• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah UMKM di Kota Bandung Berdasarkan Jenis Usaha

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah UMKM di Kota Bandung Berdasarkan Jenis Usaha"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Tinjauan objek penelitian yang penulis lakukan adalah usaha mikro, kecil dan menengah di Kota Bandung. Usaha Mikro Kecil dan Menengah merupakan istilah yang mengacu ke jenis usaha mikro yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandung merupakan salah satu perangkat daerah pemerintah Kota sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 05 Tahun 2001 tentang pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kota Bandung, memiliki tugas pokok dan fungsi sebagaimana diatur dalam Keputusan WaliKota Bandung Nomor 327 tahun 2001 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Satuan Organisasi Dinas Daerah (Bandung.go.id, 2011).

Perkembangan pendudukan Kota Bandung selama ini menunjukkan peningkatan, pada tahun 2010 sebanyak 2.394.873 jiwa dan meningkat menjadi 2.412.148 jiwa pada tahun 2011, sehingga laju pertumbuhan penduduk Kota bandung pada tahun 2011 mencapai 1,10%, dan angkatan kerja yang berada di Kota Bandung pada tahun 2010 tercatat sebanyak 1.079.477 tenaga kerja, meningkat menjadi 1.129.744 tenaga kerja pada tahun 2011, pada tahun 2011 sebanyak 89.7% tenaga kerja memiliki pekerjaan dan sisanya 10,34% masih menganggur, namun tingkat pengangguran Kota Bandung mengalami penurunan cukup tinggi selama periode 2010-2011 yaitu 12,17% pada tahun 2010 menjadi 10,34% di tahun 2011 (Bandung.go.id, 2012).

Jumlah UKM di Kota Bandung, pada 2010 dengan jumlah wirausaha yang ditargetkan 3.388 orang, realisasinya bisa mencapai 4.221 (0,17% dari jumlah penduduk). Sementara itu, pada tahun 2011 ditargetkan 3.727 realisasinya 4.425 (0,18% dari jumlah penduduk) ( Kadinbandung.org, 2012).

Berikut jumlah UMKM di Kota Bandung sampai dengan tahun 2011 berdasarkan jenis usaha di Kota Bandung, dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1

Jumlah UMKM di Kota Bandung Berdasarkan Jenis Usaha

Jenis Usaha Jumlah

Usaha Mikro 3.723

Usaha Kecil 411

Usaha Menengah 291

Total Jenis Usaha 4.425

Sumber : Dinas Koperasi UMKM dan PERINDAG Kota Bandung, 2013

Berikut jumlah UMKM di Kota Bandung sampai dengan tahun 2011 berdasarkan per-kecamatan dan gender wirausaha di Kota Bandung, dapat dilihat pada Tabel 1.2

(2)

