GREETINGS
Nasabah terhormat,
Terima kasih atas kepercayaan Anda menjadi Nasabah setia Commonwealth Bank.
Pada edisi Market Perspective kali ini kami akan memaparkan analisa tentang perkembangan pasar global dan bagaimana pengaruhnya pada pasar modal Indonesia. Hal yang cukup menjadi perhatian pelaku pasar masih seputar arah kebijakan The Fed dan kebijakan moneter dari negara-negara maju untuk mendukung pemulihan ekonominya. Selain itu, penguatan mata uang US Dollar dan perkembangan politik di Indonesia juga cukup mewarnai pergerakan pasar modal dalam negeri. Kita berharap semoga setelah pelantikan Presiden tanggal 20 Oktober 2014 ini, kondisi politik di Indonesia dapat kembali stabil. Mengingat struktur Bangsa Indonesia yang majemuk, maka pembangunan ekonomi memerlukan persatuan dan kerjasama dari semua pihak, terutama untuk menghadapi tekanan ekonomi global tahun depan.
Jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai strategi dan rekomendasi produk-produk investasi, Anda dapat menghubungi Relationship Manager kami di cabang terdekat. Semoga materi yang kami sampaikan ini dapat berguna bagi perencanaan keuangan Anda.
Hormat kami,
rian kaslan
Global ouTlook
Mata uang USD mengalami penguatan signifikan, terlihat dari
Bloomberg Dollar Spot Index, yang mewakili pergerakan USD
terhadap mata uang 10 negara dunia utama lainnya. Dollar Index mengalami kenaikan 4% selama September 2014 dan 6,7% selama kuartal 3/2014.
Selama September 2014, Australian Dollar dan Japanese Yen mengalami pelemahan terbesar terhadap USD, masing-masing sebesar -6,8% dan -5,3%. Kemudian disusul negara berkembang seperti Indonesia (-4,3%). Euro juga mengalami pelemahan sebesar -4%, namun bila dilihat secara YTD, Euro mengalami pelemahan tertinggi -8,8%. Sedangkan Yuan China bertahan dan menguat 0,1%.
Penguatan Mata uang Dollar
Dollar Index meningkat 6,7% sejak level terendah akhir Juni 2014 Penguatan USD terhadap mata uang negara lain selama 1 bulan September 2014 3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 -1,080 1,060 1,040 1,020 1,000 980 960 Yield UST 10yr Bloomberg Dollar Index
1,003
1,071 2.6%
2.5% 2.3%
Dec-13 Jan-14 Feb-14 Apr
-14 Jun-14 Aug-14 Mar -14 Mar -14
May-14 May-14 Jul-14 Jul-14 Sep-14 Sep-14
Sumber: Bloomberg, data diolah Commonwealth Bank Sumber: Bloomberg, data diolah Commonwealth Bank
-8.0% -6.8% -5.3% -4.3% -4.1% -4.1% -4.0% -3.2% -2.2% -2.1% -1.5% 0.1% -4.0% -7.0% -6.0% -5.0% -3.0% -2.0% -1.0% 0.0% 1.0% CNY THB INR SGD PHP EUR KRW MYR IDR JPY AUD
3. kekhawatiran atas pelemahan pertumbuhan ekonomi china juga mendorong pelemahan aUD, sehingga menambah level penguatan Dollar Index.
Bank of Japan (BOJ) masih menahan kebijakan suku bunga rendah di level 0,1% dan terus melakukan pembelian obligasi senilai Yen 7 triliun (US$64 Miliar) dalam setiap bulannya.
JEPANG
EROPA
CHINA AUD
“Kami prediksi walaupun ada barrier dari pelemahan Euro, namun ECB tetap memiliki kepentingan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Eropa. Dengan demikian, likuiditas global diestimasi tetap tinggi walaupun QE
(AS) berakhir.”
Secara umum, penguatan USD ini disebabkan beberapa faktor:
1. Pemulihan ekonomi as terus berlanjut.
Hal ini mendorong eskpektasi kenaikan Fed Fund Rate dari 1,125% di Juni 2015 menjadi 1,375%, meskipun Sebenarnya pada FOMC September 2014 lalu The Fed masih tahankan statement untuk menjaga level suku bunga rendah setelah paska QE Tapering yang diestimasi Oktober 2014. Yield US Treasury tenor 10 tahun juga meloncat dari level terendahnya di 2,3% pada Agustus 2014 lalu ke level 2,6% pada 12 September 2014, dan kemudian kembali turun ke level 2,5%. Hal ini menunjukkan pasar obligasi AS cenderung mengalami koreksi, mendahului kenaikan suku bunga The Fed di 2015.
2. stimulus yang diluncurkan Pemerintah Jepang dan eropa turut menambah pelemahan Yen dan euro.
apa yang menyebabkan penguatan uSD ? Pergerakan USD terhadap mata uang negara lain hingga akhir September 2014.
Periode Bulanan, Year to Date (YTD) dan Tahun 2013
Inflasi terus melambat & balance sheet ECB yang rendah, mendorong harapan akan QE
European Central Bank (ECB) selain menjaga level suku bunga rendah (suku bunga acuan turun menjadi 0,05% dan deposit rate minus 0,2% pada awal September 2014 lalu) serta menawarkan pendanaan jangka panjang untuk melawan deflasi.
Selanjutnya ECB juga diestimasi mengeluarkan QE tambahan minimal Euro 700 Miliar untuk membeli Asset Backed Securities dan portfolio of covered bond, apalagi setelah data inflasi kembali menunjukkan penurunan 0,3% di September 2014 dan
PMI Index yang masih melambat.
