BAB IV
PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA
IV.1 Pengumpulan Data
Pada bagian ini akan diuraikan tentang proses pengumpulan data primer yang diambil langsung dari objek penelitian kemudian dilanjutkan dengan proses analisis data.
IV.1.1 Data dari survey lapangan
Survey penelitian untuk mendapatkan data-data secara faktual (data primer) di lakukan dengan cara pengamatan pada beberapa proyek yang sedang berlangsung. Pengamatan langsung pelaksanaan fisik pada beberapa proyek konstruksi yang sedang berlangsung bertujuan untuk mengetahui uncertain events yang potensial
ada dalam proses pelaksanaan dan yang dianggap khas dalam proyek-proyek konstruksi.
Masalah-masalah yang teridentifikasi selama penelitian di lapangan dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Proyek Pembangunan Apartemen A.1
Nama Proyek : Bangunan Apartemen A. 1 Lokasi Proyek : Bandung
Pemilik Proyek : PT. B.1
Konsultan Perencana : PT. C.1 (Struktur) PT. D.1 (Arsitektur)
PT. E.1 (Mechanical-Electrical) Kontraktor Utama : PT. F.1
Subkontraktor : PT. G.1
Sistem Kontrak : Unit price
Penelitian pada proyek ini dilakukan pada awal pelaksanaan, dimana kegiatan yang sedang berjalan adalah pekerjaan penggalian dan pekerjaan pondasi. Lokasi proyek yang berdekatan dengan pemukiman penduduk dan berbatasan langsung dengan jalan arteri, menyebabkan cukup banyak kendala yang terjadi selama proyek ini berlangsung. Kendala-kendala yang teridentifikasi sebagai
uncertain events dalam pelaksanaan proyek ini pada pekerjaan galian tanah
dan pondasi adalah :
- Klaim dari masyarakat sekitar, terutama terhadap pekerjaan yang dilakukan pada malam hari.
- Adanya pengrusakkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab terhadap barang milik kontraktor.
- Kemungkinan terjadinya kelongsoran tanah yang dapat mengakibatkan keruntuhan bangunan yang berbatasan langsung dengan proyek.
- Kemacetan pada jalan disekitar proyek, akibat keluar masuknya truk-truk pengangkut material dan peralatan yang mengakibatkan klaim dari masyarakat.
- Musim hujan, yang mengakibatkan lahan becek sehingga mobilitas pekerjaan terganggu, serta terhentinya pekerjaan apabila hujan sangat deras.
- Tempat produksi material beton (beton jadi) yang cukup jauh dari lokasi (Cimahi).
Uncertain events yang terjadi diatas sangat berpengaruh terhadap waktu pelaksanaan dan akhirnya berdampak pada biaya pelaksanaan.
2. Proyek Pembangunan Gedung A.2
Nama Proyek : Pembangunan Gedung A.2 Lokasi Proyek : Bandung
Pemilik Proyek : B.2
Kontraktor : PT. F.2
Waktu Pelaksanaan : 01 September 2004-Juni 2005 (270 hari kalender) Sistem Kontrak : Unit Price
Pengamatan yang dilakukan pada proyek ini, umumnya tidak mengalami masalah-masalah yang cukup signifikan yang dapat diidentifikasi sebagai masalah-masalah yang dapat menghambat pelaksanaan proyek. Hal ini dikarenakan lokasi proyek yang terletak di lingkungan kampus yang telah teratur sehingga mobilitas pekerjaan dapat diatur dan dikoordinasi dengan baik.
3. Proyek Pembangunan Peningkatan Jalan dan Jembatan A.3
Nama Proyek : Pembangunan Peningkatan Jalan dan Jembatan A3 Lokasi Proyek : Jakarta.
Pemilik Proyek : B.3 Kontraktor : PT. F.3
Waktu Pelaksanaan : 02 Agustus 2005-13 Desember 2005 Sistem Kontrak : Unit Price
Pelaksanaan proyek ini adalah sebagian dari pengadaan barang/jasa milik pemerintah Indonesia. Pengadaannya dimaksudkan untuk mengurangi kemacetan di Ibu Kota Negara akibat banyaknya pemakaian kendaraan pribadi. Untuk itu dibangun Jalur Busway yang rencanaanya meliputi 17 koridor yang akan mengakomodir seluruh link di Ibu Kota Jakarta.
Khusus dalam penelitian ini dilakukan pada Koridor 2, Jalur Harmoni-Merdeka Selatan-Kwitang-Senen.
Masalah-masalah yang teridentifikasi sebagai uncertain events yang sangat berpengaruh pada pelaksanaan proyek ini adalah :
- Adanya utilitas ( PLN, PAM, Telkom, Gas, PJU = penerangan jalanan umum, Serat optik = jaringan untuk internet) sepanjang rencana pelebaran jalan, - Adanya pohon,, pagar dan taman,
- Adanya rambu-rambu lalu lintas dan halte bis, - Lahan untuk bekerja sempit,
- Terganggunya lalu lintas sekitar proyek.
pihak-mengalami banyak kendala karena harus melalui birokrasi yang cukup panjang dalam instansi masing-masing pihak, sehingga waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah-masalah diatas antara satu sampai dua bulan. Kondisi-kondisi diatas dapat dikatagorikan kedalam kategori lingkungan dan manajemen dalam pelaksanaan proyek.
Masalah yang sangat berpengaruh adalah adanya kenaikan bahan bakar minyak (BBM). Kondisi ini menyebabkan pekerjaan dihentikan selama kurang lebih satu bulan, karena belum ada keputusan eskalasi harga dari pemerintah.
Dampak ikutan dari kenaikan harga BBM adalah : - Berpindahnya tenaga kerja ke tempat lain;
- Naiknya harga material konstruksi (aspal, beton);
- Penimbunan material/material hilang dari pasar (peredaran); - Kontraktor mengundurkan diri (terjadi pada koridor yang lain); - Keterlambatan pekerjaan.
Uncertain events diatas menyebabkan proyek ini tidak akan selesai sesuai kontrak yaitu tanggal 13 Nopember 2005 sehingga diperpanjang hingga 31 Desember 2005.
4. Pembangunan Bangunan A.4
Nama Proyek : Pembangunan Bangunan A.4 Lokasi Proyek : Bandung
Pemilik Proyek : PT. B.4
Konsultan Perencana : PT.C.4 (Struktur) PT.D.4 (Arsitektur)
PT. E.4 (Mekanikal-Elektrial) Quantity Surveyor : PT. H.4
Kontraktor : PT. F.4
Waktu Pelaksanaan : 10 Februari 2005-10 November 2005 Sistem Kontrak : Unit price
Kegiatan penelitian pada proyek ini dilakukan mulai awal Oktober 2005, dimana saat itu proyek pertama telah masuk masa pemeliharaan dan proyek ke-2 sebanyak 19 ruko masih dalam tahap pembangunan sehingga kondisi-kondisi yang ada dan yang terpantau adalah :
- Kehilangan/berkurangnya material-material akibat pengamanan yang kurang/longgar;
- Cukup banyak perbaikan-perbaikan karena kesalahan masa pelaksanaan; - Permintaan material oleh oknum-oknum tertentu.
Sedangkan kondisi-kondisi yang cukup signifikan pada saat pelaksanaan berdasarkan diskusi dengan site manajer adalah :
- Adanya aliran sungai ditengah lokasi;
- Akses untuk kendaraan keluar masuk proyek susah, karena lalu lintas yang macet di Jalan Pasir Kaliki dan Kebun Jati;
- Kegiatan pelaksanaan dimulai awal bulan Februari dimana curah hujan masih tinggal, maka manuver kendaraan pengangkutan material dan peralatan sangat terganggu disebabkan lahan yang becek dan berlumpur.
- Kesalahan setting out oleh kontraktor.
- Kerusakan alat yang menghambat pekerjaan. - Keterlambatan pengiriman material.
- Site development belum layak.
- Konferensi Asia Afrika dan peresmian Toll Cipularang mengakibatkan item-item tertentu yang berkaitan dengan pengecoran, pensuplaian terhambat sehingga pelaksanaan proyek tertunda selama 10 hari.
Uncertain events di atas, menimbulkan risiko pada pelaksanaan pembangunan
proyek terutama pada biaya proyek. 5. Pembangunan Bangunan A.5
Nama Proyek : Pembangunan Bangunan A.5 Lokasi Proyek : Bandung
Pemilik Proyek : A.6
Kontraktor : PT. F.6
Uncertain events yang terjadi pada pelaksanaan proyek sesuai pengamatan
adalah :
- Kondisi site yang sangat sempit , bagian depan yang berbatasan dengan proyek ini adalah jalan Cihampelas yang sangat pada lalu lintasnya. Dinding pengaman proyek berbatasan langsung dengan bahu jalan. Bagian belakang berbatasan dengan rumah-rumah penduduk dan bagian kiri dan kanan berbatasan langsung dengan bangunan-bangunan lain.
- Maneuver kendaraan pengangkut material sangat sukar. - Alokasi material dan peralatan yang sulit.
- Lahan untuk bekerja sempit.
- Komplein dari penduduk sekitar karena waktu kerja dan keamanan tanah sekitar.
- Kerusakan alat Genset selama 10 hari, sehingga pekerjaan penting terhenti (21 Nopember 2005-01 Desember 2005).
- Kenaikan BBM.
- Kenaikan harga material konstruksi.
- Hujan hampir setiap sore selama bulan Desember, sehingga beberapa kali tertunda kegiatan pengecoran.
