• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal TUTUR, Vol. 4 No. 1 Februari 2018 ASOSIASI PENELITI BAHASA-BAHASA LOKAL (APBL) KEBERTAHANAN FONOLOGIS BAHASA HELONG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal TUTUR, Vol. 4 No. 1 Februari 2018 ASOSIASI PENELITI BAHASA-BAHASA LOKAL (APBL) KEBERTAHANAN FONOLOGIS BAHASA HELONG"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KEBERTAHANAN FONOLOGIS BAHASA HELONG Halus Mandala

Universitas Muhammadiyah Mataram e-mail: halusm@ymail.com

Abstrak

Penelitian ini mengkaji kebertahanan fonologis salah satu bahasa dari kekerabatan bahasa . Bahasa Helong (Hl) yang hidup di Pulau Semau menarik untuk dikaji sebagai bahasa yang memiliki kemampuan bertahan secara fonologis dalam perjalanan sejarahnya dibandingkan dengan bahasa-bahasa berkerabat lainnya. Penelitian ini dimaksudkan untuk menemukan faktaretensi bahasa Hl dan inovasi fonem pada bahasa-bahasa yang diteliti pada kelompok bahasa Timor.Data dikumpulkan melalui kosakata dasar Swadesh dan daftar Holle sertadianalisis menggunakan metode diakomparatif. Hasil analisis membuktikanbahwa bahasa Hl merupakan salah satu dari sepuluh bahasa yang diteliti memiliki relasi kekerabatan erat sebagai kelompok bahasa Timor (PT). kelompok bahasa PT terdiri atas empat sebkelompok, yakni PKWN, PTKM, PTRD, dan Hl. Bahasa Hl memiliki kebertahanan fonologis dibandingkan subkelompok lainnya. Kebertahanan fonologis tersebut ditandai dengan PT *b dan *k mengalami retensi pada bahasa Hl. Sementara itu, PT *b dan *k terjadi inovasi dalam bentuk split pada subkelompok lainnya.

Kata kunci: kekerabatan, kebertahanan fonologis, retensi, inovasi. Abstract

This study examined the phonological resistance of one of Timorese kinship languages. The language of Helong (Hl) that exists in Semau Island is quite interesting to be studied as a language that has the ability to survive phonologically in the course of its history compared to other related languages. This study is intended to find facts of Hl language retention and phoneme invention in the languages studied in the Timorese language group. The data were collected through Swadesh's basic vocabulary and Holle list and analyzed using the diacomparative method. The results of the analysis proved that Hl is one of the ten languages which have been studied that have close kinship relation as Timorese language group (PT). The PT language group consisted of four groups, namely PKWN, PTKM, PTRD, and Hl. Hl language has phonological resistance compared to other subgroups. The phonological resistanceis characterized by PT * b and * k that get retention to Hl. Meanwhile, PT * b and * k innovation occurs in the form of splittingon other subgroups.

Keywords: kinship, phonological resistance, retention, innovation. PENDAHULUAN

Penelitian ini fokus padaaspek fonologi bahasa Helong (Hl) yang penuturnya hidup di Pulau Semau dan sekitarnya terletak sebelah barat laut kota Kupang. Bahasa tersebut merupakan salah satu subkelompok dari kelompok bahasa Timor. Kelompok bahasa Timor diklasifikasikan terdiri atas empat subkelompok yang meliputi subkelompok KWN (Mandala, 1999), subkelompok TKM (Sanda, 1998), Subkelompok TRD (Putrayasa,

(2)

1998) dan subkelompokHl. Subkelompok KWN meliputi tiga bahasa, yaitu (1) Kairui (Kr), (2) Waimoa (Wm), (3) Naueti (Nt) yang penuturnya hidup di Timor Leste bagian timur. Subkelompok TKM terdiri atas tiga bahasa, yakni bahasa (4), Tokodede(Tk), (5) Kemak (Km), dan(6)Mambae (Mb) yang ditutur masyarakat Timor Leste bagian barat. Subkelompok TRD meliputi tiga bahasa, yaitu (7) Tetun (Tt), (8) Rote (Rt), (9) Dawan (Dw)yang berkembang di Timor Tengah Utara (TTU), Timor Tengah Selatan (TTS), dan SoE. Subkelompok Hl hanya terdiri atas sebuah bahasa (10) Hl. Dengan demikian, kelompok bahasa Timor yang diteliti meliputi empat subkelompok yang terdiri atas 10 bahasa.

