• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DHF VERA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DHF VERA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (Nursalam, dkk, 2008). Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutama pada anak. Penyakit ini juga sering menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah (Nursalam, dkk, 2008).

Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah virus dengue (Nursalam, dkk, 2008). Demam Berdarah Dengue (DBD) ditandai oleh empat manifestasi klinis utama, yaitu demam tinggi, fenomena hemoragik, sering dengan hepatomegali, dan pada kasus berat, terjadi tanda – tanda kegagalan sirkulasi (WHO, 1999).

Menurut WHO (1999), pada tahun 1996, 2500 – 3000 juta orang tinggal di area yang secara potensial beresiko terhadap penularan virus dengue. Setiap tahun, diperkirakan terdapat 20 juta kasus infeksi dengue yang mengakibatkan kira – kira 24 juta kematian (WHO, 1999).

Penyakit ini mempunyai pola epidemik berdasarkan musiman dan siklus dengan wabah besar terjadi pada interval 2 – 3 tahun. Selama periode 1960 – 1970, 1.070.207 kasus dan 42.808 kematian dilaporkan dan sebagian besar adalah anak – anak (WHO, 1999). Selama hampir sepanjang tahun 1980-an, pada negara – negara endemik, seperti Cina, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Filipina, Thailand, dan Vietnam, DHF / DSS menyebar secara perifer dan menyerang daerah pedesaan. Wabah yang sangat luar biasa besar yang terjadi di Vietnam (354.517 kasus pada tahn 1987) dan Thailand (174.285 kasus pada tahun 1987). Jumlah total orang yang terjangkit dan meninggal karena DHF / DSS dilaporkan di semua negara Pasifik Barat dan Asia Tenggara selama dekade 1980 – an diperkirakan 1.946.965 dan 23.793.

(2)

DENGUE DI WILAYAH WHO ASIA TENGGARA DAN PASIFIK BARAT

Penyakit yang sekarang dikenal sebagai DHF pertama kali dikenali di filipina pada tahun 1953. Sindromnya secara etiologis berhubungan dengan virus dengue ketika serotipe 2, 3, dan 4 diisolasi dari pasien di filipina pada tahun 1956; 2 tahun kemudian virus dengue dari berbagai tipe diisolasi dari pasien selama epidemik di bangkok, thailand,. Selama tiga dekade berikutnya, DHF/DSS ditemukan di kemboja, cina, india, indonesia, masyarakat Republik Demokratis Lao, Malaysia, Maldives, Mianmar, Singapura, Sri Lanka, Vietnam, dan beberapa kelompok kepulauan pasifik.

Selama tahun 1960-an dan 1970-an, DHF/DSS secara progresif meningkat sebagai masalah kesehatan, menyebar dari lokasi primernya di kota-kota besar ke kotabesar yang lebih kecil dan kota-kota di negara-negara endemik. Penyakit ini mempunyai pola epidemik berdasarkan musiman dan siklus, dengan wabah besar terjadi pada interval 2-3 tahun. Selama periode ini, 1070207 kasus dan 42808 kematian dilaporkan, sebagian besar anak-anak. Selama hampir sepanjang tahun 1980-an, pada negara-negara endemik Cina, Indonesia, Malaysia, Mianmar, Filipina, Thailand, dan Vietnam, DHF/DSS menyebar secara perifer, yang menyerang daerah pedesaan. Wabah yang sangat luar biasa besar yang terjadi di vietnam (354517 kasus pada tahun 1987) dan Thailand (174285 kasus pada tahun 1987). Jumlah total orang yang terjangkit dan meninggal karena DHF/DSS dilaporkan di semua negara Pasifik Barat dan Asia Tenggara selama dekade tahun 1980-an diperkirakan 1946965 dan 23793. Secara epidemologi kejadian baru DHF/DSS dilaporkan di Cina (1985), India (1988), New Caledonia (1988), Sri Lanka (1989) daan Tahiti (1989). Pengalaman di india dan Sri Lanka secara Khusus menarik, karena surveilens virologis yang mendokumentasikan penularan endemik dari keempat serotipe dengue yang disertai dengan kasus DF, tetapi tidaak dengan DHF/DSS sebelum wabah yang disebutkan di atas.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa/i tingkat III STIKes Santo Borroemus Bandung mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan DHF.