Disamping itu dilakukan wawancara dengan tenaga-tenaga ahli pada perusahaan-perusahaan kontraktor tersebut untuk mendapatkan input yang lebih banyak dan mendalam.
IV.1.2 Data yang diperoleh dari kuesioner
Kuesioner disebarkan kepada responden yang berasal beberapa perusahaan kontraktor yang mungkin juga pernah berfungsi sebagai sub kontraktor, serta instansi pemerintah sebagai owner yang kesemuanya berada di Jakarta dan Bandung. Perusahaan-perusahaan kontraktor/subkontraktor yang merupakan responden kuesioner ini mempunyai pengalaman dalam kegiatan pelaksanaan proyek yang cukup homogen.
Kuesioner yang disebarkan berjumlah 125 (seratus dua puluh lima) eksemplar yang ditujukan kepada : a) satu instansi pemerintah , b) enam BUMN dan c) 17 Perusahaan swasta. Proses pengmpulan data melalui kuesioner dimulai dari bulan Oktober 2003 sampai dengan bulan Desember 2005.
Dari 125 eksemplar kuesioner yang disebarkan di Jakarta dan Bandung yang dikembalikan dengan diisi benar dan lengkap oleh responden berjumlah 62 eksemplar/responden atau 49% dari jumlah kuesioner yang disebar. Perincian pengembalian kuesioner tersebut dapat disajikan dalam Tabel IV.1
Tabel IV.1. Distribusi Kuesioner dan yang Kembali
No. Responden Kuesioner yang disebarkan Kuesioner yang kembali Jumlah % (1) Jumlah % (2) 1. Instansi Pemerintah 20 16,0 13 21,00
2. BUMN 50 40,0 27 43,50
3. Perusahaan Swasta 55 44,0 22 35,50
Jumlah 125 100,0 62 100,00
Keterangan : % (1) : Prosentase jumlah kuesioner yang disebar dari masing-masing responden terhadap total jumlah kuesioner yang disebarkan
% (2) : Prosentase jumlah kuesioner yang kembali dari masing-masing responden terhadap total jumlah kuesioner yang
Pengembalian kuesioner oleh instansi pemerintah dari jumlah kuesioner yang disebarkan pada instansi tersebut adalah 65% (13/20), kontraktor BUMN dengan presentasi 54% (27/50) dan perusahaan swasta 40% (22/55). Dari jumlah kuesioner yang didistribusikan, dianggap sudah dapat memenuhi apa yang menjadi tujuan kuesioner tersebut yaitu sebesar 49,6% dari total keseluruhan kuesioner yang disebarkan (125 eksemplar).
IV.1.3. Data yang diperoleh dari wawancara
Wawancara dilakukan dalam dua tahap yaitu : 1) wawancara untuk mendapatkan
uncertain events yang kemungkinan terjadi pada pelaksanaan proyek berdasarkan
kondisi yang ada pada saat itu atau pengalaman masa lalu dan 2) wawancara setelah penyusunan format kuesioner. Wawancara yang dilakukan pada tahap ke dua bertujuan mendapatkan masukkan tentang keterkaitan antara masing-masing
uncertain events, probabilitas terjadinya dan besar pengaruh yang ditimbulkannya
yang telah dijabarkan dalam kuesioner sebagai bahan acuan, sehingga didapatkan hasil yang lebih mendalam dan lengkap berdasarkan subjective judgment yaitu
pandangan yang diberikan mengenai sesuatu hal secara subjektif dalam bentuk probabilitas.
Menurut Clemen (1996), peristiwa-peristiwa masa depan merupakan sesuatu yang mengandung ketidakpastian. Untuk memodelkan ketidakpastian-ketidakpastian tersebut dapat digunakan teknik penilaian probabilitas subjektif.
Subjective judgment adalah pertimbangan atau penilaian yang diberikan mengenai
suatu ketidakpastian secara subjektif. Hal ini merupakan unsur yang sangat penting dalam analisis keputusan karena menyangkut pertimbangan subjektif mengenai ketidakpastian dalam bentuk probabilitas (suatu nilai untuk mengukur tingkat kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang tidak pasti). Subjective judgment menyatakan probabilitas sebagai state of mind yaitu suatu tingkat
pengetahuan berkenan dengan suatu keadaan. Sebagai contoh, probabilitas untuk memperoleh gambar burung atau bukan gambar burung dalam pelemparan suatu mata uang.
Dalam pertimbangan subjektif, tidak ada jawaban yang benar. Setiap jawaban yang berbeda memiliki tingkat keyakinan yang berbeda. Oleh karena itu, penilaian probabilitas yang diberikan dapat saja berbeda terhadap suatu keadaan yang sama. Besarnya nilai probabilitas dapat dihitung berdasarkan nilai observasi sifatnya
objektif, atau berdasarkan pertimbangan atau judgment pembuat keputusan atau
tenaga ahli dalam bidangnya secara subjektif. Probabilitas subjektif harus memenuhi postulasi dan hukum yang sama dengan yang harus dipenuhi oleh probabilitas objektif. Artinya, probabilitas yang diberikan secara subjektif merupakan kualifikasi ketidakpastian seseorang yang dinyatakan dalam bilangan antara nol dan satu untuk menggambarkan tingkat kepercayaaan atau keyakinan seseorang (interpretasi subjektif) terhadap hasil yang terjadi dari suatu kejadian yang tak pasti, di mana jumlah probabilitas untuk himpunan peristiwa-peristiwa yang
Para ekspert yang diwawancarai merupakan para manager (setingkatnya) yang telah banyak berpengalaman dalam bidang konstruksi yang bertindak sebagai kontraktor maupun owner dan telah bersedia untuk diwawancarai.
Wawancara dilakukan di perusahaan-perusahaan kontraktor/ subkontraktor atau instansi terkait termasuk tempat pengamatan langsung yaitu : a) satu instansi pemerintah, b) tiga BUMN, c) tiga perusahaan kontraktor swasta dan d) beberapa ekspert dari bidang pendidikan.
IV.1.4. Pemetaan uncertain events untuk penyaringan awal
Prinsip pemetaan untuk penyaringan awal dilakukan untuk melihat kesamaan arti dan ketidak samaan arti uncertain events yang telah teridentifikasi. Secara
sederhana dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Kesamaan arti
Uncertain events hasil identifikasi yang memiliki kesamaan arti, dipetakan
satu kali saja untuk mencegah terjadinya overlapping yang dapat disajikan
pada Tabel IV.2.
Tabel IV.2. Pemetaan uncertainty yang memiliki kesamaan arti
2. Ketidak samaan arti
Uncertain events hasil identifikasi yang artinya berbeda, dipetakan kembali. IV.1.5. Klasifikasi uncertain events
Sumber Deskripsi Hasil pemetaan
FIDIC Pasal 29:1, gangguan terhadap lalu lintas dan harta benda di sekitarnya
Kontrak umum di Inndonesia
Pasal 5 : 21, gangguan terhadap lalu lintas perorangan, ketentraman penduduk di sekitar lokasi proyek
Azwar (2003) Terganggunya transportasi di sekitar proyek (kemacetan)
K94 Terganggunya lalu lintas di sekitar lokasi proyek
Pengklasifikasian uncertain events ke dalam kelompok atau kategori utama,
didasarkan pada : a) sumber, b) karakteristik atau sifat c) saling terkaitan secara alamiah dan d) logis. Dengan demikian akan teratur dan lebih mudah dalam menerapkan strategi untuk meresponsnya.
Terdapat 98 uncertainties hasil penyaringan awal dan kemudian dikelompokkan
dalam sebelas kategori. Kategori tersebut dibagi menjadi dua kelompok besar berdasarkan sumber yaitu dari lingkungan eksternal dan lingkungan internal proyek.
Uncertain events yang bersumber dari lingkungan eksternal proyek, disebabkan
oleh lingkungan fisik, masyarakat dan kondisi governance. Kondisi lingkungan
fisik, menyangkut kestabilan lingkungan yang meliputi kondisi alam dan lingkungan/lokasi proyek. Masyarakat, menyangkut kehidupan sosial/budaya masyarakat setempat, dan kondisi governance yang berkaitan dengan kebijakan
pemerintah.
Menurut Tamin (2007) permasalahan struktural industri konstruksi di Indonesia adalah poor governance. Hal ini ditunjukan antara lain, adanya a) budaya KKN,
b) koordinasi lemah, c) jasa dan keselamatan kerja rendah.
Uncertain events yang bersumber dari lingkungan internal proyek, disebabkan
oleh manajemen antara pihak-pihak yang terlibat dan pengelolaan internal kontraktor. Hubungan antara pihak-pihak yang terlibat umumnya berkaitan dengan kondisi kontrak, sedangkan pengelolaan internal kontraktor berkaitan dengan kualitas perencanaan kontraktor.
Risiko utama akibat adanya uncertain events tersebut adalah kenaikan biaya
pelaksanaan konstruksi. Skema timbulnya risiko kenaikan biaya pelaksanaan konstruksi sebagai akibat uncertain events yang dihadapi kontraktor disajikan
Secara garis besar skema di atas memperlihatkan bahwa kegiatan pelaksanaan konstruksi dipengaruhi oleh lingkungan eksternal maupun lingkungan internal tempat berlangsungnya proyek. Dari lingkungan eksternal proyek ada pihak-pihak yang secara tidak langsung maupun langsung dapat menimbulkan uncertain events. Demikian pula dari lingkungan internal, pihak-pihak yang bermitra dengan
kontraktor dalam kegiatan pelaksanaan dapat menimbulkan uncertain events bagi
pelaksanaan proyek.
