• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan PP No. 22 Tahun 1988 Pulau Bunaken secara administratif. IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELlTlAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Berdasarkan PP No. 22 Tahun 1988 Pulau Bunaken secara administratif. IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELlTlAN"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELlTlAN

4.1. Gambaran Umum Pulau Bunaken

Secara geografis Pulau Bunaken terletak dalarn posisi geografis antara 1°36'00.47'-1037'17.39'~~ dan 124'44'08.23'-124°46'57.81'~~ dengan luas daratan pulau jika diukur dari pasang tertinggi adalah 704,33 ha. Menurut Bakosurtanal (1998), Pulau Bunaken mernpunya tipe tanah berupa sistern lahan pantai, daratan dan perbukitan. Perairan pantainya yang termasuk taut sulawesi, relatif terlindungi oleh gugusan pulau yang mengelilinginya. Adapun gugusan terumbu karang rnengelilingi pulau yang bentuknya serupa dengan senjata orang aborigin yang dikenal dengan boomerang. Dengan luas terumbu total 531,4 ha. dimana 26,6 ha berbentuk lereng terurnbu, 510 ha dataran serta 3,8 ha berbentukgoba.

Hamparan terurnbu karang di perairan Pulau Bunaken, lebarnya dapat rnencapai 2,5 km. Yang sangat spesifik adalah formasinya yang dirnulai dengan karang datar di kedalaman

*

5 meter, kemudian mernbentuk bukit-bukit di bawah air, sampai ke tebing vertikal ke bawah (drop off) yang ratusan meter (undenvafer greatwalls). Di habitat ini, terutama pada tebing bawah air, rnemiliki banyak sekali gua, ceruk dan rekahan yang tertutup sponge beraneka warna, dan dihuni berbagai jenis vertebrata dan invertebrata laut. Selain karang, terdapat pula biota laut lainnya seperti akar bahar, karang kipas, karang lunak, hydroid penyengat, cacing laut, bintang laut, teripang. Habitat ini dihuni oleh beraneka macam ikan yang jurnlahnya rnencapai lebih dari 2.000 jenis seperti jenis ikan Napoleon, dan jenis ikan purba yaitu lkan Raja Laut (Coellacanth) yang sernula diperkirakan sudah punah, dan sejauh ini diketahui habitatnya hanya ada di perairan Kepulauan Grande Cornorro dan Anjou di lepas pantai Afrika.

Berdasarkan

PP

No.

22

Tahun

1988

Pulau Bunaken secara administratif terrnasuk dalarn wilayah Kota Manado dan merupakan bagian dari Kecarnatan Molas. Adapun Pulau Bunaken terbagi atas 2 desa yaitu Desa Gunaken dan Desa Alungbanue.

4.1.1. Keadaan Umum Desa Alungbanua

Desa Alungbanua dapat akses dari pelabuhan Manado menggunakan perahu motor yang tersedia setiap hari pada jam 16.00 dengan dengan biaya transportasi berkisar antara 3000-5000 dan waktu tempuh kira-kira 40 rnenit sampai 1 jam perjalanan (15,5 km). Namun pada prinsipnya Desa Alungbanua dapat di akses kapan

(2)

saja dengan rnenggunakan perahu bervotor karena keadaan laut pada urnurnnya tenang. Narnun ha1 tersebut memungkinkan kita untuk rnengeluarkan biaya lebih.

Desa Alungbanua berpenduduk 861 jiwa dengan rnayoritas masyarakatnya beragarna Kristen dan didominasi oleh etnik Sangir Siau. Jalan-jalan desa terbuat dari sernenlbeton yang menghubungkan rumah-rumah serta berbagai fasilitas desa lainnya seperti tempat ibadah. Fasilitas listrik tersedia pada rnalam hari rnulai dari jam 18.00 sarnpai jam 06.00 pagi. Surnber air yang ada berupa mata air dan surnur. Adapun aktifitas ibu-ibu di desa tersebut hanya sebagai ibu rurnah tangga biasa dan ada sebagain yang membantu pekerjaan suarni dengan rnenjual ikan hasil tangkapan. Sarana sekolah yang tersedia adalah gedung SD dengan tenaga pengajar berjurnlah 5 orang, sedangkan untuk sekolah lanjutannya biasanya warga rnelanjutkan ke Pulau Manado tua II atau~un Kota Manado.

Ciri alami Desa Alungbanua adalah cukup sejuk jika dibandingkan dengan desa-desa lain yang berada di pesisir. Adapun keadaan desa terlihat tertata dengan rapi dan di kanan-kiri jalan banyak ditanarni pohon. Kehidupan sehari-hari rnasyarakat adalah sebagai nelayan (65 jiwa) dan petani (391 jiwa). Untuk lebih rincinya keadaan urnurn Desa Alungbanua, terlihat pada tabel Profil desa berikut:

Tabel 5 Profil

Desa

Alungbanua

Keadaan Keterangan Luas Desa 391,9 Ha Penduduk 861 jiwa Perempuan 485 j'wa Laki-laki 376 jiwa Kepadatan Kepala keluarga 208 KK

Etnik Siau, Minahasa

Mata pencaharian Petani, nelayan

Kristen Protestan 861 orang

Kristen Katolik

-

Islam

-

Gereja 4 buat: Mesjid I Musholah

-

SD 1 buah SMP

-

SMU

-

Lulusan SD 432 orang Lulusan SMP 275 orang

Lulusan SMU 54 orang

Perguruan Tinggi 5 orang

(3)

Lanjutan Tabel 5 Keadaan Keterangan Dokter

-

Mantri kesehatan

-

Bidan Desa

-

Perawat

-

Puskesmas Pernbantu

-

Klinik

-

Perahu Tradisional 92 Perahu Motor 21

Rurnah Perrnanen 162 buah

Rumah Non Perrnanen 41 buah

Listrik 84

Telepon

-

Air bersih

-

Luas Perkebunan 300 Ea

Luas Mangrove 61 Ha

Luas Padang Lamun 80 Ha

Hasil Pertanian Kopra

Hasil Perikanan lkan karang, pelagis

Potensi Alarn

Pusat lnforrnasi Desa Ada pusat inforrnasi

4.1.2. Keadaan Umum Desa Bunaken

Seperti halnya Desa Alungbanua, Desa Bunaken juga bisa diakses dari pelabuhan Manado dengan menggunakan perahu taksi yang waktu tempuhnya berkisar 40 menit sampai 1 jam perjalanan (jarak 15,5 km). Adapun perahu-perahu tersebut tersedia setiap hari mulai jam 16.00.

Desa Bunaken terbagi atas 6 lingkungan yang salah sattinya mencakup Pulau Siladen dengan iuas desa 535 ha. Sedangkan jurnlah penduduk 2852 jiwa dengan 1429 jiwa diantaranya perempuan dan sisanya 1390 jiwa laki-laki. Mayoritas beragama Kristen (1939 jiwa) dan etnik sangir dan rninahasa rnendominasinya. Sebagaimana Desa Alungbanua, jalan-jalan di Desa Bunaken juga terbuat dari semenlbeton.

Fasilitas listrik tersedia hanya 12 jam sehari, mulai jam 18.00 sampai jam 06.00. Sebagai desa wisata yang terkenal, penduduknya banyak yang bekerja sebagai pemandu wisata namun nelayan (765 jiwa) dan petani (438 jiwa) masih merupakan pekerjaan pokok sebagian besar penduduknya. Sarana pendidikan yang tersedia hanya gedung sekolah SD dan SMP, sedangkan untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi penduduknya harus pergi ke Manado. Untuk informasi yang lebih lengkapnya tentang desa ini, diperlihatkan pada tabel profil desa berikut.

(4)

Tabel 6 Profil Desa Bunaken Keadaan Keterangan Luas Desa Penduduk Kepadatan Kepala keluarga Etnik Mata pencaharian Kristen Protestan Kristen Katolik Islam Gereja Mesjid 1 Musholah TK SD SMP SMU Lulusan SD Lulusan SMP Lulusan SMU Perguruan Tinggi Guru Dokter Mantri kesehatan Bidan Desa Perawat Puskesrnas Pernbantu Klinik Perahu Tradisional Perahu Motor Rumah Perrnanen Rurnah Non Perrnanen Listrik

Telepon Air bersih

Luas Perkeounan Luas Mangrove Luas Padang Larnun Hasil Pertanian Hasil Perikanan Potensi Alarn

Pusat lnforrnasi Desa

800 Ha 2852 jiwa 726 KK

Sangir, Minahasa, Gorontalo Nelayan, petani 2132orang 6 orang 714 orang 6 buah 1 buah 2 buah 4 buah 1 buah 253 orang 168 orang 25 orang

-

2 orang

-

orang 1 buah 100 26 74 buah 650 buah Kopra Cakalang

(5)

V. HASlL DAN PEMBAHASAN

5.1. Kondisi Tutupan Karang

Keindahan terumbu karang dan keanekaragaman hayati biota yang berasosiasi didalamnya merupakan daya tarik utama wisata bahari di kawasan TN Bunaken. Formasi pertumbuhan karang yang berada di kawasan ini terkategorikan dalam tipe terumbu penghalang dan terumbu tepi. Pemaparan tentang data terumbu karang di Pulau Bunaken yang diperoleh baik itu berupa data primer maupun sekunder dilakukan dalam bentuk evaluasi dengan neraca sumberdaya terumbu karang yang interval waktu adalah 5 tahun dan aktiva (tahun awal) ditentukan tahun 2001 serta pasiva terkondisi pada iima tahun berikutnya yaitu tahun 2005 (tahun akhir).

Berdasarkan peta sumberdaya yang bersumber dari peta informasi geografis Provinsi Sulawesi Utara 2004 terlihat bahwa kategori tutupan karang di Pulau Bunaken terkategorikan rusak (<25%) hingga baik (50-75%). Adapun kategori cukup baik mendominasi tutupan di hampir semua lokasi pulau ini. Penyebaran kategori buruk terlihat pada daerah utara dan selatan Pulau Bunaken yang merupakan bagian dari Desa Bunaken.