2. Tujuan Khusus

Mahasiswa/i tingkat III STIKes Santo Borroemus Bandung mampu : a. Menjelaskan pengertian DHF dengan baik

(3)

d. Menyebutkan klasifikasi DHF dengan tepat e. Menjelaskan patofisiologi dengan baik

f. Menyebutkan manifestasi klinis DHF dengan tepat g. Menyebutkan komplikasi DHF dengan tepat

h. Menyebutkan pemeriksaan diagnostik untuk DHF dengan tepat i. Menyebutkan penatalaksanaan pasien dengan DHF dengan tepat j. Menjelaskan konsep dasar keperawatan DHF yang terdiri atas :

pengkajian, diagnosa keperawatan, dan intervensi dengan baik k. Melakukan pengkajian pada pasien DHF dengan baik

l. Menetapkan diagnosa keperawatan pada pasien DHF dengan tepat m. Membuat intervensi pada pasien DHF dengan tepat

n. Melaksanakan implementasi pada pasien DHf dengan baik o. Membuat evaluasi pada pasien DHF dengan tepat

C. Metode Penulisan

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus dan kepustakaan yang didapt dari buku – buku sumber yang tersedia serta proses konsultasi kepada pembimbing praktek bagian (PPB) dan pembimbing dari pendidikan.

D. Sistematika penulisan

Makalah ini tersusun menjadi lima bab, yaitu bab satu pendahuluan yang berisi latar belakang penulisan, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

(4)

BAB II TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR MEDIS DENGUE HAEMORRHAGIC

FEVER ( DHF )

1. Pengertian

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (betina). (Effendy, 1995) Demam Berdarah Dengue (Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)) adalah penyakit

yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama. (Noer, 1999) Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit demam berat yang sering mematikan

disebabkan oleh virus, ditandai oleh permeabilitas kapiler, kelainan hemostatis, dan pada kasus berat, sindrom syok kehilangan protein. (Behrman, et al, 2000)

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. (Nursalam, dkk, 2008)

Jadi, Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (betina) dan terdapat pada anak dan dewasa.

2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Hematologi

(5)

1) Struktur

Dinding arteri terdiri atas tiga lapis, yaitu :

a) Tunika adventisia, lapisan terluar yang terdiri atas jaringan ikat yang fibrus

b) Tunika media, lapisan tengah yang berotot dan elastik c) Tunika intima, lapisan dalam yang endotelial

2) Jenis – Jenis

a) Arteri dan Arteriol

Arteri merupakan struktur berdinding tebal yang membawa darah keluar dari jantung, selalu membawa darah segar berisi O2, kecuali arteri pulmoner yang membawa darah ’kotor’ yang memerlukan oksigenasi.

Arteri yang besar disebut Aorta yang diameternya ± 25 mm (1 inchi) dan memiliki banyak sekali cabang. Arteri dan arteriol berukuran 4 mm (0,16 inchi) saat mencapai jaringan.

Arteri dan arteriol memperoleh perdarahan dari sebuah sistem pembuluh yang khusus, yang dikenal sebagai vasa vasorum; keduanya juga disarafi oleh serabut – serabut saraf yang ramping yang melingkari dinding pembuluh darah.

b) Vena dan Venula

Vena dan venula membawa darah ke arah jantung dan selalu membawa darah yang miskin akan oksigen, kecuali vena pulmoner.

(6)

Sistem saraf simpatis yang mempersarafi otot vena dapat merangsang vena untuk berkontriksi sehingga menurunkan volume vena dan menaikkan volume darah dalam sirkulasi umum.

c) Kapiler

Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil dan disitu arteriol berakhir dan venula mulai (Pearce, 1997 : 145). Kapiler membentuk jalinan pembuluh darah bercabang – cabang di dalam sebagian besar jaringan tubuh.

Dinding kapiler tidak memiliki otot polos maupun adventisia dan tersusun hanya oleh satu lapis sel endotel. Diameter kapiler ± 5 – 10 µm. Struktur dinding kapiler yang tipis ini memungkinkan transpor nutrisi yang cepat dan efisien ke sel dan mengangkut sisa metabolisme.

d) Pembuluh Limfe

Pembuluh limfe merupakan sistem kmpleks pembuluh berdinding tipis yang mirip dengan kapiler darah. Pembuluh limfe berfungsi untuk mengumpulkan cairan limfa dari jaringan dan organ serta mengangkat cairan tersebut ke sirkulasi vena.

