• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberitaan Bebasnya Susno Duadji Dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Hubungan Pemberitaan Bebasnya Susno Duadji di Metro TV Dan Sikap Mahasiswa FISIP USU )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pemberitaan Bebasnya Susno Duadji Dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Hubungan Pemberitaan Bebasnya Susno Duadji di Metro TV Dan Sikap Mahasiswa FISIP USU )"

Copied!
186
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERITAAN BEBASNYA SUSNO DUADJI DAN SIKAP

MAHASISWA

(Studi Korelasional Tentang Hubungan Pemberitaan Bebasnya Susno Duadji di

Metro TV Dan Sikap Mahasiswa FISIP USU )

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana (S-1)

pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi

DISUSUN OLEH:

LYKKE NOVA LUWUK

090922032

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul “Pemberitaan Bebasnya Susno Duadji di Metro TV dan SIkap Mahasiswa (Studi Korelasional tentang Hubungan antara Pemberitaan Bebasnya Susno Duadji di Metro TV dan Sikap Mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik FISIP USU). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan pemberitaan bebasnya Susno Duadji dan sikap mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik FISIP USU.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan, seberapa erat hubungan dan berarti tidaknya hubungan antara Pemberitaan Bebasnya Susno Duadji di Metro TV terhadap Sikap Mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik FISIP USU.

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik FISIP USU, yaitu angkatan 2008 dan 2009 yang berjumlah 444 orang. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Slovin dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% sehingga diperoleh sampel sebanyak 82 orang. Sementara teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Proportional

Stratified Random Sampling dan Accidental Sampling.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library Research) dan Penelitian Lapangan (Field Research).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan uji hipotesis melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman, dengan menggunakan piranti lunak Statistical Product and System Solution (SPSS) versi 15.0 dan didukung dengan menggunakan skala Guilford. Untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap variabel Y serta mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X terhadap variabel Y masih menggunakan piranti lunak SPSS versi 15.0.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan kasih karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dan berkat semangat dan bimbingan dari Tuhan Yesus yang telah membuat saya dapat menjadi mahasiswa yang lebih baik lagi dalam iman dan pendidikan saya.

Penulisan skripsi yang berjudul “Pemberitaan bebasnya Susno Duadji di Metro TV dan sikap mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik FISIP USU” ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan yang harus dilengkapi dalam memperoleh gelas sarjana sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak mengerjakannya dengan begitu saja, melainkan merupakan hasil pelajaran yang penulis terima selama mengikuti perkuliahan di Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara.

(4)

menyelesaikan pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri dengan hasil yang baik dan memuaskan.

Dengan segala kerendahan hati, tidak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Drs. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Dra. Fatmawati Lubis, MA. selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi serta Ibu Dra. Dayana, M.Si selaku Sekretaris Departemen, atas segala bantuan dan dukungannya yang sangat bergunaa dan bermanfaat bagi penulis.

3. Bapak Drs. Amir Purba, MA. Ph.D selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan masukan, arahan, dan bimbingan dalam pengerjaan skripsi ini dan Ibu Dra. Mazdalifah, M.Si selaku Dosen Wali selama mengikuti perkuliahan dari awal hingga akhir perkuliahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Buat staf laboratorium dan Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU, Kak Hanim, Kak Puan, Kak Maya, Kak Icut, dan Kak Ros yang telah membantu segala sesuatu yang berkaitan dengan jalannya pendidikan penulis.

5. Seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Ilmu Komunikasi pada khususnya dan FISIP USU pada umumnya, yang telah mendidik, membimbing, dan membantu penulis selama masa perkuliahan.

(5)

yang imut-imut dan baik hati, semua sahabatku Tetty, Dwi, Mila, k’Tina, Lamhot, Benget, Oloan, Hera yang selalu saling memberi semangat dan semua teman-teman Ilmu Komunikasi ekstensi stambuk 2009 yang telah membantu dan mendukung dengan kasih sayang kepada penulis.

7. Dan kepada semuanya yang telah mendukung penulis dalam penyelesaian pendidikan dan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan disini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum mencapai titik kesempurnaannya karena adanya kekurangan atau apapun. Penulis mengaharapkan kepada para pembaca untuk dapat memberikan kritikan dan saran yang dapat mendukung kesempurnaan skripsi ini sehingga penulis dan para pembaca dapat menjadikan skripsi ini sebuah pengetahuan yang dapat dipahami oleh banyak pihak.

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Perumusan Masalah ... 7

I.3 Pembatasan Masalah ... 7

I.4 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 8

I.4.1 Tujuan Penelitian ... 8

I.4.2 Manfaat Penelitian ... 8

I.5 Kerangka Teori ... 9

I.5.1 Teori S-O-R ... 9

I.5.2 Teori Peluru ... 13

I.5.3 Televisi sebagai Media Komunikasi Massa ... 13

I.5.4 Berita ... 15

I.9 Defenisi Operasional Variabel ... 20

I.10 Hipotesis ... 23

BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi ... 24

II.2 Komunikasi Massa ... 33

II.3 Teori S-O-R ... 40

II.4 Teori Peluru ... 43

II.5 Televisi Sebagai Komunikasi Massa ... 44

II.6 Berita ... 48

II.7 Efek Komunikasi Massa ... 50

II.8 Sikap ... 54

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Metode Peneltian ... 57

III.2 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 58

III.2.1) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU ... 1. Sejarah ... 58

2. Visi dan Misi ... 60

3. Struktur Organisisasi ... 62

III.2.2) Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU ... 63

(7)

2. Visi dan Misi ... 66

III.2.3) Departemen Ilmu Politik FISIP USU ... 67

1. Sejarah ... 67

2. Visi , Misi dan Tujuan ... 69

III.3 Sekilas Tentang Metro TV ... 72

III.3.1) Sejarah Metro TV ... 72

III.3.2) Pemberitaan Bebasnya Susno Duadji di Metro TV 76 III.4 Populasi dan Sampel ... 77

III.4.1) Populasi ... 77

III.4.2) Sampel ... 78

III.5 Teknik Penarikan Sampel ... 79

III.6 Teknik Pengumpulan Data ... 81

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research) ... 81

2. Penelitian Lapangan (Field Research) ... 81

III.7 Teknik Analisis Data ... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan ... 157

V.2 Saran ... 158 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Lembar Catatan Bimbingan Skripsi 2. Kuesioner Penelitian

(8)

DAFTAR TABEL

22 Frekuensi mengikuti perkembangan pemberitaan Susno Duadji melalui televisi ... 104

23 Menariknya pemberitaan bebasnya Susno Duadji di Metro TV terhadap mahasiswa... 105

24 Mengikuti setiap perkembangan bebasnya Susno Duadji di Metro TV ... 106

25 Keseringan menonton pemberitaan bebasnya Susno Duadji di Metro TV dalam sehari ... 108

26 Rata-rata setiap hari waktu yang Anda habiskan untuk menonton pemberitaan bebasnya Susno Duadji di Metro TV . 109 27 Bentuk penyajian berita bebasnya Susno Duadji di Metro TV... 111

28 Informasi pada pemberitaan bebasnya Susno Duadji di Metro TV dapat dipercaya ... 112

29 Kesesuaian isi pemberitaan bebasnya Susno Duadji di Metro TV dengan fakta ... 113

30 Kejelasan isi berita dalam pemberitaan bebasnya Susno Duadji di Metro TV ... 115

31 Tanggapan mahasiswa tentang gaya bahasa dalam pemberitaan bebasnya Susno Duadji di Metro TV ... 116

(9)

33 Pemberitaan bebasnya Susno Duadji diberitakan secara

kontinyu atau berkelanjutan ... 119 34 Pemberitaan bebasnya Susno Duadji di Metro TV sudah

konsisten dari segi isi beritanya ... 120 35 Pesan yang disampaikan dalam pembeitaan bebasnya Susno

