• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberitaan ISIS dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Hubungan Antara Pemberitaan ISIS di TV One dan Sikap Mahasiswa FISIP USU)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemberitaan ISIS dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Hubungan Antara Pemberitaan ISIS di TV One dan Sikap Mahasiswa FISIP USU)"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)

BIODATA

Nama : Rizky Indrawan

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 04 September 1993

Agama : Islam

Alamat : Jl. Balai Desa Psr.12 Kompleks La Tahzan No.7 Nama Ayah : Indra Era Putra, SE.

Nama Ibu : Sri Rismiana, SE.

Jumlah Saudara : Anak kedua dari dua bersaudara

PENDIDIKAN:

1. TK Swasta Perguruan Al-Azhar, Medan Lulus Tahun 2000 2. SD Swasta Perguruan Al-Azhar, Medan Lulus Tahun 2005 3. SMP Swasta Perguruan Al-Azhar, Medan Lulus Tahun 2008 4. SMA Swasta Perguruan Al-Azhar, Medan Lulus Tahun 2011

(12)

DAFTAR REFERENSI

Al-Mubarakfuri, Shafiyurrahman. (2014). Kitab Ar-Rahiq Al-Makhtum. Jakarta: Qisthi Press.

Ardianto, Elvinaro & Lukiati Komala Erdinaya. (2004). Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Assad, Muhammad Haidar. (2014). ISIS: Organisasi Teroris Paling Mengerikan Abad Ini. Jakarta: PT. Zaytuna Ufuk Abadi.

Bertens, K. (2005). Metode belajar untuk Mahasiswa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Bungin, Burhan. (2005). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana.

Cangara, Hafied. (2006). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Dayakisni, Tri & Hudaniah. (2003). Psikologi Sosial: Edisi Revisi. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Press.

Effendy, Onong Uchjana. (2002). Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

_____________________. (2003). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Hakim, Luqman. (2004). Terorisme di Indonesia. Surakarta: Forum Studi Islam Surakarta (FSIS).

Kriyantono, Rachmat. (2006). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Mondry, (2008), Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. Bogor: Ghalia Indonesia.

(13)

Mulyana, Deddy. (2002). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nawawi, Hadari. (2005). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nurudin. (2003). Komunikasi Massa. Malang: CESPUR. ________. (2004). Komunikasi Massa. Yogyakarta: Cespur.

Purba, Amir. dkk. (2006). Pengantar Ilmu Komunikasi. Medan. Pustaka Bangsa Press.

Rakhmat, Jalaluddin. (2004). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

_________________. (2005). Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Singarimbun, M & Sofian Effendi. (2011). Metode Penelitian Survei: Edisi Revisi. Jakarta: LP3ES.

Siregar, Ade Rahmawati. (2006). Motivasi Berprestasi Mahasiswa Ditinjau dari Pola Asuh. Skripsi pada Program Studi Psikologi Universitas Sumatera Utara. Medan: tidak diterbitkan.

Sumadiria, Haris. (2005). Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature, Panduan Praktis Jurnalis Profesional. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Sumber Internet:

http://repository.usu.ac.id/, Diakses pada tanggal 17 April 2015, Pukul 17:35 http://dirmahasiswa.usu.ac.id/, Diakses pada tanggal 19 April 2015, Pukul 15:20 WIB

Skripsi:

Toha, Muhammad. 2010. Berita Terorisme dan Sikap Remaja Muslim (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Berita Terorisme di TV One Terhadap Sikap

(14)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

3.1.1. Sejarah Singkat FISIP USU

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara merupakan fakultas kesembilan di lingkungan Universitas Sumatera Utara. Kelahiran Fakultas ini tidak jauh berbeda dengan fakultas lainnya di lingkungan Universitas Sumatera Utara. Pada awal pendiriannya (1980), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara masih merupakan Jurusan Pengetahuan Masyarakat pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Setahun kemudian Jurusan Pengetahuan Masyarakat berubah menjadi Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial (IIS). Pada tahun 1982, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial resmi menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, dengan menggunakan gedung perkuliahan di Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Sumatera Utara. Dalam proses pengembangannya, jurusan yang ada di FISIP USU tidak dibuka sekaligus. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan pemerintah daerah serta tenaga pengajar yang dibutuhkan sesuai dengan bidangnya. Oleh karenanya, pada tahun ajaran 1980/1981, FISIP USU hanya membuka 2 (dua) jurusan saja yaitu:

1. Jurusan Ilmu Komunikasi

2. Jurusan Ilmu Administrasi Negara

Barulah pada tahun ajaran 1983/1984, FISIP USU membuka Jurusan lainnya, yaitu:

1. Jurusan Sosiologi

(15)

Sesuai dengan SK Mendikbud RI No. 0535/0/83 tahun 1983 tentang jenis dan jumlah Jurusan pada fakultas di lingkungan Universitas Sumatera Utara, dinyatakan bahwa FISIP USU mempunyai 6 (enam) Jurusan, yaitu:

1. Jurusan Sosiologi

2. Jurusan Kesejahteraan Sosial 3. Jurusan Antropologi Sosial

4. Jurusan Ilmu Administrasi Negara 5. Jurusan Ilmu Komunikasi

6. Jurusan Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU)

Jurusan MKDU akhirnya diputuskan untuk diserahkan pengelolaannya di luar FISIP USU dengan pertimbangan bahwa jurusan tersebut bukan suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, melainkan mengelola mata kuliah yang termasuk pada kelompok Mata Kuliah Dasar Umum.

Perkembangan selanjutnya pada tahun 1994 FISIP USU mengusulkan agar dibuka program diploma. Atas prakarsa dosen FISIP USU yang diketuai dr. Asma Affan, MPA bekerja sama dengan Kanwil Pajak Propinsi Sumatera Utara mengusulkan agar dibuka program Diploma I dan program Diploma 3. Pada tanggal 11 Februari 1994 telah ditandatangani naskah Piagam Kerjasama antara direktorat Jenderal Pajak dan Universitas Sumatera Utara yang dalam hal ini pihak USU diwakili oleh Rektor USU prof. Jusuf Hanafiah dan Direktur Jenderal Pajak yaitu Dr. Fuad Bawazier. Selanjutnya untuk menindaklanjuti piagam kerjasama tersebut maka diterbitkan Surat Keputusan rektor USU nomor 628/PT05.H/SK/C/94 tanggal 17 Mei 1994 untuk membentuk Tim Teknis Pelaksanaan kerjasama Dirjen pajak RI dengan Universitas Sumatera Utara yang diketuai oleh Drs. Amru Nasution.

(16)

yang dibutuhkan, FISIP USU dengan SK Dikti No.108/Dikti/Kep/2001 tanggal 30 April 2001 menambah satu program studi baru yaitu Ilmu Politik. Dengan demikian, hingga saat ini ada 6 (enam) jurusan yang berada di bawah naungan FISIP.

3.1.2. Visi FISIP USU

Menjadi Pusat Pendidikan dan Rujukan Bidang-Bidang Ilmu Sosial dan Politik di Wilayah Barat.

3.1.3. Misi FISIP USU

Misi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara adalah:

1. Menghasilkan alumni dengan skala kualitas dan menjadi pusat riset, kajian dalam studi ilmu sosial dan politik.

2. Menjalin kerja sama yang saling menguntungkan dengan seluruh stakeholders dan mitra pendidikan. Misi ini berhubungan dengan fungsi relasi yang harus dibangun oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara sebagai suatu organisasi profesional pendidikan. Bentuk kolaborasi dengan organisasi lain perlu dijajaki dengan sikap open minded dan profesional. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara harus mampu melihat peluang kerjasama yang ditawarkan atau malah mampu menawarkan kerjasama tersebut pada pihak lain.

(17)

kemampuan bisa menempatkan dan menjalankan fungsi masing-masing.

4. Menjadi institusi bagi kepentingan publik. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara sangat potensial sebagai institusi pendidikan yang membawa misi di atas dengan melihat pengalaman-pengalaman yang telah dilalui oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara sendiri.

