• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Dumai, September 2012 KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA DUMAI. Drs. H. SYA ARI, MP Pembina Utama Muda, NIP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Dumai, September 2012 KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA DUMAI. Drs. H. SYA ARI, MP Pembina Utama Muda, NIP"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa

akhirnya Rencana Kerja (RENJA) Dinas Pendidikan Kota Dumai Tahun 2013 dapat

diwujudkan. Kiranya RENJA ini dapat menjadi sarana bagi Kota Dumai untuk

mewujudkan pendidikannya yang berkualitas, baik aparatur, tenaga pendidik dan

kependidikan, maupun lembaga pendidikan yang mampu membangun manusia

yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berkepribadian tinggi, serta mandiri, yang

mana pencapaiannya diukur dalam berbagai indikator pembangunan tahun 2013.

Sebagai bagian dari upaya untuk mewujudkan hasrat mulia tersebut RENJA

ini bertujuan untuk meningkatkan target pencapaian pembangunan dengan

memanfaatkan sumber daya yang ada yang akan difokuskan pada: 1). Pemerataan

dan perluasan akses pendidikan; 2). Peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing;

dan 3). Peningkatan tata kelola pemerintahan, akuntabilitas, dan pencitraan publik

seluruh jajaran pendidikan.

Pencapaian tersebut ditetapkan dalam target perencanaan yang melalui

tahap-tahap yang sudah ditetapkan melalui peraturan perundang-undangan, baik

melalui mekanisme bottom up planning maupun top down planning. Perencanaan

yang efektif dan jelas kiranya dapat membantu kita semua dalam upaya pencapaian

target pembangunan secara bersama-sama.

Akhirnya dengan rampungnya RENJA ini, diharapkan semua pihak dapat

bekerja sama dalam pikiran, tenaga, bahkan dukungan anggaran dari Pemerintah

Kota Dumai, sehingga pembangunan bidang pendidikan dapat semakin ditingkatkan

sebagaimana harapan kita semua.

Dumai, September 2012

KEPALA DINAS

PENDIDIKAN

KOTA DUMAI

Drs. H. SYA’ARI, MP

Pembina Utama Muda,

NIP. 19600816198601 1 001

(2)

1 |

P a g e

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rencana Kerja (RENJA) Dinas Pendidikan Kota Dumai Tahun 2013

merupakan penjelasan tentang analisis gambaran pelayanan Dinas

Pendidikan Kota Dumai, evaluasi pencapaian kinerja Dinas Pendidikan Kota

Dumai Tahun Anggaran 2012, strategis kebijakan, target, program, dan

kegiatan penyelenggaraan pendidikan di Kota Dumai sepanjang tahun 2013.

Program Pembangunan Pendidikan Kota Dumai diarahkan pada efesiensi

dan akuntabilitas pengelolaan pendidikan agar secara efektif dapat memacu

peningkatan mutu, relevansi pendidikan dan daya saing, serta pemerataan

kesempatan belajar secara berkelanjutan.

Rencana Kerja (RENJA) Dinas Pendidikan Kota Dumai Tahun 2013 akan

menjadi acuan untuk penetapan kebijakan pendidikan dan perencanaan

program tahunan ke depan.

Selain itu RENJA Dinas Pendidikan juga merupakan komitmen dari seluruh

aparatur dan jajaran Dinas Pendidikan Kota Dumai yang harus dipedomani

secara konsisten, karena RENJA ini merupakan perencanaan pendidikan

yang tak dapat dipisahkan dari Program Pembangunan Daerah Kota Dumai.

(3)

2 |

P a g e

1.2. Landasan Hukum

RENJA Dinas Pendidikan Kota Dumai disusun dengan mengacu pada :

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan

Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 66);

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4421);

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3

Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2005 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4493) yang telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 8

Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor

108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);

7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara

(4)

3 |

P a g e

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4438);

8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4700);

9. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional;

10. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2004 tentang Guru dan Dosen;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan;

12. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997

Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3721);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan

Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran

Negara RI Nomor 3952).

14. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005

Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4578);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4737);

16. Peraturan Pemerintahan Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan

penyelenggaraan Pemerintah daerah Kepada Pemerintah, Laporan

Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan

(5)

4 |

P a g e

Pemerintah Daerah Kepada masyarakat (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 nomor 19,Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4693);

17. Peraturan Pemerintah nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang

Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor

83, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4738)

18. Peraturan Pemerintah Nomor 08 Tahun 2008 tentang Tahapan , Tata Cara

Penyusunan,

Pengendalian

dan

Evaluasi

Pelaksanaan

Rencana

Pembangunan Daerah;

19. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009, (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 11);

20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2006 tentang Prosedur

Penyusunan Produk Hukum Daerah;

21. Peraturan Menteri Dalam negeri Noor 13 Tahun 2006 tentang 2006 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Menteri Dalam negeri Nomor 59 Tahun tentang

Perubahan atasan Peraturan menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan daerah;

22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan

Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

23. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Perencanaan

Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional Dan Menteri Keuangan Nomor : 28 Tahun 2010 Nomor : 0199/M

PPN/04/2010 Nomor : PMK 95/PMK 07/2010 Tentang Penyelarasan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Dengan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014.

24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang

(6)

5 |

P a g e

Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan

Rencana Pembangunan Daerah

25. Peraturan Daerah Propinsi Riau Nomor 10 Tahun 2009 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Propinsi Riau Tahun

2009-2013.

1.3. Maksud dan Tujuan

Secara umum penyusunan RENJA Pendidikan Kota Dumai 2013

dimaksudkan sebagai pedoman dalam pelaksanaan program dan kegiatan

sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan sekaligus untuk memacu dan

mempercepat pencapaian dan pelaksanaannya.

Sedangkan tujuannya adalah:

1. Memberikan arah kebijakan pendidikan Kota Dumai khususnya pada

periode 2013.

2. Sebagai pedoman dalam penyusunan rencana program tahunan

pengembangan pendidikan di Kota Dumai

3. Sebagai pedoman dalam mencapai target capaian (keberhasilan)

pengembangan pendidikan di Kota Dumai.

(7)

6 |

P a g e

1.4. Sistematika Penulisan

RENJA Dinas Pendidikan Kota Dumai 2013 disusun berdasarkan sistematika

penulisan sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Landasan Hukum

1.3. Maksud dan Tujuan

1.4. Sistematika Penulisan

BAB II. GAMBARAN PELAYANAN DINAS PENDIDIKAN KOTA DUMAI

2.1. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Kota

Dumai

2.2. Sumber Daya Dinas Pendidikan Kota Dumai

BAB III. REVIEW PENCAPAIAN KINERJA TAHUN 2012

3.1. Identifikasi Isu Strategis Pendidikan Kota Dumai

3.2. Tantangan Pendidikan Kota Dumai 2011-2015

3.3. Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2012

BAB IV. PENENTUAN PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2013

4.1. Perumusan Tujuan dan Sasaran

(8)

7 |

P a g e

BAB II

GAMBARAN PELAYANAN DINAS PENDIDIKAN

2.1.

Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi

1. Tugas

Dinas Pendidikan Kota Dumai mempunyai tugas melaksanakan

kewenangan di bidang pendidikan dalam merumuskan kebijaksanaan,

mengkoordinasikan, membina, dan mengendalikan program pendidikan

dan tenaga kependidikan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang

diberikan oleh Walikota Dumai.

2. Fungsi

Untuk melaksanakan tugas sebagai mana tersebut di atas Dinas

Pendidikan mempunyai fungsi :

1)

Perumusan kebijaksanaan di bidang pendidikan;

2)

Pembinaan dan pengendalian pendidikan pra sekolah dan luar

sekolah;

3)

Perencanaan, pengendalian, pembinaan, pengurusan dan

pengawasan pendidikan dasar dan menengah;

4)

Perencanaan, pengendalian, pembinaan, pengurusan, dan

pengawasan manajemen pendidikan dasar dan menengah;

5)

Perencanaan, pengendalian, pembinaan, pengurusan dan

pengawasan tenaga kependidikan;

6)

Pembinaan dan pengendalian kurikulum dan muatan lokal;

7)

Pembinaan dan pengawasan teknis edukatif dan administratif

kepada unsur terkait dengan bidang pendidikan;

8)

Pembinaan dan pengendalian penyelenggaraan ketatausahaan;

9)

Perumusan Kebijakan peningkatan mutu pendidikan.

