3.2 Bahan dan Peralatan
Peralatan yang digunakan selama penelitian sebagai berikut :
1. Generator Sinkron tiga fasa Tipe 72SA
Daya = 5 KW
Cos ф = 0,8
Jumlah Kutub = 4
Belitan = Y (Wye)
Tegangan Terminal = 440 Volt
Arus = 9 Ampere
Kelas Isolasi : - Stator = E
- Rotor = E
Frekuensi = 50 Hz
N = 1500 rpm
2. Motor Induksi Tiga Fasa Tipe GF 130/170 (Penggerak Mula)
P = 5 KW
Cos ф = 0,8
Jumlah Kutub = 4
Kelas Rotor = D (Rotor Sangkar)
Belitan = ∆ (Delta)
Tegangan = 380 / 220 Volt
Arus = 16,5 / 28,5 Ampere
3. 1 Unit Power Suplai AC 4. 1 Unit Power Suplai DC 5. Multimeter
3.3 Variabel yang Diamati
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah :
a) Tegangan terminal (Vt).
b) Daya keluaran (Pout).
c) Arus Beban (Ia)
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam suatu penelitian akan sangat menentukan
keberhasilan penelitian, oleh karena itu perlu direncanakan dengan tepat dalam
memilih metode untuk pengumpulan data. Sedangkan metode-metode tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Metode Dokumentasi
Yang dimaksud metode dokumentasi adalah cara memperoleh data melalui
hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah
dan lain-lain. Adapun dokumentasi yang akan peneliti gunakan adalah data-data
yang berhubungan dengan efisiensi dan regulasi tegangan.
2. Metode Observasi
Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan
langsung adalah cara pengambilan data ke tempat penelitian. Dalam hal ini
Universitas Sumatera Utara penulis langsung berada di lokasi penelitian yaitu di
Laboratorium Konversi Energi Listrik dan mengadakan penelitian mengenai
hal-hal yang perlu dicatat sebagai data dalam penelitian.
3.5 Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian adalah dengan melakukan percobaan rangkaian
generator sinkron yang dikopel dengan motor DC dengan menghubungkan
terminal output generator sinkron tersebut ke beban seimbang hubung wye dan
delta serta dihubungkan pada beban tidak seimbang hubung wye dan delta,
sehingga dapat dilihat besar karakteristik dan efisiensi generator sinkron tersebut.
Pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada diagram alur penelitian pada
3.6 Rangkaian Percobaan Percobaan Beban Nol 3.6.1
A. Rangkaian Percobaan
B. Prosedur Percobaan Beban Nol
1. Rangkai perlatan percobaan seperti Gambar 3.1, atur range alat ukur
sesuai dengan yang dibutuhkan.
2. Hidupkan PTAC dan semua alat ukur. Tutup S1 sehingga motor induksi
berputar dengan kecepatan putar 1500 rpm.
3. Setelah mencapai kecepatan nominal rotor (1500 rpm), tutup saklar 2
untuk mengatur eksitasi generator sinkron.
4. Catat tegangan terminal saat arus penguat generator belum dinaikkan
(If=0).
5. Naikkan arus penguat secara bertahap dengan mengatur PTDC 1.
Dimana, putaran dijaga konstan pada setiap kenaikkan arus penguat
generator, kemudian catat tegangan terminal.
6. Turunkan arus penguat generator (PTDC 1) lalu buka S2, minimumkan
PTAC 1, hingga nol kemudian buka S1.
7. Percobaan selesai
C. Data Hasil Percobaan
Data hasil percobaan tampak pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Data Hasil Percobaan Beban Nol
N = 1500 rpm
Ia = 0
V = 220 V
I (Ampere) V (Volt)
0,3 69
0,6 135
0,9 197
1,2 246
1,5 298
1,8 337
2,1 367
2,4 392
2,7 420
3,0 443
Dari gambar di bawah terlihat bahwa kurva ini mempunyai garis linear
sampai diperoleh harga saturasi dari arus medan. Dan ketika besi mencapai titik
saturasi, reluktansi besi akan bertambah secara drastis dan fluksi akan bertambah
besar secara lambat sesuai dengan perubahan– garis gaya magnet. Garis linear
Percobaan Hubung Singkat
Gambar 3.3 Grafik Karakteristik Beban Nol Generator Sinkron
G 3θ
B. Prosedur Percobaan
1. Rangkai alat percobaan seperti pada Gambar 3.2, PTAC dalam
keadaan minimum.
2. Tutup S1 dan atur putaran motor sinkron sampai pada putaran
nominal 1500 rpm.
3. Tutup S2, dan naikkan arus penguat generator (If) secara bertahap
dengan mengatur PTDC1.
4. Catat arus hubung singkat generator (If) untuk setiap tahapan arus
medan generator (If) dengan putaran generator dijaga konstan.
5. Turunkan arus medan generator (If) hingga nol, lalu buka S3 dan
turunkan PTAC hingga nol kemudian buka S1.
