• Tidak ada hasil yang ditemukan

Matematika dalam Gerakan Tari Sajojo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Matematika dalam Gerakan Tari Sajojo"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Matematika dalam Gerakan Tari Sajojo

Dewi Chandra Florentina   Ester Lilis Chorniantini  Kressetiyarini Sujiati Mahasiswa S1 Pendidikan Matematika,

FKIP Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia Email: dechan.floren@gmail.com

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk membahas kaitan antara matematika dan tari Sajojo. Metode yang digunakan ialah metode kajian pustaka, dan metode penelitian korelasional yaitu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data untuk menentukan adanya hubungan antara dua variabel atau lebih. dan eksplorasi, yaitu menghimpun informasi yang relevan dengan topik diteliti, yaitu tari Sajojo dan menggali aspek-aspek matematika yang ada di dalamnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya unsur matematika dalam tari Sajojo. Dalam hal ini, variabel yang dimaksud adalah Matematika dan tari Sajojo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya unsur matematika dalam tari Sajojo. Unsur matematika yang dimaksud adalah simetri dan basis bilangan. Dengan adanya unsur matematika dalam tari, tari dapat digunakan sebagai media pembelajaran matematika.

Kata kunci. formasi, pola, simetri, tari Sajojo, transformasi geometri

1. Pengantar

Pada masa kini, masyarakat Indonesia kurang mengenal tarian tradisional yang berasal dari negaranya sendiri. Pada kesempatan ini, penulis mengangkat sebuah tarian tradisional yang berasal dari Papua, yaitu tari Sajojo. Menurut Nugroho (2015), tarian ini termasuk tarian pergaulan yang bisa ditarikan oleh siapa saja, baik pria maupun wanita, tua maupun muda. Tari Sajojo merupakan tarian untuk menyampaikan pesan selamat datang pada para tamu, namun para tamu tidak perlu dituntun ke tempat upacara karena sudah ada di tempat. Tari Sajojo juga sering ditampilkan di berbagai acara, baik adat, hiburan, acara budaya, maupun promosi pariwisata. Tarian Sajojo ini dimaknai sebagai tarian yang menggambarkan keceriaan dan semangat kebersamaan. Hal tersebut bisa dilihat dari ekspresi para penari saat menari dan gerakannya yang seirama serta penuh kekompakan.

Asal usul tari Sajojo diperkirakan muncul pada 1990-an, gerakan tari ini khas dan ceria. Awalnya tarian ini populer di kalangan militer yang pernah bertugas di Timor, Maluku, dan Irian. Nama tari Sajojo diambil dari judul lagu yang mengiringinya yaitu lagu Sajojo dan biasanya berirama Cha Cha Cha Ambon medly. Lagu Sajojo sendiri berasal dari Papua, yang menceritakan seorang gadis yang diidolakan yang dicintai di kampungnya. Jumlah penari disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga tidak ada batasan dalam hal tersebut. Dalam pertunjukkannya, para penari biasanya diiringi oleh iringan musik dan lagu Sajojo.

Gerakan pada tari Sajojo biasanya didominasi oleh gerakan kaki dan tangan yang dimainkan sesuai dengan ritme dan irama lagu. Tari Sajojo juga memiliki kekhasan pada gerakannya yang meloncat bongkok, dengan dimulai dari kaki kiri. Kostum tari Sajojo hampir sama dengan tarian tradisional Papua lainnya. Kostum tersebut biasanya terbuat dari akar atau daun. Namun seiring dengan perkembangan, ada juga yang dikreasikan dengan kain agar lebih menarik.

(2)

Selain itu penari dilengkapi dengan berbagai aksesori seperti penutup kepala, kain, dan lukisan tubuh bercorak etnik khas Papua.

