1. Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian ini menggunakan kerangka penelitian berdasarkan proses sistem yaitu: masukan (input), proses, keluaran (output) yang menggambarkan stres dan mekanisme koping remaja korban erupsi Gunung Sinabung di posko pengungsian erupsi Gunung Sinabung Kabanjahe Kabupaten Karo.
Berdasarkan tinjauan pustaka tentang stres dan mekanisme koping sesuai dengan tujuan penelitian pada bab sebelumnya, maka dapat dirumuskan kerangka konsep sebagai berikut.
Skema 3.1 Kerangka Penelitian
1.Ringan 2.Sedang 3.Berat Stres
Remaja korban pasca erupsi Gunung Sinabung
1. Maladaptif 2. Adaptif Mekanisme
2. Definisi Operasional
Untuk lebih mudah memahami pengertian dari variabel-variabel yang akan diteliti, maka dapat diperhatikan pada tabel definisi operasional berikut ini:
Tabel 3.1. Definisi Operasional
Variabel
Penelitian
Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Stres remaja
pasca erupsi
Gunung
Sinabung
Suatu keadaan yang
memberikan tekanan
pada remaja yang berada
di posko pengungsian
Kabanjahe Kabupaten
Karo pasca erupsi
Gunung Sinabung baik
secara fisik maupun
psikologis sehingga
terdiri dari 20
pernyataan untuk
mengidentifikasi
tingkat stres remaja
dimana semakin
lama stressor yang
dialami, semakin
berat pula stres
yang dialami
diri untuk mengatasi
stres dan kecemasan
dengan memperdayakan
diri yang digunakan
Kuesioner, yang
terdiri dari 26
pernyataan
jika jumlah skor
jawaban
Sinabung remaja di posko
pengungsian Kabanjahe
Kabupaten Karo pasca
erupsi Gunung Sinabung
yang digunakan,
seperti active
coping, planning,
dan self-blame
responden
adalah active
support, using
instrumental
support,dan
venting
3. Hipotesis penelitian
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional yang bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel stres dan variabel mekanisme koping pada remaja korban erupsi Gunung Sinabung di posko pengungsian erupsi Gunung Sinabung Kabanjahe Kabupaten Karo. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu pengumpulan data terhadap kedua variabel.
2. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 2.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh remaja korban erupsi Gunung Sinabung di posko pengungsian erupsi Gunung Sinabung Gedung GBKP Simpang VI Kabanjahe Kabupaten Karo yang berusia 10-18 tahun. Berdasarkan data yang diperoleh dari penanggung jawab posko pengungsian erupsi Gunung Sinabung terdapat 70 orang remaja.
2.2 Sampel
2.3 Teknik Sampling
Penelitian ini akan menggunakan metode non-probability sampling dengan jenis total sampling cyaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Setiadi,2013). Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 70 orang.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di posko pengungsian erupsi Gunung Sinabung Gedung GBKP Simpang VI Kabanjahe Kabupaten Karo. Posko ini terletak pada 3o 7’47.3’’ LU dan 98o28’26.7’’ BT. Posko ini berada di Simpang VI Kabanjahe Kabupaten Karo, sekitar 75,4 kilometer dari Kota Medan dan 10,6 kilometer dari Berastagi. Perjalanan dari Kota Medan menuju lokasi ini membutuhkan waktu sekitar dua jam dengan transportasi darat. Pada bulan Februari 2017, posko ini menjadi posko dengan jumlah pengungsi terbanyak dibandingkan dengan ketujuh posko pengungsian erupsi Gunung Sinabung lainnya.
3.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober 2016 sampai dengan bulan Juli 2017.
4. Pertimbangan Etik
mendapatkan izin persetujuan penelitian. Setelah mendapatkan izin penelitian, peneliti mengajukan surat izin penelitian ke penanggung jawab posko pengungsian di Simpang VI Kabanjahe Kabupaten Karo untuk melakukan penelitian. Kemudian, peneliti memulai penelitian dengan mempertimbangkan etik, yaitu informed consent atau lembar persetujuan.
Lembar persetujuan diberikan kepada reponden dan peneliti menjelaskan maksud, tujuan, serta manfaat penelitian yang dilakukan. Responden berhak menolak ataupun mengundurkan diri selama proses penelitian (autonomy). Responden yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent).