Duadji di Metro TV diterima dengan baik ... 121 36 Pemberitaan bebasnya Susno Duadji di Metro TV mampu

mempengaruhi emosional penonton... 123 37 Bertambahnya pengetahuan mahasiswa dari pemberitaan

bebasnya Susno Duadji di Metro TV ... 124 38 Adanya mahasiswa menaruh perhatian terhadap pemberitaan

Susno Duadji di Metro TV ... 126 39 Frekuensi mahasiswa yang menonton berita di Metro TV ... 127 40 Mahasiswa menyukai setiap pemberitaan bebasnya Susno

Duadji di Metro TV ... 128 41 Sikap setuju mahasiswa terhadap pemberitaan Susno Duadji

dibebaskan di Metro TV ... 129 42 Sikap mengerti mahasiswa setelah menonton pemberitaan

bebasnya Susno Duadji di Metro TV ... 130 43 Kepedulian mahasiswa terhadap pemberitaan bebasnya Susno Duadji di Metro TV ... 132 44 Bagaimana pemahaman mahasiswa terhadap pemberitaan

bebasnya Susno Duadji di Metro TV ... 133 45 Sikap yakin mahasiswa tentang pemberitaan bebasnya Susno

Duadji di Metro TV ... 135 46 Pemberitaan bebasnya Susno Duadji di Metro TV mampu

merubah penilaian mahasiswa terhadap Susno Duadji ... 136 47 Dukungan mahasiswa terhadap setiap informasi yang

disampaikan dalam pemberitaan bebasnya Susno Duadji di

Metro TV ... 137 48 Korelasi Antara Isi Pemberitaan Bebasnya Susno Duadji di

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

(11)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul “Pemberitaan Bebasnya Susno Duadji di Metro TV dan SIkap Mahasiswa (Studi Korelasional tentang Hubungan antara Pemberitaan Bebasnya Susno Duadji di Metro TV dan Sikap Mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik FISIP USU). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan pemberitaan bebasnya Susno Duadji dan sikap mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik FISIP USU.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan, seberapa erat hubungan dan berarti tidaknya hubungan antara Pemberitaan Bebasnya Susno Duadji di Metro TV terhadap Sikap Mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik FISIP USU.

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik FISIP USU, yaitu angkatan 2008 dan 2009 yang berjumlah 444 orang. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Slovin dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% sehingga diperoleh sampel sebanyak 82 orang. Sementara teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Proportional

Stratified Random Sampling dan Accidental Sampling.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library Research) dan Penelitian Lapangan (Field Research).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan uji hipotesis melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman, dengan menggunakan piranti lunak Statistical Product and System Solution (SPSS) versi 15.0 dan didukung dengan menggunakan skala Guilford. Untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap variabel Y serta mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X terhadap variabel Y masih menggunakan piranti lunak SPSS versi 15.0.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Komjen Pol Drs. Susno Duadji, S.H, M.Sc. (lahir di Pagar Alam, Sumatera Selatan, 1 Juli 1954; umur 55 tahun) adalah mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri (Kabareskrim Polri) yang menjabat sejak 24 Oktober 2008 hingga 24 November 2009. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Wakil Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan Kapolda Jawa Barat.

Nama Susno Duadji saat ini kembali menjadi buah bibir di kalangan media dan masyarakat luas. Semua berawal dengan kehadirannya untuk meringankan hukuman yang dijatuhkan kepada Mantan Ketua KPK Antasari Azhar tanpa meminta izin resmi pada atasannya mantan kabareskrim yang disinyalir ikut merekayasa kasus Bibit dan Candra ini diganjar sanksi.

(13)

Saat terbentuk Tim 8 yang dipimpin oleh Adnan Buyung Nasution meminta supaya Kapolri menonaktifkan Susno Duadji. Ternyata tanpa diduga-duga dengan sendirinya, Susno Duadji menyatakan mengundurkan diri dari jabatan sebagai Kabareskrim Mabes Polri. Setelah mengundurkan diri tersebut, ternyata oleh Polri, Susno dicabut dari Jabatannya sebagai Kabareskrim. Jabatan Kabareskrim yang sebelumnya dipegang oleh Susno Duadji diserahkan kepada Irjen Ito Sumardi.

Cerita bergulir sampai pada kasus Antasari Azhar sang Ketua KPK yang “terjerat” kasus kriminal. Dalam rangkaian persidangan kasus Antasari, Susno mengambil inisiatif sendiri dengan tanpa ijin Kapolri bersaksi yang dalam kesaksiannya tersebut mengatakan bahwa kasus Antasari merupakan “rekayasa” bahkan yang lebih parah lagi bahwa sebagai Kabareskrim (pada waktu penyidikan Antasari) Susno mengaku tidak dilibatkan.

Sang Jenderal (bintang tiga) tersebut seolah “selebriti” yang sedang naik daun, simpati dan dukungan mengalir dari berbagai kalangan. Hampir di setiap media, Susno gencar menyuarakan “kebusukan” penanganan kasus Antasari dan tanggapan muncul beragam. Begitulah, akhirnya kasus Antasari terkubur oleh waktu.

(14)

Mafia Hukum dan Komisi III DPR. Satu persatu persoalan akhirnya terkuak, GT, SJ, Pengacara H, Kompol A, Bapak “Jaksa”, Bapak “Hakim” dan sederet nama lainnya.

Dari rangkaian penyidikan yang dilakukan Polri terhadap sekian tersangka dan penyidikan pembanding dari pelapor, akhirnya sampai pada kenyataan bahwa Sang Jenderal harus diperiksa secara khusus oleh penyidik, setelah diwarnai ketidakhadiran pada panggilan pertama, Sang Jenderal akhirnya memenuhi panggilan Penyidik Independen Mabes Polri. Setelah melalui penyidikan yang melelahkan, Susno “disangka” menerima gratifikasi sebesar Rp. 500.000.000,- dari pengelola SAL berdasarkan keterangan Syahril Johan dan Pengacara Haposan. Susno menolak menandatangani Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dan menolak menandatangani Surat “Penangkapan”, Karena itu menurut Kadivhumas Mabes Polri, maka terhadap Komjen Susno Duaji “terpaksa” harus dilakukan penahanan. “Itu adalah prosedur tetap di Polri dan penahanan terhadap Komjen Susno Duaji murni demi penegakan hukum”. Sungguh mengenaskan. Sebagai orang awam, masyarakat banyak yang bingung dengan persoalan ini.

(15)

Pilkada sendiri, sebagian besar anggota kepolisian yang sudah dimutasi. Sehingga untuk dihadirkan di persidangan, membutuhkan waktu dan harus memanggil berkali-kali. Susno keluar dari rumah tahanan di Kompleks Komando Brigade Mobil Kepala Dua, Depok, Jawa Barat, didampingi para kuasa hukumnya. Ia langsung memberikan penjelasan seputar pembebasan dirinya. Meski bisa pulang, Susno tetap mendapat perlindungan dari Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). Terkait bebasnya Susno, Jaksa Penuntut Umum juga khawatir Susno melarikan diri ke luar negeri. Untuk itu Kejaksaan mengajukan permohonan status cekal (cegah tangkal) bagi terdakwa kasus dugaan korupsi Pilkada Gubernur Jabar dan mafia kasus PT SAL itu. Pengenaan status cegah diperlukan sebab sidang pengadilan atas dua kasus yang didakwakan kepada Susno masih berlangsung. Maka wajib bagi Susno untuk selalu hadir mengikuti tahapan persidangan hingga vonis bersalah dan hukuman dijatuhkan. Dan pemberitaan ini kembali menjadi sorotan media dan masyarakat luas.