3.2. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah jenis penelitian kuantitatif. Riset kuantitatif adalah riset yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan (Kriyantono, 2006: 55).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional adalah metode yang berusaha untuk meneliti sejauhmana variasi pada suatu variabel berhubungan dengan variasi-variasi variabel lain (Rakhmat, 2004: 27). Dengan menggunakan metode ini, kita tidak hanya menghimpun data dan menyusun secara sistematis, melainkan dapat meneliti hubungan di antara variabel.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Objek pada populasi diteliti, hasilnya dianalisis, disimpulkan dan kesimpulan itu berlaku untuk seluruh populasi (Arikunto, 2002: 108-109).

(18)

Tabel 3.1 : Jumlah Populasi Mahasiswa FISIP USU Program S-1 Angkatan

2012

Jurusan Jumlah

Komunikasi 138

Antropologi 67

Politik 68

Sosiologi 76

Kesejahteraan Sosial 79

Administrasi Negara 137

Administrasi Niaga/Bisnis 133

Jumlah Total 698

(Sumber:http://dirmahasiswa.usu.ac.id/)

3.3.2. Sampel

Sampel secara sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian. Dengan kata lain, sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi (Nawawi, 2005: 148). Sampel inilah yang nantinya akan menjadi objek penelitian yang akan diberikan kuesioner.

Sampel diambil berdasarkan ketentuan presisi ditetapkan di antara ± 10% dengan ketentuan besarnya sampel pada tingkat kesalahan 0,1 dan tingkat kepercayaan (reliability) 90%. Berdasarkan data yang diperoleh maka peneliti menggunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90%, yakni sebagai berikut:

n = N Nd2+1 Keterangan:

(19)

N = jumlah populasi

d = presisi/tingkat kesalahan (10%) = 0,1

Berdasarkan data yang ada, maka penelitian ini memerlukan sampel sebanyak:

n = 698

698 0,1 2+1

= 698

6,98+1

= 698

7,98

= 87, 34

87 orang

Jadi, sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah berjumlah 87 orang.

3.3.3. Teknik Penarikan Sampel

Dalam penelitian ini, teknik penarikan sampel yang digunakan adalah: a. Sampel Stratifikasi Proporsional

(20)

Proporsional sampling memungkinkan untuk memberi peluang kepada populasi yang lebih kecil untuk tetap dipilih sebagai sampel (Arikunto, 2002: 120)

dengan rumus:

N = Jumlah populasi (Arikunto, 2002: 120)

Berdasarkan rumus sebelumnya, maka dapat dihitung sampel yang terpilih di setiap angkatan, yaitu:

Tabel 3.2 : Sampel yang Terpilih Setiap Angkatan

Jurusan Populasi Penarikan Sampel Sampel

(21)

b. Purposive Sampling

Teknik penarikan sampel ini mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan peneliti. Sedangkan orang-orang dalam populasi yang tidak sesuai dengan kriteria tersebut tidak dijadikan sampel. Purposive sampling dilakukan dengancara mengambil subjek, bukan didasarkan atas strata, random atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu (Kriyantono, 2006: 154). Kriteria sampel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah:

1. Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU program S-1 angkatan 2012.

2. Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik USU angkatan 2012 yang pernah menonton pemberitaan ISIS di TVOne.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Yaitu penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data primer yang diperoleh dari hasil wawancara terstruktur, yaitu dengan menggunakan angket dan kuesioner. Model kuesioner yang

digunakan “Projective Questioner” adalah suatu metode dan teknik

pengumpulan data dengan cara memberikan kesempatan kepada responden untuk memilih jawaban pertanyaan, di mana responden hanya memilih jawaban yang telah disediakan.

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

(22)

3.5. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipresentasikan (Singarimbun, 2011: 266). Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dalam beberapa tahap analisis, yaitu:

3.5.1. Analisis Tabel Tunggal

Analisis tabel tunggal merupakan suatu analisis yang dilakukan dengan membagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi dan presentase. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisis data yang terdiri dari dua kolom, sejumlah frekuensi dan presentase untuk setiap kategori (Singarimbun, 2011: 228).

3.5.2. Analisis Tabel Silang

Teknik yang dilakukan untuk menganalisis dan mengetahui variabel yang satu memiliki hubungan dengan variabel lainnya sehingga dapat diketahui apakah variabel tersebut bernilai positif atau negatif (Singarimbun, 2011: 275).

3.5.3. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis adalah pengujian dan statistik untuk mengetahui data hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Untuk mengukur tingkat hubungan antara dua variabel, maka peneliti menggunakan analisis Spearman melalui aplikasi SPSS 19.0. Spearman Rho menunjukan hubungan antara variabel X dan variabel Y yang tidak diketahui sebaran datanya.

Pengujian hubungan antara kedua variabel yang dikorelasikan digunakan koefisien korelasi tata genjang (Rank order correlation coeficient) oleh Spearman. Uji hipotesis ini menggunakan korelasi Spearman Rank karena jenis data yang dikorelasikan memiliki jenjang dari kedua variabel sehingga tidak harus membentuk distribusi normal. Jadi korelasi Spearman Rank bekerja dengan data ordinal atau berjenjang atau ranking.Untuk menguji hubungan diantara kedua variabel yang dikorelasikan maka peneliti menggunakan rumus korelasi Spearman (Kriyantono, 2006: 174) yaitu:

rs =

6- d2

(23)

Keterangan:

rs (rho) = Koefisien korelasi rank-order d = Perbedaan antara pasangan jenjang

Σ = Sigma atau jumlah

N = Jumlah individu dalam sampel

Untuk mengukur kekuatan derajat hubungan, digunakan nilai koefisien korelasi skala Guilford sebagai berikut (Kriyantono, 2006: 168):

Kurang dari 0,20 : Hubungan rendah sekali; lemah sekali 0,21-0,39 : Hubungan rendah tapi pasti

0,40-0,70 : Hubungan yang cukup berarti 0,71-0,90 : Hubungan yang tinggi; kuat

Lebih dari 0,90 : Hubungan yang sangat tinggi; kuat sekali; dapat diandalkan

Selanjutnya, jika tabel signifikan > 0,05 maka tidak terdapat hubungan yang signifikan, sehingga H0 diterima dan Ha ditolak. Sementara jika tabel signifikan < 0,05, maka terdapat hubungan yang signifikan sehingga H0 ditolak dan Ha diterima.

Tahap selanjutnya adalah mencari besarnya kekuatan hubungan antara variabel X dan Y, yaitu dengan rumus:

(24)

Keterangan:

Kp = Koefisien pengaruh

(25)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. TAHAPAN PELAKSANAAN PENELITIAN

Dalam penelitian ini, peneliti melalui beberapa tahap proses pengumpulan data, yakni:

4.1.1. Tahapan Pengumpulan Data

Proses sebagai tahapan pengumpulan data penelitian terdiri dari kegiatan: 1. Penyebaran kuesioner penelitian dilakukan pada bulan November 2015. 2. Penyebaran kuesioner diberikan kepada 87 responden yang merupakan

mahasiswa FISIP USU program reguler S-1 angkatan 2012. Adapun 7 departemen yang ada di FISIP USU yang menjadi responden penelitian, yaitu: Ilmu Komunikasi, Antropologi, Ilmu Politik, Sosiologi, Ilmu Kesejahteraan Sosial, Administrasi Negara, dan Administrasi Niaga/Bisnis angkatan 2012.

3. Peneliti memberi keterangan seperlunya tentang kuesioner penelitian, rata-rata responden tidak memerlukan bimbingan pengisian kuesioner karena mereka merasa paham dengan pertanyaan dan alternatif jawaban yang disediakan berdasarkan ketentuan cara menjawab yang sudah disediakan dalam kuesioner.

4.1.2. Proses Pengolahan Data

(26)

1. Penomoran Kuesioner

Penomoran kuesioner yaitu kuesioner-kuesioner yang telah diisi oleh responden dikumpulkan, kemudian diberi nomor urut responden sebagai tanda pengenal (01-87) yang berguna untuk memudahkan peneliti dalam mengolah data.

2. Editing

Editing yaitu proses pengeditan jawaban responden dengan tujuan agar memperjelas setiap jawaban yang meragukan dan menghindari terjadinya kesilapan saat mengisi data ke dalam kotak kode yang disediakan.

