• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS EKONOMI POLITIK TENTANG PERBURU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS EKONOMI POLITIK TENTANG PERBURU"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Ekonomi Politik Tentang Perburuan Rente di Indonesia

Paskal Hamonangan T.

170810130020

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Program Studi Ilmu Politik

(2)

Kata Pengantar

Makalah ini disusun guna pemenuhan salah satu komponen penilaian mata kuliah ekonomi politik pada program studi S1 Ilmu Politik FISIP UNPAD. Makalah ini juga merupakan salah satu kajian teoritis tentang perburuan rente. Makalah ini juga bertujuan sebagai sarana bahan diskusi dan kajian keilmuan bagi mahasiswa pada umumnya dan mahasiswa Ilmu Politik khususnya. Tak lupa penulis meminta bantuan berupa pemberian saran dan kritik yang membangun bagi makalah ini, agar berguna bagi penulis untuk semakin memperbaiki kemampuan penulis dalam membuat dan menyusun sebuah makalah.

Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.

Jatinangor, 21 Desember 2015

Hormat Saya

(3)

DAFTAR ISI

Cover ... 1

Kata pengantar ... 2

Daftar Isi ... 3

Pendahuluan ... 4

Landasan Teori ... 6

Pembahasan ... 9

Penutup A. Kesimpulan ... 14

B. Saran ... 14

(4)

Analisis Ekonomi Politik Tentang Perburuan Rente di Indonesia

Pendahuluan

Latar belakang pembuatan makalah ini saya akui, saya tertarik dengan pemberitaan di media saat saat ini ketika seorang ketua pimpinan lembaga negara menurut banyak pihak telah menjadi pemburu rente. Hal ini bermula ketika seorang pengusaha yang saat itu perusahaan yang dipimpinnya sedang berusaha untuk mendapatkan perpanjangan kontrak kerja, lalu seorang ketua pimpinan lembaga negara datang dan menjanjikan kepada pengusaha tersebut dapat memberikan perpanjangan kontrak kerja kepada perusahaannya dan meminta imbalan yaitu berupa saham di perusahaan tersebut, termasuk saham di proyek yang lain, walaupun dilihat dari kewenangan/otoritas dari lembaga negara yang dipimpinnya tersebut tidak bisa mengeluarkan ijin perpanjangan kontrak tersebut.

Bahkan Peneliti Indonesian Institute for Development and Democracy (Inded) Arif Susanto menegaskan bahwa fungsi DPR di bawah kepemimpinan Ketua DPR Setya Novanto berubah menjadi pemburu rente. Hal ini terkait rekaman percakapan Setya meminta 20 persen saham perseroan dan meminta jatah 49 persen saham proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Urumuka, Papua pada PT Freeport Indonesia (PTFI). “Ini bisa dibawa ke ranah hukum. Tidak ada prestasi besar Setya Novanto di DPR. Dewan Perwakilan Rakyat diubahnya menjadi dewan pemburu rente,” kata Arif di Kedai Kopi Deli, Jalan Sunda, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (19/11). 1

Bila kita coba mengindentifikasi masalah tentang perburuan rente di Indonesia kasus yang saat ini sedang ramai bukanlah yang pertama kali yang ada di Indonesia, ada beberapa kasus perburuan rente di Indonesia, contoh kasus pada zaman reformasi, yaitu perburuan rente yang terjadi di Kabupaten Buol, Pada kasus ini korupsi dilakukan oleh Bupati Buol, Amran Batalipu, yang sudah divonis 7 tahun enam bulan penjara serta membayar denda sebesar Rp 300 juta subsider satu tahun penjara pada 11 Februari 2013. Amran terbukti menerima Rp. 3 miliar dari pengusaha dan mantan anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Hartati Murdaya terkait pengurusan Hak Guna Usaha (HGU) lahan perkebunan sawit. Amran menerima uang Rp. 3 miliar dari pihak PT HIP yang meminta Amran membuat surat

(5)

rekomendasi izin usaha perkebunan (IUP) yang ditujukan kepada Gubernur Sulawesi Tengah, serta surat rekomendasi kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional terkait hak guna usaha (HGU) atas lahan seluas 4.500 hektar milik PT CCM/PT HIP 2.

