• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peralihan Profesi Petani Sawah Menjadi Buruh Pabrik (Studi Deskriptif Buruh Pabrik PT.Sumatera Specialty Coffees di Desa Pohan Tonga Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peralihan Profesi Petani Sawah Menjadi Buruh Pabrik (Studi Deskriptif Buruh Pabrik PT.Sumatera Specialty Coffees di Desa Pohan Tonga Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1Teori Mobilitas Sosial

2.1.1. Defenisi Mobilitas Sosial

Mobilitas sosial adalah bentuk perpindahan status dan peranan seseorang atau

sekelompok orang dari kelas sosial yang lebih rendah ke kelas sosial yang lebih

tinggi, atau dari kelas sosial yang tinggi kelas sosial yang lebih rendah (vertikal) atau

perpindahan kelas sosial dengan derajat yang searah (horizontal). Horton dan Hunt

mengartikan mobilitas sosial sebagai suatu gerak perpindahan dari suatu kelas sosial

ke kelas sosial lainnya. Sementara menurut Kimball Young dan Raymond W.Mack,

mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang

mengatur organisasi suatu kelompok sosial.Mobilitas sosial dapat berupa peningkatan

atau penurunan dari segi status dan peranan seseorang atau sekelompok orang yang

biasanya dilihat dari segi penghasilan yang diperolehnya.Tingkat mobilitas sosial

pada masing-masing masyarakat berbeda-beda. Pada masyarakat yang bersistem

kelas sosial terbuka maka mobilitas sosial warga masyarakatnya akan cenderung

tinggi. Tetapi, sebaliknya pada sistem kelas sosial tertutup seperti masyarakat feodal

atau masyarakat bersistem kasta maka mobilitas sosial warga masy arakatnya akan

(2)

2.1.2. Tipe- Tipe Mobilitas Sosial

Sosiologi memandang mobilitas sosial sebagai salah satu gejala yang ditujukan

pada gerak berpindahnya status sosial satu ke status sosial lainnya.Gerak sosial

diartikan sebagai gerak dalam struktur sosial, yaitu pola-pola tertentu yang mengatur

organisasi kelompok sosial. Struktur sosial sendiri mencakup sifat-sifat dari

hubungan antara individu dalam kelompok ini dan hubungan antara individu dan

kelompoknya. Tipe-tipe gerak sosial yang prinsipil ada 2 macam yaitu:

a. Gerak sosial horizontal, yaitu peralihan individu atau objek-objek sosial

lainnya, dari kelompok sosial satu ke kelompok sosial lainnya dalam posisi

yag sederajat.

b. Gerak sosial vertikal, ialah perpindahan individu atau objek sosial dari

kedudukan sosial yang satu ke kedudukan sosial lainnya dalam posisi yang

tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya, dalam gerak sosial vertikal ini

dibedakan menjadi 2 macam yaitu, gerak sosial naik (social climbing), dan

gerak sosial turun (social singking).

2.2. Mobilitas Sosial Vertikal

2.2.1. Defenisi Mobilitas Sosial Vertikal

Mobilitas vertikal menurut Horton dan Hunt adalah suatu gerak perpindahan

dari kelas sosial satu ke kelas sosial lainnya. Mobilitas vertikal merupakan bagian

(3)

dan biasanya termasuk segi penghasilan yang dapat dialami oleh beberapa individu

atau keseluruhan kelompok (Dwi dan Bagong, 2010:208). Mudah tidaknya seseorang

melakukan mobilitas vertikal salah sdatunya ditentukan oleh kekakuan dan keluwesan

struktur sosial di mana orang itu hidup Soedjatmoko (dalam Dwi dan Bagong,

2010:209).

2.2.2. Jenis jenis mobilitas vertikal

Berdasarkan arah perpindahan individu atau objek dari kedudukan sosial ke

kedudukan sosial lainnya dikenal dua jenis mobilitas vertikal, yaitu:

1. Gerak sosial meningkat (social climbing), yakni gerak perpindahan

anggota masyarakat dari kelas sosial rendah ke kelas sosial yang lebih

tinggi. Misalnya seorang staf yang dipromosikan naik pangkat menjadi

kepala bagian di sebuah perusahaan swasta.

