• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberitaan ISIS dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Hubungan Antara Pemberitaan ISIS di TV One dan Sikap Mahasiswa FISIP USU)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemberitaan ISIS dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Hubungan Antara Pemberitaan ISIS di TV One dan Sikap Mahasiswa FISIP USU)"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1. Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian yang akan disoroti (Nawawi, 2005: 42).

Dengan adanya kerangka teori, maka peneliti memiliki landasan berfikir sebagai titik tolak di dalam pemecahan masalah yang ada. Dalam penelitian ini teori-teori yang dianggap relevan adalah: Komunikasi, Komunikasi Massa, Teori S-O-R, Televisi sebagai Media Komunikasi, Berita, Terorisme dan Sikap.

2.1.1. Komunikasi

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, diketahui banyak teori-teori komunikasi yang dikemukakan para ahli. Teori-teori komunikasi yang sesuai dengan penelitian ini meliputi pengertian komunikasi, unsur komunikasi serta tujuan dan fungsi komunikasi.

2.1.1.1. Pengertian Komunikasi

Setiap hari, dalam berbagai cara kita berkomunikasi. Kita mengkomunikasikan pemikiran, perasaan dan keinginan. Sederhana atau kompleks, baik disengaja maupun tidak sengaja, direncanakan maupun tak terencana, aktif maupun pasif, komunikasi merupakan salah satu perlengkapan penting dalam mencapai hasil, pemuasan kebutuhan dan pemenuhan ambisi, sehingga dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan bagian terbesar dalam kehidupan kita sehari-hari.

(2)

Who (Siapa), Says What (Mengatakan apa), In Which Channel (Dengan Saluran

Apa), To Whom (Kepada Siapa), With What Effect (Dengan Pengaruh Bagaimana) (Mulyana, 2002: 62).

Paradigma Laswell diatas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu (Effendy, 2003: 12), yakni:

- Komunikator (Communicator, Source, Sender) - Pesan (Message)

- Media (Channel, Media)

- Komunikan (Communicant, Communicatee, Receiver, Receipent) - Efek (Effect, Impact, Influence)

Jadi, berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

2.1.1.2. Unsur-Unsur Komunikasi

Pengiriman pesan yang dilakukan seseorang akan berjalan dengan baik apabila berlandaskan tujuan yang akan dicapai dan dapat dimengerti penerima pesan tersebut. Guna mencapai kesuksesan, proses komunikasi memerlukan unsur-unsur terpenting dan saling mendukung (Cangara, 2006: 23-26), yaitu:

1. Sumber

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator (source, sender atau encoder).

2. Pesan

(3)

ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasehat atau propaganda. Sering disebut juga sebagai message, content atau informasi.

3. Media

Media yang dimaksud di sini adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, di mana setiap orang dapat melihat, membaca dan mendengarnya. Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio dan televisi.

4. Penerima

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau negara. Sering juga disebut sebagai khalayak, sasaran, komunikan atau audience. Penerima adalah elemen yang penting dalam proses komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang seringkali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan atau saluran.

2.1.1.3. Tujuan dan Fungsi Komunikasi

Komunikasi memiliki tujuan dan fungsi dalam menyampaikan pesan-pesannya (Purba, 2006: 37), yaitu:

a. Tujuan Komunikasi

1) Untuk mengubah sikap (to change the attitude)

2) Untuk mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion) 3) Untuk mengubah perilaku (to change the behavior)

(4)

b. Fungsi Komunikasi

1) Menginformasikan (to inform) 2) Mendidik (to educate)

3) Menghibur (to entertain) 4) Mempengaruhi (to influence)

2.1.2. Komunikasi Massa

Sejalan dengan perkembangan media komunikasi, maka berkembang pula ilmu komunikasi massa. Komunikasi massa merupakan studi ilmiah tentang media massa beserta pesan yang dihasilkan, pembaca/pendengar/penonton yang akan coba diraihnya dan efek terhadap mereka. Komunikasi massa merupakan disiplin kajian ilmu sosial yang relatif mudah jika dibandingkan dengan ilmu psikologi, sosiologi, ilmu politik dan ekonomi. Sekarang ini komunikasi massa sudah dimasukkan dalam disiplin ilmiah (Nurudin, 2003: 1).

Joseph A. Devito (dalam Nurudin, 2003: 10) mengatakan “First, mass communication is communication addressed to masses, to an extremely large science. This does not means that the audience includes all people or everyone who reads or everyone who watches television; rather it means an audience that is large and generally rather poorly defined. Second, mass communication is communication mediated by audio/or visual transmitter. Mass communication is perhaps most easily and most logically defined by its forms: television, radio,

newspaper, magazines, films, books and tapes” (Pertama, komunikasi massa

adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi agaknya ini tidak berarti pula bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya; televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku dan pita).

(5)

melekat pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis. Efek dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori (Effendy, 2003: 319) yaitu:

a. Efek kognitif, yaitu berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti yang tadinya bingung menjadi merasa jelas.

b. Efek afektif, yaitu berkaitan dengan perasaan. Akibat dari membaca surat kabar atau majalah, mendengarkan radio, menonton acara televisi atau film bioskop dapat menimbulkan perasaan tertentu pada khalayak. c. Efek konatif, yaitu bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang

cenderung menjadi suatu tindakan atau kegiatan. Efek konatif tidak langsung timbul sebagai akibat terpaan media massa, melainkan didahului oleh efek kognitif dan afektif. Dengan kata lain timbulnya efek konatif setelah muncul efek kognitif dan afektif.