Dalam sejumlah hasil penelitian, bahasa Hl kurang mendapat perhatian para peneliti. Di samping populasi penuturnya relaitf tidak banyak, juga sebagian besar penuturnya terisolasi di pulau kecil yang relatif tidak mudah dijangkau. Artinya, bahasaHl kurang populer di mata para peneliti. Di balik itu sesungguhnya bahasa Hl menyimpan potensi dan berpeluang untuk dikaji lebih mendalam.Sesungguhnya bahasa Hl menarik untuk diteliti selain memiliki ciri khas sebagai subkelompok tersendiri yang hanya terdiri atas sebuah bahasa (Mandala, 2014) juga memiliki keunikan tersendiri jika dilihat dari aspek fonologisnya.Secara fonologis, bahasa Hl memperlihatkan keunikan jika dibandingkan sub-subkelompok lainnya dalam konteks kekerabatannya sebagai kelompok bahasa Timor (Mandala, 2014). Keunikan tersebutlah yang diungkap dan dikaji dalam penelitian ini. Secara historis diyakini bahwa setiap bahasa dalam perjalanannya mengalami proses perubahan dalam bentuk pengurangan fonem-fonem melaluiaphaeresis, synkope, dan apocope atau penambahan fonem-fonem melalui prothesis, epenthesis, dan paragoge.

Hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini dilakukan Sanda (1998), Putrayasa (1998), Mandala (1999), dan Mandala (2014).Dalam Sanda (1998) dikaji rekonstruksi protobahasa Mb-Tk-Km (PMTK). Artinya, secara akurat telah terbukti bahwa bahasa Mb, Tk, dan Km merupakan kelompok bahasa tersendiri yang memiliki hubungan kekerabatan yang erat di antaranya. Dalam Putrayasa (1998) dikaji hubungan kekerabatan bahasa Tt, Rt, dan Dw. Diungkap pula bahwa ketiga bahasa tersebut merupakan kelompok bahasa yang memiliki relasi kekerabatan yang erat di antaranya. Secara terpisah Mandala (1999) juga mengungkap pengelompokan genetis bahasa Kr, Wm, dan Nt. Secara eksplisit terbukti ketiga bahasa tersebut sebagai kelompok bahasa yang memiliki relasi kekerabatan yang erat. Berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut Mandala (2014) melansir dalam Pengelompokan Genetis Bahasa Timor. Hasil penelitian terakhir membuktikan bahwa ketiga kelompok bahasa tersebut merupakan empat subkelompok termasuk subkelompok Hl sebagai kelompok bahasa Timor yang secara keseluruhan terdiri atas 10 bahasa.

Mengacu dari hasil-hasil penelitian di atas, masalah hakiki penelitian ini berkaitan dengan proses perjalanan panjang bahasa Hl yang sekarang dengan asumsi bahwa bahasa Hl merupakan salah satu bahasa dari 10 bahasa yang berasal dari satu protobahasa yang sama yaitu Protobahasa Timor (PT). Dalam proses perjalanan panjang dari PT sebagai kelompok bahasa Timor berbelah menjadi sub-subkelompok (1) KWN, (2) TKM, (3) TRD, dan (4) Hl diyakini telah terjadi proses perubahan baik secara fonologis, leksikal, semantik, morfologis dan aspak-aspek bahasa lainnya. Dalam penelitian ini dilakukan kajian yang dibatasi pada aspek fonologis yang bertumpu pada aspek leksikal dengan pertimabangan sebagai berikut. Pertama, melalui kajian leksikal, bisa diperoleh informasi tentang budaya, sejarah, kehidupan sosial, dan fakta-fakta geografis suatu masyarakat bahasa. Kedua, kajian yang paling berhasil pada studi historis komparatif adalah pada tataran fonologis karena faktor-faktor sebagai berkut. (a) Segmen atau unsur fonologis merupakan unsur terkecil dalam suatu bahasa, dengan demikian lebih

(3)

mudah dapat diamati. (b) Lebih mudah ditemukan fakta yang relevan dibandingkan dengan tataran lainnya. Dari sebuah tuturan kecil dengan cepat dan banyak dapat ditemukan fakta yang diperlukan. (c) Masalah bunyi telah banyak dikaji dalam studi linguistik, sehingga telah menjadi kajian yang sangat mapan. (d) Perubahan bunyi itu beraturan dan dapat memberi indikasi hubungan di antaranya (Hock, 1988:573--592).