3. Coding

Coding yaitu proses pemindahan jawaban-jawaban dari responden ke kotak-kotak kode yang telah tersedia dalam kuesioner berupa bentuk angka (skor).

4. Inventarisasi Tabel

Inventarisasi tabel yaitu data mentah yang diperoleh, kemudian dimasukkan ke dalam lembar Fortran Cobol (FC), sehingga memuat keseluruhan data dalam satu kesatuan.

5. Tabulasi Data

Data dari lembar Fortran Cobol (FC) akan dimasukkan ke dalam tabel, terdiri dari tabel tunggal dan tabel silang. Penyebaran data dalam tabel secara rinci melalui kategori frekuensi, persentase dan selanjutnya akan dianalisis.

4.2. ANALISIS TABEL TUNGGAL

(27)

4.2.1. Karakteristik Responden (Z)

Karakter responden perlu disajikan untuk mengetahui latar belakang responden. Adapun karakteristik umum yang dianggap relevan dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin dan angkatan. Hasil data tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1

Departemen Responden

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Ilmu Komunikasi 17 19,5

2 Antropologi 8 9,2

3 Ilmu Politik 8 9,2

4 Sosiologi 10 11,5

5 Kesejahteraan Sosial 10 11,5

6 Administrasi Negara 17 19,5

7 Administrasi Niaga/Bisnis 17 19,5

Total 87 100

Sumber: P.2/FC.3

(28)

Administrasi Negara, 17 orang responden dengan persentase sebesar 19,5% adalah mahasiswa dari Departemen Administrasi Niaga/Bisnis.

Ilmu Komunikasi adalah ilmu yang mempelajari tentang tata cara berkomunikasi serta menggunakan berbagai alat komunikasi sebagai saran komunikasi terhadap masyarakat, kemudian Antropologi adalah ilmu tentang manusia, masa lalu dan kini, yang menggambarkan manusia melalui pengetahuan

ilmu sosial dan imu hayati (alam). Ilmu Politik adalah ilmu yang mempelajari

politik atau kepolitikan, kemudian Sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan

tentang masyarakat. Kesejahteraan Sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang

masyarakat dan lingkungannya, kemudian Administrasi Negara adalah ilmu yang

mempelajari organisasi dan manajemen dan Administrasi Bisnis adalah ilmu

administrasi yang mempelajari permasalahan di bidang perniagaan atau bisnis.

Tabel 4.2

Jenis Kelamin Responden

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Laki-laki 46 52,9

2 Perempuan 41 47,1

Total 87 100

Sumber: P.3/FC.4

Tabel 4.2 menunjukkan jenis kelamin responden, yaitu sebanyak 46 orang memiliki jenis kelamin laki-laki dengan persentase sebesar 52,9% dari total keseluruhan. Sedangkan responden yang memiliki jenis kelamin perempuan sebanyak 41 orang atau sebesar 47,1% dari total responden.

(29)

laki-laki lebih banyak dalam menonton berita, namun di dalam penelitian ini mayoritas responden laki-laki lah yang mendapat jumlah terbanyak.

4.2.2. Variabel Bebas (Pemberitaan ISIS di TV One)

Pada bagian ini peneliti akan menyajikan data mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan pemberitaan ISIS di TV One yang dioperasionalkan menjadi beberapa bagian, yaitu frekuensi penayangan, bentuk penyajian berita, gaya bahasa, cara berpakaian, cara membacakan berita serta pengetahuan dan wawasan presenter TV One. Data selengkapnya mengenai variabel bebas ini disajikan pada tabel, mulai dari tabel 4.3 sampai dengan tabel 4.11.

Tabel 4.3

Frekuensi Penayangan Berita Tentang ISIS di TV One

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Pernah 0 0

2 Jarang (1-2 Kali Seminggu) 19 21,8

3 Sering (3-4 Kali Seminggu) 61 70,1

4 Sangat Sering (5-6 Kali Seminggu) 7 8,0

Total 87 100

Sumber: P.4/FC.5

(30)

menyatakan sangat sering (5-6 kali seminggu) mengenai penayangan berita tentang ISIS di TV One hanya sebanyak 7 orang saja (8,0%).

Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menyatakan sering mengenai frekuensi penayangan berita tentang ISIS di TV One. Dalam hal ini mahasiswa yang menjadi responden sudah cukup banyak melihat berita tersebut ketika menonton televisi. Ini dapat diartikan bahwa TV One adalah stasiun televisi swasta yang menyajikan berita dengan tingkat pembahasan yang cukup mendalam. Penayangan berita yang cukup intens ini memberi pemahaman yang lebih luas kepada para penikmat berita karena adanya program acara khusus yang mengupas satu topik berita.

Tabel 4.4

Bentuk Penyajian Pemberitaan ISIS di TV One

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Menarik 2 2,3

2 Kurang Menarik 17 19,5

3 Menarik 62 71,3

4 Sangat Menarik 6 6,9

Total 87 100

Sumber: P.5/FC.6

(31)

Sebagian besar responden menyatakan bahwa bentuk penyajian pemberitaan ISIS di TV One adalah menarik. Rasa ketertarikan ini bisa ditimbulkan oleh banyak hal yang ada di dalam pemberitaan tersebut, baik dari segi manfaat ataupun untuk kepuasan akan isi berita.

Tabel 4.5

Gaya Bahasa dalam Pemberitaan ISIS di TV One

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Menarik 1 1,1

2 Kurang Menarik 29 33,3

3 Menarik 54 62,1

4 Sangat Menarik 3 3,4

Total 87 100

Sumber: P.6/FC.7

Tabel 4.5 menunjukkan tanggapan responden mengenai gaya bahasa dalam pemberitaan ISIS di TV One. Dimana hasilnya hanya 1 orang (1,1%) yang menyatakan tidak menarik. Kemudian 29 orang (33,3%) menyatakan kurang menarik, lalu sebanyak 54 orang (62,1%) menyatakan menarik. Sedangkan hanya 3 orang (3,4%) yang menyatakan gaya bahasa pemberitaan ISIS di TV One tidak menarik.

(32)

Tabel 4.6

Pemahaman Isi Berita Tentang ISIS di TV One

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Paham 1 1,1

2 Kurang Paham 19 21,8

3 Paham 61 70,1

4 Sangat Paham 6 6,9

Total 87 100

Sumber: P.7/FC.8

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bagaimana pemahaman isi berita tentang ISIS di TV One oleh responden. Dapat dilihat hanya 1 orang (1,1%) yang menjawab tidak paham akan isi berita tentang ISIS di TV One. Terdapat 19 orang (21,8%) yang menjawab kurang paham, dan responden yang menjawab paham akan isi berita tentang ISIS di TV One mendominasi dengan 61 orang (70,1%) dari total responden. Untuk responden yang menjawab sangat paham akan isi berita tentang ISIS di TV One hanya sebanyak 6 orang (6,9%).

(33)

Tabel 4.7

Narasumber yang ditampilkan Oleh TV One

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Menarik 2 2,3

2 Kurang Menarik 23 26,4

3 Menarik 60 69,0

4 Sangat Menarik 2 2,3

Total 87 100

Sumber: P.8/FC.9

Tabel 4.7 menunjukkan tanggapan responden mengenai narasumber yang ditampilkan oleh TV One. Responden yang menjawab bahwa narasumber yang ditampilkan oleh TV One tidak menarik hanya 2 orang (2,3%). Kemudian sebanyak 23 orang (26,4%) menjawab kurang menarik, lalu responden yang menjawab narasumber yang ditampilkan oleh TV One menarik menjadi jumlah tertinggi yaitu sebanyak 60 orang (69,0%). Sedangkan hanya 2 orang (2,3%) yang menjawab sangat menarik.