6. Percobaan selesai.
C. Data Percobaan Hubung Singkat
Data percobaan hubung singkat tampak pada Tabel 3.2 berikut
Tabel 3.2 Data Percobaan Hubung Singkat
n = 1500 rpm
If (A) Isc (A)
0,3 1,11
0,6 2,33
0,9 3,24
1,2 4,41
1,5 5,38
1,8 6,67
2,1 7,61
2,4 8,71
2,7 9,94
Dari data diatas dapat digambar karakteristik hubung singkat generator
sinkron seperti yang terlihat pada Gambar 3.5 :
Penentuan Parameter Generator Sinkron 3.6.3
Untuk menghitung parameter generator sinkron, maka dapat diketahui dari
karakteristik hubung singkat dan karakteristik beban nol seperti pada Gambar 3.4
dan Gambar 3.5.
A. Impedansi Sinkron
Besar nilai impedansi dapat ditentukan seperti persamaan berikut :
(Ohm) (3.1)
Maka nilai impedansi sinkron untuk kondisi saturasi seperti pada gambar
3.4 dapat dirumuskan sebagai berikut :
Zs
(Ohm) (3.2)
Dari gambar 3.4 nilai Enl adalah 220 Volt dan arus medan (If) sebesar 0,21
Amp, untuk arus medan yang sama maka arus hubung singkat Isc pada kurva
Zs
,
35,08 Ohm
B. Reaktansi Sinkron
Karena tahanan jangkar besarnya sangat kecil maka tahanan jangkar
diabaikan (Ra = 0) sehingga diperoleh reaktansi sinkron Zs = Xs = 35,08
Ohm.
Percobaan Berbeban Seimbang Hubung Wye 3.6.4
induksi berputar dengan kecepatan putar 1500 rpm.
3. Setelah mencapai kecepatan nominal rotor (1500 rpm), tutup saklar 2
untuk mengatur eksitasi generator sinkron.
4. Catat tegangan terminal saat arus penguat generator belum dinaikkan
(If=0).
5. Catat arus IR, IS, dan IT, Cos θ, dan daya pada beban.
6. Naikkan arus penguat secara bertahap dengan mengatur PTDC .
generator, kemudian catat tegangan terminal, catat arus IR, IS, dan IT,
dan daya pada beban.
7. Turunkan arus penguat generator (PTDC ) lalu buka S2, minimum kan
PTAC , hingga nol kemudian buka S1.
8. Percobaan selesai.
C. Data Hasil Percobaan
Tabel 3.3 Data Hasil Percobaan Beban Seimbang Hubung Wye
n = 1500 rpm If = 1,0 Amp
Percobaan Beban Seimbang Hubung Delta 3.6.5
B. Prosedur Percobaan
1. Rangkai perlatan percobaan seperti Gambar 3.5, atur range alat ukur
sesuai dengan yang dibutuhkan.
2. Hidupkan PTAC dan semua alat ukur. Tutup S1 sehingga motor
induksi berputar dengan kecepatan putar 1500 rpm.
3. Setelah mencapai kecepatan nominal rotor (1500 rpm), tutup saklar 2
untuk mengatur eksitasi generator sinkron.
4. Catat tegangan terminal saat arus penguat generator belum dinaikkan
(If=0).
5. Catat arus IR, IS, dan IT, dan daya pada beban.
6. Naikkan arus penguat secara bertahap dengan mengatur PTDC .
Dimana, putaran dijaga konstan pada setiap kenaikan arus penguat
generator, kemudian catat tegangan terminal, catat arus IR, IS, dan
IT, Cos θ, dan daya pada beban.
7. Turunkan arus penguat generator (PTDC ) lalu buka S2, minimum kan
PTAC, hingga nol kemudian buka S1.
8. Percobaan selesai.
C. Data Hasil Percobaan
Tabel 3.4 Data Hasil Percobaan Beban Seimbang Hubung Delta
Percobaan Beban Tak Seimbang Hubung Wye
induksi berputar dengan kecepatan putar 1500 rpm.
3. Setelah mencapai kecepatan nominal rotor (1500 rpm), tutup saklar 2
untuk mengatur eksitasi generator sinkron.
4. Atur besar impedansi masing – masing beban pada fasa R, S, dan T
5. Catat tegangan terminal saat arus penguat generator belum dinaikkan
(If=0).
6. Catat arus IR, IS, dan IT, dan daya pada beban.
7. Naikkan arus penguat secara bertahap dengan mengatur PTDC .
Dimana, putaran dijaga konstan pada setiap kenaikan arus penguat
generator, kemudian catat tegangan terminal, catat arus IR, IS, dan
IT, dan daya pada beban.
8. Turunkan arus penguat generator (PTDC) lalu buka S2, minimum kan
PTAC, hingga nol kemudian buka S1.
9. Percobaan selesai
C. Data Hasil Percobaan
Tabel 3.5 Data Hasil Percobaan Beban Tidak Seimbang Hubungan Wye n = 1500 rpm If = 1,0 Amp
Percobaan Beban Tak Seimbang Hubung Delta 3.6.7
1. Rangkai perlatan percobaan seperti Gambar 3.7, atur range alat ukur
sesuai dengan yang dibutuhkan.
2. Hidupkan PTAC dan semua alat ukur. Tutup S1 sehingga motor induksi
berputar dengan kecepatan putar 1500 rpm.
3. Setelah mencapai kecepatan nominal rotor (1500 rpm), tutup saklar 2
untuk mengatur eksitasi generator sinkron.
4. Atur besar impedansi masing – masing beban pada fasa R, S, dan T
5. Catat tegangan terminal saat arus penguat generator belum dinaikkan
(If=0).