(9)

8 |

P a g e

3.

Struktur Organisasi

Susunan organisasi Dinas Pendidikan Kota Dumai dimuat dalam

Peraturan Walikota Dumai Nomor 16 Tahun 2008 tentang Tugas,

Fungsi dan Uraian Tugas Dinas Pendidikan Kota Dumai. Susunan

Organisasi Dinas Pendidikan, terdiri dari:

1. Kepala Dinas;

2. Sekretaris;

3. Kepala Bidang Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah;

4. Kepala Bidang Pendidikan Pra Sekolah dan Luar Sekolah;

5. Kepala Bidang Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidkan.

Kepala Dinas dalam melaksanakan tugas dan fungsi Dinas Pendidikan

dibantu oleh Sekretariat dan Kepala Bidang. Kepala Bagian dan Kepala

Bidang Dibantu oleh Kepala Subbagian dan Kepala Seksi. Yaitu :

1). Sekretaris dibantu oleh Kepala Subbagian terdiri dari :

a. Kepala Sub Bagian Administrasi dan Umum;

b. Kepala Sub Bagian Program, Evaluasi, dan Pelaporan.

c. Kepala Sub Bagian Kepegawaian.

2). Kepala Bidang Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah dibantu

oleh:

Kepala Seksi terdiri dari :

a. Kepala Seksi Pendidikan Dasar;

b. Kepala Seksi Pendidikan Menengah Umum

c. Kepala Seksi Pendidikan Menengah Kejuruan.

3). Kepala Bidang Pendidikan Pra Sekolah dan Luar Sekolah dibantu oleh

Kepala Seksi terdiri dari :

a. Kepala Seksi Pendidikan Pra Sekolah;

b. Kepala Seksi Pendidikan Luar Sekolah.

4). Kepala Bidang Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan dibantu oleh

Kepala Seksi terdiri dari :

(10)

9 |

P a g e

5. Kepala Seksi Profesi dan Ketenagaan;

6. Kepala Seksi Diklat Tenaga Kependidikan.

(11)

10 |

P a g e

2.2. Sumber Daya Dinas Pendidikan Kota Dumai

Dalam upaya akselerasi pelaksanaan program dan kegiatan Dinas

Pendidikan Kota Dumai dibantu oleh 68 personel. Dengan kualifikasi

pendidikan, S-2 sebanyak 7 orang, S-1 sebanyak 41 orang, D-III sebanyak 6

orang, D-II sebanyak 10 orang , D-I sebanyak 1 orang, SMA sebanyak 28

orang, dan SMP sebanyak 1 orang. Komposisi PNS menurut Pangkat dan

Golongan dapat dilihat pada tabel di bawah.

Jumlah PNS Menurut Pangkat dan Golongan

Pada Dinas Pendidikan Kota Dumai

No.

PANGKAT

GOL.

RUANG

JUMLAH

(ORANG)

1

2

3

4

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

Pembina Utama

Muda

Pembina Tk.I

Pembina

Penata Tk.I

Penata

Penata Muda Tk.I

Penata Muda

Pengatur Tk.I

Pengatur

Pengatur Muda Tk.I

IV/C

IV/b

IV/a

III/d

III/c

III/b

III/a

II/d

II/c

II/b

II/a

1

7

23

5

2

7

10

-

5

3

5

Jumlah

68

(12)

11 |

P a g e

BAB III

REVIEW PENCAPAIAN KINERJA TAHUN 2012

3.1. Identifikasi Isu Strategis Pendidikan Kota Dumai

Persoalan pendidikan di Kota Dumai dapat dikelompokkan menjadi 3(tiga) bagian

utama yakni : 1. Akses, daya tampung, dan pemerataan; 2. Mutu, relevansi, dan

daya saing; dan 3. Tata kelola dan good governance.

Ketiga persoalan utama di atas dapat diringkas dalam 16 persoalan/ isu utama

pendidikan di Kota Dumai sebagai hasil analisa pada bagian sebelumnya

sebagaimana di bawah ini.

A. Persoalan Akses dan Pemerataan Pendidikan

1. Belum sepenuhnya penduduk usia sekolah memperoleh kesempatan/ akses

dalam memperoleh pendidikan yang bermutu terutama pendidikan anak usia

dini dan menengah.

2. Masih tingginya disparitas angka partisipasi per kecamatan di Kota Dumai.

3. Belum tercukupinya sarana ruang kelas untuk menampung peserta didik

dengan kapasitas dan jadwal belajar sesuai dengan standar proses belajar

yang efektif terutama tingkat pendidikan dasar

4. Masih terdapatnya siswa yang putus sekolah dan terdapatnya sekelompok

masyarakat dengan tingkat pendapatan per kapita yang rendah sebagai

kelompok siswa yang rentan putus sekolah.

(13)

12 |

P a g e

B. Persoalan Mutu, Relevansi, dan Daya Saing

1. Belum terpenuhinya standar pelayanan minimal sarana/pra sarana di setiap

jenjang pendidikan dan ketimpangan sarana dan pra sarana antara sekolah di

daerah kota dengan di pinggir kota.

2. Jumlah tenaga pendidik sudah lebih dari cukup, namun kualifikasinya masih

banyak yang belum memenuhi standar (S-1) dan terjadinya missmatch antara

latar belakang pendidikan dengan mata pelajaran yang diajarkan.

3. Kesejahteraan sebagian tenaga pendidik (PNS) sudah baik, namun belum

diikuti dengan peningkatan produktifitas kerja. Sedangkan sebagian tenaga

pendidik lainnya (non PNS) masih perlu peningkatan kesejahteraan terutama

guru honor daerah. Permasalahan lainnya status sebagian guru/pegawai

tidak tetap masih belum kuat legalitasnya dan proses pengangkatannya

belum didasarkan analisa kebutuhan.

4. Terdapat ketimpangan mutu antara sekolah negeri dengan sekolah swasta

dan agama.

5. Masih banyak satuan pendidikan (sekolah) yang belum memenuhi dan dinilai

sejauh mana telah memenuhi indikator-indikator yang terdapat pada 8

(delapan) standar pendidikan nasional.

6. Masih belum banyaknya prestasi akademik dan non akademik yang dicapai

pendidikan Kota Dumai di tingkat Provinsi Riau dan nasional.

7. Terjadinya kemerosotan akhlak dan moral yang disebabkan berbagai

pengaruh kemajuan teknologi dan globalisasi. Hal ini terlihat dari :

Penggunaan handphone untuk hal-hal yang negatif

Terdapatnya siswa yang berada di warung internet pada saat jam

sekolah

(14)

13 |

P a g e

Kesopanan dan rasa segan kepada guru dan orang yang lebih tua

cenderung menurun

Ancaman narkoba dan pergaulan bebas yang semakin kuat dengan

ditemukannya beberapa kasus yang melibatkan pelajar.

8. Masih belum optimalnya peran lembaga pendidikan dan pendidiknya di dalam

menggali dan mengembangkan potensi setiap peserta didik. Hal ini

ditunjukkan dari :

Pola pendidikan dan penilaian yang menyamaratakan pembelajaran

bagi setiap peserta didik

Pengenalan dan pendekatan proses pendidikan terhadap latar

belakang peserta didik secara pribadi belum optimal

Belum terpolanya penjurusan peserta didik berdasarkan minat dan

bakatnya.

9. Masih belum berkembangnya peran serta masyarakat dalam pengambilan

kebijakan pendidikan, budaya membaca, dan produk-produk hasil

pengembangan dan penelitian pendidikan. Hal ini terlihat dari :

Forum-forum guru dan kepala sekolah yang belum fokus dan konsisten

dalam menyelesaikan berbagai kelelamahan mutu pendidikan yang

dihadapi

Masih sangat sedikit tulisan (hasil penelitian, artikel, berita, opini, dsb)

guru yang dipublikasikan

Masih belum berkembangnya pengembangan berbagai instrumen

pembelajaran yang kreatif dan kontekstual.

