• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Air Susu Ibu (ASI) adalah emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Air Susu Ibu (ASI) adalah emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ASI Eksklusif

Air Susu Ibu (ASI) adalah emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar mamma dari ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya. Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang mudah didapat, selalu tersedia, siap diminum tanpa adanya persiapan yang khusus dengan temperatur yang sesuai dengan bayi. Air Susu Ibu (ASI) memiliki kandungan zat gizi yang lengkap dan sempurna untuk keperluan bayi serta mengandung zat gizi yang lengkap dan sempurna untuk keperluan bayi serta mengandung zat anti infeksi. Oleh karenanya Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan terbaik dan paling cocok untuk bayi (Perinasia, 2004).

Banyak keunggulan Air Susu Ibu dibanding dengan susu sapi, antara lain: 1. Air Susu Ibu mengandung zat makanan yang dibutuhkan bayi dalam jumlah

yang cukup dengan susunan zat gizi yang sesuai untuk bayi.

2. Air Susu Ibu sedikit sekali berhubungan dengan udara luar, sehingga Air Susu Ibu bersih dan kecil kemungkinan tercemar oleh kuman (bibit penyakit).

3. Air Susu Ibu selalu segar dan temperatur Air Susu Ibu sesuai dengan temperatur tubuh bayi.

4. Mengandung zat kekebalan (immunoglobulin). Antibodi dalam Air Susu Ibu dapat bertahan di dalam saluran pencernaan bayi karena tahan

(2)

terhadap asam dan enzim proteolitik saluran pencernaan dan membuat lapisan pada mukosanya sehingga mencegah bakteri patogen dan enterovirus masuk ke mukosa usus.

5. Air Susu Ibu tidak menimbulkan alergi.

Kolostrum (susu awal) adalah Air Susu Ibu yang keluar pada hari-hari pertama setelah kelahiran bayi, berwarna kekuning-kuningan dan lebih kental, karena banyak mengandung vitamin A, protein dan zat kekebalan yang penting untuk melindungi bayi dari penyakit infeksi. Kolostrum juga mengandung vitamin E dan K serta beberapa mineral seperti natrium dan seng (Depkes, 2005).

ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa makanan dan minuman lain. Pemberian ASI eksklusif dianjurkan sampai enam bulan pertama kehidupan bayi (Depkes RI, 2005). Pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, air jeruk, air teh, air putih. Pada pemberian ASI eksklusif pada bayi juga tidak diberikan makanan tambahan seperti pisang, papaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, tim, dan sebagainya (Roesli, 2009).

Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan, ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun. Para ahli menemukan bahwa manfaat ASI akan sangat meningkat bila bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. Peingkatan ini sesuai

(3)

dengan lamanya pemberian ASI eksklusif serta lamanya pemberian ASI bersama-sama dengan makanan padat setelah bayi berumur 6 bulan.

Berdasarkan hal-hal di atas, WHO/UNICEF membuat deklarasi yang dikenal dengan Deklarasi Innocenti (Innocenti Declaration). Deklarasi yang dilahirkan di Innocenti, Italia tahun 1990 ini bertujuan untuk melindungi, mempromosikan, dan memberi dukungan pada pemberian ASI. Deklarasi yang juga ditandatangani Indonesia ini memuat hal-hal berikut: “Sebagai tujuan global untuk meningkatkan kesehatan dan mutu makanan bayi secara optimal maka semua ibu dapat memberikan ASI eksklusif dan semua bayi diberi ASI eksklusif sejak lahir sampai berusia 4-6 bulan. Setelah berumur 4-6 bulan, bayi diberi makanan pendamping/padat yang benar dan tepat, sedangkan ASI tetap diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih. Pemberian makanan untuk bayi yang ideal seperti ini dapat dicapai dengan cara menciptakan pengertian serta dukungan dan lingkungan sehingga ibu-ibu dapat menyusui secara eksklusif” (USAID, 2004).

Adapun alasan pemberian ASI eksklusif adalah:

a. ASI mengandung zat gizi yang ideal dan mencukupi untuk menjamin tumbuh kembang sampai umur 6 bulan. Bayi yang mendapat makanan lain, misalnya nasi lumat atau pisang hanya akan mendapat karbohidrat, sehingga zat gizi yang masuk tidak seimbang.

b. Bayi dibawah usia 6 bulan belum mempunyai enzim pencernaan yang sempurna, sehingga belum mampu mencerna makanan dengan baik. ASI mengandung beberapa enzim yang memudahkan pemecahan makanan

(4)

selanjutnya.

c. Ginjal bayi yang masih muda belum mampu bekerja dengan baik. Makanan tambahan termasuk susu sapi biasanya mengandung banyak mineral yang dapat memberatkan fungsi ginjal yang belum sempurna pada bayi.

d. Makanan tambahan mungkin mengandung zat tambahan yang berbahaya bagi bayi misalnya zat warna dan zat pengawet.

e. Makanan tambahan bagi bayi yang mudah menimbulkan alergi (Perinasia, 2004). Menurut Irawati (2005), bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif akan mudah terkena infeksi. Jika sekarang banyak balita mengalami gizi buruk atau busung lapar, karena anak itu tidak mendapat ASI eksklusif. Kalau bayi tidak mendapat ASI eksklusif tetapi sudah mendapatkan makanan lain maka kemampuan dia mengisap ASI pun menurun. Kalau kemampuan mengisapnya menurun maka si ibu pun tidak menghasilkan ASI yang banyak.