Uncertain events yang berasal dari lingkungan eksternal proyek, berdasarkan
skema di atas umumnya tidak dapat dikontrol seperti : politik dan kebijakan pemerintah, kondisi ekonomi dan keuangan negara, kondisi sosial/budaya dan kondisi alam. Sedangkan sebagian kecil dapat dikontrol yaitu lingkungan/lokasi proyek dengan melakukan perencanaan yang baik.
Uncertain events yang berasal dari lingkungan internal proyek umumnya dapat
dikontrol. Hal ini dapat dilakukan dengan perencanaan, pelatihan ataupun pendidikan dan pengendalian terus menerus selama masa pelaksanaan serta koordinasi yang baik dengan pihak-pihak terkait.
Uncertain events yang bersumber dari ke dua lingkungan ini dapat saling
mempengaruhi dan memiliki ketergantungan. Interaksi vertikal maupun horisontal yang kompleks antara pihak-pihak, dapat menimbulkan permasalahan bagi pelaksanaan proyek dan mengakibatkan risiko terhadap biaya pelaksanaan. Lebih jelasnya dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Sumber uncertain events dari lingkungan eksternal proyek yang menimbulkan
risiko kenaikan biaya pelaksanaan proyek konstruksi.
• Kondisi Alam (KK-1)
Kategori ini meliputi lima uncertainty yang tidak dapat diramalkan dan
berada di luar kontrol langsung dari siapapun sebagai akibat dari kekuatan alam.
• Politik dan Kebijakan Pemerintah (KK-2)
Kategori ini meliputi sembilan uncertainty yang terkait dengan politik
pemerintah serta kebijakan-kebijakan,undang-undang maupun peraturan-peraturan yang dibuat dan memiliki dampak terhadap pelaksanaan proyek.
• Kondisi Sosial/Budaya (KK-3)
Empat unceretainty yang termasuk dalam kategori ini mencerminkan
kesalingterkaitan secara alamiah dan secara logis menyatakan sikap atau respons masyarakat terhadap berbagai kondisi yang terjadi didaerahnya sebagai cerminan tatanan hidup.
• Kondisi Ekonomi dan Keuangan (KK-4)
Semua uncertainty yang tercakup dalam proyek konstruksi berkaitan
secara finansial atau dapat dinilai dalam bentuk kerugian atau keuntungan keuangan. Pengelompokkan enam uncertainty ke dalam kategori ini
dikarenakan adanya karekteristik yang sama serta menimbulkan dampak kerugian yang besar bagi kontraktor sehingga perlu mempersiapkan langkah-langkah pengantisipasian.
• Lingkungan/Lokasi Proyek Konstruksi (KR-5)
Terdapat tujuh jenis uncertainty yang mendeskripsikan terciptanya suatu
kondisi di lingkungan sekitar proyek dengan adanya kegiatan pelaksanaan proyek.
Uncertain events dari lingkungan eksternal, adalah uncertain events yang berada
diluar kontrol kontraktor. Umumnya, penyebab terjadinya uncertain events ini
terkait dengan kondisi negara /nasional Indonesia . Kondisi eksternal lainnya adalah perkembangan ekonomi global dunia yang sangat terkait dengan kondisi ekonomi negara, sehingga secara langsung mempengaruhi penyelenggaraan industri konstruksi. Uncertainty dapat timbul dengan adanya hubungan antara
kontraktor dengan pihak-pihak yang berasal dari eksternal proyek . Pihak-pihak tersebut adalah :
a. Pemerintah (Regulator)
Risiko yang harus ditanggung oleh kontraktor pada pelaksanaan proyek konstruksi dalam negara Indonesia dapat saja terjadi akibat adanya uncertainty
dari kondisi politik negara, perubahan undang-undang, maupun ketidakstabilan dalam negara. Pemerintah sebagai regulator berperan penting dalam rangka penciptaan iklim usaha jasa konstruksi secara adil dan merata, struktur usaha yang kokoh dan efisien, dengan dikeluarkannya UU Jasa Konstruksi No.18 tahun 1999 dan PP No.29 tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. Dengan demikian kesenjangan - kesenjangan yang selama ini terjadi antara pemberi tugas dan kontraktor dapat diatasi. Disamping itu, kebijakan – kebijakan pemerintah yang mempengaruhi iklim ekonomi dalam negara dan sistem politik turut memberi andil bagi keputusan-keputusan pelaku pasar sehingga berdampak pada kegiatan pelaksanaan proyek konstruksi pada saat itu, misalnya peraturan-peraturan tentang kenaikan harga – harga kebutuhan pokok yang berdampak pada kenaikan biaya konstruksi. Uncertain events yang dapat terjadi dengan adanya
hubungan ini adalah yang terdapat dalam Politik&Kebijakan Pemerintah (KK-2) dan Kondisi Ekonomi & Keuangan Negara (KK-4).
b. Institusi Keuangan
Kontraktor sebagai pelaksana konstruksi dapat bermitra dengan bank, lembaga keuangan non bank, perusahaan leasing atau asuransi yang adalah institusi
keuangan diluar industri jasa konstruksi, yang terlibat juga dalam kegiatan industri jasa konstruksi. Dalam kegiatan pelaksanaan proyek, seringkali kontraktor memerlukan bantuan pinjaman dana dari bank. Dengan demikian kontraktor akan dikenai bunga pinjaman (cost of fund). Besarnya tingkat suku
bunga ditetapkan oleh Bank Sentral yaitu Bank Indonesia yang biasanya juga bergantung dengan kondisi ekonomi dalam negara maupun akibat adanya pengaruh ekonomiglobal. Sedangkan perusahaan asuransi merupakan suatu institusi keuangan yang bertindak sebagai alat sosial dan bertujuan untuk
menangani proses pengalihan risiko. Uncertain events yang dapat terjadi dengan
adanya hubungan ini adalah yang terdapat dalam Politik&Kebijakan Pemerintah (KK-2) dan Kondisi Ekonomi & Keuangan Negara (KK-4).
c. Masyarakat
Penduduk Indonesia memiliki karakteristik dengan tatanan hidup sosial
masyarakat yang berbeda-beda sesuai dengan suku dan budaya masing-masing daerah, sehingga kebijakan politik dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat dalam bidang jasa konstruksi dapat disikapi secara berbeda sesuai adat istiadat masyarakat setempat. Reaksi yang ditimbulkan dapat berdampak baik maupun sebaliknya bagi pelaksanaan proyek konstruksi di tempat atau daerah tersebut. Sikap ini menggambarkan sikap masyarakat Indonesia yang
beranekaragam. Sikap negatif biasanya dinyatakan dalam bentuk tindakan-tindakan protes bahkan tindakan-tindakan kekerasan dan pengrusakan. Dilain pihak dalam proses konstruksi dapat terjadi situasi adanya pungutan-pungutan liar dari
berdomisili di sekitar proyek namun tidak berkualitas atau tindakan-tindakan merugikan lainnya. Hal ini dapat mengakibatkan adanya biaya-biaya tambahan bagi kontraktor. Apabila kontraktor tidak memahami perilaku sosial budaya dari masyarakat setempat, dapat menimbulkan uncertainty dalam pelaksanaan proyek
di lokasi tersebut. Uncertain events yang dapat terjadi dengan adanya hubungan
ini adalah yang terdapat dalam Kondisi Sosial/Budaya (KK-3)
d. Lingkungan
Keamanan dan kenyamanan lingkungan tempat berlangsungnya pelaksanaan suatu proyek konstruksi merupakan hal yang utama bagi kontraktor. Dilain pihak proses kegiatan pelaksanaan proyek pada suatu lokasi atau tempat, dapat mengakibatkan ketidaknyamanan bagi masyarakat di sekitarnya sehingga seringkali terjadi tindakan-tindakan yang merugikan kontraktor. Oleh karena itu kondisi lingkungan tempat dimana berlangsungnya suatu proyek konstruksi merupakan suatu uncertainty yang dapat menimbulkan risiko bagi kontraktor.
Disamping itu kondisi alam juga berpengaruh bagi berlangsungnya pelaksanaan proyek. Walaupun negara Indonesia memiliki 2 musim dengan periode yang pasti dan dapat diprediksi, namun fenomena alam di seluruh wilayah Indonesia akhir-akhir ini yang sangat memprihatinkan dapat mengakibatkan risiko yang besar bagi kontraktor. Uncertain events yang dapat terjadi dengan adanya
hubungan ini adalah yang terdapat dalam Kondisi Alam (KK-1) dan Lingkungan/Lokasi Proyek Konstruksi (KK-5).
2. Sumber uncertain events dari lingkungan internal proyek yang menimbulkan
risiko kenaikan biaya pelaksanaan proyek konstruksi. :
• Disain dan Dokumen Kontrak (KK-6)
Terdapat tujuh jenis uncertainty yang terkait dengan disain dan dokumen
kontrak.
• Kondisi Finansial Perusahaan (KK-7)
Uncertainty yang termasuk di dalam kategori ini mencerminkan kondisi
keuangan internal perusahaan pihak-pihak yang terlibat langsung dalam pelaksanaan proyek. Secara logis ke sebelas uncertainty ini berdampak
buruk bagi pelaksanaan proyek
• Proses Administrasi Proyek (KK-8)
Uncertainty yang bersumber dari Proses Administrasi Proyek berkaitan
berlangsung dengan baik dapat menghambat penyelenggaraan proyek. Terdapat sembilan jenis uncertainty yang termasuk dalam kategori ini.