Pelemahan Euro hingga mencapai -8,8% YTD ini menjadi pertimbangan ECB apakah akan meluncurkan QE secara massive atau menunggu review paska QE tapering di AS.
AUD JPY IDR MYR KRW EUR PHP SGD INR THB CNY -6.8% -5.3% -4.3% -4.1% -4.1% -4.0% -3.2% -2.2% -2.1% -1.5% 0.1% -1.9% -4.1% -0.1% -0.1% -0.5% -8.8% -1.3% -1.0% 0.1% 0.8% -1.4% -17% -21% -24% -7% 1% 4% -8% -3% -12% -7% 3% sept’14 YtD 2013
Sumber: Bloomberg, data diolah Commonwealth Bank
Sumber: Bloomberg, data diolah Commonwealth Bank
3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 0.3
Inflasi YoY eurozone (%)
Dec-10 Mar -11 Mar -12 Mar -13 Mar -14
“Dengan pemulihan ekonomi AS dan faktor stimulus dari negara maju lainnya, maka konsensus Bloomberg memprediksi rally penguatan USD akan
berlangsung hingga 2015”
“Mengingat pergerakan yield US Treasury sejalan dengan yield obligasi di negara lain (termasuk Eropa dan Emerging Market), maka penurunan harga obligasi AS (kenaikan yield US Treasury) dapat memberikan sentimen negatif pada pasar
obligasi global”
bagaimana Dampaknya Terhadap Pasar obligasi Global ?
Kenaikan Fed Fund Rate akan didahului dengan kenaikan yield
US Treasury, artinya harga obligasi Pemerintah AS berpotensi
mengalami koreksi. Kenaikan suku bunga The Fed menjadi faktor yang diamati oleh kreditur terbesar AS yakni Pemerintah China (10,3%) dan Kokusai Asset Management (Jepang: 10%).
Dengan US Treasury memberikan yield tertinggi relatif terhadap obligasi negara lain, maka menguatnya USD menolong mencegah keluarnya dana investor asing dari pasar obligasi Pemerintah AS senilai US$12.2 Triliun.
Dengan kata lain, penguatan Dollar Index secara signifikan mampu mengubah kerugian dari penurunan harga obligasi menjadi keuntungan bagi pemegang obligasi. US Treasury menjadi The
Best Performing Sovereign Debt pada kuartal 3/2014, bagi investor
dengan denominasi mata uang Euro, Pound dan Yen.
Obligasi Pemerintah AS turun 0,45% sejak Juni 2014, namun dalam mata uang Euro, total return menjadi 6,7%, jauh lebih besar dari keuntungan memegang obligasi Negara lain dan 4 kali keuntungan dari obligasi Jerman yang hanya memberikan 1,7%. Bahkan untuk investor Jepang, total returnnya lebih tinggi lagi 7,6%.
Namun bagi pemegang obligasi AS, hal yang perlu diamati adalah apakah penguatan USD dapat terus menopang kerugian dari penurunan harga obligasi.
apakah kenaikan suku bunga The Fed akan menjadi akhir bagi US Treasury dan penguatan
Dollar Index?
Menurut pendapat kami tidak, karena kami melihat ada kepentingan bagi Pemerintah AS untuk menjaga kenaikan suku bunga secara bertahap dan penguatan USD dalam range yang wajar.
Pertama, bila suku bunga meningkat signifikan, artinya Pemerintah AS akan terbebani dengan borrowing cost (biaya bunga) yang cukup tinggi. Padahal balance sheet (hutang) Pemerintah AS sudah naik hampir 2 kali lipat sejak krisis keuangan di tahun 2008. Pemerintah AS akan berupaya menjaga demand US Treasury untuk menghindari kenaikan signifikan dari borrowing cost. Hal ini dapat kembali memperlambat pertumbuhan ekonomi AS.
Kedua, bila USD terus menguat maka akan mengancam pemulihan pertumbuhan ekonomi. Earning perusahaan AS berpotensi mengalami penurunan, karena sebagian besar diperoleh dari pasar luar negeri. Selain itu, dengan penguatan USD artinya harga komoditas dalam USD menjadi lebih rendah. Untuk pertama kalinya, biaya hidup AS mengalami penurunan sebesar 0,2% di Agustus 2014. Dengan tekanan kenaikan harga yang berkurang maka The Fed diprediksi tidak perlu menaikkan suku bunga acuan secara agresif.
Dengan kenaikan prediksi pertumbuhan ekonomi AS yang lebih cepat di 2015 sekitar 3% (konsensus Bloomberg) maka lebih baik berinvestasi dalam USD. Apalagi The Fed akan mulai menaikkan suku bunga, sehingga memegang US Treasury cukup berisiko.
“Decreasing value in Treasury, so prefer in USD”.
Terlihat dari beberapa Asset Management berbasis AS, sudah mulai melakukan rebalancing dari pasar obligasi AS, ke kelas aset yang lebih aman. Bila hal ini terus berlanjut, maka akan memberikan tekanan berlebihan pada penurunan harga obligasi AS.
Seiring data aktivitas produksi (PMI) cenderung flat di level 51, penurunan impor China, dan penurunan FDI (-14%) maka pasar mengkhawatirkan target pertumbuhan ekonomi China sebesar 7,5% tidak akan tercapai.
Lemahnya kegiatan produksi ini terefleksi pada penurunan harga komoditas Iron Ore, yang memberikan kontribusi 27% pada ekspor Austalia. Secara historis, pergerakan Iron ore indicator cenderung sejalan dengan pergerakan AUD.