2. Gerak sosial yang menurun (sosial singking), yakni gerak pepindahan

anggota masyarakat dari kelas sosial tertentu ke kelas sosial yang

lebih rendah posisinya. Misalnya, seorang petani yang jatuh miskin

karena gagal panen.

2.2.3. Saluran-saluran mobilitas sosial vertikal

Pitrim A. Sorokin (Dwi dan Bagong, 2010 :210-211), mengemukakan bahwa

(4)

1. Angkatan bersenjata. Dalam keadaan perang di mana setiap Negara

menghendaki kemenangan maka jasa seorang prajurit tanpa melihat

statusnya akan dihargai dalam amsyarakat. Karena jasanya dapat

menjatuhkan banyak korban, maka kemungkinan dapat menanjak

kedudukannya dan dapat memperoleh kekuasaan dan wewenang.

2. Lembaga-lembaga pendidikan. Pada umumnya lembaga pendidikan

dinilai merupakan saluran yang konkrit dari mobilitas vertikal, bahkan

lembaga pendidikan formal dianggap sebagai “social elevator” yang

bergerak dari kedudukan yang paling rendah ke kedudukan yang paling

tinggi.

3. Lembaga-lembaga keagamaan. Lembaga ini merupakan salah satu saluran

mobilitas vertikal walaupun setiap agama menganggap bahwa setiap orang

mempunyai kedudukan yang sederajat,akan tetapi pemuka-pemuka agama

selalu berusaha keras untuk menaikkan mereka yang berkedudukan rendah

ke kedudukan yang tinggi.

4. Organisasi politik. Saluran ini dalam banyak kasus terbukti memberi

kesempatan yang cukup besar bagi setiap anggotanya untuk naik dalam

tangga kedudukan dalam masyarakat. Bagi mereka yang pandai

beroraganisasi dalam organisasi politik mendapat kesempatan untuk

dipilih sebagai anggota dalam DPR sebagai wakil dari organisasi politik

(5)

5. Organisasi ekonomi. Oragnisasi ini, baik yang bergerak dalam bidang

perusahaan maupun jasa umumnya memberikan kesempatan

seluas-luasnya bagi seseorang untuk mencapai mobilitas vertikal, karena dalam

organisasi ini sifatnya relative terbuka.

2.3. Mobilitas Sosial Horizontal

2.3.1. Defenisi Mobilitas Sosial Horizontal

Mobilitas Sosial horizontal adalahperalihan individu atau objek-objek sosial

lainnya, dari kelompok sosial satu ke kelompok sosial lainnya dalam posisi yag

sederajat. Tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang dalam

mobilitas sosialnya.Ciri utama mobilitas sosial horizontal adalah lapisan sosial yang

ditempati tidak mengalami perubahan.

2.4. Mobilitas sosial petani di sentra industri

Pekerjaan industri kecil sering dipandang lebih halus dan tidak kasar

dibandingkan bertani. Seorang buruh pabrik atau biasanya dianggap sebagai

pekerjaan yang lebih halus, karena dapat bekerja di tempat yang tidak terkena panas

terik matahari, tidak terkena kotoran tanah, sedangkan bekerja di sawah atau kebun

memerlukan mereka harus keluar rumah, di bawah panas matahari, kena kotoran

(6)

buruh lebih gagah dibandingkan buruh tani, maka tidak jarang status sosial buruh

dipandang lebih tinggi daripada bekerja sebagai pekerjaan bertani.

Dari kajian teoritis, mobilitas sosial petani ke buruh tidak lepas dari kategorisasi

masyarakat petani dan karakteristik mentalitasnya, baik yang masih primitif, peasant,

maupun masyarakat industri yang menggambarkan masyarakat modern perkotaan

dengan segala ciri-cirinya (Setiady, 2011:535).