(16)

Berbicara mengenai media massa, ada media cetak yaitu surat kabar, majalah, selebaran, brosur, selain itu kita juga mengenal media elektronik auditif seperti radio, dan yang terakhir media elektronik audiovisual yaitu televisi dan internet. Akan tetapi dari banyaknya jenis media tadi, media massa yang paling diminati oleh semua kalangan adalah televisi, karena merupakan gabungan dari segi verbal, visual, teknologikal dan dimensi dramatikal (Sumadiria, 2005 : 4-5).

Televisi yang merupakan bagian dari pers luas memiliki beberapa fungsi, yaitu informasi, edukasi, koreksi, rekreasi dan mediasi. Fungsi Informasi maksudnya adalah menyampaikan informasi secepat-cepatnya kepada masyarakat seluas-luasnya, sedangkan fungsi edukasi sebenarnya bila dilihat dari asal katanya sudah jelas apa maksudnya yaitu apapun informasi yang disampaikan hendaknyalah dalam kerangka mendidik.

Dikatakan memiliki fungsi koreksi artinya adalah pers merupakan pilar demokrasi keempat setelah legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Dikatakan seperti ini adalah karena ditujukan untuk mengawasi dan mengontrol kekuatan ketiganya agar kekuatan mereka tidak menjadi korup dan absolut. Fungsi rekreasi maksudnya yang mampu membuat para penikmatnya dapat lepas dari masalah dan kepenatan sehari-hari dengan menyaksikan tayangan, dan yang terakhir adalah fungsi mediasi berarti sebagai penghubung yang dapat menghubungkan makhluk yang ada di dunia ini antara negara yang satu dengan lainnya dalam lembar-lembar yang sistematis. (Sumadiria 2005 : 32-34)

(17)

kelompok usaha media yang dipimpin ole pemilik izin penyiaran atas nama "MetroTV" pada tanggal siaran uji coba di 7 kota. Pada awalnya hanya bersiaran 12 jam sehari, sejak tanggal memulai operasi dengan 280 orang karyawan, saat ini MetroTV mempekerjakan lebih dari 1200 orang, sebagian besar di ruang berita dan daerah produksi. Stasiun TV ini hanya memusatkan acaranya pada siaran warta berita saja. Tetapi dalam perkembangannya, stasiun ini kemudian juga memasukkan unsur hiburan dalam program-programnya. Metro TV adalah stasiun pertama di Indonesia yang menyiarkan berita dalam stasiun TV di Indonesia yang tidak menayangkan program sinetron. Metro TV juga menayangkan siaran internasional

memilik

Bukan hanya dikalangan media massa, kalangan masyarakat luas juga tertarik dengan pemberitaan Susno Duadji, selain itu kalangan mahasiswa juga memiliki perhatian khusus terhadap pemberitaan Susno Duadji. Hal ini disebabkan mahasiswa dituntut untuk peka terhadap informasi-informasi terbaru.

(18)

termasuk acara berita yang setiap waktu selalu berkembang. Liputan berita tentu saja bisa menambah pengetahuan mahasiswa FISIP USU tentang situasi dan kondisi yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia maupun dari mancanegara. Intensitas liputan berita tentang bebasnya Susno Duadji bisa saja membentuk pandangan yang berbeda-beda di kalangan mahasiswa.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana hubungan antara pemberitaan bebasnya Susno Duadji di Metro TV dan sikap mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik FISIP USU.

I. 2. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka peneliti mengajukan perumusan masalah sebagai berikut :

” Bagaimanakah hubungan pemberitaan bebasnya Susno Duadji di Metro TV dan sikap mahasiswa FISIP USU ”.

I. 3. PEMBATASAN MASALAH

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun pembahasan masalah yang akan diteliti adalah :

(19)

2. Penelitian ini difokuskan kepada pengaruh pemberitaan bebasnya Susno Duadji terhadap sikap mahasiswa yang kognitif dan afektif.

3. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa FISIP USU yang dibatasi pada Departemen Ilmu Komunikasi dan Departemen Ilmu Politik angkatan 2008 dan 2009.

4. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2011 sampai dengan selesai.

I. 4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui intensitas menonton mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik terhadap pemberitaan bebasnya Susno Duadji.

b. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap mahasiswa terhadap pemberitaan bebasnya Susno Duadji.

c. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan pemberitaan bebasnya Susno Duadji dan sikap mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik FISIP USU.

2. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah :

(20)

2. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi masukan kepada pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penelitian itu.

3. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk memperluas pengetahuan peneliti serta mahasiswa FISIP USU mengenai pengaruh media.

I.5. KERANGKA TEORI

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti permasalahannya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana akan disoroti (Nanawi, 1995: 39-40).

Teori merupakan himpunan konstruk (konsep), definisi dan preposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2006: 43). Teori berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan memberikan pandangan terhadap sebuah permasalahan.

Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan antara lain : I.5.1. Teori S-O-R

(21)

yang merupakan reaksi yang bersifat khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Prinsip teori ini pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar yang sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Dengan demikian, seseorang dapat mengharapkan atau memperkirakan suatu kaitan yang erat antara pesan-pesan media dan reaksi audiens. Dalam proses perubahan sikap, maka sikap komunikan hanya dapat berubah apabila stimulus yang menerpanya melebihi apa yang pernah dialaminya. Prof. Dr. Mar’ at (Effendy, 2003:255) dalam bukunya “Sikap Manusia, Perubahan Serta Pengukurannya” mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelly yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap baru, ada tiga variabel penting yaitu :

a. Perhatian, b. Pengertian, c. Penerimaan

Gambar 1 Teori S-O-R

Sumber : Effendy, 2003:255

Organism • Perhatian • Pengertian • Penerimaan Stimulus

(22)

Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organism. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.

Pendekatan teori S-O-R lebih mengutamakan cara-cara pemberian imbalan yang efektif agar komponen konasi dapat diarahkan pada sasaran yang dikehendaki. Sedangkan pemberian informasi penting untuk dapat berubahnya komponen kognisi. Komponen kognisi itu merupakan dasar untuk memahami dan mengambil keputusan agar dalam keputusan itu terjadi keseimbangan. Keseimbangan inilah yang merupakan sistem dalam menentukan arah dan tingkah laku seseorang. Dalam penentuan arah itu terbentuk pula motif yang mendorong terjadinya tingkah laku tersebut. Dinamika tingkah laku disebabkan pengaruh internal dan eksternal.

(23)

terhadap sikap. Untuk tercapainya ini perlu cara penyampaian yang efektif dan efisien.

Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.

Bila dikaitkan dengan penelitian ini, bagaimana pengaruh pemberitaan bebasnya Susno Duadji di Metro TV terhadap sikap mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik FISIP USU. Ada tiga variabel penting dalam menelaah sikap yang dirumuskan dalam teori S-O-R yakni :

Pesan (Stimulus) : Pemberitaan bebasnya Susno Duadji di

Metro TV.

Komunikan (Organism) : Mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Ilmu

Politik FISIP USU.

Efek (Response) : Sikap yang timbul melalui pemberitaan

bebasnya Susno Duadji di Metro TV di kalangan mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik FISIP USU.

(24)

I.5.2. Teori Peluru (Bullet Theory)

Teori Peluru (Bullet Theory) yang berarti teori komunikasi yang menempatkan pesan, komunikator, dan media massa yang determinan (powerful). Teori Bullet menggunakan lima komponen, yaitu who, says what, in which

channel, to whom dan with what effect.

Komunikan dalam Teori Bullet bersifat pasif, terpecah-pecah (atomistis) dan seragam (homogen). Bersikap pasif karena komunikator dapat menyampaikan pesan kepada komunikan dengan baik dan komunikan dapat menjadi seperti yang diinginkan oleh komunikator. Media massa memiliki kemampuan yang kuat untuk mempengaruhi dan membentuk audiens sebagaimana yang diinginkan komunikator.