2.1.1. Manfaat ASI Eksklusif

Manfaat pemberian ASI eksklusif bagi bayi sangat banyak antara lain: a. ASI sebagai nutrisi yang terbaik

ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang karena disesuaikan dengan kebutuhan bayi pada masa pertumbuhannya. ASI adalah makanan yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan melaksanakan tata laksana menyusui yang tepat dan benar, produksi ASI seorang ibu akan cukup sebagai makanan tunggal bagi bayi normal sampai dengan usia enam bulan. Setelah usia

(5)

enam bulan, bayi harus mulai diberi makanan padat tambahan, tetapi ASI masih dapat diteruskan sampai dua tahun atau lebih (Danuatmaja, 2004). b. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi

Bayi baru lahir secara alamiah mendapat immunoglobulin (zat kekebalan tubuh) dari ibunya melalui ari-ari. Namun, kadar zat ini akan cepat sekali menurun segera setelah bayi lahir. Pada saat kadar zat kekebalan menurun, sedangkan yang dibentuk oleh badan bayi belum mencukupi maka akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada bayi. Kesenjangan akan hilang apabila bayi diberi ASI, karena ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit, dan jamur. Bagi bayi pemberian ASI eksklusif ternyata akan lebih sehat dan lebih jarang sakit dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif. Anak yang sehat tentu akan lebih berkembang kepandaiannya dibanding anak yang sering sakit terutama bila sakitnya berat (Arifeen, 2001).

c. ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan

Perkembangan kecerdasan anak sangat berkaitan erat dengan pertumbuhan otak. Faktor utama yang memengaruhi pertumbuhan otak anak adalah nutrisi yang diterima saat pertumbuhan otak, terutama saat pertumbuhan otak cepat. Air susu ibu selain merupakan nutrien ideal, dengan komposisi tepat, dan sangat sesuai kebutuhan bayi, juga mengandung nutrien-nutrien khususnya yang sangat diperlukan bagi

(6)

pertumbuhan optimal otak bayi (Danuatmaja, 2004).

Hasil penelitian Lucas terhadap 300 bayi prematur membuktikan bahwa bayi bayi prematur yang diberi ASI eksklusif mempunyai IQ yang lebih tinggi secara bermakna (8,3 point lebih tinggi) dibanding bayi prematur yang tidak diberi ASI. Pada penelitian Riva ditemukan bahwa bayi yang diberi ASI eksklusif, ketika berusia 9,5 tahun mempunyai tingkat IQ 12,9 point lebih tinggi dibanding anak yang ketika bayi tidak diberi ASI eksklusif (Riva, 1996).

Faktor-faktor yang memengaruhi kecerdasan meliputi: 1. Faktor genetik

Faktor genetik atau faktor bawaan menentukan potensi genetik atau bawaan yang diturunkan oleh orangtua. Faktor ini tidak dapat dimanipulasi atau direkayasa.

2. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan adalah faktor yang menentukan apakah faktor genetik akan dapat tercapai secara optimal. Faktor ini mempunyai banyak aspek dan dapat dimanipulasi dan direkayasa.

Secara garis besar ada 3 jenis kebutuhan untuk faktor lingkungan, yaitu:

− kebutuhan untuk pertumbuhan fisik-otak (asuh)

− kebutuhan untuk perkembangan emosional (asih)

− kebutuhan untuk perkembangan intelektual dan sosialisasi (asah) d. ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang

(7)

Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusui akan merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tentram, terutama karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah ia kenal sejak dalam kandungan. Perasaan terlindung dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spritual yang baik (Roesli, 2009).

2.1.2. Pola Pemberian ASI

Pola pemberian ASI adalah kebiasaan ibu menyusui berdasarkan banyaknya seorang ibu menyusui bayinya. Menyusui adalah suatu proses alamiah. Berjuta-juta ibu di seluruh dunia berhasil menyusui tanpa pernah membaca buku tentang ASI (Suhardjo, 1992).

Menurut Herniwati (1999), berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pola pemberian ASI adalah kontinuitas pemberian, waktu pemberian, pemanfaatan kolostrum dan usia anak saat disapih. Akan tetapi sejalan dengan kemajuan teknologi maka terjadi pula perubahan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat, maka pola pemberian ASI sudah banyak diganti dengan susu botol.