Pola perburuan atas lisensi ini adalah bentuk dari rent seeking, dan kemudian menjadi korupsi saat itu dilakukan di luar arena formal dan publik, dan juga adanya sejumlah uang yang diberikan dalam proses lobi. Bentuk seperti ini yang umumnya terjadi dalam pola korupsi di era reformasi. Data korupsi yang terjadi selama sepuluh terakhir menunjukan bahwa menurut perkaranya, korupsi terbesar dilakukan karena adanya penyuapan (170 kasus), pengadaan barang dan jasa (115 kasus), pungutan (14 kasus) dan perijinan (13 kasus)3.

Memang bila dilihat dari satu contoh kasus tersebut ternyata perburuan rente merupakan pintu masuk dari kejahatan selanjutnya yaitu tindak pidana korupsi, karena ketika perburuan rente yaitu ketika hak monopoli yang diberikan negara kepada pengusaha, maka proses lobi akan dilalui oleh para pengusaha untuk menyakinkan negra memberikan hak monopolinya kepada pengusaha, ini juga bukan hanya sekedar pembicaraan tapi juga membahas imbalan yang dijanjikan pengusaha kepada negara, dan kesempatan ini dimanfaatkan oleh kedua belah pihak yaitu pihak pengusaha mendapatkan hak monopoli yang dimiliki oleh negara, dan negara yang diwakilkan oleh seorang/sekelompok orang yang memiliki otoritas/wewenang untuk memberikan hak monopoli negara dapat memperkaya dirinya sendiri baik individu/kelompok.

Tujuan dari makalah ini adalah memberikan kita gambaran bagaimana perburuan rente terjadi di Indonesia, yang menjadi point penting adalah bagaimana cara mengatur hubungan antara pihak swasta/pengusaha dengan pihak pemerintah/birokrasi. Sesungguhnya bahwa sektor publik harus dimilki oleh setiap publik/individu yang masuk kedalam teritori sektor publik tersebut, bila ada persaingan dalam sektor publik tersebut haruslah terjadi karena persaingan yang sehat sehingga terjadi pemerataan kepada setiap individu, tidak bisa hanya dimiliki oleh seseorang/sekolompok orang yang menguasai sektor publik dan mendapatkannya bukan melewati persaingan yang sehat,bebas, dan terbuka/transparan.

Dan ini juga dapat menimbukan manfaat bagi kita semua karena bila kita dapat mengatur proporsi ideal dari pihak swasta/pengusaha dan pemerintah maka keuntungan dapat diperoleh oleh masyarakat dan pemerintah. Yaitu masyarakat mendapatkan kesempatan untuk

2 http://infokorupsi.com/id/geo-korupsi.php?ac=326&l=kabupaten-buol

(6)

kehidupan yang lebih layak dengan pemanfaatan sektor publik yang lebih terbuka/transparan, pemerintah dapat mengurangi pekerjaannya untuk permasalahan kesenjangan sosial/ekonomi yang ada di masyarkat karena sektor publik dikuasai oleh publik, selain itu mungkin kepercayaan publik yang menurun karena kurangnya hubungan yang ideal antara swasta dengan pemerintah dapat menjadi meningkat karena hubungan yang ideal tersebut, yang contoh nyatanya adalah bagaimana partisipatori dari masyarkat terhadap aktifitas yang dilakukan pemerintah itu akan terlihat dampaknya.

Landasan Teori

Bentuk-Bentuk pendapatan menurut Adam Smith:

 Pertama adalah Keuntungan atau laba (Profits) diperoleh dari suatu usaha atau

bisnis yang mengandung resiko. Pelaku bisnis yang menginvestasikan modal, keahlian dan berbagai input lainnya tidak dapat menjamin bahwa modalnya akan kembali. Oleh karena itu, dalam bisnis yang menanggung resiko adalah setiap pelaku usaha dituntut untuk efisien karena pasar yang dihadapi sangat bersaing sehingga satu sama lain tidak saling mempengaruhi harga, mekanisme harga secara spontan terbentuk di pasar. Dalam persaingan sempurna, perusahaan yang masuk dan yang keluar berlangsung dengan mudah sesuai dengan kemampuan dan tingkat efisiensi masing-masing pelaku

