PEMBERITAAN ISIS DAN SIKAP MAHASISWA
(Studi Korelasional Tentang Hubungan Antara Pemberitaan ISIS di
TV One dan Sikap Mahasiswa FISIP USU)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
RIZKY INDRAWAN 110904062
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PEMBERITAAN ISIS DAN SIKAP MAHASISWA
(Studi Korelasional Tentang Hubungan Antara Pemberitaan ISIS di
TV One dan Sikap Mahasiswa FISIP USU)
SKRIPSI
RIZKY INDRAWAN 110904062
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
HALAMAN PERSETUJUAN
Hasil skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh:
Nama : RIZKY INDRAWAN
NIM : 110904062
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Judul : Pemberitaan ISIS dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Hubungan Antara Pemberitaan ISIS di TV One dan Sikap Mahasiswa FISIP USU).
Medan, 30 Desember 2015
Dosen Pembimbing Ketua Departemen
Haris Wijaya, S.Sos, M.Comm Dra. FatmaWardy Lubis, M.A NIP. 197711062005011001 NIP. 196208281987012001
Dekan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh :
Nama : Rizky Indrawan
NIM : 110904062
Departemen : Ilmu Komunikasi
Judul Skripsi : Pemberitaan ISIS dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Hubungan Antara Pemberitaan ISIS di TV One dan Sikap Mahasiswa FISIP USU).
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Majelis Penguji
Ketua Penguji :
Penguji :
Penguji Utama :
Ditetapkan di : Medan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas
limpahan rahmat, hidayah serta rezeki-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat dalam
memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU), dengan judul “Pemberitaan ISIS dan
Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Hubungan Antara Pemberitaan ISIS di TV One dan Sikap Mahasiswa FISIP USU)”.
Peneliti juga menyadari bahwa banyak pihak yang berperan dan telah
membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih yang
sebesar-besarnya peneliti sampaikan kepada Ibunda tercinta Sri Rismiana yang telah
membesarkan, mendidik dan membimbing saya, memberikan motivasi serta
seluruh doa yang tiada hentinya ditujukan kepada peneliti. Semoga Allah SWT
selalu melimpahkan berkah untuk Mama. Begitu juga kepada Mutiara Indriana
(kakak) yang selalu mendukung dan mendoakan serta memberikan motivasi
kepada peneliti.
Selain itu, peneliti juga mengucapkan banyak terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu peneliti selama proses penyelesaian skripsi ini,
yaitu:
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu
Komunikasi FISIP USU.
3. Ibu Dra. Dayana Manurung, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu
Komunikasi FISIP USU.
4. Bapak Haris Wijaya, S.Sos, M.Comm selaku dosen pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu dan dengan sabar membimbing saya dalam
5. Ibu Mazdalifah Ph.D selaku dosen penasehat akademik yang telah
membimbing saya selama masa perkuliahan.
6. Seluruh dosen di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU yang telah
memberikan bekal berupa ilmu pengetahuan, arahan dan bimbingan selama
peneliti menimba ilmu di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.
7. Seluruh pegawai Departemen Ilmu Komunikasi dan Bagian Pendidikan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah membantu proses
administrasi, terkhusus Kak Maya.
8. Sahabat-sahabat spesial peneliti Sebrina Mentari, Muhammad Zahrawi, Ade
Apriza, Hendika Putra, Hagay Madagael, Juan Pratama, Sandy Akhindra,
Tomy Tamba, Teuku Gofar Adam, Irend Andhika, Rizaldi Nababan, Khaidir
Putra, Dedi Kasdi, Steven Aldo, Zikra Bunaiya. Terima kasih atas hiburan,
canda tawa, susah senang dan segala pertolongan kalian selama ini, semoga
kebaikan kalian dibalas Allah SWT dan semoga kita semua sukses
kedepannya!
9. Untuk seluruh teman-teman Ilmu Komunikasi angkatan 2011, peneliti bangga
dan senang karena telah menjadi bagian dari angkatan 2011.
10. Semua pihak yang turut membantu kelancaran skripsi ini baik disadari
maupun tidak.
Menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini,
peneliti memohon maaf sebesar-besarnya. Peneliti sangat menerima kritik dan
saran yang bersifat konstruktif untuk perbaikan dan pendorong peneliti untuk
dapat semakin maju. Semoga skripsi ini dapat menambah khasanah pengetahuan
kita semua. Amin.
Medan, Desember 2015
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Rizky Indrawan
NIM : 110904062
Departemen : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas : Sumatera Utara
Jenis Karya : Skripsi
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non-Exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Pemberitaan ISIS dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Hubungan Antara Pemberitaan ISIS di TV One dan Sikap Mahasiswa FISIP USU).
Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Medan, Desember 2015
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka
saya bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.
Nama : Rizky Indrawan
NIM : 110904062
Tanda Tangan :
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Pemberitaan ISIS dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Hubungan Antara Pemberitaan ISIS di TV One dan Sikap Mahasiswa FISIP USU)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah berita ISIS di TV One mempengaruhi sikap mahasiswa FISIP USU. Teori yang digunakan adalah Komunikasi, Komunikasi Massa, Teori S-O-R, Televisi sebagai Media Komunikasi, Berita, Terorisme dan Sikap. Metode yang digunakan adalah metode korelasional, yaitu metode yang melihat sejauhmana pengaruh antara satu variabel terhadap variabel lainnya. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 698 orang. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10%, maka sampel yang diambil sebesar 87 orang. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah Sampel Stratifikasi Proporsional dan Purposive Sampling. Teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan metode kuesioner (Field Research) dan metode kepustakaan (Library Research). Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan uji hipotesis dengan menggunakan SPSS-13, berdasarkan analisis SPSS-13, maka diperoleh koefisien korelasi sebesar 0.512. Untuk melihat kuat lemahnya korelasi kedua variabel digunakan skala Guilford. Hasil 0.512 berada di skala 0.40 - 0.70 yang menunjukkan adanya hubungan yang cukup berarti antara Pemberitaan ISIS di TV One dan Sikap Mahasiswa FISIP USU. Untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap Y digunakan koefisien pengaruh dan rank-order dengan nilai signifikan 0.00 maka hipotesis diterima dan hubungan signifikan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kekuatan pengaruh variabel X terhadap variabel Y dalam penelitian ini adalah sebesar 26,2% dan terdapat 73,8% faktor-faktor lain yang tidak dapat diukur pada penelitian ini.
ABSTRACT
This study entitled "News Coverage of ISIS and Students Attitudes (Correlation Study of the Relationship About News Coverage of ISIS on TV One and Students Attitudes in the F ISIP USU)". This research was conducted to determine how news coverage of ISIS on TV One affect the students attitudes in the FISIP USU. The theories used are Communication, Mass Communication, SOR theory, Television as Media Communications, News, Terrorism and attitude. The method used is the correlation method, a method that examine the extent of influence of one variable to another variable. The population in this research amounted to 698 students. To determine the number of samples used Taro Ya mane formula with a precision of 10%, the samples were by 87 students. The sampling technique used are Proportional Stratification samples and purposive sampling. The Data collection techniques used are the method of questionnaire (Field Research) and the method of literature (Library Research). Therefore the Data Analysis thecnique using singular table and cross table with SPSS 13. Based on the analysis of SPSS 13, the result of correlation coefficient is 0.512. To view the strength of the correlation between the two variables used Guilford scale. 0.512 results are in scale 0:40 - 0.70 which showed a significant relationship between News Coverage of ISIS on TV One and Students Attitudes in the FISIP USU. To test the significance of the effect of variable X to Y to use the coefficient of influence and rank-order with 0:00 significant value then the hypothesis is accepted and significant relationship. The survey results revealed that the strength of the effect of variable X to variable Y in this study was 26.2% and 73.8% are other factors that can not be measured in this study.