Sumber: Bloomberg, data diolah Commonwealth Bank
USD/t 190 160 130 100 70 40 USD 1.10 1.00 0.90 0.80 0.70 0.60 AUD and Iron Ore prices
Pergerakan yield US treasury sejalan dengan yield pasar global
2/01/2009 2/01/2011 2/01/2013
Iron ore indicator price (ihs)
AUD (rhs)
Correlation: 0.47
Sumber: Global Market Research, Commonwealth Bank AU
5 4 3 2 1 0 0.95% 2.5% US Treasury 10yr Euro GovBond yield 10yr UK GovBond yield 10yr
1.9
Jan-11 Mar Jan-12 Jan-13 Jan-14
-11 Mar -13 Mar -12 Mar -14
aNalISa valaS
t
erus membaiknya data pasar tenaga kerja di amerika serikat membawa dampak pada penguatan UsD terhadap mata uang lainnya. rapat FOMc yang lalu menyimpulkan tidak terburu-burunya the Fed dalam melakukan pengetatan kebijakan moneter. Namun angka perbaikan yang signifikan di pasar tenaga kerja menambah fleksibilitas The Fed dalam menaikan Fed Rate lebih cepat. Oleh karena itu, Para pelaku pasar kembali melakukan aksi flight to quality, dengan mengalokasikan lebih asset-asset mereka kembali ke UsD dari high yielding asset.tingkat volatilitas di bulan Oktober 2014 diperkirakan akan tetap tinggi seiring dengan membaiknya data ketenaga kerjaan Amerika Serikat. Dari dalam negeri, USD/IDR juga akan masih bergerak dengan tingkat fluktuasi yang tinggi seiring dengan berjalannya transisi pemerintahan baru dan penguatan UsD terhadap mata uang global.
Pasca pemilu, kondisi politik domestik Indonesia yang didominasi dengan perebutan kekuasaan di parlemen berdampak pada pelemahan IDR terhadap mata uang lainnya. Pada dasarnya kegaduhan politik hanya bersifat sementara, namun stabilias politik akan cederung mampu mewadahi pertumbuhan perekonomian yang baik. Yang perlu diperhatikan adalah apakah agenda-agenda dari pemerintahan baru yang di nahkodai oleh presiden terpilih Joko Widodo mampu membawa sentimen positif di pasar. Terlebih lagi kolaborasi antar parlemen dan pemerintah akan sangat menjadi fokus dari para pelaku pasar. Hal yang akan menjadi uji kolaborasi antar parlemen dan pemerintah adalah rencana pemerintah untuk memangkas defisitnya neraca berjalan dengan pemotongan subsidi BBM.
Sepanjang bulan September 2014 kemarin, USD/IDR didominasi oleh trend naik. Pelemahan IDR diperkirakan akan masih cenderung mewarnai pergerakan USD/IDR pada bulan Oktober 2014 dengan rentang 12.000 – 12.300.
Pada umumnya data-data indikator perekonomian Austarlia yang dirilis pada bulan September 2014 menunjukan adanya perbaikan. Defisit neraca perdagangan yang menipis, salah satunya disebabkan oleh depresiasi nilai tukar AUD terhadap USD. GDP yang dirilis melemah pada pekan terakhir bulan September 2014 turut memberikan kontribusi dalam depresiasi
*Data di atas hanya bersifat indikatif dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kondisi pasar.
Entry Point Profit Taking Cut Loss
EuR/uSD
uSD/JPY
UsD/iDr eUr/UsD GBP/UsD aUD/UsD UsD/JPY
recOMMeNDatiON uSD/IDR
auD/uSD
GbP/uSD
AUD. Dari sektor perumahan, harga rumah di Australia yang kian melambung tinggi membuat kekhawatiran akan terjadinya housing bubble. Hal ini memberikan fleksibilitas lebih kepada RBA untuk melakukan pengetatan kebijakan moneter. Diperkirakan AUD/USD akan cenderung bergerak stabil dengan rentang 0.8550 – 0.8880 pada bulan Oktober 2014
Paska batalnya kemerdekaan Scotland, nilai tukar GBP terus menerus mengalami tekanan turun. Pasalnya pada pekan
JPY telah melemah ke titik terlemah semenjak tahun 2008 di level 110.09 pada akhir bulan September 2014. Pelemahan ini bukanlah hal yang buruk untuk perekonomian Jepang. Daya beli yang melemah dikarenkan pelemahan JPY terhadap mata uang lainnya memang dirasakan oleh perusahaan dengan skala kecil hingga sedang. Namun pelemahan nilai tukar ini pun membawa keuntungan lebih untuk perusahaan skala besar di Jepang yang bergerak di bidang ekspor. Shinzo Abe, perdana menteri Jepang, menghimbau untuk dilakukannya subsidi silang dari perusahaan besar berbasis ekspor ke perusahaan kecil hingga menengah yang terkena dampak negatif dari pelemahan JPY ini.
Diperkirakan pelemahan JPY tidak akan terlalu besar lagi. Cenderung berpotensi koreksi. Diprediksikan USD/JPY akan cenderung bergerak stabil dengan rentang 108.00 – 110.50 pada buan Oktober 2014 Hilangnya momentum pertumbuhan
ekonomi di awal kuartal ke 4 ini ditandai dengan melemahnya indeks aktifitas manufaktur dan jasa di Zona Eropa. Diperkirakan perekonomian Eropa akan cenderung stagnan. Namun ECB telah siap untuk terus memberikan stimulus dan mempertahankan suku bunga pinjaman yang sangat rendah demi menunjang petumbuhan ekonomi di Zona Eropa. Stimulus dan suku bunga simpanan negatif seperti saat ini berpotensi memberikan tekanan jual lebih lagi pada nilai tukar EUR terhadap mata uang lainnya terutama high yielding asset. Hal ini berpotensi memicu carried-trade.