(7)

Sirkulasi darah dalam tubuh ada dua, yaitu :

a) Sirkulasi Sistemik

Darah dari ventrikel kiri (jantung) → aorta → arteri → arteriola → kapiler → venula → vena cava inferior dan superior → atrium kanan (jantung)

b) Sirkulasi Pulmonal

Darah dari ventrikel kanan (jantung) → arteri pulmonalis → paru – paru kanan dan kiri → vena pulmonalis → atrium kiri (jantung)

4) Kebutuhan Sirkulasi Jaringan

Presentasi aliran darah yang diterima oleh organ atau jaringan tertentu ditentukan oleh kecepatan metabolisme jaringan, ketersediaan oksigen, dan fungsi jaringan. Ketika terjadi peningkatan kebutuhan metabolisme, pembuluh darah akan berdilatasi untuk meningkatkan aliran O2 dan nutrisi ke jaringan. Apabila pembuluh darah gagal berdilatasi, maka akan terjadi ischemic jaringan.

5) Aliran Darah

Aliran darah terjadi disebabkan karena perbedaan tekanan darah antara sistem arteri (± 100 mmHg) dan vena (± 4 mmHg) dan cairan selalu mengalir dari daerah bertekanan tinggi ke tekanan rendah.

6) Tahanan Hemodinamika

Faktor terpenting pada sistem vaskuler yang menentukan tahanan adalah jari – jari pembuluh darah. Peningkatan hematokrit yang sangat tinggi dapat meningkatkan kekentalan darah dan menurunkan aliran darah kapiler.

b. Darah

Darah adalah organ khusus yang berbeda dengan organ lain karena berbentuk cairan. Darah diproduksi di sumsum tulang dan nodus limfa. Cairan darah tersusun atas komponen – komponen, yaitu :

1) Serum Darah / Plasma

Serum atau plasma darah terdiri atas :

(8)

b) Protein (8,0 %) : Albumin, Globulin, Protrombin, dan Fibrinogen

c) Mineral (0,9 %) : NaCl, Na2CO2, garam dan kalsium, P, Mg, Fe

d) Bahan organik : glukosa, lemak, urea, asam urat, kreatinin, kolesterol, asam amino

e) Gas : O2 dan CO2

f) Hormon – hormon

g) Enzim

h) Antigen

2) Sel Darah

Sel darah dibagi menjadi :

a) Sel darah merah (Eritrosit)

Bentuk eritrosit adalah cakram bikonkaf, cekung pada kedua sisinya sehingga dilihat dari samping tampak seperti dua buah bulan sabit yang saling bertolak belakang. Diameternya ± 8 µm.

Volume eritrosit sekitar 90 m3 dan membrannya sangat tipis sehingga O2 dan CO2 dapat dengan mudah berdifusi. Eritrosit tersusun terutama oleh hemoglobin, yaitu protein yang kaya akan zat besi (Pearce, 1997 : 134) sehingga memungkinkan dapat menjalankan fungsi utamanya sebagai transport O2 antara paru dan jaringan.

Rata – rata panjang hidup eritrosit ± 115 hari. Sel menjadi usang dan dihancurkan dalam sistema retikulo-endotelial, terutama dalam limfa dan hati. Bila terjadi perdarahan, maka eritrosit dan Hb hilang. Pada perdarahan sedang, eritrosit diganti dalam waktu beberapa minggu berikutnya. Namun, apabila kadar Hb turun sampai 40 % atau di bawahnya, maka perlu transfusi darah. Nilai normal eritrosit adalah 4.500.000 – 5.500.000 / mm3.

b) Sel darah putih (Leukosit)

Nilai normal leukosit adalah 5.000 – 10.000 / mm3. Leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap invasi bakteri atau benda asing. Leukosit dibagi dalam dua kategori, yaitu :

(9)

Granulosit ditentukan oleh adanya granula dalam sitoplasmanya. Diameternya 2 – 3 kali dari eritrosit. Granulosit dibagi dalam tiga sub grup, yaitu :

 Eosinofil: granula berwarna merah terang dalam sitoplasmanya

 Basofil : granula berwarna biru

 Netrofil : granula berwarna ungu pucat

Eosinofil dan Basofil berfungsi sebagai tempat penyimpanan berbagai material biologis kuat, seperti histamin, serotonin, dan heparin.