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... vii
ABSTRAK ... viii
2.1.1.3. Tujuan dan Fungsi Komunikasi ... 10
2.1.2. Komunikasi Massa ... 11
2.1.2.1. Pengertian Komunikasi Massa ... 11
2.1.2.2. Ciri-ciri Komunikasi Massa ... 12
2.1.2.3. Fungsi Komunikasi Massa ... 14
2.1.2.4. Efek Komunikasi Massa ... 14
2.1.3. Teori S-O-R ... 16
2.1.4. Televisi……... 18
2.1.4.1. Televisi Sebagai Media Komunikasi... 18
2.1.5. Berita ... 18
2.1.5.1. Pengertian Berita... 18
2.1.5.2. Nilai Berita... 21
2.1.6. Terorisme ... 24
2.1.6.1. Sejarah Terorisme ... 24
2.1.6.2. Definisi Terorisme ... 25
2.1.6.3. ISIS ... 26
2.1.7. Sikap... 27
2.1.7.1. Pengertian Sikap ... 28
2.2. Kerangka Konsep ... 30
2.3. Variabel Penelitian ... 31
2.4. Operasional Variabel ... 31
2.5. Definisi Operasional ... 33
2.6. Hipotesis ... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 35
3.1.1. Sejarah Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara ... 35
3.3.3. Teknik Penarikan Sampel ... 40
3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 42
3.5. Teknik Analisis Data ... 43
3.5.1. Analisis Tabel Tunggal ... 43
3.5.2. Analisis Tabel Silang ... 43
3.5.3. Pengujian Hipotesis ... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tahapan Pelaksanaan Penelitian... 46
4.1.1. Tahapan Pengumpulan Data ... 46
4.1.3. Proses Pengolahan Data ... 46
4.2. Analisis Tabel Tunggal ... 47
4.2.1. Karakteristik Responden (Z) ... 48
4.2.2. Variabel Bebas (X) ... 49
4.2.3. Variabel Terikat (Y) ... 58
4.3. Analisis Tabel Silang ... 72
4.4. Pengujian Hipotesis ... 76
4.5. Pembahasan ... 77
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 85
5.2. Saran Responden Penelitian ... 86
5.3. Saran dalam Kaitan Akademis ... 86
5.4. Saran dalam Kaitan Praktis ... 87
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Operasional Variabel ... 32
Tabel 3.1 Jumlah Populasi Mahasiswa FISIP USU Program S-1 Angkatan 2012 ... 39
Tabel 3.2 Penarikan Sampel ... 41
Tabel 4.1 Departemen Responden ... 48
Tabel 4.2 Jenis Kelamin Responden ... 49
Tabel 4.3 Frekuensi Penayangan Berita Tentang ISIS di TV One ... 50
Tabel 4.4 Bentuk Penyajian Pemberitaan ISIS di TV One ... 51
Tabel 4.5 Gaya Bahasa Dalam Pemberitaan ISIS di TV One ... 52
Tabel 4.6 Pemahaman Isi Berita Tentang ISIS di TV One ... 53
Tabel 4.7 Narasumber Yang Ditampilkan Oleh TV One ... 54
Tabel 4.8 Cara Berpakaian Presenter TV One ... 55
Tabel 4.9 Cara Membaca Berita Presenter TV One ... 56
Tabel 4.10 Pengetahuan dan Wawasan Presenter TV One ... 57
Tabel 4.11 Wawancara Yang Dilakukan TV One dan Pemahaman Masalah terorisme ... 58
Tabel 4.12 Perhatian Terhadap Berita ISIS di TV One ... 59
Tabel 4.13 Frekuensi Menonton Berita di TV One ... 60
Tabel 4.14 Jam Per Hari Menonton Berita di TV One ... 61
Tabel 4.15 Kepedulian Terhadap Pemberitaan ISIS di TV One ... 62
Tabel 4.16 Keinginan Untuk Mencari Info Lebih Jauh Tentang ISIS di TV One ... 63
Tabel 4.17 Pengetahuan Bertambah Dari Pemberitaan ISIS di TV One ... 64
Tabel 4.18 Keyakinan Tentang Berita ISIS di TV One ... 65
Tabel 4.19 Suka Menonton Pemberitaan ISIS di TV One ... 66
Tabel 4.20 Suka Mengikuti Kelanjutan Pemberitaan ISIS di TV One ... 67
Tabel 4.21 Mendukung Pemberitaan Seperti Berita ISIS di TV One ... 68
Tabel 4.22 Sikap Terhadap ISIS Tentang Pemberitaan ISIS di TV One ... 69
Tabel 4.23 Sikap Terhadap ISIS Sebelum Menonton Pemberitaan ISIS di TV One... 70
Tabel 4.24 Sikap Terhadap ISIS Setelah Menonton Pemberitaan ISIS di TV One ... 71
Tabel 4.25 Sikap Terhadap Terorisme ... 72
Tabel 4.26 Hubungan antara pemahaman isi berita ISIS di TV One dengan pengetahuan bertambah dari pemberitaan ISIS di TV One ... 74
Tabel 4.27 Hubungan antara pemahaman isi berita ISIS di TV One dengan sikap terhadap ISIS dari berita ISIS di TV One ... 75
Tabel 4.28 Hubungan antara wawancara yang dilakukan TV One dan pemahaman masalah terorisme dengan kepedulian terhadap pemberitaan ISIS di TV One ... 77
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1. Tabel Fortran Cobol 2. Kuesioner
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Pemberitaan ISIS dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Hubungan Antara Pemberitaan ISIS di TV One dan Sikap Mahasiswa FISIP USU)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah berita ISIS di TV One mempengaruhi sikap mahasiswa FISIP USU. Teori yang digunakan adalah Komunikasi, Komunikasi Massa, Teori S-O-R, Televisi sebagai Media Komunikasi, Berita, Terorisme dan Sikap. Metode yang digunakan adalah metode korelasional, yaitu metode yang melihat sejauhmana pengaruh antara satu variabel terhadap variabel lainnya. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 698 orang. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10%, maka sampel yang diambil sebesar 87 orang. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah Sampel Stratifikasi Proporsional dan Purposive Sampling. Teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan metode kuesioner (Field Research) dan metode kepustakaan (Library Research). Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan uji hipotesis dengan menggunakan SPSS-13, berdasarkan analisis SPSS-13, maka diperoleh koefisien korelasi sebesar 0.512. Untuk melihat kuat lemahnya korelasi kedua variabel digunakan skala Guilford. Hasil 0.512 berada di skala 0.40 - 0.70 yang menunjukkan adanya hubungan yang cukup berarti antara Pemberitaan ISIS di TV One dan Sikap Mahasiswa FISIP USU. Untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap Y digunakan koefisien pengaruh dan rank-order dengan nilai signifikan 0.00 maka hipotesis diterima dan hubungan signifikan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kekuatan pengaruh variabel X terhadap variabel Y dalam penelitian ini adalah sebesar 26,2% dan terdapat 73,8% faktor-faktor lain yang tidak dapat diukur pada penelitian ini.