• Kemampuan Manajerial (KK-9)
Terdapat 14 uncertainty yang bersumber dari pihak – pihak yang terlibat
dalam kegiatan proyek.
• Keselamatan dan Keamanan di Lokasi Proyek (KK-10)
Sejumlah uncertainty bersumber dari aspek keselamatan dan keamanan
lingkungan proyek.
• Kegiatan Pelaksanaan Konstruksi (KK-11)
Terdapat 20 jenis uncertainty berkaitan dengan kegiatan pelaksanaan
proyek yang meliputi komponen–komponen yang berperan dalam mewujudkan suatu rencana menjadi kenyataan dalam bentuk fisik.
Uncertain events yang berasal dari lingkungan internal, umumnya dapat dikontrol
oleh pihak-pihak dalam pelaksanaan proyek terutama kontraktor sebagai penanggung jawab langsung pada pelaksanaan di lapangan. Uncertainty dapat
timbul dengan adanya hubungan antara kontraktor dengan pihak-pihak yang terlibat langsung dalam kegiatan pelaksanaan proyek. Pihak-pihak tersebut adalah a. Pemilik Proyek
Ketidakpastian fungsi dan tangung jawab yang harus dilakukan oleh pemilik proyek, dapat mengakibatkan risiko pada proses pelaksanaan proyek. Uncertainty events yang dapat terjadi dengan adanya hubungan ini adalah yang bersumber
Disain&Dokumen Kontrak (KK-6), Kondisi Finansial (KK-7), Administrasi Proyek (KK-8) dan Kegiatan Pelaksanaan Proyek (KK-11).
b. Konsultan
Liabilitas atas uncertain events disain dan dokumen kontrak merupakan tanggung
jawab konsultan perencana, namun kontraktor juga harus tetap mengidentifikasi
uncertain events yang berkaitan dengan desain yang mungkin akan terjadi dan
memasukkannya dalam proses analisis atau evaluasi karena tetap akan berpengaruh pada kelangsungan pekerjaan. Demikian juga halnya uncertainty
selama proses pengawasan pelaksanaan pekerjaan. Uncertain events yang dapat
Dokumen Kontrak (KK-6), Administrasi Proyek (KK-8) dan Kegiatan Pelaksanaan Proyek (KR-11).
c. Subkontraktor
Dalam kenyataan pelaksanaan proyek konstruksi di Indonesia, umumnya subkontraktor sebagai pelaksana jasa bersama kontraktor biasanya berada pada posisi dibawah atau menerima pekerjaaan dari kontraktor dan tidak mempunyai hubungan kontraktual dengan pemilik proyek. Dengan demikian apabila
subkontraktor melakukan kelalaian maka pihak pemilik proyek akan meminta pertanggungjawaban dari kontraktor utama. Walaupun pengadaan subkontraktor telah sesuai prosedur dan disetujui oleh pemilik pekerjaan, namun risiko yang terjadi pada pekerjaan yang dilakukan subkontraktor tidak membebaskan kontraktor dari tanggung jawab. Uncertain events yang dapat terjadi dengan
adanya hubungan ini adalah terdapat dalam Kondisi Finansial Perusahaan (KK-7), Kemampuan Manajerial (KK-9), Keselamatan&Keamanan di Lokasi Proyek (KK-10) dan Kegiatan Pelaksanaan Proyek (KK-11).
d. Tenaga Kerja.
Uncertainty dari adanya hubungan antara kontraktor dan tenaga kerja bersumber
dari tingkat produktivitas tenaga kerja dan perilaku tenaga kerja tersebut. Perilaku tenaga kerja dapat mempengaruhi produktivitas tenaga kerja. Beragamnya suku dan budaya di Indonesia, menyebabkan beragam pula perilaku dari tenaga kerja. Perilaku yang berbeda dari tenaga kerja yang berbeda dapat menimbulkan konflik dan perselisihan dilapangan. Disamping itu seringkali tenaga kerja yang bekerja pada proyek-proyek konstruksi di Indonesia adalah para petani yang sedang menunggu hasil panen dan mengisi waktu luang dengan bekerja pada sektor konstruksi. Hal ini menyebabkan tingkat penguasaan terhadap pekerjaan sangatlah rendah sehingga dapat menimbulkan risiko tidak tercapainya mutu pekerjaan dan tidak tercapainya pencapaian target waktu. Uncertain events yang dapat terjadi
dengan adanya hubungan ini adalah yang terdapat dalam Kemampuan Manajerial (KK-9), Keselamatan&Keamanan di Lokasi Proyek (KK-10) dan Kegiatan
Pelaksanaan Proyek (KK-11). e. Supplier
Hubungan kontraktor dengan supplier adalah dalam pengadaan sumber daya seperti material dan peralatan yang merupakan bagian terpenting dalam pelaksanaan proyek konstruksi. Uncertain events yang dapat terjadi dengan
adanya hubungan ini adalah yang terdapat dalam Kemampuan Manajerial (KK-9), dan Kegiatan Pelaksanaan Proyek (KK-11).
f. Kontraktor
Sepanjang siklus proyek (project life cycle) proses pengendalian dan evaluasi
pekerjaan terus dilakukan oleh kontraktor untuk mengantisipasi setiap uncertainty
yang berasal dari lingkungan eksternal maupun internal proyek yang menimbulkan risiko terhadap setiap kegiatan. Uncertain events yang menyangkut
perusahaan kontraktor sendiri bersumber dari Kondisi Finansial Perusahaan (KK-7), Administrasi Proyek (KK-8), Kemampuan Manajerial (KK-9), Keselamatan&Keamanan di Lokasi Proyek (KK-10) dan Kegiatan Pelaksanaan Proyek (KK-11).
Secara sistematis risiko-risiko akibat uncertain events di atas, dijabarkan dalam Tabel IV.2
Tabel IV.3. Uncertain events yang bersumber dari
lingkungan eksternal proyek
KK-1 Kondisi Alam
K1 Cuaca yang sangat buruk yang tidak dapat diramalkan oleh kontraktor K2 Gempa bumi
K3 Gunung meletus
K4 Tanah longsor
K5 Kondisi lapangan yang berbeda dengan disain (Differing site condition,keadaan hidrologi
dll)
KK-2 Politik dan Kebijakan Pemerintah K7 Perubahan peraturan pemerintah K8 Peningkatan pajak & bea masuk K9 Kenaikan harga BBM
K10 Perubahan kebijakan upah minimum regional K11 Kebijakan deregulasi Perbankan
K12 Kebijakan tentang analisis dampak lingkungan K13 Perang ,invasi, tindakan musuh asing , hostilities
K14 Pemberontakan, revolusi, huru-hara atau militer atau Kudeta atau keadaan perang atau penyitaan atas perintah yang berkuasa
Tabel IV.4. Uncertain events yang bersumber dari lingkungan internal proyek K15. Klaim dari orang terhadap luka-luka/kematian seseorang/tenaga kerja lain akibat pekerjaan K16 Demonstrasi, pemogokan, atau kerusuhan oleh tenaga kerja nasional
K17 Indikasi KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme K18 Proses penyelesaian pembebasan lahan KK-4 Kondisi Ekonomi&Keuangan K19. Inflasi
K20. Depresiasi nilai mata uang (kenaikan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika) K21 Kenaikan tingkat suku bunga
K22. Kenaikan harga akibat kenaikan pajak bea masuk barang impor K23. Kenaikan harga material dan peralatan
K24. Kenaikan upah pekerja KK-5 Lingkungan/lokasi Proyek
K25 Perubahan kondisi lingkungan disekitar proyek K26 Peningkatan polusi udara disekitar lokasi proyek K27 Terganggunya lalu lintas disekitar lokasi proyek K28 Kebisingan
K29 Sampah konstruksi
K30 Klaim oleh masyarakat lingkungan sekitar proyek K31 Pengrusakkan oleh masyarakat sekitar
KK-6 Disain dan Dokumen Kontrak
K32. Produksi detail disain untuk kontraktor/subkontraktor terlambat
K33. Perbedaan gambar dan spesifikasi yang diterima kontraktor/ subkontraktor K34. Ketidakjelasan dokumen kontrak (ambiguity)
K35 Detail disain yang tidak lengkap
K36 Perbedaan volume pada bill of quantity dan gambar K37. Kesalahan data setting out dari konsultan untuk pekerjaan
K38. Adanya perubahan disain yang diinginkan owner pada pekerjaan KK-7 Kondisi Finansial Perusahaan
K39. Kesalahan estimasi biaya
K40. Kehilangan (pencurian) di lingkungan proyek
K41. Biaya untuk jalan yang melewati tanah orang dan fasilitas tambahan K42. Buruknya kemampuan keuangan owner
K43 Buruknya kemampuan keuangan kontraktor utama K44. Buruknya kemampuan keuangan subkontraktor K45. Owner bangkrut
K46. Kontraktor utama bangkrut K47. Subkontraktor bangkrut
K48. Berpindahnya kepemilikan proyek
K49. Barang-barang kontraktor utama disita oleh negara KK-8 Risiko yang berkaitan dengan Proses Administrasi Proyek K50. Keterlambatan owner membayar kontraktor utama K51. Owner tidak/gagal membayar kontraktor utama
K52. Keterlambatan kontraktor utama membayar subkontraktor bukan karena keterlambatan pembayaran dari owner
K53. Keterlambatan konsultan pengawas memberikan persetujuan (Approval) kemajuan pekerjaan
K54. Birokrasi yang berbelit-belit oleh pihak owner
K55. Birokrasi yang berbelit-belit oleh pihak kontraktor utama
K56. Kontraktor utama kurang mampu menyiapkan back-up MC (Monthly Certificate
K57. Keterlambatan kontraktor utama menyampaikan laporan kemajuan atau berita acara K58. Kesalahan administrasi atau sistem administrasi yang kurang baik.