Kondisi

Terumbu

Karang

di Pulau Bunaken

Legenda Sangat Baik Baik Cukup Baik Rusak

Gambar 6 Peta kondisi terumbu karang di Pulau Bunaken

(6)

Aktiva (Tahun Awal)

Melihat dan rnenganalisa data yang diperoleh dari Balai Tarnan Nasional Bunaken serta beberapa kurnpulan hasil penelitian yang dilakukuan sepanjang tahun 2001 hingga 2004 tentang tutupan karang di Pulau Bunaken, terlihat bahwa terjadi penurunan prosentasi tutupan karang hidup di antara tahun 2002 sarnpai 2004. Bagairnanapun penurunan tersebut belurn terlalu rnengkuatirkan karena terlihat rnasih dalarn satu kisaran kategori yaitu baik (50-74%) di Desa Bunaken dan sedang (25- 49%) di Desa Alungbanua.

Adapun peningkatan prosentasi tutupan karang terlihat terjadi pada tahun 2001 ke 2002 yang niana ha1 tersebut rnungkin saja terjadi karena adanya revisi zonasi di sekitar tahun tersebut ataupun bisa juga karena tidak sarnanya lokasi serta jurnlah titik pengarnatan. Narnun untuk tahun-tahun selanjutnya terlihat terjadi penurunan yang walaupun rnasih dalarn cakupan kategori yang sarna tapi terllihat konstan. untuk lebih jelasnya, fluktuasi prosentasi tutupan karang di Pulau Bunaken selarna tahun 2001 sarnpai tahun 2004 akan disajikan dalarn bentuk tabel di bawah ini.

Tabel 7 Fluktuasi prcsentasi tutupan karang di Pulau Bunaken

No Lokasi Kondisi Terurnbu Karana

Karang Hidup %

Th 2001 Th 2002 Th2003 2004

1 Desa Bunaken

Pangalisang 45,33 55,65 5543 55

2 Desa Alungbanua

FukuilMandolin 34,47 40,OO 40,OO 36

Surnber : BTNB. Pasiva (Tahun Akhir)

Sebagairnana hasil pengarnatan dengan rnenggunakan rnetode Manta tow pada dua desa yang terdapat di Pulau Bunaken, terlihat bahwa kategori tutupan

-

karang di titik pengarnatan Desa Alungbanua termasuk dalarn kategori sedang (25- 49%) dan buruk (<25%) dengan perbandingan 60% kategori sedang d m 40% kategori buruk. Dari 10 titik pengarnbilan contoh yang dilakukan, di desa ini, diternukan kategori buruk sebanyak 4 tarikan dengan prosentasi tutupan di bawah 25 %. Tentunya ha1 ini sangat rnengkuatirkan karena keberlangsungan wisata di Pulau Bunaken sangat di pengaruhi oleh ketersediaan atraksi utarna yang ditawarkan kawasan ini yaitu ekosistern terurnbu karang dengan keanekaragarnan hayatinya.

(7)

Secara keseluruhan, kategori prosentasi tutupan karang Desa Alungbanua tenasuk dalarn kriteria sedang dengan angka prosentasi

34%.

Kriteria ini didapat dari rata-rata prosentasi tutupan karang pada tiap titik pengarnatan yang dilakukan. Sebagairnana hasil analisis data manta tow, kriteria tutupan karang di Desa Alungbanua didorninasi oleh prosentasi tutupan karang dengan klasifikasi sedang. Hal tersebut diperlihatkan pada garnbar 10.

Sedang Buruk

i

75100% =Sangat Baik 50-74% =Baik

25-49% =Sedang ~ 2 5 % =Buruk

Garnbar 7 Kriteria tutupan karang di Desa Alungbanua.

Hasil pengarnatan yang dilakukan pada Desa Bunaken rnenunjukan kategori tutupan karang yang relatif lebih baik dari Desa Alungbanua, dirnana kelas tutupan karang tercatat 80% rnerniliki kategori sedang (25-49%) dengan sisanya 20% terkategori baik (50-74%). Seperti juga Desa Alungbanua, pada Desa Bunaken di lakukan pengarnatan sebanyak 10 titik tarikan yang rnana rata-rata kategori tutupan karang di desa ini berkriteria sedang dengan nilai prosentasi sebesar 45%. Keadaan yang rnasih relatii baik ini rnenunjukan bahwa kegiatan wisata pada daerah ini rnasih dalarn arnbang batas yang bisa ditoleransi rneskipun penurunan prosentasi tutupan karang terjadi pada tiap tahunnya. Untuk lebih jelasnya kriteria tutupan karang di Desa Bunaken, disajikan pada garnbar 11.

(8)

75100% =Sangat Baik 50-74% =Baik 2549% =Sedang ~ 2 5 % =Buruk

/

m

Baik lrrr Sedang

Gambar 8 Kriteria tutupan karang di Desa Bunaken

5.2. Kunjungan Wisata

Data kunjungan wisata ke TN Bunaken selama lima tahun terakhir menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Berdasarkan data kunjungan wisata tahun 2001, jumlah wisatawan yang berkunjung ke TN Bunaken hanya tercatat 15.066 yang terdiri dari 5194 wisatawan mancanegara dan sisanya wisatawan nusantara dan pelajar (tabel 7) dengan kontribusi biaya masuk ke pengelola TN sebesar Rp 419,013,750. Adapun trend peningkatan kunjungan mulai terlihat pada tahun 2002 (25.486 wisatawanltahun) dengan prosentasi peningkatan 59% jika dibanding kunjungan tahun sebelumnya (Gambar 6) dimana total pendapatan dari biaya masuk mencapai Rp 983,750,500 atau peningkatan di atas 100% dari tahun 2001 (Tabel 7).

Tourism Arrivals Bunaken NP 2001-2002

-mx-2001 L o c a l Guests

-2002 Foreign Guests

-4h5-2002 L o c a l Guests

Month

Gambar 9 Kunjungan wisata di TN Bunaken tahun 2001-2002 Sumber : DPTNB.

(9)

Tabel 8 Kornposisi pengunjung di TN Bunaken tahun 2001

2OOi 2001 2002 2002

Number Sold Revenues Number Sold Revenues (15 Mar-31 Received (1 Jan41 Received

Dec) Dec)

Foreign Guests 5194 Rp 396,650,000 5294 Rp 795,335,500

Annual Entrance Tags

Foreign Guests NIA NIA 2368 Rp 146,400,000

Daily Entrance Tickets

Local Guests 8387 Rp 20,678,750 14,525 Rp 36.315.000

Adult Entrance Tickets

Local Guests 1485 Rp 1,485,000 2,910 Rp 2,910,000

Student Entrance Tickets

TOTALS 15.066 Rp 419.013.750 25,697 Rp 983.750.500

Surnber : DPTNB.

Kornposisi jurnlah pengunjung di TN Bunaken adalah 30% wisatawan rnanca negara dan 70% wisatawan lokal dan pelajar. Wisatawan rnancanegara bervariasi bila dilihat dari negara asalnya, dengan prosentasi tertinggi adalah Taiwan dan diikuti oleh Italia, lnggris dan Jerrnan. Rata-rata usia dari wisatawan-wisatawan tersebut berkisar antara 17-50 tahun dirnana rnereka tergolong pada kelornpok mainstream dan casual tourist atau wisatawan yang rnernbutuhkan tingkat pelayanan dan akornodasi yang lengkap.

Wisatawan lokal terdiri atas wisatawan yang datang dengan tujuan rekreasi dan penelitian. Adapun peningkatan wisatawan lokal terlihat pada saat-saat libur akhir rninggu dan keadaan-keadaan tertentu seperti saat penelitian, studi tour, wisata religius serta kegiatan pelatihan oleh instansi pernerintah dan LSM.

Pada tahun 2003 wisatawan yang berkunjung ke kawasan TN. Bunaken ini rneningkat 52% jika dibandingkan dengan kunjungan tahun 2002. Adapun perbandingan kunjungan wisatawn dari tahun 2001 hingga 2003, terlihat peningkatan yang nyata dari tahun ke tahun (Garnbar 7). Peningkatan tersebut disebabkan oleh kondusifnya kearnanan di Provinsi Sulawesi Utara jika dibandingkan dengan daerah- daerah lainnya di Nusantara dan tentunya daya tarik ekosistern terurnbu karangnya serta keanekaragarnan hayati yang di tawarkan TN Bunaken

(10)

- - ~ ~ ~ 2001 Foreign ~ u e s t d

rn

2002 Foreign Guest4 2003 Foreign Guestq 2001 Local Guests

/

km 2002 Local Guests

j

kti 2003 Local Guests

/

-~ ~

Jan March May July Sept Nov

Garnbar 10 Kunjungan wisata di TN Bunaken tahun 2001-2003 Sumber : DPTNB

Berdasarkan data terbaru yang diperoleh dari DPTN Bunaken menunjukan bahwa pada tahun 2005 sampai bulan Maret saja, wisatawan yang berkunjung ke TN Bunaken sudah mencapai 8.093 orang. Adapun sesuai pengalaman selama ini bahwa kunjungan wisatawan tertinggi akan terjadi pada bulan Juli hingga September, dengan dernikian sudah dipastikan bahwa pada tahun 2005 akan terjadi peningkatan kunjungan wisatawan yang cukup signifikan. Estimasi data kunjungan wisata tahun 2005 di TN Bunaken disajikan pada gambar 8.

Estimasi Kunjungan Wisata Tahun 2005 di TN Bunaken . . . . ~ ~ ~~ ~ ! --r-- Foreign arrivals

'

I

i

f -Local arrivals

/

I ~ -~ .

Gambar 11 Estimasi jumlah kunjungan wisata di TN Bunaken tahun 2005 Sumber : Hasil rnodivikasi data DPTNB

(11)

Jika rnelihat trend kunjungan wisata lirna tahun terakhir yang terus rneningkat (tabel 8) rnaka sudah selayaknya perkernbangan ini rnenjadi suatu ha1 yang rnengernbirakan bagi perkernbangan wisata di TN Bunaken kususnya dan Provinsi Sulawesi Utara pada umurnnya. Narnun ha1 ini juga perlu di siasati dengan hati-hati oleh pengelola TN Bunaken, karena dalarn strategi dan pengelolaan wisata haruslah rnernperhatikan daya dokung lingkungan terlebih lagi wisata bahari yang ditawarkan TN Bunaken rnerupakan salah satu ekosistern yang rapuh (Soernarwoto. 2004).