Perubahan fonem suatu bahasa berkaitan dengan pemakai bahasa tersebut. Semakin luas pergaulan dan mobilitas pemakai bahasa, fonem-fonem bahasa tersebut semakin mudah mengalami perubahan. Sebaliknya, semakin terisolasi penutur suatu bahasa, fonem-fonem bahasanya tidak mudah mengalami perubahan. Artinya, fonem-fonem bahasa tersebut berpeluang lebih kuat daya kebertahanannya dariproses perubahan yang terjadi. Penutur bahasa Hl sebagian besar hidup terisolasi yang berada di pulau terpencil yang relatif tidak mudah dijangkau. Jika pernyataan tersebut itu benar, ada indikasi terjadi kebertahanan fonologis bahasa Hl dalam konteks hubungan kekerabatan secara historis dengan kelompak bahasa-bahasa yang diteliti. Berdasarkan uraian tersebut, masalah hakiki penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. Bagaimanakah bentuk kebertahanan fonologis bahasa Hl dalam konteks hubungan kekerabatan kelompok bahasa Timor?

METODE PENELITIAN Metode Pengelompokan

Pengelompokan bahasa yang diteliti dilakukan berdasarkan bukti kuantitatif dan kualitatif. Bukti kuantitatif diperoleh melalui data yang terkumpul dengan daftar 200 kosakata dasar Swadesh (revisi Blust, 1980). Data itu dianalisis dengan teknik leksikostatistik dengan rumus jumlah pasangan kognat dibagi jumlah gloss yang terisi kali seratus persen. Berdasarkan angka persentase itu dapat diketahui tingkat keeratan hubungan genetis kelompok bahasa itu dan posisinya dengan semua bahasa di sekitarnya serta dengan dasar itu silsilah kekerabatannya dapat disusun.

Pengelompokan itu belum tuntas, untuk itu diperlukan bukti kualitatif yang dapat berfungsi ganda. Pertama, untuk memperkuat silsilah yang telah ditetapkan, jika hasilnya saling mendukung. Kedua, jika bertentangan bukti kualitatif berfungsi menganulir hasil sebelumnya (Blust, 1981). Bukti kualitatif yang diperoleh dengan daftar Holle 1600 kata dianalisis dengan teknik korespondensi terhadap unsur-unsur inovasi bersama yang eksklusif. Hasil analisis itu disarikan dalam bentuk klasifikasi (a) bukti penyatu kelompok, dan (b) bukti pemisah kelompok sekaligus penyatu subkelompok. Berdasarkan bukti-bukti itulah tingkat keeratan kelompok bahasa itu ditetapkan dalam bentuk garis silsilah yang difinitif.

Metode Rekonstruksi

Dalam tahap ini dilakukan penemuan protobahasa Timor dan protobahasa di bawahnya. Metode yang digunakan adalah metode rekonstruksi, baik rekonstruksi fonologis maupun leksikal. Cara kerja rekonstruksi protobahasa melalui teknik induktif (bottom-up Reconstruction) (Dempwollf, 1938). Langkah penetapan protofonem dilakukan dengan cara penetapan protofonem demi protofonem sebagai urutan langkah rekonstruksi fonologi, dilanjutkan dengan rekonstruksi leksikal.

Metode Penelusuran Fonem

Metode ini digunakan untuk menemukan perubahan fonem yang terjadi pada bahasa Hldalam relasinya dengan fonem-fonem pada sebkelompok lainnya. Sebelum metode ini diterapkan terlebih dahulu diterapkan metode pantulan yang ditujukan untuk menelusuri keterhubungan PAN dengan PT, keterhubungan PT dengan protobahasa di bawahnya (mesobahasa). Proses penemuan keterhubungan kedua protobahasa itu (PAN