Dalam upaya perbaikan gizi keluarga ditekankan agar semua ibu-ibu menyusui dapat memberikan ASI kepada bayi dan anak-anaknya selama dua tahun. Dari beberapa penelitian yang dilakukan terdapat bermacam-macam alasan penyapihan, yaitu:

(8)

Keadaan kesehatan ibu dan pembagian waktu yang sulit khususnya pada ibu bekerja dalam memberikan ASI akan mendorong penyapihan lebih awal. 2. Karena alasan ASI

Penyapihan akan dilakukan lebih awal bila ASI yang diproduksi oleh ibu tidak keluar atau kurang mencukupi bagi bayi.

3. Karena alasan anak

Keadaan kesehatan anak yang tidak memungkinkan untuk disusui oleh ibu akan mendorong penyapihan lebih awal, hal ini dapat terjadi pada bayi yang harus berada di dalam inkubatorium. Dalam alasan penyapihan ini terdapat juga perbedaan yang nyata antara masyarakat pedesaan dan perkotaan. Pada masyarakat pedesaan, alasan penyapihan adalah karena anak sudah besar dan ibu hamil lagi, sedangkan di perkotaan, faktor ibu lebih berperan karena ibu bekerja atau sibuk (Arisman, 2004).

ASI dalam jumlah yang cukup merupakan makanan terbaik dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 4-6 bulan pertama. Bayi merupakan salah satu kelompok rentan gizi dan paling mudah menderita kelainan gizi, bila suatu masyarakat terkena kekurangan penyediaan bahan makanan kebutuhan bayi akan zat gizi adalah yang paling tinggi, bila dinyatakan dalam satuan berat badan karena bayi sedang ada dalam periode pertumbuhan yang pesat (Sediaoetama, 2004).

Pemberian ASI tak terlepas dari tatanan budaya. Pada penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2001), dimana ibu yang memberikan ASI sebelum 30 menit setelah melahirkan, kemungkinan untuk tidak memberikan makanan dan

(9)

minuman pralaktal (susu formula, air jeruk, air teh, air putih, pisang, biskuit, bubur susu, bubur nasi, tim) pada bayinya sebesar 1,8-5,3 kali lebih besar dibandingkan ibu yang tidak segera memberikan ASI.

2.1.3. Produksi ASI

Banyak faktor yang menyebabkan seseorang tidak dapat menyusui bayi. Salah satunya ialah karena air susu tidak keluar, penyebab air susu tidak keluar juga tidak sedikit, mulai dari stres mental sampai ke penyakit fisik, termasuk malnutrisi. Namun demikian, perilaku tidak menyusui bayi segera setelah lahir atau dengan catatan bahwa ibu tidak dalam keadaan terbius dan mengidap penyakit tertentu sehingga tidak memungkinkan untuk menyusui.

Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi tiga yaitu: 1. Kolostrum (susu jolong)

Kolostrum merupakan cairan yang keluar pertama kali setelah bayi lahir sampai hari ketiga atau keempat, agak kental berwarna kekuningan, lebih kuning dibanding dengan ASI matang (mature).

Kolostrum berkhasiat antara lain:

− Sebagai laxantia yang baik untuk membersihkan selaput usus bayi yang baru lahir sehingga saluran pencernaan siap untuk menerima makanan.

− Kolostrum terutama mengandung globulin tinggi, sehingga dapat memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi.

(10)

tubuh dari beberapa penyakit infeksi untuk jangka waktu sampai 6 bulan. 2. Air susu transisi/peralihan

Air susu transisi/peralihan adalah ASI yang diproduksi hari ketiga atau hari keempat sampai hari kesepuluh sesudah kelahiran. Kadar proteinnya lebih kecil dari kolostrum.

3. Air susu matang (mature)

Air susu mature yaitu ASI yang diproduksi mulai dari hari kesepuluh sesudah kelahiran. Kadar proteinnya lebih kecil dari pada kolostrum, sedangkan kadar lemak dan hidrat arang lebih tinggi (Arisman, 2004).

Pada bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai menghasilkan ASI. Dalam kondisi normal, pada hari pertama dan kedua sejak lahir, air susu yang dihasilkan sekitar 50-100 ml sehari. Jumlahnya pun meningkat hingga 500 ml pada minggu kedua. Dan produksi ASI semakin efektif dan terus-menerus meningkat pada hari 10-14 hari setelah melahirkan. Bayi yang sehat mengonsumsi 700-800 ml ASI setiap hari. Setelah memasuki masa enam bulan volume pengeluaran air susu mulai menurun (Prasetyono, 2009).

2.1.4. Nilai Nutrisi ASI

ASI mengandung komponen makro dan mikro nutrisi. Yang termasuk makronutrien adalah karbohidrat, protein dan lemak sedangkan mikronutrien adalah vitamin dan mineral.