(34)

Tabel 4.8

Cara Berpakaian Presenter TV One

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Baik 0 0

2 Kurang Baik 2 2,3

3 Baik 78 89,7

4 Sangat Baik 7 8,0

Total 87 100

Sumber: P.9/FC.10

Tabel 4.8 menunjukkan tanggapan responden mengenai cara berpakaian presenter TV One. Hasilnya adalah tidak ada satu orang pun responden yang menjawab bahwa cara berpakaian dari presenter TV One tidak baik, terdapat 2 orang (2,3%) yang menjawab bahwa cara berpakaian presenter TV One kurang baik. Kemudian angka tertinggi sebanyak 78 orang (89,7%) menjawab bahwa cara berpakaian presenter TV One baik, kemudian diikuti jawaban bahwa cara berpakaian presenter TV One sangat baik sebanyak 7 orang (8,0%) dari total responden.

(35)

Tabel 4.9

Cara Membaca Berita Presenter TV One

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Baik 0 0

2 Kurang Baik 6 6,9

3 Baik 76 87,4

4 Sangat Baik 5 5,7

Total 87 100

Sumber: P.10/FC.11

Tabel 4.9 menunjukkan tanggapan responden mengenai cara membaca berita presenter TV One. Hasilnya adalah tidak ada satu orang pun responden yang menjawab cara membaca berita presenter TV One tidak baik, sebanyak 6 orang (6,9%) responden menjawab cara membaca berita presenter TV One kurang baik. Sebanyak 76 orang (87,4%) responden menjawab bahwa cara membaca presenter TV One baik, dan hanya 5 orang (5,7%) responden yang menjawab bahwa cara membaca presenter TV One sangat baik.

(36)

Tabel 4.10

Pengetahuan dan Wawasan Presenter TV One

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Baik 0 0

2 Kurang Baik 9 10,3

3 Baik 69 79,3

4 Sangat Baik 9 10,3

Total 87 100

Sumber: P.11/FC.12

Tabel 4.10 menunjukkan tanggapan responden mengenai pengetahuan dan wawasan presenter TV One. Hasilnya adalah tidak ada satu orang pun responden yang menjawab pengetahuan dan wawasan presenter TV One tidak baik, 9 orang (10,3%) menjawab bahwa pengetahuan dan wawasan presenter TV One kurang baik. Kemudian jawaban tertinggi adalah 69 orang (79,43%) menjawab baik dan 9 orang (10,3%) yang menjawab sangat baik dari total keseluruhan.

(37)

Tabel 4.11

Wawancara yang dilakukan TV One dan Pemahaman Masalah Terorisme

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Membantu 3 3,4

2 Kurang Membantu 24 27,6

3 Membantu 55 63,2

4 Sangat Membantu 5 5,7

Total 87 100

Sumber: P.12/FC.13

Berdasarkan tabel 4.11 kita dapat melihat jawaban responden apakah wawancara yang dilakukan TV One membantu untuk memahami masalah terorisme di sekitar. Hasilnya adalah hanya 3 orang (3,4%) yang menjawab tidak membantu. Kemudian 24 orang (27,6%) menjawab kurang membantu, dan 55 orang (63,2%) menjawab bahwa wawancara yang dilakukan TV One membantu dirinya untuk memahami masalah terorisme di sekitarnya. Sedangkan untuk jawaban sangat membantu hanya sebanyak 5 orang (5,7%) responden.

(38)

karena kebetulan ciri-ciri teroris di Indonesia adalah demikian. Peranan tetangga dibutuhkan untuk harus memiliki kepedulian dan kewaspadaan terhadap lingkungannya, terutama terhadap orang-orang baru.

4.2.3. Variabel Terikat (Sikap Mahasiswa)

Selanjutnya pada bagian ini, peneliti akan menyajikan data mengenai sesuatu yang berhubungan dengan sikap mahasiswa di FISIP USU terhadap pemberitaan ISIS di TV One. Variabel sikap disini adalah komponen dari sikap yaitu komponen kognitif, komponen afektif dan komponen behavior. Hasil selengkapnya disajikan pada tabel 4.12 sampai dengan tabel 4.25.

Tabel 4.12

Perhatian Terhadap Berita ISIS di TV One

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Perhatian 3 3,4

2 Kurang Perhatian 22 25,3

3 Perhatian 53 60,9

4 Sangat Perhatian 9 10,3

Total 87 100

Sumber: P.13/FC.14

Tabel 4.12 menunjukkan jawaban responden mengenai perhatian terhadap berita ISIS di TV One. Responden yang menjawab tidak perhatian hanya 3 orang (3,4%). Kemudian sebanyak 22 orang (25,3%) responden menjawab kurang perhatian, dan untuk responden yang menjawab perhatian menjadi jawaban tertinggi sebanyak 53 orang (60,9%). Sedangkan untuk responden yang menjawab perhatian sebanyak 9 orang (10,3%).

(39)

merupakan seorang mahasiswa terutama di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik tentu harus tanggap dengan berita yang bersinggungan dengan masalah sosial.

Tabel 4.13

Frekuensi Menonton Berita di TV One

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Pernah 0 0

2 Jarang (1-2 Kali Seminggu) 40 46,0

3 Sering (3-4 Kali Seminggu) 41 47,1

4 Sangat Sering (5-6 Kali Seminggu) 6 6,9

Total 87 100

Sumber: P.14/FC.15

Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat frekuensi responden menonton berita di TV One. Hasilnya adalah dari total 87 orang responden tidak ada satu orang pun yang menjawab tidak pernah menonton berita di TV One. Kemudian diikuti 40 orang (46,0%) responden menjawab jarang (1-2 kali seminggu). Responden yang menjawab sering (3-4 kali seminggu) mendapatkan jumlah yang lebih banyak yaitu 41 orang (47,1%), diikuti 6 orang (6,9%) responden dengan jawaban sangat sering (5-6 kali seminggu).

(40)

Tabel 4.14

Jam Per Hari Menonton Berita di TV One

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Kurang Dari 30 Menit 36 41,4

2 30-45 Menit 32 36,8

3 45-60 Menit 12 13,8

4 Lebih Dari 1 Jam 7 8,0

Total 87 100

Sumber: P.15/FC.16

Berdasarkan tabel 4.14 menunjukkan jawaban responden mengenai berapa jam dalam sehari waktu yang dihabiskan untuk menonton berita di TV One. Hasilnya adalah 36 orang (41,4%) menjawab kurang dari 30 menit. Responden yang menjawab 30-45 menit sebanyak 32 orang (36,8%). Untuk jawaban 45-60 menit sebanyak 12 orang (13,8%), sedangkan hanya 7 orang (8,0%) yang menjawab lebih dari 1 jam untuk menghabiskan waktu menonton berita di TV One.

(41)

Tabel 4.15

Kepedulian Terhadap Pemberitaan ISIS di TV One

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Peduli 2 2,3

2 Kurang Peduli 18 20,7

3 Peduli 58 66,7

4 Sangat Peduli 9 10,3

Total 87 100

Sumber: P.16/FC.17

Berdasarkan tabel 4.15 dapat dilihat jawaban dari responden mengenai kepedulian terhadap pemberitaan ISIS di TV One. Dari 87 orang responden hanya 2 orang (2,3%) yang menjawab tidak peduli terhadap pemberitaan ISIS di TV One. Responden yang menjawab kurang peduli sebanyak 18 orang (20,7%). Kemudian jawaban terbanyak yakni 58 orang (66,7%) responden menjawab peduli terhadap pemberitaan ISIS di TV One. Sedangkan hanya 9 orang (10,3%) yang menjawab sangat peduli.

(42)

Tabel 4.16

Keinginan Untuk Mencari Info Lebih Jauh Tentang ISIS di TV One

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Ingin 2 2,3

2 Biasa Saja 44 50,6

3 Ingin 29 33,3

4 Sangat Ingin 12 13,8

Total 87 100

Sumber: P.17/FC.18

Tabel 4.16 menunjukkan jawaban dari responden mengenai keinginan untuk mencari info lebih jauh tentang ISIS di TV One. Responden yang menjawab tidak ingin mencari info lebih jauh tentang ISIS di TV One hanya 2 orang (2,3%) dari total keseluruhan. Untuk jawaban terbanyak yakni 44 orang (50,6%) yang menjawab biasa saja. Kemudian sebanyak 29 orang (33,3%) menjawab ingin untuk mencari info lebih jauh tentang ISIS di TV One. Sedangkan untuk jawaban sangat ingin hanya sebanyak 12 orang (13,8%).

