• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal VeteriilEf. Vol 11 No 4 Desember JURNAL KeDoKTERAN Hewaru lruoonesla BIJI PINANG MENTNGI{AII{AN KADAR TESTOTERON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal VeteriilEf. Vol 11 No 4 Desember JURNAL KeDoKTERAN Hewaru lruoonesla BIJI PINANG MENTNGI{AII{AN KADAR TESTOTERON"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MDLACAK VIRUS

MBIES

PADA

OTAKANJING

DI

BALI

DENGAN ANTIBODI MONOKLONAL

MELACAK

VIRUS

AVIAN

INF'LUENZA

H5N1

PADA

DOC

DI,AGNOSIS

CEPAI

VIRUS

AVIAN

INF'LUENZA

H5N1

DENGAN

METODE SINGLE STEP MUIf,IPLEX

KILPCR

PERANAN PEDAGANG

MEIIYEBARKAII

VIKUS AVIAN

INF"LUENZA

H5N1

PELUANG MASYARAI{AT TERTULAR

ANTRAKS

KULIT

DI

DAERAH ENDEMIS

PAIOLOGI KEJADIAN SISTISERKOSIS

PADA

TIKUS PUTIH

SEKUM

ANJING

OPTIMUM UNTUK MEMELIHARA

BABESIA

CANIS

BIJI

PINANG MENTNGI{AII{AN KADAR TESTOTERON

SDLEKSI OOSIT

MATANG

DOMBA

DENGAN

METODE

tsRILLIANT

CRESSYL tsLUE

I{AMKTEK

F"ENOTIF"

PERSILANGAN

AYAM

PELUNA DENGAN CEMANI

IDENTIF'IKASI E.COLI

DAII

SHIGA LIKE

TOXIN

ASAL

F"ESES

DAII

DAGING

Jurnal

VeteriilEf

JURNAL KeDoKTERAN

Hewaru

lruooNESlA

Vol

11

No

4 Desember

2010

(2)

Vol 11, No

4

Desember 2010 Terakreditasi Dirien Dikti

S.K. No. 65alDIKTtKep/2008

ISSN :

74ll

8327

Website : ejournal.unud.ac.id

Jurnal Tiga Bulanan

Jurnal Kedokteran Hewan Indonesia

(Terbit: Maret, Juni, September, Desember)

manusia. Akankah mereka dilenyapkan palisa ? Tanpa pengadilanyangwajar akanketerlibatannya terkait rabies.

PEMIMPIN UMUM : I WAYAN BATAN DEWAN REDAKSI , NYOMAN N/ANTIK ASTAWA (KETUA). IDA BAGUS ARKA, NYOMAN SADRA DHARIVAWAN, IWAN H, UTAIVA. I GUSTI NGURAH KADE IVAHARDIKA. I KETUT PUJA, I KETUT

SUATHA, TJOK GDE OKA PEMAYUN, ROOSTITA L. BALIA, I KETUT BERATA. REDAKTUR PELAKSANA: I NYOMAN

SUARTHA&IGMKRISNAERAWAN,SEKRETARISREDAKSI: INYOMANSUARSANA,STAFREDAKSI:

I

WAYAN

SUARDANA, IGUSTI NGURAHSUDISIVA,AIDALOUISETENDENROMPIS,NIGUSTIAGUNGAYUSUARTINI,IMADESUKADA, ANAK AGUNG SAGUNG KENDRAN, ANAKAGUNGAYU MIRAHADI. TATAUSAHA: PUDJI RAHARDJO, WERDI SUSARI, KANTOR REDAKSI & ALAMAT SURAT : KLINIK HEWAN FKH UNUD, Jl. Raya Sesetan Gg. Markisa 6 Banjar Gaduh, DenpasaT - BaIi. PENERBIT : FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN, UNIVERSITAS UDAYANA BEKERJA SAN/A DENGAN PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA. REKENING : NOMOR 0118628705 N N drh. I NYOMAN SUARTHA N/ Sl BNI

CABANG DENPASAR DICETAKOLEH, PERCETAKAN PELAWASARI. JL,ANTOSURA33 DENPASAR

Dua anjing kampung menjaga pantai Ba1i. Selalu memastikan ombak berdebur. SeIaIu menyapa

matahari

terbit

pada waktunya. Selalu menerima kabar dari angin

laut

tentang peruntungan

e****i@ " *e#"*e+qrffi 4

W.;*

*p.*,,+'ftF

,;;

.;-;:",

!lg$,',. :., *,

tffiiii:*.",:.-

,- **

',,g

+, .:i:.r,i::r -rs.:.]s

-ij

i

,id

Setiap naskah yang

dikirim

ke redaksi

untuk

dipublikasikan

dalam

Jurnal

Veteriner

akan

dipandang

sebagai

karya

asli penulis

dan

bila diterima,

naskah

tersebut

tidak

diperkenankan

dipublikasikanlagi

secara

keseluruhan

ataupun

(3)

Vol 11, No

4

Desernber 201C)

Terakreditasi Dirjen Dikti S.K. No. 6SaiDIKTIrT(ep/2OO8

ISSN :141L-8327

Website : ejournal.unud.ac.id

Terbit sejak 18 Desember 2000

203-209

210-219

Jurnai Kedokteran Hewan Indonesia

Indonesian Veterinarv Journal

Naskrh Asli

Original Article

NYOMAN N1IANTIKASTAWA" IDABAGUS KADE SUARDANA, LUH PUTUAGUSTINI, IiAIZIAH

Immunological Detection of Rabies Virus iir BrainTissues of Infected Dogs by Monoclonal Antibodies

(PELACAKAN VIRUS RABIES PADA JARINGAN OTAK ANJING TERINFEKSI RABIES

DENGAN ANTIBODI MONOKLONAL) 196-202

SOPHIA SETYA\\ATI. I{ETNO DANIAJANTI SOEJOEDONO, EKOWATI HANDHARYANI,

BAMBANGSUMIARTO

Deteksi Yir,us Avian Influenxa H5Nl pada Anak Ayam Umur Satu Hari

dengan Teknik Imunohistokimia

(DETECTION OF AVIAN INFLUENZA VIRUS rI5Nl tN DAY OLD CHICK (DOC )

BY USrl{G TMMUNOHISTOCIIEMISTRY TECHNIQUE ) ... ...