Kerahasiaan responden (confidentiality) dijaga dengan cara peneliti tidak mencantumkan nama responden (anonimity) pada lembar pengumpulan data, tetapi cukup dengan memberi nomor kode pada masing-masing lembar tersebut. Kerahasiaan informasi yang diberikan responden dijamin oleh peneliti dan hanya digunakan dalam penelitian (non-maleficence) serta bermanfaat bagi peneliti dalam menyelesaikan tugas akhir dan bagi responden untuk mengidentifikasi stres dan mekanisme koping yang digunakan untuk diberikan intervensi selanjutnya (benefience).
5. Instrumen Penelitian
Bagian pertama instrumen penelitian ini, berisikan data demografi responden meliputi, jenis kelamin, usia, agama, pendidikan, pekerjaan orangtua sebelum dan sesudah terjadi erupsi Gunung Sinabung, status orangtua, jumlah saudara dan suku.
Bagian kedua merupakan kuesioner yang berisikan pernyataan untuk mengidentifikasi stres pada remaja korban bencana alam. Kuesioner ini dimodifikasi dari kuesioner Safaria dan Saputra (2009) yang sebelumnya telah digunakan dalam penelitian Marhama dengan judul penelitian Pengaruh Stres terhadap Pola Makan Mahasiswa Tingkat Akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara (USU) dengan menggunakan skala Likert. Kuesioner ini berisikan 20 pertanyaan dengan jawaban tidak pernah=0, jarang=1, kadang-kadang=2, sering=3, dan selalu=4 sehingga nilai tertinggi adalah 80 dan terendah adalah nol. Pada kuesioner ini stres dikategorikan menjadi tiga tingkat yaitu, stres ringan jika skor jawaban responden adalah 0-25, stres sedang jika skor jawaban responden adalah 26-52, dan stres berat jika skor jawaban responden adalah 53-80.
tesis yang berjudul Workplace Stressors and Coping Strategies Among Public
Hospital Nurses in Medan, Indonesia.
Brief Cope terdiri dari 28 pertanyaan dengan 14 subkala, yaitu active coping
(pertanyaan nomor 1,2), planning (pertanyaan nomor 3,4), positive reframing (pertanyaan nomor 5,6), acceptance (pertanyaan nomor 7,8), humor (pertanyaan nomor 9,10), religion (pertanyaan nomor 11,12), using emotional support (pertanyaan nomor 13,14), using instrumental support (pertanyaan nomor 15,16),
self distraction (pertanyaan nomor 17,18), denial (pertanyaan nomor 19,20),
venting (pertanyaan nomor 21,22), substance use (pertanyaan nomor 23,24),
behavioural disengangement (pertanyaan nomor 25,26), dan self blame
(pertanyaan nomor 27 dan 28). Dua pertanyaan dari subkala “substance use” dihilangkan karena hasilnya tidak terlalu diperlukan dalam penelitian sebelumnya. Kuesioner ini menggunakan skala Likert denganrentang jawaban: tidak pernah=0, jarang=1, sering=2, selalu=3 dengan skor tertinggi 78 dan terendah nol. Sehingga, mekanisme koping dikategorikan menjadi mekanisme koping yang adaptif jika skor jawaban responden adalah 40-78 dan maladaptif jika skor jawaban responden adalah 0-39.
6. Validitas dan Reliabilitas 6.1 Validitas
Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas Fakultas Keperawatan. Alat ukur dinyatakan valid apabila diperoleh nilai content validity index (CVI) lebih dari 0,80 (Polit & Beck, 2012). Kuesioner stres memperoleh nilai content validity index (CVI)0,90 dan 1,00 untuk kuesioner mekanisme koping.
6.2 Reliabilitas
Uji reliabilitas ialah uji yang dilakukan untuk memperoleh indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya ataudiandalkan. Kuesioner yang telah disusun, diuji reliabitasnya dengan menggunakan Cronbach’s alpha, yaitu mengukur alat ukur dengan skor yang bukan 0 dan 1 seperti angket ataupun kuesioner yang menggunakan skala likert. Suatu alat ukur dapat disebut mempunyai reliabilitas tinggi atau dipercaya, jika alat ukur itu mantap, dalam pengertian bahwa alat ukur tersebut stabil, dan dapat diandalkan yang ditentukan jika nilai
Cronbach’s Alpha yaitu lebih dari 0,70 (Polit & Beck, 2012).
7. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan di posko pengungsian erupsi Gunung Sinabung Simpang VI Kabanjahe Kabupaten Karo pada tanggal 21 April dan 2 Mei 2017 setelah memperoleh izin pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan Fakultas Keperawatan USU.
Pengambilan dan pengumpulan data dilakukan pada sore hari setelah responden pulang sekolah dikarenakan responden merupakan remaja dengan usia 10-18 tahun yang berada di posisi sekolah dasar (SD) kelas V dan VI, sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA).
Peneliti mengajukan izin ke penanggungjawab posko pengungsian erupsi Gunung Sinabung Simpang VI Kabanjahe Kabupaten Karo. Setelah mendapatkan izin dari penanggungjawab posko, kemudian peneliti mengumpulkan responden di dalam posko pengungsian dengan duduk melingkar. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan kepada responden dan memberikan informed consent kepada reponden yang bersedia. Setelah itu, peneliti memberikan kuesioner, kemudian responden menjawab pernyataan dari kuesioner.
peneliti untuk menjelaskan hal-hal terkait penelitian seperti tujuan penelitian, populasi dan sampel penelitian dan cara pengumpulan data.
Setelah kuesioner selesai diisi oleh responden, peneliti memeriksa semua kelengkapan jawaban kuesionerkemudian peneliti mengadakan terminasi dengan mengucapkan terima kasih secara lisan kepada responden atas kesediaannya menjadi responden dalam penelitian ini. Berhubungan dengan masa Ujian Nasional SMP dan SMA, peneliti kesulitan untuk bertemu dengan responden. Hal ini menyebabkan peneliti tidak dapat langsung mengumpulkan keseluruhan sampel. Proses pengumpulan data yang dilakukan peneliti sebanyak dua kali ke lokasi penelitian. Setelah data semua terkumpul dan penelitian sudah selesai dilakukan, peneliti melapor ke penanggungjawab posko bahwa data telah terkumpul dan penelitian telah selesai dilakukan sehingga peneliti dapat memperoleh surat keterangan selesai melakukan penelitian.
8. Analisa Data
Data dari setiap responden dimasukkan ke dalam komputer oleh peneliti. Analisa data yang dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan program komputer dan disajikan dalam bentuk tabel. Proses pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu tahap editing, coding, memasukkan data (data
entry), pembersihan data (cleaning), dan tabulasi data.
8.1 Analisa Univariat
koping dari remaja korban erupsi Gunung Sinabung di posko pengungsian erupsi Gunung Sinabung Kabanjahe Kabupaten Karo. Pada analisa univariat ini menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari karakteristik responden, tingkat stres, dan mekanisme koping remaja korban erupsi Gunung Sinabung di posko pengungsian erupsi Gunung Sinabung Kabanjahe Kabupaten Karo.
8.2 Analisa Bivariat
Uji statistik yang digunakan untuk menguji dua variabel ini adalah uji
Chi SquareTest (chi-kuadrat test) dengan melihat nilai Continuity Correction.
Uji chi-square test adalah uji yang digunakan apabila variabel yang
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan dari stres dan mekanisme koping remaja korban erupsi Gunung Sinabung di posko pengungsian erupsi Gunung Sinabung Kabanjahe Kabupaten Karo. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 21 April 2017 dan 2 Mei 2017 di posko pengungsian erupsi Gunung Sinabung gedung GBKP Simpang VI Kabanjahe Kabupaten Karo.
1. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini dibagi menjadi empat bagian yaitu distribusi karakteristik data demografi responden, tingkat stres remaja, mekanisme koping remaja, dan mengidentifikasi ada tidaknya hubungan stres dan mekanisme koping remaja korban erupsi Gunung Sinabung di posko pengungsian erupsi Gunung Sinabung Kabanjahe Kabupaten Karo.
1.1 Karakteristik Responden
dua orang adalah 19 orang responden (27,1%), dan sebagian besar responden bersuku batak yaitu 67 orang (95,7%).
