BAB III
METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain.
Peneliti menganalisis pengaruh Kompetensi, Independensi, Etika Profesi, dan Pengalaman Auditor Terhadap Kualitas Audit, dimana kompetensi, independensi, etika profesi, dan pengalaman auditor variabel yang mempengaruhi, sedangkan kualitas audit merupakan variabel yang dipengaruhi.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian
3.2.2 Waktu Penelitian
Adapun waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober-Desember 2016.
3.3 Batasan Operasional
Penelitian ini memiliki batasan operasional, yaitu:
1. Penelitian ini hanya menggunakan 4 variabel bebas, yaitu : Kompetensi, Independensi, Etika Profesi dan Pengalaman Auditor.
2. Terkadang responden sengaja memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur sehingga sulit ditemukan validitas datanya.
3. Objek penelitian ini hanya dilakukan di Kantor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Wilayah Sumatera Utara di Jl. Gatot Subroto Km 5,5 Medan.
3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Defenisi operasional variabel adalah cara menemukan dan mengukur variabel-variabel dengan merumuskan secara singkat dan jelas, serta tidak menimbulkan berbagai tafsiran. Semua pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel-variabel dalam penelitian dapat dilihat dalam lampiran kuesioner.
1. Variabel Kualitas Audit (Y)
dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi pemerintah yang berpedoman pada standar audit yang telah ditetapkan.
2. Variabel Kompetensi (X1)
Kompetensi dalam pengauditan merupakan pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan auditor untuk dapat melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama. Perilaku kompetensi auditor di sektor publik selalu meningkatkan kemahiran, profesi, keefektifan dan kualitas hasil pekerjaan, keahlian dan keterampilan yang dimiliki. Kompetensi dikukur dengan menggunakan pertanyaan yang menggambarkan mutu personal, keahlian khusus yang dimilki auditor, dan pengtahuan umum yang dimiliki oleh auditor.
3. Variabel Independensi (X2)
Independensi adalah kebebasan posisi auditorbaik dalam sikap maupun penampilan dalam hubungannya dengan pihak lain yang terkait dengan tugas audit yang dilaksanakannya. Independensi merupakan penggunaan cara pandang yang tidak biasa dalam pelaksanaan audit, evaluasi hasil pengujian dan pelaporan audit. Independensi diukur dengan menggunakan pertanyaan tentang penyusunan program, pelaksanaan untuk melakukan audit dan pelaporan.
4. Variabel Etika Profesi (X3)
aplikasi seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh kalangan profesi akuntan publik. Etika profesi adalah prinsip atau teori yang mengatur bagaimana seorang yang menjalankan profesinya (dalam hal ini adalah auditor) harus bertindak dan menjalankan pekerjaannya sesuai prinsip tersebut.
5. Variabel Pengalaman Auditor (X4)
Pengalaman akuntan publik akan semakin seiring dengan semakin lamanya audit yang pernah dilakukan serta kompleksitas transaksi keuangan perusahaan yang diaudit sehingga akan menambah dan memperluas pengetahuan dibidang akuntansi dan auditing.
Pengalaman auditor adalah pengalaman kerja auditor dalam melakukan pengauditan yang dilihat dari segi lamanya bekerja auditor dan banyaknya tugas pemeriksaan yang telah dilakukan. Pengalaman auditor diukur dengan menggunakan pertanyaan tentang banyaknya tugas pemeriksaan yang dilakukan auditor dan lamanya bekerja sebagai auditor.
Tabel 3.1
Ringkasan Indikator Penelitian Variabel
Penelitian Indikator Skala
Kualitas Audit (Y)
a. Keakuratan Temuan Audit
b. Kualitas Laporan Hasil Pemeriksaan
c. Kesesuaian Pemeriksaan
Likert
Kompetensi (X1)
a. Mutu Personal b. Keahlian Khusus c. Pengetahuan Umum
Independensi (X2)
a. Independensi Penyusunan Program
b. Independensi Pelaksanaan c. Independensi Pelaporan
Likert
Etika Profesi (X3)
a. Integritas b. Objektivitas
c. Kompetensi dan Kehati – hatian Profesional
d. Kerahasiaan
e. Perilaku Profesional
Likert
Pengalaman Auditor (X4)
a. Banyaknya Tugas Pemeriksaan b. Lamanya Bekerja Sebagai
Auditor
Likert
3.5 Skala Pengukuran Variabel
Skala yang dipakai dalam penyusunan kuesioner adalah skala ordinal atau sering disebut skala Likert, yaitu skala yang berisi lima tingkat preferensi jawaban dengan pilihan sebagai berikut:
Tabel 3.2
Instrumen Skala Likert
No Jawaban Skor
1 Sangat Setuju (SS) 5
2 Setuju (S) 4
3 Netral (N) 3
4 Tidak Setuju (TS) 2
5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian 3.6.1 Populasi Penelitian
Populasi akan memberikan gambaran yang tepat tentang berbagai kejadian, namun jumlah yang besar, daerah yang luas, variasi yang banyak, akan membutuhkan biaya banyak dan waktu yang sama (Yusuf, 2013:144). Populasi penelitian ini adalah auditor yang bekerja di BPKP Perwakilan Sumatera Utara, jumlah seluruh auditor yang ada di BPKP sebanyak 130 auditor.