KK-9 Kemampuan Manajerial
K59. Buruknya reputasi dan kemampuan kontraktor utama K60. Kurangnya pengalaman kontraktor melaksanakan pekerjaan K61. Kurangnya penguasaan terhadap dokumen kontrak K62. Kurangnya kemampuan pengelolaan keuangan K63. Metode pelaksanaan yang diusulkan kurang tepat K64 Kurangnya penguasaan terhadap teknologi pelaksanaan
K65. Gagal melakukan koordinasi antar tenaga kerja sehingga menyebabkan ketidaktepatan, ketidakstabilan, ketidaklancaran seluruh operasi lapangan dan metode konstruksi
K66. Kegagalan kontraktor utama dalam pengawasan pelaksanaan pekerjaan subkontraktor
K67. Pelaksanaan perubahan pekerjaan subkontraktor tidak sesuai dengan keinginan owner karena kesalahan instruksi kontraktor utama
K68. Buruknya reputasi dan kemampuan manajerial subkontraktor
Tabel IV.4. …….lanjutan
KK-10 Keselamatan&Keamanan di Lokasi Proyek
K73. Kecelakaan yang menyebabkan kematian dan luka pada tenaga kerja yang disebabkan pelaksanaan pekerjaan pihak lain di bawa koordinasi kontraktor Utama K74 Keselamatan dan kesehatan kerja yang tidak terjamin di lokasi proyek
K75 Kebakaran
K76. Keamanan pengamanan dan perlindungan lingkungan proyek kurang baik K77 Terjadinya demonstrasi, pemogokan atau kerusuhan oleh tenaga kerja kontraktor
K78 Terjadinya perselisihan antara tenaga kerja kontraktor utama dengan tenaga kerja sub kontraktor KK-11 Risiko yang berkaitan dengan Kegiatan Pelaksanaan Konstruksi
K79 Material dan peralatan tertentu untuk pekerjaan, pilihan pemilik proyek tidak tersedia K80 Penyediaan material dan pekerja yang tidak standard oleh kontraktor/ subkontraktor
K81 Keterlambatan pekerjaan karena adanya fosil atau barang berharga dan antik di lokasi pekerjaan K82 Keterlambatan akibat kelalaian owner dalam perizinan dan pembiayaannya
K83 Pekerjaan kontraktor/subkontraktor tidak sesuai dengan kontrak/subkontrak K84 Hambatan pekerjaan akibat utilitas yang tidak terdeteksi sebelumnya K85 Kesalahan pekerjaan yang dikerjakan pada malam hari
K86 Sulitnya ketersediaan resources (SDM)
K87 Penundaan (suspension) pekerjaan kontraktor/subkontraktor oleh pengawas/owner K88 Penundaan (suspension) pekerjaan subkontraktor oleh kontraktor utama
K89 Kerusakan/cacat (defective) dari material atau pekerjaan
K90 Kehilangan atau kerugian atas atau kerusakan harta benda milik owner atau orang lain akibat pekerjaan K91 Kerusakan pada fasilitas umum karena pekerjaan kontraktor/subkontraktor
K92 Pemutusan sepihak kontraktor utama dengan subkontraktor
K93 Kegagalan (breach) kontraktor utama dalam kontrak utama akibat kegagalan/kesalahan subkontraktor K94 Menghancurkan membongkar atau memindahkan material atau pekerjaan-pekerjaan subkontraktor tanpa seijin kontraktor utama K95 Perpanjangan waktu untuk penyelesaian pekerjaan akibat banyaknya atau sifat dari pekerjaan tambahan K96 Keterlambatan pekerjaan karena kesalahan setting out (posisi, level, dimensi) dari survey mark yang diinformasikan konsultan K97 Kerusakan atau cacat alat
K98 Kegagalan pengawasan mengidentifikasi cacat struktural
IV.2 Analisis hasil kuesioner
Hasil olahan data yang telah valid dan reliabel yang menyatakan nilai
K71. Ketidakpastian Penjadwalan
kecenderungan atau persentasi terbesar jawaban responden tentang uncertain events yang terjadi dalam pelaksanaan proyek konstruksi akan dianalisis.
IV.2.1 Karakteristik Responden
Dari data yang telah diolah, dapat dilihat latar belakang responden dan gambaran umum tempat responden bekerja sebagai berikut:
1. Latar Belakang Responden
Berdasarkan data yang terkumpul, ternyata bahwa 32,3% responden mempunyai 10 tahun pengalaman dalam bidang konstruksi (lihat Gambar IV.2.). Hal ini menunjukkan bahwa responden yang diambil sebagai sampel, cukup berpengalaman pada industri konstruksi Indonesia dan diharapkan memiliki kualitas yang baik dalam memberikan jawaban terhadap kuesioner.
17,7% 21% 19,4% 9,7% 32,3% < 5 tahun 5-10 tahun 11-15 tahun 16-20 tahun > 20 tahun
Gambar IV.2. Pengalaman responden
Gambar IV.3. memperlihatkan bahwa 35,5% responden telah bekerja di perusahaan yang bersangkutan ketika kuesioner ini disebarkan dan dikumpulkan, selama lima sampai sepuluh tahun. Hal ini menunjukkan bahwa responden dapat mewakili dan mengenal perusahaan tempat bekerjanya sekarang, sehingga informasi yang diberikan dapat dianggap andal.
16,1% 8,1% 9,7% 30,6% 35,5% < 5 tahun 5-10 tahun 11-15 tahun 16-20 tahun > 20 tahun
Gambar IV.3. Senioritas responden 2. Latar Belakang Perusahaan
Berdasarkan data yang terkumpul, 72,6% perusahaan kontraktor yang terlibat sebagai responden dalam penelitian ini adalah kontraktor utama (lihat Gambar IV.4.). 72,6% 19,4% 8% Owner Kontraktor Utama Konsultan
Gambar IV. 4. Fungsi perusahaan tempat responden bekerja
Pada Gambar IV.5. terlihat bahwa 51, 6% kontraktor yang terlibat, memiliki pengalaman dalam industri kontruksi Indonesia selama lebih dari 20 tahun. Sedangkan 45,2 % kontraktor telah menangani lebih dari 30 proyek selama kurun waktu tersebut (lihat Gamabar IV.6.). Hal ini berarti perusahaan menangani rata-rata dua sampai tiga proyek dalam satu tahun, dengan jumlah klien terbesar adalah swasta dalam negeri ( 50 %) seperti yang disajikan pada Gambar IV.7.
51,6% 8,1% 6,5% 16,1% 12,9% 4,8% < 5 tahun 5-10 tahun 11-15 tahun 16-20 tahun > 20 tahun Missing
Gambar IV.5. Pengalaman Perusahaan di Bidang Konstruksi
9,7% 45,2% 8% 11,3% 25,8% 5-10 proyek 11-20 proyek 21-30 proyek > 30 Missing
Gambar IV.6. Jumlah proyek yang ditangani kontraktor
3,2%
46,8% 50% Swasta Dalam Negeri
Pemerintah
Gambar IV.7. Komposisi Klien Kontraktor
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa secara umum, perusahaan yang dijadikan sampel cukup berpengalaman dalam industri kontruksi Indonesia dan dapat mewakili perusahaan kontraktor.
Di samping itu, dari 62 data yang terkumpul ternyata bahwa proyek-proyek yang ditangani oleh kontraktor lebih dari satu jenis proyek (Tabel IV.5.), dimana selain menangani proyek bangunan gedung, kontraktor yang sama juga menangani proyek jalan. Di sini diperlihatkan bahwa 43 responden dari 62 data (69,35 %) menangani proyek jalan dan jembatan dan 41 responden dari 62 data (45,2 %) menangani proyek bangunan gedung. Dengan demikian perusahaan yang dijadikan sampel umumnya menangani proyek bangunan gedung dan proyek jalan dan jembatan.
Tabel IV.5 Proyek yang ditangani Jenis Proyek Jumlah Responden dari 62 data Presentasi Bangunan Gedung 41 66,12
Perumahan-perumahan dan Pemukiman 18 29,03
Jalan dan Jembatan 43 69,35
Jalan dan Jembatan Kereta Api 10 16,13
Jaringan Pengairan 19 30,64
Drainase 9 14,52
Landasan 11 17,74
Dermaga dan Penahan Gelombang 22 35,48
Penahan Tanah 7 11,29
Mekanik dan Elektronik 19 30,64
IV.2.2 Dampak uncertain events dalam pelaksanaan proyek konstruksi
Masing-masing kelompok responden memang memiliki perbedaan kepentingan oleh karena itu dalam proses pengolahan data, penilaian Dampak Risiko serta Alokasi Tanggung Jawab dilakukan dengan menggunakan pendekatan Teorema Probabilitas Total. Sedangkan data yang penilaiannya tidak dipengaruhi oleh adanya perbedaan kepentingan yaitu mengenai Kemungkinan Terjadi dan Besar Kerugian, proses pengolahan data menggunakan pendekatan penaksiran parameter/titik (maximum likelihood).
Hasil pengolahan data memperlihatkan frekuensi terbesar jawaban responden mengenai, uncertain events yang mungkin terjadi; pihak yang bertanggung jawab;
dampak yang ditimbulkan; besarnya kerugian akibat uncertain events tersebut.