ARIS TIARYANTO. RATNA ERN'IAWATI, MEDANIA PURWANINGRUM, DINI WAHYU YUDIAN INGTYAS,

MICI{AEL I{ARYADI WIBOWO. CHARLES RANGGA TA BBU

Penerapan Metode Diagnosis Cepat Virus Avian Inlluenza I15N1 dengan Metode Single Step Multiplex RT-PCR

UPPLICATION OF fuAPID DIAGNOSIS METHOD FOR AVIAN INFLUENZA I/IRUS H5N]

USING SINGLE STEP MULTIPLEX R.T-PCR)

INYOIT-\N SI .\RTtl,{. I\1.-\DIl,SIr\IA.{N1.{lt,\. II(ADII.KS,\K.\\\'IIi\A\,\. I\IADI]SUK,\Dr\. I

\\"\\"\\

\\'IRATA.

\

I \IADE RITH.\ KI{TSN,\ DI'\\'I. I GT'STI NGT, R.\II Ii,\DE \II\IIAIIDIKA

Perlnnn I)edagrng L, nggas clalant Penl'elraralt

Iirtts

.{r'ian lttlltrenza C l l,\ l- lttr L B A S R I. N L.:N I.r.. G \ L\ R I.\ K I P'I I \',\ I I

)lerncgang Heran Ilentan dnn Nlenanguni Protlulinl'a Bcrisilio lJesar Tcrttrlar Antraks Kulit di l)acrah Ilndentis

(HANDLER OF SUSCEPTIBLE ANIMALS AND THEIR PRODUCTS HAVE A HIGH RISK OF BEING

INFECTED WITH CUTANIL\S ANTHRAX IN ENDEMIC AREA)

...

. ...,.

.. ...

... 226-231

I KETUT BERAI'.\. A\-{Ii AGI.INGGDE AR.JANA, I \\'-{YA\ ST-:DIR,,\. I \I.\DE NIERDAN.\.

I KT''I'I-I'I'BTiDI.\SA. II)A B.\(;US NIAI)I,] OK,\

Studi Patologi licjadian Cystictrcosis patla Tikus l'utih

,TI,TI,Ii ASI'\".\\\I\TI. RET\O \\'T,LANSARI. CAIIYONO. IIERRYARDTTI,\NS}'AH. .\RI RTI}I I'KSO. DI IEI"IY

Konscntrrsi Serrrrn Anjing vnng Optirnum untuk Nlenumbuhkan dan Ilemclihara Bubcsia carlls dalam lJiakan

(TttE op7-t,\.tLit| (o\t(,EN7-]t,11'ta)t oF DoG.97:71[,"11 ]r.t (:(.it.tIr]1F T() (:L;1,il1,.1TE.1,\L) N{ tr S l- I \L{KNIA. CIIAN I F } IA HDI 2. r\ti I-.A.N N l' Al\ I

Peningliatan Konsentrasi -I'estosteron pldir Tikus Akibat Paparan Elistrirk Air Biji Pinang (7'lll:. 1\t( |tL'.1SED ()l:: l'1,.\ lO,\TEIlONll (-O,\ia'8,\'fn '1.1'lON O1' R.'1'l"l'll) 1- tRI:,1'1 ,\'ll';t\ l'

NIOHANL\D AGt,S SIITI,\Dl. INIAN SUI'RIi\TNA

Selcksi Kerrrarnpuan Pernataugirn Oosit Dombl Nlenggunakan -l-ekrrik Brilllrui Crcsst'l Blue

(SELI:C'llNG (.'OMt'jLl-l:r\CE SHEEI'OO.tCYTES'(.i.\1NG llRll'Ll.'1,\7 ('/?E-tt)'L

Bl-t.il:')

l5l-256

BUDt SIi,T'lr\DI DARYONO. I\\.\N ROOSDIAN-TO. HIiNDRYTl{l S.\KTI SAnAf;III

I,crvarisan K:rrakter Fenotip Al,irnr Hasil Persilangan A1'am Pelung dengan A--vanr Cemani

pltNOT')'ptc,,|1, (:il1I\A(:TER.\ tN tlYtlI{D5 a'1Jla(1tN oF (l?o.s.\BREED.\ B1"TII:EEN Pl:t,(tN(;

AND Ct:ilvlANl 251-263

I \\'.{\'AN SIr,\RDANA. \\ ,\\i\N TUNAS AItf,\M.{, WID\n.\SI\l AItr\, Btr DI S ll'l l,\DI D.\RYONO ldentillkasi Est:herir:hio coli (o157:Il7 serta Dcteksi Gen Sllgo I'ike Tttrin

l

dan

l

.{sal I,eses IIewln, I)aging dan Fcscs }Ianusia

(IDEN'l'lt"t('1t'tONO1'E,\'Cttl'ltlC'llllCOLIO1.:7:H7.1\Dl)t:.7'E('tlOI Ol:SHI(;.'1 l.lKl:7-O-\7N./

(4)