Dalam perkembangannya, tari Sajojo masih terus dilestarikan. Berbagai kreasi dan variasi juga sering ditambahkan di setiap pertunjukannya, baik dalam segi gerak maupun kostum para penari, agar terlihat lebih menarik, namun tidak meninggalkan ciri khas dan keasliannya. Penelitian ini menarik untuk dilakukan karena penulis melihat sebagian besar masyarakat Indonesia masih memandang bahwa tarian tradisional ditampilkan hanya untuk hiburan atau pertunjukkan seni semata. Dalam hal ini, penulis ingin menunjukkan kepada masyarakat Indonesia bahwa dalam tari Sajojo terdapat aspek lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu aspek dalam bidang Matematika. Sehingga dengan demikian tari Sajojo juga bisa menjadi bahan edukasi bagi penari dan penikmat tari itu sendiri. Selain itu penulis juga ingin nantinya tari Sajojo bisa menjadi media pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa khususnya pelajaran matematika. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara matematika dengan tari Sajojo.

2. Landasan teori

Tari menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah gerakan badan (tangan dan sebagainya) yang berirama, biasanya diiringi bunyi-bunyian (musik, gamelan, dan sebagainya). Tari juga dapat didefinisikan sebagai perpindahan kaki atau tubuh seseorang, atau keduanya, secara berirama dalam sebuah pola langkah yang diiringi musik. Dengan kata lain, menari adalah gerakan tubuh yang sesuai irama pada musik. Bunyi-bunyian yang disebut pengiring tari mengatur gerakan penari dan memperkuat maksud dari yang diinginkan. Tradisional menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sikap dan cara berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun-temurun. Dengan demikian tari tradisional adalah gerakan badan yang berirama serta tumbuh dan berkembang di suatu daerah tertentu yang dianut secara turun-temurun.

2.1. Gerakan dalam tari Sajojo

Gerak tari Sajojo sangatlah jelas tergambar dari hentakan kaki yang sangat terkesan lincah bersemangat, mulai dari awal gerakan persiapan sampai gerakan pedang. Tarian ini bisa ditampilkan di mana saja, baik di dalam ruangan maupun di ruangan terbuka (lapangan). Tarian ini menggambarkan tarian yang menunjukkan kemuliaan terhadap tamu atau penghormatan terhadap tamu. Dalam Rizayani (2015), gerak tari Sajojo terdiri dari beberapa gerak yaitu: 1. Gerak masuk

Uraian gerak: Para penari membentuk satu baris sejajar dan sambil bergerak kosong untuk membuat lingkaran. Kedua tangan di samping dan melihat ke depan dan membentuk formasi. Gerak ini dilakukan sebanyak 3 x 8 hitungan hingga sampai ke lingkaran.

2. Gerak sekak tanah

Uraian gerak: Para penari masuk sambil membuat lingkaran dan kepala menunduk ke bawah sambil kedua tangan mengikuti gerakan kaki yang dihentak-hentakkan. Dilakukan sebanyak 3x8 hitungan sebelum penari berangkulan.

(3)

(a) (b)

Gambar 1. (a) Gerak masuk, dan (b) Gerak sekak tanah. 3. Gerak merangkul

Uraian gerak: Gerakan masih sama dengan gerakan diatas hanya saja penari membuat lingkaran sambil merangkul dengan penari yang lain. Gerak ini dilakukan selama 1x8 hitungan.

4. Gerak memukul sagu

Uraian gerak: Pada gerak 1–2 kaki kanan di depan dan kaki kiri diangkat, kemudian tangan kanan dan kiri seakan-akan menumbuk sagu sambil digenggam, tangan kanan di bawah dan tangan kiri diantara bahu, dan kepala mengikuti tangan. Pada gerak 3–4 kaki kanan diangkat dan kaki kiri tetap di tempat, untuk gerakan tangan kebalikan dari gerakan 3–4. Pada gerakan 5–6 masih sama seperti gerakan 3–4, yang membedakannya hanya gerakan tangan yang ditarik ke samping belakang kanan, dan kepala mengikuti tangan kanan. Pada gerakan 4, kaki kanan diangkat dan kaki kiri tetap di tempat, kepala melihat ke samping kanan dan tangan kiri lurus sejajar dada menghadap ke kanan, sedangkan tangan kanan lurus ke depan sejajar bahu dan lurus menghadap ke depan. Dan pada gerakan 5 kebalikan dari gerak 4, kaki kiri diangkat dan kaki kanan di tempat, kepala melihat ke samping kiri, dan tangan kanan lurus sejajar dada menghadap ke kiri, sedangkan tangan kiri lurus ke depan sejajr bahu dan lurus mengadap bahu. Gerakan ini diulang seama 5x8 hitungan dimulai dari 1–8 hitungan.