6. Catat arus IR, IS, dan IT, dan daya pada beban.
7. Naikkan arus penguat secara bertahap dengan mengatur PTDC. Dimana,
putaran dijaga konstan pada setiap kenaikkan arus penguat generator,
kemudian catat tegangan terminal, catat arus IR, IS, dan IT, dan daya
pada beban.
8. Turunkan arus penguat generator (PTDC) lalu buka S2, minimumkan
PTAC, hingga nol kemudian buka S1.
9. Percobaan selesai.
C. Data Hasil Percobaan
Tabel 3.6 Data Hasil Percobaan Beban Tidak Seimbang Hubung Delta
10 55 35 10 23 32 55 1,11 1,47 2,11 25,53 47,04 116,1 188,6
BAB 4
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
4.1 Umum
Untuk dapat melihat bagaimana pengaruh perubahan beban terhadap
karakteristik dan efisiensi generator sinkron maka diperlukan beberapa percobaan
yaitu :
1. Percobaan generator beban seimbang.
2. Percobaan generator beban tidak seimbang
Dengan memutar alternator pada kecepatan sinkron dan rotor diberi arus
medan (If). Tegangan E0 akan terinduksi pada kumparan stator seperti pada
Persamaan 2.22.
Pada generator sinkron keadaan tanpa beban mengandung arti bahwa arus
armatur (Ia) = 0. Dengan demikian besar tegangan terminal adalah :
(4.1)
Oleh karena besar GGL armatur adalah merupakan fungsi dari fluks
magnetik, maka ggl armatur dapat ditulis :
(4.2)
Dari persamaan diatas, jika arus penguat medan diatur besarnya maka akan
diikuti kenaikan fluks dan akhirnya juga pada ggl armatur. Pengaturan arus pengat
medan pada keadaan tertentu besarnya akan didapatkan besar ggl armatur tanpa
beban dalam keadaan saturasi.
Dengan adanya beban yang terpasang pada output generator sinkron, maka
segera mengalir arus armatur (Ia); dengan adanya arus armature ini, pada
kumparan armatur atau kumparan jangkar timbul fluks putar jangkar. Fluks putar BAB IV
�
jangkar ini brsiat mengurangi atau menambah fluks putar yang dihasilkan oleh
kumparan rotor. Hal ini tergantung pada faktor daya beban.
Dengan adanya fluks putar armatur akibat timbulnya arus armatur, maka
pada kumparan timbul reaktansi pemagnit Xm. Reaktansi bersama – sama dengan
reaktansi bocor dikenal dengan reaktansi sinkron (Xs) dan secara matematis
ditulis:
(4.3)
4.2 Analisis Data Percobaan Beban Seimbang dan Tidak Seimbang Hubung Wye Terhadap Karakteristik dan Efisiensi Generator Sinkron Analisis dan Perhitungan Regulasi Tegangan Generator Sinkron 4.2.1
Hubung Wye
Regulasi tegangan dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut
(4.4)
Sebelum mendapatkan berapa besar voltage regulation (VR) maka terlebih
dahulu kita menghitung berapa besar tegangan induksi, dengan persamaan
berikut:
(4.5)
A. Beban Seimbang
Beban ke – 1 ( ZR = ZS = ZT = 5 Ohm)
Beban ke – 2 (ZR = ZS = ZT = 10 Ohm)
� �� �
− %
� �
, . , , Volt
, , − % %
Beban ke – 3 (ZR = ZS = ZT = 15 Ohm)
Beban ke – 4 ( ZR = ZS = ZT = 20 Ohm)
Beban ke – 5 ( ZR = ZS = ZT = 25 Ohm)
Beban ke – 6 ( ZR = ZS = ZT = 30 Ohm)
Beban ke – 7 ( ZR = ZS = ZT = 35 Ohm)
Beban ke – 8 ( ZR = ZS = ZT = 40 Ohm)
Beban ke – 9 ( ZR = ZS = ZT = 45 Ohm)
, , − % %
, . , ,
Volt
, , − % % , . , , Volt
, −
, % %
, . , , Volt
, , − % %
, . , , Volt
, , − % %
, . , , Volt
, , − % %
, . , , Volt
, , − % %
, . , , Volt
Beban ke – 10 ( ZR = ZS = ZT = 50 Ohm)
Dari hasil perhitungan di atas dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1 Hasil Analisa Pengaturan Tegangan Generator
Beban Seimbang Hubung Wye
Dari hasil perhitungan di atas dapat digambarkan grafik hubungan antara
variasi beban terhadap pengaturan tegangan pada generator beban seimbang
hubung wye seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini :
, . , , Volt
Dari grafik terlihat bahwa kurva menurun secara stabil. Hal ini dikarenakan
variasi beban yang dibuat semakin tinggi sehingga pengaturan tegangan semakin
turun. Dimana kita ketahui semakin tinggi beban, semakin kecil pengaturan
tegangan.