2 Tabel 1.2

Jumlah UMKM di Kota Bandung Berdasarkan Kecamatan dan Gender Wirausaha Sampai Tahun 2011 NO KECAMATAN WIRAUSAHA JML JENIS USAHA FASHION MAKANAN& MINUMAN HANDCR AFT JASA PRODU KSI PERDAG ANGAN PRIA WANITA 1 Andir 102 41 143 8 38 5 9 13 70 2 Antapani 71 42 113 14 38 6 18 0 37 3 Arcamanik 86 69 155 8 58 9 23 5 52 4 Astana Anyar 108 63 171 22 55 13 12 13 56 5 Babakan Ciparay 86 70 156 16 62 5 6 15 52 6 Bandung Kidul 97 37 134 13 38 5 22 3 53 7 Bandung Kulon 83 48 131 19 57 1 5 9 40 8 Bandung Wetan 104 44 148 5 54 6 14 6 63 9 Batununggal 109 47 156 25 35 4 8 4 80 10 Bojongloa Kaler 104 71 175 29 69 7 13 8 49 11 Bojongloa Kidul 116 35 151 45 24 0 24 5 53 12 Buah Batu 112 79 191 26 73 13 23 10 46 13 Cibeunying Kaler 124 50 174 20 45 11 26 19 53 14 Cibeunying Kidul 117 68 185 10 51 26 36 20 42 15 Cibiru 103 53 156 14 47 8 30 3 54 16 Cicendo 95 50 145 17 54 9 26 5 34 17 Cidadap 71 42 113 16 40 5 27 3 22 18 Cinambo 38 19 57 2 16 1 1 3 34 19 Coblong 126 56 182 17 71 22 24 4 44 20 Gedebage 57 22 79 7 21 2 5 0 44 21 Kiaracondong 118 67 185 27 42 0 27 17 72 22 Regol 131 53 184 33 74 6 15 2 54 23 Lengkong 95 71 166 30 52 9 28 8 39 24 Mandalajati 70 39 109 11 36 0 20 10 32 25 Panyileukan 40 33 73 7 15 4 18 0 29 26 Rancasari 119 65 184 14 58 5 18 4 85 27 Sukajadi 95 61 156 7 54 1 12 2 80 28 Sukasari 85 53 138 8 63 9 13 1 44 29 Sumur Bandung 117 53 170 18 50 3 12 6 81 30 Ujung Berung 97 48 145 6 43 5 15 6 70 Jumlah 2876 1549 4425 Total 4425

Sumber : Dinas Koperasi UMKM dan PERINDAG Kota Bandung, 2013

Pada tabel 1.2 dipaparkan mengenai jumlah UMKM di Kota Bandung berdasarkan kecamatan dan gender pada tahun 2011. Dari data di atas merupakan data terbaru yang sudah diolah oleh Dinas PERINDAG (perindustrian dan perdagangan) Kota Bandung yang diolah pada tahun 2013. Dapat diketahui data yang didapat yaitu pengusaha wanita berjumlah 1.549 dan pengusaha pria berjumlah 2.876, dengan jumlah total yaitu 4.425.

(3)

3

Edi Siswadi sebagai Sekertaris Daerah Kota Bandung berharap mahasiswa yang lulus mampu membuka usaha sendiri dan tidak berpatokan menjadi pegawai pada orang lain. Usaha kecil menyerap tenaga kerja sampai 88,9%, usaha menengah menyerap 10% justru usaha besar menyerap tenaga kerja yang terkecil, oleh karena itu kita berkepentingan bagaimana mengembangkan usaha kecil menengah dan mencetak wirausaha-wirausaha baru terutama dikalangan mahasiwa setelah lulus mampu berdiri sendiri tidak menjadi pegawai (Bandung.go.id, 2013).

Sebagian besar pelaku usaha kecil menengah (UKM) diperkirakan terpaksa harus fokus ke pasar domestik pada tahun 2013. Pasalnya, berbagai kondisi usaha yang berlangsung, dinilai tidak akan kondusif kepada upaya untuk memenangkan persaingan dipasar ekspor. Sedangkan menurut bapak manajer BPPKU (Badan Promosi Pengelola Keterkaitan Usaha) yaitu terkecuali UKM di sektor industri kreatif (Kadinbandung.org, 2013).

1.2 Latar Belakang Penelitian

Dalam berbagai jenis organisasi, figur pemimpin yang baik adalah pemimpin yang rendah hati. Entah secara alami maupun hasil asuhan, kerendahan hati lebih banyak dimiliki wanita daripada pria. Hal ini terbukti dalam beberapa penelitian, salah satunya adalah studi kuantitatif perbedaan jenis kelamin dalam kepribadian. Studi yang dilakukan terhadap lebih dari 23.000 responden dengan 26 budaya menunjukkan bahwa wanita lebih sensitif, penuh pertimbangan, dan rendah hati daripada pria (The-marketeers.com, 2013).