Kelemahan teori ini yaitu :

a. Terlalu fokus pada perlakuan media terhadap audiens dan efek media massa. b. Mengabaikan adanya kemungkinan bahwa audiens juga memiliki

kemampuan untuk mempengaruhi media massa.

c. ‘Bias’ karena terlalu menyederhanakan peristiwa-peristiwa komunikasi.

I.5.3. Televisi sebagai Media Komunikasi Massa

(25)

tujuan khalayak menonton televisi adalah untuk memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi.

Ditinjau dari stimulus alat indera, dalam radio siaran, surat kabar dan majalah hanya satu alat indera yang mendapat stimulus. Radio siaran dengan indera pendengaran, surat kabar dengan indera penglihatan. Tetapi televisi memiliki kelebihan, yaitu :

1. Audiovisual

Televisi memiliki kelebihan yaitu dapat didengar dan dilihat (audiovisual). Karena sifatnya yang audiovisual itu pula, maka acara siaran harus dilengkapi dengan gambar, baik gambar diam seperti foto, gambar peta, ataupun rekaman peristiwa.

2. Berpikir dalam gambar

Pihak yang bertanggung jawab atas kelancaran acara televisi adalah pengarah acara. Bila ia membuat naskah acara atau membaca naskah acara, ia harus berpikir dalam gambar (think in picture). Begitu pula dengan seorang komunikator yang akan menyampaikan informasi, pendidikan, atau persuasi, sebaiknya ia dapat melakukan berpikir dalam gambar.

3. Pengoperasian lebih kompleks

(26)

dapat diterima oleh khalayak sasaran. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah pemirsa, waktu, durasi, dan metode penyajian.

Menurut Prof. Dr. R Mar’at acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, persepsi, perilaku, pandangan dan perasaan para penonton, dan ini sebagai hal yang wajar. Jadi jika ada hal-hal yang menyebabkan penonton terharu, terpesona, atau latah bukanlah sesuatu yang istimewa, sebab salah satu pengaruh psikologi dalam televisi adalah seakan-akan menghipnotis penonton, sehingga penonton tersebut dihanyutkan dalam suasana pertunjukan televisi (Effendy, 2003: 122).

I.5.4. Berita

Menurut Assegraf, 1983 dalam Mondry (2008:132) menjelaskan beberapa definisi berita yang dikutip dari beberapa tokoh, antara lain sebagai berikut. a. M. Lyle Spencer, dalam buku News Writing menyebutkan, berita merupakan

kenyataan atau ide yang benar dan dapat menarik perhatian sebagian besar pembaca.

b. Wiliard C. Bleyer, dalam buku Newspaper Writing and Editing mengemukakan, berita adalah sesuatu yang termasa dipilih wartawan untuk dimuat disurat kabar karena ia dapat menarik atau mempunyai makna bagi pembaca surat kabar atau karena ia dapat menarik pembaca-pembaca media cetak tersebut.

(27)

fakta-fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi, yang menarik perhatian para pembaca surat kabar tang memuat berita tersebut.

d. Eric C. Hepwood menulis, berita adalah laporan pertama dari kejadian yang penting dan dapat menarik perhatian umum.

Menurut Askurifai Baksin (2006:63-68), terdapat unsur-unsur dominan yang menjadi ciri khas berita, yaitu :

a. Penampilan Penyaji berita

Penyaji atau yang lebih dikenal dengan sebutan presenter atau pemandu acara adalah istilah Inggris untuk orang yang membawakan acara atau program televisi. Seorang presenter televisi biasanya juga seorang aktor, penyanyi, dan lainnya, tapi umumnya terkenal karena presenter program tertentu. Kecuali presenter untuk program politik atau iptek yang merupakan profesional dibidangnya, atau selebriti yang berhasil di satu bidang tertentu lainnya. (http:/id?wikipedia.Org/wiki/Presenter_televisi

RM Hartoko dalam Baksin (2006:157) menyebutkan beberapa prasyarat untuk menjadi presenter televisi yang baik, yaitu:

).

1) Penampilan yang baik dan perlu didukung oleh watak dan pengalaman.

2) Kecerdasan pikiran yang meliputi pengetahuan umum, penguasaan bahasa, daya penyesuaian dan daya ingatan yang kuat.

3) Keramahan yang tidak berlebihan sampai over friendly yang dapat menjengkelkan dan menjadi tidak wajar.

4) Jenis suara yang tepat dengan warna suara yang enak untuk didengar dan memiliki wibawa yang cukup mantap.

b. Bahasa

Bahasa merupakan sistem ungkapan melalui suara yang dihasilkan oleh pita suara manusia yang bermakna, dengan satuan-satuan utamanya berupa kata-kata dan kalimat, yang masing-masing memiliki kaidah-kaidah pembentuknya (Baksin, 2006:67). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahasa adalah sistem lambang bunyi arbiter, yang dipergunakan oleh para anggota masyarakat untuk bekerja sama berinteraksi, dan menhidentifikasi diri. (Baksin 2006:67).

I.5.5. Efek Komunikasi Massa

(28)

propaganda yang dilakukan untuk mempengaruhi individu maupun massa melalui media pada masa itu. Efek dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media massa timbul pada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Oleh karena itu, efek melekat pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis.

Efek dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori (Effendy, 1993:318) yaitu: a. Efek kognitif, yaitu berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga

khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti yang tadinya bingung menjadi merasa jelas.

b. Efek afektif, yaitu berkaitan dengan perasaan. Akibat dari membaca surat kabar atau majalah, mendengarkan radio, menonton acara televisi atau film bioskop dapat menimbulkan perasaan tertentu pada khalayak.

c. Efek konatif, yaitu bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang cenderung menjadi suatu tindakan atau kegiatan. Efek konatif tidak langsung timbul sebagai akibat terpaan media massa, melainkan didahului oleh efek kognitif dan afektif. Dengan kata lain timbulnya efek konatif setelah muncul efek kognitif dan afektif.

I.5.6. Sikap

Menurut Jalaluddin Rakhmat (2007:39) mengemukakan lima pengertian sikap, yaitu:

1. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan atau situasi, atau kelompok.

2. Sikap mempunyai daya penolong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu; menentukan apa yang disukai, diharapkan, dan diinginkan; mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus dihindari.

3. Sikap lebih menetap. Berbagai studi menunjukkan sikap politik kelompok cenderung dipertahankan dan jarang mengalami perubahan.

4. Sikap mengandung aspek evaluatif, artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan.

(29)

I.6. KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Dengan kerangka konsep, akan menuntun penelitian dalam merumuskan hipotesis (Nawawi, 1995:40). Kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang akan diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dipersoalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.

Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Bebas

Variabel bebas (independent variabel) adalah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor atau unsur lain (Nawawi, 1995:56). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberitaan bebasnya Susno Duadji di Metro TV.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat (dependent variabel) adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ditentukan atau dipengaruhi ada atau ditentukan adanya variabel bebas bukan karena adanya variabel lain (Nawawi, 1995:37). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik FISIP USU.

3. Karakteristik Responden

(30)

I.7. MODEL TEORITIS

Model teoritis merupakan paradigma yang mentransformasikan permasalahan-permasalahan terkait antara satu dengan yang lainnya. Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep, dibentuk menjadi model teoritis berikut :

GAMBAR 2 Model Teoritis Penelitian

I.8. OPERASIONAL VARIABEL

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas, maka untuk lebih memudahkan penelitian, perlu dibuat operasional variable-variabel terkait sebagai berikut :

Variabel Terikat ( Y )

Sikap Mahasiswa Ilmu Politik dan Ilmu

Komunikasi FISIP USU Variabel Bebas ( X )

Pemberitaan bebasnya Susno Duadji di Metro TV

Variabel Antara Karakteristik

(31)

Tabel 1 Operasional Variabel

Konsep Operasional Indikator

Variabel Bebas ( X )

Pemberitaan Bebasnya Susno Duadji di Metro TV

Sikap Mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik FISIP USU

1. Kognitif

a. Kedalaman Pemberitaan b. Mengikuti Pemberitaan

2. Afektif

a. Menyukai Pemberitaan b. Mengerti pemberitaan c. Perubahan Sikap d. Setuju Pemberitaan

Karakteristik Responden a.b. Angkatan Jenis Kelamin c. Jurusan

I.9. DEFENISI OPERASIONAL

(32)

yang amat membantu peneliti lain yang akan menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995:46).

