• Tidak ada hasil yang ditemukan

Features yang baik akan memuat unsur-unsur dibawah ini :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Features yang baik akan memuat unsur-unsur dibawah ini :"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VII FEATURES

Sebelum kita membicarakan mengenai features, ada baiknya kita melakukan review mengenai perbedaan sederhana dari tipe-tipe berita yang sudah kita pelajari di awal pertemuan. Ada bermacam-macam tipe berita. Hard News memuat berita tentang kejadian sehari-hari. Sebuah berita tanpa tedeng aling-aling. Tipe ini sering muncul di halaman depan sebuah surat kabar, sajian utama dalam berita radio, dan merupakan headline di televisi. Soft news adalah berita yang tidak sensitif waktu, ringan, menghibur. Berita ini bisa memuat profil tentang seseorang yang punya background yang menarik, ataupun sebuah perusahaan atau organisasi. Editorial adalah sebuah opini personal mengenai topic tertentu, sarat unsur keberpihakan, meski tetap menyampaikan fakta-fakta pendukung. Penulis editorial akan menulis berdasarkan sudut pandangnya dan akan mempertahankan opininya melawan opini orang lain.

Features adalah berita yang mendalam mengenai topic tertentu, diartikan secara sederhana sebagai berita yang berkisah. Features memuat berita tentang situasi terkini (current events) namun seringkali memfokuskan pada satu masalah tertentu. Features bisa dikatakan sebagai berita yang abadi. Enak dibaca kapan saja dan tidak ketinggalan jaman Features pada berita radio biasanya berdurasi dua sampai empat menit untuk satu topic berita. Hal yang sama juga berlaku pada berita televisi. Sedangkan pada surat kabar, features utama biasanya dimuat pada halaman pertama, di bagian bawah, dan terdiri dari 8-10 paragraf. Features akan memasukkan unsur-unsur wawancara dan studi pustaka sebagai elemen utama.

Jika dalam penulisan berita yang diutamakan ialah pengaturan fakta-fakta, maka dalam penulisan features kita dapat memakai teknik ''mengisahkan sebuah cerita''. Penulis feature pada hakikatnya adalah seorang yang berkisah. Penulis melukis gambar dengan kata-kata: ia menghidupkan imajinasi pembaca; ia menarik pembaca agar masuk ke dalam cerita itu dengan membantunya mengidentifikasikan diri dengan tokoh utama. Penulis features untuk sebagian besar tetap menggunakan penulisan jurnalistik

(2)

dasar, karena ia tahu bahwa teknik-teknik itu sangat efektif untuk berkomunikasi. Tapi bila ada aturan yang mengurangi kelincahannya untuk mengisahkan suatu cerita, ia segera menerobos aturan itu. ''Piramida terbalik'' (susunan tulisan yang meletakkan informasi-informasi pokok di bagian atas, dan informasi yang tidak begitu penting di bagian bawah -- hingga mudah untuk dibuang bila tulisan itu perlu diperpendek) sering ditinggalkan. Terutama bila urutan peristiwa sudah dengan sendirinya membentuk cerita yang baik.

Features yang baik akan memuat unsur-unsur dibawah ini : 1. topik yang bisa dipertanggung jawabkan (well-researched) 2. mengandung lead yang atraktif.

3. main body (isi) dinarasikan secara lugas

4. terdapat wawancara dengan narasumber yang kompeten 5. gaya menulis naratif deskriptif

6. topik mencerminkan karakter dan personality yang kuat 7. kesimpulan yang akurat pada akhir berita

Topik berita

Topik yang bisa dipilih sangat beragam, namun features lebih menitik beratkan pada pendalaman masalah, ada spesifikasi. Usahakan untuk memecah masalah menjadi beberapa sub topic, yang sesuai dengan target audience anda. Dengan cara ini, pembahasan akan lebih tajam dan terarah. Perlu diingat bahwa features meskipun mengandung subjektifitas penulis, tidaklah sama dengan editorial. Fakta dan data harus akurat. Hasil wawancara dan data yang anda peroleh harus menjadi pijakan utama. Features memakai informasi dari pihak pertama, tidak hanya dalam wawancara, tapi juga berkaitan dengan dokumen asli atau tulisan asli yang bisa dipakai sebagai data primer. Sedangkan informasi sekunder atau tersier, sejauh mungkin hanya dipakai sebagai data penunjang saja.