3.6.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari populasi yang terpilih dan mewakili populasi tersebut. Sebagian dan mewakili dalam batasan di atas merupakan dua kata kunci dan merujuk kepada semua ciri populasi dalam jumlah yang terbatas pada masing-masing karakteristiknya (Yusuf, 2013:150).
Untuk mengurangi heterogenitas populasi, maka peneliti perlu menentukan suatu kriteria agar populasinya bisa lebih homogen. Setelah peneliti bisa memprakirakan bahwa sub populasinya sudah mendekati homogen, maka pengambilan sampel secara random bisa dilakukan di sub populasi tersebut. Cara ini biasa disebut dengan
Adapun kriteria yang digunakan dalam penelitian ini yaitu karyawan berlatar belakang pendidikan minimal S1
3.7 Jenis Data
Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data primer dan data
sekunder. Jenis data didalam penelitian ini adalah:
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden yang terpilih di lokasi penelitian. Data primer penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan kuesioner pada pegawai di Kantor BPKP Perwakilan Sumatera Utara.
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi dokumentasi, baik
dari buku ataupun jurnal-jurnal/riset/artikel penelitian, internet dan
literatur terkait lainnya. Data sekunder meliputi telaah literatur untuk
membentuk landasan teori, melalui penelitian terdahulu atau teori yang
telah ada untuk mengukur variabel-variabel penelitian.
3.8 Metode Pengumpulan Data
3. 9 Uji Kualitas Data
Pengujian kualitas data yang dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner, maka kesediaan dan ketelitian dari para responden untuk menjawab setiap pertanyaan variabel-variabel yang merupakan suatu hal penting dalam penelitian ini. Kebebasan suatu jawaban sangat ditentukan oleh alat ukur yang ditemukan. Untuk itu, dalam melakukan uji kualitas data atas data primer ini peneliti melakukan uji validitas dan uji reliabilitas.
3.9.1 Uji Validitas Data
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2005:45).
Mensyaratkan nilai r yang paling diperoleh dikonsultasikan dengan nilai r kritis=0,30
1. Pada taraf signifikan 5%, Jika nilai r dihitung ≥ r kritis, maka d ata dikatakan “valid”
2. Pada taraf signifikan 5%, Jika nilai r terhitung ≤ r kritis, maka data dikatakan “tidak valid”
3.9.2 Uji Reliabilitas
2005:41). SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik cronbanch alpha. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai cronbanch alpha lebih besar dari 0,6.
3.10 Uji Asumsi Klasik
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Sebelum melakukan pengujian regresi, terdapat beberapa asumsi yangharus dipenuhi agar data yang akan dimasukkan dalam model regresi telah memenuhi ketentuan dan syarat dalam regresi. Uji asumsi klasik dalam penelitian ini mencakup uji normalitas, multikolinieritas dan heteroskedastisitas.
3.10.1 Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji F dan uji T mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali, 2005:110).
3.10.2 Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas dapat dideteksi dengan menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen atau dengan menggunakan perhitungan nilai Tolerance dan VIF. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (lebih dari 0,900) maka hal ini menunjukkan adanya multikolinearitas atau jika nilai Tolerance
kurang dari 0,100 atau nilai VIF lebih dari 10, maka hal ini menunjukkan adanya multikolinearitas.
3.10.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas menurut Ghozali (2005:105) uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Kebanyakan data crossection
mengandung situasi heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang dan besar). 3.10.4 Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas (independent) yaitu: pengaruh Kompetensi (X1), Independensi (X2), Etika Profesi (X3), dan Pengalaman Auditor (X4), variabel terikat (dependent) kualitas audit (Y) Kantor Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara. Adapun bentuk persamaan regresi linier berganda yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
Y = a0 + a1X1 + a2X2 + a3X3 + a4X4 + ε
Keterangan : Y = Kualitas Audit a1, a2, a3, a4 = Koefisien Regresi
X1 = Kompetensi X2 = Independensi X3 = Etika Profesi
X4 = Pengalaman Auditor
ε = Kesalahan Pengganggu (error)
3.11 Uji Hipotesis
3.11.1 Uji t (Regresi Parsial)
diterima dan H1 ditolak. Hal ini dapat juga dikatakan sebagai berikut:
H0 ditolak jika t hitung > t tabel H0 diterima jika t hitung < t tabel
Tingkat kepercayaan adalah 95% ( α = 0,05 ).
3.11.2 Uji F (Regresi Simultan)
Pengujian F atau pengujian model digunakan untuk mengetahui apakah hasil dari analisis regresi signifikan atau tidak, dengan kata lain model yang diduga tepat/sesuai atau tidak. Jika hasilnya signfikan, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Sedangkan jika hasilnya tidak signifikan, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini dapat juga dikatakan sebagai berikut:
H0 ditolak jika F hitung > F tabel H0 diterima jika F hitung < F tabel Tingkat kepercayaan adalah 95% ( α = 0,05 ).