B. Beban Tidak Seimbang
Beban ke – 1
o Untuk beban ZR = 10 Ohm
, . , , Volt
, −
, % % o Untuk beban ZS =30 Ohm
, . , , Volt
, −
, % %
o Untuk beban ZT = 55 Ohm
, . , , Volt
, , − % %
Beban ke – 2
o Untuk beban ZR = 15 Ohm
, . , , Volt
, , − % %
o Untuk beban ZS = 25 Ohm
, . , , Volt
, −, % %
o Untuk beban ZT = 50 Ohm
, . , , Volt
, , − % %
Beban ke – 3
o Untuk beban ZR = 20 Ohm
, . , , Volt
, , − % %
o Untuk beban ZS = 20 Ohm
, . , , Volt
, , − % %
o Untuk beban ZT = 45 Ohm
, . , , Volt
Beban ke – 4
o Untuk beban ZR = 25 Ohm
, . , , Volt
, , − % %
o Untuk beban ZS = 15 Ohm
, . , , Volt
, , − % %
o Untuk beban ZT = 20 Ohm
, . , , Volt
, , − % %
Beban ke – 5
o Untuk beban ZR = 30 Ohm
, . , , Volt
, , − % %
o Untuk beban ZS = 10 Ohm
, . , , Volt
, −, % %
o Untuk beban ZT = 35 Ohm
, . , , Volt
, ., % %
Beban ke – 6
o Untuk beban ZR = 35 Ohm
, , − % %
o Untuk beban ZS = 55 Ohm
, . , , Volt
, , − % %
o Untuk beban ZT = 30 Ohm
, . , , Volt
, , − % %
Beban ke – 7
o Untuk beban ZR = 40 Ohm
, . , , Volt
, , − % %
o Untuk beban ZS = 50 Ohm
, . , , Volt
, , − % %
o Untuk beban ZT = 25 Ohm
, . , , Volt
, −, % %
Beban ke – 8
, . , , Volt
, , − % %
o Untuk beban ZS = 45 Ohm
, . , , Volt
, , − % %
o Untuk beban ZT = 20 Ohm
, . , , Volt
, , − % %
Beban ke – 9
o Untuk beban ZR = 50 Ohm
, . , , Volt
, −, % %
o Untuk beban ZS = 40 Ohm
, . , , Volt
, −, % %
o Untuk beban ZT = 15 Ohm
, . , , Volt
, −
, % %
Beban ke – 10
o Untuk beban ZR = 55 Ohm
, −, % , %
o Untuk beban ZS = 35 Ohm
, . , , Volt
, −, % %
o Untuk beban ZT = 10 Ohm
, . , , Volt
, −, % %
Dari hasil perhitungan di atas dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2 Hasil Analisa Pengaturan Tegangan Generator Sinkron Beban Tidak Seimbang Hubung Wye
n = 1500 rpm If = 1,0 Amp
No.
BEBAN V Ia Voltage Regulation
(ohm) (Volt) (Amp) (%)
R S T R S T R S T R S T
1 10 30 55 100 98 127 2,22 1,54 1,67 21% 12% 9%
2 15 25 50 100 96 123 1,98 1,65 1,71 18% 14% 10%
3 20 20 45 100 94 114 1,92 1,39 1,75 17% 11% 12%
4 25 15 40 100 93 104 1,87 1,98 1,82 16% 20% 15%
5 30 10 35 100 92 101 1,82 2,17 1,9 16% 23% 17%
6 35 55 30 100 135 98 1,72 1,21 1,98 14% 5% 18%
7 40 50 25 100 133 92 1,57 1,11 2,12 12% 4% 22%
8 45 45 20 100 128 112 1,53 1,31 1,93 12% 6% 14%
9 50 40 15 100 97 108 1,49 1,37 2,02 11% 10% 16%
Dari hasil perhitungan di atas dapat digambarkan grafik hubungan antara
variasi beban terhadap pengaturan tegangan pada generator beban tidak seimbang
hubung wye seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini :
Dapat dilihat dari grafik bahwa pada fasa R grafik cenderung turun. Hal ini
dikarenakan pada fasa R beban dibuat bertambah secara linear. Pada fasa S grafik
menunjukan kenaikan lalu penurunan yang drastis. Hal ini disebabkan pada waktu
tertentu pada fasa S diberikan beban yang semakin besar yang menyebabkan
grafik turun secara drastis. Pada fasa T grafik cenderung naik dan apa sedikit
penurunan namun naik kembali. Hal ini dikarenakan pada fasa T diberi beban
yang semakin menurun secara linear.
Analisis dan Perhitungan Efisiensi Generator Sinkron Hubung Wye 4.2.2
Efisiensi dapat dihitung dari persamaan:
. . (4.6)
(4.7)
Efisiensi =
A. Beban Seimbang
Beban ke – 1 ( ZR = ZS = ZT = 5 Ohm)
, , ,
Efisiensi = ,
, x 100 % = 75 %
Beban ke – 2 ( ZR = ZS = ZT = 10 Ohm)
, , ,
Efisiensi = ,
, x 100 % = 71 %
Beban ke – 3 ( ZR = ZS = ZT = 15 Ohm)
, , ,
Efisiensi = ,
, x 100 % = 66 %
Beban ke – 4 ( ZR = ZS = ZT = 20 Ohm)
, , ,
Efisiensi = ,
, x 100 % = 66 %
Beban ke – 5 ( ZR = ZS = ZT = 25 Ohm)
, ,
Beban ke – 6 ( ZR = ZS = ZT = 30 Ohm)
, , ,
Efisiensi = ,
, x 100 % = 68 %
Beban ke – 7 ( ZR = ZS = ZT = 35 Ohm)
, , ,
Efisiensi = ,
, x 100 % = 64 %
Beban ke – 8 ( ZR = ZS = ZT = 40 Ohm)
, , ,
Efisiensi = ,
, x 100 % = 64 %
Beban ke – 9 ( ZR = ZS = ZT = 45 Ohm)
, , ,
Efisiensi = ,
, x 100 % = 64 %
Beban ke – 10 ( ZR = ZS = ZT = 50 Ohm)
, , ,
Efisiensi ,
, x 100 % = 65 %
Tabel 4.3 Hasil Analisa Efisiensi Generator Sinkron Beban Seimbang
Dari hasil perhitungan di atas dapat digambarkan grafik hubungan antara
variasi beban terhadap efisiensi pada generator beban seimbang hubung wye
seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini :
Dari grafik terlihat bahwa, kurva mengalami penurunan dan kenaikan. Hal
ini disebabkan beban yang dikenakan pada tiap fasa mengalami kenaikan
sehingga berpengaruh pada grafik efisiensi.
