• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNOLOGI REPRODUKSI IKAN NILEM (Osteochilus hasselti C.V) : PEMATANGAN GONAD, PENANGAN4N TELUR DAN PENYEDIAAN CALON INDUK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEKNOLOGI REPRODUKSI IKAN NILEM (Osteochilus hasselti C.V) : PEMATANGAN GONAD, PENANGAN4N TELUR DAN PENYEDIAAN CALON INDUK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat

TEKNOLOGI REPRODUKSI IKAN NILEM

(Osteochilus hasselti

C.V): PEMATANGAN GONAD, PENANGAN4N TELUR DAN

PENYEDIAAN CALON INDUK

JOJO SUBAGJA, RUDHY GUSTIANOdanWINARLIN

Peneliti Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Jalan Sempur - Bogor

email: subagja j(a)plasa .com

ABSTRAK

Dalam upaya mendukung pengembangan budidaya ikan nilem dibutuhkan tknologi reproduksi tepat guna agar populasi ikan tersebut dapat ditingkatkan . Manajemen induk, teknik pemijahan, penanganan telur, serta pengadaan calon induk telah dilakukan dalam penelitian di Instalasi Riset Plasma Nutfah Perikanan Air Tawar di Cijeruk, Bogor . Dengan cara pemberian pakan formula berkadar protein 27% pematangan telur dapat diperpersingkat 2 bulan lebih cepat, dibandingkan dengan pemberian pakan secara tradisional . Sebanyak 57% induk dapat dimatangkan telurnya dalam pemeliharaan selama 84 hari . Inkubasi telur hasil pemijahan menggunakan corong dapat meningkatkan produksi "anakan/kebul" hingga 70% lebih tinggi dibandingkan dengan penetasan tradisional . Pengadaan calon induk betina menggunakan teknik feminisasi secara hormonal dengan perendaman dalam embrio di stadia terbentuknya bintik mata dalam 17b-Estradiol dosis 400 ug/L dapat menghasilkan ikan betina sebesar 94%, lebih tinggi 30% dibandingkan kontrol .

Kata kunci : Nilem, induk, pemijahan buatan, inkubasi telur, estradiol, feminisasi

PENDAHULUAN

Di Indonesia paling sedikit ada 12 spesies ikan lokal yang umum dibudidayakan dalam badan air tawar, antara lain ikan mas (Cyprinus carpio L .), tawes (Puntius gonoinotus Mr.), gurame (Ospronemus gouramy Lac .), tambakan (Helostoma temincki C .V), betutu (Oxeolotris marmorata), mujair (Tilapia mossambica Peters), sepat siam (Tricogaster pectoralis Regan), nila (Oreocromis niloticus L .), lele dumbo (Clarias garievenus), mata merah (Puntius orphoides C .V), keplek (P belinka Blkr.) dan . nilem (Osteochilus hasselti C .V) . Empat spesies ikan introduksi yaitu mola (Hypophthalamichtys molitrix C .V), koan (Stenopharyngodon edella Val), patin siam (Pangasius hypopthalmus Fow) dan bawal air tawar (Colossoma sp .) SUSENO (1980) ; serta ada tiga spesies hasil domestitkasi yaitu patin jambal (Pangasius djambal Blkr.) LEGENDRE et al ., 2000 ;

dan ATMAWINATA, 1980 ; dan ikan tor (Tor soro Wbr.)SUBAGJAet al., 2006 . Ikan-ikan tersebut telah berhasil dipijahkan dengan teknik hipofisasi dan pemijahan suntik rangsangan hormonal, sehingga ke 7 spesies tersebut dapat dikem-bangkan sebagai ikan budidaya air tawar.

Ikan Nilem (Osteochilus hasselti C .V), adalah salah satu komoditas budidaya ikan air tawar yang terkonsentrasi di Pulau Jawa khususnya di Wilayah Priangan, sementara sekarang pembudidayaan ikan tersebut hampir dilupakan/ditinggalkan . Tercermin dari data Statistik Perikanan Budidaya 2002, rasio produksi ikannilem dibandingkan ikan budidaya lain telah menurun setiap tahun dari tahun 1996 hingga 2000 berturut-turut sebesar 11,96 ; 7,28 ; 7,28 ; 6,78, dan 6,96 . Padahal ikan tersebut mempunyai potensi cukup besar dalam pengembangannya dimasa yang akan datang karena memiliki keunggulan komparatif. Saat ini budidaya ikan nilem pada umumnya masih bersifat tradisional, bahkan hanya berupa produk sampingan dari hasil budidaya ikan secara polikultur dengan ikan mas, mujaer atau nila dan gurame .