5. Gerak cendrawasih

Uraian gerak: Sebelum gerak ini dilakukan penari melakukan gerakan step sambil jalan membentuk segitiga selama 2x8 hitungan. Pada hitungan 1, penari sudah berbalik arah ke sebelah kiri, sehingga kaki kiri diangkat dan kaki kanan tetap di tempat, sehingga kedua tangan membentuk sayap cendrawasih. Pada hitungan 2 juga sama, hanya penari menghadap ke sebelah kanan, sehingga kaki kanan diangkat dan kaki kiri tetap di tempat, dan kedua tangan membentuk burung cendrawasih, dimana siku tangan kiri mengarah ke samping kanan, dan tangan kiri mengikuti ujung tangan kanan.

(a) (b) c)

(4)

6. Gerak pacul tiga

Uraian gerak: Pada hitungan 3, kaki dan tangan disilang, jika tangan kanan disilang kekiri maka tangan kiri disilang kekanan, sedangkan jika kaki kanan disilang ke kiri sambil diangkat. Untuk arah kepala melihat kesamping kiri. Sedangkan pada hitungan 4, kaki kanan diangkat kesamping kanan dan kaki kiri ditempat, dan gerak tangan dan tangan kiri membentuk huruf U, dan arah kepala melihat kesamping kanan. Pada hitungan 5, gerak kaki kanan mengangkat kebelakang dan kaki kiri tetap ditempat, untuk gerak kedua tangan menggenggam, untuk arah kepal melihat ke kiri. Pada hitungan 6, kaki kiri didorong kedepan dan kaki kanan tetap ditempat, sedangkan tangan kiri lurus kedepan dan tangan kanan seperti mengukel, arah kepala tetap lurus kedepan. Pada gerak 7 kaki kanan tetap ditempat, sedangkan kaki kiri kesamping kanan sambil diangkat, gerakan kedua tangan dibuka keluar dan kepala mengikuti arah kaki kiri. Pada hitungan 8 kaki kanan ditempat, sedangkan kaki kiri dilipat kearah samping kanan belakang. Selanjutnya kedua tangan digenggam diatas bahu dan kepala mengarah kesamping kanan. Dimulai dari hitungan 1–8 gerakan ini di ulang-ulang selama 7x8 hitungan.

7. Gerak ekor cenderawasih

Uraian gerak: Sebelum gerakan ini dilakukan, penari melakukan gerakan step selama 3x8 hitungan sebelum melakukan gerakan ini. Pada hitungan 1, kaki kiri menggunakan tumit dan kaki kanan seperti biasa ditempat, sedangkan kedua tangan diletakkan di pinggang, dan arah kepala mengikuti arah tumit. Pada hitungan 2, masih sama seperti gerak 1 yang membedakan hanya kaki kanan mengarah kekanan dan kaki kiri di tempat seperti biasa, arah kepala mengarah kesiku tangan kiri. Pada hitungan 3, kaki kanan dan kaki kiri ditempat dan kedua tangan dipinggang, hanya kepala yang sedikit melihat kebawah kanan. Pada hitungan 4 masih sama seperti hitungan 3, hanya kepala melihat kesamping kanan saja tanpa menunduk.