(4)

dengan PT) dimaksudkan untuk membuktikan bahwa kelompok bahasa yang diteliti itu diklasifikasikan sebagai kelompok bahasa yang memiliki keseasalan dengan protobahasa yang ada,yaitu PAN. Cara yang ditempuh dalam proses penemuan keterhubungan kedua protobahasa tersebut melalui teknik deduktif (top-down reconstruction) (Dempwollf, 1938). Dalam proses ini, keterhubungan antarprotobahasa ditinjau pada dua tingkat yang berbeda, yaitu tingkat yang tertinggi (PAN) dan tingkat yang lebih rendah (PT). Lebih lanjut, keterhubungan fonem PT dengan protobahasa di bawahnya sebagai mesobahasa dilakukan dengan teknik induktifyang dikenal dengan pendekatan dari bawah ke atas (buttom-up reconstruction) (Dempwollf, 1938). Metode ini pada hakikatnya proses penemuan dan pemerian sekaligus penelusuran protofonem serta sistem fonologi protobahasa subkelompok di bawahnya. Langkah-langkah yang ditempuh penelusuran fonem tersebut meliputi: (a) penetapan wujud protofonem beserta lingkungan yang dimasukinya; (b) perumusan pantulan fonem protobahasa subkelompok yang ada di bawahnya; (c) perumusan kaidah korespondensi fonem antarbahasa berdasarkan pantulan fonem protobahasa subkelompok yang ditemukan.

HASIL PENELITIAN

PengelompokanBahasa Timor Berdasarkan Bukti Kuantitatif

Bukti di bawah ini diperoleh berdasarkan pendekatan kuantitatif terhadap 13 bahasa di Pulau Timor dan 3 bahasa yang ada di sekitarnya. Bukti tersebut disajikan dalam bentuk diagram persentase hasil perhitungan leksikostatistik terhadap kognat yang dikumpulkan menggunakan daftar 200 kata dasar Swadesh (revisi Blust,1980).

Diagram -1: Hubungan Genetis Bahasa-bahasa di Pulau Timor (Berdasarkan Bukti-bukti Kuantitatif)

Waimoa 61 Naueti 52 57 Mambae 25 26 26 Tokodede 30 28 26 41 Kemak 29 30 29 43 43 Tetun 31 35 28 33 33 34 Rote 24 25 27 21 26 26 34 Helong 22 25 26 17 25 26 30 30 Dawan 19 19 19 17 17 17 28 30 24 Bunak 03 05 05 08 07 08 09 04 04 02 Makasai 09 10 10 04 02 02 05 03 03 03 04 Fataluku 03 04 03 01 01 02 02 03 02 03 02 15 Mauta 01 01 01 02 01 00 02 01 02 02 02 02 03 Kolana 01 02 02 03 01 01 01 00 01 02 01 02 02 01 Klong 02 02 01 01 01 01 01 01 01 00 02 02 03 02 05 K ai ru i Wa im oa N aue ti Ma m bae Tokoded K em ak Tet un R ot e H el ong D

awan Bunak Mak

asa i Fat al uku Ma ut a K ol ana

(5)

Hubungan genetis subkelompok bahasa KWN paling erat dengan persentase antara 52 % sampai 61 %. Subkelompok kedua yang hubungannya erat adalah TKM dengan angka persentase antara 41% sampai 43%. Subkelompok ketiga yang juga memiliki keeratan adalah TRD dan Hl dengan angka persentase antara 24% sampai 34% yang rentangannya mencapai 10%. Angka itu mengindikasikan ada sebuah bahasa sebagai subkelompok yang berbeda. Dengan demikian kelompok bahasa Timor dimungkinkan terdiri atas empat subkelompok yang membentuknya.

Pengelompokan Bahasa TimorBerdasarkan Bukti Kualitatif Bukti penyatu kelompok bahasa Timor

Kelompok bahasa sekerabat di Pulau Timor yang terdiri atas sepuluh bahasa memiliki inovasi fonologis bersama secara eksklusif. Ada beberapa perubahan bersama yang teratur dan bersistem terjadi pada fonologi PT sebagai akibat perjalanan panjang fonologi PAN.Inovasi fonologis bersama yang terjadi dalam bentuk apokope, sinkope, penunggalan bunyi, dan pengedepanan bunyi sentral PAN * seperti tampak berikut ini. Apokope