B. Beban Tidak Seimbang
Untuk mencari daya input generator pada saat beban tidak seimbang
digunakan persamaan :
(4.9)
Beban ke – 1
, , , , ,
Efisiensi ,
, x 100 % = 68 %
Beban ke – 2
, , , , ,
Efisiensi ,
, x 100 % = 67 %
Beban ke – 3
, , , , ,
Efisiensi ,
, x 100 % = 68 %
Beban ke – 4
, , , , ,
Efisiensi = ,
, x 100 % = 67 %
Beban ke – 5
, , , , ,
Efisiensi = ,
, x 100 % = 68 %
Beban ke – 6
Efisiensi = ,
Dari hasil perhitungan di atas dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut
8 45 45 20 100 128 112 1,53 1,31 1,93 536,84 793,903 68%
9 50 40 15 100 97 108 1,49 1,37 2,02 500,05 747,337 67%
10 55 35 10 100 96 96 1,42 1,47 2,13 487,6 719,503 68%
Dari hasil perhitungan di atas dapat digambarkan grafik hubungan antara
variasi beban terhadap efisiensi pada generator beban tidak seimbang hubung wye
seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 4.4 Kurva Efisiensi Generator Sinkron Beban Tidak Seimbang Hubung Wye
Dari grafik dapat kita lihat bahwa kurva mengalami penurunan dari 68%
menjadi 64 %. Hal ini dikarenakan beban yang dikenakan pada tiap fasa berbeda
beda dan tidak seimbang. Dimana pada fasa R beban mengalami kenaikan secara
linear. Pada fasa S beban mengalami kenaikan dan penurunan secara acak. Dan
pada fasa T beban mengalami penurunan secara linear. Hal ini menyebabkan
grafik efisiensi menjadi tidak seimbang. 40%
45% 50% 55% 60% 65% 70%
0 2 4 6 8 10 12
E
ff
is
ie
n
si
(%
)
4.3 Analisis Data Percobaan Beban Seimbang dan Tidak Seimbang Hubung Delta Terhadap Karakteristik dan Efisiensi Generator Sinkron Analisis dan Perhitungan Regulasi Tegangan Generator Sinkron 4.3.1
Hubung Delta
Untuk menghitung regulasi tegangan generator sinkron pada beban
seimbang dan tidak seimbang sama dengan perhitungan regulasi tegangan pada
generator sinkron hubung wye, yaitu menggunakan Persamaan 4.4 untuk mencari
besar regulasi tegangannya dan menggunakan Persamaan 4.5 untuk mencari
tegangan induksinya.
A. Beban Seimbang
Beban ke – 1 ( ZR = ZS = ZT = 5 Ohm)
Beban ke – 2 ( ZR = ZS = ZT = 10 Ohm)
Beban ke – 3 ( ZR = ZS = ZT = 15 Ohm)
Beban ke – 4 ( ZR = ZS = ZT = 20 Ohm)
Beban ke – 5 ( ZR = ZS = ZT = 25 Ohm)
, . , , Volt
, −, % %
, . , , Volt
, −
, % %
, . , , Volt
, −, % %
, . , , Volt
, −, % %
Beban ke – 6 ( ZR = ZS = ZT = 30 Ohm)
Beban ke – 7 ( ZR = ZS = ZT = 35 Ohm)
Beban ke – 8 ( ZR = ZS = ZT = 40 Ohm)
Beban ke – 9 ( ZR = ZS = ZT = 50 Ohm)
Beban ke – 9 ( ZR = ZS = ZT = 45 Ohm)
Beban ke – 10 ( ZR = ZS = ZT = 50 Ohm)
Data hasil analisa dan perhitungan regulasi tegangan pada generator hubung delta
pada beban seimbang yaitu dapat dilihat pada tabel 4.5 :
Tabel 4.5 Hasil Analisa dan Perhitungan Generator Sinkron Beban Seimbang Hubung Delta
n = 1500 rpm If = 1,0 Amp
No Beban (Ohm) V (Volt) Ia (Amp) VR
R S T R S T R S T (%)
, . , , Volt
, −, % %
, . , , Volt
, −, % %
, . , , Volt
, −, % %
, . , , Volt
, −, % %
, . , , Volt
1 5 5 5 11 12 11 3,13 3,19 3,21 90%
Dari tabel 4.5 di atas dapat di gambarkan kurva karakteristik antara variasi
beban terhadap regulasi tegangan generator sinkron beban seimbang hubung delta,