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden (n=70)
Karakteristik
Stres Mekanisme Koping
1.2Distribusi pernyataan kuesioner stres remaja
Tingkat stres remaja korban erupsi Gunung Sinabung di posko pengungsian erupsi Gunung Sinabung Kabanjahe Kabupaten Karo dinilai dengan mengajukan 20 pernyataan. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa remaja yang sering dan selalu merasa sulit berkonsentrasi sebanyak 26 orang (37,1%), remaja yang sering dan selalu butuh relaksasi untuk menghilangkan kepenatan mereka selama berada di posko sebanyak 28 orang (40,0%), remaja yang sering dan selalu ingin memarahi orang-orang yang mengganggunya sebanyak 25 orang (35,7%), remaja yang sering dan selalu tidak dapat melaksanakan tugas sekolah sebaik dulu sebanyak 27 orang (38,6%), remaja yangsering dan selalu lebih mudah emosional terhadap orang-orang di sekitarnya sebanyak 24 orang (34,3%). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil yang ditunjukkan pada tabel 5.2.
Tabel 5.2Distribusi pernyataan kuesioner stres remaja korban erupsi Gunung Sinabung di posko pengungsian erupsi Gunung Sinabung Kabanjahe
Kab. Karo (n=70)
Nilai Angka/Skor
No Pernyataan kuesioner stres (TP) (JR) (KK) (SR) (SL
f % f % f % f % f %
1. Saya merasa tertekan dengan kondisi sekarang
4 5,7 12 17,1 41 58,6 9 12,9 4 5,7
2. Saya merasa kurang bersemangat
12 17,1 14 20 29 41,4 11 15,7 4 5,7
3. Saya merasa kecewa dengan keadaan hidup saya
19 27,1 16 22,9 16 22,9 14 20 5 7,1
4. Saya merasa sulit
berkonsentrasi
12 17,1 10 14,3 22 31,4 14 20 12 17,1
5. Setiap bangun pagi badan saya terasa lelah
15 21,4 15 21,4 24 34,3 11 15,7 5 7,1
6. Saya kehabisan energi untuk melakukan kegiatan apapun
22 31,4 20 28,6 24 34,3 3 4,3 1 1,4
7. Saya merasa malas untuk melakukan kegiatan apapun
17 24,3 26 37,1 22 31,4 3 4,3 2 2,9
keadaan diri saya
9. Kepala saya mudah pusing 20 28,6 18 25,7 20 28,6 10 14,3 2 2,9
10. Saya tidak bisa berkonsentrasi untuk mengerjakan tugas/pekerjaan rumah saya
19 27,1 4 5,7 25 35,7 17 24,3 5 7,1
11. Badan saya terasa lelah 15 21,4 22 31,4 25 35,7 3 4,3 5 7,1
12. Saya tidak memiliki waktu untuk mengembangkan minat atau hobi dengan situasi saat ini
24 34,3 12 17,1 13 18,6 18 25,7 3 4,3
13. Saya kehilangan kesabaran dalam mengerjakan tugas/pekerjaan rumah (PR) tersebut
26 37,1 8 11,4 20 28,6 12 17,1 4 5.7
14. Saya butuh relaksasi untuk menghilangkan kepenatan saya selama berada di posko
16 22,9 8 11,4 18 25,7 12 17,1 16 22,9
15. Saya ingin memarahi orang-orang yang mengganggu saya
6 8,6 16 22,9 23 32,9 18 25,7 7 10
16. Saya tidak dapat
melaksanakan tugas sekolah sebaik dulu
12 17,1 13 18,6 18 25,7 20 28,6 7 10
17. Saya merasa memiliki beban ketika berada di posko
16 22,9 11 15,7 23 32,9 14 20 6 8,6
18. Saya merasa tidak mampu menyelesaikan tugas sekolah saya selama berada di posko
27 38,6 12 17,1 14 20 12 17,1 5 7,1
19. Saya bingung apa yang harus saya lakukan selama berada di posko
15 21,4 14 20 21 30 12 17,1 8 11,4
20. Saya lebih mudah emosional terhadap orang-orang disekitar saya
16 22,9 8 11,4 22 31,4 13 18,6 11 15,7
1.3Distribusi frekuensi dan persentase tingkat stres remaja
Tabel 5.3Distribusi frekuensi dan persentase tingkat stres remaja (n=70)
Stres Frekuensi (f) Persentase
Ringan Sedang
25 45
35,7 64,3
Total 70 100,0
1.4 Distribusi pernyataan kuesioner mekanisme koping remaja
Mekanisme koping remaja korban erupsi Gunung Sinabung di posko pengungsian erupsi Gunung Sinabung Kabanjahe Kabupaten Karo dinilai dengan mengajukan 26 pernyataan terkait dengan mekanisme koping. Data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan adalah remaja yang tidak pernah membuat gurauan-gurauan tentang masalahnya sebanyak 22 orang (31,4%), remaja yang tidak pernah bersenang-senang untuk mengatasi masalahnya sebanyak 25 orang (35,7%), remaja yang tidak pernah mencari dukungan emosional dari orang lain sebanyak 29 orang (41,4%), remaja yang tidak pernah berusaha untuk meminta nasehat atau pertolongan dari orang lain mengenai apa yang sebaiknya dilakukan sebanyak 17 orang (24,3%), remaja yang tidak pernah berbagi cerita dengan orang lain untuk menghilangkan perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan sebanyak 17 orang (24,3%).Dari data yang diperoleh dapat dilihat di tabel 5.4.
