of both upper eyelids. Ophthalmological examination showed asymmetrical defect of the upper eyelids with near total exposure of bilateral cornea with no signs of keratopathy. Left upper eyelid defect was accompanied with mild symblepharon. There were no other colobomas in the anterior and posterior segment of both eyes. General examination was ordinary and there were no other facial anomalies. The patient was diagnosed with bilateral congenital upper eyelid coloboma. One staged upper eyelid reconstruction was conducted with modified semicircular Tenzel flap technique. There were no post- operative complications during one month follow up.

Conclusion: Several factors can be taken as consideration in choosing eyelid reconstruction technique in congenital eyelid coloboma repair such as patient’s age, eyelid defect size, and surgeon’s preference. Modified Tenzel semicircular flap offers advantage of one-stage eyelid reconstruction in congenital eyelid coloboma repair.

Keywords: congenital eyelid coloboma, modified tenzel flap, eyelid reconstruction

I. Pendahuluan

Koloboma palpebra kongenital merupakan kondisi tidak terbentuknya kelopak mata sejak lahir akibat kegagalan migrasi ektoderm dan mesoderm dalam proses pembentukan palpebra. Defek palpebra pada koloboma kongenital paling sering terjadi pada kelopak mata atas. Kondisi ini dapat terjadi secara unilateral maupun bilateral dengan ukuran defek palpebra yang bervariasi. Defek palpebra pada koloboma kongenital menyebabkan hilangnya fungsi palpebra sebagai pelindung bola mata. Hal ini mengakibatkan anak dengan koloboma palpebra kongenital memiliki risiko terjadinya keratitis eksposur yang dapat menyebabkan gangguan perkembangan penglihatan. Tatalaksana koloboma palpebra kongenital bertujuan

(3)

untuk memperbaiki struktur anatomi dan fungsi palpebra sebagai pelindung bola mata sehingga mencegah terjadinya keratopati.1–3

Tatalaksana bedah koloboma palpebra kongenital dapat dilakukan sebelum pasien berusia 12 bulan dengan menggunakan berbagai teknik rekonstruksi. Usia pasien, karakteristik, dan ukuran defek palpebra merupakan beberapa pertimbangan dalam memilih teknik rekonstruksi. Salah satu teknik untuk menyatukan defek palpebra pada koloboma palpebra kongenital dalam satu tahap adalah Modified Tenzel semicircular flap.4–6 Laporan kasus ini bertujuan untuk memaparkan rekonstruksi satu tahap pada koloboma palpebra kongenital bilateral dengan menggunakan teknik Modified Tenzel semicircular flap.

II. Laporan Kasus

Seorang pasien laki-laki, An. M usia 5 bulan, dibawa oleh orang tuanya ke poli Rekonstruksi, Okuloplasti, dan Onkologi Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo. Orang tua pasien mengeluhkan kelopak atas kedua mata pasien tidak terbentuk sejak lahir. Keluhan tersebut disertai kedua mata sering berair dan tidak dapat menutup dengan sempurna. Hal ini menyebabkan pasien sering gelisah saat tidur. Keluhan tidak disertai dengan mata merah dan keluar kotoran pada kedua mata. Tidak terdapat kelainan bentuk pada anggota tubuh lain. Tidak ada riwayat anggota keluarga lainnya yang pernah mengalami keluhan serupa atau kelainan bawaan saat lahir. Pasien tidak memiliki riwayat trauma atau operasi sebelumnya.

Pasien merupakan anak pertama dari seorang ibu usia 27 tahun. Ibu pasien mengatakan tidak ada riwayat sakit dan konsumsi obat-obatan selama hamil. Ibu pasien melakukan pemeriksaan perinatal rutin setiap bulan selama kehamilan.

Pasien lahir cukup bulan pada usia 40 minggu melalui operasi Sectio Cesarea dan langsung menangis saat lahir. Berat badan lahir pasien adalah 3500 gram dan panjang badan lahir adalah 53 cm. Pasien sudah mendapatkan imunisasi dasar berupa BCG, polio, dan pentabio.