 Kedua adalah Upah (Wages), merupakan bentuk pendapatan yang tercipta

(7)

 Ketiga adalah Sewa atau rente (Rents), merupakan bentuk pendapatan yang

palng mudah dibandingkan dengan kedua jenis pendapatan di atas, karena tidak menanggung resiko serta tidak perlu mengerahkan keterampilan untuk memperolehnya. Jadi cara ketiga untuk memperoleh pendaptan merupakan cara paling mudah dibandingkan cara pertama dan cara kedua4

Namun, untuk kepentingan analisis ekonomi politik, maka pengertian rente ditransformasikan sebagai suatu sifat pelaku bisnis untuk memudahkan cara memperoleh keuntungan dengan menggunakan modal yang menjadi hak milik orang lain atau hak milik publik untuk keuntungannya sendiri (rent seeking behavior). Dalam pengertian ini rente (rent) diartikan lebih kritis dan menjadi negatif artinya karena input atau modal yang dipakai bukan hak milik sendiri. Sementara itu, rente (sewa) dalam arti yang netral atau positif adalah bentuk pendapatan yang diperoleh dari modal (uang, mesin, rumah, dll) yang merupakan hak milik sendiri.5

Gordon Tullock adalah ekonom pertama yang membahas teori perburuan rente ekonomi ini (1967). Fenomena perburuan rente dipelajari pertama kali dalam hubungannya dengan hak monopoli yang diberikan oleh Negara kepada pengusaha. Menurutnya, perburuan rente terjadi ketika seorang pengusaha atau perusahaan mengambil manfaat atau nilai yang tidak dikompensasikan dari yang lain dengan melakukan manipulasi terhadap lingkungan usaha atau bisnis. Manipulasi terhadap lingkungan usaha tersebut juga terjadi karena perebutan monopoli atas aturan main atau regulasi. Karena itu, pelaku usaha yang melakukan lobi untuk mempengaruhi aturan lebih memihak dirinya dengan pengorbanan pihak lainnya disebut pemburu rente (rent seekers).6

Menurut Anne Krueger (1973), pemburuan rente dalam kajian ekonomi politik berarti perburuan pendapatan dengan cara monopoli, lisensi dan penggunaan modal kekuasaan di dalam bisnis. Pengusaha memperoleh keuntungan dengan cara bukan persaingan yang sehat di dalam pasar. Kekuasaan dipakai untuk mempengaruhi pasar, sehingga mengalami distorsi untuk kepentingannya. Perilaku perburuan rente dibedakan dari perilaku mencari untung dalam usaha atau bisnis yang sehat. Di dalam bisnis yang sehat, perusahaan menciptakan iklim nilai dan kemudian melakukan tranksaksi yang saling menguntungkan. Tetapi, di

(8)

dalam praktik perburuan rente ekonomi, pelaku usaha mengundang kekuasaan atau mempengaruhi kekuasaan untuk mengambil dari suatu nilai yang tidak dikompensasi. 7

Tipe tipe pemburuan rente menurut michael ross dibagi menjadi dua tipe. Pertama, “Rent creation”, dimana perusahaan yang mencari keuntungan yang dibuat oleh negara dengan menyogok politisi dan birokrat. Kedua, “Rent Extraction”, dimana politisi dan birokrat mencari keuntungan dari perusahaan dengan mengancam perusahaan dengan peraturan-peraturan. Lalu ada satu tipe lagi yaitu rente ini diperebutkan oleh para birokrat, yaitu “Rent Seizing”, yaitu terjadi ketika aktor-aktor negara atau birokrat berusaha untuk mendapatkan hak mengalokasikan rente yang dihasilkan oleh institusi-institusi negara untuk kepentingan individu atau kelompoknya. 8

Berdasarkan pendapat para ahli yang lain pemburu rente/rent seekers dapat dibagi menjadi beberapa tipe, diantaranya:

1) Kapitalis Birokrat

Istilah “kapitalis birokrat” diciptakan sehubungan dengan situasi Negara cina, dan sejak itu memperoleh beberapa makna yang berbeda; tetapi di sini, didefinisikan secara lebih spesifik, yaitu:

c) Mereka mempunyai bisnis sendiri dan menjalankannya seperti yang dilakukan oleh kapitalis yang lain.