ABSTRACT
This study entitled "News Coverage of ISIS and Students Attitudes (Correlation Study of the Relationship About News Coverage of ISIS on TV One and Students Attitudes in the F ISIP USU)". This research was conducted to determine how news coverage of ISIS on TV One affect the students attitudes in the FISIP USU. The theories used are Communication, Mass Communication, SOR theory, Television as Media Communications, News, Terrorism and attitude. The method used is the correlation method, a method that examine the extent of influence of one variable to another variable. The population in this research amounted to 698 students. To determine the number of samples used Taro Ya mane formula with a precision of 10%, the samples were by 87 students. The sampling technique used are Proportional Stratification samples and purposive sampling. The Data collection techniques used are the method of questionnaire (Field Research) and the method of literature (Library Research). Therefore the Data Analysis thecnique using singular table and cross table with SPSS 13. Based on the analysis of SPSS 13, the result of correlation coefficient is 0.512. To view the strength of the correlation between the two variables used Guilford scale. 0.512 results are in scale 0:40 - 0.70 which showed a significant relationship between News Coverage of ISIS on TV One and Students Attitudes in the FISIP USU. To test the significance of the effect of variable X to Y to use the coefficient of influence and rank-order with 0:00 significant value then the hypothesis is accepted and significant relationship. The survey results revealed that the strength of the effect of variable X to variable Y in this study was 26.2% and 73.8% are other factors that can not be measured in this study.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Terorisme dalam satu dekade ini menjadi sangat populer, atau tepatnya
sejak peristiwa runtuhnya WTC (World Trade Center) tanggal 9 September 2001 yang lalu. Jika kita memasukan kata terorisme pada mesin pencari di internet,
maka kita akan mendapati ribuan bahkan jutaan hasilnya, dengan segala latar
belakang, pembelaan, tuduhan, perkembangan dan lain-lainnya. Yang ironisnya,
beberapa waktu belakangan ini terorisme diidentikkan dengan agama Islam.
Kata teror berasal dari bahasa latin yaitu terrere. Namun di masa Revolusi Perancis, kata teror sendiri juga dikenal dengan sebutan “Le terreur” yang berasal
dari bahasa Perancis. Kata tersebut semula hanya dipergunakan untuk menyebut
tindakan pemerintah hasil Revolusi Perancis yang mempergunakan kekerasan
secara brutal dan berlebihan dengan cara memenggal 40.000 orang yang dituduh
melakukan kegiatan anti pemerintah. Selanjutnya kata terorisme dipergunakan
untuk menyebut gerakan kekerasan anti pemerintah di Rusia.Maka secara tidak
langsung kata terorisme sejak awal dipergunakan untuk menyebut tindakan
kekerasan oleh pemerintah maupun kegiatan yang anti pemerintah (Hakim, 2004:
4).
Terorisme menurut Kerstetter pada dasarnya merupakan suatu gejala
kekerasan yang berkembang sejalan dengan peradaban manusia itu
sendiri.Terorisme sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan, ditengarai telah ada
sejak zaman Yunani Kuno, Romawi Kuno dan pada abad pertengahan.Terorisme
menurut Lequer secara klasik diartikan sebagai kekerasan atau ancaman kekerasan
yang dilakukan untuk menciptakan rasa takut dalam masyarakat (Hakim, 2004: 3).
Terorisme berkembang sejak berabad lampau.Asalnya, terorisme hanya
berupa kejahatan murni seperti pembunuhan dan ancaman yang bertujuan untuk
mencapai tujuan tertentu.Perkembangannya bermula dalam bentuk fanatisme
dilakukan secara perorangan maupun oleh suatu kelompok terhadap penguasa
yang dianggap sebagai pelakunya. Pembunuhan terhadap individu ini sudah dapat
dikatakan sebagai bentuk murni dari terorisme.
Saat ini, motif terorisme lebih sering dikaitkan dengan dimensi moral yang
luas seperti nilai, ideologi, agama, ketidakadilan tatanan dan struktur sosial.
Namun tidak dipungkiri, bahwa sekarang ini Islam diidentifikasikan sedemikian
rupa sebagai agama yang mengusung terorisme. Perkembangan Islam, baik secara
institusi atau pun individualnya, telah mengkhawatirkan dunia internasional
sedemikian rupa tanpa alasan yang jelas sama sekali.
Pandangan bahwa Islam yang melahirkan kekerasan terus dimunculkan
setiap hari di berbagai belahan dunia. Hingga umat pun perlahan-lahan mulai
percaya bahwa Islam mengusung kekerasan seperti itu, padahal tak sedikitpun
agama Islam menganjurkan kekerasan. Dalam berperang, Islam telah mengajarkan
syarat dan ketentuan seperti tidak boleh membunuh wanita, anak-anak, orang tua,
pemuka agama, tidak boleh menghancurkan rumah dan tempat ibadah, tidak boleh
membakar pepohonan, tidak boleh membunuh binatang, tidak boleh
mengharapkan bertemu musuh, tidak boleh berkhianat dan tidak boleh berlaku
zalim (HR Muslim, Al Mubarakfuri, 2014: 447).
Beberapa bulan terakhir, Indonesia kembali disuguhi berita tentang
Gerakan Ekstrimis ISIS. ISIS (Islamic State in Iraq and Syria) adalah organisasi teroris yang bermula dari invasi Amerika Serikat dengan sejumlah negara yang
mengikutinya (sekutu) ke Irak di tahun 2003. Ketika itu Irak masih di bawah
kendali Saddam Husein. Tujuan yang digembar-gemborkan adalah mencari
senjata pemusnah massal, tetapi tentu saja tujuan utamanya adalah penguasaan
minyak dan menurunkan Saddam Husein. Terbukti akhirnya senjata pemusnah
massal tidak terdapat di Irak karena memang isu ini hanya digunakan untuk
pemancing agar AS dapat menginvasi Irak.
dewan syura. Akhirnya mendeklarasikan Daulah Islam Iraq (DAI) dan untuk
pemimpinnya dipilih Abu Umar Al-Baghdady.
Ketika terjadi revolusi Suriah tahun 2011 maka sebagian pejuang asal
Suriah di Irak kembali ke Suriah untuk melawan tindakan kejam dari Presiden
Bashar Assad dengan membentuk Jabhat Al Nusrah (JN) yang merupakan kelompok terbesar dari pejuang Suriah. Sedikit demi sedikit beberapa kota mulai
dibebaskan. Ketika sudah banyak daerah dibebaskan tiba-tiba Abu Bakar Al
Baghdady pada tahun 2013 mengatakan bahwa JN dihapus dan dijadikan Daulah
Islam Irak dan Syam/DAIS atau ISIS (Islamic State in Irak and Syam) dalam bahasa inggrisnya (kadang disebut ISIL karena Sham diganti oleh kata Levant
dalam bahasa Inggris).
Akhirnya, pada 29 Juni 2014 dan bertepatan dengan 1 Ramadhan 1435 H,
melalui media resminya, al-Furqan, ISIS mendeklarasikan terbentuknya Islamic State (IS) sekaligus pembubaran ISIS. Mereka mengangkat Abu Bakar al-Baghdady sebagai khalifah IS. Deklarasi tersebut adalah langkah tepat sebagai
puncak dari apa yang telah diperjuangkan sejak awal oleh Zarqawi. Namun,
deklarasi itu tidak mendapat dukungan sepenuhnya dari pengikut ISIS yang lain.
Bagi mereka, deklarasi itu tidak tepat, karena meskipun mereka ISIS juga dan
pendukungnya, namun mereka tidak mendukung deklarasi itu (Assad, 2014: 71).
Deklarasi itu justru dinilai blunder yang merugikan. Deklarasi itu membuat ISIS menjadi gerakan dan kekuatan gamblang yang mudah dibidik dan
dihabisi, padahal sejak 2006, strategi yang menurut mereka menjadi gerakan
bawah tanah yang tersembunyi dan bergerak maju dan berkembang dalam
senyap-senyap, dengan ideologi atau paham “takfiri”yang mereka anut.
ISIS memiliki ideologi “takfiri” yang berupa pandangan yang
mengkafirkan madzhab atau kelompok mana saja yang berbeda dengan dirinya.
Ini sebuah keyakinan yang dianut oleh kelompok-kelompok ekstrem yang
menganggap dirinya paling benar, sementara yang di luar dirinya pasti salah. ISIS
mengkafirkan kelompok apapun di luar dirinya karena menurut mereka hanya
Islam versi mereka saja yang benar dan menghalalkan cara-cara kekerasan kepada
Hal ini membuat banyak kalangan kebingungan apa sebenarnya ISIS itu.
