• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENDAHULUAN DHF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PENDAHULUAN DHF"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEMSISTEM HEMATOLOGI PAGA KASUS

HEMATOLOGI PAGA KASUSDENGDENGUE HUE H AEMORAGAEMORAGII C FEVER C FEVER (DHF)(DHF)

DI RUANG PAVILLIUN IV RUMAH SAKIT ISLAM SITI HAJAR MATARAM DI RUANG PAVILLIUN IV RUMAH SAKIT ISLAM SITI HAJAR MATARAM

I.

I. KONSEP DASAR TEORIKONSEP DASAR TEORI A.

A. DefinisiDefinisi

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer  mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer  &Suprohaita; 2000; 419).

&Suprohaita; 2000; 419).

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah infeksi

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan olehakut yang disebabkan oleh Arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. (Ngastiyah, 1995 ;

Aegypti dan Aedes Albopictus. (Ngastiyah, 1995 ; 341).341).

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah suatu penyakit infeksi yang Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan tipe I

disebabkan oleh virus dengue dengan tipe I  –  – IV dengan infestasi klinis denganIV dengan infestasi klinis dengan 5

5  –  –  7 hari d7 hari disertai gejala perdarahan dan isertai gejala perdarahan dan jika timbul jika timbul tengatan angkatengatan angka kematiannya cukup tinggi (UPF IKA, 1994 ; 201)

kematiannya cukup tinggi (UPF IKA, 1994 ; 201)

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang terutama terdapat Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang terutama terdapat  pada

 pada anak anak dengan dengan gejala gejala utama utama demam, demam, nyeri nyeri otot otot dan dan sendi, sendi, dan dan biasanyabiasanya memburuk pada dua hari pertama

memburuk pada dua hari pertama (Soeparman; 1987; 16).(Soeparman; 1987; 16).

B.

B. EtiologiEtiologi 1.

1. Virus dengueVirus dengue

Berdiameter 40 monometer dapat berkembang biak dengan baik pada Berdiameter 40 monometer dapat berkembang biak dengan baik pada  berbagai

 berbagai macam macam kultur kultur jaringan jaringan baik baik yang yang berasal berasal dari dari selsel  –  –  sel mamalia,sel mamalia, maupun sel

maupun sel  –  –  sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. (Soedarto,sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. (Soedarto, 1990; 36).

1990; 36). 2.

2. Vektor : nyamuk aedes aegVektor : nyamuk aedes aegyptiypti

yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polyne yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polyne siensis, infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi siensis, infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi

(2)

seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 420).

420). 3.

3. Host : pembawa.Host : pembawa.

Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya.

virus dengue tipe lainnya.

C.

C. KlasifikasiKlasifikasi

Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF) dibagi Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF) dibagi menjadi 4 tingkat (UPF IKA, 1994 ;

menjadi 4 tingkat (UPF IKA, 1994 ; 201) yaitu :201) yaitu : 1.

1. Derajat I :Derajat I : Panas 2

Panas 2 –  – 7 hari , gejala umum tidak khas, uji t7 hari , gejala umum tidak khas, uji taniquet hasilnya positif aniquet hasilnya positif  2.

2. Derajat II :Derajat II :

Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala

Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala  –  –  gejala pendarahangejala pendarahan spontan seperti petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis, spontan seperti petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis, melena, perdarahan gusi telinga dan sebagainya.

melena, perdarahan gusi telinga dan sebagainya. 3.

3. Derajat III :Derajat III :

Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg) tekanan lemah dan cepat (> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg) tekanan darah menurun (120 / 80 mmHg) sampai tekanan sistolik dibawah 80 darah menurun (120 / 80 mmHg) sampai tekanan sistolik dibawah 80 mmHg.

mmHg. 4.