(2)

karena rasanya lezat dan dapat diekspor kenegara tertentu sebagai pengganti ~apiar, selain itu telur nilem sudah dimanfaat-kan sebagai bahan pembuat saus, demikian juga dengan ikan ukuran 5 gram/ ekor telah diproduksi dan diolah menjadi makanan siap saji yang populer disebut sebagai baby fish. Dari kelompok ciprinidae ikan nilem yang termasuk ikan yang tahan terhadap serangan penyakit, diduga dengan kebiasaan makan ikan nilem termasuk ke dalam kelompok omnivora dimana pakan yang dikonsumsi ikan nilem didominasi dengan pakan alami dari kelompok ganggang yang banyak mengandung antibodi, serta mayoritas makanannya berupa perifiton dan tumbuhan penempel sehingga ikan nilem dapat berfungsi sebagai pembersih jaring apung (JANGKARU, 1989) . Hal tersebut telah dilaporkan bahwa seekor ikan nilem dengan bobot 5 gram mampu membersihkan jaring seluas 19 m2 dengan jumlah ganggang yang dikonsumsi sebanyak 6373 gram untuk tumbuh menjadi seberat

100 gram .

Terlepas dari berbagai potensi yang dimiliki serta peluang ke depan yang harus diantisipasi, di sisi lain kendala yang dihadapi saat ini diduga bahwa telah terjadi penurunan kualitas ikan nilem yang dibudidayakan, hal ini ditunjukkan dengan ketersediaan indukan ikan nilem yang berukuran relatif kecil . Dilain pihak menajemen budidaya perlu dilakukan perbaikan dari sistem pemeliharaan secara lokal-tradisional ke sistem pemeliharaan yang cakupannya lebih Was dan intensif agar tujuan skala usaha yang besar seperti untuk tujuan produksi telur dapat tercapai . Salah satu aspek yang harus diperbaiki adalah manajemen perbenihannya .

Makalah ini akan mengemukakan hasil-hasil penelitian yang dilakukan di Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar (BRPBAT) dan beberapa hasil referensi dari luar balai, meliputi kajian aspek manajemen induk, pemijahan buatan, manajemen embrio, produksi monosek betina, serta pemeliharaan benih sampai dengan ukuran 5 gram/ ekor (ngeramo), dibandingkan dengan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan petani ikan nilem di Daerah Tasikmalaya, Singaparna dan Sumedang .

1 8 8

Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk'Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat

MATERI DAN METODE

Manajemen induk

Struktur pemeliharaan induk yang dilakukan di BRPBAT, Instalasi Riset Plasma Nutfah Perikanan Air Tawar di Cijeruk : Induk ikan nilem hasil koleksi dari petani ikan daerah Sumedang sebanyak 300 ekor terdiri dari 230 ekor ikan betina dan 70 ekor jantan (kondisi induk ikan belum pernah dipijahkan), ukuran bobot badan rata-rata 150 g per ekor dipelihara dalam kolam tembok luas 40 M2, ikan jantan dan betina dipelihara secara terpisah supaya tidak terjadi pemijahan spontan .

Pakan induk dengan kadar protein 27% dengan ransum harian sebanyak 2% dari bobot biomasa diberikan 2 kali yakni pagi dan sore hari (DJAJASEWAKA, 2005), kolam mendapat pasokan air dan air sumber (mata air) dengan debet 20-30 L menit- 1 .

Pemeriksaan tingkat kematangan gonad dilakukan setiap 3 minggu dengan mengamati ± 50 butir telur hasil kanulasi dari masing-masing betina (masing-masing betina diberi notasi dengan "stream tagging"), diameter oosit diukur garis tengahnya menggunakan mikroskop yang dilengkapi dengan mikrometer, sebaran frekuensi oosit yang diamati dipetakan dalam grafik, kriteria betina yang matang gonad dan siap dilakukan pemijahan apabila modul diameter oosit sudah mencapai kisaran 1,1 mm .