(11)

a. Karbohidrat

Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir dua kali lipat dibandingkan laktosa yang ditemukan dalam susu sapi atau susu formula. Namun demukian jarang ditemukan kejadian diare pada bayi yang mendapat ASI. Hal ini disebabkan penyerapan laktosa ASI lebih baik dibandingkan laktosa susu sapi atau susu formula (Soetjiningsih, 1997).

b. Protein

Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung protein casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi (IDAI, 2008).

c. Lemak

Lemak ASI adalah komponen ASI yang dapat berubah-ubah kadarnya. Kadar lemak bervariasi disesuaikan dengan kebutuhan kalori untuk bayi yang sedang tumbuh. Pada masa pertumbuhan cepat atau loncatan pertumbuhan diperluka kalori yang lebih banyak. Oleh karena itu, bayi yang akan lebih sering menyusu sepanjang hari selama beberapa minggu. Dengan jarak menyusu yang lebih pendek seperti itu maka kadar lemak akan meningkat memenuhi kebutuhan energi yang meningkat pada masa pertumbuhan cepat atau loncatan pertumbuhan bayi (Roesli,2009).

(12)

d. Karnitin

Karnitin mempunyai peran membantu proses pembentukan energi yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh. Konsentrasi karnitin bayi yang mendapat ASI lebih tinggi dibandingkan bayi yang mendapat susu formula.

e. Vitamin

Vitamin terdiri dari : (1) Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai faktor pembekuan untuk mencegah terjadinya perdarahan. (2) Vitamin D untuk mencegah penyakit tulang pada bayi. Walaupun pada ASI vitamin D sedikit tetapi tidak perlu dikuatirkan karena bayi dapat dijemur pada pagi hari maka bayi akan mendapat tambahan vitamin D yang berasal dari sinar matahari. (3) Vitamin E. ASI memiliki kandungan vitamin E yang tinggi terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal. Vitamin E berfungsi untuk ketahanan dinding sel darah merah. (4) Vitamin A selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh dan pertumbuhanan

f. Mineral

Mineral di dalam ASI mempunyai kualitas yang lebih baik dan lebih mudah diserap dibandingkan dengan mineral yang terdapat di dalam susu formula

2.2. Menyusui

Menyusui adalah sesuatu yang alami, segala sesuatu yang alami adalah yang terbaik bagi semua orang. Namun, alami tidak selalu mudah. Menyusui membutuhkan dukungan baik dari orang yang telah mengalaminya atau dari orang

(13)

yang professional (Ramaiah, 2007).

Langkah-langkah menyusui yang benar adalah : (a) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu. (b) Bayi diletakkan menghadap perut ibu atau payudara. (c) Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah. Jangan menekan puting susu saja atau areolanya saja. (d) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut dengan cara menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut bayi. (e) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi. (f) Usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke dalam mulut bayi, sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI ke luar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola. (g) Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu disanggah lagi (Perinasia, 2003).

2.2.1. Keterampilan Menyusui

Agar proses menyusui dapat berjalan dengan lancar, maka seorang ibu harus memiliki keterampilan menyusui. Keterampilan menyusui yang baik meliputi posisi menyusui dan perlekatan bayi pada payudara yang tepat.

1. Posisi Menyusui

Posisi menyusui haruslah senyaman mungkin, dapat dengan posisi berbaring, atau duduk. Posisi yang kurang tepat akan menghasilkan perlekatan yang tidak baik. Posisi dasar menyusui terdiri dari posisi badan ibu, posisi badan

(14)

bayi, serta posisi mulut bayi dan payudara ibu. Posisi badan ibu saat menyusui dapat dengan posisi duduk, posisi tidur terlentang, dan posisi tidur miring. Saat menyusui, bayi harus disanggah sehingga kepala lurus menghadap payudara ibu dengan hidung menghadap ke puting dan badan bayi menempel dengan badan ibu. Bibir bawah bayi disentuhkan dengan puting, tunggu sampai mulut bayi terbuka lebar dan secepatnya dekatkan bayi ke payudara dengan cara menekan punggung dan bahu bayi (bukan kepala bayi). Arahkan puting susu ke atas, lalu masukkan ke mulut bayi dengan cara menyusuri langit-langitnya.

Masukkan payudara ibu sebanyak mungkin ke dalam mulut bayi sehingga hanya sedikit bagian areola bawah yang terlihat dibandingkan dengan areola atas. Bibir bayi akan memutar keluar, dagu bayi menempel pada payudara dan puting susu terlipat di bawah bibir atas bayi.

Posisi tubuh yang benar saat menyusui, adalah sebagai berikut: (a) Posisi muka bayi menghadap ke payudara

(b) Perut/dada bayi menempel pada perut/dada ibu

(c) Seluruh badan bayi menghadap ke badan ibu sehingga telinga bayi membentuk garis lurus dengan lengan dan leher bayi

(d) Seluruh punggung bayi tersanggah dengan baik (e) Ada kontak mata antara ibu dan bayi

(f) Pegang belakang bahu, jangan pada kepala bayi (g) Kepala terletak di lengan bukan di daerah siku ibu 2. Perlekatan Bayi pada Payudara

(15)

Agar bayi dapat menghisap secara efektif, maka bayi harus mengambil cukup banyak payudara ke dalam mulutnya agar lidahnya dapat memeras sinus laktiferus.