Gambar 1.1

Women’s Entrepreneurship in The Global Press Sumber: The-Marketeers.com, 2013

Gambar 1.1 menjelaskan bahwa wanita yang menjadi perwirausaha makin populer di era sekarang. Menurut data Global Entrepreneurship Monitor (GEM), ada 126 juta wanita sedang memulai atau menjalankan bisnis mereka sendiri. Sementara, 98 juta sedang mengoperasikan bisnis yang sudah mapan (lebih dari tiga setengah tahun) (The-Marketeers.com, 2013).

(4)

4

Para pewirausaha wanita ini seperti dikutip dari Harvard Business Review berada di spektrum bisnis yang terentang dari usaha kecil sampai besar dan mereka memiliki peran besar dalam meningkatkan tingkat kesejahteraan. Mereka mengoperasikan aneka bisnis, dari bisnis salon kecantikan sampai bisnis berbasis teknologi (The-Marketeers.com, 2013). Hal ini dapat dilihat pada presentase kepemilikan usaha wanita pada gambar 1.2.

Gambar 1.2

The Precentage of Firms With A Female Owner Sumber: The-Marketeers.com, 2013

Para wanita ini memiliki kontribusi yang bisa dibagi dalam tiga aspek. Pertama, investasi ulang. Di pasar negara berkembang, wanita memiliki peran pada investasi untuk pendapatan bagi keluarga mereka, pendidikan, kesehatan dan nutrisi. Kedua, penciptaan lapangan kerja. Melampaui dari pendapatan mereka sendiri, 112 juta pengusaha yang disurvei GEM memperkerjakan paling sedikit satu atau lebih orang untuk mendukung bisnisnya. Sekitar 12 juta orang mengharapkan ingin memperkerjakan hingga enam orang dalam lima tahun ke depan. Di negara seperti Kenya, misalnya, bisnis skala UKM berkontribusi pada 80 persen pekerjaan. Sementara di Amerika Serikat, setengah lebih dari 9,72 juta pekerjaan baru akan disokong oleh sektor UKM pada tahun 2018 yang dimiliki dan dikelola wanita. Ketiga, inovasi. Banyak pebisnis wanita berkontribusi dengan inovasi yang menawarkan produk baru kepada beberapa atau semua pelanggan di beberapa wilayah, termasuk Amerika Serikat dan Eropa. Di kedua wilayah tersebut, pengusaha wanita memiliki tingkat inovasi lebih tinggi ketimbang pengusaha pria (The-Marketeers.com, 2013).

(5)

5 Gambar 1.3

Presentage of Female and Male Total Entrepreneurial Activity With Innovative Product or Service by Region

Sumber: The-Marketeers.com, 2013

Gambar 1.3 menjelaskan bahwa persentase dari jumlah wirausaha wanita dan pria dari berbagai wilayah di dunia. Model jenis usaha yang mereka dirikan masing-masing, yaitu diantaranya produk ataupun jasa. Pada gambar 1.3 dijelaskan yaitu terdapat beberapa region dengan kepemilikan usaha wanita lebih tinggi presentasenya dibandingkan dengan pria. Diantaranya, Mid Asia, Asia, dan United States.

Sementara itu, hasil studi normatif yang dilakukan terhadap ribuan manajer dalam banyak industri di 40 negara menunjukkan hasil sebaliknya. Pria secara konsisten diketahui lebih arogan, manipulatif, dan rawan resiko daripada wanita. Alih-alih meributkan jenis kelamin, kompetensi adalah satu pertimbangan penting dalam menentukan seorang pemimpin. Meskipun kompetensi biasanya melahirkan kepercayaan diri, namun kepercayaan diri tidak selalu mencerminkan kompetensi (The-marketeers.com, 2013).

Usaha kecil idealnya memang membutuhkan peran pemerintah dalam peningkatan kemampuan bersaing dan peningkatan usahanya. Namun tidak selamanya usaha kecil harus tergantung pada pemerintah akan tetapi mereka juga hendaknya mempunyai kemampuan berwirausaha dan keyakinan diri mereka terhadap perkembangan usahanya.