Diperkirakan EUR/USD akan cenderung bergerak melemah dengan rentang 1.2280 – 1.2650 pada bulan Oktober 2014
Expected buying level 12.000 - 12.050 1.2280 - 1.2350 1.5750 - 1.5850 0.8550 - 0.8630 108.50 - 109.10 Expected selling level 12.270 - 12.300 1.2650 - 1.2750 1.6060 - 1.6120 0.8880 - 0.8930 110.30 - 110.80 Long profit taking @ 12.250 and above 1.2550 and above 1.6050 and above 0.8800 and above 110.25 and above Short profit taking @ 12.150 and below 1.2400 and below 1.5825 and below 0.8680 and below 109.20 and below Long cut loss @ 11.850 - 11.900 1.2150 - 1.2220 1.5600 - 1.5650 0.8400 - 0.8450 107.00 - 107.40 Short cut loss @ 12.380 - 12.425 1.2850 - 1.2930 1.6225 - 1.6275 0.9080 - 0.9120 111.25 - 111.75
terakhir di bulan September 2014 neraca berjalan UK mengalami pelebaran defisit dari 20.5B ke 23.1B. Pada awal bulan Oktober 2014 indeks kegiatan manufaktur dan jasa di UK pun menunjukan pelemahan. Hal ini berdampak pada pelemahan GBP terhadap mata uang lainnya. Ditambah lagi faktor eksternal dari AS dengan rencana pengetatan kebijakan yang berdampak pada penguatan USD.
Diperkirakan GBP/USD akan cenderung bergerak melemah dengan rentang 1.5750 – 1.6120 pada bulan Oktober 2014
Sedangkan sektor yang mengalami kenaikan (outperformed) selama September 2014 adalah sektor yang terdiri atas saham-saham defensif.
• Sektor Infra naik 4% didorong kenaikan saham PGAS dan JSMR. • Sektor Konsumsi naik 3,3% didorong kenaikan saham ICBP dan GGRM.
• Sektor Financial naik 2,3%, didorong kenaikan saham BCA. Walaupun saham bank lainnya BRI dan BMRI mengalami penurunan.
Investor asing masih mencatatkan penjualan bersih (Net Sell) senilai Rp7.4 Triliun selama September 2014. Melanjutkan Net Sell di Agustus 2014 Rp1.3 Triliun, namun karena tingginya Net Buy di Juli 2014 Rp14.6 Triliun, maka akumulasi selama kuartal 3/2014 masih mencatatkan Net Buy Rp5.9 Triliun.
Sesuai ekspektasi kami, pada CommInsight periode September 2014, bahwa dalam jangka pendek, akan terdapat tekanan yang mempengaruhi pergerakan pasar saham. Hal ini ditunjukkan dari
risk appetite investor asing yang meningkat (inflow mulai berkurang
di Agustus 2014 dan cenderung Net Sell).
CoMMINSIGHT
EQUITY MARKET REVIEW & OUTLOOK
s
elama bulan september 2014, iHGs ditutup flat, hanya naik tipis sebesar 0,01% ke level 5.137.6. sebagian besar sektor mengalami koreksi, terutama pada sektor Properti & Construction (-5,5%) yang sudah mengalami kenaikan tertinggi (32% YtD). selanjutnya disusul sektor aneka industri (-5,1%), Mining (-4,7%), industri Dasar (-4,6%) dan agri (-4,2%).IHSG & Arus Dana Asing di Portofolio Saham (Rp Triliun)
Pergerakan IHSG (September 2014)
apakah yang Mempengaruhi Pergerakan IHSG selama September 2014
Pergerakan IHSG diawali dengan rally kenaikan hingga mencapai puncaknya di level 5.246 pada 8 September 2014. Selanjutnya menjelang FOMC meeting, terjadi koreksi dan IHSG cenderung flat di kisaran 5.100.
Setelah FOMC meeting pada 16 September 2014, IHSG kembali mengalami kenaikan, seiring optimisme bahwa The Fed masih akan menahan level suku bunga rendah. Namun kenaikan IHSG hanya bertahan selama 3 hari, dari level 5.228 kembali turun dan ditutup pada level 5.138. Penurunan ini disebabkan, beberapa faktor : • Kenaikan atas estimasi Fed Fund Rate dari 1,125% di Juni 2015 menjadi 1,375% di semester 1/2015.
• Tren penguatan Dollar Index yang mendorong investor asing untuk keluar dari Indonesia, dengan tujuan mengamankan posisi investasinya ke dalam mata uang yang mengalami penguatan.
• Ditambah lagi kekhawatiran investor atas risiko politik, yang ditandai dengan keputusan DPR yang menolak “Pilkada langsung”.
Hal ini terbilang mengecewakan dan memicu reaksi negatif investor asing. Padahal sebelumnya, survei LSI meng-estimasi 81% pemilu (sebagian besar) masyarakat Indonesia menginginkan Pilkada langsung.
Dengan tekanan jual dari investor asing, maka pada akhir September 2014, tidak terlihat aktivitas window dressing yang mampu menggerakan IHSG.
Selanjutnya, bagaimana Ekspektasi Pelaku Pasar di bulan oktober 2014
Memasuki awal Oktober 2014, sentimen negatif masih melanda pasar, sehingga mendorong IHSG ke level di bawah 5000. Kekhawatiran terhadap risiko global khususnya arah kebijakan The Fed dan risiko politik dalam negeri masih cukup tinggi.
1. Faktor global, khususnya berkaitan dengan arah kebijakan the Fed semakin mempengaruhi pergerakan pasar modal global dan termasuk indonesia.