10. Belum terhubungnya dengan baik (link and match) output pendidikan Kota

Dumai dengan kebutuhan tenaga kerja dan dunia usaha/industri, serta masih

belum banyaknya masyarakat Kota Dumai mencapai pendidikan S-1/

sederajat. Hal ini terlihat dari :

Masih banyak alumni SMA yang tidak melanjutkan pendidikan ke

perguruan tinggi

(15)

14 |

P a g e

Alumni SMK teknik hanya sebagian kecil yang terserap di dunia

industri

Belum berkembangnya jiwa dan kemandirian wira usaha bagi alumni

SMK

Kurikulum dan metode pembelajaran di SMK belum match dengan

apa yang dibutuhkan dunia industri di Kota Dumai dan sekitarnya

sehingga melemahkan bargaining position SMK dengan dunia

industri.

C. Masalah Tata Kelola dan Akuntabilitas

1. Masih lemahnya manajemen dan kualitas kepemimpinan lembaga pendidikan

terutama dalam rangka manajemen berbasis sekolah. Hal ini terlihat dari :

Dokumen pengembangan sekolah dan anggaran belanja sekolah

belum tersusun sesuai dengan prinsip-prinsip perencanaan

Belum optimalnya peran komite sekolah (masyarakat) dalam

pengembangan sekolah maupun pengawasan penggunaan keuangan

sekolah

Masih terdapatnya kasus-kasus disharmonisasi antara kepala sekolah

dengan pendidik, tenaga kependidikan, maupun komite sekolah.

2. Masih belum tertata dengan baik sistem perencanaan, aktualisasi,

implementasi, koordinasi, monitoring, dan evaluasi program dan kegiatan

yang dilaksanakan di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Dumai, serta belum

optimalnya sumber daya manusia yang melaksanakan berbagai program dan

kegiatan tersebut. Hal ini terlihat dari :

Masih

terdapatnya

misskoorndinasi

antara

bidang

dalam

melaksanakan tugas pokok dan fungsinya yang sebagian disebabkan

karena masih terdapatnya ego sektoral

Koordinasi dengan pemerintah Provinsi Riau dan pemerintah pusat

baik dalam hal pelaksanaan program nasional dan provinsi maupun

dalam upaya bantuan kegiatan dan anggaran belum tertata dan

cenderung berjalan sendiri-sendiri

(16)

15 |

P a g e

Kegiatan belum benar-benar berfokus pada pencapaian hasil

sebagaimana yang ditetapkan di dalam dokumen perencanaan dan

tindak lanjut (keberlanjutannya) masih belum optimal

Data base, sistem informasi manajemen, dan pengembangan teknologi

berbasis web yang belum optimal.

Sarana dan pra sarana gedung kantor serta fasilitas yang belum

mendukung dinamika dan mobilisasi pelayanan pendidikan.

3.2. Tantangan Pendidikan Kota Dumai 2011-2015

Berdasarkan uraian kondisi internal dan eksternal pendidikan Kota Dumai di atas,

maka tantangan yang harus dijawab Pemerintah Kota Dumai khususnya Dinas

Pendidikan Kota Dumai dalam lima tahun ke depan dalam rangka pembangunan

pendidikan untuk mendukung pembangunan sektor lain dijabarkan sebagai berikut :

1.

Menjadikan biaya pendidikan terjangkau sampai tingkat pendidikan menengah

oleh semua kalangan dan lapisan masyarakat baik di wilayah kota (urban)

maupun di pinggiran kota (sub urban).

2.

Mengurangi disparitas mutu sekolah antara sekolah negeri dengan swasta dan

antara sekolah yang berada di wilayah kota (urban) maupun di pinggiran kota

(sub urban) dengan berpedoman kepada 8 (delapan) standar pendidikan

nasional sehingga seluruh sekolah di Kota Dumai dikategorikan sebagai

Sekolah Standar Nasional (SSN).

3.

Meminimalisir resiko siswa putus sekolah atau tidak melanjutkan sampai ke

tingkat pendidikan menengah, terutama bagi siswa yang berasal dari keluarga

kurang mampu (miskin).

4.

Menjadikan pembinaan karakter (kejujuran, kepedulian, tanggung jawab, dan

toleransi) sebagai salah satu tujuan utama bagi peserta didik di dalam setiap

mata pelajaran dan kegiatan belajar mengajar.

5.

Meningkatkan kualitas pendidikan melalui kehadiran sekolah bertaraf

internasional (SBI) atau minimal rintisan SBI di setiap jenjang pendidikan.

6.

Menata agar ketersediaan guru tercukupi di seluruh kecamatan, mengajar

sesuai dengan latar belakang keilmuannya, serta adanya pengembangan dan

penghargaan kualitas dan profesi yang berkelanjutan.

(17)

16 |

P a g e

7.

Meningkatkan kualifikasi guru menjadi setingkat S-1/ D4 sebagai mana tuntutan

Undang-Undang Guru dan Dosen.

8.

Menjadikan pendidik sebagai profesional melalui program sertifikasi,

peningkatan kapasitas mengajar, dan pembinaan soft skill (sikap, mentalitas,

dan etos kerja).

9.

Meningkatkan perlindungan, penghargaan, dan kesejahteraan tenaga pendidik

khususnya guru bantu dan guru/ pegawai tidak tetap.

10. Menjadikan sekolah sebagai bangunan publik yang nyaman sehingga dapat

menjadi pusat belajar dan sosialisasi masyarakat, pembinaan budi pekerti,

pengembangan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berparadigma

lingkungan (green school).

11. Menjadikan mutu pendidikan Kota Dumai dikenal di tingkat lokal dan nasional

melalui prestasi akademis dan non akademis sekolah, kepala sekolah,

pengawas sekolah, guru, dan siswa dalam berbagai event.

12. Menjadikan sekolah sebagai institusi yang menjunjung tinggi nilai-nilai

demokrasi, keterbukaan, profesionalisme, dan akuntabilitas.

13. Meningkatkan peran serta masyarakat, dunia usaha, dan industri dalam

mendukung penyediaan sarana dan pra sarana pendidikan.

14. Menjadikan SMK sebagai lembaga yang relevan dalam pengembangan

ekonomi masyarakat dan penghasil tenaga kerja yang terampil sehingga siap

ditempatkan dalam dunia usaha dan industri.

15. Meningkatkan kualitas pendidik/ tentor sehingga mampu menjadi tenaga ahli

yang diakui sehingga dapat membantu meningkatkan daya jual pendidikan oleh

dunia usaha dan industri di Kota Dumai.

16. Menjadikan Dinas Pendidikan Kota Dumai sebagai pusat layanan pendidikan

yang mampu memberikan layanan prima.

17. Menciptakan payung hukum yang dapat menjamin program-program

pembangunan pendidikan di Kota Dumai terlaksana dengan baik dan optimal.

(18)

17 |

P a g e

A. Perjanjian Kinerja Tahun 2012

Berdasarkan Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan

Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Kepala Dinas

Pendidikan Kota Dumai telah menetapkan target pencapaian kinerja tahun 2012

kepada Walikota Dumai.