264

Identifikasi

Escherichia coli

O157:H7 serta Deteksi

Gen

Shiga Like Toxin 1

dan

2

Asal Feses Hewan,

Daging, dan Feses Manusia

(IDENTIFICATION OF ESCHERICHIA COLI O157:H7 AND DETECTION OF SHIGA LIKE TOXIN 1 AND 2 GENES FROM ANIMAL FECES BEEF,

AND HUMAN FECES)

I Wayan Suardana1), Wayan Tunas Artama2),

Widya Asmara3), Budi Setiadi Daryono4)

1)Mahasiswa S3 Program Studi Bioteknologi Universitas Gadjah Mada;

Bagian Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, Jl. PB.Sudirman Denpasar, Bali Tlp.(0361) 223791, 701808

E-mail : iwayansuardana22@yahoo.com

2)Bagian Biokimia, 3)Bagian Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Hewan 4)Bagian Genetika, Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada

Jl. Teknika Selatan, Sekip Utara, Yogyakarta 55281. E-mail: bs_daryono@yahoo.com

ABSTRACT

Escherichia coli O157:H7 with the ability to produce shiga-like toxin was isolated from beef, cattle, chicken, and human feces. Due to its importance to human health, it is necessary to identify the genes encoding the production of shiga-like toxin, stx1 and stx2 respectively to further understand the pathogenesis. Isolation of E. coli was done on Eosin Methylene Blue Agar (EMBA), followed by identification on Sorbitol MacConkey Agar (SMAC), latex agglutination test, and H7 antiserum test, respectivelly. The existence of genes stx1 and stx2 in E. coli O157:H7 was confirmed molecularly using PCR method with specific primers LP 30/31 and LP 43/44, Stx2 (F)/Stx2 (R) respectively. Escherichia coli O157:H7 was isolated from 22 out of 344 samples (6,4%). Some isolates showed gene stx1 and stx2 was detected in two isolates as indicated by a 384 bp band (stx1 gene), 584 bp and 1588 bp bands (stx2 gene) respectivelly. The results indicated that local isolates E. coli O157:H7 are potential as a zoonoses agent.

Keywords: Zoonoses, E.coli O157:H7, stx1, stx2

ABSTRAK

Ditemukannya Shiga-like toxin dari Escherichia coli O157:H7 pada feses sapi, feses ayam, daging sapi, dan feses manusia, mengindikasikan keberadaan bakteri tersebut sebagai agen zoonosis yang sangat membahayakan dan mengancam kehidupan. Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan penelitian ini dengan tujuan dapat terdeteksinya E. coli O157:H7 pada ke-4 sumber di atas, serta teridentifikasinya gen penyandi Shiga-like toxin (Stx) baik Stx1 maupun Stx2. Penelitian diawali dengan tahapan isolasi E. coli pada media Eosin Methylene Blue (EMB) agar, yang dilanjutkan dengan tahapan identifikasi berupa penumbuhan pada media Sorbitol MacConkey (SMAC) agar, uji Aglutinasi lateks, uji antiserum H7, dan diakhiri dengan konfirmasi molekuler berupa uji polymerase chain reaction (PCR) terhadap gen stx1 dengan primer spesifik LP30/31 dan stx2 dengan primer spesifik LP43/44 dan primer

whole Stx2 (F) dan Stx2 (R). Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 22 isolat (6,4%) dari 344 sampel teridentifikasi sebagai E. coli O157:H7 dan uji lanjutan dengan PCR memperlihatkan hasil sebanyak 2 isolat positip terhadap gen stx1 dengan panjang produk 348 bp, dan positip terhadap gen stx2 dengan terlihatnya hasil amplifikasi 584 bp dan 1588 bp. Penelitian ini sekaligus membuktikan bahwa E. coli

0157:H7 isolat lokal berpotensi besar sebagai agen zoonosis. Kata-kata kunci : zoonosis, E.coli O157:H7, stx1, stx2

Jurnal Veteriner Desember 2010 Vol. 11 No. 4 : 264-270 ISSN : 1411 - 8327

(5)

265

PENDAHULUAN

Sebagian besar efek merugikan dari kejadian infeksi Escherichia coli O157:H7 diawali dengan dihasilkannya salah satu atau kedua jenis toksin yaitu Shiga Like Toxin-1 (Stx-1) maupun Shiga Like Toxin-2 (Stx-2) (Barlow

et al., 2006; Centers for Disease Control and

Prevention, 2000). Ditemukannya E. coli

O157:H7 pada feses dan daging domba di Yogyakarta berturut-turut sebesar 13,2% dan 2,6% (Sumiarto, 2004) dan pada feces sapi sebesar 7,61%, daging sapi sebesar 5,62% dan feces manusia sebesar 1,3% (Suardana et al.,

2005), menguatkan hipotesis bahwa serotipe lokal dari bakteri tersebut berpotensi besar sebagai agen zoonosis yang harus diwaspadai sehingga perlu dikaji secara lebih mendalam terutama dalam deteksi faktor virulensi dari patogen tersebut.

Hill dan Jinneman (2000) memaparkan bahwa, untuk tujuan kajian epidemiologi suatu agen zoonosis sebaiknya digunakan aplikasi teknik genetik karena data yang dihasilkan memiliki keakuratan yang sangat tinggi. Bhaduri et al., (2001 dalam Moon et al., 2004) mengungkapkan bahwa dalam beberapa dekade terakhir ini, berbagai teknik diagnostik secara molekuler telah digunakan untuk memantau

foodborne pathogen untuk tujuan perlindungan

pada masyarakat. Metode deteksi yang didasarkan atas polymerase chain reactin (PCR) merupakan suatu alat yang sangat membantu karena spesifisitasnya tinggi serta kesederhanaannya. Gen target untuk deteksi spesifik dengan teknik PCR biasanya terkait dengan faktor virulensi dari patogen seperti: gen

E.coli O157:H7 untuk biosíntesis antigen O (gen

rfb), gen terkait dengan glukoronidase (gen

uidA), gen terkait dengan verotoksin (gen

Shiga-like toxins, stx1 dan stx2) dan gen yang terkait

dengan protein yang berperanan dalam perlekatan (gen eaeA).