PAN PT

*anak *ana ‗anak‘

*tasik *tasi ‗laut‘

*minak *mina ‗minyak, berlemak‘

Sinkope

PAN PT

*buwah *bua ‗buah‘

*tuwak *tua ‗tuak‘

*duwah *rua ‗dua‘

Penunggalan bunyi

PAN PT

*matay *mata ‗mata,

*[t]luy *telo ‗telur‘

*ikuy *iku ‗ekor‘

Pengedepanan bunyi sentral PAN *

PAN * PT *e

*tbu *tehu ‗tebu‘

*[t]luy *telo ‗telur‘

*tlu‘ *telu ‗tiga‘

Bukti pemisah kelompok bahasa Timor

Berdasarkan bukti kualitatif, kelompok bahasa Timor terdiri atas empat subkelompok, yakni subkelompok Kr-Wm-Nt (KWN), Tk-Km-Mb (TKM), Tt-Rt-Dw (TRD), dan subkelompok Hl yang hanya terdiri atas satu bahasa. Inovasi bersama baik fonologis maupun leksikal yang dimiliki itu merupakan bukti pemisah kelompok Timor sekaligus juga sebagai bukti penyatu subkelompok masing-masing. Inovasi eksklusif bersama itu dirinci sebagai berikut.

Inovasi Fonologis

Beberapa inovasi fonologis bersama berikut ini dapat menjadi bukti pemisah kelompok bahasa Timor (Mandala, 2014). Bukti fonologis di bawah ini memberi gambaran keteraturan perubahan fonem yang terjadi pada masing-masing subkelompok yang membentuknya.

(6)

(1) PT *b *w (PKWN) *h (PTKM) *f (PTRD) b (Hl)

PT PKWN PTKM PTRD Hl

*bini *wine *hini *fini bini ‗benih‘

*batu *watu *hatu *fatu(k) baut ‗batu‘ *bula(n) *wula *hula *fula(n) bulan ‗bulan‘

*bahi *wau *hahi *fa(h)fi bahi ‗babi‘

*base *wase *has(a) *fase baes ‗cuci,bersihkan‘ (2) Konsonan hambat apiko-alveolar aspirat pada PKWN

PKWN PTKM PTRD Hl

*thaku *taku *tauk tauk ‗takut‘

*thelu *telo *telo(n) tilun ‗telur‘

*thunu *tun *tunu tunun ‗membakar‘

(3) Gugus konsonan frikatif lateral dan nasal pada PKWN

PKWN PTKM PTRD Hl

*hlaka *la(a) *la(‗)o lako ‗pergi, berajalan‘

*hmau *ma(r)u *maus moa‘ ‗jinak‘

*hmata *mat(a)(k) *mata(k) taa‘ ‗mentah‘

Konsonan hambat dorso-velar aspirat pada PKWN

PKWN PTKM PTRD Hl

*kha *(h)a(‗) *t(h)a ka ‗makan‘

*khali *kali *k(h)ali kali ‗menggali‘

Apokope pada PTKM

PKWN PTKM PTRD Hl

*thunu *tun *tunu tunun ‗membakar‘

*simu *sim *simo simun ‗menerima‘

*uai(n) *ut *uta utan ‗sayur‘

Metatesis pada PDTR

PKWN PTKM PTRD Hl

*thaku *taku *tauk tauk ‗takut‘

*hmau *ma(r)u *maus moa‘ ‗jinak‘

*aku *a(u) *(h)au au ‗saya‘

Paragoge pada Hl

PKWN PTKM PTRD Hl

*thunu *tun *tunu tunun ‗membakar‘

*simu *sim *simo simun ‗menerima‘

*uai(n) *ut *uta utan ‗sayur‘

Metatesis pada Hl

PKWN PTKM PTRD Hl

* lia *lila(r) *li(r)da dila ‗sayap‘

* watu *hatu *fatu baut ‗jinak‘

(7)

Inovasi Leksikal

Ada sejumlah inovasi leksikal yang dimiliki masing-masing subkelompok sebagai bukti pemisah kelompok bahasa Timor. Bukti pemisah kelompok dalam bentuk inovasi leksikal itu sekaligus juga sebagai bukti penyatu subkelompok masing-masing, karena hanya dimiliki oleh subkelompok tertentu dan tidak terdapat pada subkelompok lainnya.

PKWN PTKM PTRD Hl

*roso *mahu *boho kode ‗batuk‘

*soi *kala *sos(a) sosan ‗membeli‘

*bu *tata *bei upung suas ‗moyang‘

*haku *bian *p(b)ika pingas ‗piring‘

*lui *moda *olo holon ‗telan‘

*uta *(h)ure *fue bula ‗kacang‘

*diha *lako *kal(a) kala ‗kalah‘

*ke *pesu *sui nisu‘ ‗kentut‘

*bui *busa *meo luis ‗kucing‘

*laha *mori *maris nuli‘ ‗hidup‘

dst.