Pemeriksaan ikan jantan dilakukan dengan jalan "stripping" perut pada bagian belakang dengan notasi sebagai berikut : 0 : Tidak ada sperma ; 1 : Ada sedikit sperma setelah sedikit dipijat (< 0 .5 ml) ; 2 : Jumlah sperma lebih banyak (0 .5-1,5 ml) dan 3 : Sangat banyak (>1,5m1) .

Pemijahan buatan

Penyuntikan untuk ovulasi, menggunakan hormon ovaprim dengan dosis 0,3 ml/kg bobot ikan diberikan satu kali, penyuntikan dilakukan pada bagian belakang sirip punggung . Pengeluaran telur (ovulasi) terjadi9-11jam setelah penyuntikan pada kisaran suhu air inkubasi 21 - 25°C .

Ikan nilem jantan tidak harus dilakukan penyuntikan, namun untuk memperoleh jumlah sperma yang lebih banyak penyuntikan ovaprim dengan dosis 0,2 ml/kg bobot ikan bisa dilakukan, pengeluaran sperma dilakukan sebelum proses pengeluaran telur (stripping betina), selanjutnya

(3)

Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat

sperma diawetkan dalam larutan fisiologis atau larutan infus NaCl 0,9% diencerkan 100 kali dan disimpan pada suhu antara 4-5 ° C (LEGENDRE et al., 1998), pada kondisi demikian sperma nilem dapat bertahan hidup hingga 8-12 jam dengan viabilitas >80% .

Persiapan pemijahan dilakukan dengan cara mengkoleksi telur dengan melakukan pemijatan atau "stripping" pada bagian perut ikan betina yang sudah ovulasi, awal terjadi ovulasi biasanya ditandai dengan keluarnya beberapa butir telur bila dilakukan pemijatan bagian perut ikan secara perlahan, setelah diketahui terjadi ovulasi dibiarkan sekitar 30 -60 m3nit . Pada saat stripping telur ditampung dalam wadah/waskom . Selanjutnya telur dan sperma dicampurkan dalam wadah pembuahan dan dilakukan pengadukan secara perlahan menggunakan bulu ayam agar pembuahan dapat merata. Ditambahkan aquades atau air sumber yang bersih sebanyak 1-2 kali volume telur untuk mengaktifkan sperma . Proses pembuahan berlangsung selama 0,5 menit, setelah itu baru dilakukan pembilasan dengan air bersih untuk membuang sisa sperma mati . Telur yang dibuahi ditandai dengan intinya yang berkembang dan berwarna transparan sedangkan telur yang tidak dibuahi dalam waktu 6 jam akan berwarna putih keruh, telur nilem yang sudah dibuahi akan mengembang hingga 3-5 kali dari diameter awal .

Akuarium yang berisi air bersih dan telah diaerasi selama 24 jam digunakan sebagai media penetasan . Inkubasi telur dilakukan dengan cara menebarkan telur ke dasar akuarium atau dapat menggunakan rak-rak yang tersusun pada kolom air. Telur yang telah dibuahi menetas dalam kurun waktu 23-27 jam pada suhu inkubasi 21- 27° C . Penetasan dapat juga dilakukan didalam corong penetasan sistem air mengalir.

net/hapa kain trikot mengikuti aliran air, larva atau kebul tetap ddipelihara di dalam net selama 7 hari, Untuk kemudian didederkan ke kolam pendederan . Penetasan sistem tradisional yang terkenal dengan "sistem tarogong ", dimana induk ikan dipijahkan secara alami pada kolam pemijahan berukuran 0,75 m 2 yang di lengkapi dengan saluran pemasukan dan pengeluaran, pipa pengeluaran terhubung secara langsung dengan kolam/bak penetasan telur, dasar bak penetasan terdiri dari hamparan pasir halus . Telur-telur yang dikeluarkan induk akan hanyut terbawa arus air menuju kolam penetasan dan larva/kebul yang barn menetas tetap di pelihara di dalam bak tersebut sampai umur 7 hari .

Penetasan telur untuk tujuan feminisasi menggunakan wadah akuarium volume 100 L, air media inkubasi telur sebelum dipergunakan terlebih dahulu dilakukan desinfektan menggunakan blue metilene dengan dosis 10 ppm (berwarna biru laut) dan akuarium dilengkapi dengan pengaerasian, setelah telur menetas segera dilakukan penggantian air menggunakan air yang sudah ditampung (diendapkan).