seperti yang terlihat pada Gambar 4.5 berikut :
Gambar 4.5 Kurva Pengaturan Tegangan Generator Sinkron Beban Seimbang Hubung Delta
Dari grafik dapat kita lihat bahwa pegaturan tegangan generator sinkron
beban seimbang hubung delta mengalami penurunan yang cukup stabil dari 90%
menjadi 40%. Hal ini disebabkan pada tiap fasa dikenakan beban yang bertambah
secara linear. Pertambahan beban yang secara linear ini menyebabkan pengaturan
B. Beban Tidak Seimbang
Beban ke – 1
Untuk beban ZR = 10 Ohm
, . , , Volt
, −
, % % Untuk beban ZS = 30 Ohm
, . . , Volt
, −
, % % Untuk beban ZT = 55 Ohm
, . , , Volt
, −, % %
Beban ke – 2
Untuk beban ZR = 15 Ohm
, . , , Volt
, −, % %
Untuk beban ZS = 25 Ohm
, . , , Volt
, −, % %
Untuk beban ZT = 50 Ohm
, . , , Volt
, −, % %
Beban ke – 3
, . , , Volt
, −, % %
Untuk beban ZS = 20 Ohm
, . , , Volt
, −, % %
Untuk beban ZT = 45 Ohm
, . , , Volt
, −, % %
Beban ke – 4
Untuk beban ZR = 25 Ohm
, . , , Volt
, −, % %
Untuk beban ZS = 15 Ohm
, . , , Volt
, −, % %
Untuk beban ZT = 40 Ohm
, . , , Volt
, −, % %
Beban ke – 5
Untuk beban ZR = 30 Ohm
, . , , Volt
, −, % %
, . , , Volt
, −, % %
Untuk beban ZT = 35 Ohm
, . , , Volt
, −, % %
Beban ke – 6
Untuk beban ZR = 35 Ohm
, . , , Volt
, −
, % % Untuk beban ZS = 55 Ohm
, . , , Volt
, −, % %
Untuk beban ZT = 30 Ohm
, . , , Volt
, −, % %
Beban ke – 7
Untuk beban ZR = 40 Ohm
, . , , Volt
, −, % %
, . , , Volt
, −, % %
Untuk beban ZT = 25 Ohm
, . , , Volt
, −, % %
Beban ke – 8
Untuk beban ZR = 45 Ohm
, . , , Volt
, −, % %
Untuk beban ZS = 45 Ohm
, . , , Volt
, −, % %
Untuk beban ZT = 20 Ohm
, . , , Volt
, −, % %
Beban ke – 9
Untuk beban ZR = 50 Ohm
, . , , Volt
, −, % %
, . , , Volt
, −, % %
Untuk beban ZT = 15 Ohm
, . , , Volt
, −, % %
Beban ke – 10
Untuk beban ZR = 55 Ohm
, . , , Volt
, −, % %
Untuk beban ZS = 35 Ohm
, . , , Volt
, −, % %
Untuk beban ZT = 10 Ohm
, . , , Volt
, −, % %
Data hasil perhitungan regulasi tegangan pada generator sinkron beban tidak seimbang hubung delta dapat dilihat pada Tabel 4.6 :
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Regulasi Tegangan Generator Sinkron Beban Tidak Seimbang Hubung Delta
n = 1500 rpm If = 1,0 Amp
(ohm) (Volt) (Amp)
Dari tabel 4.6 di atas dapat di gambarkan kurva karakteristik antara variasi
beban terhadap regulasi tegangan generator sinkron beban tidak seimbang hubung
delta, seperti yang terlihat pada Gambar 4.6 berikut :
Gambar 4.6 Kurva Karakteristik Pengaturan Tegangan Generator Sinkron Beban Tidak Seimbang Hubung Delta
Dari grafik dapat kita lihat bahwa kurva mengalami kenaikan yang cukup
stabil dikarenakan pada fasa R dikenakan beban yang bertambah secara linear.
Pada fasa S kita dapat lihat bahwa grafik mengalami kenaikan dan penurunan
fasa T kita dapat lihat grafik mengalami kenaikan secara linear pula dikarenakan
pada fasa T dikenakan beban yang semakin menurun.
Analisis dan Perhitungan Efisiensi Generator Sinkron Hubung Delta 4.3.2
Untuk menghitung besar efisiensi generator sinkron hubung delta,
persamaan yang digunakan sama seperti Persamaan 4.6 – 4.8.