2) Kapitalis Kraton

Kapitalis kraton adalah tipe rent seekers dimana keluarga kraton ikut terjun dalam bisnis. Selain itu kapitalis kraton dapat juga digambarkan sebagai kondisi dimana para usahawan mendekati raja untuk mempenroleh bantuan keuangan seperti yang mereka lakukan dengan pemerintah dewasa ini.

(9)

3) Keluarga Presiden.

Suatu kondisi dimana keluarga presiden ikut terjun dalam bisnis baik itu melalui investasi, mendirikan perusahaan sendiri, dan lain sebagainya. Mereka memanfaatkan jabatan dan kekuasaan yang mereka miliki untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Selain itu, “keluarga presiden” dapat juga digambarkan sebagai kondisi dimana para usahawan Cojuangco, Rodulfo Cuenca, Herminio Disini, Antonio Floirendo dan Ricardo Selveriosering disebut menjadi konco-konco Marcos. Banyak diantara konco-konco Marcos telah mendirikan bisnis sebelum undang-undang darurat.

5) Spekulator.

Bila spekulator di definisikan sebagai seseorang yang mengambil resiko demi peluang memperoleh keuntungan, maka semua usahawan adalah spekulator, karena semua investasi pasti mengandung resiko. Agar memenuhi syarat sebagai spekulator, ia harus mengambil resiko besar demi peluang memperoleh keuntungan yang besar. Usahawan yang pergi ke Kasino dengan sejumlah besar uang merupakan pola dasarnya. 9

Pembahasan

Pemburu rente sudah ada di Indonesia sudah ada sejak zaman orde baru, pemburu rente bisa kita artikan sebagai perilaku seorang pengusaha yang memperoleh keuntungan dengan sama sekali tidak memberikan keuntungan dengan produktifitas perekonomian tetapi malah menimbulkan tambahan kerugian kepada masyarakat, tidak adanya keuntungan kepada produktifitas perekonomian dapat dilihat dari tingginya “High cost economy” sehingga melambatnya roda perekonomian negara

(10)

Adanya perburuan rente di suatu negara akan menhambat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi suatu negara, adanya pemburu rente (rent seeking) akan menyebabkan lebarnya jurang kemiskinan antara yang miskin dan kaya. Hal ini dikarenakan tidak adanya aturan yang tegas tentang akses kesejahteraan bagi yang miskin. Regulasi-regulasi/peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah cenderung pro terhadap para pemodal dan mengabaikan proteksi terhadap rakyat kecil. Sumber-sumber utama ekonomi hanya dikuasai oleh kaum-kaum elite sehingga monopoli perkonomian tidak bisa dihindarkan.

Contoh contoh kasus perburuan rente di Indonesia menurut tipe-tipe Michael Ross, yang pertama adalah tipe “rent creation”, cerita bermula dari Pada September 2014, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap Gubernur Riau, Annas Maamun, setelah pria berusia 72 tahun itu menerima uang suap dari pengusaha sawit. Sebuah video penangkapan Annas memperlihatkan pria tersebut duduk dengan canggung di antara tumpukan uang kertas. “Apakah uang ini milik Anda?” tanya petugas KPK. ”Ya,” jawab Annas. ”Dari mana Anda memperolehnya?” tanya sang petugas KPK lagi. “Bonus Tahun Baru,” kata Annas.