(43)

Tabel 4.17

Pengetahuan Bertambah dari Pemberitaan ISIS di TV One

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Bertambah 3 3,4

2 Agak Bertambah 14 16,1

3 Bertambah 62 71,3

4 Sangat Bertambah 8 9,2

Total 87 100

Sumber: P.18/FC.19

Berdasarkan tabel 4.17 dapat dilihat jawaban responden mengenai apakah pengetahuan bertambah dari pemberitaan ISIS di TV One. Dari total 87 orang responden hanya 3 orang (3,4%) yang menjawab tidak bertambah. Kemudian 14 orang (16,1%) menjawab pengetahuannya agak bertambah dan jawaban terbanyak yakni responden yang menjawab pengetahuannya bertambah sebanyak 62 orang (71,3%). Sedangkan untuk yang menjawab pengetahuannya mengenai berita ISIS sangat bertambah hanya 8 orang (9,2%).

(44)

Tabel 4.18

Keyakinan Tentang Berita ISIS di TV One

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Percaya 4 4,6

2 Ragu-ragu 33 37,9

3 Yakin 46 52,9

4 Sangat Yakin 4 4,6

Total 87 100

Sumber: P.19/FC.20

Tabel 4.18 menunjukkan jawaban responden mengenai keyakinan tentang berita ISIS di TV One. Hasilnya adalah dari total 87 orang responden hanya 4 orang (4,6%) saja yang menyatakan tidak percaya terhadap berita ISIS di TV One. 33 orang (37,9%) responden menyatakan ragu-ragu dan untuk jawaban yakin terhadap berita tentang ISIS di TV One dijawab oleh 46 orang (52,9%) responden. Sedangkan hanya 4 orang (4,6%) yang menyatakan sangat yakin terhadap berita ISIS di TV One.

(45)

Tabel 4.19

Suka Menonton Pemberitaan ISIS di TV One

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Suka 4 4,6

2 Biasa Saja 44 50,6

3 Suka 34 39,1

4 Sangat Suka 5 5,7

Total 87 100

Sumber: P.20/FC.21

Berdasarkan tabel 4.19 dapat dilihat jawaban dari responden mengenai apakah suka untuk menonton pemberitaan ISIS di TV One. Responden yang menjawab tidak suka menonton pemberitaan ISIS di TV One hanya 4 orang (4,6%) responden. Kemudian 44 orang (50,6%) responden menjawab biasa saja. Untuk jawaban suka menonton pemberitaan ISIS di TV One dijawab oleh sebanyak 34 orang (39,1%) responden. Sedangkan untuk jawaban sangat suka dijawab oleh 5 orang (5,7%) responden.

(46)

Tabel 4.20

Suka Mengikuti Kelanjutan Pemberitaan ISIS di TV One

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Suka 7 8,0

2 Biasa Saja 46 52,9

3 Suka 29 33,3

4 Sangat Suka 5 5,7

Total 87 100

Sumber: P.21/FC.22

Tabel 4.20 menunjukkan jawaban dari responden mengenai apakah suka untuk mengikuti kelanjutan pemberitaan ISIS di TV One. Dari total 87 responden yang menjawab tidak suka hanya 7 orang (8,0%). Jawaban yang paling banyak adalah responden yang menjawab biasa saja yakni 46 orang (52,9%). Kemudian 29 orang (33,3%) responden menjawab suka untuk mengikuti kelanjutan pemberitaan ISIS di TV One. Sedangkan responden yang menjawab sangat suka sebanyak 5 orang (5,7%).

(47)

Tabel 4.21

Mendukung Pemberitaan Seperti Berita ISIS di TV One

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Mendukung 3 3,4

2 Kurang Mendukung 16 18,4

3 Mendukung 63 72,4

4 Sangat Mendukung 5 5,7

Total 87 100

Sumber: P.22/FC.23

Berdasarkan tabel 4.21 diketahui bahwa jawaban responden mengenai apakah mendukung pemberitaan seperti berita ISIS di TV One. Hasilnya adalah hanya 3 orang (3,4%) responden yang menjawab tidak mendukung dari total 87 orang responden. Untuk responden yang menjawab kurang mendukung sebanyak 16 orang (18,4%). Jawaban paling banyak yakni responden yang mendukung pemberitaan seperti berita ISIS di TV One yaitu sebanyak 63 orang (72,4%). Sedangkan hanya 5 orang (5,7%) responden yang menjawab sangat mendukung.

(48)

Tabel 4.22

Sikap Terhadap ISIS Tentang pemberitaan ISIS di TV One

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Takut 9 10,3

2 Biasa Saja 47 54,0

3 Takut 26 29,9

4 Sangat Takut 5 5,7

Total 87 100

Sumber: P.23/FC.24

Tabel 4.22 menunjukkan jawaban dari responden mengenai sikap terhadap ISIS tentang pemberitaan ISIS di TV One. Hasilnya adalah 9 orang (10,3%) responden menjawab tidak takut terhadap ISIS, jawaban terbanyak yakni responden yang menjawab biasa saja sebanyak 47 orang (54,0%), responden yang menjawab takut sebanyak 26 orang (29,9%) dan 5 orang (5,7%) menjawab sangat takut terhadap ISIS.

(49)

Tabel 4.23

Sikap Terhadap ISIS Sebelum Menonton Pemberitaan ISIS di TV One

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Setuju 51 58,6

2 Kurang Setuju 30 34,5

3 Setuju 6 6,9

4 Sangat Setuju 0 0

Total 87 100

Sumber: P.24/FC.25

Tabel 4.23 menunjukkan jawaban dari responden mengenai bagaimana sikap terhadap ISIS sebelum menonton berita ISIS di TV One. Hasilnya adalah 51 orang (58,6%) responden menjawab tidak setuju terhadap ISIS yang merupakan jawaban terbanyak. Untuk jawaban kurang setuju dijawab oleh 30 orang (34,5%) responden, 6 orang (6,9%) responden menjawab setuju dan tidak ada seorang pun yang menjawab sangat setuju terhadap ISIS.

(50)

Tabel 4.24

Sikap Terhadap ISIS Setelah Menonton Pemberitaan ISIS di TV One

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Setuju 57 65,5

2 Kurang Setuju 24 27,6

3 Setuju 6 6,9

4 Sangat Setuju 0 0

Total 87 100

Sumber: P.25/FC.26

Tabel 4.24 menunjukkan jawaban dari responden mengenai bagaimana sikap terhadap ISIS setelah menonton berita ISIS di TV One. Jawaban terbanyak adalah 57 orang (65,5%) responden menjawab tidak setuju. Kemudian 24 orang (27,6%) menjawab kurang setuju, 6 orang (6,9%) responden menjawab setuju dan tidak ada seorang pun yang menjawab sangat setuju terhadap ISIS.

(51)

Mereka menyebutkan bahwa anggota keluarga dari prajurit ISIS ditanggung kehidupan sehari-hari serta dilindungi oleh ISIS.

Tabel 4.25

Sikap Terhadap Terorisme

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Setuju 74 85,1

2 Kurang Setuju 11 12,6

3 Setuju 2 2,3

4 Sangat Setuju 0 0

Total 87 100

Sumber: P.26/FC.27

(52)

tanyakan kembali alasan mereka setuju terhadap terorisme maka dapat disimpulkan oleh peneliti alasan mereka untuk setuju bahwa menurut mereka teroris itu telah memilih jalan untuk berjuang di jalan Allah dengan cara memerangi orang-orang non Muslim. Cara-cara yang dilakukan oleh teroris seperti bom bunuh diri dianggap sebagai bentuk jihad dan apabila mati maka pelaku bom bunuh diri itu dinyatakan mati syahid atau mati dengan keadaan yang mulia karena telah berjuang untuk agama Allah.

4.3. ANALISIS TABEL SILANG

Berikutnya, pada bagian ini peneliti akan melakukan analisis data dalam bentuk tabel silang. Analisis tabel silang merupakan teknik yang digunakan untuk menganalisis dan mengetahui variabel yang satu memiliki hubungan dengan yang lainnya, sehingga dapat diketahui apakah variabel tersebut bernilai positif atau negatif (Singarimbun, 2011: 275). Analisis tabel silang ini bukan dijadikan sebagai penentu utama untuk melihat hubungan variabel yang diteliti, akan tetapi dimaksudkan untuk melihat bagaimana penilaian data yang satu dengan hubungannya dengan data yang lain.