Gambar 3. (a) Gerak pacul tiga, dan (b) Gerak ekor cenderawasih. 8. Gerak sekak angkat kaki

Uraian gerak: Pada hitungan 5, tangan kanan dan tangan kiri di samping pinggang sambil digenggam, dan kaki kiri hanya ditempat sedangkan kaki kanan diangkat sejajar lutut. Pada hitungan 6 masih sama yang membedakan hanya kaki kiri yang diangkat. Pada hitungan 7 kedua tangan di belakang, dan kaki kanan seperti menendang kedepan, sedangkan kaki

(5)

kiri hanya di tempat dan arah kepala mengikuti arah kaki kanan. Pada hitungan 8 masih sama seperti hitungan 7, yang membedakan hanya kaki kiri yang diangkat sejajar lutut, dan untuk arah kepala mengikuti kaki kiri. Pada hitungan 1 kedua tangan dibelakang, dan kaki kanan seperti menendang ke depan sedangkan kaki kiri hanya ditempat arah kepala ke depan. Pada hitungan 2 kedua tangan di belakang, dan kaki kiri seperti menendang. Pada hitungan 4 hampir sama dengan gerak sebelumnya, yang membedakan hanya kedua tangan di pinggang. Dari hitungan 5–8 sampai hitungan 1–4 diulang-ulang selama 9x4 hitungan. Sebelum gerakan ini dilakukan penari melakukan step selama 3x8 hitungan. Sebelum gerakan ini dilakukan penari melakukan step (gerakan kosong) selama 11x8 hitungan. Pada hitungan 5 tangan penari masih berada di pinggang seperti gerak sebelumnya, hanya kanan yang diangkat kebelakang sejajar lutut dan arah kepala penari melihat ke kaki kanan. Sedangkan pada hitungan 6 masih sama juga dengan gerakan sebelumnya, hanya kaki kanan menendang ke depan dan arah kepala mengikuti kaki kanan. Pada hitungan 7 masih sama seperti gerak sebelumnya, kedua tangan di pinggang sedangkan kaki kiri seperti menendang dan kaki kanan masih ditempat. Pada hitungan 8 masih sama seperti hitungan 7, hanya kaki kiri dipatahkan ke belakang dan arah kepala mengikuti kaki kiri. Dari hitungan 5–7 penari melakukan gerakan selama 3x8 hitungan dengan diulang-ulang.

Gambar 4. Gerak sekak angkat kaki 9. Gerak memegang tempayan

Uraian gerak : Sebelum gerakan ini dilakukan, penari melakukan gerakan step selama 2 x 8 hitungan. Pada hitungan 1, kedua tangan masih di pinggang, dan kaki kiri menendang ke depan sedangkan arah kepala mengikuti kaki. Dan pada hitungan 2 kedua kaki dirapatkan diikuti kedua tangan juga dirapatkan seperti memegang tempayan yang terisi sesuatu. Pada hitungan 3 masihsama seperti hitungan ke 2, dan pada hitungan 4 berdiri tegak hanya tangan kiri memegang pinggang.

10. Gerak pulang

Uraian gerak: Pada hitungan ke 5 tetap berdiri tegak kedua kaki dirapatkan, tangan kiri di pinggang dan tangan kanan seperti memberi ucapan selamat tinggal dengan punggung tangan mengarah ke atas, dan arah kepala mengikuti tangan kanan. Pada hitungan 6 masih sama seperrti hitungan 5, hanya tangan kanan mengarah ke samping kanan dan arah kepala mengikuti tangan kanan. Pada hitungan 7 masih sama seperti hitungan 5, sedangkan pada hitungan 8 masih sama seperti hitungan ke 7, yang membedakan hanya gerak badan yang membungkuk sambil kepala melihat ke tangan kanan. Sambil jalan penari melakukan gerakan tersebut dilakukan secara bergantian. Dari hitungan 5–8 penari melakukan gerakan pulang selama 3 x 8 hitungan.

(6)

Gambar 5. (a) Gerak memegang tempayan, dan (b) Gerak pulang.