Usaha Kecil dan Mikro (UKM) merupakan sektor yang penting dan besar kontribusinya dalam mewujudkan sasaran-sasaran pembangunan ekonomi nasional, seperti pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja, peningkatan devisa negara, dan pembangunan ekonomi daerah (Pendidikanekonomi.com, 2012).

Produktivitas merupakan salah satu faktor penting dalam kesejahteraan Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Produktivitas merupakan salah satu aspek yang menentukan keberhasilan suatu UKM dalam persaingan dunia usaha yang semakin ketat. Tingkat produktivitas yang dicapai UKM

(6)

6

merupakan indikator seberapa efisien UKM tersebut dalam mengkombinasikan sumber daya ekonomisnya saat ini (Pendidikanekonomi.com, 2012).

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, oleh karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Dalam krisis ekonomi yang terjadi di negara kita sejak beberapa waktu yang lalu, dimana banyak usaha berskala besar yang mengalami keadaan yang tidak maju bahkan berhenti aktifitasnya, sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut.

Sejak 2010 jumlah wirausaha hanya sekitar 0,18%, dan pada 2011 naik lagi ke angka 0,24% serta pada awal 2012, jumlahnya makin signifikan karena sudah mencapai angka 1,56%. Kenaikan ini terjadi, karena pemerintah mendorong terus pertumbuhan entrepreneurs. Ini menandakan pertumbuhan wirausaha di Indonesia menunjukkan peningkatan dan pemerintah akan dan terus mendukung pertumbuhan tersebut (Forum.kompas.com, 2013).

Menilik data kementrian koperasi dan UMKM, jumlah wirausaha di Tanah Air saat ini baru sekitar 1,56% dari total jumlah penduduk Indonesia.adapun jumlah wirausaha yang ideal di Tanah Air seharusnya sebesar 2% dari total populasi. Itu berarti Indonesia harus mengejar ketertinggalan, paling tidak untuk mencapai angka ideal itu (Bisnis Indonesia, 2013)

Sejauh ini pemerintah memang terus mendorong berbagai gerakan untuk menumbuhkembangan semangat kewirausahaan di Tanah Air. Maklum, wirausaha merupakan cikal bakal lahirnya usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). UMKM sendiri merupakan salah satu sector yang tercatat menopang ekonomi nasional di kala krisis (Bisnis Indonesia, 2013)

Sebanyak 52 juta Usaha Mikro dan Kecil (UMK) ada di Indonesia dan memberikan sumbangan yang tidak kecil pada perekonomian. Menariknya, lebih dari setengah UMK tersebut ternyata dijalankan oleh kaum wanita. Dari 52 juta UMK, 60% diantaranya melibatkan pekerja kaum wanita, yang diungkapkan Calon Deputi Gubernur Bank Indonesia di Jakarta pada tanggal 5 Desember 2011 (Finance.detik.com, 2011).

Menurut berita resmi statistik provinsi Jawa Barat (Jabar.bps.go.id, 2012) dalam periode satu tahun, jumlah angkatan kerja di Jawa Barat meningkat sekitar 4,10 persen (793.470 orang), yaitu dari 19.356.624 orang pada bulan Agustus 2011 menjadi 20.150.094 orang pada Agustus 2012. Seiring dengan peningkatan angkatan kerja tersebut, jumlah penduduk yang bekerja juga mengalami kenaikan dari 17.4554.781 orang pada Agustus 2011 menjadi 18.321.108 orang pada Agustus 2012, bertambah 866.327 orang atau naik 4,96 persen. Sebaliknya, terjadi penurunan jumlah pengangguran. Pada bulan Agustus 2011 tercatat 1.901.843 orang, sedangkan pada Agustus 2012 berkurang 72.857 orang menjadi 1.828.986 orang.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) bulan Agustus 2012 adalah 9,08 persen, terjadi penurunan sebesar 0.75 persen dibandingkan keadaan Agustus 2011 dengan TPT 9,83 persen. Di sisi lain, terjadi kenaikan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dari 62,27 persen pada Agustus

(7)

7

2011 menjadi 63,78 persen pada Agustus 2012. Indikator-indikator ini selengkapanya dituangkan dalam Tabel 1.2.