Berdasarkan atas pertimbangan masih minimnya kajian deteksi gen penyandi

Shiga-like toxins yang dihasilkan oleh E.coli O157:H7

isolat lokal, baik terhadap toksin Stx-1 maupun Stx-2, maka dilakukan penelitian dengan tujuan mengidentifikasi E. coli O157:H7 sekaligus mendeteksi gen penyandi toksin (stx-1 dan stx-2) dari isolat lokal hasil isolasi feses sapi, feses ayam, daging sapi, dan feses manusia (klinis dan non-klinis).

METODE PENELITIAN

Tahap Isolasi dan Identifikasi E.coli O157:H7

Pengambilan Sampel

Sampel feses sapi (dari Desa Carangsari dan RPH Pesanggaran), sampel feses ayam (dari RPA Mekar Sari Jaya), sampel daging sapi (Pasar Sanglah, Pasar Kreneng, Pasar Badung dan Pasar Kumbasari), sampel feses manusia non-klinis (anak-anak TK umur 5 tahun di Desa Pelaga), dan sampel feses manusia klinis (dari penderita gagal ginjal di unit hemodialisis RSUP Sanglah), ditempatkan pada pot sampel dan dibawa dengan termos isi es untuk dilakukan analisis laboratorik awal di laboratorium Biosain dan Bioteknologi Universitas Udayana.

Besaran sampel diperoleh dengan mem-perhatikan prevalensi penyakit berdasarkan rumus besaran sampel menurut Martin et al.,

(1987). Berdasarkan estimasi prevalensi kejadian penyakit sebesar 5% dan derajat error

5%, maka jumlah minimal sampel yang diperlukan untuk tingkat kepercayaan 95% adalah sebanyak 76 sampel.

Isolasi dan Identifikasi

Sampel feces dan daging diencerkan dengan

Buffered Peptone Water 0,1%. Selanjutnya,

sebanyak 100 µl sampel yang telah diencerkan disebar pada permukaan media EMBA steril dengan menggunakan gelas bengkok, diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam, dan dihitung

jumlah koloni yang tumbuh (koloni yang berwarna hijau metalik dengan titik hitam pada bagian tengahnya). Koloni-koloni E. coli tersebut kemudian diisolasi dan ditumbuhkan pada media nutrien agar miring untuk keperluan analisis selanjutnya.

Identifikasi Serotipe E. coli O157

Identifikasi serotipe E. coli O157 mengacu pada prosedur Bridson (1998) yaitu hasil positif pada media EMBA yang ditanam pada media nutrien agar miring, selanjutnya ditanam pada media selektif sorbitol MacConkey agar (SMAC) (Oxoid CM 0813). Dalam penelitian ini digunakan kontrol positif E.coli O157:H7 ATCC 43894. Setelah diinkubasikan pada suhu 370C

selama 24 jam, koloni E. coli yang diidentifikasi sebagai E.coli O157, menunjukkan ciri-ciri koloni jernih, tidak berwarna, atau bersifat sorbitol negatif.

(6)

266

Uji Aglutinasi dengan E.coli O157 Latex Agglutination Test

Koloni yang menunjukkan hasil positif pada media SMAC dan isolat kontrol dikonfirmasi dengan E. Coli O157 latex agglutination test

(Oxoid DR620 M), dengan cara menginokulasi 2-3 ose biakan pada 1 ml NaCl fisiologis, dipanaskan pada suhu 1000C selama 1 jam, dan

mereaksikannya dengan pereaksi lateks (1 tetes isolat ditambah 1 tetes pereaksi lateks). Hasil positif ditandai dengan terbentuknya presipitasi, sesuai dengan kontrol positif yang tersedia (Bridson, 1998).

Uji Serologis dengan E.coli H Antiserum H7

Pengujian untuk membuktikan antigen fagella H7 dari E.coli O157 dilakukan dengan cara uji aglutinasi dengan antiserum H7 (Difco, 2003). Pengujian diawali dengan penumbuhan isolat pada media motility (media SIM) sebanyak 2 kali pasase yang diinkubasikan pada 370C

selama 24 jam. Isolat yang positif pada uji motilitas dibiakkan pada media Brain Heart

Infusion broth/ BHI cair, selanjutnya diinkubasi

suhu 370C selama 24 jam. Koloni yang tumbuh

diinaktifkan dengan formalin 0,3%. Langkah selanjutnya adalah mempersiapkan larutan Difco E.coli H7 antiserum H7 yang telah diencerkan dengan perbandingan 1:500. Reaksi serologis dilakukan dengan mengambil 50 µl biakan bakteri yang telah diinaktivasi, ditambah dengan 50 µl antiserum H7, lalu dicampur secara merata sebelum diinkubasikan pada suhu 500C selama 24 jam. Hasil positif

ditunjukkan oleh terjadinya aglutinasi lebih dari 25% dari volume isolat yang direaksikan, dan terlihat adanya kekeruhan pada bagian supernatannya.