Apalagi di tengah masa berakhirnya program pembelian aset (QE tapering) pada Oktober 2014 ini. Data ekonomi yang menunjukkan pemulihan ekonomi AS menjadi faktor yang perlu diamati dan terbukti menjadi pemicu kekhawatiran pasar akan potensi kenaikan suku bunga The Fed lebih cepat dari estimasi awal di akhir semester I/2015.
Kekhawatiran ini terlihat dari peningkatan US Treasury Yield dan penguatan mata uang Dollar (USD). Kedua hal ini nya mendorong investor memindahkan investasinya dari kelas aset berisiko (termasuk Emerging Market, Indonesia) ke kelas aset yang lebih aman (berdenominasi US).
Kami melihat normalisasi kebijakan The Fed akan terjadi kedepannya, namun dampaknya tidak akan seburuk yang diperkirakan.
“Pertama, karena Pemerintah AS memiliki kepentingan untuk menjaga kenaikan suku bunga
bertahap dan penguatan USD dalam range yang wajar. Kedua, faktor ketahanan eksternal kita
sudah lebih kuat“
Sumber: Bloomberg, data diolah Commonwealth Bank
Sumber: Bloomberg, data diolah Commonwealth Bank
20.0 15.0 10.0 5.0 -(5.0) (10.0) 4,274 (5.3)Dec-13
Jan-14 Feb-14 Apr
-14
Jun-14 Aug-14
Mar
-14
May-14 Jul-14 Sep-14
(1.3) (7.4) IHSG
Foreign Flow (Rp Tn) Net Buy (+) & Net Sell (-) 7.8 4.3 14.5 14.6 5,138 11.5 9.5 2.7 5,000 4,000 3,000 29-Aug-14 5,260 5,240 5,220 5,200 5,180 5,160 5,140 5,120 5,100 5,080 5,060 5,137 5,246 5,131 5,228 5,138
2-Sep-14 6-Sep-14 10-Sep-14 14-Sep-14 18-Sep-14 22-Sep-14 26-Sep-14 30-Sep-14 31-Aug-14 4-Sep-14 8-Sep-14 12-Sep-14 16-Sep-14 20-Sep-14 24-Sep-14 28-Sep-14
b. Meningkatkan cadangan devisa hingga Us$111.2 Miliar dari level terendahnya Us$92.7 Miliar (Juli 2013), sehingga
mampu mengcover 6.5 bulan pembayaran impor dan hutang luar negeri.
Walaupun Rupiah mengalami pelemahan ke level di atas Rp12.000/USD namun hal ini sejalan dengan pelemahan mata uang regional terhadap USD. Rupiah dibiarkan bergerak melemah mengikuti pergerakan pasar untuk mengantisipasi faktor eksternal kedepannya. Dalam hal ini, kebijakan BI adalah menjaga volatilitas dan terus meningkatkan likuiditas USD dalam sistem perbankan.
c. Walaupun neraca perdagangan agustus 2014 kembali
defisit sebesar US$318 Juta, namun kami melihat defisit neraca perdagangan hingga akhir tahun 2014 masih terjaga pada range 3 – 3.2% terhadap GDP.
Menariknya, defisit perdagangan ini relatif lebih baik dari tahun 2013 lalu, walaupun dampak dari larangan ekspor ore masih kita rasakan dan harga komoditas ekspor utama (batu bara dan CPO) masih mengalami penurunan.
Pemerintah juga tidak diam begitu saja, dengan memberikan diskon pada tarif ekspor mineral concentrate dan mudah perijinan ekspor mineral concentrate.
d. ekspektasi pertumbuhan ekonomi kuartal 3/2014 yang
akan dirilis pada akhir Oktober awal November 2014, masih melambat pada kisaran 5-5,2%.
Cadangan Devisa (USD Miliar) & Pergerakan Rupiah
Neraca Perdagangan (USD Juta)
“Walaupun melambat namun kami menilainya sebagai bagian dari proses
stabilisasi ekonomi.”
Ekonomi memang tumbuh melambat, namun kontribusi konsumsi domestik masih cukup kuat. Dengan potensi konsumsi yang begitu besar dan indeks keyakinan bisnis masih cukup solid maka kontribusi investasi diestimasi akan kembali meningkat pada kuartal selanjutnya. Apalagi kita sudah melalui masa Pemilu. Di mana secara historis, pada tahun pemilu, kegiatan investasi relatif menurun.
Selain itu kontribusi pengeluaran pemerintah terhadap ekonomi juga diestimasi mengalami peningkatan di kuartal 4. Umumnya, berbagai proyek pemerintah terus digenjot untuk mengejar realisasi anggaran tahun 2014. Artinya, ada tambahan sekitar Rp100 – 150 triliun yang akan masuk ke likuiditas sistem perbankan dari penarikan dana rekening Pemerintah.
Walaupun masih banyak perbaikan yang perlu dilakukan untuk membenahi struktur ekonomi dan neraca berjalan, namun upaya Pemerintah terus dilakukan untuk menjaga stabilitas makro ekonomi.
a. Bank indonesia Mempertahankan Tightening Bias Policy.