(3)

Lead / Teras Berita

Kalimat dan paragraf awal sebuah berita features harus berisi pengenalan topik yang jelas. Paragraf pertama akan menceritakan gambaran singkat mengenai permasalahan yang akan dibahas. Jurnalis biasa menyebut dengan ‘news feature’s hook’, dimana pembaca akan tertarik dan berusaha mengikuti keseluruhan berita. Dalam paragraf pembuka, anda akan menulis tidak lebih dari tiga kalimat. Konsep 5W+1H akan diamalkan disini, who, what, when, where, why, dan how. Who akan menceritakan kepada pembaca siapakah tokoh utamanya. What akan berusaha menjelaskan bagaimana permasalahan bisa terjadi. When akan membawa informasi mengenai kapan cerita itu terjadi, apakah lampau, kini atau masa depan. Where menjelaskan mengenai lokasi secara detail. Why akan menyebutkan alasan ataupun latar belakang bagaimana permasalahan bisa terjadi. How menjelaskan bagaimana peristiwa dalam cerita itu terhadi, termasuk runtutan atau babak-babak dalam cerita tersebut. Ingat, pada paragraf pertama hanya berisi pengenalan singkat saja.

Teras merupakan kunci, apakah tulisan kita akan dibaca atau dihiraukan pembaca. Selain itu, sebuah teras bagi penulis juga membantu dalam menulis isi feature selanjutnya.

{ Teras harus ringkas dan tidak bertele-tele, { Gaetlah pembaca sejak awal kata.

{ Gunakan kata-kata aktif. Kata-kata itu harus dinamis, menunjukkan adanya gerakan dan tidak diam karena kalimatnya yang pasif.

{ Kata sifat dapat digunakan untuk mempercantik dan memberi nafas dalam membuka sebuah feature.

{ Hindari kalimat "Dalam rangka ...", "Setelah itu ...", "Pada suatu hari ...", dan kalimat sejenisnya.

(4)

Body dalam features berisi inti cerita, termasuk detil-detilnya. Setelah pembaca tertarik dengan paparan anda di paragraf pertama, maka saatnya melanjutkan ke paragraf kedua dengan cerita yang lebih menarik dan mendalam lagi. Pendalaman tokoh, karakter dan permasalahan akan ditampilkan pada pparagraf dua sampai (mungkin) delapan. Informasi yang mengandung 5W+1H akan dikembangkan menjadi detil yang saling berkaitan. Anda bisa menitikberatkan pembahasan pada faktor ‘why’ ataupun who’ saja, jika dipandang hal itu lebih menarik untuk dikemukakan. Ada penekanan. Masing-masing bagian, antara teras, bab dalam isi dan penutup selayaknya mendapat perhatian sama. Semuanya memiliki intinya sendiri. Ada transisi. Transisi berguna untuk memperlancar dan memudahkan pembaca menelusuri tulisan yang dibacanya. Kalimat-kalimat seperti: "Selain itu ....", "Sementara itu ....", "Lain halnya dengan ....", "Sore harinya ....", "Tidak jauh dari situ ....", adalah contoh transisi.

Narasumber dan Wawancara

Narasumber sangat penting dalam untuk menunjang cerita yang kita rancang. Oleh karena itu, pemilihan narasumber akan sangat mempengaruhi alur berita. Misalnya ketika anda mempunyai topik mengenai kemiskinan, maka jangan hanya mewawancarai pihak berwenang (pemerintah) ataupun Lembaga Swadaya Masyarakat saja, ikutkan pula suara dari masyarakat (vox pop, dalam istilah radio) miskin ataupun kaya. Perlebar sudut pandang anda.