Penelitian ini tentu tidaklah cukup representatif untuk menjawab pertanyaan itu.
Tapi paling tidak, bisa memberikan sedikit gambaran bahwa ISIS adalah gerakan
ekstrimis yang melakukan kekerasan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan
dengan mengatasnamakan agama. Hal ini tentunya menodai citra Islam sebagai
agama yang mengajarkan keselamatan dan kedamaian, agama yang rahmatan lil alamiin yang semua aspek ajarannya jika dipahami dan diaplikasikan secara integral dalam kehidupan sehari-hari akan melahirkan pribadi yang mulia, secara
pribadi maupun sosial.
Islam tidak mengenal konsep jihad dengan makna membunuh ketika
berada dalam situasi damai dan ketentraman. Jihad itu maknanya adalah berjuang
dalam dimensi yang luas, yakni bisa bermakna memperbaiki nasib rakyat,
bersedekah, mendirikan sarana pendidikan, mengayomi masyarakat dan berbagai
kebajikan lainnya. Kalau kemudian jihad diartikan hanya berperang, itu sudah
keliru dan akan melahirkan kekeliruan selanjutnya.
Jihad dalam Islam berasal dari bahasa Arab yaitu jihad, dan dikemukakan dalam ayat Al-Quran ini diterjemahkan sebagai ‘berjuang’. Kata jihad itu memang
secara relatif pendek sekali tetapi implikasinya luar biasa dalam masyarakat Islam
secara keseluruhan dan dalam kehidupan pribadi seorang Muslim. Jihad
sebagaimana diperintahkan dalam Islam bukanlah tentang membunuh atau
dibunuh tetapi tentang bagaimana berjuang keras memperoleh keridhaan Ilahi.
Baik individual mau pun secara kolektif, jihad merupakan suatu hal yang esensial
bagi kemajuan rohani.
Kata jihad sendiri di dalam Al-Quran digunakan dalam dua pengertian: –
Jihad fi Sabilillah – berjuang keras di jalan Allah –Jihad fi Allah– berjuang keras demi Allah. Arti kata yang pertama menyangkut perang mempertahankan diri dari
musuh kebenaran ketika mereka berusaha memusnahkan agama ini, sedangkan
pengertian kata yang kedua adalah berusaha atau berjuang keras guna
memenangkan keridhoan dan kedekatan kepada Allah SWT. Kata yang kedua itu
lebih mengandung signifikasi kerohanian yang lebih tinggi dibanding kata yang
pertama. Berjuang melawan sifat dasar yang buruk dalam diri sendiri yaitu
Konsep jihad yang diterapkan oleh ISIS tentu tidak sebanding dengan
ajaran Islam walaupun mereka beranggapan untuk berjuang dengan nama Islam.
Hal tersebut tentu akan menimbulkan pandangan yang semakin buruk terhadap
agama Islam yang kurang lebih selama satu dekade terakhir dicap sebagai teroris.
Seluruh media di dunia turut memberitakan bagaimana ISIS memberikan ancaman
ke pihak-pihak yang akan diperanginya. Indonesia juga tidak luput dari ancaman
tentara ISIS yang memberikan pernyataan melalui video yang mereka unggah
untuk menantang TNI. Masyarakat sempat gempar ketika video itu muncul di
televisi, bahkan cukup intens ditayangkan terutama oleh TV One yang cukup
sering membahas berita tentang ISIS.
Berita-berita mengenai ISIS yang pernah ditayangkan oleh TV One pun,
tentu akan mendapatkan tanggapan yang beragam dari penontonnya. Informasi
yang tersaji dalam bentuk gambar dan ilustrasi dapat merangsang penonton TV
One untuk memberikan tanggapan maupun sikap terhadap berita tersebut. Dengan
adanya penonton yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda seperti usia,
jenis kelamin maupun tingkat pendidikan, memunculkan ketertarikan peneliti
untuk melihat fenomena yang terjadi akibat berita ISIS tersebut. TV One yang
dipilih oleh peneliti sebagai perwakilan media televisi yang menayangkan berita
ISIS dianggap sebagai saluran media televisi yang mampu memenuhi kebutuhan
informasi akan suatu berita yang terdepan dalam mengabarkannya. Dalam
penyajian berita, TV One dapat menayangkannya secara langsung dari tempat
kejadian perkara di mana pun dan kapan pun kejadian tersebut berlangsung.
Pemberitaan ISIS tidak luput dari perhatian mahasiswa yang notabene
memiliki pandangan tersendiri terhadap gejala-gejala sosial khususnya dalam
pemberitaan ISIS ini. Mahasiswa adalah kalangan intelektual yang penuh bakat
dan potensi yang sedang belajar di perguruan tinggi, mahasiswa tidak hanya
mempunyai status, tetapi ia juga berjuang keras untuk menyelesaikan studinya
(Bertens, 2005: 11). Susantoro mengatakan mahasiswa adalah kalangan muda
yang berumur antara 19-28 tahun, yang memang dalam usia tersebut mengalami
suatu peralihan dari tahap remaja ke tahap dewasa. Susantoro menyatakan bahwa
yang dalam melihat sesuatu berdasarkan kenyataan objektif, sistematis dan
rasional (dalam Siregar, 2006: 56).
Lokasi penelitian yang dianggap berkaitan dengan permasalahan yang
ingin diteliti adalah FISIP USU. Pemilihan lokasi ini berdasarkan kesesuaian
judul yang diangkat, di mana peneliti ingin mengetahui sikap mahasiswa FISIP
USU dalam menyikapi pemberitaan ISIS di TV One. Mahasiswa FISIP USU
dipilih karena peneliti menganggap bahwa mereka harus tanggap dalam
menyikapi gejala sosial yang tengah terjadi di masyarakat dan memiliki daya
analisis yang lebih responsif dalam menentukan sikapnya dengan fenomena yang
terjadi di sekitarnya. Mahasiswa angkatan 2012 merupakan responden yang
dipilih dalam penelitian ini karena telah memasuki usia 20 tahun yang dianggap
lebih dewasa dan mampu untuk menanggapi serta menyikapisebuah pemberitaan
yang ada di media massa.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimanakah
pengaruh berita ISIS di TV One terhadap sikap Mahasiswa FISIP USU.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah berita ISIS
di TV One mempengaruhi sikap mahasiswa FISIP USU”.
1.3. Pembatasan Masalah
Untuk lebih memperjelas dan menghindari ruang lingkup yang terlalu luas,
maka perlu dibuat pembatasan masalah.
Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian mengenai berita ISIS hanya dibatasi pada lembaga
ini cukup representatif di dalam menyajikan berita-berita mengenai
permasalahan ISIS.
2. Objek penelitian yang dipilih adalah mahasiswa FISIP USU program
reguler S-1 angkatan 2012.
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui bagaimana TV One dalam menayangkan pemberitaan
ISIS.
2. Mengetahui sikap mahasiswa FISIP USU terhadap pemberitaan ISIS di
TV One.
3. Mencari hubungan antara berita ISIS di TV One terhadap sikap
mahasiswa FISIP USU.
1.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
a. Secara akademis, penelitian ini dapat disumbangkan kepada FISIP
USU khususnya jurusan Ilmu Komunikasi dalam rangka memperkaya
khasanah penelitian dan sumber bacaan.
b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah
penelitian khususnya di bidang komunikasi massa.
c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1. Kerangka Teori
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir
dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka
teori yang memuat pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah
penelitian yang akan disoroti (Nawawi, 2005: 42).
Dengan adanya kerangka teori, maka peneliti memiliki landasan berfikir
sebagai titik tolak di dalam pemecahan masalah yang ada. Dalam penelitian ini
teori-teori yang dianggap relevan adalah: Komunikasi, Komunikasi Massa, Teori
S-O-R, Televisi sebagai Media Komunikasi, Berita, Terorisme dan Sikap.