A. Beban Seimbang
Beban ke – 1 ( ZR = ZS = ZT = 5 Ohm)
, , ,
Efisiensi = ,
, x 100 % = 42 %
Beban ke – 2 ( ZR = ZS = ZT = 10 Ohm)
, , ,
Efisiensi = ,
, x 100 % = 32 %
Beban ke – 3 ( ZR = ZS = ZT = 15 Ohm)
, , ,
Efisiensi = ,
, x 100 % = 37 %
Beban ke – 4 ( ZR = ZS = ZT = 20 Ohm)
, , ,
Efisiensi = ,
Beban ke – 5 ( ZR = ZS = ZT = 25 Ohm)
, , ,
Efisiensi = ,
, x 100 % = 38 %
Beban ke – 6 ( ZR = ZS = ZT = 30 Ohm)
, , ,
Efisiensi = ,
, x 100 % = 37 %
Beban ke – 7 ( ZR = ZS = ZT = 35 Ohm)
, ,
Efisiensi = , x 100 % = 39 %
Beban ke – 8 ( ZR = ZS = ZT = 40 Ohm)
, , ,
Efisiensi = ,
, x 100 % = 37 %
Beban ke – 9 ( ZR = ZS = ZT = 45 Ohm)
, , ,
Efisiensi = ,
Beban ke – 10 ( ZR = ZS = ZT = 50 Ohm)
, ,
Efisiensi =
, x 100 % = 35 %
Data hasil perhitungan efisiensi pada generator sinkron beban seimbang hubung delta dapat dilihat pada Tabel 4.7 :
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Efisiensi Generator Sinkron Beban Seimbang Hubung Delta
n = 1500 rpm If = 1,0 Amp
No Beban (Ohm) V (Volt) Ia (Amp) Pout (Watt)
Pin (Watt)
Effisiensi (%)
R S T R S T R S T
1 5 5 5 11 12 11 3,13 3,19 3,21 108,02 259,4055 42%
2 10 10 10 15 15 15 3,05 3,09 3,21 140,25 431,797 32%
3 15 15 15 27 28 27 3,09 3,12 3,14 255,57 692,7015 37%
4 20 20 20 37 38 38 3,04 3,06 3,05 344,66 902,814 38%
5 25 25 25 47 48 48 3,11 3,21 3,19 453,37 1207,178 38%
6 30 30 30 54 54 53 3,07 3,08 3,05 493,75 1340,164 37%
7 35 35 35 67 67 67 2,99 3,08 3,08 613,05 1590,002 39%
8 40 40 40 69 69 69 2,89 2,95 2,94 605,82 1633,748 37%
9 45 45 45 80 80 82 2,98 3,04 3,05 731,7 1965,803 37%
10 50 50 50 78 80 79 2,87 2,89 3,05 696,01 1990,585 35%
Dari tabel 4.7 di atas dapat di gambarkan kurva karakteristik antara variasi
beban terhadap efisiensi generator sinkron beban seimbang hubung delta, seperti
Gambar 4.7 Kurva Karakteristik Efisiensi Generator Sinkron Beban Seimbang Hubung Delta
Kita dapat melihat dari grafik bahwa kurva mengalami penurunan secara
stabil kemudian ada kenaikan dari 32% menjadi 37% yang disusul dengan
kenaikan dan penurunan yang cukup tidak stabil. Hal ini dikarenakan kenaikan
beban pada tiap fasa seimbang namun penurunan dan kenaikan yang tidak stabil
itu dapat disebabkan oleh ketidakstabilan alat ukur.
Beban ke – 4
, , , ,
Efisiensi =
, x 100 % = 54 %
Beban ke – 5
, , , ,
Efisiensi =
, x 100 % = 55 %
Beban ke – 6
, , ,
Efisiensi =
, x 100 % = 46 %
Beban ke – 7
, , , ,
Efisiensi =
, x 100 % = 46 %
Beban ke – 8
, , , ,
Efisiensi =
, x 100 % = 51 %
Beban ke – 9
, , , ,
Efisiensi =
, x 100 % = 47 %
Beban ke – 10
, , , ,
Efisiensi =
Data hasil perhitungan efisiensi pada generator sinkron beban seimbang hubung delta dapat dilihat pada Tabel 4.8 :
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Efisiensi Generator Sinkron Beban Tidak Seimbang Hubung Delta
Dari tabel 4.8 di atas dapat di gambarkan kurva karakteristik antara variasi
beban terhadap efisiensi generator sinkron beban seimbang hubung delta, seperti
Gambar 4.8 Kurva Karakteristik Efisiensi Generator Sinkron Beban Tidak Seimbang Hubung Delta
Kita bisa lihat dari grafik bahwa kurva mengalami penurunan yang
awalnya cukup stabil dari 57% menjadi 55% kemudian turun secara drastis
menjadi 45% yang disusul dengan kenaikan menjadi 51%. Hal ini disebabkan
karena pada tiap fasa beban yang dikenakan tidak seimbang. Sehingga efisiensi
yang didapat menjadi tidak stabil. Namun kita dapat lihat bahwa efisiensi tertinggi
ada pada beban awal yaitu sebesar 58%.
4.4 Kurva Perbandingan Karakteristik dan Efisiensi Generator Sinkron Hubung Wye dan Hubung Delta Pada Saat Beban Seimbang dan Tidak Seimbang.