Tahap Deteksi Molekuler Gen Shiga Like Toxin

Isolasi DNA Genomik Bakteri

Tahap isolasi DNA genomik bakteri mengacu pada prosedur suplaiyer (Kit Qiagen, 2007). Isolat E. coli O157:H7 hasil isolasi dan identifikasi dipanen dengan cara sentrifugasi (7500 rpm selama 5 menit), supernatannya dibuang, pelet sel ditambahkan 180 µl buffer ATL dan 20 µl larutan proteinase K, divortex selama 5 detik, ditambahkan 200 µl buffer AL divortek selama 15 detik, diinkubasikan pada

waterbath suhu 560C selama 10 menit,

ditambahkan 200 µl etanol absolut 96-100%, divortex selama 15 detik. Lysate E. coli

selanjutnya digunakan untuk binding DNA. Disiapkan tube 2 ml yang telah mengandung

tube penyaring (QIAamp Mini spin column),

lysate dimasukkan ke dalam penyaring,

disentrifius 6000 g (8000 rpm) selama 1 menit, sisa cairan di buang, dan filter yang telah mengandung DNA dimasukkan ke dalam tube

2 ml yang baru, kemudian dilanjutkan washing

DNA. Filtrat DNA ditambah 500 µl wash buffer

(buffer AW1) dan didiamkan selama 5 menit, disentrifius 8000 rpm selama 1 menit, sisa cairan tertampung dibuang dan diganti dengan

tube 2 ml yang baru. Wash buffer (buffer AW2) sebanyak 500 µl ditambahkan dan didiamkan selama 5 menit, disentrifius dengan kecepatan penuh (14.000 rpm selama 3 menit), sisa cairan yang tertampung dibuang dan dilanjutkan untuk eluting DNA. QIAamp Mini spin column

yang mengandung DNA dimasukkan ke dalam

ependorf steril baru, ditambahkan 50 µl elution

buffer (buffer AE), didiamkan pada suhu kamar

selama 5 menit, dan disentrifius dengan kecepatan 8000 rpm selama 1 menit (tube telah mengandung larutan DNA murni). Untuk menghindari pengulangan freezing dan thawing,

DNA murni disimpan pada 40C untuk

penggunaaan langsung atau disimpan dalam

freezer -20°C untuk penyimpanan dalam waktu

lama.

Pengukuran Konsentrasi dan Kemurnian DNA

DNA sampel diencerkan 50 kali (2 µl DNA dicampur dengan 98 µl air murni) dan optical

density (OD) diukur pada panjang gelombang

260 dan 280 nm dengan menggunakan Spectrofotometer (Backman DU-65). Konsentrasi DNA dihitung dengan menggunakan rumus seperti yang dilaporkan oleh Sambrook dan Russel (2001).

Deteksi GenShiga Like Toxin (stx) dengan Polymerase Chain Reaction (PCR)

Deteksi keberadaan gen shiga like toxin

dilakukan menggunakan primer LP 30 (F) : (5’-CAGTTAATGTGGTGGCGAAGG-3’) dan LP 31 (R) : (5’-CACCAGACAATGTAACCGCTG-3’) untuk deteksi gen stx1 (produk PCR 348 bp), dan LP 43 (F) : (5’-ATCCTATTCCCGGGA-GTTACG-3’) dan LP 44(R) : (5’-GCGTCATCG-TATACACAGGAGC-3’) untuk deteksi gen stx2

(produk PCR 584 bp) seperti yang dilaporkan oleh Moon et al., (2004). Di samping itu, diidentifikasi lebih lanjut whole gen dari stx2

dengan menggunakan primer yang dirancang

(7)

267 peneliti yaitu Stx2 (F) : (5’-GCC ATT AGC TCA TCG GGA TA-3) dan Stx2 (R) : (5’-CGA ATG CTC AGT CTG ACA GG-3’) dengan panjang produk PCR 1588 bp.

Reaksi PCR untuk deteksi gen stx1 dan stx2

dilakukan pada total volume 41 µl yang mengandung 1,5 µl DNA template, 36,5 µl PCR SuprRmix 2x dan 1,5 µl masing-masing primer. Amplifikasi dilakukan pada mesin

Thermalcycler Model TC25/H dengan kondisi

predenaturasi pada suhu 940C selama 7 menit,

diikuti 35 siklus dengan kondisi reaksi denaturasi 940C selama 1 menit, annealing pada

500C selama 35 detik, dan polimerisasi pada

suhu 720C selama 2 menit. Pada bagian akhir

ditambahkan dengan polimerisasi pada suhu 720C selama 5 menit. Untuk deteksi whole gen stx2, reaksi PCR dilakukan pada total volume 27 µl yang mengandung 1,5 µl DNA template, 17 µl FastStart PCR Master, 1 µl masing-masing primer, dan 6,5 µl water PCR-grade. Amplifikasi dilakukan pada mesin MJ Mini

Personal ThermalcyclerBIORAD model

PTC-1148 dengan kondisi predenaturasi pada suhu

940C selama 7 menit, diikuti 35 siklus dengan

kondisi reaksi denaturasi 940C selama 1 menit,

annealing pada 600C selama 35 detik, dan

polimerisasi pada suhu 720C selama 1,5 menit.

Pada bagian akhir ditambahkan dengan polimerisasi pada suhu 720C selama 5 menit.

Setelah reaksi selesai, sebanyak 4 µl produk PCR dicampur dengan 2 µl loading dye (blue/

orange loading dye) dan dielektroforesis pada

gel agarose 2% yang telah diisi GoldViewTM

Nucleic Acid Stain 5 ml/ 30 ml agar, bersama dengan Marker 100 bp DNA Ladder. Elektroforesis dilakukan pada tegangan 100 v

selama 35 menit. Visualisasi band yang muncul dilakukan dengan UV transilluminator dan difo-to dengan kamera digital FE-270 7,1 Megapixel.

Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis secara deskriptif untuk selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel / gambar (Steel dan Torrie, 1995).

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Isolasi dan Identifikasi E.coli O157

Hasil pengujian terhadap keseluruhan sampel (344 sampel), dengan rincian 80 sampel feses sapi, 78 sampel daging sapi, 80 sampel feses ayam, 30 sampel feses manusia non-klinis, serta 76 sampel feses manusia klinis (penderita gagal ginjal), menunjukkan bahwa 22 isolat (6,4%) secara serologis teridentifikasi sebagai E.coli

O157:H7 dengan rincian 4 isolat (5%) dari sampel feses sapi, 2 isolat (2,6%) dari sampel daging sapi, 2 isolat (2,5%) dari sampel feses ayam, 2 isolat (6,7%) dari sampel feses manusia non-klinis, serta 12 isolat (15,8%) dari isolat sampel manusia klinis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa E. coli patogen yakni E. coli O157:H7 lokal telah terdistribusi secara luas baik pada hewan maupun manusia.

Evaluasi Molekuler Gen stx-1 dan stx-2 dari E. coli O157

Hasil identifikasi molekuler 20 dari 22 isolat

E. coli O157 terhadap gen stx1 dan stx2 dengan

teknik PCR ditunjukkan pada Gambar 1, 2 dan 3.

Suardana et al Jurnal Veteriner

Gambar 1. Deteksi gen stx1 dengan primer LP30/31 pada Agarose 2%. Baris 1 kontrol positip : ATCC 43894; baris 2-12 Feses manusia klinis yaitu; baris 2: KL52(7); baris 3: KL87(7); baris 4: KL30(4); baris 5: KL45(1); baris 6: KL(48(2); baris 7: KL85(1); baris 8: KL83(5); baris 9: KL24(5); baris 10: KL68(1); baris 11: KL106(3); dan baris 12: KL55(6); baris 13-14 Feses ayam yaitu; baris 13: MK35; baris 14: MK19(8)/4; baris 15-16 Feses manusia non-klinis yaitu; baris 15: M14(4)/ dan baris 16: M17(1); baris 17-18 Daging sapi yaitu; baris 17: DS21(4) dan baris 18: DS16(2); baris 19-20 Feses sapi yaitu; baris 19: SM25(1) dan baris 20: SM7(1). M: Marker 100 bp DNA Ladder (Microzone Ltd).K: Kontrol negatip.

(8)

268

Jurnal Veteriner Desember 2010 Vol. 11 No. 4 : 264-270

Pada Gambar 1 terlihat bahwa, isolat KL 48(2) asal manusia klinis serta isolat SM 25(1) asal feses sapi terdeteksi mengandung gen stx1

seperti kontrol ATCC 43894 (well nomor 1) yang dicirikan dengan terbentuknya pita pada posisi 348 bp. Adanya isolat E. coli O157 yang tidak lengkap memiliki gen stx (stx1 dan stx2), pernah dilaporkan oleh Avery et al., (2002) yang menemukan bahwa, dari 24 isolat yang diuji, 19 isolat positip mengandung gen stx2, 2 isolat positip mengandung gen stx 1 dan stx2, serta 3 isolat bersifat negatip mengandung gen

stx1 dan stx2. Foley et al., (2004) juga

melaporkan bahwa tidak semua isolat E.coli

O157:H7 dapat menghasilkan kedua jenis

verocytotoxin tersebut. Ada kalanya 1 isolat

menghasilkan kedua-duanya (Stx1 dan Stx2), namun ada beberapa strain yang hanya menghasilkan 1 jenis toksin saja, Stx1 atau Stx2. Bertitik tolak dari hasil penelitian ini, maka penelitian selanjutnya diarahkan pada dianalisisnya gen stx lainnya sebagai karakteristik penciri E.coli O157:H7 yaitu gen

stx2. Hasil amplifikasi DNA target dengan teknik

PCR untuk gen stx2 disajikan pada Gambar 2 dan 3.

Gambar 2.Deteksi gen stx2 dengan primer LP43/44 pada Agarose 2%. Baris 1 kontrol positip : ATCC 43894; baris 2-12 Feses manusia klinis yaitu; baris 2: KL52(7); baris 3: KL87(7); baris 4: KL30(4); baris 5: KL45(1); baris 6: KL(48(2); baris 7: KL85(1); baris 8: KL83(5); baris 9: KL24(5); baris 10: KL68(1); baris 11: KL106(3); dan baris 12: KL55(6); baris 13-14 Feses ayam yaitu; baris 13: MK35; baris 14: MK19(8)/4; baris 15-16 Feses manusia non-klinis yaitu; baris 15: M14(4)/ dan baris 16: M17(1); baris 17-18 Daging sapi yaitu; baris 17: DS21(4) dan baris 18: DS16(2); baris 19-20 Feses sapi yaitu; baris 19: SM25(1) dan baris 20: SM7(1). M: Marker 100 bp DNA Ladder (Microzone Ltd).