Tabel 5.4Distribusi pernyataan kuesioner mekanisme koping remaja korban erupsi Gunung Sinabung di posko pengungsian erupsi Gunung
Sinabung Kabanjahe Kab. Karo (n=70)
No
Pernyataan
Nilai Angka/Skor
(TP) (KK) (SR) (SL)
F % f % f % f %
1. Saya memikirkan upaya untuk mengatasi masalah yang sedang saya alami
7 10 41 58,6 14 20 8 11,4
2. Saya mengambil tindakan untuk mencoba mengatasi
masalah tersebut menjadi lebih baik
3. Saya mencoba membuat suatu strategi tentang apa yang sebaiknya saya lakukan
8 11,4 38 54,3 19 27,1 5 7,1
4. Saya berpikir dengan serius mengenai langkah-langkah apa yang sebaiknya saya ambil
4 5,7 25 35,7 28 40 13 18,6
5. Saya berusaha untuk melihat masalah tersebut dari sudut pandang lain agar masalah tersebut kelihatannya menjadi lebih positif
10 14,3 33 47,1 16 22,9 11 15,7
6. Saya mencari sesuatu yang positif dari masalah yang saya alami selama di posko
14 20 23 32,9 21 30 12 17,1
7. Saya menerima kenyataan bahwa masalah tersebut memang telah terjadi
10 14,3 20 28,6 24 34,3 16 22,9
8. Saya belajar untuk terbiasa dengan masalah tersebut
12 17,1 25 35,7 24 34,3 9 12,9
9. Saya membuat gurauan-gurauan tentang masalah tersebut
22 31,4 36 51,4 9 12,9 3 4,3
10. Saya bersenang-senang untuk mengatasi masalah tersebut
25 35,7 22 31,4 17 24,3 6 8,6
11. Saya berusaha untuk menemukan kenyamanan dalam agama/keyakinan saya
10 14,3 19 27,1 14 20 27 38,6
12. Saya berdoa untuk mengatasi masalah tersebut
3 4,3 18 25,7 22 31,4 27 38,6
13. Saya mencari dukungan emosional dari orang lain
29 41,4 30 42,9 9 12,9 2 2,9
14. Saya mencari kenyamanan dan pengertian dari seseorang
13 18,6 28 40 18 25,7 11 15,7
15. Saya mencari pertolongan dan nasehat-nasehat dari orang lain
11 15,7 32 45,7 16 22,9 11 15,7
16. Saya berusaha untuk meminta nasehat atau pertolongan dari orang lain mengenai apa yang sebaiknya saya lakukan
17 24,3 27 38,6 17 24,3 9 12,9
17. Saya melakukan suatu pekerjaan atau aktivitas lainnya untuk melupakan masalah saya
9 12,9 36 51,4 13 18,6 12 17,1
18. Saya pergi menonton TV/berhayal/tidur/berbelanja, agar saya tidak terlalu memikirkan masalah tersebut
29 41,4 26 37,1 11 15,7 4 5,7
19. Saya berkata pada diri saya bahwa “masalah ini bukanlah suatu kenyataan yang benar-benar terjadi”
20. Saya tidak percaya bahwa masalah itu telah terjadi
28 40 31 44,3 6 8,6 5 7,1
21. Saya berbagi cerita dengan orang lain untuk menghilangkan perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan
17 24,3 23 32,9 16 22,9 14 20
22. Saya mengungkapkan
perasaan-perasaan negatif saya kepada orang lain
37 52,9 13 18,6 14 20 6 8,6
23. Saya menyerah untuk mencoba mengatasi masalah tersebut
26 37,1 33 47,1 7 10 4 5,7
24. Saya menyerah untuk berusaha mengatasi masalah tersebut
30 42,9 27 38,6 6 8,6 7 10
25. Saya mengkritik diri saya sendiri
32 45,7 20 28,6 12 17,1 6 8,6
26. Saya menyalahkan diri saya sendiri atas masalah-masalah yang telah terjadi
26 37,1 27 38,6 11 15,7 6 8,6
1.5 Distribusi frekuensi dan persentase mekanisme koping remaja
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh bahwa sebanyak 53 orang remaja (75,7%) menggunakan mekanisme koping yang maladaptif dan sebanyak 17 orang remaja (24,3%) menggunakan mekanisme koping yang adaptif.