Definisi variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Bebas ( Pemberitaan bebasnya Susno Duadji di Metro TV) a. Credibility adalah nilai kepercayaan mahasiswa terhadap pemberitaan

bebasnya Susno Duadji di Metro TV.

b. Context adalah pemberitaan yang disajikan berisi konteks-konteks yang menggambarkan kehidupan nyata.

c. Content adalah kejelasan makna dari pemberitaan bebasnya Susno Duadji di Metro TV.

d. Clarity adalah kejelasan bahasa pada pemberitaan bebasnya Susno Duadji di Metro TV.

e. Continuity adalah adanya kesinambungan mengenai pemberitaan bebasnya Susno Duadji di Metro TV.

f. Consistency adalah ketetapan terhadap makna pesan dalam pemberitaan bebasnya Susno Duadji di Metro TV.

g. Capability adalah kemampuan mahasiswa menerima pesan yang disampaikan dalam pemberitaan bebasnya Susno Duadji di Metro TV.

2. Variabel Terikat ( Sikap Mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik FISIP USU )

(33)

a. Kedalaman Pemberitaan adalah kemampuan mahasiswa dalam melihat kedalaman berita bebasnya Susno Duadji.

b. Mengikuti Pemberitaan adalah sejauh mana mahasiswa mengikuti pemberitaan bebasnya Susno Duadji.

2. Efek afektif, yaitu berkaitan dengan perasaan. Akibat dari membaca surat kabar atau majalah, mendengarkan radio, menonton acara televisi atau film bioskop dapat menimbulkan perasaan tertentu pada khalayak.

c. Menyukai Pemberitaan adalah sejauh mana mahasiswa menyukai pemberitaan bebasnya Susno Duadji.

d. Mengerti pemberitaan adalah kemampuan mahasiswa untuk mengerti pemberitaan bebasnya Susno Duadji.

e. Perubahan Sikap adalah bagaimana sikap mahasiswa dalam menilai pemberitaan bebasnya Susno Duadji.

f. Setuju Pemberitaan adalah sejauh mana mahasiswa menyetujui pemberitaan bebasnya Susno Duadji.

3. Karakteristik Responden

a. Angkatan : Stambuk / Angkatan responden

b. Jenis Kelamin : Jenis kelamin dari responden laki-laki atau perempuan

(34)

I.10. HIPOTESIS

Hipotesis merupakan suatu proposisi atau pernyataan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. Dalam suatu penelitian, hipotesis berfungsi sebagai jawaban sementara (tentative answer) bagi masalah atau pertanyaan penelitian, yang oleh karenanya perlu diuji melalui prosedur pengujian hipotesis. Suatu hipotesis bisa dirumuskan melalui berbagai sumber, bergantung dari titik tolak kerangka pemikiran yang dipergunakan seorang peneliti. Jelas, dalam suatu penelitian hipotesis yang dikemukakan tidak muncul begitu saja, melainkan bertitik tolak dari kerangka pemikiran atau kerangka teoritis yang dipergunakan si peneliti dalam usahanya memberi jawaban sementara terhadap masalah atau pertanyaan penelitian (Lubis, 1998:13).

Goode dan Hatt menjelaskan ciri-ciri hipotesis yang baik adalah hipotesis harus jelas secara konseptual, harus mempunyai rujukan empiris, harus bersifat spesifik, harus dihubungkan dengan teknik penelitian yang ada, dan harus berkaitan dengan suatu teori (Rakhmat, 2006:14-15). Hipotesis adalah sarana penelitian yang penting dan tidak bisa ditinggalkan karena merupakan instrumen kerja dari teori (Singarimbun, 1995:43). Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang tengah diteliti (Suyanto dan Sutinah, 2005:43).

Ho : Tidak terdapat hubungan antara pemberitaan bebasnya Susno Duadji di Metro TV terhadap sikap mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik FISIP USU.

(35)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1. KOMUNIKASI

II.1.1. Pengertian Komunikasi

Setiap orang yang hidup dalam masyarakat, sejak bangun tidur sampai tidur kembali, secara kodrati senantiasa terlibat dalam komunikasi. Terjadinya komunikasi adalah sebagai konsekuensi hubungan sosial (social relations). Masyarakat paling sedikit terdiri dari dua orang yang saling berhubungan satu sama lain, yang disebabkan oleh hubungan tersebut, menimbulkan interaksi sosial (social interaction) dan terjadinya interaksi sosial disebabkan oleh interkomunikasi (intercommunication) (Effendy, 2004: 3). Komunikasi juga dapat diartikan sebagai bentuk interaksi manusia yang saling berpengaruh mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi ( Cangara, 2002:20 ). Secara etimologi istilah komunikasi dalam bahasa Inggris yaitu communication, berasal dari kata Latin

communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama yang

(36)

Menurut Carl I. Hovland komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain (communication is the process to modify the behavior of other

individuals)(Effendy, 2005:10). Akan tetapi, perubahan sikap, pendapat atau

perilaku orang lain dapat terjadi apabila komunikasi tersebut berlangsung secara komunikatif. Sedangkan menurut Wilbur Schramm seorang ahli linguistik, mengatakan communication berasal dari kata Latin “communis” yang artinya

common atau sama. Jadi menurut Schramm jika mengadakan komunikasi dengan

suatu pihak, maka kita menyatakan gagasan kita untuk memperoleh commones dengan pihak lain mengenai suatu objek tertentu (Purba, dkk, 2006:30).

Sedangkan Harold Lasweel memberikan pengertian komunikasi melalui paradigma yang dikemukakannya dalam karyanya The Structire abd Function of

Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk

menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan “Whos Says What In

Which Channel To Whom With What Effect ?” Paradigma Lasswell menunjukkan

bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan, yakni :

1. Who : Komunikator; orang yang menyampaikan pesan.

2. Says What : Pernyataan yang didukung oleh lambing-lambang.

3. In Which Channel : Media; sarana atau saluran yang mendukung pesan

yang disampaikan.

4. To Whom : Komunikan; orang yang menerima pesan.

5. With What Effect : Efek dampak sebagai pengaruh pesan atau dapat juga

(37)

Berdasarkan paradigma lasswell tersebut komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Effendy, 2005:10).

Berdasarkan defenisi diatas dapat diketahui bahwa komuikasi merupakan proses penyampaian pesan melalui penggunaaan simbol/ lambang yang dapat menimbulkan efek berupa perubahan tingkah laku yang bisa dilakukan dengan menggunakan media tertentu.

Menurut Nordenstreng dan Varis, 1973 dalam Bungin (2006: 107), ada empat titik penentu yang utama dalam sejarah komunikasi manusia, yaitu:

1) Ditemukannya bahasa sebagai alat interaksi tercanggih manusia.

2) Berkembangnya seni tulisan dan berkembangnya kemampuan bicara manusia dengan menggunakan bahasa.

3) Berkembangnya kemampuan reproduksi kata-kata tertulis (written

words) dengan menggunakan alat pencetak, sehingga memungkinkan

terwujudnya komunikasi massa yang sebenarnya.

4) Lahirnya komunikasi elektronik, mulai dari telegraf, telepon, radio, televisi, hingga satelit.