2. Leukosit Mononuklear (Agranulosit) (40 %)

Agranulosit merupakan leukosit dengan inti satu lobus dan sitoplasmanya bebas granula. Agranulosit terdiri atas :

1. Limfosit

Dalam darah orang dewasa terdapat 30 % limfosit. Limfosit diproduksi oleh nodus limfe dan jaringan limfoid usus, limfa, dan kelenjar timus dari sel prekursor yang berasal sebagai sel stem sumsum. Limfosit berfungsi untuk menghasilkan substansi yang membantu penyerangan benda asing. Limfosit dapat dikelompokan menjadi :

a. Limfosit T yang berfungsi untuk membunuh sel secara langsung atau menghasilkan berbagai limfokin, yaitu suatu substansi yang memperkuat aktivitas sel fagositik.

b. Limfosit B yang berfungsi untuk menghasilkan antibodi.

Monosit

Dalamdarah orang dewasa terdapat 5 % monosit. Monosit diproduksi oleh sumsum tulang dan dapat berubah menjadi histiosit jaringan, termasuk sel Kupfer di hati, makrofag peritoneal, makrofag alveolar, dan komponen lain sistem retikuloendotelial.

(10)

Nilai normal trombosit adalah 150.000 – 450.000 / mm3. Trombosit merupakan partikel kecil dengan diameter 2 – 4 µm yang terdapat dalam sirkulasi plasma darah. Trombosit dibentuk oleh fragmentasi sel raksasa sumsum tulang (megakariosit) dan produksi trombosit diatur oleh tromboprotein.

Trombosit berperan dalam mengontrol perdarahan. Apabila terjadi cedera vaskuler, maka trombosit menggumpal pada tempat cedera tersebut. Substansi yang dilepaskan dari granula trombosit dan sel darah lainnya menyebabkan trombosit menmpel satu sama lain dan membentuk tambalan / sumbatan. Substansi lain dilepaskan dari trombosit untuk mengaktifasi faktor pembekuan dalam plasma darah.

Pembekuan darah adalah proses dimana komponen cairan darah ditransformasi menjadi material semisolid yang dinamakan bekuan darah (Smeltzer & Bare, 2001 : 930). Bekuan darah tersusun terutama oleh sel – sel darah yang terperangkap dalam jaring – jaring fibrin. Faktor pembekuan darah terdiri dari :

i. Faktor I : Fibrinogen ii. Faktor II : Protrombin

iii. Faktor III : Tromboplastin jaringan iv. Faktor IV : Kalsium

v. Faktor V : Labil

vi. Faktor VII : Faktor stabil

vii. Faktor VIII : Faktor antihemofilik viii. Faktor IX : Faktor Christmas

ix. Faktor X : Faktor Stuart - Power

x. Faktor XI : (anteseden) Plasma tromboplastin xi. Faktor XII : Faktor Hageman

b. Etiologi

Etiologi dari DHF adalah virus dengue tipe1 – 4 (golongan enthropoda bome golongan B) yang berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh dietil eter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 70OC yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (betina).

(11)

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis terbagi menjadi : ( WHO, 1986 )

i. Derajat I : demam, mual, muntah, anorexia, tanpa perdarahan spontan, uji torniquet positif, trombositopenia, dan hemokonsentrasi.

ii. Derajat II : derajat I disertai perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain. iii. Derajat III : ditemukan kegagalan sirkulasi, nadi cepat dan lemah, tekanan darah

lemah dan rendah, gelisah, sianotis di sekitar mulut, hidung, dan ujung jari (tanda dini renjatan).

iv. Derajat IV : renjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.

d. Patofisiologi

Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita adalah viremia yang menyebabkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal – pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik – bintik merah pada kulit (ptekie), hiperemi tenggorokan, dan hal lain yang mungkin terjadi, seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (hepatomegali), dan pembesaran limfa (splenomegali).

Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia, serta efusi dan renjatan (syok).

Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama, maka akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis, dan kematian.

(12)

PATOFLOW

Infeksi Dengue Heterologus Sekunder

Replikasi Virus Respon Antibodi Anamnesti

Kompleks Antibodi Virus

Demam,mual, Agregasi trombosit Aktivasi koagulasi Aktivasi komplemen Muntah

Komplemen ↑

Gangguan fungsi Pembersihan trombosit Pelepasan Trombosit Faktor Hageman Anafilatoksin ( C3a C5a ) Trombosit oleh RES faktor III diaktivasi

Ptekie

Kadar histamin Trombositopenia Ekimosis Koagulapati dalam urine 24 jam ↑ Konsumtif Sistem Kinin

Epistaksis

Dehidrasi Faktor pembekuan ↓ Kinin Permeabilitas vaskular ↑

Ht ↑ FDP ↑

Kebocoran Na+

Plasma

Efusi serosa

Edema Perpindahan cairan

dari IVF ke interstitial Hepatomegali

Splenomegali

Perdarahan yang berlebihan

Hipovolemia

(13)

Hipoksia jaringan

DIC Asidosis Metabolik

Perdarahan Masif

(14)

e. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan masa inkubasi antara 13 – 15 hari, antara lain :

i. Demam akut (suhu meningkat tiba – tiba)

ii. Perdarahan pada kulit (ptekie, ekimosis, hematom)

iii. Perdarahan, seperti epistaksis, hematemesis, hematuri, dan melena

iv. Keluhan pada saluran pernapasan, seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan v. Keluhan pada saluran pencernaan : mual, muntah, anorexia, diare, konstipasi vi. Keluhan sistem tubuh lain : nyeri atau sakit kepala; nyeri otot, tulang, dan sendi;

nyeri otot abdomen; nyeri ulu hati; pegal; kemerahan pada kulit; kemerahan pada muka (flushing); pembengkakan sekitar mata, lakrimasi, dan fotopobia; otot – otot sekitar mata sakit bila disentuh dan pergerakan bola mata terasa pegal

vii. Renjatan

f. Komplikasi

Komplikasi potensial yang mungkin terjadi : i. Gagal jantung (CHF)

ii. Gagal ginjal (CRF) iii. Hipotensi

iv. Sianosis hati v. Stroke

vi. Ensepalitis dengue vii. Edema paru

g. Pemeriksaan Diagnostik i. Darah

Pada DHF umumnya dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi. Uji torniquet yang positif merupakan pemeriksaan penting. Masa pembekuan masi dalam batas normal, tetapi masa perdarahan biasanya memanjang.

(15)

ii. Urine

Mungkin ditemukan albuminuria ringan.

iii. Sumsum Tulang

Pada awal sakit biasanya hiposeluler, kemudian menjadi hiperseluler pada hari ke–5 dengan gangguan maturasi sedangkan pada hari ke-10 biasanya sudah kembali normal untuk semua sistem.

iv. Serologi

Uji serologi untuk infeksi dengue dapat dikategorikan atas dua kelompok besar, yaitu :

1. Uji serologi memakai serum ganda

Serum yang diambil pada masa akut dan masa konvalesen. Pada uji ini yang dicari adalah kenaikan antibodi antidengue sebanyak minimal empat kali. Termasuk dalam uji ini ialah pengikatan komplemen (PK), uji neutralisasi (NT), dan uji dengue blot.

2. Uji serologi memakai serum tunggal

Pada uji ini yang dicari adalah ada tidaknya atau titer tertentu antibodi antidengue. Termasuk dalam golongan ini adalah uji dengue blot yang mengukur antibodi antidengue tanpa memandang kelas antibodinya; uji Ig M antidengue yang mengukur hanya antibodi antidengue dari kelas Ig M.

v. Isolasi Virus

Bahan pemeriksaan adalah darah pasien, jaringan – jaringan, baik dari pasien hidup (melalui biopsi) dan pasien meninggal (autopsi).

h. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pasien dengan DHF adalah sebagai berikut : i. Lakukan tirah baring atau istirahat baring

(16)

iii. Berikan minum banyak (2 – 2,5 liter / hari) dapat berupa : susu, teh manis, sirup, dan beri penderita oralit.

Pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF iv. Pemberian cairan intravena (biasanya Ringer Laktat, NaCl faali).

Ringer Laktat merupakan cairan intravena yang paling sering digunakan karena mengandung Na+ 130 mEq / L, K+ 4 mEq / L, korektor basa 28 mEq / L, Cl- 109 mEq / L, dan Ca2+ 3 mEq / L.

v. Monitor tanda – tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tekanan darah, dan pernapasan); jika kondisi pasien memburuk, maka observasi ketat tiap jam.

vi. Periksa Hb, Ht, dan trombosit setiap hari. vii. Pemberian obat antipiretik.

Sebaiknya dari golongan asetaminofen, eukinin atau dipiron (kolaborasi dengan dokter). Dan juga pemberian kompres dingin atau hangat.

viii. Monitor tanda – tanda perdarahan lebih lanjut.

ix. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder (kolaborasi dengan dokter).

x. Monitor tanda – tanda dini renjatan, meliputi : keadaan umum, perubahan tanda – tanda vital, hasil – hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.

xi. Apabila timbul kejang, dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan dokter). xii. Transfusi darah bila penderita mengalami perdarahan yang membahayakan.

Tindakan perawatan invasif :

a. Pemasangan infus untuk pemberian cairan melalui intravena.

b. Pengambilan darah vena untuk pemeriksaan kimia atau hematologi darah.

c. Pengambilan darah arteri untuk pemeriksaan Analisa Gas Darah dengan menambahkan heparin ke dalam darah yang akan diperiksa.

(17)

3. KONSEP DASAR KEPERAWATAN DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER ( DHF )

1. Pengkajian

a. Identitas Pasien

Nama, umur (pada DHF, paling sering menyerang anak – anak dengan usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.

b. Keluhan Utama

Alasan / keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke rumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat demam, kesadaran compos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke – 3 dan ke – 7, dan anak semakin lemah. Kadang – kadang disertai dengan keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare / konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematemesis.

d. Riwayat Penyakit Yang Pernah Diderita

Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak bisa mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus yang lain.

.

e. Kondisi Lingkungan

Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih, seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar.

f. Pola Kebiasaan

(18)

2) Eliminasi alvi (buang air besar). Kadang – kadang anak mengalami diare / konstipasi. Sementara DHF grade III – IV bisa terjadi melena.

3) Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit / banyak, sakit / tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.

4) Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit / nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.

5) Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti.

6) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang

sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan.

g. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan (grade) DHF, keadaan fisik anak adalah sebagai berikut :

a. Grade I : kesadaran compos mentis, keadaan umum lemah, tanda – tanda vita dan nadi lemah.

b. Grade II : kesadaran compos mentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan spontan : ptekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.

c. Grade III : kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil, dan tidak teratur, serta tensi menurun.

d. Grade IV : kesadaran coma, tanda – tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit tampak biru.

1) Sistem Integumen

(19)

2) Kepala dan leher

Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epsitaksis) pada grade II, III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami hiperemia pharing dan terjadi perdarahan telinga (pada grade II, III, IV).

3) Dada

Bentuk simetris dan kadang – kadang terasa sesak. Pada foto thorax terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura), rales +, ronchi + yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.

4) Abdomen

Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali) dan asites.

5) Ekstremitas

Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, dan tulang.

h. Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :

1) Hb dan PCV meningkat (≥ 20 %)

2) Trombositopenia (≤ 100.000 / ml)

3) Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis)

4) Ig D Dengue positif

5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia, hipokloremia, dan hiponatremia.

6) Ureum dan pH darah mungkin meningkat

7) Asidosis metabolik : pCO2 < 35 – 40 mmHg dan HCO3 rendah

8) SGOT / SGPT mungkin meningkat

(20)

a. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan peningkatan permeabilitas pembuluh darah.

b. Resiko tinggi terjadinya hipovolemik syok berhubungan dengan berkurangnya volume intravaskular.

c. Resiko tinggi perdarahan berhubungan dengan penurunan trombosit. d. Gangguan aktivitas sehari – hari berhubungan dengan kelemahan fisik. e. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia, mual,

muntah, nyeri ulu hati.