2.1.2.1. Ciri-ciri Komunikasi Massa

Ciri-ciri Komunikasi Massa (Nurudin, 2004: 16-29) yaitu: 1. Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga

Komunikator dalam komunikasi massa bukanlah perorangan, melainkan kumpulan orang-orang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud disini menyerupai sebuah sistem. Dengan demikian, komunikator dalam komunikasi massa setidak-tidaknya punya ciri sebagai berikut:

a) Kumpulan individu-individu

b) Dalam berkomunikasi individu-individu itu terbatasi perannya dengan sistem dalam media massa

c) Pesan yang disebarkan atas nama media yang bersangkutan dan bukan atas nama pribadi unsur-unsur yang terlibat

(6)

2. Komunikan dalam Komunikasi Massa Bersifat Heterogen

Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen/beragam artinya penonton televisi itu beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi, punya jabatan yang beragam, punya agama atau kepercayaan yang tidak sama pula.

3. Pesannya Bersifat Umum

Pesan-pesan dalam komunikasi massa itu tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesannya ditujukan pada khalayak yang plural. Oleh karena itu, pesan-pesan yang dikemukakannya pun tidak boleh bersifat khusus. Khusus disini, artinya pesan itu memang tidak disengaja untuk golongan tertentu. 4. Komunikasinya Berlangsung Satu Arah

Komunikasi massa hanya berjalan satu arah yang akan memberi konsekuensi umpan balik (feedback) yang sifatnya tertunda atau tidak langsung (delayed feedback).

5. Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan

Dalam komunikasi massa ada keserempakan dalam proses penyebaran pesan-pesannya. Serempak disini berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan.

6. Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan Teknis

Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis yang dimaksud misalnya pemancar untuk media elektronik (mekanik atau elektronik). Peralatan teknis berfungsi agar pemancaran atau penyebaran pesannya bisa lebih cepat dan serentak kepada khalayak yang tersebar.

7. Komunikasi Massa Dikontrol Oleh Gatekeeper

(7)

2.1.2.2. Fungsi Komunikasi Massa

Fungsi komunikasi massa adalah sebagai berikut (Bungin, 2008: 78-81): a. Fungsi Pengawasan

Media massa merupakan sebuah medium di mana dapat digunakan untuk pengawasan terhadap aktivitas masyarakat pada umumnya. Fungsi pengawasan ini berupa peringatan dan kontrol sosial maupun kegiatan persuasif. Pengawasan dan kontrol sosial dapat dilakukan untuk aktivitas preventif untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

b. Fungsi Social Learning

Fungsi utama dari komunikasi massa melalui media massa adalah melakukan guiding dan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat. Media massa bertugas untuk memberikan pencerahan-pencerahan kepada masyarakat dimana komunikasi massa itu berlangsung. Komunikasi massa dimaksudkan agar proses pencerahan itu berlangsung efektif dan efisien dan menyebar secara bersamaan di masyarakat secara luas.

c. Fungsi Penyampaian Informasi

Komunikasi massa yang mengandalkan media massa, memiliki fungsi utama, yaitu menjadi proses penyampaian informasi kepada masyarakat luas. Komunikasi massa memungkinkan informasi dari institusi publik tersampaikan kepada masyarakat secara luas dalam waktu cepat sehingga fungsi informatif tercapai dalam waktu cepat dan singkat.

d. Fungsi Transformasi Budaya

Komunikasi massa sebagaimana sifat-sifat budaya massa, maka yang terpenting adalah komunikasi massa menjadi proses transformasi budaya yang dilakukan bersama-sama oleh semua komponen komunikasi massa, terutama yang didukung oleh media massa. Fungsi ini lebih kepada tugasnya yang besar sebagai bagian dari budaya global.

e. Fungsi Hiburan

Fungsi lain dari komunikasi massa adalah hiburan. Komunikasi massa juga digunakan sebagai medium hiburan, terutama karena komunikasi massa menggunakan media massa, jadi fungsi-fungsi hiburan yang ada pada media massa juga merupakan bagian dari fungsi komunikasi massa. 2.1.2.3. Efek Komunikasi Massa

(8)

berbagai pendekatan. Pendekatan pertama adalah pendekatan media massa yang berkaitan dengan pesan atau media itu sendiri. Pendekatan kedua yaitu dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak yaitu komunikasi massa yang berupa perubahan sikap, perasaan dan prilaku atau dengan istilah lain dikenal sebagai perubahan kognitif, afektif, behavioral.