Wawancara dibutuhkan sebagai bentuk legitimasi berita features. Selain itu, wawancara juga memberikan sentuhan manusiawi dalam berita. Agar wawancara bisa berlangsung lancar, jangan lupa untuk membawa buku catatan dan alat perekam (recorder). Kedua alat ini adalah syarat minimum, karena apabila anda hanya membawa salah satunya, maka resikonya adalah kehilangan moment atau anda lupa tentang detil kecil yang sebenarnya sangat berharga.

Lakukan wawancara sebisa mungkin dengan tatap muka, jangan melalui telepon. Terutama dalam features radio dan televisi, wawancara langsung dan ambience memegang peranan besar dalam membuat berita menjadi lebih ‘hidup’.

(5)

Kreatifitas

Berbeda dari penulisan berita biasa, penulisan features memungkinkan reporter ''menciptakan'' sebuah cerita. Meskipun masih diikat etika bahwa tulisan harus akurat, reporter bisa mencari feature dalam pikirannya, kemudian setelah mengadakan penelitian terhadap gagasannya itu, baru ia menulis. Features bisa juga diartikan sebagai jawaban dari kegelisahan sang penulis terhadap fenomena kehidupan tertentu. Ide menulis features tidak dibatasi oleh situasi terkini. Anda bisa kembali membuka data-data pada masa dahulu, yang sekiranya masih relevan dengan kondisi saat ini. Misalnya, kisah perjuangan tokoh kemerdekaan Indonesia, yang ternyata mempunyai kesamaan dengan seorang yang saat ini berjuang untuk keluarganya. Anda juga bisa mendapatkan ide dari obrolan ringan sehari-hari, karena dari obrolan tersebut seringkali tersimpan isu serius yang mungkin akan menarik untuk ditelusuri.

Subyektifitas

Beberapa feature ditulis dalam bentuk ''aku'' atau “saya”, sehingga memungkinkan reporter memasukkan emosi dan pikirannya sendiri. Hal ini sering kita jumpai dalam program televisi. Perlu diingat, jurnalis diminta untuk hanya memakai teknik ini bila tidak ada pilihan lain. Kesalahan umum pada reporter adalah kecenderungan untuk menonjolkan diri sendiri. Akhirnya berita hanya akan berputar pada ‘diri saya yang sedang menceritakan sesuatu’ bukan pada ‘apa yang saya ceritakan’. Subyektifitas adalah ciri-ciri features, namun perlu diingat bahwa features adalah sebuah produk berita, dimana yang ditonjolkan adalah berita itu sendiri.

Informatif

Features bisa memberikan informasi kepada audiens mengenai situasi atau aspek kehidupan yang mungkin diabaikan dalam hard news. Misalnya tentang taman baca

(6)

yang tetap bertahan di era internet, atau sebuah panti jompo yang terancam digusur karena lahannya akan dibangun pusat perbelanjaan. Aspek informatif mengenai penulisan feature bisa juga dalam bentuk-bentuk lain. Sebuah features bila berada di tangan penulis yang baik, bisa menjadi alat yang ampuh untuk menyentuh perasaan manusia.

Jangan lupakan sifat-sifat humanis dalam features. Pakailah anekdot dan sitir ucapan-ucapan dari tokoh terkenal untuk mendukung premis dalam berita anda.

Menghibur

Topik penulisan berita features yang beragam membuka kesempatan bagi jurnalis untuk mengembangkan gaya penulisannya. Jika topik yang diangkat cukup ringan dan membutuhkan sentuhan yang lugas, maka gaya penulisan yang dipakai pun tidak boleh terlalu serius. Meskipun topik yang diangkat serius, jurnalis juga bisa menuliskannya dengan gaya bahasa naratif populer. Feature memberikan variasi terhadap berita-berita ‘berat’ seperti pembunuhan, skandal politik, bencana alam, dan mengkaitkannya dengan hal-hal yang tidak terpikirkan sebelumnya. Ini akan sangat menghibur dan membuka wacana baru dan segar.