Data 1) inovasi fonologis dan 2) inovasi leksikal di atas menunjukkan bahwa sepuluh bahasa yang diteliti merupakan satu kelompok yang sama sebagai kelompok bahasa Timor. Kelompok Timor itu terdiri atas empat subkelompok masing-masing subkelompok KWN yang beranggotakan subkelompok lebih kecil KW dan Nt, TKM yang terdiri atas subkelompok TK dan Mb, DTR dengan Dw dan RT di bawahnya, dan subkelompok Hl yang hanya beranggotakan sebuah bahasa.

PEMBAHASAN

Kebertahanan fonologis bahasa Hl akan didiskusikan dengan membahas fonem b dan fonem k sebagai salah satu aspek fonologis yang menonjol dan penting dalam kelompok bahasa Timor. Dianggap penting karena fonem tersebut dapat mencirikan setiap subkelompok sekaligus sebagai bukti kualitatif pemisah kelompok bahasa Timor. Untuk lebih jelasnya, perhatikan nomor (1) pada bagian 1) Inovasi fonologis di atas. PT *b menjadi PKWN *w, menjadi PTKM *h, menjadi PTRD*f, dan bertahan pada Hl b. Perubahan protofonem *b menjadi *w, *h, *f pada subkelompok di bawahnya mencirikan bahwa telah terjadi proses inovasi fonologis dalam perjalanan sejarah bahasa dari protobahasa Timor sampai pada subkelompok dibawahnya. Bentuk inovasi yang terjadi dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama, protofonem *b tetap bertahan atau mengalami retensi menjadi *b pada subkelompok dibawahnya. Berikut ini disajikan bukti-bukti tersebut.

PT *b>*b (PKWN), (PTKM), (PTRD), danHl

PT PKWN PTKM PTRD Hl

*basar *basara *basar *basar basah ‗pasar‘

*besu *besu *beso *bosu bosu ‗kenyang‘

*bua *bua *buo *buah bua ‗buah pinang‘

*buti *buti *buti - buti ‗putih‘

Kedua, protofonem *b dalam perjalanan sejarah membentuk subkelompok mengalami proses inovasi dalam bentuk split atau perengkahan. Bentuk perengkahan yang terjadi adalah *b mengalami split menjadi *b dan *w pada subkelompok PKWN,

(8)

menjadi *b dan *h pada subkelompok PTKM, dan menjadi *b, *m, dan *f pada subkelompok PTRD. Berikut disajikan bukti-bukti yang ditemukan.

Split PT *b *b dan *w (PKWN) *b dan *h (PTKM) *b, *m,dan*f (PTRD) b (Hl)

PT PKWN PTKM PTRD Hl

*basar *basara *basar *basar basah ‗pasar‘

*besu *besu *beso *bosu bosu ‗kenyang‘

*bua *bua *buo *buah bua ‗buah pinang‘

*buti *buti *buti *muti buti ‗putih‘

*bini *wine *hini *fini bini ‗benih‘

*batu *watu *hatu *fatu(k) baut ‗batu‘ *bula *wula *hula *fula(n) bulan ‗bulan‘

*bahi *wau *hahi *fa(h)fi bahi ‗babi‘

*base *wase *has(a) *fase baes ‗cuci,bersihkan‘ Berdasarkan bukti-bukti dan pembahasa di atas mengindikasikan bahwa fonem b pada PT telah mengalami inovasi pada subkelompok PKWN, subkelompok PTKM, dan subkelompok PTRD, dan tetap bertahan pada bahasa Hl.

Berikut ini juga disajikan perubahan protofonem PT *k pada subkelompok-subkelompok yang ada. Bukti-bukti kualitatif di bawah menunjukkan bahwa PT *k mengalami retensi pada subkelompok PKWN, PTKM, PTRD, dan Hl. Cermati fakta fonologis berikut ini.