1. Efek komunikasi massa yang berkaitan dengan pesan atau media itu sendiri:

a) Efek ekonomi

Kehadiran media massa ditengah kehidupan manusia dapat menumbuhkan berbagai usaha produksi, distribusi dan konsumsi jasa media massa.

b) Efek sosial

Efek sosial berkaitan dengan perubahan pada struktur atau interaksi sosial sebagai akibat dari kehadiran media massa.

c) Penjadwalan kegiatan sehari-hari

Khalayak menyediakan waktu untuk menikmati media yang ingin dikonsumsinya.

d) Efek hilangnya perasaan tidak nyaman

Orang menggunakan media massa untuk memuaskan kebutuhan psikologinya dengan tujuan menghilangkan perasaan tidak nyaman, misalnya untuk menghilangkan perasaan kesepian, marah, kesal, kecewa dan sebagainya.

e) Efek menumbuhkan perasaan tertentu

Kehadiran media massa bukan saja dapat menghilangkan perasaan tidak nyaman pada diri seseorang, tetapi juga dapat menumbuhkan perasaan tertentu. Terkadang seseorang akan mempunyai perasaan positif atau negatif terhadap media tertentu.

2. Efek komunikasi massa yang berkaitan dengan perubahan pada diri khalayak:

a) Efek kognitif

(9)

tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung.

b) Efek afektif

Efek ini kadarnya lebih tinggi dari pada efek kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan hanya sekedar memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih daripada itu, khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah setelah menerima pesan dari media massa.

c) Efek behavioral

Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk tindakan atau kegiatan.

2.1.3. Teori S–O–R

S-O-R adalah singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Menurut teori ini, organisme menghasilkan perilaku tertentu jika ada kondisi stimulus tertentu. Maksudnya adalah keadaan internal organisme berfungsi menghasilkan respon tertentu jika ada kondisi stimulus tertentu pula.

Teori S-O-R memandang bahwa pesan dipersepsikan dan didistribusikan secara sistemik dan dalam skala yang luas. Pesan, karenanya, tidak ditujukan kepada orang dalam kapasitasnya sebagai individu, tapi sebagai bagian dari masyarakat. Untuk mendistribusikan pesan sebanyak mungkin, penggunaan teknologi merupakan keharusan. Sedangkan individu yang tidak terjangkau oleh terpaan pesan, diasumsikan tidak akan terpengaruh oleh isi pesan (Mufid, 2005: 22).

(10)

a. Perhatian b. Pengertian c. Penerima

Dari uraian diatas, maka proses komunikasi S-O-R dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut (Effendy, 2002: 253):

Gambar 2.1 : Teori S-O-R

Gambar diatas menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.

Maka, setelah terjadinya proses-proses di dalam diri komunikan, perubahan yang akan terjadi adalah:

a. Perubahan kognitif, pada perubahan ini pesan yang ditunjukkan kepada komunikan bertujuan hanya untuk mengubah fikiran komunikan.

b. Perubahan afektif, dalam hal ini adapun tujuan komunikator bukan saja hanya untuk diketahui oleh komunikan, melainkan diharapkan adanya

Stimulus

Organism

 Perhatian

 Pengertian

 Penerima

(11)

timbul suatu bentuk perasaan tertentu seperti rasa iba, sedih terharu, gembira, puas dan lain sebagainya.

c. Perubahan behavioral, yaitu dampak yang tinbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan.

2.1.4. Televisi

Salah satu media dalam komunikasi adalah televisi. Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia (Ardianto, 2004: 125).

2.1.4.1. Televisi sebagai Media Komunikasi

Televisi merupakan media yang mendominasi komunikasi massa, karena sifatnya yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan khalayak. Televisi mempunyai kelebihan dari media massa lainnya, yaitu bersifat audio visual (didengar dan dilihat), dapat menggambarkan kenyataan dan langsung dapat menyajikan peristiwa yang sering terjadi ke setiap rumah para pemirsa di mana pun mereka berada.

Dengan ini dapat dikatakan bahwa televisi sebagai media massa dapat berfungsi sangat efektif, karena selain dapat menjangkau ruang yang sangat luas juga dapat mencapai massa atau pemirsa yang sangat banyak dalam waktu yang relatif singkat. Jadi suatu pesan yang ditayangkan di televisi selalu bisa ditonton oleh khalayak tertentu.

2.1.5. Berita

Berita merupakan media bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi baik melalui bentuk teks maupun visual dengan tujuan menyampaikan segala sesuatu yang telah, sedang atau akan terjadi.

2.1.5.1. Pengertian Berita

(12)

a. M. Lyle Spencer, dalam buku News Writing menyebutkan, berita merupakan kenyataan atau ide yang benar dan dapat menarik perhatian sebagian besar pembaca.

b. Wiliard C. Bleyer, dalam buku Newspaper Writing and Editing mengemukakan, berita adalah sesuatu yang termasa dipilih wartawan untuk dimuat disurat kabar karena ia dapat menarik atau mempunyai makna bagi pembaca surat kabar atau karena ia dapat menarik pembaca media cetak tersebut.

c. Wiliam S. Maulsby, dalam buku Getting in News menulis, berita dapat didefinisikan sebagai suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta-fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi, yang menarik perhatian para pembaca surat kabar yang memuat berita tersebut.

d. Eric C. Hepwood menulis, berita adalah laporan pertama dari kejadian yang penting dan dapat menarik perhatian umum.