Ketika kasus Annas Maamun digelar di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi di Bandung, jawaban tersebut tidak dipercaya hakim. Annas pun dijatuhi hukuman penjara selama enam tahun, pada Juni lalu. Dalam rangkaian sidang, terungkap bahwa uang yang diperoleh Annas berasal dari pebisnis sawit, Gulat Medali Emas Manurung, yang kala itu merupakan Kepala Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia cabang Riau. Uang dari Gulat dimaksudkan agar Annas mengalih fungsi kawasan hutan menjadi perkebunan sawit di Kabupaten Kuantan Singingi seluas 1.188 hektare dan di Kabupaten Rokan Hilir seluas 1.214 hektare.10

Yang kedua tipe adalah “rent extraction” yaitu kasus industri burung walet, dimana industri ini merupakan industri rakyat yang telah secara turun-temurun. Proses budidaya dan pengolahan produk sarang burung walet ini mulai dilakukan secara tradisional di gua-gua alam dan secara bertahap dibudidayakan dirumah rumah penduduk dengan arsitektur tertentu, yang memungkinkan walet betah tinggal didalamnya

Karena pasar ekspor sangat menjanjikan, maka produsen pada berbagai level semakin banyak sehingga satu sama lain tidak dapat mempengaruhi harga. Tingkat efisiensi pasar tercipta lewat proses persaingan yang sehat diantara produsen, yang menjual pada

(11)

pengumpul, pengolah, dan pada akhirnya ke pihak eksportir. Sarang burung walet akhirnya barang ekonomis yang bernilai.

Dilain pihak, pelaku-pelaku pembeli pada tingkat lokal juga semakin banyak karena pasar luar negeri yang menjanjikan tadi. Artinya, mekanisme pembentukan harga terjadi karena pembeli dan penjual yang saling tidak mempengaruhi satu sama lain. Hanya tingkat efisiensi pada penjual dan pembeli secara bertahap dapat meningkatkan efisiensi pasar, dengan demikian produksi burung walet secara maksimal dapat dilakukan oleh masyarakat. Proses perbaikan sistem komoditi dan struktur pasar sarang burung walet ini akhirnya bersaing secara atomistik dimana penjual secara individu tidak dapat mempengaruhi penjual lainnya di pasar. Dimana penjual secara individu tidak dapat mempengaruhi penjual lainnya di pasar. Mekanisme harga di level pengumpul dibentuk di pasar secara bersaing, yang menggiring produsen untuk melakukan efisiensi secara teratur.

(12)

Selain itu, masyarakat mengalami kerugian karena gejolak harga akibat ketidakpastian pembelian oleh eksportir setelah ada isu monopoli tersebut. Distorsi ini memang tidak berlangsung lama tetapi jelas motif dari monopoli tersebut tidak lain sebagai ulah para pemburu rente. Namun reaksi keras masyarakat dapat menggagalkan usaha pemburuan rente yang merugikan masyarakat ini.11

Yang ketiga adalah tipe “rent seizing” yaitu perebutan rente oleh para birokrasi contoh nyata hal itu di Indonesia adalah Petral (Pertamina Energy Trading LTD), dimana petral yang sudah ada sejak 1969 yang tugas awalnya menjual minyak semenjak 2004 menjual minyak telah membuat banyak kerugian di Indonesia sendiri. Tapi lembaga ini tetap eksis selama puluhan tahun hingga mei 2015 kemarin dibubarkan setelah audit dari tim reformasi tata kelola migas, bukan hal yang baru bila petral dianggap sangat merugikan negara, Sebelumnya, Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri sempat menyebutkan beberapa pihak yang terlibat dalam pembentukan Petral. "Kalau ada waktu kami ingin bicara lebih detail Petra Oil dulu. Dari Zaman Pak Harto dulu, pemegang sahamnya siapa saja. Kan 40% Pertamina, 20% Tommy Soeharto, 20% Bob Hasan, sisanya yayasan karyawan Pertamina. Dari situ bisa dilihat kenapa dari pemerintah sebelumnya membentuk Petral, kenapa harus didirikan di Hong Kong," tuturnya.12

Ini merupakan gambar sejarah perjalanan Petral (Pertamina Energy Trading LTD).13

11 Rachbini, Didik J. 2006. Ekonomi Politik dan Teori Pilihan Publik. Bogor: Ghalia Indonesia 12 http://finance.detik.com/read/2014/12/05/110418/2768587/1034/mengungkap-sejarah-petral

(13)
(14)