Tabel 9 Kunjungan wisata Ke TN Bunaken tahun 2001-2005

No Tahun Domestik Manca Neqara Total

1 2001 2 2002 &%6

:

2:;;

E:%

3 2003 27.894 8.215 36.106 4 2004 26.403 9.824 36.227 5 2005 4.788 3.305 8.093 Surnber : DPTNB.

5.3. Perbandingan Neraca Sumberdaya Tutupan Karang

Hasil isian Neraca Surnberdaya Tutupan karang di Pulau Bunaken dengan tahun awal (aktiva) ditentukan tahun 2001 dan tahun akhir (pasiva) tahun 2005 terlihat bahwa pada Desa Bunaken terjadi penurunan kategori prosentasi tutupan karang hidup dengan kondisi baik. Adapun penurunan tersebut terlihat dirnana pada tahun awal, prosentasi tutupan tercatat 36% narnun pada tahun akhir (Pasiva) rnenurun rnenjadi 20%. Terlihat juga bahwa kategori buruk tidak terdapat lagi pada tahun 2005 yang sebelurnnya (pada tahun awal) terekarn sebesar 7%. Untuk lebih jelasnya fluktusasi perubahan kondisi tutupan karang di Desa Bunaken diperlihatkan pada tabel 8.

Sebagaimana terjadi pada Desa Bunaken, hasil pengarnatan Manta tow di Desa Alungbanua juga rnengalarni penurunan dari kategori prosentase tutupan yang terekam (sedang) dirnana pada tahun awal sebesar 84% rnenjadi 60% pada tahun akhir. Bagairnanapun kondisi tersebut rnenyebabkan periingkatan kategori buruk dari 16% di tahun awal rnenjadi 40% di tahun akhir. Penurunan kondisi teiilmbu karang ini, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 10.

Dari hasil evaluasi dengan rnenggunakan neraca surnberdaya terurnbu karang tersebut telah terlihat bahwa penurunan prosentasi pada kedua desa di Pulau Bunaken telah terjadi. Dimana penurunan kondisi terurnbu karang terbesar terdapat pada Desa Alungbanua, walaupun pada kenyataannya penurunan yang tejadi rnasih dalarn satu kategori tutupan namun apabila tidak ditangani dengan serius rnaka ancarnan degradasi dapat terjadi, rnengingat tingkat perturnbuhan alarni karang sangat larnbat.

(12)

Tabel 10 Neraca sumberdaya terumbu karang Pulau Bunaken

Prosentase (%)

Aktiva (Tahun Awal) Pasiva (Tahun Akhir)

Thn. 2001 Thn. 2005 Bunaken Sangat Baik

-

-

Baik 36 20 Sedang 57 80 Buruk 7

-

Jumlah 100 100 Alungbanua Sangat Baik Baik Sedang Buruk 16 40 Jurnlah 100 100

5.4. Analisis Regresi Pengaruh Kunjungan Wisata Terhadap Tutupan Karang

Untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh kunjungan wisata terhadap perubahan kondisi terumbu karang, maka dilakukan analisis dengan regresi linier sederhana. Adapun interpretasi dari basil analisis regresi pengaruh kunjungan wisata terhadap prosentasi tutupan karang, dipaparkan sebagai berikut :

lnterpretasi Hasil Analisis Regresi

Tabel Descriptive Statistics menunjukan bahwa : Rata-rata persen Tutupan Karang adalah 54,0750 Rata-rata Tingkat Kunjungan Wisata adalah 6968,6000 Standar deviasi tutupan karang adalah 2,2379

Standar deviasi kunjungan wisata adalah 1428,1459 Tabel Corelation

(13)

Nilai -,I41 rnerupakan nilai r hitung. Angka ini rnenunjukan korelasi atau hubungan negatif antara kunjungan wisata dengan prosentase tutupan karang, artinya jika

kunjungan wisata rneningkat maka akan terjadi penurunan prosentase tutupan karang. Probabilitas

=

0,410

Oleh karena diketahui bahwa korelasi adalah negatif rnaka dlakukan uji kiri satu sisi dan terfihat probalitas 0,410 atau lebih besar dari taraf signifikan (0,005) yang berarti hubunganlkorelasi tidak signifikan.

Tabel variable enteredkemoved

Sesuai dengan kriteria use probability of F entry 0,05 dan dan removed 0,10 rnaka dapat dilihat bahwa variabel kunjungan wisata rnasuk dalam persarnaan karena rnemenuhi kriteria.

Dari variable removed, dapat dilihat bahwa tidak ada variable prediktor yang dikeluarkan. Dalarn pemilihan rnetode, yang digunakan adalah rnetode enter.

Tabel model summary

Nilai koefisien korelasi (R) antara variabel kunjungan wisata dengan persen tutupan karang adalah 0,141, yang berarti bahwa hubungan antara kunjungan wisata dengan 2ersen tutupan karang adalah 14,lO %.

Dari tabel model summary didapai koefisien deterrninasi yang tejadi adalah 0,020, yang artinya

2

% vanasi yang terjadi terhadap tutupan karang disebabkan variasi kunjungan wisata dan sisanya 98 % tidak dapat diterangkan. Kesalahan standar dari penaksiran adalah 2,5582.

Tabel anova

Untuk rnengetahui tepat tidaknya penaksiran yang dilakukan rnaka dibandingkan probabilitas 0,410 dengan taraf nyata 0,05. karena probabilitas lebih besar dari taraf nyata rnaka model ditolak.

Uji t

Untuk rnenguji signifikan koefisier: regresi rnaka dilakukan uji t. Hipotesis yang dibangun adalah :

Ho=kunjungan wisata tidak berpengaruh nyata terhadap persen tutupan karang Hl=kunjungan wisata berpengaruh pada persen tutupan karang

Pengambilan Keputusan

Jika <thit,,g<tl,k, rn2ka Ho diterirna

Jika thitung<-ttabel atau thitung > flabel rnaka Ho ditolak thitung

=

-0,247

(14)

tingkat signifikan

=

0,05 Derajat bebas (5-2)= 3 flabel

=

3,183

Oleh karena thitung<tbbel rnaka Ho ditolak, artinya kunjungan wisata berpengaruh secara nyata pada persen tutupan karang.

5.5. Darnpak Kunjungan Wisata Terhadap Terurnbu Karang

Dengan rneningkatnya jurnlah kunjungan wisatawan dornestik ke Tarnan Nasional Bunaken (harnpir 78% dari tahun 2002, dan total kedatangan yang rnencapai 75%) harus ditanggapi dengan hati-hati oleh pihak Pengelcla Tarnan Nasional Bunaken. Sebagairnana perkernbangan yang terjadi bahwa pengunjung Tarnan Nasional Bunaken rnulai beralih kepada kegiatan rnenyelarn, rnaka potensi degradasi terurnbu karang akan sernakin besar. Untuk rnengantisipasi perkernbangan tersebut, diharapkan pengelola Tarnan Nasional rnulai rnernikirkan strategi yang tepat untuk rnempertahankan kesinarnbungan sumberdaya yang tentunya dengan tidak rnengurangi pendapatan dari aktivitas wisata tersebut.

Sebagairnana data dari Dewan Taman Nasional Bunaken rnernperlihatkan bahwa setidaknya 9000 penyelarn berkunjung ke kawasan terurnbu karang di Sulawesi Utara setiap tahunnya. Adapan jurnlah penyelarn ini dilayani oleh sekitar 40 operator selarn yang rnenyediakan layanan panduan selarn dengan rasio satu pernandu untuk ernpat penyelarn untuk total penyelarn yang rnencapai 11.250 orang setiap tahunnya. Rata-rata setiap penyelarn rnelakukan 15 kali penyelarnan selarna berada di kawasan selarn atau total antara 110.000 sarnpai 225.000 penyelarnan setiap tahunnya.

Adapun dari wawancara dengan beberapa pekerja wisata, didapatkan inforrnasi bahwa kerusakan terbesar akibat penyelarn terjadi di lokasi selarn dengan tingkat penyelarnan tinggi seperti kerusakan karang akibat pernbuangan jangkar, tertabrak perahu dan penyelarn yang berdiri di a:as terurnbu karang. Kerusakan juga terjadi pada dinding karang sebagai akibat darnpak gelernbung oksigen penyelarn secara bzrkala.

Menurut sejurnlah pernandu wisata selarn, telah terjadi penurunan kualitas lingkungan berupa berkurangnya atau bahkan hilangnya spesies ikan karang dan penurunan persentase tutupan karang di tempat-tempat dengan tingkat kunjungan penyelarnan yang tinggi, ha1 tersebut ditenggarai sebagai akibat dari pernanfaatan yang berlebihan dari kegiatan penyelaman itu. Kejadian tersebut telah mernbenarkan pernyataan Dutton et. a1 (2004) bahwa peningkatan kegiatan rnanusia dalarn

(15)

pemanfaatan ekosistem terumbu karang dapat menyebabkan kerusakan pada ekosistern ini.

Dari data neraca sumberdaya terurnbu karang di Pulau Bunaken, terjadi penurunan kategori baik yang mencapai 20 % sedangkan kategori buruk rneningkat hingga 40 %. Hal tersebut tentunya telah rnernbenarkan bahwa di Pulau Bunaken yang rnerupakan lokasi dengan tingkat penyelaman tinggi telah terjadi penurunan kualitas sumberdaya terumbu karang. Hasil evaluasi yang dilakukan selarna 5 tahun tersebut tentunya telah menunjukan bahwa dampak dengan tingkat tertinggi yang terjadi di Pulau Bunaken adalah yang berhubungan dengan kegiatan penyelarnan. Untuk rnengantisipasi dampak tersebut, Setidaknya monitoring bisa rnenjadi alat yang sangat bermanfaat dalam mernahami kondisi suatu lokasi. Bagairnanapun tanggapan rnanajemen proaktif dan konsep

LAC

(batas perubahan yang dapat diterima) bisa dipergunakan untuk rnernbedakan darnpak yang dapat dikendalikan dan yang tidak terkendali (Oliver 1995, Rouphael dan lnglis 2002).

Kapasitas Daya Dukung Penyelaman di Pulau Bunaken

Hawkins dan Roberts (1997) rnerekomendasikan 5,000-6,000 penyelarnan/lokasi/tahun bisa digunakan untuk perkiraan kapasitas keseluruhan dari suatu wilayah yang dilindungi untuk rnendukung penyelaman rekreasi, tergantung pada banyaknya lokasi penyelaman yang tersedia. Dixon dkk (1993) mengusulkan arnbang batas 4,000- 6,000 penyelarnan/lokasi/tahun pada lokasi Bonaire (laut Caribbean).