Setelah merujuk kepada beberapa definisi di atas, meskipun berbeda-beda namun terdapat persamaan yang mengikat pada berita, meliputi: menarik perhatian, luar biasa dan termasa (baru). Karena itu, bisa disimpulkan bahwa berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau media online internet (Sumadiria, 2005: 65).

(13)

diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu berita berat (Hard News) dan berita ringan (Soft News). Selain itu, berita juga dapat dibedakan menurut lokasi peristiwanya, di tempat terbuka atau di tempat tertutup. Sedangkan berdasarkan sifatnya, berita bisa dipilah menjadi berita diduga dan berita tak diduga. Selebihnya, berita juga bisa dilihat menurut materi isinya yang beraneka macam. Berita berat, sesuai dengan namanya, menunjuk pada peristiwa yang mengguncangkan dan menyita perhatian seperti kebakaran, gempa bumi, kerusuhan. Sedangkan berita ringan, menunjukkan pada peristiwa yang lebih bertumpu pada unsur-unsur ketertarikan manusiawi, seperti pesta pernikahan bintang film atau seminar sehari tentang perilaku seks bebas di kalangan remaja.

Berdasarkan sifatnya, berita terbagi atas berita diduga dan berita tak terduga. Berita diduga adalah peristiwa yang direncanakan atau sudah diketahui sebelumnya, seperti lokakarya, pemilihan umum, peringatan hari-hari bersejarah. Proses penanganan berita yang sifatnya diduga disebut making news. Artinya kita berupaya untuk menciptakan dan merekayasa berita. Proses penciptaan atau perekayasaan berita itu dilakukan melalui tahapan perencanaan di ruang rapat redaksi, diusulkan dalam rapat proyeksi, dikonsultasikan dengan pemimpin redaksi, dilanjutkan dengan observasi, serta ditegaskan dalam interaksi dan konfirmasi di lapangan. Semuanya melalui prosedur manajemen peliputan yang baku, jelas, terstruktur dan terukur. Orang yang meliputnya disebut sebagai reporter (pelapor). Berita tak terduga adalah peristiwa yang sifatnya tiba-tiba

tidak direncanakan, tidak diketahui sebelumnya, seperti kereta api terguling, gedung perkantoran terbakar, bus tabrakan, kapal tenggelam, pesawat dibajak, anak-anak sekolah disandera atau terjadi ledakan bom di pusat keramaian. Proses penanganan berita yang sifatnya tidak diketahui dan tidak direncanakan sebelumnya, atau yang sifatnya tiba-tiba itu disebut Hunting News. Orangnya disebut sebagai hunter (pemburu).

Pengetahuan dan pemahaman tentang klasifikasi berita sangat penting bagi setiap reporter, editor dan bahkan para perencana dan konsultan media (media planner) sebagai salah satu pijakan dasar dalam proses perencanaan (planning),

(14)

atau penayangan berita (reporting and publishing). Pada akhirnya, tahapan-tahapan pekerjaan jurnalistik itu sangat diperlukan dalam kerangka pembentukan, penetapan dan pengembangan manajemen media massa secara profesional dan visioner.

2.1.5.2. Nilai Berita

Nilai berita (news value) merupakan acuan yang dapat digunakan oleh para jurnalis, yakni para reporter dan editor, untuk memutuskan fakta yang pantas dijadikan berita dan memilih mana yang lebih baik. Kriteria mengenai nilai berita merupakan patokan berarti bagi reporter. Dengan kriteria tersebut, seorang reporter dapat dengan mudah mendeteksi mana peristiwa yang harus diliput dan dilaporkan, dan mana peristiwa yang tak perlu diliput dan harus dilupakan. Kriteria nilai berita juga sangat penting bagi para editor dalam mempertimbangkan dan memutuskan, mana berita terpenting dan terbaik untuk dimuat, disiarkan atau ditayangkan melalui medianya kepada masyarakat luas.

Beberapa pakar menyebutkan, ketertarikan manusiawi (human interest) dan seks (sex) dalam segala dimensi dan manifestasinya, juga termasuk ke dalam kriteria umum nilai berita yang harus diperhatikan dengan seksama oleh para reporter dan editor media massa (Sumadiria, 2005:80).

Sejumlah faktor yang membuat sebuah kejadian memiliki nilai berita, adalah:

1. Keluarbiasaan (unusualness)

(15)

2. Kebaruan (newness)

Suatu berita akan menarik perhatian bila informasi yang dijadikan berita itu merupakan sesuatu yang baru. Semua media akan berusaha memberitakan informasi tersebut secepatnya, sesuai dengan periodesasinya.

Namun demikian, satu hal yang perlu diketahui tentang barunya suatu informasi, yaitu selain peristiwanya yang baru, suatu berita yang sudah lama terjadi, tetapi kemudian ditemukan sesuatu yang baru dari peristiwa itu, dapat juga dikatakan berita tersebut menjadi baru lagi.