2.5. Petani

2.5.1. Defenisi Petani

Petani adalah orang yang pekerjaannya bercocok tanam pada tanah

pertanian.Definisi petani menurut Anwas (dalam sulistiyono, 2015) mengemukakan

bahwa petani adalah orang yang melakukan cocok tanam dari lahan pertaniannya atau

memelihara ternak dengan tujuan untuk memperoleh kehidupan dari kegiatan

itu.Pengertian petani yang dikemukakan tersebut di atas tidak terlepas dari pengertian

pertanian.Sementara itu, pertanian adalah kegiatan manusia mengusahakan terus

dengan maksud memperoleh hasil-hasil tanaman ataupun hasil hewan, tanpa

mengakibatkan kerusakan alam.

Beberapa permasalahan dalam sistem usaha tani yaitu :

1. Pemilikan lahan sempit

Sempitnya pemilikan lahan disebabkan karena jumlah penduduk yang

semakin bertambah, dan dilain pihak terjadinya penyusutan lahan usaha

(7)

2. Keterbatasan teknologi

Keterbatasan teknologi yang diterapkan oleh petani kecil terutama

sebagai akibat rendahnya pendidikan formal petani, sehingga

pengetahuan dan ketrampilan petani terbatas.

3. Kekurangan modal

Selain kepemilikan lahan yang sempit, petani-petani kecil juga

seringkali dihadapkan pada pemilikan modal yang sangat terbatas.

4. Rendahnya pendapatan

Mengingat luas lahan garapan yang sempit dengan modal yang terbatas,

maka menyebabkan produksi usaha tani kecil dan pendapatan yang

diperoleh petani rendah, disisi lain petani belum mampu menciptakan

pekerjaan diluar usahatani.

5. Kelambanan adopsi inovasi

Petani kecil pada umumnya berpikir lamban terhadap teknologi yang

diperkenalkan penyuluh pertanian.Sikap petani tidak dapat diubah

dalam waktu singkat.Petani umumnya membutuhkan bukti nyata atau

contoh sebelum menerapkan teknologi baru.

6. Rendahnya entrepreneurship

Entrepreneurship yaitu kemampuan untuk melihat peluang dan

keberanian mengambil resiko untuk memanfaatkan peluang yang

ada.Petani kecil umumnya mempunyai entrepreneurship yang rendah.

(8)

2.5.2. Peran dan Status Petani

Berdasarkan aspek ekonomi dan sosial masyarakat desa terbagi berdasarkan

luas kepemilikan lahan menjadi dua golongan besar yaitu buruh tani dan pemilik

lahan tanah. Buruh tani mempunyai kedudukan sosial yang paling bawah dengan

aktivitas ekonomi yang terbatas pada pengerahan tenaga buruh upahan kepada kaum

pemilik tanah. Beberapa diantaranya mencoba untuk melakukan kegiatan ekonomi

lainnya namun masih terbatas pada jenis perdagangan kecil. Berbeda dengan kaum

tuan tanah yang mempunyai kegiatan ekonomi lebih bervariatif dan skala yang jauh

lebih besar.

2.6. Buruh

2.6.1. Defenisi Buruh

Menurut Undang Undang Nomor 22 Tahun 1957 , yang dimaksud dengan

buruh ialah orang yang bekerja pada orang lain dan mendapat upah; pada dasarnya

buruh, pekerja, tenaga kerja maupun karyawan adalah sama. Namun dalam kultur

Indonesia, “ buruh” berkonotasi sebagai pekerja rendahan, hina, kasaran, yang hanya

mengandalkan otot. Istilah “buruh” dan “pekerja” dipakai secara makna suka

(arbriter) dan tidak mesti harus bergantung pada konteksnya. Istilah buruh lebih

banyak dipergunakan dibandingkan dengan istilah pekerja karena nuansanya lebih

enak di dengar, sedangkan tenaga kerja dan karyawan adalah sebutan untuk buruh

yang lebih tinggi, dan diberikan cenderung kepada buruh yang tidak memakai otot

tetapi otak dalam bekerja.(Friday, 2003). Buruh selama ini di persepsikan sebagai

(9)

2.6.2. Jenis-Jenis Buruh

Buruh dapat dibedakan menurut jenis dan pekerjaannya. Di dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia (2014), buruh dapat dibedakan menjadi:

1. Buruh harian yaitu buruh yang menerima upah berdasarkan hari masuk

kerja.