2.1.1. Komunikasi
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, diketahui banyak teori-teori
komunikasi yang dikemukakan para ahli. Teori-teori komunikasi yang sesuai
dengan penelitian ini meliputi pengertian komunikasi, unsur komunikasi serta
tujuan dan fungsi komunikasi.
2.1.1.1. Pengertian Komunikasi
Setiap hari, dalam berbagai cara kita berkomunikasi. Kita
mengkomunikasikan pemikiran, perasaan dan keinginan. Sederhana atau
kompleks, baik disengaja maupun tidak sengaja, direncanakan maupun tak
terencana, aktif maupun pasif, komunikasi merupakan salah satu perlengkapan
penting dalam mencapai hasil, pemuasan kebutuhan dan pemenuhan ambisi,
sehingga dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan bagian terbesar dalam
kehidupan kita sehari-hari.
Menurut Harold Laswell, cara yang baik untuk menggambarkan
Who (Siapa), Says What (Mengatakan apa), In Which Channel (Dengan Saluran Apa), To Whom (Kepada Siapa), With What Effect (Dengan Pengaruh Bagaimana) (Mulyana, 2002: 62).
Paradigma Laswell diatas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima
unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu (Effendy, 2003: 12),
yakni:
- Komunikator (Communicator, Source, Sender)
- Pesan (Message)
- Media (Channel, Media)
- Komunikan (Communicant, Communicatee, Receiver, Receipent)
- Efek (Effect, Impact, Influence)
Jadi, berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek tertentu.
2.1.1.2. Unsur-Unsur Komunikasi
Pengiriman pesan yang dilakukan seseorang akan berjalan dengan baik
apabila berlandaskan tujuan yang akan dicapai dan dapat dimengerti penerima
pesan tersebut. Guna mencapai kesuksesan, proses komunikasi memerlukan
unsur-unsur terpenting dan saling mendukung (Cangara, 2006: 23-26), yaitu:
1. Sumber
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator (source, sender atau encoder).
2. Pesan
ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasehat atau propaganda. Sering disebut juga sebagai message, content atau informasi.
3. Media
Media yang dimaksud di sini adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, di mana setiap orang dapat melihat, membaca dan mendengarnya. Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio dan televisi.
4. Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau negara. Sering juga disebut sebagai khalayak, sasaran, komunikan atau audience. Penerima adalah elemen yang penting dalam proses komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang seringkali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan atau saluran.
2.1.1.3. Tujuan dan Fungsi Komunikasi
Komunikasi memiliki tujuan dan fungsi dalam menyampaikan
pesan-pesannya (Purba, 2006: 37), yaitu:
a. Tujuan Komunikasi
1) Untuk mengubah sikap (to change the attitude)
2) Untuk mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion)
3) Untuk mengubah perilaku (to change the behavior)
b. Fungsi Komunikasi
1) Menginformasikan (to inform)
2) Mendidik (to educate)
3) Menghibur (to entertain)
4) Mempengaruhi (to influence)
2.1.2. Komunikasi Massa
Sejalan dengan perkembangan media komunikasi, maka berkembang pula
ilmu komunikasi massa. Komunikasi massa merupakan studi ilmiah tentang
media massa beserta pesan yang dihasilkan, pembaca/pendengar/penonton yang
akan coba diraihnya dan efek terhadap mereka. Komunikasi massa merupakan
disiplin kajian ilmu sosial yang relatif mudah jika dibandingkan dengan ilmu
psikologi, sosiologi, ilmu politik dan ekonomi. Sekarang ini komunikasi massa
sudah dimasukkan dalam disiplin ilmiah (Nurudin, 2003: 1).
Joseph A. Devito (dalam Nurudin, 2003: 10) mengatakan “First, mass
communication is communication addressed to masses, to an extremely large science. This does not means that the audience includes all people or everyone who reads or everyone who watches television; rather it means an audience that is large and generally rather poorly defined. Second, mass communication is communication mediated by audio/or visual transmitter. Mass communication is perhaps most easily and most logically defined by its forms: television, radio,
newspaper, magazines, films, books and tapes” (Pertama, komunikasi massa
adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi agaknya ini tidak berarti pula bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya; televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku dan pita).
Efek dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media massa
melekat pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis. Efek dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kategori (Effendy, 2003: 319) yaitu:
a. Efek kognitif, yaitu berhubungan dengan pikiran atau penalaran,
sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti
yang tadinya bingung menjadi merasa jelas.
b. Efek afektif, yaitu berkaitan dengan perasaan. Akibat dari membaca
surat kabar atau majalah, mendengarkan radio, menonton acara televisi
atau film bioskop dapat menimbulkan perasaan tertentu pada khalayak.
c. Efek konatif, yaitu bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang
cenderung menjadi suatu tindakan atau kegiatan. Efek konatif tidak
langsung timbul sebagai akibat terpaan media massa, melainkan
didahului oleh efek kognitif dan afektif. Dengan kata lain timbulnya
efek konatif setelah muncul efek kognitif dan afektif.
2.1.2.1. Ciri-ciri Komunikasi Massa
Ciri-ciri Komunikasi Massa (Nurudin, 2004: 16-29) yaitu:
1. Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga
Komunikator dalam komunikasi massa bukanlah perorangan, melainkan kumpulan orang-orang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud disini menyerupai sebuah sistem. Dengan demikian, komunikator dalam komunikasi massa setidak-tidaknya punya ciri sebagai berikut:
a) Kumpulan individu-individu
b) Dalam berkomunikasi individu-individu itu terbatasi perannya dengan sistem dalam media massa
c) Pesan yang disebarkan atas nama media yang bersangkutan dan bukan atas nama pribadi unsur-unsur yang terlibat
2. Komunikan dalam Komunikasi Massa Bersifat Heterogen
Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen/beragam artinya penonton televisi itu beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi, punya jabatan yang beragam, punya agama atau kepercayaan yang tidak sama pula.
3. Pesannya Bersifat Umum
Pesan-pesan dalam komunikasi massa itu tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesannya ditujukan pada khalayak yang plural. Oleh karena itu, pesan-pesan yang dikemukakannya pun tidak boleh bersifat khusus. Khusus disini, artinya pesan itu memang tidak disengaja untuk golongan tertentu.
4. Komunikasinya Berlangsung Satu Arah
Komunikasi massa hanya berjalan satu arah yang akan memberi konsekuensi umpan balik (feedback) yang sifatnya tertunda atau tidak langsung (delayed feedback).
5. Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan
Dalam komunikasi massa ada keserempakan dalam proses penyebaran pesan-pesannya. Serempak disini berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan.
6. Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan Teknis
Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis yang dimaksud misalnya pemancar untuk media elektronik (mekanik atau elektronik). Peralatan teknis berfungsi agar pemancaran atau penyebaran pesannya bisa lebih cepat dan serentak kepada khalayak yang tersebar.
7. Komunikasi Massa Dikontrol Oleh Gatekeeper
Gatekeeper atau yang sering disebut pentapis informasi/palang pintu/penjaga gawang, adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa. Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami.