(38)

II.1.2. Unsur-unsur Komunikasi

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilaksanakan secara efektif, maka diperlukan pemahaman tentang unsur komunikasi.

Adapun unsur ataupun elemen yang mendukung terjadinya suatu komunikasi (Cangara, 2002:23-26) sebagai berikut :

1. Sumber

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Sumber sering disebut pengirim, komunikator. (source,

sender).

2. Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat, atau propaganda.

3. Media

Media yang dimaksud disini adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Dalam komunikasi massad, media adalah alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, dimana setiap orang dapat melihat, membaca, dan mendengarnya.

4. Penerima

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai, atau Negara. Penerima adalah elemen yang penting dalam proses komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang seringkali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan, atau saluran.

5. Pengaruh

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku seseorang. Karena itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.

6. Tanggapan balik

Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Tetapi, sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima.

7. Lingkungan

(39)

II.1.3. Proses Komunikasi

Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yaitu : 1. Proses Komunikasi secara primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar dan lain sebagaianya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan (Effendy, 2005:16).

2. Proses Komunikasi secara sekunder

Proses Komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang secara media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relative jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan lain sebagainya merupakan media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi (Effendy, 2005:16).

II.1.4. Hambatan Komunikasi

(40)

hambatan komunikasi yang harus menjadi perhatian bagi komunikator kalau ingin komunikasinya sukses (Effendy, 2003:45).

a) Gangguan

Ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang menurut sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai gangguan mekanik dan gangguan semantik. Gangguan mekanik adalah gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik. Sebagai contoh ialah gangguan suara ganda (interfensi) pada pesawat radio, gambar meliuk-liuk atau berubah-ubah pada layar televise, huruf yang tidak jelas, jalur huruf yang hilang atau terbalik atau halaman yang sobek pada surat kabar. Sedangkan gangguan semantik adalah jenis gangguan yang bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak. Gangguan semantik ini tersaring ke dalam pesan istilah atau konsep yang terdapat pada komunikator, maka akan lebih banyak gangguan semantik dalam pesannya. Gangguan semantik terjadi dalam sebuah pengertian.

b) Kepentingan

Interest atau kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam

menanggapi atau menghayati pesan. Orang akan hanya memperhatikan perangsang yang ada hubungannya dengan kepentingannya. Kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian kita saja tetapi juga menentukan daya tanggap. Perasaan, pikiran dan tingkah laku kita merupakan sikap reaktif terhadap segala perangsang yang tidak bersesuaian atau bertentangan dengan suatu kepentingan.

c) Motivasi Terpendam

Motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai benar dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Keinginan, kebutuhan dan kekurangan seseorang berbeda dengan orang lain, dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat, sehingga karena motivasinya itu berbeda intensitasnya. Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi seseorang semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihak yang bersangkutan. Sebaliknya, komunikan akan mengabaikan suatu komunikasi yang tidak sesuai dengan motivasinya.

d) Prasangka

Prejudice atau prasangkan merupakan salah satu rintangan atau hambatan

(41)

II.1.5. Ruang Lingkup Komunikasi

Ilmu komunikasi merupakan ilmu yang mempelajari, menelaah, dan meneliti kegiatan-kegiatan komunikasi manusia yang luas ruang lingkup dan banyak dimensinya. Berikut ini jenis-jenis komunikasi menurut konteksnya (Efendi, 1993:52-54) yaitu :

1. Berdasarkan bidang komunikasi

a) Komunikasi sosial (sosial communication)

b) Komunikasi organisasional/manajemen (organization.management

communication)

c) Komunikasi bisnis (business communication) d) Komunikasi politik (political communication)

e) Komunikasi internasional (international communication) f) Komunikasi antarbudaya (intercultural communication) g) Komunikasi pembangunan (development communication) h) Komunikasi tradisional (traditional communication)

2. Berdasarkan sifat komunikasi

a) Komunikasi verbal (verbal communication) 1. Komunikasi lisan (oral communication)

2. Komunikasi tulisan (written communicaaation) b) Komunikasi nirverbal (nonverbal communication)

1. Komunikasi kial (gestural/body communication) 2. Komunikasi gambar (pictorial communication) 3. Lain-lain

c) Komunikasi tatap muka (face-to-face communication) d) Komunikasi bermedia (mediated communication) 3. Berdasarkan tatanan komunikasi

a) Komunikasi pribadi (personal communication)

1. Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication)

2. Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication)

b) Komunikasi kelompok (group communication)

1. Komunikasi kelompok kecil (small group communication) • Ceramah

2. Komunikasi kelompok besar (large group communication) c) Komunikasi Massa (mass communication)

(42)

surat kabar (daily) majalah (magazine)

2. Komunikasi media massa elektronik (electronic mass media

communication)

• radio • televisi • film • lain-lain

d) Komunikasi medio (medio communication) • surat

4. Tujuan Komunikasi

a) Mengubah sikap (to change the attitude)

b) Mengubah opini/pandangan/pendapat (to change the opinion) c) Mengubah perilaku (to change the behavior)

d) Mengubah masyarakat (to change the society)

5. Fungsi Komunikasi

a) Menginformasikan (to inform) b) Mendidik (to educate)

c) Menghibur (to entertain) d) Mempengaruhi (to influence)

Sean MaBride dan kawan-kawan dalam buku Aneka Suara, Satu Dunia (Many Voices One World) menyatakan tentang fungsi komunikasi bila komunikasi dipandang dari arti yang lebih luas, tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan, tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar-menukar data, fakta, dan ide, fungsi komunikasi dalam setiap sistem, yaitu sebagai berikut : (Effendy, 1993:27-28)

1. Informasi

(43)

2. Sosialisasi (Pemasyarakatan)

Penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif yang menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif di dalam masyarakat. 3. Motivasi

Menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihannya dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar.

4. Perdebatan dan diskusi

Menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah politik, menyediakan bukti-bukti yang relevan yang diperlukan utnuk kepentingan umum dan agar masyarakat lebih melibatkan diri dalam masalah yang menyangkut kegiatan bersama di tingkat internasional, nasional, dan lokal.

5. Pendidikan

Pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak, dan pendidikan ketrampilan serta kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.

6. Memajukan Kebudayaan

Penyebarluasan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan masa lalu.

7. Hiburan Penyebarluasan symbol, suara, citra (image) dari drama, tari, kesenian, kesusastraan, music, komedi, olahraga, permainan, dan sebagainya untuk rekreasi dan kesenangan kelompok dan individu.

8. Integrasi menyediakan bagi bangsa, kelompok, dan individu kesempatan memperoleh berbagai pesan yang diperlukan mereka agar mereka dapat saling kenal dan mengerti dan menghargai kondisi, pandangan, dan keinginan orang lain.

6. Teknik Komunikasi

a) Komunikasi Informatif (informative communication) b) Komunikasi persuasif (persuasif communication) c) Komunikasi Pervasif (pervasive communication) d) Komunikasi koersif (coercive communication) e) Komunikasi instruktif (instructive communication) f) Komunikasi manusiawi (humon relation)

7. Metode Komunikasi

a) Jurnalisme/ jurnalistik (journalism) b) Hubungan masyarakat (public relations) c) Periklanan (advertising)

d) Propaganda

e) Perang urat syaraf (phsylogical warfare) f) Perpustakaan (library)

(44)

II.2. KOMUNIKASI MASSA

II.2.1. Pengertian Komunikasi Massa

Secara sederhana komunikasi massa berarti komunikasi melalui media massa baik cetak maupun elektronik. Dengan demikian, media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak dan cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan pada waktu yang serempak.