Adapun kumpulan data yang ingin disajikan dan dianalisis dalam tabel silang yaitu sebagai berikut:

1. Hubungan antara pemahaman isi berita ISIS di TV One dengan pengetahuan bertambah dari pemberitaan ISIS di TV One.

2. Hubungan antara pemahaman isi berita ISIS di TV One dengan sikap terhadap ISIS dari berita ISIS di TV One.

(53)

Tabel 4.26

Hubungan antara pemahaman isi berita ISIS di TV One dengan pengetahuan bertambah dari pemberitaan ISIS di TV One Pemahaman Isi

Berita ISIS di TV One

Pengetahuan Bertambah dari Pemberitaan ISIS di TV One

Tidak

(54)

sangat bertambah pengetahuannya dari pemberitaan ISIS di TV One dan 5 orang bertambah pengetahuannya dari pemberitaan ISIS di TV One.

Berdasarkan tabel 4.26 dapat kita lihat mayoritas responden berada pada titik paham dengan isi pemberitaan ISIS di TV One dan bertambah pengetahuannya dari pemberitaan tersebut, yakni sebanyak 47 responden (54,0%). Pemahaman akan isi suatu berita tentu akan menambah pengetahuan dari orang yang menontonnya, dengan adanya perhatian dan rasa ingin tahu terhadap kejelasan dan kepastian dari suatu berita maka menonton berita merupakan kegiatan yang dapat menjadi hiburan tersendiri bagi penontonnya. Paham akan isi dari suatu berita merupakan hal positif karena bisa terhindar dari sumber pemberitaan yang menayangkan berita-berita miring dan tidak bertanggung jawab atas kepastiannya.

Tabel 4.27

Hubungan antara pemahaman isi berita ISIS di TV One dengan sikap terhadap ISIS dari berita ISIS di TV One

Pemahaman Isi Berita ISIS

di TV One

Sikap Terhadap ISIS dari Berita ISIS di TV One

Tidak

(55)

namun bersikap biasa saja terhadap ISIS. Terdapat 19 orang (21,8%) kurang paham isi berita ISIS di TV One, 2 orang (2,3%) diantaranya tidak takut terhadap ISIS, 12 orang (13,8%) menyatakan biasa saja terhadap ISIS dan 5 orang (5,7%) takut terhadap ISIS sedangkan dari 19 orang yang kurang paham isi berita ISIS di TV One tersebut tidak ada yang sangat takut terhadap ISIS. Kemudian terdapat 61 orang (70,1%) yang paham isi berita ISIS di TV One, 7 orang (8,0%) diantaranya takut terhadap ISIS, 29 orang (33,3%) menyatakan biasa saja terhadap ISIS, 20 orang (23,0%) takut terhadap ISIS dan 5 orang (5,7%) sangat takut terhadap ISIS. Terdapat 6 orang (6,9%) yang sangat paham berita ISIS di TV One, 5 orang (5,7%) diantaranya biasa saja terhadap ISIS dan 1 orang (1,1%) takut terhadap ISIS.

(56)

Tabel 4.28

Hubungan antara wawancara yang dilakukan TV One dan pemahaman masalah terorisme dengan kepedulian terhadap pemberitaan ISIS di TV One Wawancara yang

Kepedulian Terhadap Pemberitaan ISIS di TV One

Tidak

(57)

dilakukan TV One sangat membantu dan paham masalah terorisme, tidak ada seorangpun dari yang menyatakan sangat membantu menjawab tidak peduli atau kurang peduli, 4 orang (4,6%) peduli terhadap pemberitaan ISIS dan 1 orang (1,1%) sangat peduli terhadap pemberitaan ISIS.

Berdasarkan tabel 4.28 dapat kita lihat bahwa mayoritas responden berada pada titik yang menyatakan wawancara yang dilakukan TV One membantu untuk memahami masalah terorisme di sekitar dan menyatakan peduli akan berita mengenai ISIS tersebut. Memahami masalah terorisme di sekitar lingkungan dan peduli akan pemberitaan ISIS memang harusnya penting untuk diketahui, ciri-ciri dari seorang teroris yang telah peneliti paparkan di analisis tabel 4.11 dapat dijadikan sebagai acuan untuk waspada dan peduli terhadap lingkungan. Peran dari setiap pemimpin lingkungan seperti RT/RW dibutuhkan dalam mendata setiap orang baru yang akan memasuki lingkungan tersebut guna untuk mencegah adanya ancaman anggota teroris yang dapat meresahkan warga.

4.4. UJI HIPOTESIS

(58)

Tabel 4.29

Spearman's rho Pemberitaan ISIS di

TV One (X)

Correlation Coefficient 1.000 .512**

Sig. (2-tailed) . .000

N 87 87

Sikap Mahasiswa

(Y)

Correlation Coefficient .512** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 87 87

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan hasil korelasi Spearman pada tabel 4.29 diatas diketahui korelasi antara variabel X dan Y yakni antara pemberitaan ISIS di TV One dan sikap mahasiswa FISIP USU sebesar 0,512. Berdasarkan skala Guilford, hasil 0,512 menunjukkan hubungan yang cukup berarti dan signifikan. Tanda korelasi pada koefisien korelasi menghasilkan (+) 0.512 yang menunjukkan arah hubungan yang sama antara variabel X dan variabel Y.

Terdapat pengaruh antara pemberitaan ISIS di TV One dan sikap mahasiswa FISIP USU. Ini berarti semakin sering dan intens menonton pemberitaan ISIS maka akan semakin berpengaruh pula hal tersebut pada sikap orang tersebut, begitu juga sebaliknya jika mahasiswa yang telah menjadi responden dalam penelitian ini semakin kurang intensitasnya atau jarang menonton pemberitaan ISIS maka sikapnya akan terpengaruh oleh faktor-faktor diluar dari penelitian ini.

(59)

dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif (Ha) yaitu terdapat pengaruh antara pemberitaan ISIS di TV One dan sikap mahasiswa FISIP USU.

Tahap terakhir adalah mencari besarnya kekuatan pengaruh hubungan antara variabel X terhadap variabel Y, dengan rumus Kp, yaitu:

Kp = 2x 100%

Dari hasil uji hipotesis di atas didapat nilai r = 0,512 maka dengan menggunakan rumus Kp di atas dapat diperoleh hasil berikut:

Kp = (rs)2 x 100% Kp = (0,512)2 x 100% Kp = 0,262 x 100% Kp = 26,2%

Hasil tersebut menunjukan bahwa kekuatan pengaruh variabel X terhadap variabel Y dalam penelitian ini adalah sebesar 26,2% dan terdapat 73,8% faktor-faktor lain yang tidak dapat diukur pada penelitian ini.

4.6. PEMBAHASAN

(60)

televisi merupakan media yang mendominasi komunikasi massa, karena sifatnya yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan khalayak. Televisi mempunyai kelebihan dari media massa lainnya, yaitu bersifat audio visual (didengar dan dilihat), dapat menggambarkan kenyataan dan langsung dapat menyajikan peristiwa yang sering terjadi ke setiap rumah para pemirsa di manapun mereka berada.

Berita yang sedang hangat diperbincangkan dalam beberapa waktu lalu adalah serangan dari organisasi teroris yang bernama ISIS. ISIS (Islamic State in Iraq and Syria) adalah organisasi teroris yang dipimpin oleh Abu Bakar Al-Baghdady. ISIS memiliki ideologi “takfiri” yang berupa pandangan yang mengkafirkan madzhab atau kelompok mana saja yang berbeda dengan dirinya.Ini sebuah keyakinan yang dianut oleh kelompok-kelompok ekstrem yang menganggap dirinya paling benar, sementara yang di luar dirinya pasti salah. Berita mengenai ISIS yang disampaikan melalui TV One sebagai televisi swasta yang cukup sering menayangkan berita tersebut tentu tidak luput dari kalangan mahasiswa. Khususnya mahasiswa FISIP USU yang dipilih oleh peneliti karena dianggap harus tanggap dalam menyikapi gejala sosial yang tengah terjadi di masyarakat dan memiliki daya analisis yang lebih responsif dalam menentukan sikapnya dengan fenomena yang terjadi di sekitarnya. Intensitas dalam menonton sebuah berita dapat menimbulkan efek terhadap penontonnya.