Strategi untuk pembetinaan (Feminisasi) dalam menunjang produksi telur dan benih, pengalihan kelamin dilakukan dengan pemberian hormon 17(3-estradiol (ZAIRIN,2004) dengan teknik perendaman singkat yang dilakukan mulai pada saat bintik mata terbentuk (8-12 jam setelah fertilisasi) sampai dengan telur-telur menetas (SYAM, 1997), dan perendaman jangka panjang yaitu dilakukan terhadap larva yang baru menetas sampai dengan larva mulai makan (perendaman selama 4 hari) .

Pemeliharaan larva setelah menetas, larva siap diberi pakan dengan nauvlii artemia setelah berumur 3-4 hari, frekuensi pemberiannya setiap 4 jam . Pemberian artemia berlangsung selama 5 hari setelah itu ikan bisa diberikan pakan buatan berbentuk tepung halus . Lama pemeliharaan dalam akuarium adalah 15 hari, setelah itu benih/kebul ikan didederkan ke kolam pendederan yang sudah dilakukan persiapan pemupukan, dosis pupuk TSP dan Urea masinb masing 10 g/m' ; dan pupuk kandang 200 g/m 3, setelah satu bulan dilakukan pemupukan susulan sebanyak '/2 dosis dari pemupukan, selama pemeliharaan benih ikan diberi pakan buatan sehanyak 4% dari hohot hiomassa . MANAJEMEN EMBRIO DAN BENIH DAN

STRATEGI BUDIDAYA

Penetasan telur secara masal dilakukan dalam corong inkubasi "modifikasi dari tipe macdonal-jar", telur hasil pemijahan secara buatan "artificial induced breeding" ditetaskan ke dalam corong yang dialiri air bersih hasil filtrasi, telur yang menetas di dalam corong akan langsung masuk ke dalam

(4)

Manajemen induk

Dari hasil pengamatan perkembangan oosit dari sampel gonad yang diambil secara periodik setiap induk nilem (jumlah induk yang diambil telurnya = 25 ekor) dari masing masing betina sampel oosit hasil kanulasi >50 butir, tertera dalam Gambar 1 . Tingkat kematangan gonad (TKG) akhir yaitu dicirikan dengan modul diameter oosit sudah mencapai 11 mm, dari Gambar 1 frekuensi tertinggi dicapai pada waktu pengamatan ke 4 (hari ke 84) .

Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat

Untuk meningkatkan produksi benih, telah diujicoba perbedaan kedalaman kolam pendederan untuk memperoleh- benih ukuran "ngeramo", lama waktu pemeliharaan 85 hari, serta dilakukan persiapan kolam dengan pemupukan .

Informasi tentang sistem produksi dan pembenihan ikan nilem yang dilakukan di Instalasi Riset Plasma Nutfah Perikanan Air Tawar telah dilakukan uji banding dengan sistem pembenihan yang dilakukan di Singaparna dan Tasikmalaya, informasi diperoleh melalui wawancara dengan beberapa orang pembenih, pendeder dan pedagang pengumpul serta beberapa petani pembesaran .

HASIL DAN PEMBAHASAN

1 9 0

Proporsi betina setiap TKG selama percobaan berlangsung seperti tertera dalam Gambar 2, sinkron dengan perkembangan oosit seperti tertera

dalam Gambar 1 . Proporsi TKG IV dimana ikan siap dilakukan pemijahan, dicapai pada waktu pengamatan ke 4 (84 hari pemeliharaan) dengan nilai persentasi tertinggi yaitu sebesar 57% (Gambar 2) . TKG V diketahui sebagai fase atresia, dari hasil pengamatan visual terhadap telur hasil kanulasi diketemukan >50% oosit sudah mengalami atresia, dan kondisi gonad banyak mengandung cairan dan cangkang/folikel serta banyak diketemukan oogonia yang berdiameter < 0,1 mm, hampir dari setiap periode pengamatan diperoleh induk yang mengalami fase ini, namun proporsi tertinggi terdapat pada pengamatan ke 5 dengan nilai 38% .

Dengan menajemen induk yang intensif rematurasi induk ikan nilem seperti terlihat dari Gambar 2 diperlukan waktu sekitar 3 bulan . Dari penampilan ke dua gambar diatas tampak jelas bahwa peranan pakan induk memberikan dampak/ hasil positif terhadap jumlah indukan yang matang gonad, hal ini sesuai pendapat yang dikemukakan oleh WATANABE (1988), bahwa kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan kepada induk ikan penting untuk keberhasilan pematangan, pemijahan dan kualitas telur.