2.2 Pola lantai dalam tari Sajojo

Dalam Rizayani (2015), pola lantai pada tari Sajojo tidak bervariasi, karena tari ini menggunakan pola lantai umum yang bisa dipakai pada tarian lainnya. Bisa jadi satu pola lantai dipakai untuk beberapa ragam gerak. Pola lantai yang digunakan berbentuk baris sejajar, baris berrbentuk segitiga, serong kanan dan berbentuk lingkaran. Berikut penjelasan pola lantai pada tari Sajojo.

Gambar 6. Pola lantai. Keterangan Gambar 6:

a) Pola gerakan masuk, sekak tanah dan merangkul b) Pola gerakan memukul sagu

c) Pola gerakan cendrawasih d) Pola gerakan cendrawasih

e) Pola gerak masuk dan gerak ekor cendrawasih f) Pola gerak sekak angkat kaki

g) Pola gerakan pacul tiga

h) Pola gerakan memegang tempayan

i) Pola gerak ekor cendrawasih, dan gerak pulang j) Pola gerak pulang

Pola lantai simetri adalah menempatkan bentuk garis-garis anggota badan penari yang kanan dan kiri berlawanan arah akan tetapi sama. Pola lantai asimetri adalah di mana menempatkan bentuk garis-garis anggota badan penari yang kiri berlawanan dengan yang kanan.

a)

g)

b) c) d) e)

(7)

2.3 Macam formasi kelompok dalam tarian

Menurut Nanang Ajim (2014), ada beberapa macam pola lantai pada tarian yang membentuk sebuah formasi dalam tari, antara lain:

1. Bentuk huruf V

Biasanya formasi ini digunakan pada awal pembukaan dalam sebuah pertujukkan tari. Dalam formasi ini terdapat satu orang di depan sebagai pusatnya. Kemudian penari yang lain berbaris melebar sehingga membentuk huruf V.

2. Bentuk bulat (lingkaran)

Formasi ini diawali dengan membentuk 2 bundaran (lingkaran). Ini berarti menunjukkan bahwa mereka mulai membagi tugas. Tiap kelompok barisan menunjukkan kekompakannya masing-masing. Kemudian kedua lingkaran ini akan bergabung membentuk lingkaran besar yang melambangkan persatuan dan kesatuan yang besar dan kokoh.

3. Bentuk melengkung

Formasi ini banyak digunakan pada tari rakyat dan tari tradisi, memberi kesan lemah dan lembut. Selain itu juga dapat memberi kesan manis.

4. Bentuk garis

Dalam formasi ini, penari membentuk garis vertical, yaitu garis lurus dari depan ke belakang atau sebaliknya. Formasi ini memberikan kesan sederhana tapi kuat. Selain itu, formasi ini juga banyak digunakan pada tari tradisional baik klasik maupun kerakyatan. Selain itu juga dapat terbentuk formasi garis diagonal, dimana penari berbaris membentuk garis menyudut ke kanan atau ke kiri.

2.4 Transformasi geometri

Ada tiga jenis operasi simetri utama yaitu refleksi (pencerminan), rotasi dan translasi.

1. Refleksi (pencerminan) adalah operasi mencerminkan objek pada sebuah garis sebagai bidang cermin.

2. Rotasi adalah operasi merotasi objek dengan titik sebagai pusat. Contohnya, segitiga sama sisi memiliki simetri rotasi dengan sudut rotasi 120 derajat.

3. Translasi adalah operasi mentranformasi objek dari satu daerah ke daerah lain dengan sebuah vektor. Simetri-simetri yang lebih rumit merupakan kombinasi dari operasi-operasi ini. Simetri banyak dipakai dalam berbagai disiplin pengetahuan seperti geometri, matematika, fisika, biologi, kimia, seni dan sebagainya.

Kanginan (2014: 148, 156, 161, 170) menjelaskan bahwa transformasi adalah suatu pemetaan yang mentransformasikan (memindahkan) suatu titik atau suatu gambar (disebut benda) ke suatu titik atau suatu gambar lain (disebut bayangan). Ada empat jenis transformasi, yaitu: 1. Translasi adalah transformasi yang menggeser benda dengan arah dan jarak tertentu. 2. Refleksi atau pencerminan adalah suatu transformasi yang secara dasar adalah “membalik”

suatu bentuk terhadap suatu sumbu refleksi.