Menurut Steven M. Chaffe (dalam Ardianto, 2004: 49) efek komunikasi massa, dalam hal ini bisa disamakan dengan efek media massa dapat dilihat dari berbagai pendekatan. Pendekatan pertama adalah pendekatan media massa yang berkaitan dengan pesan atau media itu sendiri. Pendekatan kedua yaitu dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak yaitu komunikasi massa yang berupa perubahan sikap, perasaan dan prilaku atau dengan istilah lain dikenal sebagai perubahan kognitif, afektif, behavioral.

(61)

pula. Hal tersebut terkait dengan teori S-O-R (Stimulus-Organism-Response) yang memandang bahwa pesan dipersepsikan dan didistribusikan secara sistemik dan dengan skala yang luas. Karenanya, tidak ditujukan kepada orang dalam kapasitasnya sebagai individu, tapi sebagai bagian dari masyarakat. Stimulus yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu pemberitaan ISIS di TV One, organisme yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mahasiswa FISIP USU yang telah diberi rangsangan oleh tayangan pemberitaan ISIS di TV One yang disebut juga sebagai komunikan, dan respon yang terjadi pastinya berhubungan bagaimana sikap mahasiswa FISIP USU setelah menonton pemberitaan ISIS di TV One.

Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tertentu, merupakan kecenderungan untuk bertindak dan untuk bereaksi terhadap rangsang. Sikap yang ingin dilihat oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu:

1. Kognitif

Dalam hal ini, mahasiswa mampu merasakan apa-apa saja yang telah dipahami dan dimengerti mengenai pemberitaanISIS setelah menonton berita tersebut. Hal ini tertuang dalam tabel 4.17 sebanyak 62 orang mahasiswa dengan persentase (71,3%) menilai setelah menonton pemberitaan ISIS di TV One pengetahuannya bertambah. Begitu juga, perubahan kognitif yang terjadi yaitu mahasiswa menyatakan wawancara yang dilakukan TV One membantu untuk memahami masalah terorisme di sekitarnya. Hal ini tertuang dalam tabel 4.11 sebanyak 55 orang mahasiswa dengan persentase (63,2%) menyatakan wawancara yang dilakukan TV One membantu mereka untuk memahami masalah terorisme di sekitar lingkungan mereka.

2. Afektif

(62)

dengan persentase (72,4%) menyatakan mendukung pemberitaan ISIS di TV One.

3. Konatif

Dalam tahap ini, menyangkut perilaku mahasiswa terhadap pemberitaan. Hal ini berkaitan dengan tabel 4.22 yang menyatakan bahwa sebanyak 47 orang (54,0%) bersikap biasa saja terhadap ISIS. Kemudian, tabel 4.24 terdapat 57 orang (65,5%) responden menjawab tidak setuju terhadap ISIS.Pernyataan para responden tersebut menjelaskan bahwa sikap yang diambil mahasiswa FISIP USU hanya menyentuh komponen kognitif dan komponen afektif.Sedangkan untuk komponen konatif, mahasiswa belum berperilaku terhadap pemberitaan ISIS yang ditayangkan TV One.

Sebanyak 87 rangkap kuesioner telah disebar sesuai dengan jumlah sampel yang dibutuhkan dan telah diisi oleh responden. Pengolahan data pun telah dilakukan mulai dari penghitungan skor, pengelompokkan data mentah melalui Formula Translator Common Bussiness Language (Fortran Cobol), tabulasi data (tabel tunggal dan tabel silang) serta analisis data.

Peneliti juga telah melakukan pengujian hipotesis untuk mengetahui tingkat hubungan antara kedua variabel yang dikorelasikan yaitu variabel X (pemberitaan ISIS di TV One) dan variabel Y (Sikap Mahasiswa) dengan menggunakan rumus koefisien korelasi oleh Spearman melalui bantuan dari perangkat lunak SPSS. Penggunaan rumus koefisien korelasi Spearman ini dilakukan dengan alasan sebaran data tidak diketahui atau tidak normal.

(63)

Berdasarkan analisis SPSS, dapat dirangkum bahwa hasil uji hipotesis pada pemberitaan ISIS di TV One dan sikap mahasiswa FISIP USU dengan nilai signifikan 0.00, maka hipotesis diterima dan hubungan signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini dan hubungannya cukup berarti.

Setelah mengukur koefisien determinan didapat hasil sebesar 26,2%. Hal ini menunjukkan kekuatan pengaruh antara pemberitaan ISIS di TV One dan sikap mahasiswa FISIP USU adalah sebesar 26,2% dan sisanya sebanyak 73,8% dipengaruhi faktor-faktor lainnya.

Hasil penelitian yang dilakukan peneliti diperkuat dengan adanya penelitian sebelumnya mengenai teori S-O-R dan pengetahuan. Pada tahun 2010 dengan judul “Berita Terorisme dan Sikap Remaja Muslim” oleh Muhammad Toha Harahap, diperoleh kekuatan pengaruh hubungan sebesar 13,69% (http://repository.usu.ac.id).

(64)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. SIMPULAN

Berdasarkan penyajian dan analisis data yang telah dilakukan sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan dan telah dilaksanakan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Keberadaan TV One sebagai televisi swasta yang mengedepankan sajian berita sebagai ciri khas dari stasiun televisi tersebut khususnya dalam menayangkan pemberitaan ISIS seperti bentuk penyajian berita, gaya bahasa yang ditampilkan, cara membaca berita dan pengetahuan dan wawasan presenter dinyatakan menarik dan baik oleh mahasiswa.

2. Sikap mahasiswa FISIP USU terhadap pemberitaan ISIS di TV One adalah setelah mengikuti pemberitaan ISIS mereka menaruh perhatian terhadap pemberitaan ISIS, peduli terhadap pemberitaan ISIS, berkeinginan untuk mencari info lebih jauh tentang ISIS dan mendukung pemberitaan ISIS di TV One. Terdapat mahasiswa yang menyatakan tidak setuju terhadap ISIS setelah menonton berita ISIS dan tidak setuju terhadap terorisme.

(65)

5.2. SARAN

5.2.1. Saran Responden Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian, berbagai saran yang diajukan oleh responden meliputi:

1. Diharapkan bagi pihak TV One mempersiapkan materi dengan maksimal dan memperhatikan kelengkapan berita sehingga dapat memberikan pemahaman yang jelas mengenai apa itu ISIS sebenarnya.

2. Narasumber yang ditampilkan oleh TV One harus lebih menarik dan gaya bahasa presenter TV One harusnya dapat diperbaiki sehingga isi berita yang disampaikan dapat dipahami dengan baik. 3. Disarankan pada stasiun televisi TV One agar lebih baik lagi dalam

menyajikan isi berita kepada penontonnya karena sering kali berita terorisme diidentifikasikan dengan sebuah ajaran agama Islam dan sangat disayangkan jika terorisme itu selalu dikaitkan dengan agama Islam.

5.2.2. Saran Dalam Kaitan Akademis

Mengingat penelitian ini masih jauh dari kata kesempurnaan, maka diharapkan peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian dengan tema yang sama atau sejenis perlu memperhatikan hal-hal berikut:

1. Teori yang berkaitan dengan terorisme atau ISIS merupakan hal yang masih sulit untuk didapatkan. Oleh karena itu diharapkan kepada peneliti selanjutnya dapat menggunakan teori lain yang belum pernah digunakan sebelumnya tentunya agar dapat memperkaya kajian dan referensi akademis khususnya di FISIP USU.

(66)

5.2.3. Saran dalam Kaitan Praktis

Secara praktis, saran yang peneliti sampaikan yaitu:

1. Sebagai stasiun televisi yang penuh edukasi, TV One diharapkan dapat mempertahankan program-program andalannya dalam mengupas satu topik berita secara khusus. Karena belum banyak bahkan sangat jarang stasiun televisi yang membuat program acara khusus yang membahas tentang terorisme yang dikemas dengan menarik dan tidak monoton serta disiarkan langsung dari tempat kejadian.