2.1.2.2. Fungsi Komunikasi Massa
Fungsi komunikasi massa adalah sebagai berikut (Bungin, 2008: 78-81):
a. Fungsi Pengawasan
Media massa merupakan sebuah medium di mana dapat digunakan untuk pengawasan terhadap aktivitas masyarakat pada umumnya. Fungsi pengawasan ini berupa peringatan dan kontrol sosial maupun kegiatan persuasif. Pengawasan dan kontrol sosial dapat dilakukan untuk aktivitas preventif untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
b. Fungsi Social Learning
Fungsi utama dari komunikasi massa melalui media massa adalah melakukan guiding dan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat. Media massa bertugas untuk memberikan pencerahan-pencerahan kepada masyarakat dimana komunikasi massa itu berlangsung. Komunikasi massa dimaksudkan agar proses pencerahan itu berlangsung efektif dan efisien dan menyebar secara bersamaan di masyarakat secara luas.
c. Fungsi Penyampaian Informasi
Komunikasi massa yang mengandalkan media massa, memiliki fungsi utama, yaitu menjadi proses penyampaian informasi kepada masyarakat luas. Komunikasi massa memungkinkan informasi dari institusi publik tersampaikan kepada masyarakat secara luas dalam waktu cepat sehingga fungsi informatif tercapai dalam waktu cepat dan singkat.
d. Fungsi Transformasi Budaya
Komunikasi massa sebagaimana sifat-sifat budaya massa, maka yang terpenting adalah komunikasi massa menjadi proses transformasi budaya yang dilakukan bersama-sama oleh semua komponen komunikasi massa, terutama yang didukung oleh media massa. Fungsi ini lebih kepada tugasnya yang besar sebagai bagian dari budaya global.
e. Fungsi Hiburan
Fungsi lain dari komunikasi massa adalah hiburan. Komunikasi massa juga digunakan sebagai medium hiburan, terutama karena komunikasi massa menggunakan media massa, jadi fungsi-fungsi hiburan yang ada pada media massa juga merupakan bagian dari fungsi komunikasi massa.
2.1.2.3. Efek Komunikasi Massa
Menurut Steven M. Chaffe (dalam Ardianto, 2004: 49) efek komunikasi
berbagai pendekatan. Pendekatan pertama adalah pendekatan media massa yang
berkaitan dengan pesan atau media itu sendiri. Pendekatan kedua yaitu dengan
melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak yaitu komunikasi massa
yang berupa perubahan sikap, perasaan dan prilaku atau dengan istilah lain
dikenal sebagai perubahan kognitif, afektif, behavioral.
1. Efek komunikasi massa yang berkaitan dengan pesan atau media itu sendiri:
a) Efek ekonomi
Kehadiran media massa ditengah kehidupan manusia dapat menumbuhkan berbagai usaha produksi, distribusi dan konsumsi jasa media massa.
b) Efek sosial
Efek sosial berkaitan dengan perubahan pada struktur atau interaksi sosial sebagai akibat dari kehadiran media massa.
c) Penjadwalan kegiatan sehari-hari
Khalayak menyediakan waktu untuk menikmati media yang ingin dikonsumsinya.
d) Efek hilangnya perasaan tidak nyaman
Orang menggunakan media massa untuk memuaskan kebutuhan psikologinya dengan tujuan menghilangkan perasaan tidak nyaman, misalnya untuk menghilangkan perasaan kesepian, marah, kesal, kecewa dan sebagainya.
e) Efek menumbuhkan perasaan tertentu
Kehadiran media massa bukan saja dapat menghilangkan perasaan tidak nyaman pada diri seseorang, tetapi juga dapat menumbuhkan perasaan tertentu. Terkadang seseorang akan mempunyai perasaan positif atau negatif terhadap media tertentu.
2. Efek komunikasi massa yang berkaitan dengan perubahan pada diri khalayak:
a) Efek kognitif
tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung.
b) Efek afektif
Efek ini kadarnya lebih tinggi dari pada efek kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan hanya sekedar memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih daripada itu, khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah setelah menerima pesan dari media massa.
c) Efek behavioral
Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk tindakan atau kegiatan.
2.1.3. Teori S–O–R
S-O-R adalah singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Menurut teori ini, organisme menghasilkan perilaku tertentu jika ada kondisi stimulus tertentu.
Maksudnya adalah keadaan internal organisme berfungsi menghasilkan respon
tertentu jika ada kondisi stimulus tertentu pula.
Teori S-O-R memandang bahwa pesan dipersepsikan dan didistribusikan
secara sistemik dan dalam skala yang luas. Pesan, karenanya, tidak ditujukan
kepada orang dalam kapasitasnya sebagai individu, tapi sebagai bagian dari
masyarakat. Untuk mendistribusikan pesan sebanyak mungkin, penggunaan
teknologi merupakan keharusan. Sedangkan individu yang tidak terjangkau oleh
terpaan pesan, diasumsikan tidak akan terpengaruh oleh isi pesan (Mufid, 2005:
22).
Prof. Dr. Mar’at (dalam Effendy, 2002: 253), dalam bukunya “Sikap
Manusia, Perubahan, serta Pengukurannya” mengutip pendapat Hovland, Janis,
dan Kelly yang mengatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru, ada tiga
a. Perhatian
b. Pengertian
c. Penerima
Dari uraian diatas, maka proses komunikasi S-O-R dalam penelitian ini
dapat digambarkan sebagai berikut (Effendy, 2002: 253):
Gambar 2.1 : Teori S-O-R
Gambar diatas menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung pada
proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada
komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan
berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan
mengerti. Kemampuan komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka
terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.
Maka, setelah terjadinya proses-proses di dalam diri komunikan,
perubahan yang akan terjadi adalah:
a. Perubahan kognitif, pada perubahan ini pesan yang ditunjukkan kepada
komunikan bertujuan hanya untuk mengubah fikiran komunikan.
b. Perubahan afektif, dalam hal ini adapun tujuan komunikator bukan saja
hanya untuk diketahui oleh komunikan, melainkan diharapkan adanya Stimulus
Organism
Perhatian
Pengertian
Penerima
timbul suatu bentuk perasaan tertentu seperti rasa iba, sedih terharu,
gembira, puas dan lain sebagainya.
c. Perubahan behavioral, yaitu dampak yang tinbul pada komunikan dalam
bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan.
2.1.4. Televisi
Salah satu media dalam komunikasi adalah televisi. Dari semua media
komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan
manusia (Ardianto, 2004: 125).
2.1.4.1. Televisi sebagai Media Komunikasi
Televisi merupakan media yang mendominasi komunikasi massa, karena
sifatnya yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan khalayak. Televisi
mempunyai kelebihan dari media massa lainnya, yaitu bersifat audio visual
(didengar dan dilihat), dapat menggambarkan kenyataan dan langsung dapat
menyajikan peristiwa yang sering terjadi ke setiap rumah para pemirsa di mana
pun mereka berada.
Dengan ini dapat dikatakan bahwa televisi sebagai media massa dapat
berfungsi sangat efektif, karena selain dapat menjangkau ruang yang sangat luas
juga dapat mencapai massa atau pemirsa yang sangat banyak dalam waktu yang
relatif singkat. Jadi suatu pesan yang ditayangkan di televisi selalu bisa ditonton
oleh khalayak tertentu.
2.1.5. Berita
Berita merupakan media bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi
baik melalui bentuk teks maupun visual dengan tujuan menyampaikan segala
sesuatu yang telah, sedang atau akan terjadi.
2.1.5.1. Pengertian Berita
Assegaf (dalam Mondry, 2008: 132) menjelaskan beberapa definisi berita
a. M. Lyle Spencer, dalam buku News Writing menyebutkan, berita merupakan kenyataan atau ide yang benar dan dapat menarik perhatian
sebagian besar pembaca.
b. Wiliard C. Bleyer, dalam buku Newspaper Writing and Editing
mengemukakan, berita adalah sesuatu yang termasa dipilih wartawan
untuk dimuat disurat kabar karena ia dapat menarik atau mempunyai
makna bagi pembaca surat kabar atau karena ia dapat menarik pembaca
media cetak tersebut.
c. Wiliam S. Maulsby, dalam buku Getting in News menulis, berita dapat didefinisikan sebagai suatu penuturan secara benar dan tidak memihak
dari fakta-fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi, yang
menarik perhatian para pembaca surat kabar yang memuat berita
tersebut.
d. Eric C. Hepwood menulis, berita adalah laporan pertama dari kejadian
yang penting dan dapat menarik perhatian umum.