Frekuensi (%) 45,00 40,00' 35,00, 30,00, 25,0P 20,0 ~ 15,00, 10,0Q 5,00 I I i . fir

∎n

r

Ifl

0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 diameter oosit (mm) 01 12∎3 ∎4051 il-

II

t a ..

1 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5

Gambar 1 . Perkembangan diameter oosit hasil kanulasi yang dilakukan setiap tiga minggu (21 hari) sebanyak 5 kali pengambilan . (n = 25 ekor setiap pengamatan)

(5)

Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat

0 12 30.00 -a 0 o- 20.00 -10.00 1 2 3 4

Waktu pengamatan setiap 3 minggu

o TKG I o TKGIIIMTKG 111 0 TKG IV E3 TKG V

5

Gambar 2 . Proporsi ikan betina dari masing-masing tingkat kematangan sesuai waktu pengamatan (n = 230)

Sebagai pembanding infonnasi yang diperoleh dari petani pembenih, mereka menggunakan indukan untuk dipijahkan adalah hasil pemilihan dari kolam pemeliharaan/ kolam pembesaran yang dipelihara secara polikultur, dalam kriteria penentuan induk yang akan dipijahkan adalah berdasarkan pengalaman yaitu dengan melihat dan meraba dari kegendutan perut ikan . i erdasarkan pengalaman mereka, bila perut mern - cmbang ke belakang dan bila diraba sudah terasa lembut maka ikan tersebut yang dipilih untuk dipijahkan . Hasil pemilihan yang diperoleh dan memenuhi kriteria tersebut dari satu kolam paling banyak 5% dari jumlah populasi yang ada . Kondisi demikian memang wajar karena indukan yang dipelihara hanya mendapatkan pasokan pakan dari sisa-sisa

dapur dan hanya sesekali saja induk diberi pakan komersial, sistem pemeliharaan induk masih disatukan antara ikan betina dan jantan, seringkali bila ada triger lingkungan seperti adanya hujan dan air baru masuk memicu terjadinya pemijahan secara alami di kolam pemeliharaan .

Pemijahan buatan

Untuk melihat lebih j auh peranan pakan buatan (kadar protein 27%) yang diberikan pada percobaan,

telah dilakukan pemijahan secara kawin rangsang menggunakan hormon "ovaprim " . Dari 15 ekor induk yang memenuhi kriteria TKG IV setelah dilakukan penyuntikan dengan hormon reproduksi semua dapat berovulasi total, rata-rata telur yang dapat dikeluarkan saat stripping sebesar 21,15%, serta waktu laten (yaitu kurun waktu setelah penyuntikan hormon sampai ovulasi) rata-rata 10,8 jam pada kondisi suhu air inkubasi 24,5 -26 ° C, data lebih rinci tertera dalam Tabel 1 .

Telur hasil stripping dilakukan pembuahan dengan sperma yang sudah dikoleksi 2 jam sebelumnya, sperma berasal dari 8 ekor jantan dikoleksi menjadi satu dan diencerkan 100 x menggunakan NaCI 0,9% dan disimpan pada suhu 4-5°C . Setiap 5 ml sperma campuran cukup untuk membuahi 100 g telur . Setelah dilakukan pengadukan menggunakan bulu ayam selama 0 .5-1 menit lalu dilakukan pembilasan dengan air bersih . Telur yang sudah dibilas diinkubasikan ke dalarn akuarium . Sebagian telur diinkubasikan ke dalam wadah plastik volume 300 ml sebagai kontrol dengan tujuan untuk mengetahui derajat penetasan . Keragaan daya tetas dan jumlah larva normal serta survival rate sampai dengan hari ke 10 dari hasil pengamatan inkubasi telur kontrol disajikan dalam Tabel 2 .