Jika rnerujuk dari rekomendasi batas kapasitas penyeleman setiap tahunya pada kawasan-kawasan penyelarnan di atas, maka Pulau Bunaken bisa dikatakan telah rnelarnpaui batas daya dukung yang direkornendasikan. Dari data biaya rnasuk ke TN Bunaken 2001-2003 didapat sekitar 8000 penyelarnltahun yang rnelakukan aktifitas di TN Bunaken. Adapun angka tersebut belurn terrnasuk jumlah penyelaman yang tidak terdaftar pada DPTNB yang bisa mencapai 1000 penyelarnltahun, jadi diasumsikan bahwa aktifitas penyelaman di Taman Nasional Bunaken bisa rnencapai 90001tahun.

Menurut DeVantier and Turak (2003) Lebih dari 6000 penyelamltahun dilayani oleh operator selarn yang tersebar di sekitar lokasi Taman Nasional Bunaken, dengan setiap harinya berkisar 3 sampai 6 perahu beroperasi rnelayani penyelam yang ingin menikmati keindahan tarnan laut Bunaken. Jika 10.000 penyelam yang datang ke TN Bunaken melakukan 10 kali penyelaman di 15 titik penyelaman yang tersebar di P U ~ U Bunaken, maka terdapat 6.667 aktivitas penyelaman pada tiap lokasi per tahun.

(16)

Adapun ha1 tersebut sudah rnelarnpaui batas rekornendasi yang'diberikan Howkins and Robers yaitu 5.000-6.000 penyelaman/lokasi/tahun.

Hasil perhitungan kapasitas daya dukung dalarn ha1 ini batas perubahan yang bisa ditoleransi (LAC) khusus di Pulau Bunaken, terlihat bahwa jika terdapat 8.000 penyelam yang rnengunjungi Pulau Bunaken dan rnelakukan aktifitas penyelarnan sebanyak 15 kali di tiap dive point yang tersebar di Pulau tersebut, maka kapasitas toleransi penyelarnan akan terlarnpaui (8.000 penyelarnanldiverlsite). Sedangkan jika terdapat 20.000 penyelarn, maka kapasitas toleransi penyelarnan akan terlarnpau apabila tiap penyelam rata-rata rnelakukan penyelarnan sebanyak 10 kaii penyelaman selama berkunjung di Pulau Bunaken. Adapun keseluruhan kapasitas toleransi penyelarnan di Pulau Bunaken dapat dilahat pada Tabel 11.

Tabel 11 Kapasitas toleransi penyelarnan di Pulau Bunaken

Jumlah 5 penyelamanldiver 10 penyelamanldiver 15 penyelamanldiver Penyelaml

Tahun Total Per Lokasi Total Per site Total Per site

5.000 25.000 1.667 50.000 3.333 75.000 5.000

8.000 40.000 2.667 80.000 5.333 120.000 8.000

Sebagaimana informasi dari beberapa pengelola dive center dan para guide bahwa 15 lokasi dive poin yang tersebar di Pulau Bunaken (Gambar 12) merupakan lokasi yang paling sering di kunjungi oleh wisatawan yang rnelakukan penyelaman. Kondisi tersebut menunjukan bahwa penyelarnan yang dilakukan di Pulau Bunaken telah melebihi kapasitas daya dukung yang direkornendasikan untuk daerah-daerah penyelarnan dari tingkat kerusakan terurnbu karang minimal. Narnun, jika merujuk pada batas perubahan yang bisa diterirna (LAC) yang direkomendasikan kerusakan haruslah tidak melebihi 10% dari tingkat kerusakan alarni terurnbu karang (Stankey et. a/, 1985; Oliver, 1995) rnaka dari hasil evaluasi dengan neraca surnberdaya yang dilakukan menunjukan bahwa kerusakan yang terjadi di Pulau Bunaken adalah 5.37% yang berarti rnasih di bawah 10%.

(17)

Xmnnmn Mike's Poin

,'\/ C.*ni.,M

m nuilneaxw

Sachiko's Poin 0 UMIZ

m .fdan(iClM

Gambar 12 Peta sebaran dive poin di Pulau Bunaken

Bagaimanapun kecenderungan kunjungan penyelaman yang berpusat di Puiau Bunaken perlu di siasati oleh pengelola Taman Nasional Bunaken dengan menciptakan strategi yang tepat yang bisa menjadi solusi bagi keberlanjutan sumberdaya alam tersebut. Karena harus diingat bahwa wisata alam selain bisa menjadi alat berharga untuk kelestarian keanekaragaman hayati, juga bisa mempunyai dampak yang lama bagi lingkungan dan masyarakat lokal jika pengelolaannya kurang tepat (Kinnaird and O'Brien, 1996).

Solusi yang mungkin bisa dilakukan adalah pengembangan potensi daerah- daerah penyelaman lain yang berada di Taman Nasional Bunaken serta daerah sekitarnya seperti pulau Lembeh, sehingga penyebaran pengunjung bisa merata pada tiap-tiap lokasi penyelaman. Revisi zonasi untuk penyegaran lokasi zona-zona yang mempunyai tekanan pengunjung sangat tinggi mungkin perlu dilakukan untuk meningkatkan daya lenting ekosisitem tersebut, karena menurut Sumarwoto (2004) bahwa untuk sistem yang ingin kita pertahankan sifatnya, daya lenting yang tinggi adalah sifat yang baik meskipun disadari dalam suatu pengembangan kususnya kawasan wisata, daya lenting disadari tidak selalu dikehendaki.

Kerusakan Oleh Perahu Untuk Kegiatan Penyelaman

Dampak kerusakan yang disebabkan oleh perahu seperti yang diperlihatkan dalam gambar 13, baik yang terjadi karena pelemparan jangkar maupun benturan

(18)

pada karang sangatlah besar akibatnya bila dibandingkan dengan kerusakan yang disebabkan oleh penyelarn. Pengendalian atas pernbuangan sauh dan penggunaan tambatan yang lebih tepat akan sangat rnengurangi kerusakan fisik di kawasan selarn.

Untuk untuk rnerninirnalkan kerusakan terurnbu karang yang disebabkan oleh perahu, baik itu akibat dari pernbuangan sauh rnaupun benturan yang tejadi, rnaka pelatihan dan penegakan aturan untuk rneningkatkan kesadaran para pengernudi perahu sangatlah penting dilakukan. Sebagaimana pedornan pengernbangan wisata alarn di Tarnan Nasional yang rnernberikan arahan rekornendasi bahwa pernanfaatan Tarnan Nasional untuk wisata akan optimal apabila didukung oleh surnberdaya rnanusia yang rnerniliki kornpetensi (pengetahuan, ketrarnpilan, dan sikap) yang diperlukan sesuai dengan bidang pelayanannya (Direktorat Wisata Alarn dan Pernanfaatan Jasa Lingkungan, 2001).

Gambar 13 Kerusakan karang yang disebabkan oleh perahu.

Akomodasi pemondokan di Pulau Bunaken

Seiring rneningkatnya kunjungan wisata di Pulau Bunaken, telah rneningkatkan kebutuhan akan akornodasi pernondokan di pulau tersebut (garnbar 14). Kencenderungan pasar wisata tersebut tentunya telah rnernberikan tekanan terhadap keberadaan surnberdaya hayati dan ekosisiternnya, sebagaimana yang dikernukakan surnarwoto (2004) bahwa daya dukung lingkungan tidak akan cukup bila hanya dilihat dari sarana pelayanan wisatawan rnelainkan juga harus dari segi kernarnpuan lingkungan untuk rnendukung sarana tersebut yang tentunya rnenyangkut darnpak yang ditirnbulkan.

(19)

Sebagian besar jasa pemondokan yang berada di Pulau Bunaken tidak mempunyai sistem pembuangan air yang baik. Banyak unit pembuangan yang dekat dengan pantai dengan bahaya yang menyertainya seperti perembesanlpelepasan air ke Laut. Sebagian besar pemondokan dengan sistem pembuangannya hanya berjarak 10 hingga 20 meter dari pantai. Tentunya ha1 ini tidak mengindahkan kriteria standar sarana dan prasarana pengusahaan wisata alam yang dikeluarkan direktorat wisata alam dan pemanfatan jasa lingkungan (2001) yang mengatur tentang ketentuan- ketentuan dan pedoman teknis penyelenggaraan pengusahaan sarana dan prasarana wisata di zona pemanfaatan Taman Nasional.

Gambar 14 Pemondokan di Pulau Bunaken,

Adapun suatu yang menggembirakan bahwa sebagian besar pengelola pemondokan telah melakukan usaha yang cukup berarti dalam mengurangi dampak fisik terhadap terumbu karang yang ada di sekelilingnya dalam ha1 mengangkut tamu dan menurunkan barang-barang persediaan serta mengakses kawasan selam melalui jalur aman, sehingga mengurangi darnpak dan kerusakan yang lebih parah lagi terhadap terumbu karang. Dari informasi yang didapat bahwa pengelola pernondokan di Pulau Bunaken telah memberikan instruksi bagi para wisatawan tentang cara penyelaman yang baik serta jalur ke terumbu karang yang telah ditentukan oleh pengelola Taman Nasional.

(20)

5.6. Analisa Kekuatan Lapang

ldentifikasi Kekuatan Lapang

Analisisi Kekuatan Lapang yang merupakan kajian identifikasi permasalahan yang terjadi dari isu-isu lingkungan dan pengernbangan masyarakat serta dikernbangkan dalam bentuk kasus yang ditemukan dari permasalahan yang diduga bisa dan telah terjadi di Pulau Bunaken. ldentifikasi permasalahan tersebut telah dikernbangkan dari pendapat Rachwatono (1974) yang mengatakan bahwa rnasalah lingkungan hidup yang menjadi masalah dan perlu segera mendapat perhatian ialah antara lain : -perlindungan dan pengawetan alam, -pencemaran laut, -urbanisasi dan pengaruhnya pada pernukiman penduduk, dan -kerusakan tanah pertanian dan hutan.