3.11.3 Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
sebaliknya nilai semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi semakin lemah. Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut:
0.00 – 0.199 = Sangat Rendah 0.20 – 0.399 = Rendah
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini dilihat berdasarkan jenis kelamin, usia, lama bekerja, dan pendidikan.
Tabel 4.1 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Perempuan 41 68,3
Laki-Laki 19 31,7
Total 60 100
Sumber : Data Primer Diolah
Berdasarkan Tabel 4.1, diketahui dari 60 responden yang diteliti, 41 (68,3%) berjenis kelamin perempuan, sementara 19 (31,7%) berjenis kelamin laki-laki.
Tabel 4.2 Karakteristik Responden berdasarkan Usia
Usia Frekuensi Persentase (%)
21-25 Tahun 7 11,7
26-30 Tahun 20 33,3
>30 Tahun 33 55
Total 60 100
Sumber : Data Primer Diolah
Tabel 4.3 Karakteristik Responden berdasarkan Lama Bekerja
Lama Bekerja Frekuensi Persentase (%)
1-5 Tahun 21 35
6-10 Tahun 30 50
>10 Tahun 9 15
Total 60 100
Sumber : Data Primer Diolah
Berdasarkan Tabel 4.3, diketahui dari 60 responden yang diteliti, 21 (35%) responden bekerja dengan lama bekerja 1-5 tahun, 30 (50%) bekerja dengan lama bekerja 6-10 tahun, dan 9 (15%) responden bekerja dengan lama >10 tahun.
Tabel 4.4 Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan
Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
S1 49 81,7
S2 11 18,3
Total 60 100
Sumber : Data Primer Diolah
Berdasarkan Tabel 4.4, diketahui dari 60 responden yang diteliti, 49 (81,7%) berpendidikan S1, sementara 11 (18,3%) responden berpendidikan S2.
4.2 Hasil Uji Kualitas Data 4.2.1 Uji Validitas
Tabel 4.5 Uji Validitas Pertanyaan-Pertanyaan pada Variabel Kompetensi
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Tabel 4.6 Uji Validitas Pertanyaan-Pertanyaan pada Variabel Independensi
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Tabel 4.7 Uji Validitas Pertanyaan-Pertanyaan pada Variabel Etika Profesi
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Tabel 4.8 Uji Validitas Pertanyaan-Pertanyaan pada Variabel Pengalaman Auditor
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Tabel 4.9 Uji Validitas Pertanyaan-Pertanyaan pada Variabel Kualitas Audit
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Nilai patokan untuk uji validitas adalah koefisien korelasi (Corrected Item-Total Correlation) yang mendapat nilai lebih besar dari 0,3. Berdasarkan hasil uji validitas pada Tabel 4.5 hingga Tabel 4.9, diketahui seluruh pertanyaan bersifat valid.
4.2.2 Uji Reliabilitas
Berikut hasil dari uji reliabilitas terhadap butir-butir pertanyaan yang valid.
Tabel 4.10 Uji Reliabilitas pada Variabel Kompetensi, Independensi, Etika Profesi, Pengalaman Auditor, dan Kualitas Audit
Variabel Nilai Alpha Cronbach
Kompetensi
Jika nilai Alpha Cronbach lebih besar dari 0,6, maka kuesioner penelitian bersifat reliabel. Diketahui bahwa kuesioner bersifat reliabel, karena nilai Alpha Cronbach lebih besar dari 0,6.
4.3 Statistika Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu data yang dilihat dari distribusi frekuensi dan persentase, dari variabel kompetensi, independensi, etika profesi, pengalaman auditor, dan kualitas audit.
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kompetensi
Dari tabel 4.11 dapat dilihat bahwa:
1. Pada butir pertanyaan 1 (Auditor harus mampu bekerjasama dalam tim) terlihat bahwa sebanyak 3 responden (5%) menjawab tidak setuju, 24 responden (40%) menjawab netral, 23 responden (38,3%) menjawab setuju, 10 responden (16,7) menjawab sangat setuju.
2. Pada butir pertanyaan 2 (Auditor harus memiliki rasa ingin tahu yang besar, berpikiran luas serta mampu menangani ketidakpastian) terlihat bahwa sebanyak 4 responden (6,67%) menjawab tidak setuju, 25 responden (41,7%) menjawab netral, 25 responden (41,7%) menjawab setuju, 6 responden (10%) menjawab sangat setuju.
3. Pada butir pertanyaan 3 (Auditor harus dapat menerima bahwa tidak ada solusi yang mudah, serta menyadari bahwa beberapa temuan dapat bersifat subyektif) terlihat bahwa sebanyak 4 responden (6,67%) menjawab tidak setuju, 30 responden (50%) menjawab netral, 21 responden (35%) menjawab setuju, 5 responden (8,33%) menjawab sangat setuju.