3. Rotasi adalah suatu transformasi yang memutar semua titik pada suatu bidang terhadap suatu titik tetap sebagai pusat rotasi melalui suatu sudut dengan arah berlawanan arah jarum jam atau searah jarum jam.

(8)

4. Dilatasi adalah transformasi yang menghasilkan gambar yang sama dengan bentuk benda aslinya tetapi ukurannya berbeda.

3. Hubungan antara matematika dan tari Sajojo

Bila kita mencermati gerakan pada tari Sajojo secara keseluruhan, kita akan mendapatkan bahwa dalam tari Sajojo terdapat unsur matematika yaitu di antaranya adalah pola, dan simetri, sudut, geometri, formasi, dan bentuk. Pola dalam tari Sajojo terdapat pada gerakan kaki dan dalam musik, sedangkan simetri pada tari Sajojo dapat terlihat pada pembentukan formasi kelompok dan gerakan tubuh, baik gerakan pribadi maupun gerakan berpasangan. Selain itu, juga akan dibahas transformasi geometri yang ada dalam tari Sajojo, yang meliputi translasi, refleksi, dan rotasi.

3.1 Matematika dalam pola tari Sajojo

Irama melibatkan pola dan pola adalah bagian dari matematika. Segala sesuatu dalam tarian berhubungan dengan pola. Penari mengingat pola gerakan kaki dalam tarian mereka. Musik biasanya memiliki pola yang mendikte gerakan penari. Mereka juga mengikuti pola dalam musik, dalam hitungan 1–8 berulang (1, 2, 3, ..., 8, 1, 2, 3, ..., 8,...)

Hitungan 1–8 berulang dalam pola musik dapat dianalogikan sebagai basis 8. Di mana jika sudah mencapai hitungan ke-8 maka hitungan akan kembali ke-1. Sedangkan untuk pola gerakan menggunakan hitungan 2x8, kemudian penari melakukan gerakan yang berbeda. Hitungan 2x8 berulang dalam pola gerakan dapat dianalogikan sebagai basis 16.

Tari juga dapat berhubungan dengan ketepatan waktu pada irama, jumlah langkah yang terlibat dalam sebuah tarian, jumlah pola yang terlibat, jumlah instrumen yang dibutuhkan untuk memainkan musik, jumlah koreografi yang dibutuhkan untuk bekerja dalam tarian, dan lain-lain. Selain itu tarian dapat terbentuk dari berbagai jenis kombinasi titik, sudut, dan garis.

3.2 Matematika dalam formasi tari Sajojo

Penari secara terus menerus membuat bentuk dengan seluruh tubuh mereka. Mereka menampilkan bentuk geometri sederhana dengan lengan dan kaki mereka seperti lingkaran, segitiga, dan garis serta bentuk geometri yang lebih kompleks. Penari perlu fokus pada sudut yang mereka buat dengan tubuh mereka. Sudut dapat terbentuk dari bagian tubuh penari itu sendiri maupun secara berpasangan. Penari dapat membuat sudut lancip, sudut siku-siku, sudut tumpul, dan sudut lurus menggunakan tangan dan/atau kaki. Penari juga membuat berbagai bentuk dengan formasi mereka. Penari secara terus menerus menggerakkan tubuh mereka di atas panggung sehingga mencerminkan pola yang konsisten/sama. Formasi yang terdapat dalam tari Sajojo antara lain seperti pada Gambar 7–12.

(9)

Gambar 7. Formasi trapesium yang saling sejajar.

Gambar 8. Formasi trapesium.

Gambar 9. Formasi segiempat yang saling sejajar.

Gambar 10. Formasi segiempat.

Gambar 11. Formasi simetri lipat dari garis.