4. Derajat IVDerajat IV  Nadi

 Nadi tidak tidak teraba,tekanan teraba,tekanan darah darah tidak tidak terukur terukur (denyut (denyut jantung jantung > > - - 140140 mmHg) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru. mmHg) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru. Klasifikasi DHF berdasarkan patokan dari WHO (1999) DBD dibagi menjadi 4 Klasifikasi DHF berdasarkan patokan dari WHO (1999) DBD dibagi menjadi 4 derajat :

derajat : 1.

1. Derajat IDerajat I

Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan uji torniquet Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan uji torniquet (+), trombositopenia dan hemokonsentrasi.

(+), trombositopenia dan hemokonsentrasi. 2.

(3)

Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau di tempat lain. 3. Derajat III

4. Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah (hipotensi), gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung dan ujung jari. 5. Derajat IV

Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

Dengue Shock Syndrome ( DSS )

Dengue shock syndrome ( DSS ) adalah sindroma syok yang terjadi  pada penderita Dengue Hemorrhagic Fever ( DHF ) atau demam berdarah

dengue.

Dengue syok sindrom bukan saja merupakan suatu permasalahan kesehatan masyarakat yang menyebar dengan luas atau tiba  –  tiba, tetapi  juga merupakan suatu permasalahan klinis, karena 30  –  50 % penderita demam berdarah dengue akan mengalami renjatan dan berakhir dengan demam suatu kematian terutama bila tidak ditangani secara dini dan adekuat.

D. Manifestasi Klinis

1. Demam :Awalnya akut, cukup tinggi, dan kontinu, berlangsung lama 2  – 7 hari

2. Setiap manifestasi perdarahan berikut : petekia, purpura, ekimosis, epistaksis, gusi berdarah, dan hematemesis dan / atau melena.

3. Uji torniquet positif : Uji torniquet dilakukan dengan memompa manset tekanan darah sampai suatu titik tengah antara tekanan sistolik dan diastolik  selama 5 menit. Hasil uji di nyatakan positif jika tampak 10 atau lebih  petekia per 2,5 cm2. Pada kasus DHF, uji tersebut biasanya memberikan hasil yang pasti positif bila tampak 20 petekia atau lebih. Hasil uji mungkin negatif atau agak positif selama fase syok yang dalam. Hasil tersebut kemudian akan menjadi positif, bahkan terkadang sangat positif, jika dilakukan setelah pulih dari syok.

(4)

4. Pembesaran hati (hepatomegali) : Tampak pada beberapa tahap penyakit yaitu sekitar 90  –  98 % pada anak anak di thailand, tetapi di negara lain frekuensinya mungkin bervariasi.

5. Syok : Di tandai dengan denyut yang cepat dan lemah di sertai tekanan denyut yang menurun ( 20 mmHg atau kurang ), atau hipotensi, juga dengan kulit yang lembab, dingin, dan gelisah.

6. Temuan laboratorium

a. Trombositipenia ( 100.000 / mm3 atau kurang )

 b. Hemokonsentrasi, peningkatan jumlah hematokrit sebanyak 20% atau lebih

Dua kriteria klinis pertama, di tambah dengan trombositopenia dan hemokonsentrasi atau peningkatan jumlah hematokrit, sudah cukup untuk  menetapkan diagnosis klinis DHF. Efusi pleura ( tampak melalui rontgen dada ) dan / atau hipoalbuminemia menjadi bukti penunjang adanya kebocoran  plasma. Bukti ini sangat berguna terutama pada pasien yang anemia dan / atau mengalami perdarahan berat. Pada kasus syok, jumlah hematokrit yang tinggi dan trombositipenia memperkuat diagnosis terjadinya DHF / DSS. ( WHO, 2005 : 19 )

E. Siklus Demam DHF

(5)

Ciri-ciri Demam DBD atau Demam Pelana Kuda 1. Hari 1 – 3 Fase Demam Tinggi

Demam mendadak tinggi, dan disertai sakit kepala hebat, sakit di belakang mata, badan ngilu dan nyeri, serta mual/muntah, kadang disertai bercak  merah di kulit.