Tanda perlekatan bayi dan ibu yang baik adalah dagu bayi menyentuh payudara:

(a) Mulut bayi terbuka lebar (b) Bibir bawah terputar keluar

(c) Lebih banyak areola bagian atas yang terlihat dibandingkan bagian bawah (d) Tidak menimbulkan rasa sakit pada puting susu

Jika bayi tidak melekat dengan baik maka akan menimbulkan luka dan nyeri pada puting susu dan payudara akan membengkak karena ASI tidak keluar secara efektif. Bayi akan merasa tidak puas dan ingin menyusu lebih sering dan lama (IDAI, 2008).

2.2.2. Faktor yang Memengaruhi Ibu tidak Memberikan ASI Eksklusif

Menurut Roesli (2009), alasan ibu untuk tidak menyusui terutama secara eksklusif sangat bervariasi. Beberapa faktor yang menyebabkan ibu tidak mau memberikan ASI secara eksklusif, yaitu:

1. ASI tak cukup

Alasan ini merupakan alasan utama para ibu menyusui secara eksklusif. Walaupun banyak ibu yang merasa ASI nya kurang, teapi hanya sedikit (2-5%) yang secara biologis memang kurang produksi ASI-nya. Selebihnya, ibu dapat menghasilkan ASI yang cukup untuk bayinya. Umumnya tidak ada ibu yang tidak

(16)

dapat menyusui tetapi untuk menyusui dengan benar harus belajar. 2. Ibu bekerja dengan cuti 3 bulan

Bekerja sebenarnya bukan alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif karena waktu ibu bekerja, bayi dapat diberikan ASI perah yang diperah sehari sebelumnya.

3. Takut ditinggal suami

Dari sebuah suvei yang dilakukan oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia tahun 1995 dalam Roesli (2009), diperoleh data bahwa alasan pertama berhenti memberikan ASI pada bayinya adalah “takut ditinggal suami”. Hal ini dikarenakan mitos yang mengatakan bahwa menyusui akan mengubah bentuk payudara menjadi jelek. Pada hal sebenarnya yang mengubah bentuk payudara adalah kehamilan bukan menyusui.

4. Pendapat bahwa tidak diberi ASI tetap berhasil “jadi orang”

Dengan diberi susu formula memang bayi dapat tumbuh besar, bahkan mungkin berhasil “jadi orang“. Namun, kalau bayi ini diberi ASI eksklusif akan menjadi lebih berhasil. Hal ini dikarenakan ASI memiliki semua yang dibutuhkan bayi untuk tumbuh secara optimal. Dengan menyusui berarti seorang ibu tidak hanya memberikan makanan yang optimal, tetapi juga rangsangan emosional, fisik dan neurologik yang optimal pula. Dengan demikian, dapat dimengerti mengapa bayi eksklusif akan lebih sehat, lebih tinggi kecerdasan intelektual maupun kecerdasan emosionalnya, lebih mudah bersosialisasi dan lebih baik spritualnya.

(17)

5. Bayi akan tumbuh menjadi anak yang tidak mandiri dan manja

Pendapat bahwa bayi akan tumbuh menjadi anak manja karena terlalu sering didekap dan dibelai ternyata salah. Anak menjadi kurang mandiri, manja, dan agresif karena kurang perhatian bukan karena terlalu diperhatikan oleh orang tuanya.

6. Susu formula lebih praktis

Pendapat ini justru tidak benar, karena untuk membuat susu formula diperlukan api atau listrik untuk memasak air, peralatan yang harus steril, dan perlu waktu untuk mendinginkan susu formula yang baru dibuat. Sementara itu, ASI yang siap pakai dengan suhu yang tepat setiap saat serta tidak memerlukan api, listrk, dan perlengkapan yang harus steril jauh lebih praktis dari pada susu formula.

7. Takut badan tetap gemuk

Pendapat bahwa ibu menyusui akan sukar menurunkan berat badan adalah tidak benar. Pada waktu hamil, badan telah mempersiapkan timbunan lemak untuk membuat ASI. Didapatkan bukti bahwa menyusui secara eksklusif akan membantu ibu menurunkan berat badan lebih cepat dari pada ibu yang tidak menyusui secara secara eksklusif. Timbunan lemak yang terjadi sewaktu sewaktu hamil akan dipergunakan untuk proses menyusui, sedangkan wanita yang tidak menyusui akan lebih sukar untuk menghilangkan timbunan lemak ini.