(10)

Formasi yang dibentuk oleh penari menggunakan simetri tubuh. Seringkali, formasi dalam tarian membuat refleksi atau simetri rotasi. Juga, ketika menari secara berpasangan sering menggunakan kedua refleksi dan simetri rotasi. Penari juga memiliki refleksi simetri dalam tubuh mereka sendiri. Adanya simetri yang terdapat pada formasi dalam tari Sajojo bertujuan untuk merancang gerakan agar dapat terlihat lebih menarik, dikarenakan naluri manusia yang selalu mencari suatu pola pada apapun yang diterima secara visual.

3.3 Tari Sajojo sebagai masalah kontekstual dalam pembelajaran matematika

Setelah melihat uraian mengenai hubungan matematika dengan tari Sajojo, tari ini dapat digunakan sebagai media pembelajaran kontekstual yang dapat membelajarkan konsep-konsep matematika. Melalui seni, konsep matematika dapat digabungkan. Hal ini terlihat dari gerakan, pola, dan formasi yang memuat konsep-konsep dasar matematika. Media pembelajaran ini menciptakan suasana pembelajaran matematika yang inspiratif, kreatif, dan inovatif bagi peserta didik di kelas dengan memanfaatkan konteks lokal budaya, yaitu menggabungkan budaya atau seni dan matematika. Pembelajaran matematika dengan menggunakan tarian ini dikenal sebagai math dance. Math dance adalah sebuah kegiatan eksplorasi yang akan disukai oleh peserta didik karena pembelajaran dikombinasikan dengan irama dalam bahasa, matematika dalam seni.

Dalam pengembangannya, materi transformasi geometri bisa diajarkan kepada peserta didik tingkat SMA, khususnya kelas XI IPA kurikulum 2013, Materi ini dapat disampaikan melalui tari Sajojo. Dalam hal ini tari Sajojo yang berfungsi sebagai media pembelajaran untuk memahami konsep-konsep dasar pada materi tansformasi geometri. Setelah diketahui aspek-aspek matematis yang ada dalam tari Sajojo, dapat dirancang suatu aktifitas pembelajaran dengan menggunakan tari Sajojo, untuk menghantar siswa melalui kegiatan dan eksplorasi untuk memahami konsep-konsep geometri transformasi. Berikut merupakan penjabaran langkah 5M dalam pendekatan saintifik:

1. Mengamati

Peserta didik diminta untuk mengamati video tari Sajojo. Bentuk bimbingan yang diberikan guru adalah mengarahkan video yang akan diamati, memberikan penjelasan, dan melakukan tanya jawab.

2. Menanya

Peserta didik membentuk kelompok diskusi, kemudian mendiskusikan mengenai konsep translasi, rotasi, dan refleksi. Melalui diskusi, akan muncul pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh siswa terkait dengan materi tersebut. Bentuk bimbingan guru adalah memfasilitasi siswa agar dapat berfikir kritis.

3. Mengumpulkan informasi

Peserta didik diajak untuk mengumpulkan informasi mengenai materi tersebut melalui buku, internet, teman, bahkan guru, dan sumber lainnya. Bentuk bimbingan guru adalah membimbing dan memfasilitasi peserta didik dalam kegiatan tersebut.

4. Menalar

Peserta didik menjawab pertanyaan yang muncul dalam kegiatan menanya, menyebutkan contoh, dan mengkaitkan video tari Sajojo dengan materi tersebut. Bentuk bimbingan guru

(11)

adalah mengarahkan dan membantu menjawab pertanyaan dari siswa yang mengalami kesulitan.