Pemeriksaan status generalis menunjukkan keadaan umum pasien baik dengan kesadaran kompos mentis. Berat badan pasien saat pemeriksaan adalah 8.5 kg.

(4)

Tanda vital pasien dalam batas normal dan pemeriksaan status generalis menunjukkan tidak ditemukan kelainan pada anggota tubuh lain pada pasien.

Pemeriksaan oftalmologis menunjukkan tajam penglihatan kedua mata adalah fix and follow the object. Tekanan bola mata normal secara palpasi pada kedua mata. Posisi bola mata ortotropia dan gerak bola mata baik ke segala arah.

Pemeriksaan eksternal bola mata menggunakan lup menunjukkan adanya defek pada palpebra superior bilateral. Palpebra superior mata kanan memiliki defek full thickness dengan panjang 8 mm dan lebar 4 mm di bagian 1/3 medial. Palpebra inferior, silia, dan pungtum kanalikuli pada mata kanan dalam batas normal.

Palpebra superior mata kiri memiliki defek full thickness dengan panjang 11 mm dan lebar 5 mm di bagian 2/3 medial. Palpebra inferior, silia, pungtum kanalikuli pada mata kiri dalam batas normal. Tampak adanya simblefaron ringan pada konjungtiva tarsalis mata kiri dengan tidak terbentuknya forniks konjungtiva. Jarak antar kantus medial adalah 2.2 cm dan jarak antar kantus lateral adalah 6.5 cm.

Pemeriksaan fenomena Bell dalam batas normal yaitu positif pada kedua mata.

Gambar 1. Tampilan klinis pasien sebelum dilakukan tindakan rekonstruksi Dikutip dari: PMN RS Mata Cicendo

Pemeriksaan segmen anterior menunjukkan kedua mata memiliki konjungtiva bulbi tenang, tidak ditemukan adanya massa di limbus, dan kornea jernih dengan tes fluoresein negatif. Pemeriksaan bilik mata depan tampak sedang dan pupil bulat dengan refleks cahaya direk dan indirek normal. Tidak terdapat sinekia dan koloboma pada iris kedua mata. Lensa kedua mata tampak jernih dan tidak ditemukan adanya koloboma. Pasien didiagnosis dengan Koloboma Kongenital Palpebra Superior Bilateral den Simblefaron Palpebra Superior Oculi Sinistra.

(5)

Pasien mendapat terapi salep mata Vitamin A Palmitat dua kali sehari pada kedua mata dan saran menutup kedua mata dengan kassa lembab pada saat pasien tidur malam hari. Tatalaksana bedah yang direncanakan untuk pasien adalah tindakan Rekonstruksi Koloboma Kongenital Palpebra Superior Bilateral menggunakan teknik Modified Tenzel semicircular flap dan Examination Under Anesthesia (EUA).

Gambar 2. Rekonstruksi dengan teknik Modified Tenzel semicircular flap.

(A) Insisi semisirkular. (B) Diseksi membentuk flap miokutan.

(C) Menarik flap ke arah medial. (D) Penjahitan margo palpebra.

(E) Insisi horizontal 4 mm dari margo palpebra. (F) Penjahitan flap miokutan dan kulit.

Dikutip dari: PMN RS Mata Cicendo

Tindakan rekonstruksi koloboma palpebra superior dilakukan dalam anestesi umum. Persiapan sebelum tindakan meliputi prosedur aseptik dan antiseptik dan pemasangan duk bolong steril. Langkah pertama adalah menggambar pola semisirkular dari kantus lateral ke arah inferior dengan pulpen bedah yang disesuaikan dengan ukuran defek palpebra. Insisi kulit dan otot dilakukan sesuai pola semisirkular dengan menggunakan blade nomor 15. Kantotomi lateral dilakukan dan diikuti dengan kantolisis tendon kantus lateral superior dengan kauter monopolar. Langkah selanjutnya adalah melakukan diseksi jaringan hingga terbentuk flap miokutan di kantus lateral yang dapat digerakkan dengan bebas.