Tabel 1.3

Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama Agustus 2011-Agustus 2012

Sumber: Sakernas 2011 dan 2012

Gambar 1.4

Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Jawa Barat Agustus 2010-Agustus 2012 Sumber: Sakernas 2010-2012

Statistik daerah Kota Bandung tahun 2012 (Bandungkota.bps.go.id, 2012) mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2012 pada tabel 1.3, angkatan kerja di Kota Bandung tercatat sebanyak 1.171.551 orang dengan jumlah angkatan kerja pria 760.526 orang dan wanita 411.025 orang, sedangkan penduduk yang berstatus bekerja sebanyak 1.064.167 orang atau sekitar 90,83 persen. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) mencapai 63,14

(8)

8

persen terhadap penduduk usia kerja. TPAK penduduk pria mencapai 81,07 persen sedangkan wanita hanya 44,81 persen. Hal ini dikarenakan lebih banyak penduduk wanita yang berstatus sebagai ibu rumah tangga (bukan angkatan kerja). Tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada gambar 1.5 menunjukkan tren menurun setiap tahunnya. Pada tahun 2008 TPT mencapai 15,27 persen, kemudian turun menjadi 13,29 persen pada tahun 2009 dan terus menurun hingga tahun 2012 mencapai 9,17 persen. Menurunnya tingkat pengangguran mengindikasikan semakin terbukanya kesempatan kerja di Kota Bandung.

Tabel 1.4

Indikator Ketenagakerjaan Kota Bandung

Sumber: Sakernas 2012

Gambar 1.5

Tingkat Pengangguran Tebuka (%) Sumber: Sakernas 2008-2012

Dilihat dari sektor lapangan usaha, sebanyak 35,49 persen penduduk Kota Bandung bekerja di sektor perdagangan, 24,60 persen di sektor industri pengolahan dan sektor jasa 19,74 persen. Kondisi ini seiring dengan kontribusi yang dominan dari ketiga sektor tersebut terhadap PDRB Kota Bandung, dengan demikian penyerapan tenaga kerja pada ketiga sektor tersebut cukup tinggi seperti pada gambar 1.6.

Uraian Pria Wanita 2012

TPAK (%) 81,07 44,81 63,14

TPT (%) 9,08 9,33 9,17

(9)

9 Gambar 1.6

Penduduk Kota Bandung yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandung 2012

Banyaknya kekayaan alam yang tersimpan di Kota kembang, dan tingginya kreativitas sumber daya manusia yang berada di Kota tersebut, menjadikan Kota Bandung sebagai barometer pertumbuhan industri kreatif di tingkat nasional. Tidaklah heran bila berbagai macam predikat pun kini mulai bermunculan dari kalangan masyarakat, mulai dari Kota besar yang dikenal sebagai pusat perkembangan mode, pusat kreasi seni dan budaya, pusat jajanan dan kuliner, serta sebutan “Paris Van Java” yang sekarang ini menjadi salah satu icon tujuan wisata di Kota Bandung (Bisnisukm.com, 2012).

Berbatasan langsung dengan Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Sumedang di bagian utara, Kabupaten Garut dan Cianjur di sebelah selatan, Kabupaten Bandung Barat di sisi bagian barat, serta Kabupaten Garut di sebelah timur, menjadikan Kabupaten Bandung sebagai salah satu Kota besar di Indonesia yang didominasi oleh daerah pegunungan. Namun, meskipun berada di daerah pegunungan, dengan membawahi sekitar 31 kecamatan yang terbagi menjadi 277 desa dan kelurahan, sekarang ini perkembangan ekonomi kreatif di Kota Bandung menunjukan peningkatan yang sangat signifikan (Bisnisukm.com, 2012).