(6)

Tabel 1 . Bobot induk disuntik, bobot gonad, waktu laten serta kisaran fekunditas ikan nilem

192

Seminar Nasional Hari Pangan SeduniaXW71 Dukungan Teknologi UntukMeningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat

Pemijahan ikan nilem yang dilakukan petani secara tradisional dilakukan dikolam-kolam khusus yang mendapat aliran air deras dan adanya tanggul tempat memijah . Untuk pemijahan tersebut ada tiga cara lokal yaitu cara Tarogong, Galunggung dan Nagrek. Pembenihan ketiga cara tersebut merupakan cara yang sudah berkembang karena digunakan prinsip penetasan secara terkontrol di kolam khusus penetasan (HARDJAMULIA dan ATMAWINATA, 1980),

namun untuk lebih meningkatkan hasil penetasan perlu sedikit perbaikan dalam hal manjemen

Gambar 3. Unit corong inkubasi telur ikan nilem, teknologi tepat gunayang sudah diadopsi oleh unit pembenih rakyat (UPR) di Singaparna Tasikmalaya

embrio karena masih banyak dijumpai keberhasilan panen larva yang rendah (<55%) pada pembenih tertentu . Perbaikan teknik inkubasi telur dengan menggunakan corong penetasan sistem "macdonal jar"seperti tertera dalam Gambar3 telah diuji coba

di UPR Singaparna .

Dari data Tabel 2 diperoleh informasi bahwa pemijahan buatan menghasilkan anakan (larva) sampai umur 10 hari cukup tinggi yaitu sekitar 77%. Apabila data ini dikonversikan ke fekunditas No. Betina Bobot induk (g) Bobot gonad (g) GSI (%) Waktu laten (jarn) Fekunditas/betina Per kg induk

1 362,50 57,00 15,72 9,18 60,306 166,361 2 158,50 37,60 23,72 10,20 39,780 250,983 3 100,80 30,00 29,76 9,25 31,740 314,880 4 180,00 40,00 22,22 9,48 42,320 235,111 5 190,00 44,70 23,53 9,82 47,292 248,908 6 190,00 41,90 19,95 10,08 44,330 233,316 7 210,00 37,50 17,05 10,00 39,675 188,928 8 220,00 48,50 23,10 11,18 51,313 233,240 9 210,00 45,00 22,50 12,18 47,610 226,714 10 200,00 52,50 26,25 12,38 55,545 277,725 11 200,00 27,50 13,10 12,02 29,095 145,475 12 210,00 27,00 15,00 11,77 28,566 136,028 13 180,00 37,60 20,89 13,00 39,780 221,004 14 180,00 41,60 21,89 11,35 44,012 244,515 15 190,00 42,80 22,53 11,37 45,282 238,328 Rata-rata 199,40 40,75 f 21,15 f 10,88 f 43,110± 216,865 f ± SD 55,51 8,51 4,41 1,24 9000,82 47,726 Co var. 0,2784 0,2088 0,2085 0,1141 0,2088 0,2130

(7)

rata-rata per kg induk hasil pemeliharaan di kolam Instalasi Cijeruk (Tabel 1) maka akan diperoleh 167 .000 ekor "kebul" atau sama dengan 16-17 cangkir, dengan harga percangkir Rp . 12 .000 . Sementara informasi dari petani pembenih untuk

Tabel 2 . Rata-rata persentase daya tetas, larva normal dan kelangsungan hidup larva (ukuran kebul) ikan nilem sampai umur 10 hari

Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII Dukungan Teknologi Untuk Meningkdtkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat

MANAJEMEN EMBRIO DAN BENIH DAN SRTATEGI BUDIDAYA

Meningkatkan nisbah kelamin betina pada ikan nilem telah dilakukan melalui perendaman embrio pada fase pembentukan bintik mata sampai dengan menetas, dan perendaman larva setelah menetas sampai mulai makan (selama 4 hari perendaman) menggunakan hormon 17b-estradiol . Dari kedua perlakuan tersebut diperoleh informasi bahwa melalui perendaman embrio, dengan konsentrasi 400 ug/L nisbah kelamin betina rata-rata 94%, sementara pada kelompok kontrol (tanpa hormon) diperoleh rata-rata 64%, dengan demikian perendaman hormon E2 pada fase embrio meningkatkan nisbah betina sebesar 30% . Sedangkan dengan perlakuan perendaman larva nisbah kelamin betina tertinggi yaitu sebesar 75% pada perendaman dengan konsentrasi E2 50 ug/L dan kontrol 62%, dengan demikian pada perlakuan ini hanya meningkatkan nisbah betina 13% .