Gambar 3. Deteksi whole gen stx2 dengan primer Stx2(F) dan Stx2(R) pada Agarose 1%. Baris 1 kontrol positip : ATCC 43894; baris 2-12 Feses manusia klinis yaitu; baris 2: KL52(7); baris 3: KL87(7); baris 4: KL30(4); baris 5: KL45(1); baris 6: KL(48(2); baris 7: KL85(1); baris 8: KL83(5); baris 9: KL24(5); baris 10: KL68(1); baris 11: KL106(3); dan baris 12: KL55(6); baris 13-14 Feses ayam yaitu; baris 13: MK35; baris 14: MK19(8)/4; baris 15-16 Feses manusia non-klinis yaitu; baris 15: M14(4)/ dan baris 16: M17(1); baris 17-18 Daging sapi yaitu; baris 17: DS21(4) dan baris 18: DS16(2); baris 19-20 Feses sapi yaitu; baris 19: SM25(1) dan baris 20: SM7(1). M: Marker 100 bp DNA Ladder (Invitrogen Cat.15628-019).K-: Kontrol negatip

(9)

269 Pada Gambar 2 ditunjukkan bahwa hanya isolat asal feses manusia klinis yaitu KL 48(2) asal, isolat KL106(3), dan isolat KL55(6), isolat asal feses ayam yaitu MK19(8)/4, isolat asal daging sapi yaitu isolate DS21(4) dan DS16(2) serta isolat asal feses sapi yaitu isolat SM 25(1) dan SM7(1) teridentifikasi mengandung gen stx2

seperti halnya isolat kontrol ATCC 43894 pada

well nomor 1 dengan panjang produk 584 bp.

Beberapa isolat yang teridentifikasi memperlihatkan 2 ataupun 1 pita yang tidak sejelas pada kontrol. Hadirnya pita-pita tambahan / pita yang smear pada deteksi ini dapat diakibatkan dari kurang optimumnya waktu optimasi dari mesin PCR pada saat amplifikasi (khususnya suhu annealing yang rendah), jumlah siklus yang terlalu banyak, ataupun dapat diakibatkan karena kurang sepesifiknya desain primer yang digunakan (Roche, 2006). Konfirmasi lebih lanjut gen stx2

dengan primer whole gen seperti tersaji pada Gambar 3.

Gambar 3 ditunjukkan bahwa hanya isolat pada well nomor 6 yaitu KL 48(2) asal manusia klinis dan isolat pada well nomor 19 yaitu SM 25(1) asal feses sapi yang secara jelas dan konsisten teridentifikasi mengandung whole gen

stx2 seperti halnya kontrol ATCC 43894 pada

well nomor 1 dengan panjang produk 1588 bp.

Hasil pada Gambar 3 sekaligus menunjukkan bahwa waktu optimasi untuk amplifikasi DNA target sudah cukup serta desain primer yang dirancang peneliti juga sudah optimal. Terdeteksinya gen stx2 pada isolat asal feses manusia klinis (penderita gagal ginjal) dan isolat asal feses sapi, menguatkan dugaan bahwa isolat lokal E.coli O157:H7 tersebut berasal dari sumber yang sama serta memiliki ciri genetik yang hampir sama dengan E.coli

O157:H7 ATCC 43894, sehingga memungkin-kan untuk dikelompokmemungkin-kan kedalam satu klaster dalam analisis phylogenetic. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa E.coli O157:H7 isolat lokal berpotensi besar sebagai agen zoonosis seperti yang diungkapkan oleh Krauss et al.,

(2003). Untuk lebih memastikan perbedaan atau persamaan gen stx2 dari masing-masing isolat, dipandang perlu untuk dilakukan konfirmasi berdasarkan hasil sekuensing dari nukleotida penyusunnya seperti yang diungkapkan oleh Foley et al., (2004), yang melaporkan bahwa DNA sekuensing merupakan suatu metode yang lebih menjanjikan, mudah dikerjakan dan merupakan instrumen pembeda yang sangat akurat.

Bertitik tolak dari hasil penelitian yang dikaitkan dengan landasan teori yang ada, maka ke-2 isolat, berpeluang besar bersifat sangat patogen (dengan gejala klinis utama berupa diare berdarah ataupun hemolytic uremic

syndrome / HUS) karena mampu memproduksi

2 jenis toksin sekaligus seperti yang diungkapkan oleh Fraser et al., (2004). Peneliti ini melaporkan bahwa E.coli O157:H7 dari penderita hanya menghasilkan toksin Stx1, maka si penderita akan cenderung menderita diare berdarah, sedangkan jika E.coli O157:H7 dari penderita hanya menghasilkan toksin Stx2, maka si penderita akan lebih berpeluang untuk menderita HUS (hemolytic uremic syndrome).

SIMPULAN

Berdasarkan hasil isolasi dan identifkasi serta deteksi gen Shiga-like toxin (stx) baik stx1

maupun stx2, dapat disimpulkan sebagai berikut : sebanyak 22 dari 344 isolat (6,4%) secara serologis teridentifikasi sebagai E.coli

O157:H7, sebanyak 2 dari 22 isolat E. coli

O157:H7 (9,1%), terdeteksi memiliki gen stx1

dan Stx2. E. coli 0157 : H7 isolat lokal berpotensi

sebagai agen zoonosis.

SARAN

Guna memastikan hasil pengujian, maka perlu dilakukan konfirmasi dengan sekuensing DNA, untuk lebih memastikan ketepatan gen penyandi stx1 maupun gen stx2 yang telah teridentifikasi.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak LPPM Univeritas Gadjah Mada yang telah mendanai proyek penelitian ini melalui dana Penelitian Hibah Doktor Tahun Anggaran 2009 dengan Kontrak No. LPPM-UGM/1104/2009 tanggal 19 Mei 2009, dan pihak Dikti melalui dana Penelitian Hibah Bersaing Tahun Anggaran 2009 dengan Kontrak No. 1491B.3/H14/HM/2009 tanggal 16 April 2009 serta dana BPPS untuk mahasiswa program Doktor.

(10)

270

DAFTAR PUSTAKA

Avery SM, Small A, Reid CA, Buncic S. 2002. Pulsid Field Gel Electroforesis Characterization of Shiga Toxin-Producing

Escherichia coli 0157 from Hides of Cattle

at Slaughter. Research Note. Journal of

Food Protection. 65 (7) : 1172-1176.