2.2.3. Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui

Periode post partum atau masa nifas/menyusui pada ibu adalah masa dimana seorang ibu yang baru melahirkan mengalami waktu penyembuhan dan perubahan

(18)

kembali ke waktu ke keadaan tidak hamil. Dalam masa menyusui, alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih seperti keadaan sebelum hamil. Untuk membantu mempercepat proses penyembuhan pada masa nifas, maka ibu nifas membutuhkan diet yang cukup kalori dan protein, membutuhkan istirahat yang cukup dan sebagainya.

Ibu menyusui memproduksi 600-800 ml ASI per hari oleh karena itu diperlukan tambahan kalori sebanyak 500 kkal. Bila tidak diimbangi peningkatan makanan, sumber kalori tersebut diambil dari tubuh ibunya sehingga membahayakan status gizi ibu dan bayinya.

Menurut beberapa pendapat para ahli tidak ada makanan yang secara khusus disarankan bagi ibu menyusui. Mereka harus makan seperti biasanya, dengan menu beragam sesuai pola makan yang seimbang “empat sehat lima sempurna”. Oleh karena ibu menyusui cenderung untuk merasa cepat haus karena sebagian air yang diminum dipakai tubuh untuk memproduksi ASI (87% kandungan ASI adalah air) maka perlu penambahan frekuensi minum sebanyak 4-5 gelas per hari agar tubuh tidak kekurangan cairan. Selain air putih, susu dan buah juga dapat menjadi sumber cairan (Arifin, 2005).

Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan meningkat 25%, karena berguna untuk proses kesembuhan karena sehabis melahirkan dan untuk menyehatkan bayi. Semua itu akan meningkat tiga kali dari kebutuhan biasa.

(19)

Makanan yang dikonsumsi berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses memproduksi ASI serta sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan.

Menu makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup dan teratur, tidak pedas atau berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin serta bahan pengawet atau pewarna. Disamping itu harus mengandung:

1. Sumber tenaga (energi)

Untuk pembakaran tubuh, pembentukan jaringan baru, penghematan protein (jika sumber tenaga kurang, protein dapat digunakan sebagai cadangan untuk memenuhi kebutuhan energi). Zat gizi sebagai sumber karbohidrat terdiri dari beras, sagu, jagung, tepung terigu dan ubi. Sedangkan zat lemak dapat diperoleh dari hewani (lemak, mentega, keju) dan nabati (kelapa sawit, minyak sayur, minyak kelapa dan margarin).

2. Sumber pembangun (protein)

Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang rusak atau mati. Protein dari makanan harus diubah menjadi asam amino sebelum diserap oleh sel mukosa usus dan dibawa ke hati melalui pembuluh darah vena portae.

Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani (ikan, udang, kerang, kepiting, daging ayam, hati, telur, susu dan keju) dan protein nabati (kacang tanah, kacang merah, kacang hijau, kedelai, tahu dan tempe). Sumber protein terlengkap terdapat dalam susu, telur dan keju, ketiga makanan tersebut juga

(20)

mengandung zat kapur, zat besi dan vitamin B.

3. Sumber pengatur dan pelindung (mineral, vitamin dan air)

Unsur-unsur tersebut digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan pengatur kelancaran metabolisme dalam tubuh. Ibu menyusui minum air sedikitnya 3 liter setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali sehabis menyusui). Sumber zat pengatur dan pelindung biasa diperoleh dari semua jenis sayuran dan buah-buahan segar.

Kebutuhan energi ibu menyusui pada enam bulan pertama kira-kira 700 kkal/hari dan enam bulan kedua 500 kkal/hari sedangkan ibu menyusui bayi yang berumur 2 tahun rata-rata sebesar 400 kkal/hari (Eny dan Wulandari, 2009).

Keadaan gizi seseorang berkaitan dengan konsumsi makanan, tingkat keadaan gizi yang optimal akan tercapai dengan kebutuhan gizi yang tercukupi. Peranan ASI dipengaruhi oleh asupan makanan. Kebutuhan akan zat gizi tidak sama bagi semua orang. Keseimbangan jumlah dan jenis zat gizi yang dibutuhkan berbagai kelompok orang ditetapkan dalam sebuah daftar yang di revisi setiap lima tahun (Soekirman, 2000).

Gizi dan pola makan ibu menyusui di Indonesia pada umumnya tidak baik, bahkan sering ibu yang menyusui mendapat gizi dengan mutu yang sama dengan ibu yang tidak menyusui. Oleh sebab itu, kebutuhan gizi ibu yang menyusui tentu saja menjadi semakin meningkat, kebiasaan menyusui yang dilakukan oleh ibu-ibu perlu diperhatikan karena ASI merupakan makanan yang paling sempurna, dimana kandungan gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang

(21)

optimal (Depkes RI, 2002).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Deri di Kecamatan Singkil Tahun 2009 bahwa pantangan/larangan terhadap beberapa jenis makanan relatif tidak baik karena asupan zat gizi ibu menyusui manjadi sangat kurang yaitu sebanyak 91,1% ibu nifas defisit zat besi, sebanyak 73,4% ibu menyusui defisit energi dan sebanyak 26,7% ibu menyusui defisit protein.