Feminisasi melalui teknik perendaman hormon adalah dalam rangka percepatan mendukung penyediaan calon induk betina yang diperlukan dalam produksi telur atau penyediaan calon indukan untuk keperluan pembenihan dalam jangka pendek (program jangka cepat), namun teknik ini tidak direkomendasikan untuk diaplikasikan di tingkat petani, karena kajian yang lebih detil tentang dampak atau ekses dari perlakuan hormon tersebut belum selesai diteliti .

Strategi teknologi feminisasi yang mungkin aman di tingkat petani adalah perlakuan hibridisasi/

setiap 1 kg (8-10 ekor betina induk) yang dipijahan dengan7 cara tradisional diperoleh larva sekitar 3-5 cangkr•,dengan demikian teknik pemijahan melalui teknik kawin rangsang menghasilkan kebul 3 kali lebih banyak.

persilangan dari indukan nilem `jantan fungsionaP'

(hasil perlakuan set-kromosom) yang disilangkan atau di kawinkan dengan ikan betina normal, dari hasil persilangan tersebut akan diperoleh keturunannya semua betina . Penelitian tentang pembentukanjantan fungsional sedang dilakukan

di Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, hasil sementara yang sudah dicapai baru pada tahap pembesaran populasi ikan hasil jantanisasi yang selanjutnya untuk keperluan pengujian progeni penelitian tersebut masih berlangsung.

Pendederan/pemeliharaan kebul dilanjutkan ke kolam yang telah dilakukan pemupukan menggunakan pupuk kandang dan pupuk buatan, telah diuji perbedaan kedalam kolam pemeliharaan yaitu 30 cm, 60cm dan 120 cm . Dengan kepadatan

1 ekor/L .

Dari hasil percobaan yang dilakukan di kolam Instalasi Riset Plasma Nutfah Cijeruk, diperoleh informasi, kedalaman kolam tidak berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup, namun ada kecenderungan dengan semakin dangkal kolam pendederan kelangsungan hidup semakin rendah . Rata-rata kelangsungan hidup dari masing-masing perlakuan kedalaman dari mulai 30 cm sampai 120 cm berturut-turut adalah 26,23%, 46,23% dan 64,28% . Sedangkan untuk pertumbuhan bobot rata-rata individu menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) yaitu perlakuan kedalaman 30 cm menghasilkan rata-rata tertinggi yaitu 6,4 g. Jumlah telur Larva normal Abnormal Jumlah menetas HR (%) Normalitas (%) Survival rate (%)

554,75 515,25 13,75 529,00 95,29 97,36 78,36

602,75 530,50 51,25 581,75 96,21 90,03 65,85

476,00 430,00 17,25 447,25 93,97 96,17 97,33

(8)

Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat

KESIMPULAN

Dari serangkaian kegiatan pembenihan ikan

nilem yang dilakukan di Instalas Riset Plasma Nutfah Perikanan Air Tawar Cijeruk, dapat di

simpulkan sebagai berikut :

1 . Pemeliharaan induk dengan

mengguna-kan pamengguna-kan buatan dengan protein 27%,

menghasilkan 57% betina matang gonad

(TKG IV) dan rematurasi lebih singkat yaitu 3 bulan .

2 . Penyuntikan hormon reproduksi dapat

menyeragamkan proses ovulasi dan

pemijahan, dengan waktu laten 10,8 jam

serta fekunditas rata-rata per kg induk

menghasilkan 216 .800 butir telur.

3 . Inkubasi telur pada wadah kontrol daya tetas

telur rata-rata mencapai 95,5% dan larva normal 80,98% serta kelang-sungan hidup sampai umur 10 hari 77,35% .

4 . Feminisasi melalui perendaman embrio

dengan konsentrasi hormon E2 400 ug/

L menghasilkan nisbah kelamin betina

tertinggi yaitu sebesar 94%, atau naik 30% dari kontrol .

5 . Pendederan benih di kolam pada kedalaman

120 cm cenderung mening-katkan

kelangsungan hidup mencapai 64,28%,

namun menghasilkan ukuran rata-rata

individu paling kecil yaitu 1,58 g, sedangkan pada kedalaman kolam 30 cm kelangsungan hidup 26,23% dan rata-rata individu saat panen 6,4g .

DAFTAR PUSTAKA

DEPARTEMEN KELAUTAN dan PERIKANAN . 2002 . Statistik Perikanan Budidaya Indonesia 2000, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Jakarta, him 104 .