2. Buruh kasar yaitu buruh yang menggunakan tenaga fisiknya karena tidak

mempunyai keahlian dibidang tertentu.

3. Buruh musiman yaitu buruh yang bekerja pada musim-musim tertentu

4. Buruh pabrik yaitu buruh yang bekerja di pabrik

5. Buruh tambang yaitu buruh yang bekerja di pertambangan

6. Buruh terampil yaitu buruh yang mempunyai keterampilan tertentu.

7. Buruh tani yaitu buruh yang menerima upah dengan bekerja di kebun atau

di sawah orang lain.

8. Buruh terlatih yaitu buruh yang sudah dilatih untuk keterampilan tertentu.

2.7. Status Sosial Ekonomi

Apabila dilihat dari kata kehidupan yang sebenarnya adalah cara atau keadaan

tentang hidup, dan arti kata sosial adalah sesuatu yang berkenan di masyarakat,

sedangkan arti ekonomi adalah mengenai azas-azas produksi,distribusi, dan

pemakaian barang-barang serta kekayaan seperti hal keuangan, perindustrian, dan

perdagangan (Astarhadi,1995:52). Kehidupan sosila adalah kehidupan bersama

manusia yang hidup dalam suatu pergaulan.Oleh karena itu kehidupan sosial pada

(10)

berjumlah dua orang atau lebih.Kedua, manusia tersebut bergaul dan hidup bersama

dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena mereka berhubungan dan bergaul cukup

lama dan hidup bersama, maka akan terjadi adaptasi dan perorganisasian perilaku

serta munculnya suatu perasaan satu kelompok. Ketiga, adanya kesadaran bahwa

mereka merupakan sebuah kesatuan. Keempat, suatu kehidupan sistem bersama

(Nasution,2003:10).

Kondisi sosial ekonomi dapat dijabarkan sesuai dengan indikator sebagai berikut:

2.7.1. Pendapatan

Pendapatan akan mempengaruhi status sosial seseorang, terutama akan ditemui

dalam masyarakat yang materialisits dan tradisional yang menghargai status sosial

ekonomi yang tinggi terhadap kekayaan. Christoper dam Sumardi (2004)

mendefenisikan pendapatan berdasarkan kamus ekonomi adalah uang yang diterima

oleh seseorang dalam bentuk gaji, upah sewa, bunga, laba, dan lain sebagainya.

2.7.2. Rumah

Rumah adalah tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul, dan membina

rasa kekeluargaan diantara anggota keluarga, tempat berlindung keluarga dan

menyeimpan arang berharga, dan rumah juga sebagai status lambing sosial (Mukono,

2000:25). Menurut American Publick Health Association (APHA) rumah dikatakan

sehat apabila: (1) memenuhi kebutuhan fisik dasar seperti temperatur lebih rendah

dari udara diluar rumah, penerangan yang memadai, ventilasi yang nyaman, dan

kebisingan 45-55dB.A, (2) memenuhi kebutuhan kejiwaan, (3) melindungi

(11)

sarana pembuangan sampah dan saluran pembuangan air limbah yang saniter dan

memenuhi syarat kesehatan, serta (4) melindungi penghuninya dari kemungkinan

terjadinya kecelakaan dan bahaya kebakaran, seperti fondasi rumah yang kokoh,

tangga yang tidak curam, bahaya kebakaran karena arus pendek listrik, keracunan,

dan ancaman kecelakaan lalu lintas.

2.7.3. Pendidikan

Menurut kamus Bahasa Indonesia kata pendidikan berasal dari kata “didik” dan

mendapat imbuhan “pe” dan akhiran “an”/maka kata ini mempunyai arti proses atau

cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa defenisi pendidikan adalah proses

pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Lemabaga

pendidikan menjadi saluran resmi yang paling rasional dalam menentukan pergeseran

sosial sebab sifat dari pergeseran sosial dalam jalur pendidikan ini sangat

terbuka.Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi masyarakat

Indonesia.