4. Pada butir pertanyaan 4 (Auditor memiliki keahlian untuk menulis serta memprestasikan laporan dengan baik) terlihat bahwa sebanyak 3 responden (5%) menjawab tidak setuju, 27 responden (45%) menjawab netral, 20 responden (33,3%) menjawab setuju, 10 responden (16,7%) menjawab sangat setuju.
menjawab netral, 25 responden (41,7%) menjawab setuju, 12 responden (20%) menjawab sangat setuju.
6. Pada butir pertanyaan 6 (Auditor harus memiliki pengetahuan auditing dan pengetahuan tentang sektor publik) terlihat bahwa sebanyak 3 responden (5%) menjawab tidak setuju, 23 responden (38,3%) menjawab netral, 22 responden (36,7%) menjawab setuju, 12 responden (20%) menjawab sangat setuju.
7. Pada butir pertanyaan 7 (Auditor harus memiliki kemampuan untuk melakukan review analitis) terlihat bahwa sebanyak 4 responden (6,67%) menjawab tidak setuju, 25 responden (41,7%) menjawab netral, 25 responden (41,7%) menjawab setuju, 6 responden (10%) menjawab sangat setuju.
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi dan Persentase Independensi
Pertanyaa Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (dapat diolah)
1. Pada butir pertanyaan 1 (Penyusunan program audit bebas dari usaha-usaha pihak lain untuk menentukan subyek pekerjaan pemeriksaan) terlihat sebanyak 2 responden (3,33%) menjawab tidak setuju, 12 responden (20%) menjawab netral, 38 responden (63,3%) menjawab setuju, 8 responden (13,3%) menjawab sangat setuju.
2. Pada butir pertanyaan 2 (Penyusunan program audit bebas dari campur tangan pimpinan (pejabat) untuk menentukan, mengeliminasi atau memodifikasi bagian-bagian tertentu yang diperiksa) terlihat bahwa sebanyak 2 responden (3,33%) menjawab tidak setuju, 23 responden (38,3) menjawab netral, 25 responden (41,7%) menjawab setuju, 10 responden (16,7%) menjawab sangat setuju.
3. Pada butir pertanyaan 3 (Penyusunan program audit bebas dari intervensi pimpinan tentang prosedur yang dipilih auditor) terlihat bahwa sebanyak 2 responden (3,33%) menjawab tidak setuju, 25 responden (41,7%) menjawab netral, 23 responden (38,3%) menjawab setuju, 10 responden (16,7%) menjawab sangat setuju.
4. Pada butir pertanyaan 4 (Pelaksanaan pemeriksaan harus bekerjasama dengan majerial selama proses pemeriksaan) terlihat bahwa sebanyak 2 responden (3,33%) menjawab tidak setuju, 20 responden (33,3%) menjawab netral, 27 responden (45%) menjawab setuju, 11 responden (18,3%) menjawab sangat setuju.
bahwa sebanyak 2 responden (3,33%) menjawab tidak setuju, 10 responden (16,7%) menjawab netral, 43 responden (71,7%) menjawab setuju, 5 responden 8,33%) menjawab sangat setuju.
6. Pada butir pertanyaan 6 (Pelaporan hasil audit bebas dari bahasa istilah yang menimbulkan multitafsir) terlihat bahwa sebanyak 2 responden (3,33%) menjawab tidak setuju, 12 responden (20%) menjawab netral, 38 responden (63,3%) menjawab setuju, 8 responden (13,3%) menjawab sangat setuju.
7. Pada butir pertanyaan 7 (Pelaporan bebas dari usaha pihak lain untuk mempengaruhi pertimbangan pemeriksaan terhadap isi laporan audit) terlihat bahwa sebanyak 2 responden (3,33%) menjawab tidak setuju, 22 responden (36,7%) menjawab netral, 28 responden (46,7%) menjawab setuju, 8 responden (13,3%) menjawab sangat setuju.
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi dan Persentase Etika profesi Pertanya Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (dapat diolah)
1. Pada butir pertanyaan 1 (Sebagai seorang auditor, diwajibkan bersikap jujur terhadap pekerjaan yang dilakukan) terlihat bahwa sebanyak 4 responden (6,67%) menjawab tidak setuju, 9 responden (15%) menjawab netral, 38 responden (63,3%) menjawab setuju, 9 responden (15%) menjawab sangat setuju.
2. Pada butir pertanyaan 2 (Dalam melakukan pekerjaan, pelayanan dan kepercayaan dari publik merupakan hal penting yang harus dijaga) terlihat bahwa sebanyak 4 responden (6,67%) menjawab tidak setuju, 19 responden (31,7%) menjawab netral, 28 responden (46,7%) menjawab setuju, 9 responden (15%) menjawab sangat setuju.
3. Pada butir pertanyaan 3 (Dalam mengambil keputusan terhadap hasil pemeriksaan Laporan Keuangan, auditor harus bersikap adil, tidak bias dan bebas dari pengaruh pihak ketiga) terlihat bahwa sebanyak 4 responden (6,67%) menjawab tidak setuju, 21 responden (35%) menjawab netral, 22 responden (36,7%) menjawab setuju, 13 responden (21,7%) menjawab sangat setuju.