DJAJASEWAKA . H ., J . SUBAGJA ; A . WIDIYATI, R . SAMSUDIN

dan WINARLIN . 2005 . Pengaruh kadar protein

terhadap produksi dan kualitas telur induk ikan

nilem (Osteochilus hasselli) . Seminar Hasil

Penelitian Balai Riset Perikanan Budiaya Air

Tawar, Bogor.

HARDJAMULIA .A, dan ATMAWINATA . S . 1980 . Teknik

hipofisasi beberapa jenis ikan air tawa . Prosiding Lokakarya Nasional Teknologi Tepat Guna Bagi

1 9 4

Pengembangan Perikanan Budidaya Air Tawar. Bogor, him 1-16 .

JANGKARU . Z . 1980. Budidaya ikan dalam kantong jaring terapung. Prosiding Lokakarya Nasional Teknologi

Tepat Guna Bagi Pengembangan Perikanan

Budidaya Air Tawar. Bogor, him 82-92

LEGENDRE. M, J . SUBAGJA, and J . SLEMBROUCK . 1998 . Absence of marked seasonal variations in sexual maturity of Pangasius hypophthalmus brooders held in ponds at the Sukamandi Station (Java, Indonesia), Proc . Mid-term Catfish Asia Project, Canhto, Vietnam . 91 - 96.

LEGENDRE M ., POUYAUD L., SLEMBROUCK J ., GUSTIANO R., KRISTANTO A .H ., SUBAGJA J ., KOMARUDIN 0 ., SUDARTO dan MASKUR . 2000 . Pangasius djambal : a new candidate species for fish culture in Indonesia . LARD Journal, 22, 1-14 .

LEGENDRE M ., SLEMBROUCK J . dan SUBAGJA J . 1999. First results on growth and artificial propagation of Pangasius djambal in Indonesia. P. 97-102, in Proceedings of the mid-term workshop of the "Catsh Asia Project", 11-15 May 1998, Cantho, Vietnam .

SUBAGJA. J, SIDI ASIH dan RUDHY GUSTIANO. 2006 .

Manajemen induk dalam pembenihan ikan Tor

soroMedia Akuakultur Indonesia.

SUSENO, D . 1980. Pembenihan beberapa varitas/ strin ikan mas (Cyprinus carpio .L) . Pros . Lokakarya Nasional Teknologi tepat guna Bagi Pengembangan Perikanan Budidaya Air Tawar. Bogor, him 17-26 . SUTRISNO, E . 1996 . Pengaruh lama waktu pemberian

hormone 17b-estradiol secara oral terhadap nisbah kelamin ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) . Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor .

SYAM, Y 1997 . Pengaruh perendaman hormon 17

estradiol dengan dosis berbeda pada larva umur 7 hari selama 18 hari terhadap nisbah kelamin ikan Nila Merah (Oreochromis Sp) . Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

WATANABE, T. 1988 . Fish nutrition and mariculture .

JICA Textbook The General Aquaculture Course . Page : 147 - 159 .

ZAIRIN, M . JR. 2004 . Sex reversal memproduksi benih ikan jantan atau betina, Penebar Swadaya, Jakarta : 96 him .

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Induksi Pematangan Gonad Calon Induk Ikan Patin Siam Pangasianodon hypophthalmus Ukuran 3 kg Menggunakan OODEV melalui

5 Perkembangan diameter telur calon induk ikan patin siam pada minggu ke-4 dan minggu ke- 8 pasca penyuntikan PMSG 10 6 Histologi gonad calon induk ikan patin siam yang

Di samping itu, ikan baung merupakan ikan air tawar mungkin tidak memerlukan asam lemak n-3 dan n-3 HUFA dalam jumlah yang lebih banyak, sehingga pada ka ndungan asam lemak

Tujuan penelitian ini adalah mempercepat kematangan gonad dan mengetahui dosis penyuntikan OODEV yang efektif dalam mempercepat kematangan gonad calon induk ikan

Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan di Balai Budidaya Air Tawar Jambi sejak bulan April 2005 hingga Desember 200 5 ini adalah “Pengaruh tepung ikan lokal dalam

Ttujuan untuk menganalisis pengaruh pemeliharaan induk betina ikan asang (Osteochilus vittatus, Cyprinidae) pada wadah yang berbeda yaitu pada bak beton dan