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase mekanisme koping remaja (n=70)
Mekanisme Koping Frekuensi (f) Persentase
1.6 Hubungan stres dan mekanisme koping remaja di posko pengungsian
erupsi Gunung Sinabung Kabanjahe Kabupaten Karo
Tabel 5.4 Hasil analisa hubungan stres dan mekanisme koping remaja (n=70)
Mekanisme Koping p value OR
Maladaptif Adaptif Total
Stres
Ringan Sedang Berat
f % 23 92,0 30 66,7 0 0,0
f % 2 8 15 33,3 0 0,0
f % 25 100,0 45 100,0 0 0,0
0,038 5,750
Jumlah 53 75,7 17 24,3 70 100,0
Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan oleh tabel 5.4 diperoleh bahwa dari 25 orang remaja mengalami stres ringan, dimana 23 orang menggunakan mekanisme koping maladaptif dan dua orang menggunakan mekanisme koping adaptif. Remaja yang mengalami stres sedang sebanyak 45 orang, dimana dari 45 orang tersebut yang mengalami stres sedang yang menggunakan mekanisme koping maladaptif sebanyak 30 orang dan 15 yang menggunakan mekanisme koping adaptif.
2. Pembahasan
2.1 Stres remaja korban erupsi Gunung Sinabung di posko pengungsian
erupsi Gunung Sinabung Kabanjahe Kab.Karo
Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar remaja korban erupsi Gunung Sinabung mengalami stres psikososial pada tingkat sedang, yaitu 45 orang (64,3%) dari 70 orang responden.Hasil penelitian ini juga dapat dikaitkan dengan karakteristik responden meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan orangtua pasca bencana erupsi Gunung Sinabung, status orangtua, jumlah saudara dan suku. Usia berkaitan dengan toleransi seseorang terhadap stres, dimana sebagian besar responden pada penelitian ini adalah remaja usia awal yang berusia 11 tahun yaitu sebanyak 22 orang (31,4%). Remaja usia awal merupakan fase awal menuju kematangan. Pada usia ini, remaja masih sulit untuk mengontrol stres yang dihadapi dibandingkan pada usia dewasa. Semakin dewasa usia biasanya akan semakin menunjukkan kematangan jiwa.
stres, pada perempuan konflik memicu hormon negatif sehingga memunculkan stres, gelisah, dan rasa takut.
Tingkat pendidikan juga dapat mempengaruhi toleransi seseorang terhadap stres, dimana sebagian besar responden dalam penelitian ini berada pada sekolah dasar (SD). Remaja usia awal yang berada tingkat sekolah dasar mulai mampu berhadapan dengan aspek-aspek yang hipotesis dan abstrak dari realitas yang memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak, hipotesis, dan kontrafaktual dan memberikan peluang bagi individu untuk mengimajinasikan kemungkinan lain untuk segala hal, yang berkaitan dengan kondisi masyarakat, diri sendiri, aturan-aturan orangtua, atau apa yang akan dia lakukan dalam hidupnya (Agustiani, 2006).
Suku dan tradisi berkaitan dengan persepsi, dimana kadar stres dalam suatu peristiwa sangat bergantung pada bagaimana individu bereaksi terhadap stres tersebut (Nasir & Muhith, 2011).