4. Pada butir pertanyaan 4 (Auditor harus berhati-hati dan mematuhi standar teknis dalam memberikan jasa) terlihat bahwa sebanyak 3 responden (5%) menjawab tidak setuju, 17 responden (28,3%) menjawab netral, 29 responden (48,3%) menjawab setuju, 11 responden (18,3%) menjawab sangat setuju.
responden (5%) menjawab tidak setuju, 8 responden (13,3%) menjawab netral, 44 responden (73,3%) menjawab setuju, 5 responden (8,33%) menjawab sangat setuju.
6. Pada butir pertanyaan 6 (Segala informasi tentang klien harus dijaga dan auditor tidak mengambil keuntungan pribadi atas informasi tersebut) terlihat bahwa sebanyak 3 responden (5%) menjawab tidak setuju, 13 responden (21,7%) menjawab netral, 34 responden (56,7%) menjawab setuju, 10 responden (16,7%) menjawab sangat setuju.
7. Pada butir pertanyaan 7 (Auditor berkewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi) terlihat bahwa sebanyak 3 responden (5%) menjawab tidak setuju, 17 responden (28,3%) menjawab netral, 31 responden (51,7%) menjawab setuju, 9 responden (15%) menjawab sangat setuju.
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengalaman Auditor Pertanyaa Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (dapat diolah)
1. Pada butir pertanyaan 1 (Banyaknya tugas yang dihadapi memberikan kesempatan untuk belajar dari kegagalan dan keberhasilan yang pernah dialami) terlihat bahwa sebanyak 2 responden (3,33%) menjawab tidak setuju, 10 responden (16,7%) menjawab netral, 40 responden (66,7%) menjawab setuju, 8 responden (13,3%) menjawab sangat setuju.
2. Pada butir pertanyaan 2 (Banyaknya tugas pemeriksaan membutuhkan ketelitian dan kecermatan dalam menyelesaikan) terlihat bahwa sebanyak 2 responden (3,33%) menjawab tidak setuju, 17 responden (28,3%) menjawab netral, 27 responden (45%) menjawab setuju, 14 responden (23,3%) menjawab sangat setuju.
3. Pada butir pertanyaan 3 (Banyaknya tugas yang diterima dapat memacu auditor untuk menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dan tanpa terjadi penumpukan tugas) terlihat bahwa sebanyak 2 responden (3,33%) menjawab tidak setuju, 14 responden (23,3%) menjawab netral, 30 responden (50%) menjawab setuju, 14 responden (23,3%) menjawab sangat setuju.
4. Pada butir pertanyaan 4 (Kekeliruan dalam pengumpulan dan pemilihan bukti serta informasi dapat menghambat proses penyelesaian pekerjaannya)terlihat bahwa sebanyak 1 responden (1,67%) menjawab tidak setuju, 15 responden (25%) menjawab netral, 35 responden (58,3%) menjawab setuju, 9 responden (15%) menjawab sangat setuju.
bahwa sebanyak 1 responden (1,67%) menjawab tidak setuju, 10 responden (16,7%) menjawab netral, 44 responden (73,3%) menjawab setuju, 5 responden (8,3%) menjawab sangat setuju.
6. Pada butir pertanyaan 6 (Semakin lama bekerja, semakin dapat mengetahui informasi yang relevan untuk mengambil keputusan) terlihat bahwa sebanyak 1 responden (1,67%) menjawab tidak setuju, 9 responden (15%) menjawab netral, 42 responden (70%) menjawab setuju, 8 responden (13,3%) menjawab sangat setuju.
7. Pada butir pertanyaan 7 (Semakin lama menjadi auditor, semakin mengerti menghadapi entitas pemeriksaan dalam memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan) terlihat bahwa sebanyak 1 responden (1,67%) menjawab tidak setuju, 19 responden (31,7%) menjawab netral, 25 responden (41,7%) menjawab setuju, 15 responden (25%) menjawab sangat setuju.
Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kualitas Audit
Pertanyaan STS TS N S SS Total Rata-Rata Min Max f % f % f % f % f % f %
y11 0 0 3 5 0 0 31 51.7 26 43.3 60 60 4.33 2 5
y12 0 0 3 5 0 0 30 50 27 45 60 60 4.35 2 5 y13 0 0 3 5 0 0 20 33.3 37 61.7 60 60 4.52 2 5 y14 0 0 3 5 0 0 32 53.3 25 41.7 60 60 4.32 2 5 y15 0 0 3 5 0 0 16 26.7 41 68.3 60 60 4.58 2 5
y16 0 0 3 5 0 0 32 53.3 25 41.7 60 60 4.32 2 5 y17 0 0 3 5 0 0 40 66.7 17 28.3 60 60 4.18 2 5 Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (dapat diolah)
Dari tabel 4.15 dapat dilihat bahwa:
terlihat bahwa sebanyak 3 responden (5%) menjawab tidak setuju, 31 responden (51,7%) menjawab setuju, 26 responden (43,3%) menjawab sangat setuju.