PT *k > *k (PKWN), (PTKM), (PTRD) dan Hl

PT PKWN PTKM PTRD Hl

*ika *ike *ika *ika ik ‗ikan‘

*iku *iku *iko *iko ikun ‗ekor‘

*kutu *kutu *kutu - kutu ‗kutu‘

*aku *aku - - aku ‗aku, saya‘

Fakta fonologis belum mencerminkan perubahan fonem yang sesungguhnya, karena ditemukan pula fakta fonologis lainnya yang menunjukkan bawa fonem tersebut telah mengalami perubahan lebih lanjut. Perubahan lanjutan yang terjadi adalah inovasi dalam bentuk split atau perengkahan. Perengkahan yang terjadi adalah PT *k menjadi PKWN *k dan *kh, menjadi PTKM *k dan *ɸ, dan menjadi PTRD *k dan *h. Akan tetapi, PT *k tidak mengalami perubahan pada bahasa Hl. Cermatilah fakta fonologis berikut ini. Split PT *k *k dan *kh (PKWN) *k dan *ɸ (PTKM) *k dan*h (PTRD) k (Hl) PT PKWN PTKM PTRD Hl

*ika *ike *ika *ika ik ‗ikan‘

*iku *iku *iko *iko ikun ‗ekor‘

*kutu *kutu *kutu *hutu kutu ‗kutu‘

(9)

*kai *kai *ai *hai kai ‗kayu‘

*ka *kha *a? *tah ka ‗makan‘

*kali *khali *kali *hali kali ‗gali‘

Fakta fonologis di atas menunjukkan bahwa protofonem PT *k telah mengalami proses perubahan pada subkelompok PKWN, PTKM, dan PTRD, sementara itu tetap bertahan pada bahasa Hl yang sama terjadi pada protofonem PT *b di atas.

SIMPULAN

Berdasarkan paparan fakta fonologis dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan dua hal sebagai berikut.

(1) Bahasa Hl merupakan salah satu dari sepuluh bahasa yang diteliti memiliki hubungan yang sangat erat di antaranya. Berdasarkan bukti-bukti kuantitatif dan kualitatif, sepuluh bahasa yang diteliti tersebut merupakan kelompok bahasa Timor (PT) yang terdiri atas empat subkelompok, yakni subkelompok PTKWN, subkelompok PTKM, subkelompok PTRD, dan subkelompok Hl (hanya beranggotakan satu bahasa).

(2) Secara fonologis, fonem-fonem bahasa Hl sebagai subkelompok tersendiri lebih bertahan dibandingkan dengan fonem-fonem subkelompok lainnya. Protofonem PT *b mengalami perengkahan menjadi *b dan *wpada PKWN, menjadi *b dan *hpada PTKM, dan menjadi *b, *m, dan *f pada PTRD. Sementara itu PT *b tetap bertahan menjadi *b pada bahasa Hl. Demikian juga halnya, protofonemPT *k mengalami perengkahan menjadi *k dan *kh pada PKWN, menjadi *k dan*ɸ pada PTKM, menjadi *k dan *h pada PTRD. Sementara itu PT *k tetap bertahan menjadi *k pada bahasa Hl.

DAFTAR PUSTAKA

Adelaar, K.A. 1994. Bahasa Melayik Purba:Rekonstruksi Fonologi dan Sebagian dari Leksikon dan Morfologi (Terjemahan). Seri Publikasi Bersama Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan Universitas Leiden. Jakarta: RUL.

Anceux, J.C. 1965. ―Linguistic Teories about the Austronesian Homeland ―. BKI 23:417—431.Terjemahan Sudaryanto:FS UGM.

Antonsen, E. H. 1990. Phonological Change: Phonetic, Phonemic, and Phonotactic Change. New York: Mouton deGruyter.

Blust, R.A. 1971. ― Historical in Indonesian‖ dalam Working Papers in Linguistics 9 Num.2. University of Hawaii.

---, 1978. ― The Proto-Oceanic ‖. Memoar 43 Wellington. The Polinesian Society.

---, 1981. ―Variation and Retension Rate among Austronesia Language‖ Makalah Seminar Linguistik Austronesia III. Denpasar Bali.

Bynon, Th. 1979. Historical Linguistics. London: Cambridge University Press.

Capell, A. 1943. ―Linguistic Posisition of S.E. Papua‖ dalam Australian Medical Pubishing. Co. Sydney.

---. 1945. ― Peoples and Languages of Timor‖ dalam Occania No. 15

Collins, J. T. 1997. ―Klasifikasi Varian Melayik di Ketapang: Kepelbagai Bahasa di Kalimantan Barat‖ Makalah Seminar Internasional Bahasa dan Budaya di Dunia Melayu Asia Tenggara. NTB: Universitas Mataram.