Eternal

Keunggulan utama sebuah features adalah sifatnya yang bisa dibaca kapan saja. Features tidak terbatas oleh waktu. Waktu, bagaimanapun adalah unsur terpenting dalam sebuah berita, tapi tidak bagi features. Hard news harus terus memperbarui isi beritanya dengan judul dan angle baru, tapi feature bisa dibaca kapan saja. Ketakterbatasan waktu ini juga memberikan keuntungan bagi jurnalis. Dia akan mempunyai cukup waktu untuk melakukan riset atas berita yang dia kerjakan, karena tenggat untuk pembuatan features biasanya lebih panjang. Riset bisa dilakukan secara cermat, sehingga kualitas features bisa ditingkatkan. Profil seorang Politikus mungkin baru bisa diperoleh setelah wawancara dilakukan dengan mitra kerja, keluarga, kawan dan lawan politiknya dan politisi itu sendiri.

(7)

Features memberikan kesempatan kepada fakta baru yang muncul diatas fakta-fakta yang sudah diperoleh masyarakat. Hal yang mungkin merangsang emosi (rasa iba, simpatik, marah). Features selalu menitikberatkan sudut pandang pada persoalan kemanusiaan (human interest).

Paragraf Penutup

Akhiri cerita dengan sebuah pertanyaan (retoris) bagi pembaca, sehingga memancing mereka untuk memikirkan topik yang baru anda bahas. Jangan memakai kata-kata klise dan menggurui, seperti ‘sadarlah…, ketahuilah…, sosok yang memprihatinkan…’. Seperti orang selesai menonton film di bioskop, jika film itu berhasil, maka penonton akan terus membicarakannya, bahkan ketika berada di luar bioskop. Sama halnya dengan features. Jika tulisan anda dibahas terus, maka anda bisa dibilang berhasil. what are their desires, what really matters to them?

Bentuk Features

1. Features Sosok (Profile, Biografi)

Mengetengahkan tokoh kesohor (bisa juga sekelompok orang atau suatu lembaga), baik yang berperan dalam suatu peristiwa yang diberitakan maupun tidak. Tujuannya supaya pembaca bisa lebih paham sepak terjang sang tokoh. 2. Features Sejarah (Historical)

Mengungkap apa yang pernah terjadi pada masa silam. Feature ini juga menggali aspek-aspek terbaru dari kejadian masa lalu itu.

3. Features Petualangan (Adventures)

Menyajikan kejadian unik dan menarik yang dialami seseorang atau serombongan orang, boleh jadi dalam suatu ekspedisi, riset, kecelakaan, perjalanan dan banyak lagi.

4. Features Peristiwa Teragenda (Seasonal)

Mengangkat aspek baru dari suatu peristiwa teragenda. Misalnya, Lebaran, Natal, Hari Kemerdekaan, peringatan lahirnya tokoh nasional, dll)

(8)

Mengisahkan pengalaman manusiawi yang menyentuh perasaan. Melalui penuturan ini pembaca diharapkan bercermin dan melihat dirinya sebagai anak manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya, yang bergelut dalam tragedi atau komedi kehidupan.

6. Features petualangan

Features petualangan melukiskan pengalaman-pengalaman istimewa dan mencengangkan -- mungkin pengalaman seseorang yang selamat dari sebuah kecelakaan pesawat terbang, mendaki gunung, berlayar keliling dunia pengalaman ikut dalam peperangan. Dalam features jenis ini, kutipan dan deskripsi sangat penting. Setelah bencana, misalnya, penulis feature sering menggunakan saksi hidup untuk merekontruksikan peristiwa itu sendiri. Banyak penulis features jenis ini memulai tulisannya dengan aksi -- momen yang paling menarik dan paling dramatis.

7. Features musiman

Reporter seringkali ditugasi untuk menulis feature tentang musim dan liburan, tentang Hari Raya, Natal, dan musim kemarau. Kisah seperti itu sangat sulit ditulis, karena agar tetap menarik, reporter harus menemukan angle atau sudut pandang yang segar. Contoh yang bisa dipakai adalah bagaimana seorang penulis menyamar menjadi Sinterklas di Hari Natal untuk merekam respon atau tingkah laku anak-anak di seputar hari raya itu.