3. Akibat (impact)

Berita adalah segala sesuatu yang berdampak luas. Suatu peristiwa tidak jarang menimbulkan dampak besar dalam kehidupan masyarakat. Kenaikan harga bahan minyak (BBM), tarif angkutan umum, tarif telepon, bunga kredit pemilikan rumah (KPR), bagaimanapun sangat berpengaruh terhadap anggaran keuangan semua lapisan masyarakat dan keluarga. Apa saja yang menimbulkan akibat sangat berarti bagi masyarakat, itulah berita. Semakin besar dampak sosial, budaya, ekonomi atau politik yang ditimbulkannya, maka semakin besar nilai berita yang dikandungnya. Dampak suatu pemberitaan bergantung pada beberapa hal, yakni seberapa banyak khalayak yang terpengaruh, pemberitaan itu langsung mengena kepada khalayak atau tidak, dan segera tidaknya efek berita itu menyentuh khalayak media surat kabar, radio atau televisi yang melaporkannya.

4. Aktual (timeliness)

Berita adalah peristiwa yang sedang atau baru terjadi. Secara sederhana aktual berarti menunjuk pada peristiwa yang baru atau yang sedang terjadi. Sesuai dengan definisi jurnalistik, media massa haruslah memuat atau menyiarkan berita-berita aktual yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam memperoleh dan menyajikan berita-berita atau laporan peristiwa yang aktual ini, media massa mengerahkan semua sumber daya yang dimilikinya mulai dari wartawan sampai kepada daya dukung peralatan paling modern dan canggih untuk menjangkau nara sumber dan melaporkannya pada masyarakat seluas dan secepat mungkin. Aktualitas adalah salah satu ciri utama media massa. Kebaruan atau aktualitas itu terbagi dalam tiga kategori, yaitu: aktualitas kalender, aktualitas waktu dan aktualitas masalah.

5. Kedekatan (proximity)

Berita adalah kedekatan, yang mengandung dua arti yaitu kedekatan geografis dan kedekatan psikologis. Kedekatan geografis menunjuk pada suatu peristiwa atau berita yang terjadi di sekitar tempat tinggal kita. Semakin dekat suatu peristiwa yang terjadi dengan domisili kita, maka semakin terusik dan semakin tertarik kita untuk menyimak dan mengikutinya. Sedangkan kedekatan psikologis lebih banyak ditentukan oleh tingkat keterikatan pikiran, perasaan atau kejiwaan seseorang dengan suatu objek peristiwa atau berita.

(16)

Menurut Wilbur Schramm, informasi adalah segala yang bisa menghilangkan ketidakpastian. Tidak setiap informasi mengandung dan memiliki nilai berita. Setiap informasi yang tidak memiliki nilai berita, menurut pandangan jurnalistik tidak layak untuk dimuat, disiarkan atau ditayangkan media massa. Hanya informasi yang memiliki nilai berita atau memberi banyak manfaat kepada publik yang patut mendapat perhatian media.

7. Konflik (conflict)

Berita adalah konflik atau segala sesuatu yang mengandung unsur atau sarat dengan dimensi pertentangan. Konflik atau pertentangan merupakan sumber berita yang tak pernah kering dan tak akan pernah habis. Selama orang menyukai dan menganggap penting olah raga, perbedaan pendapat dihalalkan, demokrasi dijadikan acuan, kebenaran masih diperdebatkan, peperangan masih terus berkecamuk di berbagai belahan bumi dan perdamaian masih sebatas angan-angan, selama itu pula konflik masih akan tetap menghiasi halaman surat kabar, mengganggu pendengaran karena disiarkan radio dan menusuk mata karena selalu ditayangkan di televisi.

Ketika terjadi perselisihan antara dua individu yang makin menajam dan tersebar luas, serta banyak orang yang menganggap perselisihan tersebut dianggap penting untuk diketahui, maka perselisihan yang semula urusan individual, berubah menjadi masalah sosial. Di sanalah letak nilai berita konflik. Tiap orang secara naluriah, menyukai konflik sejauh konflik itu tak menyangkut dirinya dan tidak mengganggu kepentingannya. Berita konflik, berita tentang pertentangan dua belah pihak atau lebih, menimbulkan dua sisi reaksi dan akibat yang berlawanan. Ada pihak yang setuju (pro) dan ada juga pihak yang kontra.

8. Orang Penting (news maker, prominence)

Berita adalah tentang orang-orang penting, orang-orang ternama, pesohor, selebriti, publik figur. Orang-orang penting, orang-orang terkemuka, di mana pun selalu membuat berita. Jangankan ucapan dan tingkah lakunya, namanya saja sudah membuat berita. Teori jurnalistik menegaskan, nama menciptakan berita (names makes news). Di Indonesia, apa saja yang dikatakan dan dilakukan bintang film, bintang sinetron, penyanyi, penari, pembawa acara, pejabat dan bahkan para koruptor sekalipun, selalu dikutip pers. Kehidupan para publik figur memang dijadikan ladang emas bagi pers dan media massa terutama televisi. Mereka menabur perkataan dan mengukuhkan perbuatan, sedangkan pers melaporkan dan menyebarluaskannya. Semua dikemas lewat sajian acara paduan informasi dan hiburan (information dan entertainment), maka jadilah infotainment. Masyarakat kita sangat menyukai acara-acara ringan semacam ini.

9. Kejutan (surprising)

(17)

mengguncang dunia, seakan langit akan runtuh, bukit akan terbelah dan laut akan musnah.