Pemburu rente bisa jadi siapa saja yang memulai duluan baik dari kelompok kepentingan/ swasta atau dari pemerintah, bahkan lebih tragis ada “rent seeking” yang sengaja diperebutkan oleh para birokras. Sudah seharusnya pemerintah memberikan proporsi yang seimbang kepada persaingan pasar supaya tercipta efisiensi pasar yang dapat menciptakan kestabilan harga yang menguntungkan dari pembeli dan penjual

Pemerintah sudah seharusnya melindungi para masyarkat kelas bawah dan tidak lagi melindungi hanya kelas pemodal saja dimana banyak peraturan peraturan “jebakan” dimana itu malah menguntungkan kelompok kepentingan bahkan asing, apalagi di negara kita yang pemerintah diamanatkan oleh undang undang untuk menguasai sektor sektor yang menghasilkan untuk sebesar-besarnya kebermanfaatan untuk masyarakat luas.

Karena sesungguhnya perburuan rente merupakan ketidak tegasan pemerintah dalam menegakkan aturan dasar yang sesungguhnya sudah ada, dan perburuan rente lebih hanya menguntungkan seseorang/sekelompok orang yang menggunakan jabatan publiknya untuk keuntungan pribadi dan banyak menimbulkan faktor faktor negatif salah satu contohnya menhambat pergerakan ekonomi nasional karena tidak sehatnya sistem persaingan yang ada dan menciptakan budaya konsumtif di masyarkat.

Saran

(15)

tersebut untuk keuntungan individu/kelompoknya. Dan sudah seharusnya pemerintah bersungguh sungguh untuk menghilangkan perburuan rente di Indonesia dengan mendidik birokratnya lewat reformasi birokrasi, mendidik para kaum pengusaha dengan persaingan pasar yang sehat, bebas, dan transparan. Sehingga keuntungan dan kemanfaatan diberbagai sektor di Indonesia lebih dapat dirasakan oleh masyarakat luas.

Daftar Pustaka

1. http://www.intelijen.co.id/di-era-setya-novanto-dpr-jadi-dewan-pemburu-rente/

2. http://infokorupsi.com/id/geo-korupsi.php?ac=326&l=kabupaten-buol

(16)

4. Rachbini, Didik J. 2006. Ekonomi Politik dan Teori Pilihan Publik. Bogor: Ghalia Indonesia 5. http://www.scribd.com/doc/118391055/PEMBURU-RENTE-RENT-SEEKING-EPP-KEL-6#scribd

6. http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/10/151017_indonesia_korupsi_asap

7. http://finance.detik.com/read/2014/12/05/110418/2768587/1034/mengungkap-sejarah-petral

Referensi

Dokumen terkait

Mandat didalam Pasal 43 UNCLOS 1982 menyebutkan bahwa negara-negara pantai yang memiliki kedaulatan dan hak berdaulat memiliki tanggung jawab utama dalam

Penelitian Gedung bertingkat dengan Analisa pushover menunjukkan bahwa distribusi sendi plastis yang terjadi pada semua step memperlihatkan tidak ada komponen struktur yang

pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan permainan bingo dikategorikan sangat baik dengan rata – rata penilaian respon sebesar 91.35% ; (2) hasil respon dari

26 Herson Anwar, Proses Pengambilan Keputusan untuk Mengembangkan Mutu Madrasah, Nadwa, Jurnal Pendidikan Islam, Vol. Saefullah, Manajemen, hlm.. alternatif

Telah melakukan penelitian dengan menyebar kuesioner dalam rangka penyusuan skripsi tingkat Sarjana (S1) di Universitas Katolik Soegijapranata Semarang pada

Berdasarkan hasil analisis data dan review dari 30 responden yang merupakan praktisi teknik sipil (Pemerintah DPU, Pemerintah Non DPU, Konsultan, dan

Penanggulangan Hama dan Penyakit. Hasil pemeriksaan terhadap isi seluruh SPK tahapan kegiatan sistem silvikultur TPTI Dan TPTJ, dinilai isi SPK seluruhnya khususnya pada

Masyarakat mitra polhut sebagai pihak relawan masyarakat yang peduli akan kelestarian lingkungan memiliki peran konservasi pada aspek kekuatan dan peluang yaitu pembinaan wilayah,