Diseksi jaringan fibroid simblefaron disertai graf konjungtiva rotasional dilakukan pada mata kiri untuk membebaskan konjungtiva tarsalis superior dan membentuk

A B C

D E F

(6)

forniks konjungtiva. Flap semisirkular ditarik ke arah medial untuk menyatukan margo defek palpebra. Penjahitan kedua margo defek palpebra dilakukan dengan menggunakan benang poliglaktin 6-0 pada margo palpebra, tarsus, dan kulit.

Modifikasi pada teknik Tenzel semicircular flap dilakukan dengan melakukan insisi horizontal setinggi 4 mm dari margo palpebra untuk mengurangi tegangan horizontal pada palpebra superior. Penjahitan flap semisirkular dengan kulit dilakukan dengan teknik interrupted suture menggunakan benang poliglaktin 6-0.

Prosedur EUA pada kedua mata dilakukan setelah rekonstruksi palpebra selesai dan menunjukkan pemeriksaan segmen anterior dalam batas normal dan tidak ditemukan adanya koloboma pada segmen anterior. Pemeriksaan segmen posterior menunjukkan kedua mata memiliki papil bulat dengan batas tegas, retina flat dan refleks fundus positif. Tidak tampak adanya koloboma pada segmen posterior.

Pemeriksaan retinoskopi streak menunjukkan status refraksi kedua mata hipermetropia dengan +6.00 Dioptri. Tindakan rekonstruksi diakhiri dengan pemberian salep antibiotik pada kedua mata dan penutupan dengan kassa steril.

Gambar 3. Perbaikan klinis pasien pasca rekonstruksi palpebra bilateral (A) Setelah operasi. (B) Tujuh hari setelah operasi.

(C) Dua minggu setelah operasi. (D) Satu bulan setelah operasi.

Dikutip dari: PMN RS Mata Cicendo

Pemeriksaan oftalmologis pada satu hari setelah operasi menunjukkan jahitan pada palpebra superior dan flap kantus lateral kedua mata intak dan tidak ditemukan adanya perdarahan. Palpebra kedua mata masih tampak edema. Pasien diberikan

A B

C D

(7)

terapi salep mata Kloramfenikol-Polimiksin B sulfat tiga kali aplikasi per hari pada kedua mata, analgetik Ibuprofen sirup tiga kali 5 ml per oral, dan antibiotik Sefadroksil sirup dua kali 2,5 ml per oral. Pasien diperbolehkan untuk rawat jalan dan direncanakan kontrol ke poli Rekonstruksi, Okuloplasti, dan Onkologi satu minggu kemudian.

Pemeriksaan oftalmologis pada satu minggu setelah operasi menunjukkan tajam penglihatan pada kedua mata adalah fix and follow the object. Jahitan pada flap kantus lateral dan palpebra superior kedua mata tampak intak dan tidak tampak adanya perdarahan dan tanda infeksi. Palpebra superior kedua mata dapat menutup dan tidak ditemukan lagoftalmos. Pemeriksaan segmen anterior menunjukkan tidak adanya simblefaron pada konjungtiva mata kiri. Pelepasan jahitan pada flap kantus lateral dan palpebra superior kedua mata dilakukan bertahap pada satu minggu dan dua minggu pasca operasi. Pasien mendapat terapi salep mata Kloramfenikol- Polimiksin B sulfat tiga kali aplikasi per hari pada kedua mata.