10. Ketertarikan Manusiawi (human interest)

Kadang-kadang suatu peristiwa tak menimbulkan efek berarti pada seseorang, sekelompok orang atau bahkan lebih jauh lagi pada suatu masyarakat tetapi telah menimbulkan getaran pada suasana hati, suasana kejiwaan dan alam perasaannya. Peristiwa tersebut tidak mengguncangkan, tidak mendorong aparat keamanan siap-siaga atau segera merapatkan barisan dan tak menimbulkan perubahan pada agenda sosial-ekonomi masyarakat. Hanya karena naluri, nurani dan suasana hati kita merasa terusik, maka peristiwa itu tetap mengandung nilai berita. Para praktisi jurnalistik mengelompokkan kisah-kisah human interest ke dalam berita ringan, berita lunak (soft news).

11. Seks (sex)

Berita adalah seks; seks adalah berita. Sepanjang sejarah peradaban manusia, segala hal yang berkaitan dengan perempuan pasti menarik dan menjadi sumber berita. Seks memang identik dengan perempuan. Perempuan identik dengan seks. Dua sisi mata uang yang tak terpisahkan, selalu menyatu. Tak ada berita tanpa perempuan, sama halnya dengan tak ada perempuan tanpa berita. Di berbagai belahan dunia, perempuan dengan segala aktivitasnya selalu layak muat, layak siar, layak tayang. Segala macam berita tentang perempuan, tentang seks, selalu banyak peminatnya. Selalu dinanti dan bahkan dicari. Seks bisa menunjuk pada keindahan anatomi perempuan, seks bisa menyentuh masalah poligami. Seks begitu akrab dengan dunia perselingkuhan para petinggi negara hingga selebriti. Dalam hal-hal khusus, seks juga kerap disandingkan dengan kekuasaan. Seks juga sumber bencana bagi kedudukan dan jabatan seseorang (Sumadiria, 2005: 80-85).

2.1.6. Terorisme

Terorisme belakangan ini cukup sering menjadi pembahasan di media sejak munculnya ISIS yang menggemparkan dunia akibat invasi mereka kepada negara-negara yang bertentangan dengan ideologi mereka.

2.1.6.1. Sejarah Terorisme

(18)

dapat dikatakan sebagai bentuk murni dari terorisme dengan mengacu pada sejarah terorisme modern.

Terorisme muncul pada akhir abad 19 dan menjelang terjadinya Perang Dunia-I, terjadi hampir di seluruh belahan dunia. Pada pertengahan abad ke-19, Terorisme mulai banyak dilakukan di Eropa Barat, Rusia dan Amerika. Mereka percaya bahwa Terorisme adalah cara yang paling efektif untuk melakukan revolusi politik maupun sosial, dengan cara membunuh orang-orang yang berpengaruh. Sejarah mencatat pada tahun 1890-an aksi terorisme Armenia melawan pemerintah Turki, yang berakhir dengan bencana pembunuhan masal terhadap warga Armenia pada Perang Dunia I. Pada dekade tersebut, aksi Terorisme diidentikkan sebagai bagian dari gerakan sayap kiri yang berbasiskan ideologi.

2.1.6.2. Definisi Terorisme

Kata teror berasal dari bahasa latin yaitu terrere yang kurang lebih diartikan sebagai kegiatan atau tindakan yang dapat membuat pihak lain ketakutan (Ezzat A. Fattah, 1997 dalam Hakim, 2004:9).

Di masa Revolusi Perancis, sekitar tahun 1794, juga dikenal kata Le Terreur yang berasal dari bahasa Perancis. Kata tersebut pada awalnya dipergunakan untuk menyebut tindak kekerasan yang dilakukan rezim hasil Revolusi Perancis terhadap para pembangkang yang diposisikan sebagai musuh negara. Teror yang dikembangkan oleh pemerintahan pasca Revolusi Perancis adalah dengan cara menghukum mati para pegiat anti-pemerintah, dengan memenggal kepala korban di bawah tiang penggal guillotin. Sejak itulah kata teror masuk dalam khasanah bahasa-bahasa di Eropa.

(19)

mengenai terorisme. Jamaah Islamiyah (JI) adalah kelompok Islam yang oleh pemerintah Malaysia dan Singapura diberi label “radikal”, dan ditenggarai sebagai jaringan Al Qaeda di Asia Tenggara. Sedangkan Umar Al-Faruq adalah orang yang diidentifikasi oleh CIA salah satu pimpinan Al Qaeda di Asia tenggara.

2.1.6.3. ISIS

ISIS (Islamic State in Iraq and Syria) adalah organisasi teroris yang bermula dari invasi Amerika Serikat dengan sejumlah negara yang mengikutinya (sekutu) ke Irak di tahun 2003. Ketika itu Irak masih di bawah kendali Saddam Husein. Tujuan yang digembar-gemborkan adalah mencari senjata pemusnah massal, tetapi tentu saja tujuan utamanya adalah penguasaan minyak dan menurunkan Saddam Husein. Terbukti akhirnya senjata pemusnah massal tidak terdapat di Irak karena memang isu ini hanya digunakan untuk pemancing agar AS dapat menginvasi Irak.