Hasil pengolahan data disajikan pada Tabel IV.6 sampai dengan Tabel VI.16.
Tabel IV.6. KK-1. Dampak uncertain events yang bersumber dari Kondisi
Alam
No. Deskripsi Kemungkinan Terjadi
Alokasi Tanggung Jawab Dampak uncertainty Besarnya Kerugian K1.
Keterlambatan akibat cuaca yang sangat buruk yang tidak dapat diramalkan oleh kontraktor
Sedang •Kontraktor
•Owner •Waktu Kurang K2. Gempa bumi Sangat Jarang •Owner •Waktu
•Biaya
Sangat Besar
K3. Gunung meletus Sangat Jarang •Owner
•Waktu
•Biaya Besar K4. Tanah longsor Sangat Jarang •Owner •Waktu
•Biaya Sedang K5.
Kondisi lapangan yang berbeda dengan desain (Differing site condition)
Sangat Jarang •Owner ••Waktu
Tabel IV.7. KK-2. Dampak uncertain events yang bersumber dari
Politik&Kebijakan Pemerintah
Tabel IV.8 KK-3. Dampak uncertain events yang bersumber dari Kondisi
Sosial/Budaya
No. Deskripsi Kemungkinan Terjadi Tanggung Alokasi Jawab
Dampak
Risiko Besarnya Kerugian K6.
Perubahan undang-undang setempat (regulasi, hukum,
dan lain-lain) Jarang •Owner
•Waktu
•Biaya Sedang
K7. Perubahan peraturan pemerintah Jarang •Owner •Biaya Sedang K8. Peningkatan pajak & bea masuk Jarang •Owner •Biaya Sedang
K9 Kenaikan harga BBM Sedang ••Owner Kontraktor
•Biaya Besar
K10 Perubahan kebijakan upah minimum regional Sedang •Kontraktor •Biaya Sedang K11 Kebijakan deregulasi Perbankan Sangat Jarang ••Owner Kontraktor •Biaya Kurang Sangat K12 Kebijakan tentang analisis dampak lingkungan Sedang ••Owner
Kontraktor •Biaya Sedang K13 Perang invasi, tindakan musuh asing ,
hostilities Sangat Jarang •Owner
•Waktu
•Biaya Sangat besar
K14
Pemberontakan, revolusi, huru-hara atau militer atau kudeta atau keadaan perang atau penyitaan atas perintah /yang berkuasa
Tabel IV.9 KK-4. Dampak uncertain events yang bersumber dari Kondisi
Ekonomi dan Keuangan Negara
Tabel.IV.10. KK-5. Dampak uncertain events yang bersumber dari
Lingkungan/lokasi Proyek No. Deskripsi Kemungkinan Terjadi
Alokasi Tanggung
Jawab
Dampak
Risiko Besarnya Kerugian
K15
Klaim dari orang terhadap luka-luka/kematian seseorang/tenaga kerja lain akibat pekerjaan
Jarang •Kontraktor •Biaya Sedang
K16
Demonstrasi, pemogokan, atau kerusuhan oleh tenaga kerja
Nasional Sangat Jarang
•Kontraktor ••Waktu Biaya Kurang
K17 Indikasi KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme) Sangat Jarang •Kontraktor •Biaya Sedang K18 Proses penyelesaian pembebasan lahan Sedang ••Owner
Kontraktor
•Waktu
•Biaya Sedang
No. Deskripsi Kemungkinan Terjadi Tanggung Alokasi Jawab
Dampak
Risiko Besarnya Kerugian K19 Inflasi Sangat Sering •Kontraktor •Biaya Sangat besar K20 Depresiasi nilai mata uang (kenaikan nilai tukar rupiah
terhadap dolar Amerika)
Sedang
•Owner
•Kontraktor •Biaya Besar
K21 Kenaikan tingkat suku bunga Sedang
•Owner
•Kontraktor
•Subkontraktor
•Biaya Besar
K22
Kenaikan harga akibat kenaikan pajak bea masuk
barang impor Jarang
•Kontraktor •Biaya Sedang
K23 Kenaikan harga material dan peralatan Sedang •Kontraktor •Biaya Besar K24 Kenaikan upah pekerja Sedang •Kontraktor •Biaya Sedang
No. Deskripsi Kemungkinan Terjadi Tanggung Alokasi Jawab
Dampak Risiko
Besarnya Kerugian K25 Perubahan kondisi lingkungan di sekitar proyek Sangat Jarang ••Owner
Kontraktor
•Waktu
•Biaya Sedang K26 Peningkatan polusi udara di sekitar lokasi proyek Jarang
•Owner
•Kontraktor •Biaya Sedang K27 Terganggunyanya lalu lintas di sekitar lokasi proyek Sedang •Kontraktor •Biaya Kurang Sangat
Tabel IV.11 KK-6. Dampak uncertain events yang bersumber dari Disain dan
Dokumen Kontrak
No. Deskripsi Kemungkinan Terjadi
Alokasi Tanggung
Jawab
Dampak
Risiko Besarnya Kerugian K32 Produksi detail disain untuk
kontraktor/subkontraktor terlambat Sering •Owner •Kontraktor •Waktu •Biaya •Mutu Pekerjaan Sedang
K33 Perbedaan gambar dan spesifikasi yang diterima
kontraktor/subkontraktor
Jarang •Owner •Biaya
•Mutu Pekerjaan
Kurang
K34 Ketidakjelasan dokumen kontrak (ambiguity)
Sering •Owner •Biaya Kurang
K35 Detail disain yang tidak lengkap Sedang •Owner •Waktu
•Biaya
Kurang
K36 Perbedaan volume pada ball of quantity dan gambar
Sangat Sering •Owner •Waktu
•Biaya
Sangat Besar
K37 Kesalahan data setting out dari
konsultan untuk pekerjaan
Sedang •Owner •Waktu Sedang
K38. Adanya perubahan disain yang
diinginkan owner pada pekerjaan Sedang •Owner ••Waktu Biaya
Kurang
Tabel IV.12. KK-7 Dampak uncertain events yang bersumber dari Kondisi
Finansial Perusahaan
No. Deskripsi Kemungkinan Terjadi Alokasi Tanggung Jawab Dampak Risiko Besarnya Kerugian K39 Kesalahan estimasi biaya
Jarang
•Kontraktor •Biaya Sedang K40 Kehilangan (pencurian) di lingkungan proyek
Sering •Kontraktor
•Subkon-traktor •Biaya Besar K41
Membuat fasilitas tambahandan jalan sementara/khusus yang melewati tanah orang untuk akses ke lokasi pekerjaan
Sedang
•Kontraktor •Biaya Sedang
K42 Buruknya keampuan keuangan owner
Sedang
• •Waktu Sedang
K29 Timbulnya sampah konstruksi Sering •Kontraktor •Biaya Besar K30 Terjadinya klaim oleh masyarakat lingkungan sekitar
proyek Sering
•Kontraktor
•Owner
•Biaya
•Waktu Besar K31 Pengrusakkan oleh masyarakat sekitar Jarang ••Kontraktor
Owner
•Biaya
•Waktu
Sangat Kurang
K43 Buruknya kemampuan keuangan kontraktor utama Sangat Jarang •Kontraktor •Waktu
•Biaya Sedang K44 Buruknya kemampuan keuangan subkontraktor Jarang •Subkon-traktor ••Waktu Biaya Sedang K45 Owner bangkrut Sangat Jarang •Owner •Waktu
•Biaya Besar K46 Kontraktor utama bangkrut Sangat Jarang •Kontraktor •Waktu
•Biaya Besar K47 Subkontraktor bangkrut Sangat Jarang •Subkon-traktor ••Waktu Biaya Sangat Kurang K48 Berpindahnya kepemilikan proyek Sangat Jarang •Owner ••Waktu Biaya Sedang K49 Barang-barang kontraktor utama disita oleh negara Sangat Jarang •Kontraktor ••Waktu Biaya Sangat Besar
Tabel IV.13. KK-8. Dampak uncertain events yang bersumber dari Proses
Administrasi
No. Deskripsi Kemungkinan Terjadi
Alokasi Tanggung Jawab Dampak Risiko Besarnya Kerugian K50 Keterlambatan owner membayar kontraktor utama
Sering •Owner ••Waktu
Biaya Besar
K51
Owner tidak/gagal membayar kontraktor utama
Sangat Jarang •Owner •Waktu
•Biaya Sangat Besar K52 Keterlambatan kontraktor utama membayar subkontraktor bukan karena keterlambatan pembayaran dari owner
Jarang •Kontraktor ••Waktu
Biaya Sedang K53 Keterlambatan konsultan pengawas memberikan persetujuan (Approval) kemajuan pekerjaan
Jarang •Owner •Waktu
•Biaya Besar K54 Birokrasi yang
berbelit-belit oleh pihak owner Sedang •Owner
•Waktu
•Biaya Sedang K55
Birokrasi yang berbeli-belit oleh pihak kontraktor utama
Jarang •Kontraktor •Waktu Kurang Sangat
K56 Kontraktor utama kurang mampu menyiapkan back-up MC (Monthly Centificate)
Jarang •Kontraktor •Waktu Sedang
K57
Keterlambatan kontraktor utama menyampaikan laporan kemajuan atau berita acara
atau sistem administrasi yang kurang baik.