Pasien datang kontrol ke Poli Rekonstruksi, Okuloplasti, dan Onkologi pada satu bulan setelah operasi. Pemeriksaan oftalmologis menunjukkan jahitan palpebra superior kedua mata tampak intak dan tidak tampak adanya perdarahan dan tanda infeksi. Tidak tampak tanda lagoftalmos pada kedua mata. Pemeriksaan segmen anterior menunjukkan konjungtiva tenang pada kedua mata dan tidak ada simblefaron pada konjungtiva mata kiri. Kornea kedua mata tampak jernih dan bilik mata depan tampak sedang. Pupil kedua mata bulat dengan refleks cahaya normal dan lensa jernih. Pengangkatan seluruh jahitan dilakukan pada kedua mata dan pasien disarankan untuk kontrol kembali tiga bulan kemudian. Prognosis kasus ini adalah quo ad vitam ad bonam, quo ad functionam dubia ad bonam, dan quo ad sanationam ad bonam.

III. Diskusi

Koloboma palpebra kongenital merupakan salah satu kelainan kelopak mata sejak lahir yang memiliki karakteristik tidak terbentuknya struktur palpebra secara sempurna. Awal pembentukan palpebra terjadi saat usia gestasi 6 minggu melalui beberapa tahapan. Gangguan terhadap tahapan tersebut dapat menyebabkan

(8)

berbagai kelainan palpebra kongenital. Kegagalan migrasi serta diferensiasi lapisan ektoderm dan mesoderm menyebabkan kegagalan pembentukan palpebra. Faktor intrauterin yang dapat mempengaruhi pembentukan palpebra adalah membran amnion yang menyebabkan disrupsi mekanik pada palpebra yang sedang berkembang. Beberapa faktor risiko lain yang dapat mengganggu pembentukan palpebra adalah inflamasi kronis dan sirkulasi plasenta yang tidak adekuat. Defek palpebra pada koloboma kongenital dapat bersifat unilateral atau bilateral yang melibatkan palpebra superior maupun inferior. Kasus koloboma palpebra kongenital memiliki prevalensi yang cukup langka sekitar 0.7:10.000 kelahiran.

Koloboma palpebra kongenital paling banyak melibatkan palpebra superior dibandingkan dengan palpebra inferior dan 90% kasus terletak di antara bagian medial dan 1/3 tengah palpebra superior.6–8

Koloboma palpebra kongenital dapat berdiri sendiri atau sebagai bagian dari suatu sindrom penyakit. Penelitian oleh Eyuboglu dkk menjelaskan bahwa sebanyak 29% koloboma palpebra berdiri sendiri sedangkan, 62% berhubungan dengan sindrom okular atau kraniofasial lain. Hal ini berbeda dengan penelitian Essa dkk yang menemukan 63% koloboma palpebra kongenital berdiri sendiri dan 37% kasus merupakan bagian suatu sindrom penyakit. Penyakit lain yang berhubungan dengan koloboma palpebra adalah Sindrom Goldenhar, Sindrom Treacher Collins, Sindrom Fraser, dan Sindrom CHARGE. Pemeriksaan oleh dokter Spesialis Anak dalam evaluasi awal pasien dengan koloboma palpebra penting dalam melakukan skrining penyakit-penyakit tersebut. Pemeriksaan oftalmologis yang komprehensif penting dilakukan pada kasus koloboma palpebra kongenital untuk memastikan koloboma tidak melibatkan struktur okular lainnya seperti iris, lensa, badan siliar, koroid, nervus optikus, dan retina. Pemeriksaan status generalis pasien pada kasus ini masih dalam batas normal dan tidak ditemukan adanya tanda kelainan kraniofasial bawaan lainnya. Hasil pemeriksaan EUA menunjukkan tidak ada koloboma pada struktur okular lainnya. Laporan kasus ini memaparkan kasus koloboma palpebra kongenital yang berdiri sendiri yang tidak disertai dengan koloboma okular lainnya dan tidak berkaitan dengan sindrom penyakit lain.6,9

(9)