Salah satu pemimpin dari para pejuang Irak yang paling dikagumi rakyat Irak adalah Abu Mush’ab Al Zarqawi yang merupakan figur dari kelompok pejuang Jihad wa tauhid, sampai akhirnya Al Zarqawi meninggal, kemudian kelanjutan dari perjuangan rakyat Irak maka para pejuang Irak membentuk suatu dewan syura. Akhirnya mendeklarasikan Daulah Islam Iraq (DAI) dan untuk pemimpinnya dipilih Abu Umar Al-Baghdady.

(20)

Akhirnya, pada 29 Juni 2014 dan bertepatan dengan 1 Ramadhan 1435 H, melalui media resminya, al-Furqan, ISIS mendeklarasikan terbentuknya Islamic State (IS) sekaligus pembubaran ISIS. Mereka mengangkat Abu Bakar al-Baghdady sebagai khalifah IS. Deklarasi tersebut adalah langkah tepat sebagai puncak dari apa yang telah diperjuangkan sejak awal oleh Zarqawi. Namun, deklarasi itu tidak mendapat dukungan sepenuhnya dari pengikut ISIS yang lain. Bagi mereka, deklarasi itu tidak tepat, karena meskipun mereka ISIS juga dan pendukungnya, namun mereka tidak mendukung deklarasi itu (Assad, 2014: 71).

Deklarasi itu justru dinilai blunder yang merugikan. Deklarasi itu membuat ISIS menjadi gerakan dan kekuatan gamblang yang mudah dibidik dan dihabisi, padahal sejak 2006, strategi yang menurut mereka menjadi gerakan bawah tanah yang tersembunyi dan bergerak maju dan berkembang dalam senyap-senyap, dengan ideologi atau paham “takfiri” yang mereka anut.

ISIS memiliki ideologi “takfiri” yang berupa pandangan yang

mengkafirkan madzhab atau kelompok mana saja yang berbeda dengan dirinya.Ini sebuah keyakinan yang dianut oleh kelompok-kelompok ekstrem yang menganggap dirinya paling benar, sementara yang di luar dirinya pasti salah. ISIS mengkafirkan kelompok apapun di luar dirinya karena menurut mereka hanya Islam versi mereka saja yang benar dan menghalalkan cara-cara kekerasan kepada apa saja yang bertentangan dengan kemauannya (Assad, 2014: 122).

2.1.7. Sikap

(21)

2.1.7.1. Pengertian Sikap

Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tertentu. Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu, artinya tidak ada sikap tanpa objek. Sikap diarahkan kepada benda-benda, orang, peristiwa, pemandangan, lembaga, norma dan lain-lain. Manusia tidak dilahirkan dengan sikap tertentu. Sikap dibentuk sepanjang perkembangannya. Peranan sikap di dalam kehidupan manusia sangat besar sebab jika sudah terbentuk pada manusia ia akan turut menentukan cara manusia bertingkah laku terhadap objek-objek sikapnya. Sikap individual dimiliki oleh seseorang, bukan pada sekelompok orang.

Masalah sikap merupakan masalah yang urgen dalam bidang Psikologi Sosial. Beberapa ahli mengemukakan pengertian tentang sikap, diantaranya (Azwar, 1988 dalam Dayakisni, 2003: 95):

1. Thurstone

Berpandangan bahwa sikap merupakan suatu tingkatan afeksi, baik itu bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan obyek-obyek psikologis. 2. Kimball Young (1945)

Menyatakan bahwa sikap merupakan suatu predisposisi mental untuk melakukan suatu tindakan.

3. Fishbein & Ajzen (1975)

Menyebutkan bahwa sikap sebagai predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara konsisten dalam cara tertentu berkenaan dengan obyek tertentu.

4. Sherif & Sherif (1956)

Sikap menentukan keajegan dan kekhasan perilaku seseorang dalam hubungannya dengan stimulus manusia atau kejadian-kejadian tertentu. Sikap merupakan suatu keadaan yang memungkinkan timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku.

(22)

2.1.7.2. Komponen Sikap

Ada tiga komponen yang secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude) yaitu:

1. Komponen Kognitif (keyakinan)

Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang obyek sikap tersebut.

2. Komponen Afektif (perasaan)

Yaitu yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya.

3. Komponen Konatif (perilaku)

Yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan obyek sikapnya.

Dengan demikian sikap seseorang pada suatu obyek sikap merupakan manifestasi dari konstelasi ketiga komponen tersebut yang saling berinteraksi untuk memahami, merasakan dan berperilaku terhadap obyek sikap. Ketiga komponen itu saling konsisten satu dengan yang lainnya.

(23)

positif reaksi seseorang cenderung untuk mendekati atau menyenangi obyek tersebut, sedangkan dalam sikap yang negatif orang cenderung untuk menjauhi atau menghindari obyek tersebut.

2.2. Kerangka Konsep

Kerangka konsep harus dirumuskan sebagai hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Perumusan kerangka konsep itu merupakan bahan yang akan menuntun dalam merumuskan hipotesis penelitian (Nawawi, 2005: 45).