2. Pada butir pertanyaan 2 (Saya tidak pernah melakukan rekayasa. Temuan apapun saya laporkan apa adanya) terlihat bahwa sebanyak 3 responden (5%) menjawab tidak setuju, 30 responden (50%) menjawab setuju, 27 responden (45%) menjawab sangat setuju.
3. Pada butir pertanyaan 3 (Kekeliruan dalam pengumpulan dan pemilihan bukti serta informasi dapat menghambat proses penyelesaian pekerjaannya) terlihat bahwa sebanyak 3 responden (5%) menjawab tidak setuju, 30 responden (33,3%) menjawab setuju, 37 responden (61,7%) menjawab sangat setuju.
4. Pada butir pertanyaan 4 (Laporan mengungkapkan hal-hal yang merupakan masalah yang belum dapat diselesaikan sampai berakhirnya pemeriksaan) terlihat bahwa sebanyak 3 responden (5%) menjawab tidak setuju, 32 responden (53,3%) menjawab setuju, 25 responden (41,75) menjawab sangat setuju.
6. Pada butir pertanyaan 6 (Proses pengumpulan dan pengujian bukti harus dilakukan dengan maksimal untuk mendukung kesimpulan, temuan audit serta rekomendasi yang terkait) terlihat bahwa sebanyak 3 responden (5%) menjawab tidak setuju, 32 responden (53,3%) menjawab setuju, 25 responden (41,7%) menjawab sangat setuju.
7. Pada butir pertanyaan 7 (Dalam melaksanakan pemeriksaan, auditor harus mematuhi kode etik yang ditetapkan) terlihat bahwa sebanyak 3 responden (5%) menjawab tidak setuju, 40 responden (66,7%) menjawab setuju, 17 responden (28,3%) menjawab sangat setuju.
4.4 Uji Asumsi Klasik 4.4.1 Uji Normalitas
Dalam penelitian ini, uji normalitas terhadap residual dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Tingkat signifikansi yang digunakan � = 0,05. Dasar pengambilan keputusan adalah melihat angka probabilitas �, dengan ketentuan sebagai berikut.
Jika nilai probabilitas � ≥ 0,05, maka asumsi normalitas terpenuhi. Jika probabilitas < 0,05, maka asumsi normalitas tidak terpenuhi.
Tabel 4.16 Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 60
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation 3.05498058 Most Extreme Differences Absolute .132
Positive .080
Negative -.132
Kolmogorov-Smirnov Z 1.022
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 60
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation 3.05498058 Most Extreme Differences Absolute .132
Positive .080
Negative -.132
Kolmogorov-Smirnov Z 1.022
Asymp. Sig. (2-tailed) .247
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.16, diketahui nilai probabilitas p atau Asymp. Sig. (2-tailed)sebesar 0,247. Karena nilai probabilitas p, yakni 0,247, lebih besar dibandingkan tingkat signifikansi, yakni 0,05. Hal ini berarti asumsi normalitas dipenuh
Gambar 4.1
Uji Normalitas dengan Normal Probability Plot
Berdasarkan hasil uji normalitas dengan normal probability plot
4.4.2 Uji Multikolinearitas
Untuk memeriksa apakah terjadi multikolinearitas atau tidak dapat dilihat dari nilai variance inflation factor (VIF). Nilai VIF yang lebih dari 10 diindikasi suatu variabel bebas terjadi multikolinearitas.
Tabel 4.17 Uji Multikolinearitas
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Kompetensi (X1) .517 1.935
Independensi (X2) .810 1.234
Etika Profesi (X3) .693 1.444
Pengalaman Auditor (X4) .500 2.001
Nilai VIF dari kompetensi adalah 1,935,nilai VIF dari independensi adalah 1,234, nilai VIF dari etika profesi adalah 1,444, dan nilai VIF dari pengalaman auditor adalah 2,001.Diketahui nilai VIF dari kompetensi, independensi, etika profesi, dan pengalaman auditor tidak lebih dari 10, maka diindikasi tidak terjadi multikolinearitas. 4.4.3 Uji Heteroskedastisitas
Tabel 4.18 Uji Heteroskedastisitas (Uji Glejser)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 7.038 1.867 3.770 .000
Kompetensi (X1) -.099 .075 -.221 -1.323 .191
Independensi (X2) .085 .061 .186 1.391 .170
Etika Profesi (X3) -.015 .058 -.036 -.250 .803
Pengalaman Auditor (X4) -.140 .079 -.303 -1.786 .080 a. Dependent Variable: abs_residual_Glejser
Berdasarkan Tabel 4.18, diketahui:
Nilai Sig. kompetensi dari uji Glejser adalah 0,191,
Nilai Sig. independensi dari uji Glejser adalah 0,170,
Nilai Sig. etika profesi dari uji Glejser adalah 0,803,
dan nilai Sig. pengalaman auditor dari uji Glejser adalah 0,080.
Karena seluruh nilai Sig. lebih besar dari 0,05 (tidak signifikan), maka disimpulkan bahwa tidak terjadi.