(67)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1. Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian yang akan disoroti (Nawawi, 2005: 42).

Dengan adanya kerangka teori, maka peneliti memiliki landasan berfikir sebagai titik tolak di dalam pemecahan masalah yang ada. Dalam penelitian ini teori-teori yang dianggap relevan adalah: Komunikasi, Komunikasi Massa, Teori S-O-R, Televisi sebagai Media Komunikasi, Berita, Terorisme dan Sikap.

2.1.1. Komunikasi

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, diketahui banyak teori-teori komunikasi yang dikemukakan para ahli. Teori-teori komunikasi yang sesuai dengan penelitian ini meliputi pengertian komunikasi, unsur komunikasi serta tujuan dan fungsi komunikasi.

2.1.1.1. Pengertian Komunikasi

Setiap hari, dalam berbagai cara kita berkomunikasi. Kita mengkomunikasikan pemikiran, perasaan dan keinginan. Sederhana atau kompleks, baik disengaja maupun tidak sengaja, direncanakan maupun tak terencana, aktif maupun pasif, komunikasi merupakan salah satu perlengkapan penting dalam mencapai hasil, pemuasan kebutuhan dan pemenuhan ambisi, sehingga dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan bagian terbesar dalam kehidupan kita sehari-hari.

(68)

Who (Siapa), Says What (Mengatakan apa), In Which Channel (Dengan Saluran Apa), To Whom (Kepada Siapa), With What Effect (Dengan Pengaruh Bagaimana) (Mulyana, 2002: 62).

Paradigma Laswell diatas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu (Effendy, 2003: 12), yakni:

- Komunikator (Communicator, Source, Sender) - Pesan (Message)

- Media (Channel, Media)

- Komunikan (Communicant, Communicatee, Receiver, Receipent) - Efek (Effect, Impact, Influence)

Jadi, berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

2.1.1.2. Unsur-Unsur Komunikasi

Pengiriman pesan yang dilakukan seseorang akan berjalan dengan baik apabila berlandaskan tujuan yang akan dicapai dan dapat dimengerti penerima pesan tersebut. Guna mencapai kesuksesan, proses komunikasi memerlukan unsur-unsur terpenting dan saling mendukung (Cangara, 2006: 23-26), yaitu:

1. Sumber

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator (source, sender atau encoder).

2. Pesan

(69)

ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasehat atau propaganda. Sering disebut juga sebagai message, content atau informasi.

3. Media

Media yang dimaksud di sini adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, di mana setiap orang dapat melihat, membaca dan mendengarnya. Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio dan televisi.

4. Penerima

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau negara. Sering juga disebut sebagai khalayak, sasaran, komunikan atau audience. Penerima adalah elemen yang penting dalam proses komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang seringkali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan atau saluran.

2.1.1.3. Tujuan dan Fungsi Komunikasi

Komunikasi memiliki tujuan dan fungsi dalam menyampaikan pesan-pesannya (Purba, 2006: 37), yaitu:

a. Tujuan Komunikasi

1) Untuk mengubah sikap (to change the attitude)

2) Untuk mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion) 3) Untuk mengubah perilaku (to change the behavior)

(70)

b. Fungsi Komunikasi

1) Menginformasikan (to inform) 2) Mendidik (to educate)

3) Menghibur (to entertain) 4) Mempengaruhi (to influence)

2.1.2. Komunikasi Massa

Sejalan dengan perkembangan media komunikasi, maka berkembang pula ilmu komunikasi massa. Komunikasi massa merupakan studi ilmiah tentang media massa beserta pesan yang dihasilkan, pembaca/pendengar/penonton yang akan coba diraihnya dan efek terhadap mereka. Komunikasi massa merupakan disiplin kajian ilmu sosial yang relatif mudah jika dibandingkan dengan ilmu psikologi, sosiologi, ilmu politik dan ekonomi. Sekarang ini komunikasi massa sudah dimasukkan dalam disiplin ilmiah (Nurudin, 2003: 1).

Joseph A. Devito (dalam Nurudin, 2003: 10) mengatakan “First, mass communication is communication addressed to masses, to an extremely large science. This does not means that the audience includes all people or everyone who reads or everyone who watches television; rather it means an audience that is large and generally rather poorly defined. Second, mass communication is communication mediated by audio/or visual transmitter. Mass communication is perhaps most easily and most logically defined by its forms: television, radio,

newspaper, magazines, films, books and tapes” (Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi agaknya ini tidak berarti pula bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya; televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku dan pita).

(71)

melekat pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis. Efek dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori (Effendy, 2003: 319) yaitu:

a. Efek kognitif, yaitu berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti yang tadinya bingung menjadi merasa jelas.

b. Efek afektif, yaitu berkaitan dengan perasaan. Akibat dari membaca surat kabar atau majalah, mendengarkan radio, menonton acara televisi atau film bioskop dapat menimbulkan perasaan tertentu pada khalayak. c. Efek konatif, yaitu bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang

cenderung menjadi suatu tindakan atau kegiatan. Efek konatif tidak langsung timbul sebagai akibat terpaan media massa, melainkan didahului oleh efek kognitif dan afektif. Dengan kata lain timbulnya efek konatif setelah muncul efek kognitif dan afektif.

2.1.2.1. Ciri-ciri Komunikasi Massa

Ciri-ciri Komunikasi Massa (Nurudin, 2004: 16-29) yaitu: 1. Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga

Komunikator dalam komunikasi massa bukanlah perorangan, melainkan kumpulan orang-orang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud disini menyerupai sebuah sistem. Dengan demikian, komunikator dalam komunikasi massa setidak-tidaknya punya ciri sebagai berikut:

a) Kumpulan individu-individu

b) Dalam berkomunikasi individu-individu itu terbatasi perannya dengan sistem dalam media massa

c) Pesan yang disebarkan atas nama media yang bersangkutan dan bukan atas nama pribadi unsur-unsur yang terlibat

(72)

2. Komunikan dalam Komunikasi Massa Bersifat Heterogen

Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen/beragam artinya penonton televisi itu beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi, punya jabatan yang beragam, punya agama atau kepercayaan yang tidak sama pula.

3. Pesannya Bersifat Umum

Pesan-pesan dalam komunikasi massa itu tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesannya ditujukan pada khalayak yang plural. Oleh karena itu, pesan-pesan yang dikemukakannya pun tidak boleh bersifat khusus. Khusus disini, artinya pesan itu memang tidak disengaja untuk golongan tertentu. 4. Komunikasinya Berlangsung Satu Arah

Komunikasi massa hanya berjalan satu arah yang akan memberi konsekuensi umpan balik (feedback) yang sifatnya tertunda atau tidak langsung (delayed feedback).

5. Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan

Dalam komunikasi massa ada keserempakan dalam proses penyebaran pesan-pesannya. Serempak disini berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan.

6. Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan Teknis

Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis yang dimaksud misalnya pemancar untuk media elektronik (mekanik atau elektronik). Peralatan teknis berfungsi agar pemancaran atau penyebaran pesannya bisa lebih cepat dan serentak kepada khalayak yang tersebar.

7. Komunikasi Massa Dikontrol Oleh Gatekeeper

Gambar

Tabel 4.4  Bentuk Penyajian Pemberitaan ISIS di TV One
Tabel 4.5 Gaya Bahasa dalam Pemberitaan ISIS di TV One
Tabel 4.6  Pemahaman Isi Berita Tentang ISIS di TV One
Tabel 4.7 Narasumber yang ditampilkan Oleh TV One
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 64 Hubungan antara Intensitas Menonton Tayangan Terorisme pada Program Berita Kabar Pagi, Kabar Siang, Kabar Petang dan Kabar Malam di tvOne dalam seminggu dengan

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial. Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan

Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan untuk penyelesaian tugas akhir sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

pengaruh hubungan antara program tayangan 86 di Net Tv terhadap citra polisi di kalangan.. mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP

Penulisan Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi, Konsentrasi Jurnalistik , Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)