Konsep merupakan istilah dan definisi yang akan digunakan untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena yang hendak diuji (Singarimbun, 2011: 35)

Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah: a. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau faktor unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor atau unsur yang lain (Nawawi, 2005: 60). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pemberitaan ISIS di TV One.

b. Variabel Terikat (Y)

(24)

2.3. Variabel Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep diatas, maka dapat dibentuk variabel penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.2 Model Teoritis

2.4. Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, maka dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian penelitian ini, yaitu:

Variabel Bebas (X) Pemberitaan ISIS di TV

One

(25)

Tabel 2.1 : Operasional Variabel

Variabel Teoritis Variabel Penelitian Variabel Bebas (X)

Pemberitaan ISIS di TV One

a. Bentuk penyajian b. Gaya bahasa c. Kejelasan isi berita d. Frekuensi penayangan e. Narasumber

f. Presenter g. Wawancara Variabel Terikat (Y)

Sikap Mahasiswa

Komponen Sikap:

 Komponen kognitif a. Perhatian b. Kepedulian c. Pengetahuan

d. Keyakinan terhadap berita

 Komponen afektif

a. Sikap suka atau tidak terhadap berita terorisme

b. Mendukung atau tidak mendukung berita terorisme

 Komponen behavior

(26)

2.5. Definisi Operasional

Menurut Singarimbun (2011: 49), definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama.

Variabel-variabel dalam penelitian ini dapat didefinisikan sebagai berikut: 1. Variabel Bebas (Pemberitaan ISIS di TV)

a. Bentuk penyajian adalah tata cara dan letak berita yang disajikan, apakah selalu sebagai headline news atau tidak.

b. Gaya bahasa adalah di dalam pemberitaan, media massa menggunakan gaya bahasa yang bagaimana sehingga mampu membuat masyarakat memberikan respon, baik verbal maupun non verbal.

c. Kejelasan isi berita adalah penggunaan kata-kata dalam berita tersebut apakah sangat jelas, sedikit rancu atau tidak dapat dipahami responden. d. Frekuensi penayangan adalah kuantitas berita tersebut muncul di televisi. e. Narasumber adalah orang yang terkait dengan rangkaian fakta yang akan

diberitakan, yang dimintai keterangan dan pernyataannya oleh seorang wartawan maupun reporter.

f. Presenter adalah pembaca berita yang harus memiliki keahlian public speaking agar bisa menarik perhatian pemirsa.

g. Wawancara adalah wawancara yang dilakukan di tempat peristiwa. Biasanya dilakukan dengan pihak-pihak terkait, bisa dari pihak pemerintah yang berwenang maupun masyarakat setempat.

2. Variabel Terikat (Sikap Mahasiswa), terdiri dari:

 Komponen kognitif, meliputi:

a. Perhatian adalah perhatian responden terhadap berita ISIS di TV One. b. Kepedulian adalah kepedulian responden terhadap berita ISIS di TV One. c. Pengetahuan adalah wawasan responden setelah menonton berita ISIS di

(27)

d. Keyakinan adalah tingkat kepercayaan responden terhadap berita ISIS di TV One.

 Komponen afektif, meliputi:

a. Sikap suka atau tidak terhadap berita ISIS di TV One. b. Mendukung atau tidak mendukung berita ISIS di TV One.

 Komponen behavior, meliputi:

Takut atau tidak takut terhadap terorisme setelah menonton dan memahami berita ISIS di TV One.

3. Karakteristik Responden (Mahasiswa USU), terdiri dari:

a. Jenis kelamin, yaitu jenis kelamin dari responden, yakni pria dan wanita. b. Departemen, yaitu departemen yang terdapat di Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik USU.

2.5.Hipotesis

Menurut Bungin (2005: 75), hipotesis adalah suatu kesimpulan penelitian yang belum sempurna, sehingga perlu disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis itu melalui penelitian. Pembuktian itu hanya dapat dilakukan dengan menguji hipotesis dimaksud dengan data di lapangan.

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat hubungan antara Pemberitaan ISIS di TV One dan sikap mahasiswa FISIP USU.

Gambar

Gambar 2.1 : Teori S-O-R
Gambar 2.2 Model Teoritis
Tabel 2.1 : Operasional Variabel

Referensi

Dokumen terkait

Shalat rawatib adalah salat sunnah yang mengiringi shalat fardlu yang dikerjakan sebelum atau sesudah shalat.. Tujuannya adalah untuk menutup kekurangan yang terjadi

Berdasarkan hasil penelitian dihasilkan t hitung = 2,944 dengan nilai signifikansi 0,004, sedangkan ttabel = 1,6641, karena thitung>ttabel menunjukkan bahwa nilai t yang

1) Guru menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan 2) Guru menyiapkan alat dan lagu yang akan di nyanyikan. 3) Anak diajak untuk berdiri, baik dihalaman atau di dalam kelas. 4) Guru

Plot korespondensi pada Gambar 4 menunjukkan bahwa responden dengan peubah-peubah karakteristik antara lain jenis kelamin perempuan (P), sudah menikah (NY), umur 16-25 tahun

bangunan gedung kantor Belanja Bahan Pemeliharaan Rutin / Berkala Gedung Kantor. 1 Tahun 3.000.000

[r]

Our aim is to establish an Education Centre “Save the Children Life” and thus to provide illustrative simulations of different natural disasters using modern digital

[r]