Barlow RS, Gobius KS, Desmarchelier PM. 2006. Shiga Toxin-Producing Escherichia coli in Ground Beef. International Journal of Food

Microbiology 111: 1–5

Bridson EY. 1998. The Oxoid Manual. 8thEd.

Centers for Disease Control and Prevention. 2000. Escherichia coli O157:H7. http/ www.cdc.gov/ncidod/dmd/disease info/ escherichiacoli.g.htm.

Difco. 2003. BD DifcoTM E.coli Antisera. Becton, Dickinson and Company 7 Loventon Circle Sparks. Maryland 21152 USA.

Foley SL, Simjee S, Meng J, White DG, McDermott PF, Zhao S. 2004. Evaluation of Molecular Typing Methods for

Escherichia coli O157:H7 Isolates from

Cattle, Food and Humans. Journal of Food

Protection. 67(4): 651-657.

Fraser ME, Fujinaga M, Cherney MM, Melton-celsa AR, Twiddy EM, O’Brien OD, James NG. 2004. Structure of Shiga Toxin type 2 (Stx2) dari Escherichia coli O157:H7. J.Biological Chemistry. 279:27511-27517. Hill WE, Jinneman KC. 2000. Principles and

Application of Genetic Techniques for Detection, Identification, and subtyping of Food-Associated Pathogenic Microorganism

inThe Microbiological Safety and Quality

of Food. Vol. II (ed) Barbara ML,

Baird-Parker TC, Gould GW. Maryland Aspen Publishers, Inc. Gaithersburg.

Krauss H, Weber A, Appel M, Enders B, Isenberg HD, Schiefer HG, Slenczka W, Graevenitz AV, Zahner H. 2003. Zoonoses. Infectious Diseases Transmissible from Animals to

Humans. 3rd Ed. ASM Press.

Martin SW, Meek AH, Willeberg P. 1987.

Veterinary Epidemiology. Principles and

Methods. Iowa State University Press/

Ames.

Moon G, Kim WJ, Shin WS. 2004. Optimization of Rapid Detection of Escherichia coli

O157:H7 and Listeria monocytogenes by PCR and Application to Field Test. Journal

of Food Protection. 67 (8) : 1634-1640.

Qiagen. 2007. QIAamp® DNA Mini and Blood Mini Handbook. 2nd Ed. Sample & Assay

Technologies.

Roche. 2006. FastStart PCR Master. Roche Diagnostics GmbH. Roche Applied Science 68298 Mannheim Germany.

Sambrook J, Russel DW. 2001. Molecular

Cloning: A Laboratory Manual. 3rdED. Cold

Spring Harbor Laboratory Press. New York. Suardana IW, Swacita IBN, Ratnawati NLKA, Sumiarto B, Lukman DW. 2005. Identifikasi

Escherichia coli O157:H7 dan Shiga Toxin

Escherichia coli (STEC) pada Daging, Feces

Hewan dan Feces Manusia di Kabupaten Badung Propinsi Bali. Laporan Penelitian Hibah Pekerti Tahap I.

Sumiarto B. 2004. Tingkat Infeksi dan Kontaminasi Bakteri Escherichia coli

O157:H7 pada Daging Domba di Rumah Potong Hewan Yogyakarta. Jurnal

Veteriner 5 (3): 85-90.

Steel RG, Torrie JH. 1995. Prinsip dan Prosedur

Statistika. Jakarta.Gramedia Pustaka. Pp.

168-266.

Gambar

Gambar 1. Deteksi gen stx1  dengan primer LP30/31 pada Agarose 2%. Baris 1 kontrol positip : ATCC 43894;  baris 2-12 Feses manusia klinis yaitu; baris 2: KL52(7); baris 3: KL87(7); baris 4:
Gambar 3. Deteksi whole gen stx2  dengan primer Stx2(F) dan Stx2(R)  pada Agarose 1%. Baris 1 kontrol positip : ATCC 43894;  baris 2-12 Feses manusia klinis yaitu; baris 2: KL52(7); baris 3: KL87(7);

Referensi

Dokumen terkait

Kajian pada peringkat mikro yang telah dilakukan oleh Karim (2010, 2012) melibatkan dua saluran transmisi dasar monetari iaitu saluran kadar bunga dan saluran kredit luas

Penelitian yang dilakukan Dian Agustia 2017 dengan judul Pengaruh Struktur Kepemilikan Dan Dewan Komisaris Terhadap Corporate Social Responsibility Dan Reaksi

Berdasarkan permasalahan penelitian yang telah dirumuskan, maka tujuan pokok penelitian adalah bagaimana pengaruh pembelajaran Baca Tulis Al-Quran melalui metode

Hadis di atas disebutkan bahwa yang menyebabkan doa tidak dikabulkan adalah selalu menggunakan barang haram, baik makanan, minuman, maupun pakaianya. menganggap yang

Bagi badan publik khususnya di Sumbar, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam pelaksanaan pelaksanaan pemerintahan agar dapat membawa dampak positif khususnya

diharapkan dapat menjadi online platform yang terjangkau dari segi akses dan harga untuk berbagai kalangan masyarakat, sehingga pada akhirnya nilai manfaat pada buku dapat

1. Hal di atas sudah terpenuhi meskipun ada beberapa yang yang kurang sesuai seperti kuantitasnya tidak sesuai, namun masyarakat memaklumi dan selisihnya hanya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa injeksi cTG menyebabkan kerusakan struktur dan bentuk folikel serta kenaikan infiltrasi sel-sel mononuklear pada