A.1. Sasaran dan Indikator Kinerja

Sasaran dan indikator kinerja beserta target pencapaian yang diharapkan dapat

dicapai pada akhir tahun 2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

NO

SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA

TARGET

1

Meningkatnya ketersediaan

1 Angka Partisipasi Kasar (APK) TK/RA

24,5

akses pendidikan pra sekolah

2

Meningkatnya ketersediaan

1 Angka Partisipasi Murni SD/MI/

97,5%

pendidikan dasar yang

SDLB/Paket A

Bermutu

2 Angka Partisipasi Murni SMP/MTs

85%

/SMPLB/Paket B

3 Menurunnya Angka putus sekolah

0,20%

4 Persentase ruang kelas kondisi baik

89%

5 Rata-rata nilai ujian nasional SD/MI

7,25

6 Rata-rata nilai ujian nasional SMP/MTs

7,20

4

Meningkatnya ketersediaan

1 Angka partisipasi kasar (APK)

85,7%

pelayanan pendidikan

2 Angka partisipasi murni (APM)

73,7%

menengah yang terjangkau,

3 Menurunnya Angka putus sekolah

0,15%

relevan, dan Bermutu

4 Prosentase ruang kelas dalam kondisi

89,5%

Baik

5 Rata-rata nilai ujian nasional

7,85

SMA/MA/SMK

6 Jumlah tamatan SMK yang bekerja di

28%

tahun kelulusan

5

Meningkatnya kualifikasi

1 Persentase pendidik S-1/D-4

81,3%

pendidik dan tenaga

2 Persentase tenaga pendidik bersertifikat

35,5%

Kependidikan

profesi (sertifikasi)

6

Meningkatnya pemenuhan

1 Prosentase Sekolah yang telah

82%

standar pelayanan minimal

memenuhi Standar Pelayanan Minimal

2

Prosentase sekolah yang memiliki

71%

(19)

18 |

P a g e

3.3. Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2012

Pengukuran tingkat capaian kinerja Dinas Pendidikan Kota Dumai tahun 2012

dilakukan dengan cara membandingkan antara target dengan realisasi

masing-masing indikator kinerja sasaran.

Secara umum terdapat keberhasilan pencapaian sasaran strategis berikut

indikator kinerjanya. Namun demikian juga terdapat beberapa sasaran strategis

yang belum berhasil dicapai pada tahun 2012. Terhadap beberapa sasaran yang

belum dapat dicapai, Dinas Pendidikan Kota Dumai telah melakukan analisis dan

evaluasi penanganannya. Analisis capaian kinerja tersebut selengkapnya

tertuang pada bagian berikut ini.

A. Analisis Capaian Kinerja

A.1. Meningkatnya ketersediaan akses pendidikan pra sekolah

Ketersediaan akses pendidikan pra sekolah ditunjukkan melalui indikator

sebagai berikut :

Angka Partisipasi Kasar (APK) TK/RA

Indikator kinerja, target, dan realisasinya dapat digambarkan sebagai berikut :

Indikator Kinerja

Target

Realisasi

%

Angka Partisipasi Kasar

(APK) tingkat TK/RA

30

31,6

105

Perkembangan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Kota Dumai sebenarnya

cukup cepat. Tahun 2006 tercatat ada 31 TK di Kota Dumai, dan pada tahun

2012 angka itu bertambah hampir dua kali lipat menjadi 61 TK/RA. Hal inilah

yang dipandang sebagai salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan

angka partisipasi peserta didik.

Saat ini jumlah penduduk usia sekolah 4-6 tahun di Kota Dumai sebanyak 14.946

orang. Sedangkan jumlah peserta didik yang tertampung di lembaga pendidikan

(20)

19 |

P a g e

pra sekolah berjumlah 4.443 orang. Dengan demikian Angka Partisipasi Kasar

pendidikan pra sekolah Kota Dumai saat ini adalah 29,72 %.

Selain itu saat ini di Kota Dumai telah terdapat 18 buah lembaga Pendidikan

Anak Usia Dini (PAUD), 23 kelompok bermain (play groups), dan lebih dari 10

buah tempat pembelajaran Al-Qur’an. Keberadaan lembaga-lembaga ini cukup

berkembang pesat dalam waktu 5 (lima) tahun terakhir. Sebagian peserta didik,

meskipun sudah dibatasi perbedaan usianya, tersebar di dalam berbagai

lembaga pendidikan pra sekolah ini.

Sementara itu sejak tahun 2004 sampai 2010 ini Pemerintah Kota Dumai belum

ada menambah unit sekolah baru TK. Jumlah TK Negeri di Kota Dumai saat ini

memang masih 2 (dua) unit yakni TKN Dumai Timur dan TK Negeri Medang

Kampai.

Bahkan dalam tahun 2012 Dinas Pendidikan Kota Dumai belum menambah

ruang kelas di kedua TK tersebut. Dan jumlah peserta didik yang paling banyak

tentu saja ada di sekolah swasta. Diharapkan di tahun mendatang, jika belum

sanggup membangun unit sekolah baru di beberapa kecamatan lainnya, minimal

harus dilaksanakan kegiatan penambahan ruang kelas di kedua TK negeri

Pembina tersebut.

Namun dengan keterbatasan anggaran pendidikan Kota Dumai usaha perluasan

akses pendidikan pra sekolah ini khususnya di dalam membangun unit sekolah

baru masih mengalami kendala. Oleh karena itu upaya tersebut harus dilakukan

dengan mengusahakan dana dari pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat.

Inilah yang menjadi pekerjaan rumah selanjutnya di tahun-tahun mendatang.

Tentu saja dengan gencarnya sosialisasi dan munculnya kesadaran masyarakat

akan pentingnya pendidikan anak usia dini seharusnya di setiap kecamatan

minimal ada tersedia 1 (satu) TK Negeri yang berperan sebagai TK Pembina

bagi TK swasta lainnya.

(21)

20 |

P a g e

A.2. Meningkatnya ketersediaan akses pendidikan dasar yang bermutu.

Ketersediaan akses pendidikan dasar yang bermutu ditunjukkan melalui

indikator sebagai berikut :

Indikator Kinerja

Target

Realisasi

%

 Angka Partisipasi Murni

(APM) tingkat

SD/MI/SDLB/Paket A

 Angka Partisipasi Murni

(APM) tingkat

SMP/MTs/SMPLB/Paket B

 Angka Putus Sekolah

 Persentase ruang kelas

kondisi baik

 Rata-rata nilai ujian

nasional SD

 Rata-rata nilai ujian

nasional SMP

97,5

85

0,20

89

7,25

7,20

98,65

84,59

0,04

92,2

6,97

7,71

101,2

99,52

200

103,4

96,14

107,08

Untuk tingkat SD/MI dan SMP/MTs kalau kita melihat angka partisipasi kasar

(APK) di tahun 2008-2010 sudah melebihi 100 %. Oleh karena itu pada tahun

2012 ini APK untuk tingkat pendidikan dasar tidak dijadikan lagi sebagai ukuran

indikator keberhasilan program/ kegiatan Dinas Pendidikan Kota Dumai.

Dengan kata lain data dikatakan bahwa sudah semua masyarakat usia sekolah

7-12 tahun dan 13-15 tahun tertampung di sekolah. Dengan kalimat lain dapat

disimpulkan bahwa Kota Dumai sudah berhasil dalam Program Nasional Wajib

Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun.

Persoalan yang dihadapi saat ini adalah masih terdapatnya disparitas akses dan

mutu pendidikan di setiap kecamatan. Jika dilihat dari APK tingkat SD/MI dan

SMP/MTs secara umum memang dapat dikatakan bahwa Kota Dumai telah

berhasil dalam menuntaskan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun.

(22)

21 |

P a g e

Aktifitas pendidikan dasar tingkat SD/MI di Kota Dumai terkonsentrasi pada

Kecamatan Dumai Barat dan Dumai Timur, sedangkan untuk tingkat SMP/MTs

banyak terkonsentrasi di Kecamatan Dumai Barat. Hal ini dikarenakan

persebaran sekolah SMP/MTs yang lebih banyak berada di Dumai Barat

sehingga penduduk usia sekolah dari kecamatan lain bersekolah di Dumai Barat.

Oleh karena itu kecamatan lainnya terutama Sungai Sembilan masih

membutuhkan perluasan akses pendidikan dasar seperti pembangunan unit

sekolah baru dan penambahan ruang kelas. Untuk masa mendatang perluasan

akses pendidikan sekaligus penyediaan alat praktik dan sarana peningkatan

mutu lainnya difokuskan ke kecamatan yang masih membutuhkan sehingga

kepadatan siswa tidak bertumpu pada kecamatan-kecamatan di tengah kota

saja.

Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/SDLB/ Paket A

Pada tahun 2011 jumlah penduduk usia sekolah 7-12 tahun di Kota Dumai

sebanyak 31.053, sedangkan jumlah peserta didik yang berusia 7-12 tahun di

tingkat pendidikan SD/MI/SDLB/ Paket A adalah 30.136 orang. Dengan

demikian APM SD/MI/SDLB/ Paket A adalah 97,84%.

Pada tahun 2012 jumlah penduduk usia sekolah 7-12 tahun di Kota Dumai

sebanyak 35.239, sedangkan jumlah peserta didik yang berusia 7-12 tahun di

tingkat pendidikan SD/MI/SDLB/ Paket A adalah 34.783 orang. Dengan

demikian APM SD/MI/SDLB/ Paket A adalah 98,65%.

Dari data di atas dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan jumlah penduduk

usia sekolah sebesar 4.186 orang. Apabila dilihat dari jumlah siswa yang

tertampung di SD/sederajat yakni 4.647 orang, artinya meskipun terdapat

penambahan jumlah penduduk, namun jumlah tersebut tetap tertampung

dalam lembaga pendidikan SD/sedejat di Kota Dumai, bahkan jumlah

siswanya lebih banyak. Dalam hal ini lembaga pendidikan tingkat

SD/sederajat sudah efektif dalam menampung penduduk usia sekolah,

(23)

22 |

P a g e

sehingga APM SD/sederajat di Kota Dumai pada tahun 2012 mengalami

peningkatan.

Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/SMPLB/ Paket B

Pada tahun 2011, berdasarkan data Badan Statistik Pendidikan jumlah

penduduk usia sekolah 13-15 tahun di Kota Dumai sebanyak 14.099,

sedangkan jumlah peserta didik yang berusia 13-15 tahun di tingkat

pendidikan SMP/MTs/SMPLB/Paket B adalah 11.973 orang. Dengan

demikian APM SMP/MTs/SMPLB/Paket B adalah 84,92%.

Pada tahun 2012 jumlah penduduk usia sekolah 13-15 tahun di Kota Dumai

sebanyak 16.604, sedangkan jumlah peserta didik yang berusia 13-15 tahun

di tingkat pendidikan SMP/MTs/SMPLB/Paket B adalah 14.045 orang.

Dengan demikian APM SMP/MTs/SMPLB/Paket B adalah 84,59%. Dilihat dari

target pencapaian tahun 2012 yakni 85% dan dilihat dari APM tahun lalu

memang pencapaian tahun ini mengalami kemunduran, namun tidaklah

siqnifikan karena tidak melebihi 1 %.

Namun jika dilihat dari pencapaian dari tahun-tahun sebelumnya jelas bahwa

APM SMP/MTs/SMPLB/Paket B mengalami kenaikan. Pada tahun 2009 APM

SMP/MTs/SMPLB/Paket B sebesar 73,64 % dan di tahun 2010 sebesar 73,77

%.

Diharapkan di tahun mendatang target yang ditetapkan dievaluasi kembali

agar lebih realistis dan dapat dicapai dengan program dan kegiatan yang

efektif. Dan diharapkan upaya sosialisasi dan pengetatan usia sekolah ini

dapat tetap dilanjutkan di tahun-tahun berikutnya.

Angka Putus Sekolah

Pada tahun 2011 diketahui data anak putus sekolah di tingkat SD sebanyak

18 orang dari 34.593 peserta didik di tingkat SD/MI atau sekitar 0,05%.

Sedangkan untuk tingkat SMP/MTs jumlah anak putus sekolah sebanyak 5

orang dari 13.652 peserta didik atau sekitar 0,04%.

(24)

23 |

P a g e

Pada tahun 2012 jumlah siswa putus sekolah di tingkat SD sebanyak 61

orang dari 34.783 atau sekitar 0,17%. Sedangkan untuk tingkat SMP/MTs

jumlah anak putus sekolah sebanyak 5 orang dari 13.445 peserta didik atau

sekitar 0,04%. Ada kenaikan jumlah siswa putus sekolah yang cukup banyak

yakni 43 orang dibandingkan tahun lalu. Hal ini akan menjadi bahan evaluasi

Dinas Pendidikan agar program-program bagi siswa miskin dapat lebih

dioptimalkan dan tepat sasaran.

Sekalipun demikian jumlah ini dapat dikatakan sudah berhasil dimana Kota

Dumai dapat menekan angka putus sekolah di bawah 0,5 %.

Program-program yang selama ini mendukung adalah pembebasan biaya pendidikan

khususnya di sekolah negeri untuk tingkat SD dan SMP sederajat. Hal ini

dimungkinkan karena selain dana BOS Pusat, Pemerintah Kota Dumai sejak

tahun 2007 telah memberikan subsidi operasional sekolah untuk seluruh SD

dan SMP negeri. Untuk sekolah swasta masih memungut uang pendidikan di

luar dana BOS Pusat. Selain itu berbagai program bantuan beasiswa dari

pemerintah Provinsi Riau dan pemerintah pusat telah mampu mendukung

program penuntasan wajib belajar pendidikan dasar Sembilan tahun di Kota

Dumai.

Diharapkan di tahun mendatang angka putus sekolah ini dapat semakin

diperkecil sehingga dipastikan tidak ada lagi anak yang putus sekolah dengan

alasan apapun baik alas an ekonomi ataupun faktor budaya. Sebab dengan

berbagai program penyediaan bantuan operasional sekolah dan beasiswa

bagi siswa miskin dipandang sudah sangat memadai bagi setiap keluarga

untuk menyekolahkan anaknya sampai dengan tamat SMP sederajat.

Persentase Jumlah Kelas Dalam Kondisi Baik

Perbaikan sarana dan pra sarana pendidikan terutama ruang kelas adalah

salah satu target Pemerintah Kota Dumai dalam 5 (lima) tahun ke depan.

Diharapkan di akhir tahun 2015 tidak ada lagi ruang kelas dalam kondisi rusak

sedang/berat. Oleh karena itu sejak tahun 2011 dan dilanjutkan tahun 2012

seluruh ruang kelas yang sudah dipetakan dalam kondisi rusak telah

(25)

24 |

P a g e

dianggarkan perbaikannya secara bertahap dan menjadi skala prioritas dalam

kebijakan anggaran.

Jumlah ruangan kelas yang dapat diperbaiki tahun 2011 lalu sebanyak 134

ruang kelas. Kerusakan ruang kelas tersebut sebagian besar terdapat pada

lantai dan atap. Pada akhir tahun 2011 jumlah ruang kelas dalam kondisi baik

di Kota Dumai untuk tingkat SD sebanyak 903 unit dari 982 unit seluruh ruang

kelas yang ada atau sekitar 91,9%. Sedangkan untuk tingkat SMP jumlah

ruang kelas dalam kondisi baik sebanyak 271 unit dari 313 ruang kelas yang

ada atau sekitar 86,6%.

Pada tahun 2012 telah dilakukan rehabilitasi terhadap 30 ruang kelas yaitu 15

ruang kelas SD dan 15 ruang kelas tingkat SMP. Sementara itu melalui dana

APBN 2012 telah dilakukan rehabilitasi berat terhadap 12 SD dan 6 SMP,

rehabilitasi sedang/ringan terhadap 24 SD dan 11 SMP. Perbaikan sekolah

dengan dana APBN tersebut dapat menekan ruang kelas rusak berat dan

rusak sedang/berat. Sehingga di akhir tahun 2012 jumlah ruang kelas dalam

kondisi baik di Kota Dumai untuk tingkat SD sebanyak 974 unit dari 1.035 unit

seluruh ruang kelas yang ada atau sekitar 94,10%. Sedangkan untuk tingkat

SMP jumlah ruang kelas dalam kondisi baik sebanyak 290 unit dari 325 ruang

kelas yang ada atau sekitar 89,23%.