5. Mengkomunikasikan

Peserta didik menyampaikan hasil dari kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, dan menalar baik secara lisan maupun tulisan. Peserta didik yang lain dapat menanggapi apa yang sedang di sampaikan oleh kelompok lain. Bentuk bimbingan guru lebih kepada pemberian kesempatan dan pengkondisian suasana kelas agar tetap kondusif. 4. Kesimpulan dan saran

Operasi Transformasi geometri dalam simetri yang sering dijumpai adalah rotasi, refleksi, dilatasi, dan translasi. Sejauh ini transformasi geometri operasi simetri hanya dapat dipelajari secara teoritis. Namun setelah diamati, ketiga transformasi geometri operasi tersebut juga terdapat pada seni tari, khususnya tari Sajojo. Selain simetri transformasi geometri, unsur matematika yang dapat dijumpai adalah basis bilangan yang terdapat pada irama gerakan tari. Untuk pengembangannya operasi simetri transformasi geometri, basis bilangan, dan unsur matematika yang lain juga dapat ditemukan pada berbagai jenis tari. Sehingga dapat dikatakan bahwa matematika memiliki kecocokan dengan tari. Hal ini menarik karena tari dapat digunakan sebagai media pembelajaran matematika yang lebih konkret, agar peserta didik memiliki pemikiran kreatif untuk melatih proses berpikir kritis dan logis.

Ucapan terima kasih

Terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Kasih atas berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan artikel ini dengan baik dan lancar. Terimakasih juga kepada bapak Andy Rudhito selaku dosen pembimbing dalam penyusunan artikel ini. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan artikel ini.

Referensi

Ajim, N. (2014). Pola lantai tarian daerah. Diambil dari http://www.mikirbae.com/ 2014/pola-lantai-tarian-daerah.html?m=1

Belcastro, S. M., & Schaffer, K. (2011). Dancing mathematics and the mathematics of dance. Math Horizon, 18(3), 16–20.

Garha, O. (1979). Pendidikan seni rupa buku guru SPG. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Helsa, Y., & Hartono, Y. (2011). Designing reflection and symmetry learning by using math traditional dance in primary school. Jurnal IndoMS.J.M.E, 2(1), 79–94.

Kanginan, M., & Terzalgi, Y. (2014). Matematika untuk SMA – MA/ SMK Kelas XI. Bandung: Yrama Widya. Nugroho, A. (2015). Tari sajojo tarian tradisional dari Papua. Diambil dari

http://www.negerikuindonesia.com/2015/11/tari-Sajojo-tarian-tradisional-dari.html

Rizayani (2015). Bentuk penyajian tari Sajojo pada perkumpulan mahasiswa Papua di Banda Aceh (skripsi tidak diterbitkan). FKIP Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh.

Zen, C. (2014). Rumah sejati Ministry-Sajojo Papua Dance. Diambil dari:

Gambar

Gambar 2. (a) Gerak merangkul, (b) Gerak memukul sagu, dan (c) Gerak cenderawasih.
Gambar 3. (a) Gerak pacul tiga, dan (b) Gerak ekor cenderawasih.
Gambar 4. Gerak sekak angkat kaki  9.  Gerak memegang tempayan
Gambar 6. Pola lantai.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pada penderita sindrom nefritik akut yang mempunyai gambaran klinis klasik GNAPS harus dibedakan dengan penderita yang mempunyai gambaran klinis unusual GNAPS 3

Veeam Backup & Replication v7 for VMware supports VMware vSphere and VMware Infrastructure 3 ( VI3 ), including the latest version VMware vSphere 5.5 and Microsoft

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PREDIKSI KEPUTUSAN MEDIS PADA PENYAKIT DEMAM BERDARAH

Potensi Taman Satwa Cikembulan sebagai salah satu daya tarik wisata di.. Kabupaten Garut sudah cukup

PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA UNTUK MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI DI DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN YOGYAKARTA..

Integrasi keilmuan dalam pembelajaran perlu dipikirkan dan diusahakan oleh guru PAI sebagai upaya mencetak peserta didik yang tidak hanya memiliki pemikiran cerdas secara

Gaya beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan untuk situasi khidmat dan upacara resmi. Sebagai contoh upacara kenegaraan, khotbah di masjid,

Dengan perawatan yang diterapkan saat ini masih saja terdapat kerusakan pada mesin dan tak jarang pula menyebabkan terhentinya proses produksi yang