Data yang diperoleh dari distribusi pernyataan kuesioner stres menunjukkan bahwa remaja sering dan bahkan selalu mengalami situasi tekanan pada selama berada di posko pengungsian. Data dengan jumlah jawaban responden yang tertinggi yaitu remaja merasa sulit berkonsentrasi sebanyak 26 orang (37,1%). Hal ini dipengaruhi oleh kondisi posko pengungsian yang padat oleh pengungsi, serta masih aktifnya Gunung Sinabung beraktivitas dengan mengeluarkan lahar dan meletuskan erupsi.Hal ini sesuai dengan pendapat (Nasir & Muhith, 2011), mengatakan bahwa lingkungan yang berhubungan dengan individu dapat menjadi stressor atau pemicu terjadinya stres seperti gempa bumi, topan, badai, kondisi cuaca, dan lain-lain, meskipun tidak dikemukakan kategori atau tingkatan stres yang dapat dialami.
Remaja yang sering dan selalu butuh relaksasi untuk menghilangkan kepenatan mereka selama berada di posko sebanyak 28 orang (40,0%). Remaja cenderung sering dan selalu membutuhkan relaksasi untuk menghilangkan kepenatan mereka selama berada di posko karena mereka merasa tidak nyaman dengan kondisi yang mereka alami saat ini.
bersalah, khawatir, ekspresi marah, rasa takut, sedih dan cemburu (Nasir & Muhith, 2011).
Remaja yang sering dan selalu tidak dapat melaksanakan tugas sekolah sebaik dulu sebanyak 27 orang (38,6%). Hal ini disebabkan oleh kondisi lingkungan posko pengungsian begitu ramai, sehingga remaja kesulitan dalam mengerjakan tugas sekolah mereka.
Remaja yang sering dan selalu lebih mudah emosional terhadap orang-orang di sekitarnya sebanyak 24 orang-orang (34,3%). Kondisi ini disebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar remaja dengan baik seperti istirahat dan tidur. Remaja kesulitan untuk tidur dengan nyenyak karena kondisi posko yang begitu bising dan ramai sehingga mempengaruhi kualitas tidur mereka. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasa manusia yang dapat meningkatkan kestabilan emosi, dimana semakin tinggi kualitas tidur seseorang, semakin tinggi pula kestabilan emosi seseorang dan dapat berpengaruh terhadap prestasi yang diperoleh (Setyowati, 2013).
2.2Mekanisme koping remaja korban erupsi Gunung Sinabung di posko
pengungsian erupsi Gunung Sinabung Kabanjahe Kab.Karo
oleh karakteristik responden meliputi usia, agama, pendidikan, dan pekerjaan orangtua.
Sebagian besar responden pada penelitian ini adalah remaja usia awal yang berusia 11 tahun yaitu sebanyak 22 orang (31,4%), dimana usia remaja merupakan usia yang mengalami perubahan, masa transisi ke usia dewasa, dimana pada masa usia remaja lebih mengutamakan emosinya. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Hurlock (1999, dalam Marliani, 2016), yaitu remaja merupakan periode “badai dan tekanan”, masa ketika ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar.
Agama merupakan salah satu aspek dalam spiritual, dimana agama dapat menstabilkan tingkah laku, memberikan rasa aman, terutama bagi remaja yang tengah mencari eksistensi dirinya (Marliani, 2016).
Responden pada penelitian ini sebagian besar berada pada pendidikan sekolah dasar (SD), yaitu sebanyak 40 orang (57,1%), dimana anak sekolah dasar masih berfokus pada diri sendiri dan masih kesulitan dalam mengekspresikan emosi yang dirasakan berkaitan dengan kognitif dan persepsi yang dimiliki.
koping individu dengan memberikan dukungan emosi dan saran-saran mengenai strategi alternatif yang didasarkan pada pengalaman sebelumnya.
Mekanisme koping remaja pada penelitian ini juga dapat dilihat dari distribusi jawaban pernyataan kuesioner remaja terhadap mekanisme koping. Remaja cenderung menggunakan mekanisme koping maladaptif untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi. Mekanisme koping maladaptif yang digunakan adalah humor, self-distraction, denial, behavioural
disengangement, dan self-blame. Mekanisme koping adaptif yang
kadang-kadang bahkan tidak pernah digunakan adalah active coping, planning, positive reframing, acceptance, religion, using emotional support, using
instrumental support,dan venting.