Selama periode 2012-2014 (BPS 2014), rumah tangga miskin yang dapat

membaca dan menulis meningkat dengan persentase lebih dari 70%. Dalam beberapa

tahun kedepan pembangunan pendidikan nasional masih dihadapkan dengan

tantangan yang amat serius , terutamanya dalam upaya meningkatkan kinerja yang

mencakup, (1) pemerataan dan perluasan akses, (2) peningkatan mutu, relevansi dan

daya saing, (3) penataan, tata kelola, akuntabilitas, dan citra public, dan (4)

(12)

2.7.4. Kesehatan

Pengertian kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1994

menyebutkan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai suatu keadaan fisik, mental,

dan sosial kesejahteraan daan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan.

Kesehatan merupakan hal penting yang harus dijaga, kemudahan dalam mengakses

layanan kesehatan adalah impian bagi setiap orang.

2.7.5. Sandang dan Pangan

Sandang adalah pakaian manusia, pakaian menjadi kebutuhan primer pertama

walaupun manusia tidak bisa hidup tanpa pakaian, tetapi karena manusia adalah

mahluk sosial yang hidup dalam masyaakat sehingga pakaian adalah hal yang paling

penting. Sedangkan pangan adalah sumber makanan bagi manusia dan merupakan

kebutuhan primer.Pangan ini meliputi pekerjaan dan hal-hal serupa yang bertujuan

menghasilkan pangan bagi kehidupan manusia.Manusia hidup dalam masyrakat pasti

butuh bekerja untuk memperoleh nafkah.

2.7.6. Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang menyangkut

hubungan antarindividu,individu (seseorang) dengan kelompok, dan kelompok

dengan kelompok. Tanpa adanya interaksi sosial maka tidak akan mungkin ada

kehidupan bersama. Proses sosial adalah suatu interaksi atau hubungan timbal balik

(13)

didalam masyarakat. Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak

memenuhi dua syarat yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi. Hubungan sosial

yang ada pada masyarakat merupakan hubungan sosial peranan-peranan individu di

dalam masyarakat.Dengan adanya hubungan sosial masyarakat dapat diukur sejauh

mana masyarakat tersebut mampu beradaptasi terhadap lingkugan sosialnya.

2.8. Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini penulis mencantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu

yang relevan dengan masalah yang diteliti.Penelitian tersebut berfungsi sebagai

referensi, perbandingan maupun dasar pemilihan topik. Adapun penelitian terdahulu

adalah sebagai berikut :

Hasil penelitian Bambang Sigit Widodo,(2015) yang menganalisis tentang

“Faktor – Faktor yang Menyebabkan Perubahan Pekerjaan Masyarakat dari Sektor

Pertanian ke Sektor Industri di Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik” Metode

penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan

deskriptif-kualitatif.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan yang tinggi di sektor

industri mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari dibandingkan di sektor

pertanian. Tingkat pendidikan, keterampilan yang tinggi yang dimiliki seseorang juga

menjadi faktor pendorong masyarakat untuk beralih pekerjaan ke sektor industri.

Pengaruh lingkungan sosial budaya yang dimulai dengan adanya interaksi yang

intensif dengan dunia industri melalui keluarga, teman, tetangga serta tingginya

motivasi masyarakat untuk bekerja yang lebih baik juga menjadi salah satu faktor

(14)

pengembangan industri turut mempengaruhi masyarakat untuk beralih ke sektor

industri. Walaupun masyarakat yang bekerja di sektor pertanian hanya 18%

sedangkan yang bekerja di sektor industri 36%, pemerintah tetap mempertahankan

Kecamatan Cerme sebagai sub wilayah pengembangan tanaman pangan. Hal tersebut

dibuktikan dengan adanya program pemerintah yang berupa Jalan Usaha Tani (JUT),

perluasan waduk, penambahan kapasitas waduk dan pemberian bantuan pupuk, bibit,

obat serta alat pertanian.

Penelitian terdahulu dijadikan sebagai dasar dan pembanding, terdapat beberapa

persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti di Desa

Referensi

Dokumen terkait