Kesadaran pemerintah daerah Sulawesi Utara bahwa kualitas lingkungan hidup di daerah ini terus rnengalarni degradasi talah tertuang dalam RPJMD tahun 2005- 2010 sehingga perhatian yang lebih telah diberikan untuk rnengelola surnberdaya alam secara berkelanjutan serta melestarikan lingkungan hidup. ldentiikasi kekuatan lapang bertujuan untuk memberikan gambaran akan permasalahan lingkungan alam dan sosial yang terjadi di Pulau Bunaken, sehingga penanganan yang dini bisa dilakuan.

Hasil identifikasi kekuatan lapang telah ditabulasi dan hasilnya rnenunjukan bahwa kasus-kasus yang diternukan cukup signifikan terekarn di Pulau ini, dirnana prosentase pemunculan tiap-tiap isu diperlihatkan pada garnbar berikut :

Prosentasi Pernunculan lsyu Dalam

Identifikasi Kekuatan Lapang

lsyu

(21)

Isu Degradasi Lingkungan

Isu degradasi lingkungan dengan kasus degradasi hutan terungkap terjadi dengan 95 % responden rnengiyakan ha1 tersebut telah terjadi. Hal tersebut rnungkin saja terjadi karena rnaraknya penebangan pohon di Pulau tersebut yang peruntukannya untuk pernbangunan sarana penunjang wisata seperti yang dapat dilihat pada gambar 16, yang efeknya beragam dikemukakan oleh responden. Sebagian besar responden mengatakan bahwa efek yang dirasakan adalah erosi tanah dan kehilangan sumber air. Adapun penurunan kualitas air juga dirasakan sebagai akibat degradasi hutan sehingga air surnur rnenjadi payau dan kekurangan air bersih rnenjadi efek yang paling sering dirasakan terjadi.

Garnbar 16 Penebangan pohon di Pulau Bunaken.

Selain rnasalah degradasi hutan, isu degradasi lingkungan juga terlihat dari masalah rendahnya kualitas udara. Dari 60 responden yang dimintai keterangan, 30% rnengatakan telah terjadi penurunan kualitas udara yang ditandai dengan peningkatan polusi udara yang terutama disebabkan oleh arus teransportasi laut yang mencapai 40% terjadi. Ada sebagian responden dari 35% yang rnengatakan telah terjadi penurunan kualitas udara, rnengeluh bahwa arus transportasi telah rnengakibatkan tirnbulnya penyakit pernafasan.

Kasus lain yang terekarn dari rnasalah degradasi hutan adalah terjadinya polusi tanah. 90% responden rnengaku bahwa telah terjadi polusi tanah dengan indikasi rnenurnpuknya sarnpah dan kesuburan tanah menurun. Kenyataan tersebut rnendukung pernyataan Soernarwoto (2004) bahwa kerusakan hutan akan rnengakibatkan rusaknya tata air dan terjadi erosi tanah sehingga kesuburan tanah akan rnenurun. Hal tersebut diperparah lagi oleh terjadinya sedirnentasi dan erosi tanah yang berpengaruh pada mangrove dan terurnbu karang sehingga rnenirnbulkan

(22)

polusi air (90 %). Karena terumbu karang merupakan ekosistem yang rapuh sehingga pencemaran dapat mematikannya, dernikian juga erosi di daratan yang akan rnengakibatkan terbawanya lumpur ke laut. Dampak lain yang tercatat adalah penurunan kesuburan tanah sehingga produksi pertanian menjadi rendah yang menurut responden 90 % telah terjadi, ha1 ini disebabkan karena terjadi erosi yang mengakibatkan tanah lapisan teratas yang merupakan bagian tersubur tererosi. Adapun 95 % responden rnerasakan penurunan suplaildebit air sebagai akibat dari rnasalah kualitas tanah yang rendah. Prosentasi isu degradasi lingkungan secara keseluruhan diperlihatkan pada tabel 12.

Tabel 12 ldentifikasi isu degradasi lingkungan

Isu : Degradasi Lingkungan Prosentasi (%)

Masalah : Degradasi Hutan

Kasus : Penebangan Pohon Sembarang 95

Kasus : Penurunan Kualitas Air 95

Masalah : Kualitas Udara Rendah Kasus : Peningkatan Polusi Cldara Kasus : Pencemaran Oleh Transportasi

Kasus : Pencemaran Transportasi Sebabkan Penyakit Pernafasan Masalah : Kualitas Tanah Rendah

Kasus : Terjadi Polusi Tanah

Kasus ; Sedirnentasi dan Erosi Tanah pengaruhi Mangrove dan Terurnbu 90 Karang

Kasus : Erosi Tanah Sebabkan Polusi Air 75

Kasus : Penurunan Kesuburan Tanah Kasus : Produksi Pertanian Rendah

Kasus : DebitISuplai Air Berkurang 95

Isu Berkurangnya Sumberdaya

Disesuaikan dengan keadaan lokasi penelitian rnaka dari isu berkurangnya surnberdaya, yang dikembangkan adalah masalah berkurangnya surnberdaya flora dan fauna. Dari 60 responden yang diarnbil, dimana kesernuanya terdiri dari 2 desa yang terletak di Pulau Bunaken menunjukan bahwa 100 % responden setuju bahwa masalah berkurangnya sumberdaya flora dan fauna telah dirasakan terjadi di Pulau Bunaken. Masalah berkurangnya surnberdaya flora dan fauna di Pulau Bunaken

(23)

menurut sebagian besar responden, terindikasi oleh hilangnya spesieslikan yang saat ini sudah tidak ditemukan lagi di Pulau Bunaken (100 %).

Adapun penurunan hasil tangkap ikan juga menjadi salah satu intiikasi berkurangnya sumberdaya flora dan fauna, dimana 75 % responden merasakan ha1 tersebut. Hal ini bisa saja terjadi dengan penurunan kualitas sumberdaya terumbu karang dan mangrove yang 95 % terasakan sebagai efek dari kasus kehilangan keanekaragaman hayati. Sesuai fungsi alamiah ekosistem terumbu karang sebagai lingkungan hidup, pelindung fisik bagi pulau dan daratan, sumberdaya hayati dan surnber keindahan, terumbu karang menjadi tempat organisme berkembang dan berproduksi sehingga rusaknya ekosistem ini mengakibatkan keanekaragaman hayati berkuranglhilang. Terumbu karang berfungsi pula bagi organisme pendatang untuk mencari makan (feeding ground) dan tempat pembesaran (nursery ground) serta menjqdi tempat pemijahan (spawnfog ground) ataupun menjadi tempat bersembunyi bagi biota yang ada di terumbu itu sendiri maupun biota peruaya dari perairan sekitar (Sukarno, 1996). Hasil identifikasi isu berkurangnya sumberdaya, disajikan pada tabel 13.

Tabel 13 ldentifikasi isu berkurangnya sumberdaya

Isu : Berkurangnya Sunberdaya Prosentasi (%)

Masalah : Kehilangan Keanekaragaman Hayati 100

Kasus : Kehilangan keanekaragaman Hayati. 100

Efek : Kehilangan Spesiesllkan 100

Penurunan Hasil Tangkapan lkan 75

Kerusakan Terumbu Karang dan Mangrove 95

Isu Jingginya Pertumbuhan Penduduk

Dari isu tingginya pertumbuhan penduduk, masalah yang terkemukakan adalah tingginya pertumhuhan penduduk dan rendahnya ekonomi. Adapun terindikasikan bahwa tingkat pengangguran cukup tinggi dimana sekitar 70 % responden mengatakan ha1 tersebut dirasakan terjadi, dengan efek yang dirasakan berupa tingginya orang yang bermigrasi ke kota 40 % serta tingginya masalah sosial seperti kenakalan remaja yang terdeteksi 20 %. Sedangkan rendahnya ekonomi menyebabkan kualitas nutrisi menjadi rendah.

Sebagaimana isu pertumbuhan penduduk yang tinggi dengan permasalahan yang mengikutinya, namun indikasi-indikasi seperti protistusi, kurangnya kemampuan rnernbaca, tidak adanya keahlian kerja serta tingginya masalah sosial dan tingkat

(24)

kejahatan hanya terindikasi kecil terjadi dengan prosentasi 5-10 %. Permasalahan- permasalahan tersebut telah disadari oleh pemerintah Provinsi Sulawesi Utara yang dengan kepekaan yang tinggi menyadari bahwa apabila permasalahan-permasalahan tersebut tidak di ianggulangi dengan sungguh-sungguh akan berpotensi menimbulkan gejolak sosial (RPJMD 2005-2010). Untuk lebih jelasnya, identifikasi isu tingginya pertumbuhan penduduk tersaji pada tabel 14.

Tabel 14 ldentifikasi isu tingginya pertumbuhan penduduk

Isu : Tingginya Pertumbuhan Penduduk Prosentasi (%) Masalah ; Tingginya Pertumbuhan Penduduk dan Rendahnya Ekonomi 70

Kasus : Tingginya Tingkat Pengangguran 70

Efek

1. Migrasi ke kota

2. Kemampuan baca rendah dan keahlian kerja kurang 3. Tingkat kejahatan dan masalah sosial tinggi

4. Tingginya rnasalah sosial seperti kenakalan remaja

5. Prostitusi 5

Isu Status Wanifa dan Perlindungan Anak

Dari isu status wanita dan perlindungan anak, telah dikemukakan 2 masalah yang diduga mungkin bisa terjadi di Pulau Bunaken. Kedua rnasalah yang dikernukakan adalah masalah rendahnya status wanita dan tidak adanya perlindungan terhadap kesejahteraan anak, dirnana kedua masalah tersebut saat ini sangat rarnai dibicarakan di Indonesia.