8. Features Interpretatif

Features dari jenis ini mencoba memberikan deskripsi dan penjelasan lebih detil terhadap topik-topik yang telah diberitakan. Features interpretatif bisa menyajikan sebuah organisasi, aktifitas, trend atau gagasan tertentu. Misalnya, setelah kisah berita menggambarkan aksi terorisme, feature interpretatif mungkin mengkaji identitas, taktik dan tujuan terotisme. Berita memberikan gagasan bagi ribuan feature semacam ini. Setelah perampokan bank, features interpretatif bisa saja menyajikan tentang latihan yang diberikan bank kepada pegawai untuk menangkal perampokan. Atau yang mengungkap lebih jauh tipikal perampok bank, termasuk peluang perampok bisa ditangkap dan dihukum.

(9)

Feature ini berkisah kepada pembacanya bagaimana melakukan sesuatu hal: bagaimana membeli rumah, menemukan pekerjaan, bertanam di kebun, mereparasi mobil atau mempererat tali perkawinan. Kisah seperti ini seringkali lebih pendek ketimbang jenis feature lain dan lebih sulit dalam penulisannya. Reporter yang belum berpengalaman akan cenderung menceramahi atau mendikte pembaca -- memberikan opini mereka sendiri -- bukannya mewawancara sumber ahli dan memberikan advis detil dan faktual.

10. Features Gaya Hidup (Trend)

Menuturkan kisah sekelompok anak manusia yang berubah gaya hidupnya dalam suatu proses transformasi sosial-budaya.

Unsur penunjang features

1. Deskriptif dan naratif : penggambaran sesuatu obyek secara terinci, yang diamati melalui pancaindera.

Ini merupakan gabungan dari : • pengumpulan bahan reportase, • kemampuan observasi tinggi, • pengetahuan tentang manusia

• Kemampuan yang baik untuk meramu kata- kata secara ringkas dan efektif. • Menulis deskriptif sama dengan memotret dengan kata-kata.

2. Fantasi :

imajinasi, membuat feature menjadi memukau seperti sebuah cerita. Memang dibutuhkan kemampuan bercerita yang baik untuk membuat sebuah feature menjadi rangkaian kata-kata yang menarik.

3. Anekdot :

atau humor-humor singkat perlu disisipkan agar feature menjadi segar, tidak ruwet. Dengan begitu tulisan tidak kering atau dingin, seperti pada berita langsung.

(10)

4. Kutipan : untuk penyegar juga dibutuhkan kutipan. Bisa kutipan hasil wawancara yang menarik dan otentik, kutipan sajak, atau mungkin kutipan syair lagu. Boleh jadi penggalan sebuah novel yang ada hubungannya dengan berita kisah yang kita buat.

ARTIKEL / TULISAN OPINI

Ada banyak ragam pengertian artikel. Menurut Sharon Scull (1987) artikel didefinisikan sebagai bentuk karangan yang berisi analisis suatu fenomena alam atau sosial dengan maksud untuk menjelaskan siapa, apa, kapan, dimana, bagaimana dan mengapa fenomena alam atau sosial tersebut terjadi. Suatu artikel kadang-kadang menawarkan suatu alternatif bagi pemecahan suatu masalah.

Pada saat ini, menulis artikel di media cetak (dan elektronik) sudah menjadi kegiatan yang terhormat dikalangan intelektual. Identitas dan otoritas seorang intelektual akan terangkat jika ia dikenal sebagai seorang penulis artikel. Dengan menulis artikel dimedia cetak, seseorang akan dikukuhkan sebagai warga intelektual.

Namun demikian, bukan berati "kaum non intelektual" tidak memiliki kesempatan yang sama untuk menulis artikel di media massa. Belakangan ini, sudah banyak para

praktisi, profesional di bidang tertentu dan penulis lepas (freelance) yang melakukan hal sama. Ini tentu fenomena yang menggembirakan, meskipun secara kuantitas juKmlah mereka tidak begitu banyak.