Berikut adalah subsektor industri kreatif yang selama ini menjadi tiang penyangga pertumbuhan ekonomi kreatif di Kota Bandung, yaitu jasa periklanan, arsitektur, seni rupa, kerajinan, desain, fashion, film, musik, seni pertunjukan, penerbitan, riset dan pengembangan, software, TV dan radio, mainin, video game.

Melihat banyaknya peluang usaha kreatif yang terdapat di daerah Bandung, tidaklah heran bila Kota Bandung menjadi gudangnya para pebisnis kreatif dan menjadi salah satu daerah di Indonesia yang ikut serta mendukung pertumbuhan ekonomi kreatif di tingkat nasional (Bisnisukm.com, 2012).

Kementerian Pemberdayaan Wanita dan Perlindungan Anak mencatat dari 46 juta usaha mikro, kecil, dan menengah yang diketahui. Dari jumlah itu, 60% merupakan industri rumahan yang pengelolanya adalah kaum wanita. Melihat angka tersebut, peran wanita pengusaha menjadi cukup besar bagi ketahanan ekonomi, karena mampu menciptakan lapangan kerja, menyediakan barang dan jasa dengan harga murah, serta mengatasi masalah kemiskinan (Bisnis-jabar.com, 2011).

(10)

10

Meski tingkat partisipasinya meningkat, dalam pasar tenaga kerja, posisi wanita lebih dirugikan dibandingkan dengan pria. Kaum wanita juga kurang terwakili dalam angkatan kerja, masih banyak dari mereka yang menganggur, atau setengah menganggur, yang merupakan pekerja sektor informal dan paruh waktu, pekerja tak dibayar, kelompok pencari kerja, dan yang tidak aktif terlibat dalam pasar tenaga kerja (Bisnis-jabar.com, 2011).

Penelitian kewirausahaan yang dilakukan selama ini banyak terfokus pada pengusaha pria. Hal ini disebabkan jumlah wanita pengusaha lebih sedikit dan mayoritas bergerak dalam bisnis skala kecil atau temporer. Namun semenjak tahun 80-an jumlah wanita karir dan wanita pengusaha telah meningkat tajam dan sejak itu wanita bekerja mulai menjadi topik penelitian menarik menurut Drucker 1988 (Ribhan, 2007:234).

Fenomena keikutsertaan wanita dalam bidang usaha atau pekerjaan pada saat ini memang bukan suatu hal yang baru. Hal ini didasarkan penelitian yang disponsori oleh National Foundation For Woman Business Owner menjelaskan bahwa jumlah wanita pemilik bisnis tumbuh 78% antara tahun 1987 sampai dengan 1996, dan tahun 2005 wanita memiliki 37% dari bisnis yang ada. Data BPS pada tahun 2004 menunjukkan bahwa di Indonesia terdapat angka sebesar 10.440.129 wirausaha wanita dan 32.343.457 wirausaha pria. Menurut Drucker, kenyataan ini menunjukkan bahwa kewirausahaan adalah milik semua orang karena hal itu bisa dipelajari. Perilaku, konsep dan teori merupakan hal yang dapat dipelajari oleh siapa saja, belajar berwirausaha dapat dilakukan oleh siapa saja, termasuk wanita (Riyanti, 2007).

Usaha Kecil dan Menengah terbukti mampu dan tangguh dalam berbagai kondisi dibandingkan dengan usaha besar yang banyak bangkrut atau gulung tikar dalam menghadapi krisis. Wanita harus ikut berperan aktif ketika menghadapi kondisi tersebut karena banyak para suami yang di PHK akibat terjadi krisis. Oleh karena itu pada usaha kecil wanita berperan sebagai pelaku usaha atau sebagai pemilik, sebagai manager ataupun tenaga kerja. Dalam kegiatan UKM, wanita dapat berperan sebagai anggota, pengurus, pengawas, manager, pembina ataupun pendamping usaha. Peran wanita dalam berbagai sektor sangat tinggi, namun sesuai dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki wanita seperti tekun, teliti, ulet, sabar, jujur, tangguh, rasa tanggung jawab tinggi, kemauan keras, semangat tinggi dan disiplin (Febriani, 2012:10).