2. Hari 4 – 5 Fase KRITIS

Fase demam turun drastic dan sering mengecoh seolah terjadi kesembuhan.  Namun inilah fase kritis kemungkinan terjadinya “Dengue Shock 

Syndrome”

3. Hari 6 – 7 Fase Masa Penyembuhan

Fase demam kembali tinggi sebagai bagian dari reaksi tahap penyembuhan.

F. Patofisiologi

Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan virtemia. Hal tersebut menyebabkan pengaktifan complement sehingga terjadi komplek imun Antibodi  –  virus pengaktifan tersebut akan membetuk dan melepaskan zat (3a, C5a, bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2 di Hipotalamus sehingga terjadi termo regulasi instabil yaitu hipertermia yang akan meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi. Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah yang menyebabkan kebocoran palsma. Adanya komplek imun antibodi – virus juga menimbulkan Agregasi trombosit sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit, trombositopeni, coagulopati. Ketiga hal tersebut menyebabkan perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi shock  dan jika shock tidak teratasi terjadi Hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis metabolik. Asidosis metabolik juga disebabkan karena kebocoran  plasma yang akhirnya tejadi perlemahan sirkulasi sistemik sehingga perfusi  jaringan menurun jika tidak teratasi terjadi hipoxia jaringan.

Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat hidup dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh manusia.sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi (1) aktivasi

(6)

sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin yang menyebabkan  peningkatan permiabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma dari

ruang intravaskular ke ekstravaskular, (2) agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibatnya akan terjadi mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum tulang dan (3) kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang atau mengaktivasi faktor pembekuan.

Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan (1) peningkatan permiabilitas kapiler; (2) kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati; trombositopenia; dan kuagulopati (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419)

(7)

G. Komplikasi 1. Syok 

Pada Dengue Hemorrhagic Fever derajat IV akan terjadi syok yang disebabkan kehilangan banyak cairan melalui pendarahan yang diakibatkan oleh ekstravasasi cairan intravaskuler.

2. Ikterus pada kulit dan mata

Adanya pendarahan akan menyebabkan terjadinya hemolisis dimana hemoglobin akan dipecah menjadi bilirubin. Ikterus disebabkan oleh adanya deposit bilirubin.

3. Kematian

Kematian merupakan komplikasi lebih lanjut dari Dengue Hemorrhagic Fever apabila terjadi Dengue Shock Syndrom ( DSS ) yang akan berakibat kepada kematian.

( www. pdpersi.co.id, 2003 )

H. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan Darah Lengkap a. Trombosit menurun.  b. HB meningkat lebih 20 %

c. HT meningkat lebih 20 %

d. Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3 e. Protein darah rendah

f. Ureum PH bisa meningkat g.  NA dan CL rendah

h. Serology : HI (hemaglutination inhibition test). 2. Rontgen thorax : Efusi pleura.

3. Uji test tourniket (+)

I. PENATALAKSANAAN

1. Medis

a. Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien dehidrasi dan haus. Pasien diberi banyak minum yaitu 1 ½ - 2 liter 

(8)

dalam 24 jam. Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat antipiretik  dan kompres dingin. Jika terjadi kejang diberikan antikonvulsan. Luminal diberikan dengan dosis : anak umur < 12 bulan 50 mg im; anak > 1 tahun 75 mg. jika 15 menit kejang belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3 mg/ kg BB. Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila : pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi dan hematokrit yang cenderung meningkat.

 b. Pasien mengalami syok segera dipasang infus sebagai pengganti cairan hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang diberikan biasanya RL. Jika pemberian cairan tersebut tidak ada respon diberikan plasma atau  plasma ekspander banyaknya 20  –  30 mL/kg BB. Pada pasien dengan

renjatan berat pemberian infus harus diguyur. Apabila syok telah teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitude nadi sudah cukup besar, tekanan sistolik 80 mmHg dan kecapatan tetesan dikurangi menjadi 10 mL/ kg BB/ jam. Pada pasien dengan syok berat atau syok berulang  perlu dipasang CVV untuk mengukur tekanan vena sebtral melalui vena jugularis, dan biasanya pasien dirawat di ICU. (Ngastiyah, 1997, hal : 344-345).