Setelah merujuk kepada beberapa definisi di atas, meskipun berbeda-beda
namun terdapat persamaan yang mengikat pada berita, meliputi: menarik
perhatian, luar biasa dan termasa (baru). Karena itu, bisa disimpulkan bahwa
berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar,
menarik dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala
seperti surat kabar, radio, televisi, atau media online internet (Sumadiria, 2005:
65).
Dengan kata lain, berita bukan hanya menunjuk pada pers atau media
massa dalam arti sempit dan tradisional, melainkan juga pada radio, televisi, film,
dan internet atau media massa dalam arti luas dan modern. Berita pada awalnya,
memang hanya milik surat kabar. Tetapi sekarang, berita juga telah menjadi ‘darah-daging’ radio, televisi dan internet. Tak ada media tanpa berita, sebagaimana halnya tak ada berita tanpa media. Berita telah tampil sebagai
diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu berita berat (Hard News) dan berita ringan (Soft News). Selain itu, berita juga dapat dibedakan menurut lokasi peristiwanya, di tempat terbuka atau di tempat tertutup. Sedangkan berdasarkan
sifatnya, berita bisa dipilah menjadi berita diduga dan berita tak diduga.
Selebihnya, berita juga bisa dilihat menurut materi isinya yang beraneka macam.
Berita berat, sesuai dengan namanya, menunjuk pada peristiwa yang
mengguncangkan dan menyita perhatian seperti kebakaran, gempa bumi,
kerusuhan. Sedangkan berita ringan, menunjukkan pada peristiwa yang lebih
bertumpu pada unsur-unsur ketertarikan manusiawi, seperti pesta pernikahan
bintang film atau seminar sehari tentang perilaku seks bebas di kalangan remaja.
Berdasarkan sifatnya, berita terbagi atas berita diduga dan berita tak
terduga. Berita diduga adalah peristiwa yang direncanakan atau sudah diketahui
sebelumnya, seperti lokakarya, pemilihan umum, peringatan hari-hari bersejarah.
Proses penanganan berita yang sifatnya diduga disebut making news. Artinya kita berupaya untuk menciptakan dan merekayasa berita. Proses penciptaan atau
perekayasaan berita itu dilakukan melalui tahapan perencanaan di ruang rapat
redaksi, diusulkan dalam rapat proyeksi, dikonsultasikan dengan pemimpin
redaksi, dilanjutkan dengan observasi, serta ditegaskan dalam interaksi dan
konfirmasi di lapangan. Semuanya melalui prosedur manajemen peliputan yang
baku, jelas, terstruktur dan terukur. Orang yang meliputnya disebut sebagai
reporter (pelapor). Berita tak terduga adalah peristiwa yang sifatnya tiba-tiba tidak direncanakan, tidak diketahui sebelumnya, seperti kereta api terguling,
gedung perkantoran terbakar, bus tabrakan, kapal tenggelam, pesawat dibajak,
anak-anak sekolah disandera atau terjadi ledakan bom di pusat keramaian. Proses
penanganan berita yang sifatnya tidak diketahui dan tidak direncanakan
sebelumnya, atau yang sifatnya tiba-tiba itu disebut Hunting News. Orangnya disebut sebagai hunter (pemburu).
Pengetahuan dan pemahaman tentang klasifikasi berita sangat penting bagi
atau penayangan berita (reporting and publishing). Pada akhirnya, tahapan-tahapan pekerjaan jurnalistik itu sangat diperlukan dalam kerangka pembentukan,
penetapan dan pengembangan manajemen media massa secara profesional dan
visioner.
2.1.5.2. Nilai Berita
Nilai berita (news value) merupakan acuan yang dapat digunakan oleh para jurnalis, yakni para reporter dan editor, untuk memutuskan fakta yang pantas
dijadikan berita dan memilih mana yang lebih baik. Kriteria mengenai nilai berita
merupakan patokan berarti bagi reporter. Dengan kriteria tersebut, seorang
reporter dapat dengan mudah mendeteksi mana peristiwa yang harus diliput dan
dilaporkan, dan mana peristiwa yang tak perlu diliput dan harus dilupakan.
Kriteria nilai berita juga sangat penting bagi para editor dalam
mempertimbangkan dan memutuskan, mana berita terpenting dan terbaik untuk
dimuat, disiarkan atau ditayangkan melalui medianya kepada masyarakat luas.
Beberapa pakar menyebutkan, ketertarikan manusiawi (human interest) dan seks (sex) dalam segala dimensi dan manifestasinya, juga termasuk ke dalam kriteria umum nilai berita yang harus diperhatikan dengan seksama oleh para
reporter dan editor media massa (Sumadiria, 2005:80).
Sejumlah faktor yang membuat sebuah kejadian memiliki nilai berita,
adalah:
1. Keluarbiasaan (unusualness)
2. Kebaruan (newness)
Suatu berita akan menarik perhatian bila informasi yang dijadikan berita itu merupakan sesuatu yang baru. Semua media akan berusaha memberitakan informasi tersebut secepatnya, sesuai dengan periodesasinya.
Namun demikian, satu hal yang perlu diketahui tentang barunya suatu informasi, yaitu selain peristiwanya yang baru, suatu berita yang sudah lama terjadi, tetapi kemudian ditemukan sesuatu yang baru dari peristiwa itu, dapat juga dikatakan berita tersebut menjadi baru lagi.
3. Akibat (impact)
Berita adalah segala sesuatu yang berdampak luas. Suatu peristiwa tidak jarang menimbulkan dampak besar dalam kehidupan masyarakat. Kenaikan harga bahan minyak (BBM), tarif angkutan umum, tarif telepon, bunga kredit pemilikan rumah (KPR), bagaimanapun sangat berpengaruh terhadap anggaran keuangan semua lapisan masyarakat dan keluarga. Apa saja yang menimbulkan akibat sangat berarti bagi masyarakat, itulah berita. Semakin besar dampak sosial, budaya, ekonomi atau politik yang ditimbulkannya, maka semakin besar nilai berita yang dikandungnya. Dampak suatu pemberitaan bergantung pada beberapa hal, yakni seberapa banyak khalayak yang terpengaruh, pemberitaan itu langsung mengena kepada khalayak atau tidak, dan segera tidaknya efek berita itu menyentuh khalayak media surat kabar, radio atau televisi yang melaporkannya.
4. Aktual (timeliness)
Berita adalah peristiwa yang sedang atau baru terjadi. Secara sederhana aktual berarti menunjuk pada peristiwa yang baru atau yang sedang terjadi. Sesuai dengan definisi jurnalistik, media massa haruslah memuat atau menyiarkan berita-berita aktual yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam memperoleh dan menyajikan berita-berita atau laporan peristiwa yang aktual ini, media massa mengerahkan semua sumber daya yang dimilikinya mulai dari wartawan sampai kepada daya dukung peralatan paling modern dan canggih untuk menjangkau nara sumber dan melaporkannya pada masyarakat seluas dan secepat mungkin. Aktualitas adalah salah satu ciri utama media massa. Kebaruan atau aktualitas itu terbagi dalam tiga kategori, yaitu: aktualitas kalender, aktualitas waktu dan aktualitas masalah.
5. Kedekatan (proximity)
Berita adalah kedekatan, yang mengandung dua arti yaitu kedekatan geografis dan kedekatan psikologis. Kedekatan geografis menunjuk pada suatu peristiwa atau berita yang terjadi di sekitar tempat tinggal kita. Semakin dekat suatu peristiwa yang terjadi dengan domisili kita, maka semakin terusik dan semakin tertarik kita untuk menyimak dan mengikutinya. Sedangkan kedekatan psikologis lebih banyak ditentukan oleh tingkat keterikatan pikiran, perasaan atau kejiwaan seseorang dengan suatu objek peristiwa atau berita.