KENALI MEDIA

Isi sebuah media, sekurang-kurangnya terdiri atas dua hal pokok. Pertama Fakta dan kedua Opini. Fakta disajikan dalam bentuk berita (meskipun ada banyak media massa yang beritanya ditulis dengan unsur subjecktivitas tinggi), sedangkan opini diwujudkan dalam bentuk karikatur, tajuk, surat pembaca, kolom, surat pembaca dan artikel. Biasanya, surat pembaca dan artikel memang ditulis oleh penulis luar dalam hal ini adalah pembaca dan masyarakat luas. Rubrik ini ditujukan sebagai sarana membangun

(11)

komunikasi dua arah antara redaksi dengan pembacanya. Di beberapa media tertentu, pengaruh surat pembaca sangat siginifikan. Misalnya di media nasional seperti

KOMPAS dan Tempo.

Seseorang yang ingin menulis artikel di media massa harus paham bahwa media yang ia tuju adalah media yang dibaca oleh banyak orang. Artinya secara teoritis

pembacanya adalah orang-orang yang beragam baik dari sisi usia, pekerjaan, sosial ekonomi, jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Impilikasinya, ia harus bisa membuat artikel yang bisa mudah dimengerti oleh semua kalangan pembaca, termasuk

didalamnya efek sosial politis yang mungkin timbul dari tulisannya tersebut.

Meskipun pada umumnya ditujukan untuk kalangan umum, setiap media memiliki kekhususan tertentu. Dalam bahasa bisnis disebut sebagai segmen pasar. Ada penerbitan yang isi artikel ditujukan hanya untuk konsumen bisnis seperti majalah ekonomi dan swasembada. Khusus dibidang komputer seperti CHIP, Elektro indonesia, Komputek. Majalah keluarga seperti Femina dan Bunda. Majalah keisalaman seperti Sabili, Tarbawi, Elfata, Hidayatullah dsb. Media massa umum seperti Jawa Pos, KOMPAS, Suara pembaruan, Republika, Suara Karya, Surabaya Post dan sejenisnya tetap memiliki segmen yang berbeda. Semua tergantung kebijakan redaksi masing-masing.

Oleh karena itu, mengenali karakteristik media yang dituju menjadi sesuatu hal yang sangat mutlak bagi penulis artikel. Seorang penulis artikel harus memahami "selera" dan "Misi" setiap penerbitan masing-masing. Menulis artikel di Jawa Pos memerlukan pendekatan yang berbeda ketika kita menulis artikel di media lokal. Karena ke-2nya memiliki ciri khas masing-masing.

AKTUAL

Apa sebenarnya yang ingin dijual oleh media massa ? INFORMASI. Tepat sekali. Karena itu salah satu kehebatan sebuah media biasanya diukur lewat pertanyaan "seberapa aktual informasi yang disajikan?". Nah, penulis artikelpun harus mengikuti jalur ini.

(12)

Untuk bisa mengetahui aktualitas berita, penulis artikel dituntut untuk gemar membaca dan membaca. Karena itu, sebelum memutuskan untuk menjadi penulis syarat mutlak yang juga perlu dijawab adalah "seberapa besar minat kita untuk membaca?" Lupakan saja menjadi penulis artikel yang baik jika memang tidak suka membaca.

Aktualitas artikel bisa diperoleh dengan mengamati fenomena-fenomena yang saat ini sedang terjadi. Misalnya, ketika terjadi bom bali II silam insting menulis saya langsung bilang "Berarti sistem pertahanan kita lemah". Berangkat dari situ dan didukung

sejumlah referensi saya akhirnya bisa menulis artikel dengan judul "Teknologi Pencegahan Terorisme" yang kemudian dimuat di media Suara Karya. Atau ketika ramai-ramainya protes warga korban SUTET PLN di jakarta kemarin saya juga sempat membuat tulisan "Berbahayakah Radiasi SUTET" yang keesokan harinya langsung dimuat di Radar Surabaya. Sebenarnya secara subtansial isi artikel yang saya tulis diatas tidak terlalu mendalam (bahkan untuk ukuran intelektual sangat dangkal), tetapi karena media mengingikan sesuatu yang aktual, fresh dan baru maka yang demikian pun bisa dimuat. Logikanya mungkin begini "Jelek-jelek dikit gak apalah yang penting aktual, ketimbang artikelnya bagus tapi basi !!!".