2.3. Dukungan Keluarga

Menurut Sarwono (2003) dukungan adalah suatu upaya yang diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam melaksanakan kegiatan. Menurut Santoso (2001) dukungan yaitu suatu usaha untuk menyokong sesuatu atau suatu daya upaya untuk membawa sesuatu.

Bailon dan Maglaya dalam Sudiharto (2007) menyatakan, bahwa keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka hidup dalam satu rumah tangga, melakukan interaksi satu sama lain menurut peran masing-masing, serta menciptakan dan mempertahankan suatu budaya. Keluarga adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang di rekat oleh ikatan darah, perkawinan, atau adopsi serta tinggal bersama.

Dukungan sosial keluarga adalah suatu proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan berbeda-beda pada setiap tahap siklus kehidupan. Namun demikian, dalam semua tahap kehidupan, semua dukungan sosial

(22)

keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal, sebagai akibatnya hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 1998).

Menurut Friedman (1998), tipe-tipe keluarga antara lain (1) keluarga inti atau konjugal yaitu keluarga yang menikah, sebagai orang tua ayah pemberi nafkah, keluarga inti terdiri dari suami, isteri dan anak mereka, baik anak kandung maupun anak adopsi, (2) keluarga orientasi atau keluarga besar yaitu keluarga inti dan orang-orang yang berhubungan darah seperti kakek/nenek, bibi, paman dan sepupu.

Sudiharto (2007), menyatakan setiap anggota keluarga mempunyai struktur peran formal dan informal, misalnya ayah mempunyai peran formal sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah. Peran informal ayah adalah sebagai panutan dan pelindung keluarga. Struktur keluarga meliputi kemampuan berkomunikasi, kemampuan keluarga saling berbagi, kemampuan sistem pendukung di antara anggota keluarga, kemampuan perawatan diri dan kemampuan menyelesaikan masalah.

Menurut Bugges dalam Friedman (1998) keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi. Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran-peran sosial keluarga seperti suami isteri, ayah dan ibu,

(23)

anak laki-laki dan anak perempuan. Keluarga sama-sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.

Friedman dalam Sudiharto (2007), menyatakan bahwa fungsi dasar keluarga antara lain adalah fungsi efektif, yaitu fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih, serta saling menerima dan mendukung. Menurut Friedman (1998) dukungan keluarga merupakan bagian integral dari dukungan sosial. Dampak positif dari dukungan keluarga adalah meningkatkan penyesuaian diri seseorang terhadap kejadian-kejadian dalam kehidupan.

Sebaliknya, dukungan sosial berfokus pada sifat interaksi yang berlangsung dalam berbagai hubungan sosial sebagaimana yang dievaluasi oleh individual (Roth, 1989 dalam Friedman 1998) keluarga besar berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya. Caplan (1976) dalam Friedman (1998) menjelaskan bahwa keluarga memiliki fungsi dukungan yaitu dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan isntrumental dan dukungan emosional.

Dukungan informasional adalah keluarga berfungsi sebagai sebuah keluarga diseminator atau penyebar informasi tentang semua informasi yang ada dalam kehidupan. Keluarga berfungsi sebagai pencari informasi yang berhubungan dengan masalah menyusui dari tenaga kesehatan, dan melakukan konsultasi, serta mencari informasi dari media cetak maupun sumber lain yang mendukung. Dukungan penilaian adalah jenis dukungan dimana keluarga bertindak

(24)

sebagai pembimbing dan bimbingan umpan balik, memecahkan masalah dan sebagai sumber validator identitas anggota dalam keluarga. Dukungan instrumental adalah bentuk dukungan dimana keluarga sebagai sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit untuk menyelesaikan masalah, dan dukungan emosional adalah bentuk dukungan dimana keluarga sebagai sebuah tempat pemulihan yang aman dan damai untuk beristirahat dan membantu secara psikologis untuk menstabilkan emosi dan mengendalikan diri. Salah satu bentuknya adalah melalui pemberian motivasi dan sebagai fasilitator serta mendengarkan seluruh keluhan-keluhan anggota keluarga atau ibu terhadap masalah yang sedang dihadapinya (Caplan dalam Friedman 1998).

Menurut Watson dalam Friedman (1998), salah satu bentuk dukungan keluarga berupa pemberian bantuan dalam bentuk materi seperti pinjaman uang, bantuan fisik berupa alat-alat atau lainnya yang mendukung dan membantu menyelesaikan masalah. Dalam mengatasi ketegangan kehadiran keluarga sangat terpenting untuk mendorong ibu dalam meningkatkan kepercayaan diri dan menstabilkan emosinya, serta memberikan motivasi yang besar terhadap ibu yang menyusui.