Dari 60 eksemplar kuisioner yang dibagikan, masalah rendahnya status wanita ternyata teridentifikasi hanya 20 % sehingga dapat dikatakan masalah gender belurn terekam secara signifikan di Pulau Bunaken, sehingga bisa dikatakan bahwa kesadaran akan pentingnya peran wanita dalam pernbangunan ekonomi dan sosial sernakin rnendapat perhatian terutarna wanita-wanita yang hidup dibawah garis kerniskinan (Mitchell dkk, 2003). Sebagairnana hasil yang didapat, rnenunjukan bahwa wanita sudah mempunyai kesernpatan untuk rnendapatkan pendidikan yang setara dengan pria. Adapun dalam pengarnbilan keputusan di desa wanita sudah dilibatkan, begitupun dalarn pengarnbilan keputusan di dalarn keluarga sehingga bias gender dalarn politik kemasyarakatan yang rnenyebabkan peran wanita dalarn status quo mulai teratasi namun demikian, wanita terindikasi kurang aktif secara politis dalam isu-

(25)

isu lingkungan dibanding pria. Sedangkan untuk kasus rendahnya tingkat pendidikan wanita, rnasih sebesar 50 % responden rnengiyakan ha1 tersebut terjadi (tabel 15). Adapun indikasi yang dirasakan dari kasus rendahnya status wanita adalah rnasih kurangnya kepekaan wanita terhadap lingkungan (45%), narnun rnenurut Mitchell dkk (2003) wanita lebih rnernpunyai perhatian dari pada pria terhadap isu-isu lingkungan lokal yang rnernpunyai potensi bencana bagi rnasyarakat. Dalam RPJMD tahun 2005- 2010 dilaporkan bahwa indeks pernbangunan gender Provinsi Sulawesi Utara adalah 62,lO dirnana tercatat sebagai peringkat 4 nasional dengan indeks pernberdayaan gender 55'10 yang rnerupakan peringkat ke 6 nasional.

Tabel 15 ldentifikasi isu status wanita dan perlindungan anak

Isu : Status Wanita dan Perlindungan Anak Prosentasi (%)

Masalah : Rendahnya Status Wanita 50

Kasus : Nilai Tradisi dan Budaya

Efek :I. Kurangnya kesempatan sekolah wanita

2. Pelayanan kesehatan tidak memadai 20

3. Wanita tidak terlibat dalam pengambilan keputusan di desa

4. Wanita tidak terlibat dalam pengambilan keputusan di keluarga 5

Kasus : Rendahnya Tingkat Pendidikan Wanita 50 Efek ; 1. Kurang kesadaran untuk merawat kesehatan 5

2. Tidak ada kepekaan terhadap masalah lingkungan 45 Masalah ; Tidak Adanya Perlindungan Terhadap kesejahteraan Anak 80 Kasus : Pekerja Anak dibawah Umur

Kasus : Prostitusi Anak

Kasus : Prasarana dan Sarana Pendidikan Bagi Anak Tidak Memadai 80 Kasus : Pelayanan Kesehatan Anak Tidak Memadai 80

Pada rnasalah tidak adanya perlindungan terhadap kesejahteraan anak, teridentifikasi 80 % terjadi. Sebagian besar responden rnengindikasikan ha1 ini terjadi karena rninirnnya prasarana dan sarana pendidikan untuk anak. Hal lain yang terjadi adalah sangat dirasakan kurangnya pelayanan kesehatan untuk anak kalaupun ada, dirasakan tidak cukup rnernadai. Narnun ha1 tersebut di atas tidak diikuti oleh adanya pekerja anak di bawah urnur atau yang lebih ekstrirn lagi prostitusi anak (tabel 15).

(26)

Isu Pelayanan dan Perawatan Kesehatan

Sebagaimana isu-isu lain yang telah dibahas terdahulu, isu pelayanan kesehatan terpilih dan dianggap cocok diidentifikasi pada Pulau Bunaken. Adapun perrnasalahan yang diangkat dari isu ini adalah rendahnya perawatan kesehatan sehingga dari kasus-kasus yang dikemukakan dalam kuisioner,

100

% responden rnengatakan bahwa tenaga medis yang ada dirasakan masih sangat kurang juga dirasakan fasilitas kesehatan yang ada tidak memadai (tabel

16).

Kondisi ini rnenandakan bahwa tidak adanya integrasi program kesehatan dan pelayanan kesehatan di Pulau Bunaken.

Tabel

16

ldentifikasi isu pelayznan dan perawatan kesehatan

Isu : Pelayanan dan Perawatan Kesehatan Prosentasi ( % )

Masalah : Rendahnya Pelayanan Kesehatan

100

Kasus : Tidak Adanya lntegrasi Program Perawatan Kesehatan dan

100

Pelayanan Kesehatan

Efek :

1.

Fasilitas kesehatan tidak mernadai

65

2. iiurangnya tenaga rnedis

45

3. Kurangnya penyuluhan kesehatan

Kasus : Kurangnya Pelayanan Kesehatan Keluarga

Efek

:I.

Kurangnya perhatian ibu terhadap kesehatan anak

2. Terjadi kekurangan gisi

5

3. Tidak adanya pencegahan penyekit masyarakat seperti malaria,

10

diare, hepatitis. HIVIAIDS

4.

Tidak adanya pengetahuan hak dan kesejahteraan wanita dan

anak

10

5. Rendahnya kepekaan terhadap lingkungan

40

Sedangkan untuk kasus yang lebih kusus lagi mengenai pelayanan kesehatan keluarga sudah cukup baik dilakukan, sehingga hanya

50

% responden yang rnengeluhkan ha1 ini (tabel

16).

Indikasi-indikasi seperti kurangnya perhatian ibu terhadap kesehatan anak, terjadinya kekurangan gisi, serta tidak adanya program keluarga berencana menurut sebagian besar'responden, sudah tidak terjadi lagi di Pulau ini

Isu Management Wisata

Mengenai isu management wisata, sesuai dengan daftar isian analisis kekuatan lapang telah dikernukakan rnasalah tentang inefisiensi pengelolaan fasilitas dan

(27)

pelayanan wisata. Sebagaimana rnasalah yang dikemukakan, maka didapat 71.66 % responden rnengatakan masalah inefisiensi pengelolaan fasilitas dan pelayanan wisata telah terjadi di Pulau Bunaken (tabel 17).

Salah satu kasus yang ditanyakan dalam wawancara adalah tidak adanya tujuan wisata yang berkualitas, berintegrasi dan beraneka ragarn yang ramah lingkungan. Sebagian besar responden (dari 71.66 %) yang ditanya rnengenai kasus ini, rnengindikasikan ha1 tersebut terjadi karena pengelolaan sampah di daerah wisata dirasakan belum memadai sehingga terjadi polusi pada badan-badan air.

Tabel 17 ldentifikasi isu rnanajernen wisata

Isu : Management Wisata Prosentasi

Masalah

:

lnefisiensi Pengelolaan fasilitas dan pelayanan wisata 90 Kasus : Tidak adanya tujuan wisata yang berkualitas, berintegrasi dan 75

beranekaragam yang rarnah lingkungan.

Efek : 1. Pengelolaan sampah dan air buangan wisata tidak rnemadai 55 2. Aktivitas wisata rnenyebabkan polusi badan-badan air 35 3, Aktivitas wisata rnerusak struktur tanah 40

Kasus : Aktivitas wisata rnerusak lingkungan 60

Efek : 1. Kurangnya kesadaran antara guide dan turis untuk rnenjaga dan 40 rnencintai lingkungan

2. Kerusakan sosial budaya dan sejarah 45

Kasus : Wisata melebihi daya dukung lingkungan Efek : 1. Gangguan terhadap infrastruktur

2. Berkurangnya hasil tangkapan ikan 55

Kasus : Kurangnya studi tentang dampak lingkungan sebelurn 75 pengembangan

Efek : 1. Sarana dan prasarana wisata dibangun pada daerah yang tidak 35 sesuai.

2.Aktifvitas wisaia menyebabkan peningkatan harga bahan

pangan dan komoditas. 65

Program pengembangan wisata juga dirasakan oleh 71.66 % responden merusak lingkungan yang salah satu penyebabnya adalah kurangnya kesadaran antara guide dan turis untuk menjaga dan rnencintai lingkungan (tabel 17). Adapun kurangnya usaha dari pengelola untuk proteksi budaya dan konservasi lingkungan rnenjadi salah satu penyebab kasus tersebut terjadi

(28)

Sedangkan pada kasus program wisata telah rnelebihi daya dukung lingkungan, juga menjadi kasus yang sering rnuncul dari isu management wisata. Adapun indikasi yang rnuncul dari hasil tabulsi kuisioner yang dibagikan adalah berupa sernakin berkurangnya hasil tangkapan ikan oleh nelayan di sekitar pulau tersebut. Analisis Kekuatan Lapang

Dari hasil identifikasi kekuatan lapang, maka didapatkan langkah-langkah strategis yang dapat dilakukan untuk rnengantisipasi rnasalah-rnasalah yang teridentifikasi serta rnenentukan target group yang bertanggung-jawab dan dapat rnenyelesaikan rnasalah-rnasalah tersebut. Penentuan pendarnping juga telah dilakukan sebagairnana yang direkornendasikan dalarn framework for integration yang dikeluarkan oleh UNESCO dan dikernbangkan dalarn Analisis Kekuatan Lapang. Adapun rekomendasi hasil dari analisis tersebut adalah sebagai berikut :

ISU Degradasi Lingkungan

Pada rnasalah degradasi hutan dengan kasus penebangan pohon sernbarang, strategi, irnplernentasilaksi yang direkornendasikan adalah :

-

Analisis kebijakan yg berlaku

-

Pernbuatan dan penegakan hukurn

-

Pengembangan partisipasilaksi rnasyarakat

-

Pelatihan dari pelatih untuk capacity building

-

Mengernbangkan dari bahan-bahan pelajaran (multimedia)

-

Mengurnpulkan, berbagi dan rnenyebarkan inforrnasi

-

lntegrasikan dengan kurikulurn sekolah

-

Transfer teknologi

-

Mernbangun jaringan

Sedangkan target group untuk rnengatasi perrnasalah yang teridentifikasi adalah :

-

Pernbuat keputusan

-

Ahli pertanian

-

Ahli hutan

-

Masyarakat

-

Sektor bisnis

-

Media

(29)

Pada masalah kualitas air rendah dengan kasus polusi air, strategi, implementasilaksi yang direkomendasikan adalah :

-

Analisis keblakan yang ada

-

Pembuatan dan penegakan hukum

-

Kembangkan partisipasilaksi masyarakat

-

lntergrasikan dengan kurikulum sekolah

-

Pelatihan dari pelatih untuk capacity building

-

Mengembangkan dari bahan-bahan pelajaran (multi-media)

-

Mengumpulkan, berbagi dan menyebarkan informasi

-

Transfer teknologi

-

Membangun jaringan

Sedangkan target group untuk mengatasi perrnasalah yang teridentifikasi adalah :