Kurang
Tabel IV.14 KR-9 Dampak uncertain events yang bersumber dari Kemampuan
Manajerial
No. Deskripsi Kemungkinan Terjadi Tanggung JawabAlokasi Dampak Risiko Besarnya Kerugian
K59 Buruknya reputasi dan kemampuan kontraktor utama Jarang •Kontraktor
•Waktu •Biaya •Mutu Pekerjaan Sedang K60 Kurangnya pengalaman kontraktor melaksanakan
pekerjaan Jarang •Kontraktor
•Waktu
•Biaya
•Mutu Pekerjaan
Sedang
K61 Kurangnya penguasaan terhadap dokumen kontrak Sangat Jarang •Kontraktor •Waktu
•Biaya Kurang
K62 Kurangnya kemampuan pengelolaan keuangan Sangat Jarang •Kontraktor •Biaya Sangat Kurang K63 Metode pelaksanaan yang diusulkan kurang tepat Sangat Jarang •Kontraktor
•Waktu
•Biaya
•Mutu pekerjan
Sangat kurang
K64 Kurangnya penguasaan terhadap teknologi Sangat Jarang •Kontraktor
•Waktu •Biaya •Mutu pekerjan Sedang K65
Gagal melakukan koordinasi antar tenaga kerja sehingga menyebab-kan
ketidaktepatan, ketidakstabilan, ketidaklancaran seluruh operasi lapangan dan metode konstruksi
Sangat Jarang •Kontraktor
•Waktu
•Biaya Sedang
K66
Kegagalan kontrak utama dalam pengawasan pelaksanaan pekerjaan subkontraktor
Jarang •Kontraktor •Biaya Sedang
K67
Pelaksanaan perubahan pekerjaan subkontraktor tidak sesuai dengan keinginan owner karena kesalahan instruksi kontraktor utama
Sangat Jarang ••Kontraktor Subkon-traktor ••Waktu Biaya Sedang
K68
Buruknya reputasi dan
kemampuan manajerial Sedang ••Kontraktor ••Waktu Kurang
K69
Keterlambatan subkontraktor akibat keterlambatan pekerjaan sebelumnya yang mempengaruhi
Sedang •Kontraktor •Waktu Kurang
K70 Keterlambatan pengadaan material dan peralatan Jarang •Kontraktor ••Waktu Biaya Sedang K71 Ketidakpastian Penjadwalan Jarang ••Kontraktor
Subkon-traktor
•Waktu
•Biaya Sangat Kurang K72
Data dan peristiwa selama pelaksanaan proyek tidak
Tabel.IV.15. KK-10 Dampak uncertain events yang bersumber dari
Keselamatan &Keamanan di Lokasi Proyek
No. Deskripsi Kemungkinan Terjadi Tanggung Alokasi Jawab
Dampak
Risiko Besarnya Kerugian K73 Kecelakaan yang
menyebabkan kematian dan luka pada tenaga kerja yang disebabkan pelaksanaan pekerjaan pihak lain di bawah koordinasi kontraktor utama
Jarang •Kontraktor •Biaya Sedang
K74 Keselamatan dan kesehatan kerja yang tidak terjamin dialokasi proyek
Sangat Jarang •Kontraktor •Biaya Kurang Sangat K75 Kelalaian yang
menyebabkan
kebakaran Sangat Jarang
•Kontrktor
• Subkon-traktor
•waktu
•Biaya Sangat Besar K76 Keamanan
pengamanan dan perlindungan lingkungan proyek kurang baik
Jarang •Kontraktor •Biaya Sedang
K77 Demonstrasi, pemogokan atau kerusuhan oleh tenaga kerja kontraktor
Sangat Jarang •Kontraktor
•Waktu
•Biaya Sedang K78 Perselisihan antara
tenaga kerja kontraktor utama dengan tenaga kerja sub kontraktor
Sangat Jarang •Kontraktor
•Waktu
Tabel IV.16 KK-11 Dampak uncertain events yang bersumber dari
Kegiatan/Pelaksanaan Konstruksi
No. Deskripsi Kemungkinan Terjadi
Alokasi
Tanggung Jawab Dampak Risiko
Besarnya Kerugian K79.
Material dan peralatan tertentu untuk pekerjaan, pilihan pemilik proyek
tidak tersedia Sedang
•Kontraktor •Waktu
•Biaya Besar K80
Penyediaan material dan pekerjaan yang tidak standar oleh
kontraktor/subkontraktor
Jarang •Kontrktor ••Waktu Biaya Besar K81
Keterlambatan pekerjaan karena adanya fosil atau barang berharga dan antik dilokasi pekerjaan
Sangat Jarang ••Owner Kontraktor
•Waktu
Sangat kurang K82 Keterlambatan akibat kelalaian owner dalam perizinan dan pembiayaannya Jarang •Owner •Waktu Kurang K83
Pekerjaan kontraktor/sub-kontraktor tidak sesuai dengan
kontrak/subkontrak Sangat Jarang
•Kontraktor •Waktu
Sangat Besar K84 Hambatan pekerjaan akibat utilitas yang tidak terdeteksi sebelumnya Jarang •Kontraktor •Biaya Kurang K85 Kesalahan pekerjaan yang dikerjakan pada malam hari Sangat Jarang •Kontraktor ••Waktu
Biaya Kurang K86 Sulitnya ketersediaan (SDM) resources Jarang •
Kontraktor •Waktu •Biaya •Mutu pekerjan
Besar
K87
Penundaan (suspension) pekerjaan kontraktor/sub-kontraktor oleh pengawas/owner
Jarang ••Owner Kontraktor
•Waktu
•Biaya Besar K88 Penundaan (subkontraktor oleh kontraktor utama suspension) pekerjaan Jarang ••Kontraktor
Subkon-traktor
•Waktu Kurang K89 Kerusakan (atau pekerjaan defective) dari material Jarang •Kontraktor ••waktu
Biaya Sedang K90
Kehilangan atau kerugian atas kerusakan harta benda milik owner atau orang lain akibat pekerjaan
Sangat Jarang •Kontraktor •Biaya Sangat Kurang K91 Kerusakan pada fasilitas umum karena pekerjaan kontraktor/subkontraktor Jarang •Kontraktor
•Subkon-traktor
•biaya Sedang K92 Pemutusan sepihak kontraktor utama dengan subkontraktor Sangat Jarang •Kontraktor
•Subkon-traktor
•Waktu
•Biaya Sedang K93
Kegagalan (breach) kontraktor utama dalam kontrak akibat kegagalan/
kesalahan subkontraktor Sangat Jarang
•Kontraktor •Subkon-traktor •Waktu •Biaya •Mutu pekerjaan Sedang K94
Menghancurkan, membongkar, atau memindahkan material atau pekerjaan-pekerjaan subkontraktor tanpa seizin kontraktor utama
Sangat Jarang
•Subkon-traktor •waktu
•Biaya Sangat Kurang
K95
Perpanjangan waktu untuk menyelesaian pekerjaan akibat banyaknya atau sifat dari pekerjaan tambah Sering •Owner •Kontraktor •Waktu •Biaya Sedang K96
Keterlambatan pekerjaan karena kesalahan setting out (posisi, level dimensi) dari survey mark yang diinformasikan konsultan Sangat Jarang •Owner •Kontraktor •Waktu •Biaya Sedang
K97 Kerusakan atau cacat alat Jarang
•Owner •Kontraktor •Subkon-traktor
•Waktu
•Biaya Sedang
K98 Kegagalan pengawas mengidentifikasi cacat structural Sangat Jarang
•Owner •Kontraktor
•Waktu •Biaya
IV.2.3 Interaksi uncertain events dalam pelakssanaan proyek konstruksi
Dari 62 data yang kembali , hanya jawaban dari 13 responden yang dapat digunakan sebagai bahan untuk melihat interaksi antara uncertain events di dalam
pelaksanaan proyek konstruksi. Pertimbangan ini diambil berdasarkan kecenderungan jawaban yang secara logika dapat diterima, walaupun masih ada opini-opini yang sedikit menyimpang dari jawaban ke 13 responden tersebut . Hasil pengolahan data dapat dijabarkan dalam tiga bagian yaitu :
1. Interaksi antar uncertain events dengan sumber yang sama.
2. Interaksi antar uncertain events lintas sumber
3. Interaksi antar uncertain events dengan biaya pelaksanaan proyek konstruksi
Sesuai dengan bentuk pertanyaan, maka penilaian yang diberikan atas setiap pertanyaan disusun dalam bentuk skala. Skala yang disusun harus benar-benar mengukur apa yang dikehendaki untuk diukur (validitas) dan skala tersebut akan menghasilkan ukuran serupa jika digunakan pada sampel yang lain, dengan alat ukur yang sama (reliabilitas) [Marzuki, 2005]. Bentuk skala yang akan digunakan adalah skala penilaian Likert yaitu skala penilaian yang menggunakan ukuran
ordinal, yaitu angka yang diberikan menunjukkan perbedaan dan pengertian tingkatan. Ukuran ordinal ini diberikan untuk mengkuantifikasi jawaban responden yang merupakan jawaban kualitatif.
Dalam penelitian ini ditetapkan tingkatan skala adalah 1-5 yaitu: - Sangat berpengaruh (nilai = 5)
- Berpengaruh (nilai = 4) - Berpengaruh sedang (nilai = 3) - Berpengaruh sedikit (nilai = 2) - Berpengaruh sangat sedikit (nilai = 1)
Penggambaran secara grafis hubungan yang ada antara uncertain events
menggunakan model Influence Diagram (ID), sedangkan untuk mengetahui
kekuatan hubungan yang ada antara setiap uncertain events akan digunakan model
dasar Cross Impact Analysis (CIA) yang akan dibahas pada Bab VI.