Defek palpebra pada koloboma palpebra kongenital menyebabkan hilangnya fungsi palpebra sebagai pelindung bola mata. Hal ini mengakibatkan terpaparnya kornea yang meningkatkan risiko keratitis eksposur. Kasus dengan keterlibatan kornea dan fenomena Bell yang buruk akan menyebabkan keratopati yang dapat mempengaruhi perkembangan visual pasien. Tatalaksana awal yang bertujuan untuk melindungi permukaan bola mata pasien dengan koloboma palpebra dapat dilakukan dengan memberikan pelembab mata berbentuk salep dan menutup mata dengan perban lembab pada malam hari. Derajat kerusakan kornea dan ukuran defek palpebra menjadi pertimbangan dalam memutuskan tatalaksana bedah pada kasus koloboma palpebra kongenital. Defek palpebra kecil tanpa keterlibatan kornea dan disertai fenomena Bell yang baik dapat diobservasi secara ketat dan tindakan rekonstruksi dapat ditunda hingga usia 3 – 4 tahun. Rekonstruksi palpebra dapat dilakukan segera pada kasus koloboma dengan ukuran defek palpebra yang besar dengan fenomena Bell yang buruk. Kasus koloboma palpebra kongenital pada kasus ini melibatkan 40-50% kelopak kedua mata tanpa keterlibatan kornea.

Rekonstruksi palpebra menjadi pilihan dalam tatalaksana pasien kasus ini untuk mencegah terjadinya keratitis eksposur yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan.1,3,4,9

Tujuan utama rekonstruksi koloboma palpebra kongenital adalah untuk mengembalikan bentuk anatomis dan fungsi palpebra sebagai pelindung bola mata serta memperbaiki tampilan kosmetik palpebra. Beragam teknik rekonstruksi palpebra dapat digunakan dalam tatalaksana bedah koloboma kongenital palpebra.

Pemilihan teknik rekonstruksi dilakukan berdasarkan usia pasien, lokasi dan ukuran defek palpebra, serta preferensi operator. Teknik yang dapat digunakan pada defek palpebra kecil kurang dari 35% palpebra adalah penjahitan primer margo palpebra dengan menyatukan tarsus dan kulit. Teknik ini dilakukan dengan atau tanpa kantotomi lateral dan kantolisis tendon superior untuk mengurangi tegangan horizontal pada palpebra. Teknik rekonstruksi defek palpebra ukuran sedang antara 35-45% yaitu Tenzel semicircular flap. Rekonstruksi defek palpebra ukuran besar dari 45% biasanya memerlukan operasi dua tahap. Teknik yang dapat digunakan untuk rekonstruksi defek palpebra besar yaitu graf tarsokonjungtiva dari palpebra

(10)

kontralateral, prosedur Cutler-Beard, dan teknik Mustarde. Defek palpebra pada kasus ini masuk dalam kelompok ukuran defek palpebra sedang-besar, namun teknik rekonstruksi yang membutuhkan operasi lebih dari satu tahap dan menyebabkan tertutupnya jalur aksis visual dihindari untuk mengurangi risiko ambliopia deprivatif pada pasien anak-anak. 1,10–12

Gambar 4. Rekonstruksi palpebra dengan teknik Tenzel semicircular flap (A) Penandaan pola semisirkular di kantus lateral. (B) Insisi semisirkular, kantotomi lateral dan kantolisis tendon superior, serta diseksi jaringan membentuk flap miokutan. (C ) Penjahitan defek palpebra superior dan kantus lateral terhadap periosteum.

(D) Menutup flap miokutan semisirkular dengan penjahitan.

Dikutip dari: Freitag dkk.13

Teknik Tenzel semicircular flap merupakan teknik rekonstruksi palpebra yang menggunakan flap miokutan untuk menutup defek palpebra. Langkah pertama adalah insisi berbentuk semisirkular dimulai dari kantus lateral. Diseksi flap miokutan semisirkular dilakukan dengan membebaskan flap dari jaringan di bawahnya. Tahap ini diikuti dengan kantotomi dan kantolisis tendon superior kantus lateral. Flap miokutan yang sudah bebas kemudian dimobilisasi ke arah medial untuk menyatukan dua sisi defek palpebra pada kasus koloboma. Penjahitan defek palpebra dilakukan pada tiap lapisan yang membentuk margo palpebra.