3. Intervensi

a. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan peningkatan permeabilitas pembuluh darah.

Intervensi :

1) Monitor keadaan umum pasien.

2) Observasi tanda – tanda vital setiap 2 – 3 jam.

3) Perhatikan keluhan pasien, seperti mata berkunang – kunang, pusing, lemah, ekstremitas dingin, dan sesak napas.

4) Apabila terjadi tanda – tanda syok hipovolemik, baringkan pasien terlentang tanpa bantal.

5) Pasang infus dan beri terapi cairan intravena jika terjadi perdarahan (kolaborasi dengan dokter).

b. Resiko tinggi terjadinya hipovolemik syok berhubungan dengan berkurangnya volume intravaskular.

Intervensi :

1) Kaji ulang keadaan umum klien.

2) Kaji dan observasi tanda – tanda vital.

3) Observasi tanda – tanda syok.

4) Berikan dan anjurkan klien banyak minum.

5) Berikan cairan intravena sesuai program dokter. 6) Kaji intake dan output serta catat pada rekam medis.

(21)

c. Resiko tinggi perdarahan berhubungan dengan penurunan trombosit.

Intervensi :

1) Monitor tanda – tanda perdarahan.

2) Monitor jumlah trombosit dan hematokrit setiap hari.

3) Anjurkan klien untuk istirahat.

4) Jelaskan tentang trombosit pada klien dan keluarga. 5) Libatkan keluarga untuk segera melapor bila terjadi

perdarahan yang lanjut.

6) Laporkan dan kolaborasi dengan tim medis bila

terjadi perdarahan lebih lanjut.

d. Gangguan aktivitas sehari – hari berhubungan dengan kelemahan fisik.

Intervensi :

1) Kaji keluhan klien.

2) Kaji sejauh mana kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.

3) Bantu klien memenuhi kebutuhan (mandi, makan, eliminasi) sesuai tingkat kemampuan / keterbatasan klien.

4) Bantu klien untuk mandiri sesuai dengan perkembangan kemajuan kondisi fisiknya.

5) Tempatkan / letakkan barang – barang di tempat yang mudah dijangkau klien.

6) Jelaskan hal – hal yang dapat membantu dan meningkatkan kekuatan fisik klien.

e. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, nyeri ulu hati.

Intervensi :

(22)

2) Hidangkan makanan dalam bentuk menarik, keadaan hangat, dan tidak dengan bau yang merangsang mual.

3) Berikan makanan yang mudah ditelan dan dicerna. 4) Berikan makan dalam porsi kecil dan frekuensi

sering.

5) Berikan motivasi pada klien untuk makan.

6) Observasi dan catat jumlah makanan dan minuman

yang dihabiskan oleh klien setiap hari.

7) Jelaskan manfaat nutrisi / makanan dan cairan.

8) Timbang berat badan bila memungkinkan.

Referensi

Dokumen terkait

Stasioneritas berarti bahwa tidak terjadinya pertumbuhan dan penurunan data. Suatu data dapat dikatakan stasioner apabila pola data tersebut berada pada kesetimbangan disekitar nilai

[r]

Penelitian ini menggunakan model persamaan regresi linier berganda untuk mengetahui hubungan antara ukuran dewan komisaris (DK), komisaris independen (KI), opini

Sebelum melaksanakan suatu perkawinan, pertama-tama yang harus dilakukan adalah pelamaran ( madduta) pada saat inilah pihak perempuan mengajukan jumlah Uang Panaik

Kemampuan dasar keilmuan dan humanitas berdasar keimanan tentunya merupakan landasan bagi setiap kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah berwujud sensitifitas dan

Dengan ridha Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dengan judul: Konstruksi Pendidikan Karakter Moral Pada Film Catatan Akhir Sekolah dalam Perspektif

Pendekatan yuridis digunakan dalam usaha menganalisis data dengan mengacu pada norma-norma hukum yang dituangkan dalam peraturan perundang-undangan, sedangkan aspek

A Statement From the Ad Hoc Committee on Guidelines for the Management of Transient Ischemic Attacks, Stroke Council, American Heart Association.. National