c. Cairan (rekomendasi WHO)

 Kristaloid

a) Larutan Ringer Laktat (RL) atau Dextrose 5% dalam larutan Ringer laktat (D5/RL).

 b) Larutan Ringer Asetat (RA) atau Dextrose 5% dalam larutan Ringer Asetat (D5/RA).

c) Larutan Nacl 0,9% (Garal Faali + GF) atau Dextrose 5% dalam larutan faali (D5/GF).

 Koloid

a) Dextran 40  b) Plasma

(Arif Mansjoer, 2001, hal : 422) 2. Keperawatan

(9)

a. Derajat I

Pasien istirahat, obsevasi tanda-tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb dan trombosit tiap 4 jam sekali. Berikan minum 1,5  – 2 liter dalam 24  jam dan kompres dingin.

 b. Derajat II

Segera dipasang infus. Bila keadaan pasien sangat lemah sering dipasang pada 2 tempat karena dalam keadaan renjatan walaupun klem dibuka tetesan infus atau tetesan cairan tetap tidak lancer maka jika 2 tempat akan membantu memperlancar. Kadang-kadang 1 infus untuk  memberikan plasma darah dan yang lain cairan biasa.

c. Derajat III dan IV (DSS)

a. Penggantian plasma yang keluar dan memberikan cairan elektrolit (RL) dengan cara diguyur kecepatan 20 mL/ kg BB/ jam.

 b. Dibaringkan dengan posisi semi fowler dan diberikan O2. c. Pengawasan tanda-tanda vital dilakukan setiap 15 menit.

d. Pemeriksaan Ht, Hb dan Trombosit dilakukan secara periodik. e. Bila pasien muntah bercampur darah perlu diukur untuk tindakan

secepatnya baik obat-obatan maupun darah yang diperlukan.

f. Makanan dan minuman dihentikan, bila mengalami perdarahan gastrointestinal biasanya dipasang nasogastrik tube (NGT) untuk  membantu pengeluaran darah dari lambung. NGT perlu dibilas dengan Nacl karena sering terdapat bekuan darah dari tube. Tube dicabut bila perdarahan telah berhenti. Jika kesadaran telah membaik sudah boleh diberikan makanan cair walaupun feses mengndung darah hitam kemudian lunak biasa.

(10)

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian Keperawatan

1. Identitas

DBD dapat mengenai pada semua umur yang tinggal di daerah tropis. 2. Keadaan Umum

Terjadinya peningkatan suhu tubuh / demam dan disertai ruam macula  popular.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Umumnya klien dengan DHF datang ke Rumah Sakit dengan keluhan demam akut 2  –  7 hari, nyeri otot dan pegal pada seluruh badan, malaise, mual, muntah, sakit kepala, sakit pada saat menelan, lemah, nyeri ulu hati,  pendarahan spontan.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Diantara penyakit yang pernah diderita yang dahulu dengan penyakit DHF yang dialami sekarang, tetapi kalau dahulu pernah menderita DHF penyakit itu berulang.

5. Riwayat Penyakit keluarga

Riwayat adanya penyakit DHF didalam keluarga yang lain, yang tinggal didalam satu rumah / beda rumah dengan jarak yang berdekatan sangat menentukan karena ditularkan melalui gigitan nyamuk.

6. Riwayat Penyakit Lingkungan

DHF ditularkan oleh 2 nyamuk yaitu: Aedes aeyipry dan Aedes albopiehis, hidup dan berkembang biak didalam rumah yaitu pada tempat  penampungan air bersih seperti kaleng bekas, bak mandi yang jarang

dibersihkan.