Level suku bunga acuan dijaga pada 7,5% walaupun laju inflasi sudah menurun ke 4,5%
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Jan-13 Feb-13 Apr Jan-14 Feb-14
-13
Apr
-14
Jun-13 Aug-13 Nov-13 Jun-14 Aug-14
Mar
-13
Mar
-14
May-13 Jul-13 Sep-13 Oct-13 Dec-13 May-14 Jul-14 Sep-14
CPI YoY BI Rate 8.8
7.5 6.7
4.0 4.5
Sumber: Bloomberg, data diolah Commonwealth Bank
Sumber: Bloomberg, data diolah Commonwealth Bank
Sumber: Bloomberg, data diolah Commonwealth Bank
140 120 100 80 60 40 20 0 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000
-Jan-12 Feb-12 Apr Jan-13 Feb-13 Jan-14 Feb-14
-12
Apr
-13
Apr
-14
Jun-12 Aug-12 Nov-12 Jun-13 Aug-13 Nov-13 Jun-14 Aug-14
Mar -12 Mar -13 Mar -14
May-12 Jul-12 Sep-12 Oct-12 Dec-12 May-13 Jul-13 Sep-13 Oct-13 Dec-13 May-14 Jul-14 Sep-14
Forex Reserve (USD Bn)
Rp/USD USD Bn Rp/USD Ccy 12,213 12,188 92.7 112.2 1,500 1,000 500 0 (500) (1,000) (1,500) (2,000) (2,500)
Jan-13 Feb-13 Apr Jan-14 Feb-14
-13
Apr
-14
Jun-13 Aug-13 Nov-13 Jun-14 Aug-14
Mar
-13
Mar
-14
May-13 Jul-13 Sep-13 Oct-13 Dec-13 May-14 Jul-14
1,525 785 777 673 70 124 (657) (431) (1,960) (305) (318)
Valuasi IHSG (Price to Earnings Ratio 2015)
Mata uang Rupiah langsung melemah tajam ke level di atas Rp12.000/USD, menuju tren pelemahan di Desember 2013 lalu.
2. Faktor kedua yang menjadi kekhawatiran pasar adalah risiko politik.
Meningkatnya risiko politik, dipicu dengan beberapa keputusan DPR yang berhasil dicapai Koalisi Merah Putih. Dari keputusan mengenai Pilkada langsung hingga terpilihnya paket Pimpinan DPR sesuai usulan dari Koalisi Merah Putih.
Koalisi Merah Putih, dipimpin oleh Gerindra dan Golkar, terdiri atas 5 Parpol (292 kursi). Sedangkan Koalisi Indonesia Hebat, dipimpin oleh PDI terdiri atas 4 Parpol memiliki 207 kursi. Sedangkan Demokrat belum tergabung dalam Koalisi memiliki 61 kursi.
Pada awalnya, pasar memiliki harapan adanya partai yang akan masuk memperkuat Koalisi Indonesia Hebat, namun ternyata komunikasi tidak berhasil dan akhirnya kursi Pimpinan DPR jatuh di tangan kubu Koalisi Merah Putih.
Pelaku pasar khawatir ketidakharmonisan antara Pemerintah dengan Parlemen akan menghambat berbagai program kerja penting dari Pemerintahan Jokowi.
Namun kami melihat kekhawatiran ini cenderung berlebihan. Pertama, menguasai Parlemen (DPR dan Kepala Daerah) bukan jaminan pemerintahan yang efektif. Sebelumnya, rezim SBY yang
Katalis berikutnya yang kami nilai bisa menggerakan pasar adalah pengumuman kabinet berlatar belakang profesional yang akan diumumkan kisi-kisinya sejalan dengan pelantikan Presiden, upaya Pemerintahan baru merangkul lawan politiknya dan kepastian akan rencana kenaikan BBM.
Dengan masuk pada valuasi (harga) saham yang rendah maka potensi upside menjadi lebih besar. Pada level saat ini, potensi upside berkisar 15-20% dengan menggunakan target IHSG dengan
range 5.400 – 6000 (PE Ratio) di level 15 – 16.4x pada Earning
Estimasi 2015.
Akumulasi masuknya dapat dilakukan secara bertahap, dengan tetap memperhatikan hasil FOMC meeting pada pertengahan Oktober 2014 dan kepastian harga BBM.
e. rencana pengendalian subsidi BBM untuk meningkatkan ketahanan fiskal.
Pengendalian subsidi BBM berpotensi menghemat anggaran sekitar 50-70 triliun dapat dialokasikan pada pembangunan infrastruktur. Dengan demikian, ketersediaan infrastruktur selain dapat menopang laju pertumbuhan ekonomi di atas 6% juga dapat mengurangi kebutuhan Pemerintah dalam penerbitan hutang.
Walaupun tidak serta merta terlihat pada rencana penerbitan hutang tahun 2015 yang diestimasi masih mengalami peningkatan. Namun setidaknya rasio hutang terhadap GDP dapat tetap dikendalikan.
menguasai suara di DPR tetap mendapat tantangan dari koalisinya sendiri. Ketegasan dan keberanian Presiden dalam mengambil keputusan non-populis jauh lebih penting daripada koalisi. Kedua, Presiden tetap memiliki kuasa eksekutif yang besar. Menteri, pemimpin BUMN, dan polisi di bawah kekuasaan Presiden. Sehingga kalaupun Kepala Daerah dikuasai oleh partai oposisi, berbagai program reformasi seharusnya tetap dapat dilakukan.
valuasi Saham Menjadi lebih Menarik,
Menawarkan Upside keuntungan yang lebih besar
Dengan kekhawatiran pasar yang berlebihan maka IHSG mengalami koreksi. Hingga awal Oktober 2014 mencapai level 5000 atau ekuivalen dengan dengan Price to Earning Ratio (P/E) 13.8x pada Earning Estimasi 2015. Level ini dinilai cukup menarik karena sudah berada dalam range P/E +1 Std. Deviation. Akhirnya, dengan berbagai noise di pasar, kami melihatnya sebagai opportunity untuk mengakumulasikan efek - efek yang memiliki fundamental bagus. Apalagi dari segi stabilitas makro ekonomi tidak ada yang berubah signifikan, masih on track dalam perbaikan.