Hasil pengolahan data mengenai interaksi antara uncertain events, menyajikan
bahwa beberapa uncertain events saling berinteraksi dalam sumber yang sama ,
lintas sumber dan terhadap biaya pelaksanaan. Sedangkan yang lainnya tidak saling berinteraksi. Sebagai ilustrasi disajikan interaksi antara uncertain event dari
sumber yang sama.
Tabel IV.17. Ilustrasi interaksi antar uncertain events pada sumber yang sama ,
lintas sumber, dan biaya pelaksanaan (Kondisi Alam) Yang mempengaruhi Yang terpengaruhi Interaksi
K1. Keterlambatan akibat cuaca yang sangat buruk tidak dapat diramalkan oleh kontraktor
K4. Tanah longsor
K50. Keterlambatan owner membayar
kontraktor utama
K52. Keterlambatan kontraktor utama membayar subkontraktor bukan karena keterlambatan pembayaran dari owner
K53. Keterlambatan konsultan pengawas memberikan persetujuan (approval)
kemajuan pekerjaan
K57. Keterlambatan kontraktor utama menyampaikan laporan kemajuan atau berita acara
K70. Keterlambatan pengadaan material dan peralatan
K71. Waktu pelaksanaan tidak sesuai penjadwalan Biaya pelaksanaan Berpengaruh sedang Berpengaruh sedikit Berpengaruh sedikit Berpengaruh sedang Berpengaruh sedikit Berpengaruh Sangat berpengaruh Sangat berpengaruh K2. Gempa bumi K4. Tanah longsor
K70. Keterlambatan pengadaan material dan peralatan
K71. Waktu pelaksanaan tidak sesuai Penjadwalan
K87. Penundaan (suspension) pekerjaan
kontraktor/subkontraktor oleh pengawas/owner
K88. Penundaan (suspension) pekerjaan
kontraktor/subkontraktor oleh kontraktor utama Berpengaruh Sangat berpengaruh Sangat berpengaruh Berpengaruh Berpengaruh
Secara lengkap interaksi antara uncertain events dalam pelaksanaan proyek
konstruksi dapat dilihat pada Lampiran B.
IV.2.4. Biaya kontinjensi dalam pelaksanaan proyek konstruksi
1. Pemahaman tentang biaya kontinjensi
Biaya kontinjensi dapat memiliki makna yang berbeda bagi orang yang berbeda. Beberapa responden memberikan lebih dari satu pilihan tentang pemahaman biaya kontinjensi dan sebagian besar menganggap bahwa biayakontinjensi adalah suatu cadangan biaya yang harus dipergunakan untuk mengantisipasi perubahan – perubahan yang terjadi dalam proyek konstruksi. Hal ini dapat dijabarkan dalam Tabel.IV.18.
Tabel IV.18. Pemahaman tentang Biaya kontinjensi
a. Cadangan Biaya (allowance)
Secara dominan oleh para responden, biaya kontinjensi dipahami sebagai suatu cadangan biaya (82,2%) 62 responden). Dukungan terhadap konsep biaya kontinjensiproyek sebagai suatu cadangan biaya menegaskan bahwa pemahaman ini merupakan konsep yang telah diterima secara luas.
b. Ketidakpastian (uncertainty) dan Risiko (risk)
Ada suatu persamaan persepsi yang berkaitan dengan ketidakpastian dan risiko yang telah diidentifikasi oleh para responden. Persamaan persepsi tersebut tercermin dalam jawaban para responden yang
Uraian Jumlah Kuesioner ( eksemplar) Jumlah Jawaban Responden Persentasi (%) Cadangan biaya 62 51 82,2 Antisipasi ketidakpastian 62 42 67,7 Antisipasi risiko 62 42 67,7 Cost overrun 62 32 51,6 Kesalahan estimasi 62 9 14,5 Perubahan Lingkup Proyek 62 6 9,7
memberikan jawaban dengan persentasi yang sama masing – masing 67,7% (42 responden) untuk biaya kontinjensi sebagai suatu langkah yang dipersiapkan dalam mengantisipasi ketidakpastian dan risiko .
c. Cost Overrun
Sekitar 32 responden (51,6 %) mendefinisikan biaya kontinjensi proyek sebagai cara untuk mengantisipasi cost overrun. Respons ini
mengimplikasikan bahwa para responden ini telah menyadari bahwa anggaran hampir selalu mengalami cost overrun dan biaya kontinjensi
disediakan untuk menutup cost overrun tersebut. d. Kesalahan Estimasi
Responden yang berjumlah 9 orang (14,5%) yakin bahwa biaya kontinjensi disediakan untuk mengatasi kesalahan-kesalahan dalam estimasi ( estimating errors ). Namun demikian dalam penelitian ini
dianjurkan agar biaya kontinjensi tidak digunakan untuk mengantisipasi kesalahan dalam estimasi biaya. Hal ini untuk menghindari terjadinya perkiraan biaya yang tidak akurat. Kecuali apabila kesalahan estimasi terjadi, karena belum lengkapnya data atau definisi dari ruang lingkup proyek pada saat estimasi biaya tersebut dilakukan.
e. Perubahaan Lingkup Proyek
Sebanyak 6 orang responden ( 9,7%) menyatakan bahwa biaya kontinjensi disediakan untuk perubahan lingkup proyek.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa , konsep biaya kontinjensi proyek sebagai suatu cadangan biaya yang ditambahkan pada estimasi dasar telah diterima dengan baik oleh perusahaah-perusahaan kontraktor di Indonesia dan masyarakat konstruksi umumnya. Selanjutnya biaya kontinjensi merupakan suatu sarana untuk mengantisipasi ketidakpastian dan risiko dalam pelaksanaan proyek konstruksi. Adanya pemahaman dalam hal kesamaan arti dari konsep ketidakpastian dan risiko, dicerminkan oleh jawaban responden dengan
2. Strategi Penanganan Risiko yang terjadi disebabkan oleh uncertain events
Dalam menangani risiko seringkali kontraktor menggunakan intuisi yang berdasarkan kepada pengalaman dan penilaian kontraktor. Respon terhadap
uncertain events pada masa pelaksanaan proyek dapat dilakukan dengan
beberapa cara. Responden diminta untuk memberi penilaian tentang strategi-strategi apa saja yang dapat digunakan untuk menanggulangirisiko-risiko tersebut. Beberapa responden memberikan jawaban lebih dari satu pilihan. Dapat dilihat bahwa 48 responden dari 62 responden menjawab bahwa biaya kontinjensi sebagai salah satu strategi dalam penanganan risiko yang terjadi dalam masa pelaksanaan proyek. berdasarkan intuisi mereka dari total biaya dan berdasarkan pengetahuan dari kontrak sebelumnya
Strategi-strategi penanganan dapat dijabarkan pada Tabel berikut ini : Tabel IV.19 Strategi Penanganan Risiko
3. Besarnya biaya kontinjensi terhadap estimasi dasar
Dalam kegiatan proyek konstruksi di Indonesia, tidak ada rumusan yang baku untuk menentukan besarnya angka kontinjensi. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa praktisi di lapangan dapat diketahui bahwa di Indonesia, penentuan besarnya biaya kontinjensi adalah berdasarkan persentasi tertentu terhadap estimasi dasar dan berbeda-beda sesuai kebijaksanaan dari masing-masing perusahaan kontraktor serta tingkat
Uraian Jumlah Kuesioner ( eksemplar) Jumlah Jawaban Responden Biaya kontinjensi 62 48 Escalation Clause 62 46 Double Currency 62 16 Asuransi 62 46
perkembangan proyek sewaktu estimasi biaya dibuat . Oleh karena itu untuk mengetahui berapa persentasi yang ditetapkan oleh suatu perusahaan kontraktor terhadap estimasi dasar sebagai besarnya biaya kontinjensi, maka
responden diberi beberapa pendekatan dengan pilihan seperti disajikan pada Tabel IV.20. Berdasarkan hasil pengolahan data dapat diketahui bahwa 30 responden dari 62 responden (48,4%) menyatakan bahwa besarnya biaya kontinjensi yang ditetapkan umumnya adalah 10%-15%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rata-rata kontraktor di Indonesia mengalokasikan dana untuk biaya kontinjensi, sebesar 10% sampai dengan 15 % dari estimasi dasar.
Tabel IV.20. Besar Biaya kontinjensi terhadap Estimasi Dasar
4. Peristiwa-peristiwa yang tidak boleh didanai oleh Biaya kontinjensi
Tidak semua uncertain events yang terjadi pada masa pelaksanaan proyek
dan menimbulkan risiko sehingga mengakibatkan biaya proyek menjadi meningkat, dapat diantisipasi dengan biaya kontinjensi proyek. Oleh karena itu para responden diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dijabarkan dalam daftar di bawah ini yang memuat beberapa peristiwa yang kemungkinan tidak boleh didanai dengan mempergunakan biaya kontinjensi.
Hasil pengolahan data menjelaskan bahwa ada beberapa responden yang memilih lebih dari satu peristiwa sebagai peristiwa yang tidak boleh didanai dengan biaya kontinjensi. 34 responden (54,8%) menyatakan bahwa biaya
kontinjensi tidak boleh dipergunakan untuk perubahan-perubahan dalam ruang lingkup proyek merupakan jawaban terbanyak. Sekitar 12,9% dari responden menyatakan bahwa biaya kontinjensi tidak dapat membiayai
Uraian (Jumlah Responden) Frekuensi Persentasi (%) 0% < CC ≤ 5 % 11 17,7 5% < CC <10 % 11 17,7 10%≤ CC ≤ 15% 30 48,4 CC > 15 % 10 16,1