7. Pemeriksaan Fisik 

a. Sistem pernafasan : Tidak ada gangguan dalam pernafasan.

 b. Sistem persyarafan : Gangguan dalam sistem persyarafan adalah terdapat respon nyeri.

c. Sistem cardiofaskuler : Terjadi pendarahan dan kegagalan sirkulasi. d. Sistem pencernaan : Terjadi anorexia, mual dan muntah.

(11)

e. Sistem otot dan integument : Ditemukan peteckie, pegal-pegal pada seluruh tubuh.

f. Sistem eliminasi : Terjadi gangguan pada sistem eliminasi alvi yaitu terjadi konstipasi.

8. Pengelompokan Data a. Data Subyektif 

 Panas  Lemah

  Nyeri ulu hati

 Mual dan tidak nafsu makan  Sakit menelan

 Pegal seluruh tubuh

  Nyeri otot, persendian, punggung dan kepala  Haus

 b. Data Obyektif 

 Suhu tinggi selama 2 - 7 hari  Kulit terasa panas

 Wajah tampak merah , dapat disertai tanda kesakitan   Nadi cepat

 Selaput mukosa mulut kering  Ruam dikulit lengan dan kaki  Epistaksis

  Nyeri tekan pada epigastrik   Hematomesis  Melena  Gusi berdarah  Hipotensi 9. Data Penunjang a. Hematokrit meningkat  b. Trombositopenia

(12)

B. Diagnosa Keperawatan

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia). 2.  Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit

3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan  berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.

4. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan  permeabilitas dinding plasma.

5. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri, terapi tirah  baring.

6. Resiko terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh.

7. Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.

C. Rencana Asuhan Keperawatan

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia) a. Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan perawatan .. x 24 jam diharapkan suhu tubuh pasien dapat berkurang dengan kriteria hasil:

 Pasien mengatakan kondisi tubuhnya nyaman.  Suhu 36,80C-37,50C

 Tekanan darah 120/80 mmHg  Respirasi 16-24 x/mnt

  Nadi 60-100 x/mnt

 b. Intervensi:

 Kaji saat timbulnya demam.

R/ : untuk mengidentifikasi pola demam pasien.

 Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jam

R/ : tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum  pasien.

(13)

R/ : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang  banyak.

 Berikan kompres hangat

R/ : Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang mempercepat penurunan suhu tubuh.

 Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal

R/ : pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh

 Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program

dokter 

2.  Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit a. Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan perawatan .. x 24 jam diharapkan nyeri pasien dapat  berkurang dan menghilang dengan kriteria hasil:

Pasien mengatakan nyerinya hilang

  Nyeri berada pada skala 0-3  Tekanan darah 120/80 mmHg  Suhu 36,8C-37,5C

 Respirasi 16-20 x/mnt   Nadi 60-100 x/mnt

 b. Intervensi:

 Observasi tingkat nyeri pasien (skala, frekuensi, durasi)

R/ : Mengindikasi kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda  perkembangan/resolusi komplikasi.

 Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman dan tindakan

kenyamanan

R/ : Lingkungan yang nyaman akan membantu proses relaksasi

 Berikan aktifitas hiburan yang tepat

R/ : Memfokuskan kembali perhatian; meningkatkan kemampuan untuk menanggulangi nyeri.

(14)

R/ : Keluarga akan membantu proses penyembuhan dengan melatih  pasien relaksasi.

 Ajarkan pasien teknik relaksasi

R/ : Relaksasi akan memindahkan rasa nyeri ke hal lain.

 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgetik 

R/ : Memberikan penurunan nyeri.

3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan  berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia

a. Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam diharapkan perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi dengan kriteria:

 Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat  Menunjukkan tingkat energi biasanya  Berat badan stabil atau bertambah

 b. Intervensi:

 Observasi keadaan umam pasien dan keluhan pasien.

R/ : Mengetahui kebutuhan yang diperlukan oleh pasien.

 Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan

dengan makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien

R/ : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik 

 Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi

R/ : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk  absorbsi dan utilisasinya)

 Identifikasi makanan yang disukai atau dikehendaki yang sesuai

dengan program diit.

R/ : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam  pencernaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang

 Ajarkan pasien dan Libatkan keluarga pasien pada perencanaan

(15)

R/ : Meningkatkan rasa keterlibatannya; Memberikan informasi kepada keluarga untuk memahami nutrisi pasien

 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti mual.

4. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan  permeabilitas dinding plasma

a. Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan perawatan selama … x 24 jam diharapkan kebutuhan cairan terpenuhi dengan kriteria hasil:

 TD 120/80 mmHg  RR 16-24 x/mnt   Nadi 60-100 x/mnt  Turgor kulit baik 

 Haluaran urin tepat secara individu  Kadar elektrolit dalam batas normal.

 b. Intervensi:

 Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tanda vital.

R/ : hipovolemia dapat dimanisfestasikan oleh hipotensi dan takikardi

 Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul  Kaji suhu warna kulit dan kelembabannya

R/ : pernapasan yang berbau aseton berhubungan dengan  pemecahan asam aseto-asetat dan harus berkurang bila ketosis

harus terkoreksi

 Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran

mukosa

R/ : demam dengan kulit kemerahan, kering menunjukkan dehidrasi.

 Pantau masukan dan pengeluaran cairan

R/ : merupakan indicator dari dehidrasi.

memberi perkiraan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan  program pengobatan.

(16)

 Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari

dalam batas yang dapat ditoleransi jantung. R/ : mempertahankan volume sirkulasi.

 Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.

R/ : kekurangan cairan dan elektrolit menimbulkan muntah sehingga kekurangan cairan dan elektrolit.

 Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan

BB, nadi tidak teratur 

R/ : pemberian cairan untuk perbaikan yang cepat berpotensi menimbulkan kelebihan beban cairan

 Berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa,

 pantau pemeriksaan laboratorium(Ht, BUN, Na, K)

R/ : mempercepat proses penyembuhan untuk memenuhi kebutuhan cairan

5. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri, terapi tirah  baring

a. Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan perawatan selama … x 24 jam diharapkan pasien dapat mencapai kemampuan aktivitas yang optimal, dengan kriteria hasil:

 Pergerakan pasien bertambah luas

 Pasien dpt melaksanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan

(duduk, berdiri, berjalan)

 Rasa nyeri berkurang

 Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahap sesuai

dengan kemampuan  b. Intervensi:

 Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien.

R/ : mengetahui derajat kekuatan otot-otot kaki pasien.

(17)

R/ : Pasien mengerti pentingnya aktivitas sehingga dapat kooperatif  dalam tindakan keperawatan

 Anjurkan pasien untuk menggerakkan/mengangkat ekstrimitas

 bawah sesui kemampuan.

 Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya

R/ : Agar kebutuhan pasien tetap dapat terpenuhi

 Kolaborasi dengan tim kesehatan lain: dokter (pemberian

analgesik)melatih otot – otot kaki sehingga berfungsi dengan baik  R/ : Analgesik dapat membantu mengurangi rasa nyeri.

6. Resiko terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh

a. Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan perawatan .. x 24 jam diharapkan tidak terjadi syok  hipovolemik dengan kriteria hasil:

 TD 120/80 mmHg  RR 16-24 x/mnt   Nadi 60-100 x/mnt  Turgor kulit baik 

 Haluaran urin tepat secara individu  Kadar elektrolit dalam batas normal.

 b. Intervensi:

 Monitor keadaan umum pasien

R/ : memantau kondisi pasien selama masa perawatan terutama  pada saat terjadi perdarahan sehingga segera diketahui tanda syok 

dan dapat segera ditangani.

 Observasi tanda-tanda vital tiap 2 sampai 3 jam.

R/ : tanda vital normal menandakan keadaan umum baik.