Nah,jika kita mau jeli, ada banyak kejadian dimasyarakat yang bisa kita analisa. Misalnya lagi tentang berita masuknya majalah Playboy, Impor beras, CPNS atau tentang bencana alam yang hingga hari ini masih terus terjadi. Sekali lagi, kuncinya hanya satu : Banyak-banyaklah membaca.

DARI MEDIA KECIL

Jika kita seorang penulis pemula, jangan memaksakan diri untuk menulis artikel di media cetak besar. Lebih baik jika memulai mengirim artikel pada media lokal sembari mulai mengenalkan diri kepada redaksi. Syukur jika bisa secara rutin bisa menulis dimedia yang bersangkutan. Pada umumnya, redaksi media cetak lokal justru memiliki banyak waktu untuk menyeleksi dan memberi komentar terhadap artikel yang masuk.

Ada baiknya juga jika kita menjadi penulis dengan spesialiasi khusus. Bukan berarti menulis sembarang tema tidak boleh, tetapi biasanya redaksi akan memberikan

(13)

peluang lebih bagi artikel yang ditulis sesuai dengan kompetensinya. Saya misalnya, sejak mulai merintis menulis selalu mengkhususkan diri dibidang Iptek dan pendidikan. Pernah sekali dua kali menulis dibidang sosial, tetapi tidak pernah dimuat.

Penulis-penulis yang sudah punya namapun biasanya hanya akan menulis artikel sesuai dengan kompetensinya. Sebut saja, Yohannes Surya dan Terry Mat yang konsisten menulis tentang dunia ke-fisika-an. R Panca Dahana dengan tulisan seputar kebudayaan. Indra J Pillang biasanya menulis tentang pemilu. Taufik yang biasa menulis artikel tentang astronomi di KOMPAS. Anita Lie, Ki Supriyoko lewat tulisannya seputar pendidikan. Hermawan Kartajaya dengan kolom-kolom marketingnya. Juga ada Hernowo yang biasa menulis artikel tentang baca-tulis atau Tommy Su yang biasa membahas masalah akulturasi kebudayaan. Di Surabaya, ada Pak Alisyabana yang identik dengan tulisan-tulisan tentang problematika tata kota.

Akhirnya, yang tidak boleh kita tinggalkan adalah soal etos kerja. Menulis artikel memerlukan sebuah ketekunan dan kadang-kadang membutuhkan riset kecil-kecilan untuk mendukung validitas data yang kita tulis. Displin untuk tetap menulis, meskipun artikel yang kita kirim belum juga dimuat.

Referensi :    

Hadynur, milis penulislepas@yahoogroups.com, seperti diunduh pada  http://pelitaku.sabda.org/bagaimana_menulis_artikel_di_media_massa)

Referensi

Dokumen terkait

Saya akan terus membeli isi ulang kartu simPATI dari Telkomsel walaupun saya tahu bahwa provider kartu sellular lain menawarkan harga yang lebih rendah.. Saya akan terus

21 Ada banyak teori mengenai terjadinya konflik antara lain: Pertama, Teori hubungan masyarakat yaitu menganggap bahwa konflik disebabkan oleh olarisasi yang terus

adanya inventory dan tidak akan menin"katkan throu"hut sistem; a"asan itu@ kemudian adaah untuk menyinkronkan airan materia seama erada

[r]

Pengelompokan turbin angin berdasarkan prinsip aerodinamik pada rotor yang dimaksud yaitu apakah rotor turbin angin mengekstrak energi angin memanfaatkan gaya drag

, seperti yang dilakukan oleh Westoff dan Bankole (1995) yang menemukan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, maka semakin tinggi persentase pemanfaatan

Pasal 76 UNCLOS 1982 menyebutkan tentang batas landas kontinen, yaitu meliputi dasar laut dan tanah di bawahnya dari daerah di bawah permukaan laut yang terletak di luar

Kesimpulan dari studi banding Stasiun Dhoby Ghaut Interchange adalah stasiun Intercange atau MRT biasanya menggunakan pembagian zona layer secara Vertikal Maupun