-

Pengambil keputusan

-

Pekerja di bidang air

-

Ahli biologi

-

Sekolah

Pada masalah kualitas udara rendah dengan kasus peningkatan polusi udara, strategi, implementasilaksi yang direkomendasikan adalah :

-

Penilaian kebijakan sebelum degradasi lingkungan dan ekonomi terjadi

-

Kembangkan partisipasilaksi masyarakat

-

lntergrasikan dengan kurikulum sekolah

-

Pelatihan dari pelatih untuk capacity building

-

Mengembangkan dari bahan-bahan pelajaran (multi-media)

-

Mengumpulkan, berbagi dan menyebarkan informasi

-

Transfer teknologi

-

Membangun jaringan

Sedangkan target group untuk rnengatasi perrnasalah yang teridentifikasi adalah :

-

Pengambil keputusan

-

Peyelenggara lalulintas dan transportasi

-

Media

(30)

Pada masalah rendahnya kualitas tanah dengan kasus polusi tanah, strategi, implernentasilaksi yang direkomendasikan adalah :

-

Analisis kebijakan yang ada

-

Pernbuatan dan penegakan hukum

-

Kernbangkan partisipasilaksi masyarakat

-

lntergrasikan dengan kurikulurn sekolah

-

Pelatihan dari pelatih untuk capacity building

-

Mengembangkan dari bahan-bahan pelajaran (multimedia)

-

Mengumpulkan, berbagi dan menyebarkan informasi

-

Transfer teknologi

-

Membangun jaringan

Sedangkan target group untuk rnengatasi permasalah yang teridentifikasi adalah :

-

Pengambil keputusan

-

Pengusaha

-

Petani

-

Pekerja bidang pertanian

-

Media

-

Sekolah

ISU : Berkurangnya Sumberdaya

Pada masalah berkurangnya sumberdaya flora dan fauna dengan kasus kehilangan KEHATI, strategi, implementasilaksi yang direkomendasikan adalah :

-

Analisis kebijakan yg berlaku

-

Pembuatan dan penegakan hukum

-

Pengembangan partisipasilaksi rnasyarakat

-

Pelatihan dari pelatih untuk capacity building

-

Mengernbangkan dari bahan-bahan pelajaran (multi-media)

-

Mengurnpulkan, berbagi dan rnenyebarkan inforrnasi

-

lntegrasikan dengan kurikulum sekolah

-

Transfer teknologi

-

Mernbangun jaringan

Sedangkan target group untuk rnengatasi perrnasalah yang teridentifikasi adalah :

(31)

-

Ahli biologi

-

Ahli hutan

-

Masyarakat

-

Kelompok-kelornpok masyarakat

-

Media

-

Sekolah

Isu

:

Tingginya Perturnbuhan Penduduk

Pada rnasalah tingginya perturnbuhan penduduk dan rendahnya ekonomi dengan kasus tingkat pengangguran tinggi, strategi, IrnplementasiIAksi yang direkornendasikan adalah :

-

Analisis kebijakan yg berlaku

-

Pembuatan dan penegakan hukurn

-

Pengembangan partisipasilaksi masyarakat

-

Pelatihan dari pelatih untuk

capacity building

-

Mengembangkan dari bahan-bahan pelajaran (multi-media)

-

Mengumpulkan, berbagi dan menyebarkan inforrnasi

-

lntegrasikan dengan kurikulum sekolah

-

Transfer teknologi

-

Membangun jaringan

Sedangkan tzrget group untuk mengatasi permasalah yang teridentifikasi adalah :

-

Pembuat keputusan

-

AksilKomunitas pekerja

-

Pekerja-pekerja sosial

-

Masyarakat urnurn

-

Pekerja kesehatan

-

Guru dan pengajar

Isu : Sfafus Wanita dan Perlindungan Anak

Pada masalah rendahnya status wanita dengan kasus nilai tradisional dan budaya, strategi, implementasilaksi yang direkomendasikan adalah :

- Analisis kebijakan yg berlaku - Pernbuatan dan penegakan hukurn

(32)

-

Pelatihan dari pelatih untuk capacity building

-

Mengernbangkan dari bahan-bahan pelajaran (multi-media)

-

Mengurnpulkan, berbagi dan menyebarkan inforrnasi

-

lntegrasikan dengan kurikulurn sekolah

-

Transfer teknologi

-

Mernbangun jaringan

Sedangkan target group untuk mengatasi permasalah yang teridentifikasi adalah :

-

Pembuat keputusan

-

Perernpuan, para ibu

-

Kelornpok-kelornpok masyarakat

-

Pelajar

-

Guru

-

Masyarakat urnurn

Pada rnasalah rnasalah kurangnya perlindungan kesejahteraan anak dengan kasus pekerja anak di bawah urnur, prostitusi anak, tidak mernadainya prasarana dan sarana pendidikan bagi anak serta tidak rnernadainya pelayanan kesehatan anak, strategi, irnplernentasilaksi yang direkornendasikan adalah

:

-

Analisis kebuakan yang ada

-

Pernbuatan dan penegakan hukurn

-

Kernbangkan partisipasilaksi rnasyarakat

-

lntergrasikan dengan kurikulurn sekolah

-

Pelatihan dari pelatih untuk capacity building

-

Mengernbangkan dari bahan-bahan pelajaran (multi-media)

-

Mengurnpulkan, berbagi dan menyebarkan informasi

-

Transfer teknologi

-

Mernbangun jaringan

Sedangkan target group untuk mengatasi perrnasalah yang teridentifikasi adalah :

-

Pengarnbil keputusan

-

Orang tua

-

Perkurnpulan dan pekerja kesehatan

-

Media

-

Sekolah

(33)

-

Guru

-

Pengelola

Isu : Pelayanan dan Perawatan Kesehatan

Pada masalah perawatan kesehatan rendah dengan kasus tidak adanya integrasi program perawatan kesehatan dan pelayanan kesehatan, strategi, implementasilaksi yang direkomendasikan adalah :

-

Analisis kebijakan yg berlaku

-

Pernbuatan dan penegakan hukum

-

Pengembangan partisipasilaksi masyarakat

-

Pelatihan dari pelatih untuk capacity building

-

Mengembangkan dari bahan-bahan pelajaran (multi-media)

-

Mengurnpulkan, berbagi dan menyebarkan informasi

-

lntegrasikan dengan kurikulum sekolah

-

Transfer teknologi

-

Membangun jaringan

Sedangkan target group untuk mengatasi perrnasalah yang teridentifikasi adalah :

-

Para Suami

-

Komunitas pekerja bidang kesehatan

-

Media

-

Pelajar

-

Guru

-

Pengelola

-

Masyarakat urnum

Isu : Management Wisata

Pada masalah tidak efisiensinya pengelolaan fasilitas dan pelayanan wisata dengan kasus program pengernbengan wisata rnerusak lingkungan, rnelebihi daya dukung lingkungan serta kurangnya tujuan wisata berkualitas, berintegrasi dan beraneka ragam yang rarnah lingkungan, strategi iinplernentasilaksi yang direkomendasikan adalah :

-

Analisis kebijakan yang berlaku

-

Pernbuatan dan penegakan hukurn

-

Pengernbangan partisipasilaksi rnasyarakat

(34)

-

Mengernbangkan dari bahan-bahan pelajaran (multi-media)

-

Mengurnpulkan, berbagi dan menyebarkan inforrnasi

-

lntegrasikan dengan kurikulurn sekolah

-

Transfer teknologi

-

Mernbangun jaringan

Sedangkan target group untuk mengatasi permasalah yang teridentifikasi adalah :

-

Wisatawan

-

Penyalur pernandu wisata

-

Pengusaha

-

Publik urnurn

-

Kontraktor bangunan

-

Pelajar

-

Guru

-

Pengelola

5.7. Analisis SWOT Pengembangan Wisata Di Pulau Bunaken

Dari hasil pengamatan di lapangan dan analisis data, rnaka dapat diketahui berbagai potensi dan perrnasalahan dalarn pernanfaatan ekosistem terurnbu karang di Pulau Bunaken. Dengan rnenganalisis potensi dan perrnasalahan tersebut rnaka dapat digunakan untuk mengidentifikasi variabel-variabel SWOT yang dapat dirnanfaatkan untuk menentukan strategi pengelolaan wisata.

Kekuatan

Unsur-unsur kekuatan yang terekarn dari wawancara dengan responden dalarn analisis ini antara lain:

1. Potensi terurnbu karang

Pulau Bunaken merniliki potensi terurnbu karany yang sangat indah dan saat ini telah rnenjadi daya tarik yang rnarnpu rnendatangkan wisatawan dari dalarn maupun luar negeri. Keindahan terurnbu karang ini beserta biota yang berasosiasi di dalarnnya rnerupakan aset yang sangat berharga dan pada saat ini telah rnenjadi atraksi utarna wisata di Pulau Bunaken. Sudah selayaknyalah ha1 tersebut rnenjadi unsur kekuatan utarna dari pulai ini.

2. Penduduk yang sudah lama tinggal

Rata-rata penduduk di Pulau Bunaken adalah penduduk yang sudah lama tinggal bahkan sejak rnereka lahir sehingga rasa kepernilikannya terhadap surnberdaya

(35)

alarn akan rnenjadi lebih besar. Dengan besarnya rasa kepernilikan, rnaka akan sernakin besar pula kesadaran rnasyarakat untuk turut rnernelihara berbagai aset surnberdaya alarn dan budaya yang rnereka rniliki. Hal ini dapat rnenjadi sebuah kekuatan yang dapat dirnanfaatkan seoptirnal rnungkin.

3. Potensi budaya rnasyarakat

Budaya gotong-royong yang rnasih terpelihara baik pada rnasyarakat Pulau Bunaken rnerupakan suatu unsur kekuatan yang dapat di rnaksirnalkan dan diandalkan pulau ini. Selain itu keadaan desa yang sejuk dan arnan yang ditunjang oleh sifat rnasyarakat yang rarnah dan terbuka pada pendatang (wisatawan) rnerupakan unsur kekuatan yang lain yang bisa diandalkan pulau ini.