Dari 70 orang responden yang menggunakan mekanisme koping
humor adalah sebanyak sembilan orang (12,8%). Humor merupakan usaha
untuk tidak terlihat dalam permasalahan, seperti menghindar dari permasalahan seakan tidak terjadi apa-apa atau menciptakan pandangan-pandangan positif seperti menganggap masalah sebagai lelucon (Lazarus & Flokman, 1984 dalam Nasir & Muhith, 2011).
Self-distraction merupakan pengesampingan pikiran, impuls, atau
Dari 70 orang responden, yang menggunakan mekanisme koping
denial sebanyak sembilan orang (12,8%). Denial atau penyangkalan
merupakan ungkapan untuk menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut atau menolak untuk menerima atau menghadapi kenyataan yang tidak enak. Mekanisme pertahanan ini adalah yang paling sederhana dan primitif (Keliat, 1999 dalam Nasir & Muhith, 2010).
Sebanyak 11 orang (15,7%) responden yang menggunakan mekanisme koping behavioural disengangement. Behavioural
disengangement adalah berhentinya tingkat perkembangan pada salah satu
aspek tertentu, seperti emosi, tingkah laku, atau pikiran sehingga perkembangan selanjutnya terhambat.
Self-blame merupakan bentuk dari ketidakberdayaan atas masalah
2.3Hubungan stres dan mekanisme koping remaja korban erupsi
Gunung Sinabung di posko erupsi Gunung Sinabung Kabanjahe
Kab. Karo
Hasil penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji continuity
correction yaitu untuk mengetahui adanya hubungan antara stres dengan
mekanisme koping remaja korban erupsi Gunung Sinabung di posko erupsi Gunung Sinabung Kabanjahe Kabupaten Karo. Berdasarkan hasil uji statistik ditemukan bahwa nilai p=0,038. Hal ini menunjukkan bahwa nilai p lebih kecil daripada nilai Alfa (p<a = 0,05).
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dari 70 orang remaja mengalami stress ringan dan sedang yaitu 25 dan 45 orang dan dari 70 orang tersebut yang menggunakan mekanisme koping maladaptive sebanyak 53 orang. Hal ini menunjukkan remaja yang mengalami stress sedang lebih banyak daripada stress ringan karena remaja tersebut menggunakan mekanisme koping maladaptive dimana mekanisme koping maladaptif merupakan ketidakmampuan individu melakukann adaptasi dengan adanya strsessor sehingga stres bisa dapat terjadi misalnya dengan melakukan penghindaran atau avoidance, pemutusan hubungan (short-cercuihag), marah (Buettener, 1999). Semakin sering mekanisme koping maladaptive digunakan maka semakin tinggi pula tingkat stres yang dialami.
mengalami stress sedang 5,750 kali dibandingkan dengan remaja yang menggunakan mekanisme koping adaptif.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 21 April 2017 sampai dengan 2 Mei 2017 terhadap 70 orang remajatentang stres dan mekanisme koping remaja korban erupsi Gunung Sinabung di posko pengungsian erupsi Gunung Sinabung Kabanjahe Kabupaten Karo dapat disimpulkan bahwa sebagian besar stres yang dialami remajaadalah pada tingkat sedang yaitu sebanyak 45 orang (64,3%), sedangkan mekanisme koping yang paling banyak digunakan adalah mekanisme koping maladaptif yaitu sebanyak 53 orang (75,7%).
Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai p=0,038 (p < a= 0,05) yang artinya
ada hubungan antara stres dan mekanisme koping remaja korban erupsi Gunung Sinabung di posko pengungsian erupsi Gunung Sinabung Kabanjahe Kabupaten Karo. Diperoleh nilai OR=5,750 yang artinya remaja korban erupsi Gunung Sinabung di posko pengungsian Kabanjahe Kabupaten Karo yang menggunakan mekanisme koping maladaptif berisiko mengalami stres sedang 5,750 kali dibandingkan dengan remaja yang menggunakan mekanisme koping adaptif.
2. Saran
2.1Bagi pelayanan kesehatan
Korban bencana tidak hanya memerlukan pengobatan yang bersifat fisik namun juga memerlukan penanganan yang bersifat psikologis agar tidak memberikan tekanan atau stres yang semakin parah bagi korban bencana. 2.2Bagi peneliti selanjutnya