Sumber: Bloomberg, data diolah Commonwealth Bank
Sumber: Bloomberg, data diolah Commonwealth Bank
12,500 12,000 11,500 11,000 10,500 10,000 6.0% 4.0% 2.0% 0.0% -2.0% -4.0% -6.0%
30-Aug-13 31-Oct-13 31-Jan-14 31-Mar
-14
30-Sep-13 30-Nov-13 28-Feb-14 30-Apr
-14
30-Jun-14 30-Sep-14 31-Dec-13 31-May-14 31-Jul-14 31-Aug-14
Rp/USD % Spread toForward 1M
Feb-12 Apr Jun-12 Jun-13 Jun-14
-12
Apr
-13
Apr
-14
Aug-12 Dec-12 Aug-13 Dec-13 Aug-14 Dec-11 Oct-12 Feb-13 Oct-13 Feb-14 Oct-14
13.8 13.1 15.0 14.5 14.0 13.5 13.0 12.5 12.0 11.5 11.0 10.5 10.0
ouTlook kE DEPaN
Sejalan dengan pasar saham, kami melihat penurunan harga obligasi yang cukup besar ini cenderung over reaction. Hal ini memberikan peluang masuk pada level harga yang rendah. Namun hal ini sebaiknya dilakukan secara bertahap dan dengan memperhatikan faktor utama sebagai berikut:
• Mata uang Rupiah mulai menunjukkan sinyal penguatan. • Kepastian akan rencana kenaikan harga BBM. Mengingat dalam jangka pendek, kenaikan harga BBM dapat memicu kenaikan inflasi.
Secara historis di tahun 2013, untuk kenaikan BBM sebesar Rp2000/liter akan mendorong tambahan kenaikan inflasi bulanan sebesar 5% selama 3 bulan pertama. Selanjutnya laju inflasi cenderung normalisasi.
sebagai kesimpulannya, dengan kondisi stabilisasi makro ekonomi yang terjaga dengan baik maka faktor pelemahan rupiah saat ini dinilai terlalu berlebihan. apalagi bila Pemerintah Jokowi berhasil melakukan reformasi di bidang energi.
keseriusan Pemerintah Jokowi dalam menjalankan agenda reformasinya sangat ditunggu oleh investor asing. apabila pengendalian subsidi BBM mulai dilakukan oleh Pemerintah Jokowi, maka hal ini dapat menjadi langkah awal yang penting menuju investment cycle berikutnya bagi pasar modal indonesia.
BOND MARKET REVIEW & OUTLOOK
Yield Curve Obligasi Pemerintah Indonesia Rupiah
Yield Curve Obligasi Pemerintah Indonesia (INDON)
Kepemilikan Asing di Pasar Obligasi
Harga obligasi Pemerintah Indonesia Mengalami koreksi, Seiring kekhawatiran atas kenaikan Suku bunga The Fed & Pelemahan Rupiah
Selama September 2014, pergerakan obligasi Pemerintah Indonesia mencatatkan kinerja negatif. Penurunan harga obligasi Rupiah berkisar 1,7 - 3%, terutama pada seri benchmark (tenor 15 dan 20 tahun). Penurunan harga obligasi ini ditandai dengan kenaikan yield, misalnya untuk tenor 10 tahun dari 8,1% di akhir Agustus 2014 menjadi 8,5% di akhir September 2014.
Adapun untuk obligasi dalam mata uang non Rupiah (INDON), mengalami penurunan berkisar 0,7% - 57%, terutama pada tenor panjang 20 hingga 30 tahun.
Selama September 2014, investor asing masih melakukan akumulasi di pasar obligasi, walaupun inflow sudah relatif berkurang, sehingga kepemilikan asing meningkat menjadi Rp447.4 Triliun di akhir September 2014. Hal ini menjadikan level kepemilikan asing terus mengalami kenaikan mencapai 37% terhadap obligasi Pemerintah. Namun seiring kekhawatiran di pasar global atas potensi kenaikan suku bunga The Fed dan faktor pelemahan Rupiah, maka investor asing mulai melakukan Net Sell, sehingga porsi kepemilikan asing sedikit berkurang sebesar Rp4 Triliun ke level Rp443,4 Triliun pada awal Oktober 2014 ini.