Tingkat

Jumlah Ruang

Kelas

Ruang Kelas Kondisi

Baik

%

SD

1.035

974

94,10

SMP

325

290

89,23

Jumlah

1.295

1.174

90,8

Dari tahun ke tahun jumlah ruangan kelas dalam kondisi rusak mengalami

penurunan. Pada tahun 2006 kondisi sarana/prasarana (ruang kelas) kurang

mendukung. Di tingkat SD ruang kelas yang layak pakai 70,15%, rusak ringan

21,85% dan rusak berat 8,00%. Di tingkat SMP/MTs layak pakai 92,26%,

rusak ringan 3,44% dan rusak berat 4,30%.

(26)

25 |

P a g e

Pada tahun 2009, di tingkat SD ruang kelas yang dalam kondisi baik 86,74%,

rusak ringan 12,32% dan rusak berat 3,01%. Di tingkat SMP/MTs yang dalam

kondisi baik 81,76%, rusak ringan 16,12% dan rusak berat 2,90%.

Sebagaimana ditegaskan di atas diharapkan di masa mendatang jumlah

ruang kelas dan bangunan sekolah yang rusak berat sudah tidak ada lagi di

semua tingkat pendidikan dan jumlah bangunan sekolah yang rusak ringan

dapat ditekan sehingga kurang dari 5%. Ruang kelas yang baik dan nyaman

adalah salah satu syarat utama untuk mendukung proses belajar mengajar

yang kondusif dan berkualitas.

Hasil Ujian Nasional Tingkat SD/MI Tahun Pelajaran 2012/2013

Hasil UN dapat berfungsi sebagai alat evaluasi diri bagi sekolah, Kabupaten/Kota,

Provinsi dan Pemerintah. Berdasarkan analisis hasil UN maka Pemerintah Pusat,

Propinsi, Kabupaten/Kota dan sekolah dapat melakukan program tindak lanjut.

Bagi sekolah atau daerah yang nilainya masih rendah dapat melakukan

pelacakan dan diagnostik secara menyeluruh sehingga dapat perbaikan.

(27)

26 |

P a g e

1.

Persentase Tingkat Kelulusan Ujian Nasional

Persentase tingkat kelulusan ujian nasional tahun 2011/2012 sebagai berikut :

A. Tingkat SD/MI

Tingkat kelulusan siswa Sekolah Dasar/Madrasah di Kota Dumai tahun

2012 mencapai 100 persen, angka tersebut meningkat dibanding tahun lalu

yang mencapai 99.96 persen. Hasil di atas menunjukkan bahwa

persentase kelulusan tingkat SD/MI dengan tingkat ketidaklulusan 0%

dapat dikategorikan MEMUASKAN.

Tabel : Persentase Tingkat Kelulusan

Tingkat

Jml

Siswa

Jml

Lulus

% Lulus

Jml Tidak

Lulus

% Tdk

Lulus

SD/MI

5.085

5.085

100%

0

0%

B. Tingkat SMP/MTs

Tingkat

kelulusan

siswa

Sekolah

Menengah

Pertama/Madrasah

Tsanawiyah di Kota Dumai tahun 2012 mencapai 99,21 persen. Angka

tersebut meningkat dibanding tahun lalu yang hanya mencapai 98,76% dari

4.292 peserta. Hasil di atas menunjukkan bahwa persentase kelulusan

tingkat SMP/MTS 99,21% dengan tingkat ketidaklulusan 0,79%, dapat

dikategorikan MEMUASKAN.

Tabel : Persentase Tingkat Kelulusan

Tingkat

Jml

Siswa

Jml

Lulus

% Lulus

Jml Tidak

Lulus

% Tdk

Lulus

SMP/MTS

4.292

4.258

99,21%

34

0,79%

(28)

27 |

P a g e

2. Perbandingan Capaian Persentase Kelulusan dan Nilai Ujian Nasional

tahun 2008 – 2012

Perbandingan capaian persentase kelulusan dan nilai ujian nasional tahun

2008 - 2012 disajikan dalam tabel dibawah berikut:

A. Tingkat SD/MI

Tabel : Capaian Persentase Kelulusan dan Capaian Nilai

Tingkat Tahun

Persentase

Capaian

Kelulusan

Prestasi

Dari Tahun

Sebelumnya

Capaian

Rerata

Nilai UN

Prestasi

Dari Tahun

Sebelumnya

Peringkat

Se-Prov

Riau

SD/MI

2008

99.79%

Naik

6.71

Naik

5

2009

99.83%

Naik

7.09

Naik

2

2010

99.98%

Naik

6.67

Turun

2

2011

99.96%

Turun

7.38

Naik

4

2012

100,00%

Naik

7,12

Turun

8

Berdasarkan Tabel di atas menunjukkan bahwa terjadi kenaikan

persentase capaian kelulusan, meningkat dari 99.96% pada tahun 2011

menjadi 100% pada tahun 2012. Namun bila dilihat dari capaian rerata nilai

UN terjadi penurunan yaitu 7,38% pada tahun 2011 turun menjadi 7.12%

pada tahun 2012. Dari 12 Kabupaten/Kota tersebar di Provinsi Riau, Kota

Dumai berada pada urutan ke-8, sedangkan pada tahun lalu berada pada

peringkat 4.

(29)

28 |

P a g e

B. Tingkat SMP/MTs

Tabel : Capaian Persentase Kelulusan dan Capaian Nilai

Berdasarkan Tabel di atas menunjukkan bahwa persentase capaian

kelulusan tingkat SMP/MTs pada tahun 2012 terjadi dari tahun

sebelumnya, yakni dari 99,57% menjadi 99,21% pada tahun 2012. Namun

pada periode yang sama capaian rerata nilai UN tingkat SMP/MTs tahun

2012 terjadi peningkatan dari 7,61 pada tahun 2011 menjadi 7,71 pada

tahun 2012. Dari 12 Kabupeten/Kota yang berada di Provinsi Riau, Kota

Dumai memperoleh rangking ke-9 dan pada tahun sebelumnya juga

berada pada peringkat yang sama.

Rasio Siswa/Ruang Kelas/Rombongan Belajar

Selain indikator-indikator sebagaimana yang tertuang didalam Penetapan

Kinerja Pendidikan Dasar Tahun 2012 di atas berikut ini ditambahkan kondisi

pencapaian

akses

pendidikan

dasar

yakni

rasio

Siswa/ruang

kelas/rombongan belajar. Hal ini dipandang penting karena untuk menjamin

perluasan akses dapat diikuti dengan mutu pembelajaran, jumlah siswa per

ruang kelasnya harus dibatasi sampai batas efektif seorang pendidik dapat

memantau perkembangan setiap peserta didiknya. Untuk tingkat SD sederajat

jumlah ruang kelas yang tersedia di Kota Dumai adalah 1.035 unit dengan

jumlah siswa sebanyak 35.259 orang. Dengan demikian rasio siswa per ruang

kelas tingkat SD sederajat adalah 1 : 34.

Tingkat

Tahun

Persentase

Capaian

Kelulusan

Prestasi

Dari Tahun

Sebelumnya

Capaian

Rerata

Nilai UN

Prestasi

Dari Tahun

Sebelumnya

Peringkat

Se-Prov

Riau

SMP/MTs

2008

93.08%

Naik

6.43

Naik

7

2009

88.64%

Turun

6.35

Turun

4

2010

91.06%

Naik

7.53

Naik

3

2011

99.57%

Naik

7.61

Naik

9

2012

99,21%

Turun

7,71

Naik

9

(30)

29 |

P a g e

Dari data di atas terlihat bahwa kita masih membutuhkan tambahan perluasan

akses pendidikan khususnya untuk tingkat SD untuk mencapai standar

pelayanan minimal pendidikan yakni 1 : 32. Selain hal itu persebaran siswa

yang terfokus di kecamatan-kecamatan di tengah kota menyebabkan rasio

siswa per ruang kelas juga cukup tinggi di kecamatan-kecamatan tersebut.