Tahap selanjutnya adalah menjahit jaringan di bawah flap miokutan dengan

(11)

periosteum rima orbita lateral. Langkah terakhir pada prosedur ini adalah menutup flap miokutan dengan penjahitan kulit di daerah kantus lateral.5,14

Laporan kasus ini menggunakan teknik rekonstruksi palpebra dengan modified Tenzel semicircular flap untuk menutup defek palpebra. Modifikasi yang dilakukan adalah dengan melakukan insisi horizontal setinggi 4 mm dari margo palpebra.

Insisi horizontal tersebut mampu mengurangi tegangan horizontal pada palpebra khususnya pada kasus dengan defek palpebra berukuran besar. Keuntungan lainnya adalah membentuk lipatan palpebra dan mencegah apertura antar palpebra yang sempit. Teknik modified Tenzel semicircular flap hanya membutuhkan operasi satu tahap sehingga cocok untuk pasien anak-anak agar terhindar dari risiko ambliopia.

Teknik modified Tenzel semicircular flap memiliki luka pasca operasi yang lebih baik dan mampu mencegah ektropion pasca rekonstruksi.4,14,15

Gambar 5. Modifikasi teknik Tenzel semicircular flap dengan insisi horizontal untuk mengurangi tegangan horizontal dan mencegah terbentuknya dog ear.

Dikutip dari: Boesoirie dkk.4

Prognosis pada kasus koloboma palpebra kongenital yang dilakukan rekosntruksi palpebra cukup baik. Rekonstruksi palpebra pada koloboma kongenital mampu mengembalikan struktur anatomi dan fungsi proteksi terhadap kornea serta memperbaiki kosmetik. Penelitian oleh Manjula dkk menjelaskan bahwa tidak ada komplikasi lagoftalmos dan luka parut hipertropik pada defek

(12)

palpebra yang dilakukan rekonstruksi dengan teknik Tenzel semicircular flap dalam rentang waktu 1 tahun pasca operasi.5,10,16

IV. Simpulan

Koloboma palpebra kongenital merupakan suatu kondisi langka yang memiliki karakteristik tidak terbentuknya struktur palpebra secara sempurna. Pemeriksaan oftalmologis yang komprehensif penting dilakukan saat evaluasi kasus koloboma palpebra kongenital untuk memastikan keberadaan koloboma struktur okular lainnya. Hilangnya fungsi palpebra sebagai pelindung bola mata pada kasus koloboma menyebabkan terpaparnya kornea sehingga meningkatkan risiko keratitis eksposur. Rekonstruksi koloboma palpebra kongenital bertujuan untuk mengembalikan bentuk anatomis dan fungsi palpebra sebagai pelindung bola mata serta memperbaiki tampilan kosmetik. Beberapa faktor menjadi pertimbangan dalam pemilihan teknik rekonstruksi palpebra seperti usia pasien, lokasi dan ukuran defek palpebra, serta preferensi operator. Modified Tenzel semicircular flap merupakan salah satu pilihan teknik rekonstruksi untuk menyatukan defek palpebra pada koloboma palpebra kongenital dalam operasi satu tahap.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

1. Singhi S, Pujari A. Coloboma of eyelid. Ophthalmol Clin Postgrad. 2017;86(1):

hlm. 54-7.

2. Jacobs S, Burkat C, Katowitz W, Chambers C. Congenital eyelid malpositions and anomalies. Oculofacial, Orbital, and Lacrimal Surgery. Springer; 2019.

hlm. 75–80.