Menurut Sudiharto (2007) dukungan keluarga mempunyai hubungan dengan suksesnya pemberian ASI eksklusif kepada bayi. Dukungan keluarga adalah dukungan untuk memotivasi ibu memberikan ASI saja kepada bayinya sampai usia 6 bulan, memberikan dukungan psikologis kepada ibu dan mempersiapkan nutrisi yang seimbang kepada ibu.

(25)

Hasil penelitian Rohani (2008), bahwa dukungan kepada ibu menjadi satu faktor penting yang juga memengaruhi ibu memberikan ASI eksklusif. Seorang ibu yang punya pikiran positif tentu saja akan senang melihat bayinya, kemudian memikirkannya dengan penuh kasih sayang, terlebih bila sudah mencium dan menimang si buah hati. Semua itu terjadi bila ibu dalam keadaan tenang. Keadaan tenang ini didapat oleh ibu jika adanya dukungan-dukungan dari lingkungan sekitar ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya. Karena itu, ibu memerlukan dukungan yang kuat agar dapat memberikan ASI eksklusif. Dukungan ini didapat oleh ibu dari tiga pihak, yaitu suami, keluarga, dan tenaga kesehatan. Tetapi pengaruh dukungan yang paling besar adalah dukungan dari keluarga terutama suami. Hal ini dikarenakan suami merupakan keluarga inti dan orang yang paling dekat dengan ibu. Tetapi pada kenyataannya, seperti yang dinyatakan oleh Roesli (2009), bahwa masih populer pendapat yang mengatakan bahwa menyusui hanya urusan ibu saja, tidak ada kaitannya dengan ayah. Dukungan ayah dalam praktek pemberian ASI masih minim, salah satunya karena secara kultural ada pembagian peran, dimana ayah berperan sebagai pencari nafkah dan urusan rumah tangga semuanya diurusi oleh istri.

Hasil penelitian Wicitra (2009) di Jakarta bahwa dukungan suami berhubungan dengan pemberian ASI dan lamanya pemberian ASI. Semakin besar dukungan suami maka semakin lama pula pemberian ASI. Hal ini menunjukkan bahwa selain berpengaruh terhadap kemauan ibu memberikan ASI eksklusif, dukungan suami juga berpengaruh terhadap lamanya pemberian ASI.

(26)

Menurut Roesli (2009), suami dan keluarga dapat berperan aktif dalam pemberian ASI dengan cara memberikan dukungan emosional atau bantuan praktis lainnya.

2.5. Landasan Teori

ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja sejak bayi dilahirkan sampai usia 6 bulan. Selama itu bayi tidak diharapkan mendapatkan tambahan cairan lain seperti susu formula, air jeruk, air teh. Pada pemberian ASI eksklusif pada bayi juga tidak diberikan makanan tambahan seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, tim, dan sebagainya (Roesli, 2009).

Pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh faktor-faktor pembentuk perilaku kesehatan menurut Green dalam Notoatmodjo (2005). Teori Green menganalisa perilaku yang menyatakan bahwa perilaku ditentukan dari 3 faktor yakni : (1) faktor predisposisi yaitu pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya; (2) faktor pemungkin yaitu, tersedianya fasilitas-fasilitas dan sarana, dan (3) faktor penguat yaitu, sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku petugas serta dukungan keluarga.

Salah satu kunci keberhasilan proses pemberian ASI eksklusif adalah adanya dukungan dari keluarga yaitu suami, ibu, mertua atau anggota keluarga lainya. Menurut Caplan (1976) dalam Friedman (1998) mengemukakan bahwa keluarga memiliki fungsi dukungan yaitu: dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional Dukungan ini dapat

(27)

Dukungan Keluarga:

− Dukungan Informasional

− Dukungan Penilaian

− Dukungan Instrumental

− Dukungan Emosional

berupa pemberian informasi kepada ibu tentang pemberian ASI eksklusif, menemani ibu pada saat konsultasi ke petugas kesehatan dan membantu ibu pada saat menyusui bayinya.

2.5. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teori, maka kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan seperti berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tenses kalimat pasif di headline news yang terdapat pada Jakarta Post yang terbit pada bulan Januari 2014 dan

Ini telah menjadi respon tradisional ketika dihadapkan dengan seseorang yang memiliki masalah emosional atau perilaku yang berat untuk melihat untuk

Dari hasil pengukuran yang dihitung adalah: 1. Pengukuran poligon tertutup tak terikat titik tetap.. Perhitungan sudut miring.  Sudut miring zenith. Sudut miring zenith

Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik: 1) kurikulum pembelajaran; 2)

BMT HARUM didirikan pada Mei 2005 dengan akta pendirian koperasi usaha syari’ah dan disahkan oleh Menteri Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah dengan

Dua atau lebih individu yang berasal dari kelompok keluarga yang sama atau yang berbeda dan saling menikutsertakan dalam kehidupan yang terus menerus, biasanya bertempat tinggal

Segala puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan tugas akhir yang

Pengetahuan gizi juga sangat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan, khususnya dalam memilih makanan yang tepat, bergizi, seimbang dan