4.5 Analisis Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (�2) merupakan suatu nilai (nilai proporsi) yang mengukur seberapa besar kemampuan variabel-variabel bebas yang digunakan dalam persamaan regresi, dalam menerangkan variasi variabel tak bebas.
Tabel 4.19 Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .727a .528 .494 3.16412
a. Predictors: (Constant), Pengalaman Auditor (X4), Independensi (X2), Etika Profesi (X3), Kompetensi (X1)
Berdasarkan Tabel 4.19, nilai koefisien determinasi �2 terletak pada kolom Adjusted R-Square. Diketahui nilai koefisien determinasi sebesar
�2 = 0,494. Nilai tersebut berarti seluruh variabel bebas, yakni kompetensi,
independensi, etika profesi, dan pengalaman auditor, secara simultan mempengaruhi variabel kualitas audit sebesar 49,4%, sisanya sebesar 50,6% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
4.6 Uji Signifikansi Pengaruh Simultan (Uji �)
Uji � bertujuan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel tak bebas.
Tabel 4.20 Uji Pengaruh Simultan dengan Uji �
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 615.759 4 153.940 15.376 .000a
Residual 550.641 55 10.012
Total 1166.400 59
a. Predictors: (Constant), Pengalaman Auditor (X4), Independensi (X2), EtikaProfesi (X3), Kompetensi (X1)
b. Dependent Variable: Kualitas Audit (Y)
Berdasarkan Tabel 4.20, diketahui nilai F hitung adalah 15,376 dan nilai F tabel adalah 2,539. Berikut kriteria untuk menentukan signifikansi pengaruh simultan berdasarkan uji F.
Df1 = 4 (X1, X2, X3, X4)
Gambar 4.2 Menghitung F Tabel dengan Rumus FINV dalam Microsoft Excel
Jika F hitung > F tabel, pengaruh simultan signifikan. Jika F hitung < F tabel, pengaruh simultan tidak signifikan.
Karena nilai F hitung, yakni 15,376, lebih besar dibandingkan F tabel 2,539, maka variabel kompetensi (X1), independensi (X2), etika profesi (X3), dan pengalaman auditor (X4), secara bersama-sama atau simultan, berpengaruh signifikan (secara statistika) terhadap kualitas audit (Y).
Kriteria lain untuk menguji signifikansi pengaruh simultan adalah dengan membandingkan nilai probabilitas (Sig.) terhadap tingkat signikansi 0,05. Berikut kriteria untuk menentukan signifikansi pengaruh simultan berdasarkan nilai probabilitas.
Jika nilai probabilitas (Sig.) > 0,05, pengaruh simultan tidak signifikan. Jika nilai probabilitas (Sig.) < 0,05, pengaruh simultan signifikan.
Karena probabilitas, yakni 0.000, lebih kecil dibandingkan 0,05, maka kompetensi (X1), independensi (X2), etika profesi (X3), dan pengalaman auditor (X4), secara bersama-sama atau simultan, berpengaruh signifikan (secara statistika) terhadap kualitas audit (Y).
Tabel 4.21 menyajikan nilai koefisien regresi, serta nilai statistik t untuk pengujian pengaruh secara parsial.
Tabel 4.21 Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji �)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 3.578 3.875 .923 .360
Kompetensi (X1) .373 .156 .309 2.394 .020
Independensi (X2) .001 .127 .000 .005 .996
Etika Profesi (X3) .301 .121 .278 2.499 .015 Pengalaman Auditor
(X4)
.349 .163 .281 2.143 .037
Berdasarkan Tabel 4.21, diperoleh persamaan regresi linear berganda sebagai berikut.
Y =3,578 + 0,373X1 + 0,001X2 + 0,301X3 + 0,349X4 + e Berdasarkan persamaan regresi linear berganda di atas, diketahui:
Nilai koefisien regresi dari kompetensi (X1) adalah 0.373, yakni bernilai
positif. Nilai tersebut dapat diinterpretasikan kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit (Y).
Nilai koefisien regresi dari independensi (X2) adalah 0.001, yakni bernilai
positif. Nilai tersebut dapat diinterpretasikan independensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit (Y).
Nilai koefisien regresi dari etika profesi (X3) adalah 0.301, yakni bernilai
positif. Nilai tersebut dapat diinterpretasikan etika profesi berpengaruh positif terhadap kualitas audit (Y).
Nilai koefisien regresi dari pengalaman auditor (X4) adalah 0.349, yakni
Kriteria pengambilan keputusan berdasarkan uji t sebagai berikut.
������ℎ������> |������|,�����������ℎ�����������������
������ℎ���� ��< |������|,�����������ℎ���������������������
Gambar 4.3
Menghitung t Tabel dengan Fungsi TINVdalam Microsoft Excel
Diketahui:
Nilai probabilitas (Sig.) dari kompetensi, yakni 0.020< 0,05 dan nilai
statistik t dari kompetensi 2,394 > nilai kritis t 2,004, maka variabel kompetensi (X1) berpengaruh signifikan (secara statistika) terhadap kualitas audit (Y), pada tingkat signifikansi 5%.