James W. Tankard (2005:4) memberi penjelasan bahwa komunikasi massa adalah sebagian keterampilan, sebagian seni dan sebagian lagi ilmu. Keterampilan dalam artian meliputi tekni-teknik dasar tertentu yang dapat dipelajari seperti mengoperasikan kamera, atau pun keterampilan wawancara. Seni dalam artian meliputi tantangan-tantangan kreatif seperti menulis skrip program televisi, mengatur tata letak (desain grafis) majalah maupun surat kabar. Pengertian ilmu meliputi prinsip-prinsip tertentu tentang bagaimana komunikasi berlangsung dan dapat dikembangkan untuk membuat berbagai hal menjadi lebih baik.

Josep A Devito, dalam Nurudin (2003:10), mendefinisikan bahwa komunikasi massa yakni, “First, mass communication is communication

addressed to masses, to an extremely large science. This does not means that the

audience includes all people or everyone who reads or everyone who watches

television; rather it means an audience that is large and generally rather poorly

defined. Second, mass communication is communication mediated by audio

and/or visual transmitter. Mass communication is perhaps most easily and most

logically defined by its forms, television, radio, news paper, magaazines, films, books,

(45)

Jika diterjemahkan secara bebas bisa berarti, “pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini tidak berarti pula bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk di definisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yag disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila di definisikan menurut bentuknya; televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku dan pita.

(46)

II.2.2. Ciri Komunikasi Massa

Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan, dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan media. Ciri-ciri komunikasi massa (Nurudin, 2007: 19), yaitu :

1. Komunikator dalam komunikasi massa melembaga 2. Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen 3. Pesannya bersifat umum

4. Komunikasinya berlangsung satu arah

5. Komunikasi massa menimbulkan keserempakan 6. Komunikasi massa mengandalkan peralatan teknis 7. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper

II.2.3. Fungsi Komunikasi Massa

Fungsi-fungsi komunikasi massa menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney dalam Nurudin (2003:62), antara lain :

a. To inform (menginformasikan) b. To entertain (memberi hiburan) c. To persuade (membujuk)

d. Transmission of the culture (transmisi budaya)

Sedangkan fungsi komunikasi massa nmenurut John Vivian dalam Nurudin (2003:62) menyebutkan :

a. Providing information

b. Providing entertainment

c. Helping to persuade

d. Contributing to social cohesion (mendorong kohesi sosial).

Ada juga, fungsi komunikasi massa yang pernah dikemukakan oleh Harold D Lasswell dalam Nurudin (2003:62), yakni :

(47)

b. Correlation of the part of society in responding to the environment (fungsi korelasi)

c. Transmission of the social hetigate from one generation to the next (fungsi pewarisan sosial)

Sedangkan menurut Alexis S Tan, fungsi-fungsi komunikasi bisa diperoleh dalam empat hal. Meskipun secara eksplisit ia tidak mengatakan fungsi-fungsi komunikasi massa, tetapi ketika ia menyebut bahwa penerima pesan dalam komunikasi bisa kumpulan orang-orang (a group of persons) atau ia menyebutnya

Mass Audience, sedangkan pengirim pesan atau komunikatornya termasuk

(48)

Tabel 2

Ciri komunikator dan Komunikan

NO TUJUAN KOMUNIKATOR (Penjaga Sistem)

TUJUAN KOMUNIKAN (Menyesuaikan diri pada sistem;

pemuasan kebutuhan)

1. Memberi informasi Mempelajari ancaman dan peluang; memahami lingkungan; menguji kenyataan; meraih keputusan

2. Mendidik Memperoleh pengetahuan dan ketrampilan yang berguna memfungsikan dirinya secara efektif dalam masyarakatnya; mempelajari nilai, tingkah laku yang cocok agar di terima dalam masyarakatnya.

3. Mempersuasi Memberi keputusan; mengadopsi nilai, tingkah laku dan aturan yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya.

4. Menyenangkan Menggembirakan, mengendorkan uraf syaraf, menghibur, mengalihkan perhatian dari masalah yang dihadapi.

II.2.4. Model dan Riset Komunikasi Massa

(49)

Schramm melihat komunikasi sebagai usaha yang bertujuan untuk menciptakan commonness antara komunikator dan komunikan. Hal ini karena komunikasi berasal dari kata latin communis yang artinya common (sama).

• Model Wilbur Schramm (1)

Sumber Pengirim Sinyal Decoder Saran

Menurut Schramm komunikasi senantiasa membutuhkan setidaknya 3 unsur : a. Sumber bisa berupa seorang individual berbicara, menulis, menggambar, dan

bergerak atau sebuah organisasi komunikasi (Koran, rumah produksi, televisi). b. Pesan dapat berupa tinta dalam kertas, gelombang suara dalam udara, lambaian

tangan atau sinyal-sinyal lain yang memiliki makna.

c. Sasaran dapat berupa individu yang mendengarkan, melihat, membaca, anggota dari sebuah kelompok seperti diskusi kelompok, mahasiswa dalam perkuliahan, khalayak massa, pembaca surat kabar, penonton televisi, dll.

• Model Wilbur Schramm (2)

Area Pengalaman Area Pengalaman

Sinyal

(50)

Schramm mengenalkan konsep Area Pengalaman, yang menurut Schramm sangat berperan dalam menentukan apakah komunikasi diterima sebagaimana yang diinginkan oleh komunikan. Schramm menekankan bahwa tanpa adanya Area Pengalaman yang sama (bahasa yang sama, latar belakang yang sama, kebudayaan yang sama, dll) hanya ada sedikit kesempatan bahwa suatu pesan akan diinterpretasikan dengan tepat. Dalam hal ini model Schramm diatas adalah pengembangan dari model Shannon dan Weaver. Schramm mengatakan bahwa pentingnya feedback adalah suatu cara untuk mengatasi noise. Menurut Schramm feedback membantu kita untuk mengetahui bagaimana pesan kita diinterpretasikan. Sumber dapat menyandi dan sasaran dapat menyandi balik pesan berdasarkan pengalaman yang dimiliki masing-masing. Jika wilayah irisan semakin besar, makan komunikasi lebih mudah dilakukan dan efektif.

• Model Wilbur Schramm (3)

Pada model ini Schramm percaya bahwa ketika komunikan memberikan umpan balik maka ia akan berada pada posisi komunikator (source). Setiap individu dilihat sebagai sumber sekaligus penerima pesan dan komunikasi dilihat sebagai proses sirkular dari pada suatu proses satu arah seperti pada dua model

Pesan

Decoder Penerjemah

Decoder Decoder

Penerjemah Decoder

(51)

Schramm sebelumnya. Model yang ketiga ini disebut juga disebut model Osgood dan Schramm.

Pesan menurut teori Cutlip dan Center yang dikenal dengan The 7C’s of

Communication, meliputi:

a. Credibility, yaitu memulai komunikasi dengan membangun kepercayaan. Oleh karena itu, untuk membangun berita kepercayaan itu berawal dari kinerja, baik pihak komunikator maupun pihak komunikan akan menerima pesan tersebut berdasarkan keyakinan yang dapat dipercaya begitu juga tujuannya.

b. Context, yaitu suatu program komunikasi mestinya berkaitan dengan lingkungan hidup atau keadaan social yang bertentangan dan seiring dengan keadaan tertentu dan memperhatikan sikap partisipatif.

c. Content¸ pesan itu mempunyai arti bagi audiensnya dan memiliki kecocokan dengan system nilai-nilai yang berlaku bagi orang banyak dan bermanfaat. d. Clarity, manyusun pesan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan

mempunyai persamaan arti antara komunikator dan komunikan.

e. Continuity and Consistency (kesinambungan dan konsistensi), yaitu komunikasi berlangsung terus dan pesan / berita tidak saling bertentangan (tidak berubah-ubah / tetap).

f. Capability, kemampuan khalayak terhadap pesan, yaitu melibatkan berbagai factor adanya sesuatu kebiasaan-kebiasaan membaca, menonton dan menyerap ilmu pengetahuan dan sebagainya (Ruslan, 1997:72-24).

g. Channels of Distribution (saluran penerimaan berita), yaitu komunikasi harus menggunakan media / alat komunikasi yang sudah biasa digunakan oleh umum, misalnya media cetak (surat kabar, majalah), media elektronik (televisi, radio).