Dempwolff, O. 1938.Vergleichende Lautlehre des Austronesiaschen Wortschatzes III: Austronesiaschen Worterverzeichnis. Hamburg: Friederrichen,de Gruyter.

Dyen, I. 1965. A Lexicastatistical Classification of the Melayu-Polinesian Language .Baltimore : the Waverly Press.

(10)

---. 1975. Linguistic Subgrouping and Lexicistatistics. Den Haag: Mouten ---. 1978.―The Positions of the Languages of Eastern Indonesia‖.

Proccedings SICAL, Fascicle 1:235--254 Pl C.61.

Fisiak, J. (ed.). 1985. Historical Semantics: Historical Word-Formation. Berlin: Mounton Publishers.

Hock, H. H. 1988.Principles of Historical Linguistics. Berlin: Mouton de Gruyter. Hockett, Ch. F. 1963. A Course in Modern Linguistic. New York: The Macmillan

Company.

Hoenigswald, HM. 1974. Language Change and Linguistic Reconstruction. Chicago and London: The University of Chicago Press.

Labov, W. 1994. Principles of Linguistic Change. Cambridge: Blackwell.

Lass, R. (ed.).1969.Approach to English Historical Linguistics An Anthology. New York: Holt.

Mandala, H. 1999. ―Pengelompokan Genetis Bahasa Kairui, Waimoa, dan Nauetidi Timor Timur‖. Tesis untuk Program Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar. Mbete, A M. 1991. ―Rekonstruksi Protobahasa Bali-Sasak-Sumbawa‖ dalam Berita

ILDEP II. Jakarta.

---. 1993. ―Sekilas tentang Linguistik Historis Komparatif‖ Makalah. Denpasar: Fakultas Sastra Unud.

Nordholt, H.G. Svhulte. 1971. The Polytical System of the Atoni of Timor. The Hatque: Martinus Nijhorff.

Pike, KL. 1957. Axiom and Procedures for Reconstructions in Comparative Linguistic: an Experimental Syllabus. California: Summer Institute of Linguistic.

Penzl, H. 1969. ―The Evidence for Phonemic Change‖ dalam Lass (ed.)

Putrayasa, IGN. 1998. ―Hubungan Kekerabatan Bahasa Tetun-Rote-Dawan: Kajian Linguistik Historis Komparatif‖. Tesis untuk Program Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar.

Sanda, F. 1998. ―Rekonstruksi Protobahasa Mambai-Tokodede-Kemak (PMTK) di Timor Timur‖. Tesis untuk Program Pasca Sarjana Universitas Udayana, Denpasar. Swadesh, M. 1972. The Originand Diversification of Language. London: Routledge &

Kegen Paul.

Thomas, I.F.R. 1974. Timor: Notas Histirico Linguistics. Lisboa.

Wurm, S. A. tth. ―Austroneian and Non-Austronesian (Papua) Languages in Contact: Some Notes‖ dalam Linguistic and Literary Studies. Paris: The Hague.

Gambar

Diagram -1:   Hubungan Genetis Bahasa-bahasa di Pulau Timor  (Berdasarkan Bukti-bukti Kuantitatif)

Referensi

Dokumen terkait

 Memfasilitasi pertemuan forum polisi dan masyarakat secara berkala (setidaknya dilakukan sekali dalam satu bulan). Tujuannya adalah untuk menciptakan saluran -

Tingkat substitusi tepung yang cenderung disukai oleh panelis adalah pada tingkat peng- gunaan campuran pati sagu 50 % dan tepung beras ketan 50 %, dimana pada

Sementasyon derinliğini artıran tuzlar (yüksek sementasyon sıcaklığında çalışılan tuzlar). Bu durumda ise tuz banyosundaki siyanür miktarı %10’dur ve kullanılan

Beberapa sumber yang membuat kandungan sulfur dalam umpan naphta tinggi adalah : proses hydrotreating yang tidak baik (temperature reactor kurang tinggi atau katalis sudah harus

Sebagian besar para nasabah memilih produk Term Life-PLAN 99 Syari'ah (Perlindungan Jiwa). 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi minat nasabah untuk memilih asuransi

Dalam penelitian yang akan dilakukan, peneliti melakukan credibility dengan triangulasi yaitu dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber. Data

Berdasarkan pada bentuk bentang alam yang sekaligus juga mencerminkan pola struktur perlapisan batuan, serta bahan penyusun, maka diyakini bahwa di daerah

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan kasih karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Konsep