Pada Jumlah ruang kelas tingkat SMP sederajat di Kota Dumai adalah 395

unit, sedangkan jumlah siswa sebanyak 14.045 orang. Dengan demikian rasio

siswa per ruang kelas tingkat SMP sederajat adalah 1 : 35.

3. Meningkatnya ketersediaan akses pendidikan menengah yang terjangkau,

relevan dan bermutu.

Ketersediaan akses pendidikan menengah yang terjangkau, relevan, dan

bermutu ditunjukkan melalui indikator sebagai berikut:

Indikator Kinerja

Target

Realisasi

%

Angka Partisipasi Kasar

(APK) SMA/MA/SMK

Angka Partisipasi Murni

(APM) SMA/MA/SMK

Angka Putus Sekolah

Persentase ruang kelas

kondisi baik

Rata-rata nilai ujian nasional

SMA/SMK

Jumlah tamatan SMK yang

bekerja di tahun kelulusan

89

70

0,25

92

7,60

28

75,37

63,58

0,14

92,12

7,59

28,41

84,68

90,82

180

100,13

99,87

101,46

Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA/SMK

Untuk tingkat sekolah menengah (SMA/MA/SMK) APK pada tahun 2012

sebesar 76,29%. Pencapaian ini memang perlu dievaluasi karena masih

cukup jauh dari target yang diharapkan. Jumlah siswa yang tertampung dalam

lembaga pendidikan menengah (SMA/MA/SMK) di Kota Dumai tahun 2012

sebanyak 12.046 orang. Sedangkan jumlah penduduk usia 16-18 tahun yang

tercatat oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil pada periode Oktober

2012 sebanyak 15.788 orang. Pertambahan penduduk 16-18 tahun ini cukup

tinggi, di mana tahun 2011 jumlah penduduk usia tersebut baru mencapai

13.211 orang (kenaikan lebih 2.500 orang). Sementara jumlah siswa

(31)

30 |

P a g e

SMA/MA/SMK tahun 2011 sebanyak 11.193 orang. Artinya kenaikan jumlah

penduduk usia 16-18 tahun tersebut tidak diikuti dengan penambahan jumlah

peserta didik pada pendidikan menengah.

Namun kalau kita bandingkan dengan angka putus sekolah (yakni 0,08%)

menunjukkan tidak ditemukan angka yang siqnifikan yang mengatakan bahwa

penduduk usia sekolah tersebut mengalami masalah. Maka berdasarkan

pengamatan, kemungkinan terbesar dalam hal ini adalah banyaknya

penduduk usia sekolah 16-18 tahun yang masuk di Kota Dumai namun tidak

bersekolah.

Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA/SMK

Melihat data APM di atas sebenarnya berkaitan dengan data APK. Hanya

saja pada APM kita membandingkan penduduk usia sekolah dengan siswa

dengan usia sekolah yang sama. APM lebih rendah dibandingkan APK

dikarenakan banyaknya penduduk yang seharusnya belum masuk di tingkat

sekolah tertentu namun sudah sekolah, meskipun usianya belum cukup. Atau

di sisi lain dapat melihat gejela kelebihan umur peserta didik pada jenjang

pendidikan tertentu.

Angka Putus Sekolah

Pada tahun 2012 diketahui data anak putus sekolah di tingkat SMA/MA/SMK

sebanyak 17 orang dari 11.929 peserta didik di tingkat SMA/MA/SMK atau

sekitar 0,15%. Jumlah ini dapat dikatakan sudah berhasil dimana Kota Dumai

dapat menekan angka putus sekolah di bawah 0,5%. Program-program yang

selama ini mendukung adalah sebagiamana disebutkan di atas yakni bantuan

pendidikan bagi siswa miskin yang bersumber dari APBD Kota Dumai yang

difokuskan kepada sekolah swasta (yang tidak mendapatkan bantuan

operasional sekolah dari Pemerintah Kota Dumai) dan Bantuan Operasional

Mutu (BOM) dari pemerintah pusat.

Diharapkan di tahun mendatang angka putus sekolah ini dapat semakin

diperkecil sehingga dipastikan tidak ada lagi anak yang putus sekolah dengan

alasan apapun baik alas an ekonomi ataupun faktor budaya. Sebab dengan

berbagai program penyediaan bantuan operasional sekolah dan beasiswa

(32)

31 |

P a g e

bagi siswa miskin dipandang sudah sangat memadai bagi setiap keluarga

untuk menyekolahkan anaknya sampai dengan tamat sekolah menengah.

Peningkatan pendidikan terakhir bagi masyarakat Kota Dumai sangat

mendukung dalam meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia dan tingkat

kesejahteraan masyarakat. Bahkan di masa mendatang diharapkan akan

semakin banyak lulusan sekolah menengah dapat melanjutkan ke pendidikan

tinggi dan dapat mengikuti berbagai pelatihan untuk dapat mengisi lapangan

kerja dari berbagai investasi berbagai perusahaan di Kota Dumai atau

membuka usaha sendiri yang juga sekaligus membuka lapangan kerja bagi

orang lain.

Persentase Jumlah Kelas Dalam Kondisi Baik

Perbaikan sarana dan prasarana pendidikan menengah adalah target

Pemerintah Kota Dumai dalam 5 (lima) tahun ke depan. Diharapkan di akhir

tahun 2015 tidak ada lagi ruang kelas dalam kondisi rusak sedang/berat.

Di tahun 2012 telah dilaksanakan beberapa perbaikan bangunan sekolah

yang meliputi perbaikan atap dan lantai sekolah yang rusak. Meskipun

jumlahnya belum banyak, namun secara bertahap seluruh ruang belajar akan

dalam kondisi baik di akhir tahun 2015 mendatang.Pada akhir tahun 2012

jumlah ruang kelas dalam kondisi baik di Kota Dumai untuk tingkat SMA

sebanyak 184 unit dari 202 unit seluruh ruang kelas yang ada atau sekitar

91,08%. Sedangkan untuk tingkat SMK jumlah ruang kelas dalam kondisi baik

sebanyak 115 unit dari 130 ruang kelas yang ada atau sekitar 88,4% (lihat

tabel). Di tahun-tahun mendatang angka ini akan semakin ditingkatkan

terutama untuk tingkat SMP.

Tingkat

Jumlah Ruang

Kelas

Ruang Kelas

Kondisi Baik

%

SMA

202

182

91,1

SMK

130

115

88,4

Jumlah

332

297

89,5

(33)

32 |

P a g e

Sebagaimana ditegaskan di atas diharapkan di masa mendatang jumlah

ruang kelas dan bangunan sekolah yang rusak berat sudah tidak ada lagi di

semua tingkat pendidikan dan jumlah bangunan sekolah yang rusak ringan

dapat ditekan sehingga kurang dari 5%. Ruang kelas yang baik dan nyaman

adalah salah satu syarat utama untuk mendukung proses belajar mengajar

yang kondusif dan berkualitas.

Hasil Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2011/2012 Tingkat SMA/SMK/MA

Hasil UN dapat berfungsi sebagai alat evaluasi diri bagi sekolah,

Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pemerintah. Berdasarkan analisis hasil UN

maka Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dan sekolah dapat

melakukan program tindak lanjut. Bagi sekolah atau daerah yang nilainya

masih rendah dapat melakukan pelacakan dan diagnostic secara menyeluruh

sehingga dapat dilakukan perbaikan. Persentase tingkat kelulusan ujian

nasional tahun 2011/2012 sebagai berikut:

Tabel : Persentase Tingkat Kelulusan Tingkat SMA/MA

No

Tingkat

Jml

Siswa

Jml

Lulus

% Lulus

Jml

Tidak

Lulus

% Tdk

Lulus

1

SMA/MA/SMK

3.535

3.521

99.60%

14

0.39%

Dari 3.535 peserta yang mengikuti ujian nasional sebanyak 3.521 orang yang

lulus dengan tingkat kelulusan mencapai 99.60 persen. Hasil diatas

menunjukkan bahwa persentase kelulusan tingkat SMA/MA dengan tingkat

ketidak lulusan 0.39 persen dapat dikategorikan MEMUASKAN

Ujian nasional memang dapat menjadi indikator mutu pendidikan di sebuah

daerah. Dan yang menjadi pembanding adalah hasil ujian nasional di daerah

lain. Namun ujian nasional bukan satu-satunya indikator keberhasilan atau

mutu pendidikan. Dan hasil ujian nasional sangat dipengaruhi oleh banyak hal

lain seperti kualitas guru, metode pembelajaran, dan kurikulum.