Dalam Smecda dapat disimpulkan bahwa wanita pelaku usaha memiliki berbagai kelebihan seperti ulet (54,4%), tanggung jawab (34,38 %), teliti dan rasa tanggung jawab masing-masing 34,38 %, tekun, sabar dan jujur masing-masing 21,88 %, kreatif dan ingin maju masing-masing 18,75% dari jumlah sampel, merupakan faktor dominan penyebab wanita berhasil sebagai pelaku usaha, dan sebaliknya memilki kelemahan antara lain karena kurang dukungan keluarga (37,5% dari jumlah sampel), kurang dukungan lingkungan dan pemerintah setempat (28,12% dari jumlah sampel), peran ganda (21,88 %), kurang berani mengambil resiko dan bersifat konsumtif masing-masing 15,62%, kurang profesional (12,5% dari jumlah sampel) merupakan faktor penyebab wanita gagal sebagai pelaku usaha (Smecda.com, 2006).

(11)

11

Menurut Arman dkk dalam Nasution (2007:42-44) menjelaskan, salah satu pemicu orang untuk memutuskan berwirausaha yaitu karena jenis kelamin. Pria diidentikan dengan maskulinitas (derajat penekanan unsur materi yang berbentuk agresif, rasional, ambisius dan kuat), sedang wanita diidentikan dengan feminimitas (penekanan unsur harmoni, hubungan baik dan emosional yang berbentuk sifat sensitive, penuh kasih, lemah, dan simpati).

Dalam penelitian Ribhan (2007:254-255) menyimpulkan bahwa:

 Ingin Independen atau Kemandirian, menunjukkan bahwa wirausaha pria lebih mandiri dalam menghadapi tantangan-tantangan persaingan, dibandingkan dengan wirausaha wanita. Wirausaha pria lebih memiliki citra kemandirian dalam menjalankan usahanya.

 Berani mengambil resiko, wirausaha wanita lebih berani mengambil resiko dan suka pada tantangan atas usahanya dibandingkan dengan wirausaha pria. Misalnya resiko berinvestasi uang miliknya, meninggalkan pekerjaannya, dan mempertaruhkan karirnya.

 Orientasi kemasa depan, perbedaan kemampuan orientasi ke masa depan antara wirausaha pria lebih tinggi dibanding dengan wirausaha wanita.

 Toleransi pada sesuatu yang belum menentu, hasil temuan menunjukkan bahwa wirausaha pria lebih fleksibel dan antisipasi terhadap perubahan-perubahan lingkungan, sehingga dapat diprediksi bahwa kreatifitas wirausaha pria lebih baik dibanding dengan wirausaha wanita.

Penjelasan diatas mengindikasikan bahwa sebenarnya terdapat perbedaan karakteristik wirausaha dari pria dan wanita. Di Provinsi Jawa Barat tepatnya Di Kota Bandung pada tahun 2011 terdapat jumlah wirausaha sebesar 4.425. Jumlah wirausaha di Kota Bandung pada tahun 2011 lebih besar dari jumlah wirausaha yang ditargetkan yaitu sebesar 3.727. Dari 4.425 wirausaha yang ada di Kota Bandung tersebar dalam 30 kecamatan yang terdiri dari 2.876 wirausaha pria dan 1549 wirausaha wanita. Perbedaan karakter atau kemampuan wirausaha tersebut dapat ditunjukkan dari faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan wirausaha, yang mana terdiri dari ciri, karakteristik maupun watak berwirausaha.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS PERBANDINGAN KARAKTERISTIK WIRAUSAHA 10D BYGRAVE ANTARA PENGUSAHA WANITA DAN PRIA PADA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DI KOTA BANDUNG”.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diambil perumusan masalah komparatif dalam penelitian ini yang dikemukakan sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik wirausaha 10 D Bygrave secara keseluruhan pengusaha wanita pada usaha mikro, kecil dan menengah di Kota Bandung?