3. Kanukollu V, Ahmad S. Eyelid coloboma. Treasure Island; 2020. hlm. 59-79.

4. Boesoirie SF, Dahlan MR, Kartiwa A, Ayu NP, Choi WC. Modified versus conventional Tenzel semicircular flap in congenital bilateral upper eyelid coloboma occurring as an isolated finding: a case series. J Cosmet Med.

2020;4(2):hlm. 85–8.

5. Eisendle K, Puviani M, Pagani A, Thuile T. Eyelid reconstruction with modified Tenzel flap after lentigo maligna melanoma resection. J Dtsch Dermatol Ges. 2020;18(11):hlm. 1338–42.

6. Eyüboğlu A, Çöloğlu H, Uysal Ç, Albayati A, Ertaş N. Isolated upper eyelid coloboma. Turk J Plast Surg. 2017;25(2):hlm. 111–2.

7. Katowitz JA, Katowitz WR. Pediatric Oculoplastic Surgery. Springer International Publishing; 2017. hlm. 322-30.

8. Al-Mujaini A, Yahyai MA, Ganesh A. Congenital eyelid anomalies: what general physicians need to know. Oman Med J. 2021;36(4):hlm. 279.

9. Al Essa D, Khandekar R, Galindo-Ferreiro A, Edward DP, Maktabi A, Al Hussein H, et al. Clinical and histological features and outcomes of upper eyelid colobomas in the Saudi population. Orbit. 2020;39(5):hlm. 325–30.

10. Hartstein ME. Upper Eyelid Reconstruction. Oculofacial, Orbital, and Lacrimal Surgery. Springer; 2019. hlm. 141–6.

11. Troise S, Committeri U, Romano A, Orabona G, Bonavolonta P, Abbate V. All- in-one lower eyelid reconstruction after skin malignancies removal: combined modified tenzel flap & palatal mucosal graft. 2020;13(7): hlm. 1-10.

12. Zhang D, Chundury R, Blandford A, Perry J. A 5-day-old-newborn with a large right upper eyelid coloboma. Digit J Ophthalmol. 2017;23(3):hlm. 88–91.

13. Freitag S, Lee N, Lefevre D. Eyelid Reconstruction. Thieme; 2019. hlm. 73-87.

14. Cha JA, Lee KA. Reconstruction of periorbital defects using a modified Tenzel flap. Arch Craniofacial Surg. 2020;21(1):hlm. 35–40.

15. Sinkin JC, Yi S, Wood BC, Kwon S, Gavaris LZ, Gavaris PT, et al. Upper eyelid coloboma repair using accessory preauricular cartilage in a patient with goldenhar syndrome: technique revisited. Ophthal Plast Reconstr Surg.

2017;33(1):hlm. 1-3.

16. Manjula YM. Study of clinical outcome of tenzel flap in upper eyelid reconstruction. J Evol Med Dent Sci. 2018;7(3):hlm. 269.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Munawir (2010: 37) “analisa rasio adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya serta kedua orang tua, adik- adik, dan semua anggota keluargaku yang selalu

fluorescens isolat TBZA paling efektif mengurangi persentase penyakit jika dibandingkan dengan ketiga perlakuan lainnya, diduga senyawa-senyawa yang dihasilkan

Dari permasalahan di atas, maka penulis ingin menganalisis dan mengetahui produktivitas alat berat serta biaya operasional alat berat pada proyek pembangunan

Dari enam kriteria sifat biodiesel yang telah diuraikan di atas, maka biodiesel yang dihasilkan dari lemak sapi mendekati karakteristik biodiesel sesuai dengan standar mutu ASTM

Minyak Kelapa yang merupakan salah satu produk unggulan dari agribisnis kelapa dan juga produk ekspor yang potensial seperti yang telah dijabarkan pada latar

Yaitu sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral , mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam air atau

OTOP sangat layak diterapkan untuk pengembangan sapi bibit Madura di Pulau Madura karena (1) setiap wilayah pedesaan yang menjadi sentra pembibitan sapi madura