Jika hanya melihat hasil ujian nasional ini meskipun mengalami peningkatan

namun belum membuat prestasi pendidikan Kota Dumai dalam hal hasil ujian

nasional menjadi kebanggaan bersama. Masih banyak hal yang perlu

(34)

33 |

P a g e

dievaluasi dan dibenahi ke depan dengan berbagai strategi dan program kerja

yang lebih efektif sehingga angka kelulusan ujian nasional di Kota Dumai

dapat menjadi yang terdepan di Provinsi Riau.

4. Meningkatnya Kualifikasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Meningkatnya kualifikasi pendidik dan tenaga kependidikan dilihat dari

indikator sebagai berikut:

Persentase Pendidik Berpendidikan S-1 atau D-4

Dalam upaya memenuhi amanat UU No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen, pemerintah Kota Dumai menyadari bahwa ada banyak hal yang harus

dibenahi. Hal ini terutama karena masih banyak sekali tenaga pendidik belum

memiliki tingkat pendidikan setara S-1, sebagaimana tuntutan

undang-undang.

Oleh karena itu sejak tahun 2007 sampai sekarang telah dilaksanakan

program penyetaraan guru dengan memberikan bantuan pendidikan termasuk

kerjasama dengan Universitas Riau (UR) dalam meningkatkan kualifikasi

pendidikan para guru. Salah satu yang penting bahwa syarat kualifikasi guru

adalah berpendidikan strata satu (S1). Oleh karena itu sejak tahun 2007

Pemerintah Kota Dumai telah memulai kerjasama dengan pihak Universitas

Riau dalam membantu proses perkuliahan S1 tersebut.

Tentu saja masih banyak tenaga pendidik yang harus membenahi diri. Oleh

karena itu untuk mempercepat pemenuhan tuntutan undang-undang, selain

terbatasnya anggaran untuk menyekolahkan para guru, Dinas Pendidikan

Kota Dumai berkoordinasi dengan Universitas Terbuka dan Universitas Riau

sehingga dapat menambah akses bagi para guru dalam mencapai pendidikan

setara sarjana.

Pada tabel di bawah ini dapat kita lihat persentase kualifikasi pendidik

berpendidikan S-1 atau D-4 pada masing-masing tingkat pendidikan:

(35)

34 |

P a g e

Jumlah Guru

Guru S-1

%

4.795

2.885

60,17

Sebagaimana kita lihat pada tabel di atas bahwa masih sebesar 60,16% guru

yang berijazah S-1, hal ini memang mengalami peningkatan dibandingkan

tahun 2011 di mana masih 56,7% tenaga pendidik yang memiliki ijazah setara

sarjana. Angka ini sudah lebih baik dibandingkan dengan 3 (dua) tahun

sebelumnya dimana pada tahun 2009 baru 43% pendidikan yang

berkualifikasi S-1 atau D-4 dan pada tahun 2010 angkat tersebut naik menjadi

48%.

Persoalan yang masih cukup serius adalah pada tingkat pendidikan TK dan

SD. Sampai tahun 2011 jumlah guru TK yang memiliki ijazah S-1 masih 54

orang dari 535 orang (10,21%). Oleh karenanya pada tahun 2012 dan 2013

telah direncanakan sharing program antara Pemerintah Kota Dumai dengan

Pemerintah Provinsi Riau untuk memberikan bantuan pendidikan bagi guru

TK untuk melanjutkan pendidikan menjadi S-1 untuk sebanyak 30 orang.

Diharapkan hal ini akan menjadi pemicu bagi guru lain untuk melakukan hal

yang sama. Sehingga di tahun-tahun mendatang diharapkan jumlah guru TK

yang mendapatkan program ini akan dapat semakin ditingkatkan.

Untuk tingkat SD jumlah guru yang S1 sebanyak 1.128 orang dari 2.206

orang guru (51,13%). Sebagian besar guru masih berpendidikan SPG (setara

SMA) dan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) serata D-2. Namun

sampai saat ini sudah cukup banyak guru yang melanjutkan pendidikan ke

jenjang sarjana dan sedang dalam proses pendidikan. Diharapkan dalam

beberapa tahun mendatang mereka sudah menamatkan pendidikan sehingga

persentase guru berpendidikan S-1 dapat semakin meningkat.

Sementara itu pada tingkat pendidikan SMP/MTs jumlah guru yang sudah

berijazah S-1 sebanyak 812 dari 1.048 orang (77,48%). Dan SMA/MA/SMK

jumlah guru berpendidikan S-1 berjumlah 891 orang dari 1.006 orang guru

(88,6%).

(36)

35 |

P a g e

Angka ini walaupun sudah cukup baik namun harus ditingkatkan secara

maksimal sehingga di akhir tahun 2015 untuk kedua jenjang pendidikan ini

diharapkan jumlah guru berpendidikan S-1 sudah di atas 95% dari

keseluruhan jumlah guru.

Program sertifikasi pendidik dan tenaga kependidikan juga adalah program

nasional yang dilaksanakan Pemerintah Kota Dumai, sesuai dengan

Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Sertifikasi pendidik

dan tenaga kependidikan dimaksudkan sebagai legitimasi status profesi

seorang pendidik. Dengan status sebagai professional, konsekuensinya harus

ada pengakuan dalam hal tunjangan profesi. Kota Dumai, seperti daerah

lainnya mendapatkan quota dari Pemerintah Pusat setiap tahunnya.

Sampai dengan tahun 2011/2012 ini jumlah tenaga pendidik dan pengawas

sekolah yang telah mendapatkan sertifikasi sebanyak 1.726 orang dari 4.795

tenaga pendidik (36%).

5. Capaian Program dan Keuangan

Sampai dengan berakhirnya Tahun Anggaran 2012 secara

keseluruhan capaian program dan kegiatan Dinas Pendidikan Kota Dumai

adalah 97,52%, sedangkan realisasi fisik sebesar 96,80% realisasi

anggaran keuangannya 96,64%. Lebih jelasnya dapat dilihat dari terhadap

tingkat pencapaian program dan anggaran dapat dilihat dalam lampiran

RENJA.

Gambar

Tabel : Capaian Persentase Kelulusan dan  Capaian Nilai
Tabel : Capaian Persentase Kelulusan dan  Capaian Nilai

Referensi

Dokumen terkait

Pemeriksaan medis dinilai dengan skor yang dihitung dari jayvaban contoh atas 12 pertanyaan mengenai tinggi badan, berat badan, pemeriksaan perut, pemeriksaan

Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT Asuransi Dayin Mitra Tbk tanggal 31

Tässä kir- joituksessa näkökulma on kuitenkin ilmastonmuutos ja kuinka meidän tulisi tätä biotalouden murrosta tulkita ilmastonmuutoksen torjunnan ja sopeutu- misen

Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Veronica (2013) yang menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh

Tujuannya adalah untuk menciptakan sebuah metoda dan software yang dapat mendeteksi ketidaktepatan hasil rekaman suara dalam proses sinkronisasi gerak bibir, dimana teknologi

Kebanyakan peneliti beranggapan bahwa semakin banyak sampel atau semakin besar prosentase sampel dari populasi, penelitian akan semakin baik, anggapan ini benar tetapi

Bahwa selain daripada itu, posita gugatan angka 12 adalah kabur/tidak jelas (obscuur libel) karena dalam posita gugatan angka 12 disebutkan pihak yang diminta untuk

Pengujian yang dilakukan untuk hipotesis H1, H2, H3 dengan variabel kinerja keuangan perusahaan Rasio Profitabilitas yaitu ROA, ROE, dan NPM membuktikan bahwa tidak