4. Sarana dan prasarana

Ketersediaan sarana dan prasarana yang cukup baik adalah salah satu kekuatan pulau ini. Hal tersebut dapat dilihat dari ketersediaan gedung sekolah sebanyak 8 unit dan sarana kesehatan berupa puskesrnas pernbantu. Pada setiap desa telah rnerniliki pusat informasi yang dapat di akses oleh setiap pengunjung. Adapun sarana jalan yang rnenghubungkan rumah-rumah dan fasilitas lainnya sudah cukup baik tersedia. Sarana penunjang wisata sudah tersedia berupa pernondokan- pernodokan dan pintu gerbang rnasuk kawasan Tarnan Nasional Bunaken yang tentunya rnenjadi salah satu unsur kekuatan pulau ini.

Kelemahan

Unsur-unsur kelernahan dalarn analisis ini antara lain: kurangnya keterarnpilan rnasyarakat dalarn bidang wisata dan kurangnya modal untuk ikut terlibat dalarn kegiatan wisata.

1. Kurangnya keterarnpilan rnasyarakat dalarn bidang wisata

Kegiatan wisata rnernang diharapkan akan dapat rnendatangkan berbagai lapangan pekerjaan yang lebih baik. Narnun bila keterarnpilan dalarn bidang wisata kurang rnernadai, rnaka pekejaan yang rnungkin dijalankan hanyalah sebagai buruh atau pedagang. Pendidikan forrnal rnasyarakat Pulau Bunaken mernang cukup tinggi narnun sangat sedikit yang secara forrnal rnenekuni bidang wisata. Hal ini rnenjadi salah satu kendala karena untuk ikut terlibat dalarn kegiatan industri wisata yang besar, dibutuhkan kualifikasi tertentu terutarna kernarnpuan berbahasa asing yang baik.

(36)

2. Kurangnya modal

Sebagian besar masyarakat setuju bahwa peluang wisata di pulau ini sangat baik namun keterbatasan modal mengakibatkan masyarakat kurang bisa melibatkan diri memanfaatkan potensi dan peluang yang ada. Dukungan modal tentunya sangat diharapkan oleh masyarakat untuk bisa secara maksimal menangkap peluang dibidang wisata tersebut.

Peluang

Unsur-unsur peluang dalam analisis ini antara lain adalah terserapnya tenaga kerja di bidang wisata serta berkernbangnya kegiatan wisata bahari.

1. Peluang kerja

Dengan semakin berkembangnya kegiatan wisata di Pulau Bunaken akan membuka peluang kerja bagi masyarakat di pulau ini dengan demikian diharapkan perekonomian mayarakat akan semakin rneningkat. Selain itu masyarakat dapat menjual kerajinan tangan berupa sovenir pada wisatawan yang berkunjung.

2. Aksesibilitas

Mudahnya akses ke Pulau Bunaken dengan ketersediaan transportasi yang cukup baik dan dkunjang oleh iklirn laut yang relatif aman sepanjang tahun merupakan peluang yang bisa andalakan pulau ini. Tentunya kemudahan akses ini dapat mendatangkan banyak keuntungan seperti rnudahnya wisatawan berkunjung ke pulau ini untuk melakukan kegiatan wisata.

Ancaman

Unsur-unsur ancaman dalam analisis ini antara lain berupa terjadinya degradasi ekosistem terumbu karang akibat kegiatan wisata serta pengaruh kebudayaan luar. 1. Degradasi terumbu karang

Dan segi ekonomi, kegiatan wisata bahari memang mampu mernberikan berbagai keuntungan. Namun kegiatan ini juga rnendatangkan berbagai ancaman seperti terjadinya degradasi terumbu karang. Pernanfaatan sumbeidaya yang kurang rnengindahkan faktor daya dukung surnberdaya tersebut dapat menyebabkan penurunan kualitas atau bahkan musnahnya surnberdaya tersebut. Hal tersebut rnenjadi unsur ancaman yang sangat serius yang teridentifikasi. Bila kegiatan wisata bahari dilakukan dengan tidak bertanggung-jawab akan menyebabkan kehancuran ekosistem terumbu karang. Kehilangan surnberdaya sang menjadi potensi utarna atraksi wisata unggulan pulau ini akan rnernatikan kegiatan wisata itu sendiri.

(37)

2. Pengaruh budaya pendatang

Kunjungan wisata yang meningkat tidak saja dapat rnendatangkan keuntungan bagi rnasyarakat sekitar, narnun juga bisa rnendatangkan dampak-dampak yang dapat rnerusak tatanan budaya masyarakat setempat. Faktor ancaman degradasi budaya tentunya merupakan sesuatu yang paling mungkin terjadi, sehingga proteksi kepada masyarakat terhadap budaya asing yang masuk perlu dilakukan.

Hasil identifikasi unsur-unsur SWOT di atas kemudian diberi bobot dan ranking sehingga akan diperoleh skor untuk selanjutnya ditabulasi agar mempermudah pengolahan hasil. Pada masing-masing kategori (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman), nilai bobot yang diperoleh harus berjumlah 1 dimana nilai yang terbesar berarti merupakan ha1 yang paling utama dari setiap kategori. Sedangkan ranking yang diberikan berkisar antara 1 hingga 4 dimana ranking 1 berarti merupakan unsur yang paling tidak mernpengaruhi dan ranking 4 berarti merupakan unsur yang paling mernpengaruhi. ldentifikasi dan penilaian yang dilakukan disajikan pada tabel 18. Tabel 18 ldentifikasi dan penilaian SWOT

Kode ldentifikasi Bobot Jenjang Skor

Kekuatan

K1 Potensi terumbu karang 0,33 4 1,32

K2 Penduduk yang telah lama tinggal 0.25 3 0,75

K3 Potensi budaya masyarakat 0,17 2 0,34

K4 Sarana dan prasarana 0,25 3 0,75

Kelernahan

L1 Kurangnya keterarnpilan di bidang wisata 0,60 3 1,80

L2 Kurangnya modal 0,40 2 0,80

Peluang

P 1 Peluang kerja 0,60 3 1,80

P2 Aksesibilitas 0.40 2 0.80

Ancarnan

A1 Degradasi terumbu karang 0,66 4 2,64

A2 Fengaruh budaya pendatang 0,33 2 0,66

Setelah setiap unsur-unsur SWOT diberikan skor, kernudian unsur-unsur tersebut dihubungkan keterkaitannya untuk rnemperoleh beberapa alternatif strategi

(38)

pengelolaan yang mugkin sesuai untuk diterapkan di lokasi penelitian. Strategi- strategi tersebut yaitu strategi yang rnernanfaatkan seluruh kekuatan untuk rnerebut dan rnernanfaatkan peluang yang sebesar-besarnya (strategi KP), strategi rnerninirnalkan kelernaan untuk rnernanfaatkan peluang (strategi LP), strategi yang rnenggunakan kekuaian untuk rnengatasi ancarnan (strategi KA) dan strategi yang rnerninirnalkan kelernshan dan rnenghindari ancarnan (strategi LA). Matrik hasil analisis SWOT disajikm pada tabel 19.

Tabel 19 Matrik hasil awlisis SWOT

Kekuatan Kelernahan

Peluang KPI (KI, K2, K3, K4, P I )

KP2 (KI, K4, P2) LP(L1, L2, P I ) Ancamar: KAI(, K2.K4. A l )

KA2(,K2,A2) LA(L1, A l )

Strategi-strate; pada Tabel di atas kernudian dijurnlahkan skornya untuk menghasilkan urutan xioritas pengelolaan. Strategi pengelolaan dengan jurnlah skor yang paling tinggi me-ipakan strategi yang paling diprioritaskan untuk dilaksanakan. Penentuan jenjang D-oritas strategi pengelolaan selengkapnya dapat di lihat pada tabel 20.

Tabel 20 Jenjang pnrrias strategi pengelolaan

No Unsur SWOT Keterkaitan Jurnlah Skor Jenjang I Strategi KP 1 KPI K1, K2, K3.K4, P I 4.96 1 2 KP2 K1, K4, P2 2.46 5 II Strategi LP 1 LP LI.L2, P I 4.40 3 Ill Strategi KA 1 KA1 K2, K4,Al 4.14 4 2 KA2 K2,A2 1.41 6 IV Strategi LA 1 LA L1 .A1 4.44 2

Dari hasil ar;+sis kornponen SWOT maka dihasilkan 6 strategi yang bisa dilakukan untuk rnerr.xsirnalkan potensi wisata yang berbasiskan rnasyarakat di Pulau

Gambar

Tabel 5  Profil  Desa  Alungbanua
Tabel 6  Profil Desa Bunaken  Keadaan  Keterangan  Luas Desa  Penduduk  Kepadatan  Kepala keluarga  Etnik  Mata pencaharian  Kristen Protestan  Kristen Katolik  Islam  Gereja  Mesjid 1 Musholah  TK  SD  SMP  SMU  Lulusan SD  Lulusan SMP  Lulusan SMU  Pergu
Gambar  6  Peta kondisi terumbu karang di Pulau Bunaken
Gambar  8  Kriteria tutupan karang di Desa Bunaken  5.2.  Kunjungan Wisata
+7

Referensi

Dokumen terkait

• Sumber daya perusahaan mengubah aliran informasi di dalam dan antara organisasi bisnis , karena sebuah sistem informasi antarorganisasi (IOS) menggunakan teknologi jaringan

menggunakan pendekatan kajian Sosiologi Sastra dalam menemukan unsur poskolonial GDODP QRYHO ³0DWDKDUL 7HUELW GL 8WDUD´ NDU\D 'HDQ -RH .DODOR 0HQXUXW :HOOHN GDQ Warren, dalam (Pua

Segala puji hanya bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga pada kesempatan kali ini penulis

Ketinggian yang paling rendah adalah bagian yang paling hangat dari troposfer, karena permukaan bumi menyerap radiasi panas dari matahari dan menyalurkan panasnya

Dari hasil uji coba yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa ekstraksi topik dengan menggunakan hypergraph partitioning metode k-way spectral clustering menghasilkan nilai

Hal ini juga ditandai oleh persaingan di dunia bisnis yang semakin ketat, mulai dari perusahaan-perusahaan besar ,perusahaan menengah hingga perusahaan

 Petrosea  (PTRO)  Tebar  Dividen  US$4,50  Juta.  Emiten  jasa  tambang  PT  Petrosea  Tbk.  (PTRO) 

Hal yang perlu diperhatikan pada hasil pengelasan adalah tegangan sisa, karena pada pengelasan terjadi tegangan thermal karena perbedaan suhu antara logam induk