 Monitor tanda perdarahan

R/ : Perdarahan cepat diketahui dan dapat diatasi sehingga pasien tidak sampai syok hipovolemik 

(18)

R/ : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien sebagai acuan melakukan tindakan lebih lanjut.

 Berikan transfusi sesuai program dokter 

R/ : Untuk menggantikan volume darah serta komponen darah yang hilang.

 Lapor dokter bila tampak syok hipovolemik.

R/ : Untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut sesegera mungkin

7. Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia

a. Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan perawatan .. x 24 jam diharapkan tidak terjadi  perdarahan dengan kriteria hasil:

 Tekanan darah 120/80 mmHg  Trombosit 150.000-400.000

 b. Intervensi:

 Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis

R/ : Penurunan trombosit merupakan tanda kebocoran pembuluh darah.

 Anjurkan pasien untuk banyak istirahat

R/ : Aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan  perdarahan

 Beri penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda perdarahan

lebih lanjut

R/ : Membantu pasien mendapatkan penanganan sedini mungkin.

 Jelaskan obat yang diberikan dan manfaatnya

R/ : Memotivasi pasien untuk mau minum obat sesuai dosis yang diberikan.

(19)

D. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam  pelaksanaan rencana tindakan keperawatan terdapat dua jenis tindakan, yaitu

tindakan jenis mandiri dan tindakan kolaborasi (Hidayat, 2008)

E. Evaluasi Keperawatan

1. Suhu tubuh dalam batas normal 36,5-37,5C

2.  Nyeri hilang atau berkurang

3. Gangguan pemenuhuan kebutuhan nutrisi tubuh tercukupi 4. Keseimbangan volume cairan

5. Aktivitas dan kebuthan sehari-hari terpenuhi 6. Syok hipovolemik tidak terjadi

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E dkk. 2000.  Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa  Keperawatan. EGC ; Jakarta.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid II. Edisi Ketiga. Jakarta : Media Aesculapius.

Anonym. 2011. Siklus Demam DBD : "Pelana Kuda". http://andrikarim. blogspot. com/2011/06/siklus-demam-dbd-pelana-kuda.html.

Anonym. 2011.  Laporan pendahuluan DHF . http://bayuardinugroho.blogspot. com/2011/04/laporan-pendahuluan-d-h-f.html.

Anonym. 2012.  Laporan Pendahuluan DHF pada Anak dan Dewasa . http:// immanueldwinugroho.blogspot.com/2012/06/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html

Anonym. 2012.  Laporan Pendahuluan DHF (Dengue Haemoragic Fever). http: //bagibagiwak.blogspot.com/2012/12/laporan-pendahuluan-dhf-dengue.html

Anonym. 2013. Laporan Pendahuluan DHF (Dengue Haemoragic Fever) . http://efrialfred.blogspot.com/2013/02/laporan-pendahuluan-dhf-dengue.html Anonym. 2011.  Laporan Pendahuluan DHF  . http://rereners.blogspot.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) pengaruh status sosial ekonomi orang tua terhadap minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi; 2) pengaruh dorongan orang

1 DIENA NURUL HIKMAH, S.I.Kom... 2 DIENA NURUL

A Statement From the Ad Hoc Committee on Guidelines for the Management of Transient Ischemic Attacks, Stroke Council, American Heart Association.. National

Penelitian ini menggunakan model persamaan regresi linier berganda untuk mengetahui hubungan antara ukuran dewan komisaris (DK), komisaris independen (KI), opini

Kemampuan dasar keilmuan dan humanitas berdasar keimanan tentunya merupakan landasan bagi setiap kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah berwujud sensitifitas dan

Dengan ridha Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dengan judul: Konstruksi Pendidikan Karakter Moral Pada Film Catatan Akhir Sekolah dalam Perspektif

Selama guru (peneliti) melaksanakan pembelajaran, teman sejawat mengamati dengan lembar observasi IPKG I digunakan untuk meskor kemampuan guru dalam

[r]