Hal ini juga terlihat pada hasil lelang obligasi Pemerintah terakhir di QQ3/2014, di mana Pemerintah hanya menerbitkan Rp7.75 Triliun di bawah target awal Rp10 Triliun. Partisipasi investor asing dalam lelang juga mengalami penurunan sebesar Rp4.9 Triliun, dibandingkan periode sebelumnya Rp7.5 Triliun. Pelemahan nilai Rupiah hingga ke level di atas Rp12.000/USD menjadi trigger utama keluarnya investor asing di pasar obligasi, mengingat investor asing banyak masuk ke Indonesia pada periode Februari-Maret 2014 di mana level Rupiah menguat ke kisaran Rp11.300-11.600/USD. Sumber: Bloomberg Sumber: Bloomberg 600 500 400 300 200 100 0 13,000 11,000 9,000 7,000 5,000 3,000 1,000 (1,000) Rp Triliun Rp/USD
Kepemilikan Asing (Rp Tn) Rp/USD 9,404 8,996 9,069 9,793 12,171 12,118 12,361 108 196 223 271 324 361 404447
Dec-09 Apr Aug-10 Aug-11 Aug-12 Aug-13 Aug-14
-10
Dec-11 Dec-12 Dec-13 Dec-10 Apr -11 Apr -12 Apr -13 Apr -14
DISClaIMERS
Kecuali dinyatakan lain, semua data bersumber dari berita media massa, dan tidak diterbitkan oleh PT Bank Commonwealth (PTBC). PTBC harus dijamin untuk dibebaskan dari tanggung jawab, termasuk tetapi tidak terbatas pada penuntutan hukum oleh pihak ketiga. PTBC beserta direkturnya, karyawannya dan perwakilannya dalam Lampiran ini selanjutnya bersama-sama disebut sebagai “Grup” “Laporan ini diterbitkan semata-mata untuk tujuan informasi dan tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu ajakan atau penawaran untuk membeli efek atau instrumen keuangan.. Laporan ini telah disusun tanpa mempertimbangkan tujuan, situasi keuangan dan kapasitas untuk menanggung kerugian, pengetahuan, pengalaman atau kebutuhan orang-orang tertentu yang mungkin menerima laporan ini. Tidak ada anggota dari Grup yang melakukan atau harus melakukan penilaian kelayakan atau penyesuaian laporan untuk penerima laporan ini yang karenanya tidak mendapatkan manfaat dari perlindungan peraturan dalam hal ini. Laporan ini bukan nasihat atau petunjuk. Semua penerima laporan ini harus, sebelum bertindak atas dasar informasi dalam laporan ini, mempertimbangkan kewajaran/kelayakan dan kesesuaian informasi, dengan memperhatikan tujuan-tujuan mereka sendiri, situasi keuangan dan kebutuhan, dan, jika perlu mencari profesional yang tepat, memperhatikan kondisi valuta asing atau nasihat keuangan tentang isi laporan ini sebelum membuat keputusan investasi. Kami percaya bahwa informasi dalam laporan ini adalah benar dan setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang cukup telah diadakan atau dibuat, berdasarkan informasi yang tersedia pada saat kompilasi, tetapi tidak ada pernyataan atau jaminan, baik tersurat maupun tersirat, yang dibuat atau disediakan untuk akurasi, kehandalan atau kelengkapan setiap pernyataan yang dibuat dalam laporan ini. Setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang ditetapkan dalam laporan ini dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan dan mungkin berbeda atau bertentangan dengan, kesimpulan pendapat atau rekomendasi yang diungkapkan oleh Grup di tempat lain. Kami tidak berkewajiban untuk, dan tidak,memberitahukan perkembangan terkini atau terus mengikuti informasi terkini yang terdapat dalam laporan ini. Grup tidak menerima tanggung jawab untuk setiap kerugian atau kerusakan yang timbul akibat dari penggunaan seluruh atau setiap bagian dari laporan ini. Setiap penilaian, proyeksi dan prakiraan yang terkandung dalam laporan ini didasarkan pada sejumlah asumsi dan perkiraan dan tunduk pada kontinjensi dan ketidakpastian. Asumsi dan perkiraan yang berbeda dapat mengakibatkan hasil material yang berbeda pula. Grup tidak mewakili atau menjamin bahwa salah satu proyeksi penilaian atau prakiraan, atau salah satu dasar asumsi atau perkiraan, akan dipenuhi. Kinerja masa lalu bukan merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk kinerja masa depan. Grup tidak menjamin kinerja dari produk investasi atau pembayaran kembali modal dengan produk yang didistribusikan oleh PTBC. Investasi dalam produk ini bukan merupakan simpanan atau kewajiban lainnya dari Grup atau anak perusahaannya dan setiap jenis produk investasi memiliki resiko investasi termasuk hilangnya pendapatan dan modal yang diinvestasikan. Contoh yang digunakan dalam komunikasi ini hanya untuk ilustrasi. Semua materi yang disajikan dalam laporan ini, kecuali bila ditentukan lain, berada di bawah hak cipta Grup. Tak satu pun dari materi, maupun isinya, maupun salinannya, dapat diubah dengan cara apapun, ditransmisikan ke, disalin atau didistribusikan kepada pihak lain, tanpa izin tertulis dari perusahaan terkait yang menjadi bagian dalam Grup. Grup, berikut agennya, asosiasinya dan kliennya memiliki atau telah memiliki posisi panjang atau pendek pada efek atau instrumen keuangan lainnya yang disebut di sini, dan dapat setiap saat melakukan pembelian dan / atau penjualan terhadap kepentingan atau surat berharga dalam kapasitasnya sebagai prinsipal atau agen, termasuk menjual atau membeli dari klien atas dasar pokok dan dapat terlibat dalam transaksi yang tidak konsisten dengan laporan ini. Silahkan melihat website kami di www.commbank. co.id untuk informasi lebih lanjut. Jika Anda ingin berbicara dengan seseorang mengenai instrumen keuangan yang dijelaskan dalam laporan ini, silakan hubungi kami hubungi Call Centre kami di 62,21 7917 6000 atau email kami di [email protected].
Commonwealth Bank of Australia (CBA) Group adalah bank terbesar di Australia dengan reputasi internasional, rating AA yang hanya dimiliki oleh 16 bank di dunia dan juga salah satu dari 12 bank teraman di dunia versi majalah Global Finance. CBA sudah beroperasi hampir satu abad lamanya, melayani lebih dari 10 juta nasabah di Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, Eropa, Jepang dan wilayah Asia Pasifik seperti Cina dan Vietnam. CBA Group di Australia kini telah memiliki 1.010 kantor cabang dengan didukung oleh 45.000 orang karyawan dan menawarkan beragam produk perbankan, investasi, asuransi, pialang dan jasa keuangan lainnya.
Di Indonesia, kehadiran CBA Group diwakili oleh tiga perusahaan. Commonwealth Bank di sektor perbankan, Commonwealth Life di bidang asuransi, dan First State Investments Indonesia di bidang manajemen investasi.