Menurut Wilbur Schramm, informasi adalah segala yang bisa menghilangkan ketidakpastian. Tidak setiap informasi mengandung dan memiliki nilai berita. Setiap informasi yang tidak memiliki nilai berita, menurut pandangan jurnalistik tidak layak untuk dimuat, disiarkan atau ditayangkan media massa. Hanya informasi yang memiliki nilai berita atau memberi banyak manfaat kepada publik yang patut mendapat perhatian media.
7. Konflik (conflict)
Berita adalah konflik atau segala sesuatu yang mengandung unsur atau sarat dengan dimensi pertentangan. Konflik atau pertentangan merupakan sumber berita yang tak pernah kering dan tak akan pernah habis. Selama orang menyukai dan menganggap penting olah raga, perbedaan pendapat dihalalkan, demokrasi dijadikan acuan, kebenaran masih diperdebatkan, peperangan masih terus berkecamuk di berbagai belahan bumi dan perdamaian masih sebatas angan-angan, selama itu pula konflik masih akan tetap menghiasi halaman surat kabar, mengganggu pendengaran karena disiarkan radio dan menusuk mata karena selalu ditayangkan di televisi.
Ketika terjadi perselisihan antara dua individu yang makin menajam dan tersebar luas, serta banyak orang yang menganggap perselisihan tersebut dianggap penting untuk diketahui, maka perselisihan yang semula urusan individual, berubah menjadi masalah sosial. Di sanalah letak nilai berita konflik. Tiap orang secara naluriah, menyukai konflik sejauh konflik itu tak menyangkut dirinya dan tidak mengganggu kepentingannya. Berita konflik, berita tentang pertentangan dua belah pihak atau lebih, menimbulkan dua sisi reaksi dan akibat yang berlawanan. Ada pihak yang setuju (pro) dan ada juga pihak yang kontra.
8. Orang Penting (news maker, prominence)
Berita adalah tentang orang-orang penting, orang-orang ternama, pesohor, selebriti, publik figur. Orang-orang penting, orang-orang terkemuka, di mana pun selalu membuat berita. Jangankan ucapan dan tingkah lakunya, namanya saja sudah membuat berita. Teori jurnalistik menegaskan, nama menciptakan berita (names makes news). Di Indonesia, apa saja yang dikatakan dan dilakukan bintang film, bintang sinetron, penyanyi, penari, pembawa acara, pejabat dan bahkan para koruptor sekalipun, selalu dikutip pers. Kehidupan para publik figur memang dijadikan ladang emas bagi pers dan media massa terutama televisi. Mereka menabur perkataan dan mengukuhkan perbuatan, sedangkan pers melaporkan dan menyebarluaskannya. Semua dikemas lewat sajian acara paduan informasi dan hiburan (information dan entertainment), maka jadilah infotainment. Masyarakat kita sangat menyukai acara-acara ringan semacam ini.
9. Kejutan (surprising)
mengguncang dunia, seakan langit akan runtuh, bukit akan terbelah dan laut akan musnah.
10. Ketertarikan Manusiawi (human interest)
Kadang-kadang suatu peristiwa tak menimbulkan efek berarti pada seseorang, sekelompok orang atau bahkan lebih jauh lagi pada suatu masyarakat tetapi telah menimbulkan getaran pada suasana hati, suasana kejiwaan dan alam perasaannya. Peristiwa tersebut tidak mengguncangkan, tidak mendorong aparat keamanan siap-siaga atau segera merapatkan barisan dan tak menimbulkan perubahan pada agenda sosial-ekonomi masyarakat. Hanya karena naluri, nurani dan suasana hati kita merasa terusik, maka peristiwa itu tetap mengandung nilai berita. Para praktisi jurnalistik mengelompokkan kisah-kisah human interest ke dalam berita ringan, berita lunak (soft news).
11. Seks (sex)
Berita adalah seks; seks adalah berita. Sepanjang sejarah peradaban manusia, segala hal yang berkaitan dengan perempuan pasti menarik dan menjadi sumber berita. Seks memang identik dengan perempuan. Perempuan identik dengan seks. Dua sisi mata uang yang tak terpisahkan, selalu menyatu. Tak ada berita tanpa perempuan, sama halnya dengan tak ada perempuan tanpa berita. Di berbagai belahan dunia, perempuan dengan segala aktivitasnya selalu layak muat, layak siar, layak tayang. Segala macam berita tentang perempuan, tentang seks, selalu banyak peminatnya. Selalu dinanti dan bahkan dicari. Seks bisa menunjuk pada keindahan anatomi perempuan, seks bisa menyentuh masalah poligami. Seks begitu akrab dengan dunia perselingkuhan para petinggi negara hingga selebriti. Dalam hal-hal khusus, seks juga kerap disandingkan dengan kekuasaan. Seks juga sumber bencana bagi kedudukan dan jabatan seseorang (Sumadiria, 2005: 80-85).
2.1.6. Terorisme
Terorisme belakangan ini cukup sering menjadi pembahasan di media
sejak munculnya ISIS yang menggemparkan dunia akibat invasi mereka kepada
negara-negara yang bertentangan dengan ideologi mereka.
2.1.6.1. Sejarah Terorisme
Sejarah tentang Terorisme berkembang sejak berabad lampau, ditandai
dengan bentuk kejahatan murni berupa pembunuhan dan ancaman yang bertujuan
untuk mencapai tujuan tertentu. Perkembangannya bermula dalam bentuk
fanatisme aliran kepercayaan yang kemudian berubah menjadi pembunuhan, baik
yang dilakukan secara perorangan maupun oleh suatu kelompok terhadap
dapat dikatakan sebagai bentuk murni dari terorisme dengan mengacu pada
sejarah terorisme modern.
Terorisme muncul pada akhir abad 19 dan menjelang terjadinya Perang
Dunia-I, terjadi hampir di seluruh belahan dunia. Pada pertengahan abad ke-19,
Terorisme mulai banyak dilakukan di Eropa Barat, Rusia dan Amerika. Mereka
percaya bahwa Terorisme adalah cara yang paling efektif untuk melakukan
revolusi politik maupun sosial, dengan cara membunuh orang-orang yang
berpengaruh. Sejarah mencatat pada tahun 1890-an aksi terorisme Armenia
melawan pemerintah Turki, yang berakhir dengan bencana pembunuhan masal
terhadap warga Armenia pada Perang Dunia I. Pada dekade tersebut, aksi
Terorisme diidentikkan sebagai bagian dari gerakan sayap kiri yang berbasiskan
ideologi.
2.1.6.2. Definisi Terorisme
Kata teror berasal dari bahasa latin yaitu terrere yang kurang lebih diartikan sebagai kegiatan atau tindakan yang dapat membuat pihak lain ketakutan
(Ezzat A. Fattah, 1997 dalam Hakim, 2004:9).
Di masa Revolusi Perancis, sekitar tahun 1794, juga dikenal kata Le Terreur yang berasal dari bahasa Perancis. Kata tersebut pada awalnya dipergunakan untuk menyebut tindak kekerasan yang dilakukan rezim hasil
Revolusi Perancis terhadap para pembangkang yang diposisikan sebagai musuh
negara. Teror yang dikembangkan oleh pemerintahan pasca Revolusi Perancis
adalah dengan cara menghukum mati para pegiat anti-pemerintah, dengan
memenggal kepala korban di bawah tiang penggal guillotin. Sejak itulah kata teror masuk dalam khasanah bahasa-bahasa di Eropa.
Di Indonesia sendiri, sejak aksi-aksi teror merebak pasca pemerintahan
Orde Baru dengan klimaks peristiwa pemboman di Bali, pengertian terorisme ramai diperdebatkan publik. Adalah Ustadz Abu Bakar Ba’asyir yang disangkakan sebagai teroris, karena disebut-sebut sebagai tokoh Jamaah Islamiyah