(12)

12

2. Bagaimana karakteristik wirausaha 10 D Bygrave secara keseluruhan pengusaha pria pada usaha mikro, kecil dan menengah di Kota Bandung?

3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan karakteristik wirausaha 10 D Bygrave secara keseluruhan antara pengusaha wanita dan pria pada usaha mikro, kecil dan menengah di Kota Bandung?

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diidentifikasikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui bagaimana karakteristik wirausaha 10 D Bygrave secara keseluruhan pengusaha wanita pada usaha mikro, kecil dan menengah di Kota Bandung.

2. Mengetahui bagaimana karakteristik wirausaha 10 D Bygrave secara keseluruhan pengusaha pria pada usaha mikro, kecil dan menengah di Kota Bandung.

3. Mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan karakteristik berwirausaha 10 D Bygrave secara keseluruhan antara pengusaha wanita dan pria pada usaha mikro, kecil dan menengah di Kota Bandung.

1.5 Kegunaan Penelitian 1.5.1 Apek Teoritis

Kegunaan dari aspek teoritis dari penelitian ini adalah:

a. Mengaplikasikan pengalaman dan pengetahuan berdasarkan ilmu atau teori yang diperoleh selama perkuliahan dan selama penelitian sehingga dapat menambah wawasan. b. Sebagai bahan masukan dan referensi untuk penelitian selanjutnya.

c. Sebagai sumbangan pemikiran dan informasi untuk memperluas kajian ilmu pengetahuan tentang jiwa kewirausahaan pada usaha mikro, kecil dan menengah.

d. Sebagai bahan tambahan dosen dalam proses belajar matakuliah kewirausahaan.

1.5.2 Aspek Praktis

Kegunaan dalam aspek praktis dari penelitian ini adalah:

a. Sebagai informasi mengenai perbedaan karakteristik wirausaha kepada pelaku bisnis usaha mikro, kecil dan menengah.

b. Memberikan motivasi kepada pelaku wirausaha berdasarkan gender.

(13)

13

1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Penulisan penelitian terdiri dari lima bab yang memiliki keterkaitan hubungan antara satu sama lainnya. Sistematika penyajian penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB 1 : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN

Bab ini berisi tentang landasan teori yang berkaitan dengan penelitian, hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian, kerangka pemikiran dan hipotesis.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang metodologi penelitian yang digunakan meliputi jenis penelitian, operasional variabel, jenis data dan teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini mendeskripsikan hasil dari penelitian dan pembahasan terhadap hasil dari penelitian. BAB V : PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau rekomendasi tindakan yang perlu dilakukan oleh perusahaan atau kemajuan lebih lanjut.

Gambar

Gambar  1.3  menjelaskan  bahwa  persentase  dari  jumlah  wirausaha  wanita  dan  pria  dari  berbagai wilayah di dunia

Referensi

Dokumen terkait

Namun, jika dilakukan perbandingan dengan hasil penelitian Tarmudji (2004) yang menggunakan tanaman pare ( Momordica charantia ) dapat diduga bahwa senyawa yang

Terdapat berbagai model pengelolaan pembelajaran atau pengelolaan kelas. Model- pengelolaan pembelajaran yang dikembangkan dilandasi dengan argumentasi teoritis tertentu. Antara

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Peranan

[r]

Untuk memudahkan didalam pengelolaan dokumen penting ditentukan sistem pengendalian dokumen agar memudahkan didalam pengelolaan, penyimpanan dan pencarian untuk diberlakukan

Membaca surat Al Fatihah dalam rukun salat dilakukan setelah

Pakar yang terlibat di dalam penelitian adalah peneliti dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Aceh dan Dosen Universitas Syiah Kuala; Dinas

Berdasarkan penelitian di atas didapatkan kesimpulan bahwa kadar kandungan residu pestisida golongan organofosfat masih berada di bawah ambang batas BMR yang