II.3. TEORI S-O-R

(52)

dibalas dengan palingan muka maka ini merupakan reaksi negatif. Model inilah yang kemudian mempengaruhi suatu teori klasik komunikasi yaitu Hypodermic

Needle atau teori jarum suntik. Asumsi teori ini pun tidak jauh berbeda dengan

model S-O-R, yakni bahwa media secara langsung dan cepat memiliki efek yang kuat terhadap komunikan. Artinya media diibaratkan sebagai jarum suntik besar yang memiliki kapasitas sebagai perangsang (S) dan menghasilkan tanggapan (R) yang kuat pula.

Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organism. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, dan gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok, atau masyarakat. Hovland (dalam Effendy, 2005: 256) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari:

(53)

berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organism, berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.

b. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organism (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.

c. Setelah itu organism mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).

d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).

Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi stimulus semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organism. Dalam meyakinkan organism ini, faktor

reinforcement memegang peranan penting.

Sehubungan dengan penjelasan diatas, teori S-O-R dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

Pesan (Stimulus) : Pemberitaan bebasnya Susno Duadji di

Metro TV.

Komunikan (Organism) : Mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Ilmu

(54)

Efek (Response) : Sikap yang timbul melalui pemberitaan

bebasnya Susno Duadji di Metro TV di kalangan mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik FISIP USU.

II.4. TEORI PELURU (BULLET THEORY)

Teori Peluru (Bullet Theory) yang berarti teori komunikasi yang menempatkan pesan, komunikator, dan media massa yang determinan (powerful). Teori Bullet menggunakan lima komponen, yaitu who, says what, in which

channel, to whom dan with what effect.

Komunikan dalam Teori Bullet bersifat pasif, terpecah-pecah (atomistis) dan seragam (homogen). Bersikap pasif karena komunikator dapat menyampaikan pesan kepada komunikan dengan baik dan komunikan dapat menjadi seperti yang diinginkan oleh komunikator. Media massa memiliki kemampuan yang kuat untuk mempengaruhi dan membentuk audiens sebagaimana yang diinginkan komunikator.

Kelemahan teori ini yaitu :

a) Terlalu fokus pada perlakuan media terhadap audiens dan efek media massa.

b) Mengabaikan adanya kemungkinan bahwa audiens juga memiliki kemampuan untuk mempengaruhi media massa.

(55)

II.5. TELEVISI SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI MASSA II.5.1. Definisi Televisi

Televisi berasal dari dua kata yang berbeda asalnya, yaitu tele (bahasa Yunani) yang berarti jauh, dan visi (videre-bahasa Latin) berarti penglihatan. Dengan demikian televise yang dalam bahasa Inggrisnya television diartikan dengan melihat jauh. Melihat jauh disini diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat “lain” melalui sebuah perangkat penerima (televisi set).

Pada hakekatnya, media televisi lahir karena perkembangan teknologi. Berawal dari ditemukannya electrische teleskop sebagai perwujudan dari gagasan seorang mahasiswa dari Berlin (Jerman Timur) yang bernama Paul Nipkov, untuk mengirim gambar melalui udara dari suatu tempat ke tempat yang lain. Atas perwujudan dari gagasan Nipkov, maka ia diakui sebagai “Bapak” televisi sampai sekarang (Kuswandi, 1996:6).

Televisi adalah produk dari teknologi canggih dan kemajuannya sendiri sangat bergantung dari kemajuan-kemajuan yang dicapai di bidang teknologi, khususnya teknologi elektronika (Wahyudi, 1986:49). Dengan teknologi televisi yang ada sekarang ini, batas-batas Negara pun tidak lagi merupakan hal yang sulit untuk diterjang, melainkan begitu mudah untuk diterobos.

Posisi dan peran media televisi dalam operasionalisasinya di masyarakat, tidak berbeda dengan media cetak dan radio. Robert.K. Avery dalam bukunya “Communication and The Media” dan Stanford B. Weinberg dalam “Message A

Reader in Human Communication” Random House, New York 1980,

(56)

a) The surveillance of the environment yaitu mengamati lingkungan.

b) The correlation of the part of society in responding to the environment yaitu mengadakan korelasi antara informasi data yang diperoleh dengan kebutuhan khalayak sasaran, karena komunikator lebih menekankan pada seleksi evaluasi dan interpretasi.

c) The transmission of the social heritage from one generation to the next, maksudnya ialah menyalurkan nilai-nilai budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya (Kuswandi, 1996:25).

II.5.2. Perkembangan Televisi

Kehadiran televisi di dunia merupakan perkembangan teknologi khususnya teknologi elektronika sejak abad 19 dan akan terus menerus berlanjut pada abad-abad berikutnya, sehingga televisi siaran juga akan ditentukan oleh perkembangan elektronika itu sendiri.

Kehadiran televisi menjadi bagian yang sangat penting sebagai sarana untuk berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam berbagai hal yang menyangkut perbedaan dan persepsi tentang suatu isu yang terjadi di belahan dunia. Daya tarik televisi sedemikian besar, sehingga pola-pola kehidupan rutinitas sebelum muncul televisi berubah total sama sekali. Media televisi menjadi panutan baru (new

religious) bagi kehidupan manusia. Tidak menonton televisi, sama saja dengan

makhluk buta yang hidup dalam tempurung (Kuswandi, 1996:23). Kekuata media televisi adalah menguasai jarak dan ruang karena teknologi televisi telah menggunakan elektromagnetik, kabel dan fiber yang dipancarkan (transmisi) melalui satelit.

(57)

Televisi Indonesia (RCTI). Stasiun tersebut merupakan stasiun televisi swasta pertama di Indonesia. Kemunculan stasiun RCTI memberikan sesuatu yang baru bagi pertelevisian di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya stasiun-stasiun televisi swasta, seperti Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) yang berubah nama menjadi MNC TV, Indosiar, dan Andalas Televisi (Antv). Sejak era reformasi bergulir, stasiun televisi swasta semakin ramai bermunculan, seperti Metro TV, Transformasi Televisi (Trans TV), TV 7 yang kini menjadi Trans 7, Lativi yang berubah menjadi TVOne, serta Global TV.

Stasiun televisi lokalpun tidak mau ketinggalan. Sekitar tahun 2000an banyak bermunculan stasiun televisi lokal, seperti Bali TV di Bali, JakTv di Jakarta, JTV di Surabaya, Cahaya TV di Banten. Televisi berlangganan atau televisi berbayar (pay per view) juga turut mewarnai perkembangan pertelevisian Indonesia. Yang relative dikenal oleh masyarakat Indonesia seperti Indovision, Aora TV, First Media, dan Telkomvision. Bahkan sampai tahun 2008, paling tidak terdapat 13 stasiun televisi berlangganan yang beroperasi di Indonesia (Usman, 2009:1).

Gambar

GAMBAR 2
Tabel 1 Operasional Variabel
Gambar 3
Tabel 3 Populasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Shalat rawatib adalah salat sunnah yang mengiringi shalat fardlu yang dikerjakan sebelum atau sesudah shalat.. Tujuannya adalah untuk menutup kekurangan yang terjadi

[r]

Our aim is to establish an Education Centre “Save the Children Life” and thus to provide illustrative simulations of different natural disasters using modern digital

[r]

Image fusion, object based image classification, generation of water surface elevation raster and flood inundated area vector generation.. The complete flow of the

[r]

Dalam penulisan ilmiah ini penulis mencoba menerapkan suatu sistim perhitungan sisa hasil usaha secara komputerisasi dengan memanfaatkan fasilitas database SQL Server 7.0,

[r]