Kurva Perbandingan Karakteristik Generator Sinkron 4.4.1
Perbandingan pengaturan tegangan generator sinkron hubung wye dan
hubung delta pada saat beban seimbang dan tidak seimbang dapat dilihat pada
Gambar 4.9 dan Gambar 4.10 berikut : 20%
30% 40% 50% 60% 70% 80%
0 2 4 6 8 10 12
E
ffi
si
en
si
(%)
Gambar 4.9 Kurva Perbandingan Pengaturan Tegangan Generator Sinkron Hubung Wye dan Hubung Delta Pada Saat Beban Seimbang
Kita dapat lihat dari kurva perbandingan ini bahwa pengaturan tegangan
generator sinkron hubung wye lebih besar dari pengaturan tegangan generator
sinkron hubung delta. Dimana pada kurva hubung wye pengaturan tegangan
tertinggi adalah 90% saat pada hubung delta pengaturan tegangan tertinggi adalah
80%. Demikian juga pengaturan tegangan terendah hubung wye adalah 39% dan
hubung delta adalah 8%. 0%
10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
0 2 4 6 8 10 12
Penga
tu
ra
n
t
e
gan
gan
Variasi Beban
Gambar 4.10 Kurva Perbandingan Pengaturan Tegangan Generator Sinkron Hubung Wye dan Hubung Delta Beban Pada Saat Beban Tidak Seimbang
Dari grafik perbandingan pengaturan tegangan saat beban tidak seimbang
dapat kita lihat bahwa beban delta mempunyai pengaturan tegangan yang lebih
tinggi dari beban wye. Dimana pengaturan tegangan tertinggi adalah 45% dan
terendah adalah 34%. Pada hubung wye kita dapat lihat pengaturan tegangan
tertiggi adalah 19% dan terendah adalah 4%.
Kurva Perbandingan Efisiensi Generator Sinkron Hubung Wye dan 4.4.2
Hubung Delta Pada Saat Beban Seimbang dan Tidak Seimbang
Perbandingan Efisiensi generator sinkron hubung wye dan hubung delta
pada saat beban seimbang dan tidak seimbang dapat dilihat pada Gambar 4.11
dan Gambar 4.12 berikut : 0%
Gambar 4.11 Kurva Perbandingan Efisiensi Generator Sinkron Hubung Wye dan Hubung Delta Pada Saat Beban Seimbang
Dari grafik dapat kita lihat bahwa efisiensi generator hubung wye beban
seimbang lebih besar dari efisiensi generator hubung delta. Dimana pada hubung
wye efisiensi tertinggi adalah 75% dan terendah adalah 64%. Pada hubung delta,
efisiensi tertinggi adalah 43% dan terendah adalah 32%.
Dari grafik dapat kita lihat bahwa efisiensi generator sinkron hubung wye
beban tidak seimbang lebih besar dari pada hubung delta. Dimana pada hubung
wye, eifsiensi tertinggi adalah 68% dan terendah adalah 64%. Sedangkan pada
hubung delta, efisiensi tertinggi adalah 42% dan terendah adalah 32%.
Kurva Perbandingan Rugi-rugi Generator Sinkron Hubung Wye dan 4.4.3
Hubung Delta Pada Saat Beban Seimbang dan Tidak Seimbang
Perbandingan Rugi - rugi generator sinkron hubung wye dan hubung delta
pada saat beban seimbang dan tidak seimbang dapat dilihat pada Gambar 4.13
dan Gambar 4.14 berikut :
Gambar 4.13 Kurva Perbandingan Rugi-rugi Generator Sinkron Hubung Wye dan Hubung Delta Pada Saat Beban Seimbang
Dari grafik dapat kita lihat bahwa rugi rugi hubung delta beban seimbang
lebih besar dari hubung wye beban seimbang. Dimana pada hubung delta, rugi
rugi tertinggi mencapai 1300 watt sedangkan pada hubung wye rugi rugi tertinggi
Gambar 4.14 Kurva Perbandingan Rugi-rugi Generator Sinkron Hubung Wye dan Hubung Delta Pada Saat Beban Tidak Seimbang
Dari grafik kita dapat lihat bahwa rugi rugi generator sinkron tidak
seimbang hubung wye lebih besar dari pada hubung delta. Dimana pada hubung
wye rugi rugi tertinggi mencapai 300 watt dan terendahnya hampir mencapai 240
watt. Sedangkan pada hubung delta rugi rugi tertinggi hanya 225 watt. 0
200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000
0 2 4 6 8 10 12
ru
gi
ru
gi
variasi beban
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pengaturan tegangan generator sinkron hubung wye pada beban
seimbang lebih besar dari pada pengaturan tegangan pada hubung delta,
yaitu sebesar 90 %. Lebih besar dari pada pengaturan tegangan hubung
delta yaitu sebesar 81 %. Dimana semakin lama pengaturan tegangan
semakin kecil. Pengaturan tegangan generator sinkron hubung delta
pada beban tidak seimbang juga lebih besar dibanding dengan
pengaturan tegangan pada hubung wye. Yaitu rata – rata tertinggi
sebesar 46 % pada beban hubung delta dan 18 % pada beban hubung
wye.
2. Efisiensi generator sinkron dengan beban seimbang hubung wye lebih
besar dari pada generator sinkron dengan beban seimbang hubung delta,
pada beban hubung wye efisiensi tertinggi yaitu sebesar 75 % sedangkan
pada beban hubung delta efisiensi tertinggi yaitu sebesar 42 %.
Effisiensi generator dengan beban tidak seimbang hubung wye
dibandingkan dengan generator dengan beban tidak seimbang hubung
delta yaitu sebesar 68 % pada beban hubung wye dan 57% pada beban
hubung delta.
5.2 Saran
Adapun saran dari penulis sebagai pengembangan tugas akhir ini adalah
sebagai berikut :
1. Melakukan penelitian dengan kombinasi beban yang lebih bervariasi
lagi untuk melihat pengaruhnya terhadap efisiensi generator sinkron
tersebut.
2. Sebaiknya penelitian selanjutnya dilakukan pada beban RLC dengan
rangkaian paralel untuk melihat pengaruhnya.
3. Dalam penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan proteksi