Nilai probabilitas (Sig.) dari independensi, yakni 0.996> 0,05 dan nilai
statistik t dari independensi 0,005 < nilai kritis t 2,004, maka variabel independensi (X2) tidak berpengaruh signifikan (secara statistika) terhadap kualitas audit (Y), pada tingkat signifikansi 5%.
Nilai probabilitas (Sig.) dari etika profesi, yakni 0.015< 0,05 dan nilai
profesi (X3) berpengaruh signifikan (secara statistika) terhadap kualitas audit (Y), pada tingkat signifikansi 5%.
Nilai probabilitas (Sig.) dari pengalaman auditor, yakni 0.037< 0,05 dan
nilai statistik t dari pengalaman auditor 2,143 > nilai kritis t 2,004, maka variabel pengalaman auditor (X4) berpengaruh signifikan (secara statistika) terhadap kualitas audit (Y), pada tingkat signifikansi 5%.
4.8 Pembahasan
4.8.1 Pengaruh Kompetensi Terhadap Kualitas Audit
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel independensi yang dimasukkan dalam regresi tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini diketahui bahwa nilai independensi (Sign t) 0,996 > 0,05. Selain dilihat dari nilai probabilitas, independensi dapat puladilihat dari nilai t hitung, dan diketahui nilai t hitung 0,005 ˂ t tabel 2,004 artinya independensi tidak berpengaruh secara signifikan (secara statistika) terhadap kualitas audit atau H0 diterima dan H1 ditolak. Sifatindependensi dalam penelitian ini diyakini tidak sepenuhnya memengaruhi kualitas audit.
4.8.3 Pengaruh Etika Profesi Terhadap Kualitas Audit
4.8.4 Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Kualitas Audit
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel pengalaman auditor yang dimasukkan dalam regresi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.Sesuai dengan hasil pengujian dengan memakai analisis regresi diketahui bahwa pengalaman auditor akan mempengaruhi kualitas audit. Personel audit berpengalaman memakai analisis yang lebih teliti, terinci dan runtut dalam mendeteksi gejala kekeliuran dibandingkan dengan analisis yang tidak berpengalaman. Berdasarkan uji t yang dilakukan dalam penelitian ini secara parsial pengalaman auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyimpangan perilaku audit di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan di Kota Medan. Pengaruh antara dua variabel ini dapat dilihat dari nilai t hitung sebesar 2,143 dan nilai probabilitas sebesar 0,037.
4.8.5 Pengaruh Kompetensi, Independensi, Etika Profesi dan Pengalaman Auditor Terhadap Kualitas Audit
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan:
1. Variabel kompetensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit yang ditunjukkan oleh nilai t hitung sebesar 2,394 yakni probabilitas sig 0,020 < 0,05. Dengan hubungan seperti itu terkandung arti bahwa makin tinggi/baik variabel kompetensi maka akan tinggi/baik variabel kualitas audit.
2. Variabelindependensiberpengaruhpositif,
namuntidaksignifikanterhadapkualitas audit yang ditunjukkan oleh nilai t hitung 0,005 yakni probabilitas sig 0,996 > 0,05. Dengan hubungan seperti itu terkandung arti bahwa independensitidakberpengaruhsecarasignifikan (secara statistika)terhadap kualitas audit. Sifat variabel independensidalampenelitianinidiyakinitidaksepenuhnyamemengaruhi variabel kualitas audit.
3. Variabeletikaprofesiberpengaruhpositifdansignifikanterhadapkualitas audit yang ditunjukkan oleh nilai t hitung 2,499 yakni probabilitas sig 0,015 < 0,05. Dengan hubungan seperti itu terkandung arti bahwa makin tinggi/baik variabel etika profesi maka akan tinggi/baik variabel kualitas audit.
4. Variabelpengalaman auditor
oleh nilai t hitung 2,143 yakni probabilitas sig 0,037 < 0,05. Dengan hubungan seperti itu terkandung arti bahwa makin tinggi/baik variabel pengalaman auditor maka akan tinggi/baik variabel kualitas audit.
5. Seluruh variable bebas, yaknikompetensi, independensi, etikaprofesi, danpengalaman auditor, secarasimultanmempengaruhi variable kualitas audit sebesar 49,4%, sisanyasebesar 50,6% dipengaruhiolehfaktor-faktor lain.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat peneliti berikan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagipenelitiberikutnyadisarankanmenambahvariabel lain yang berkaitan erat secarateoriterhadap kualitas audit agar hasilpenelitiandapatdiperluas. 2. Kualitas audit yang dilaporkan oleh auditor di BPKP Perwakilan Provinsi
Sumatera Utara masih belum mencapai tingkat kualitas yang baik, sebaiknya perlu ada pembenahan atau perbaikan dalam pejabat/internal auditor itu sendiri agar meningkatkan kualitas audit.
3. Sebaiknya dalam usaha meningkatkan kualitas audit, karyawan, pimpinan beserta bagian yang terkait lainnya dapat meningkatkan kompetensi, independensi, etika profesi dan pengalaman auditor untuk meningkatkan