• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi United Nations Convention Against Transnational Organized Crime (UNTOC) Dalam Pencegahan Dan Penindakan Perdagangan Orang Di Indonesia Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi United Nations Convention Against Transnational Organized Crime (UNTOC) Dalam Pencegahan Dan Penindakan Perdagangan Orang Di Indonesia Chapter III V"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

INTERNASIONAL DALAM MENANGANI MASALAH PERDAGANGAN ORANG

A. Latar Belakang Lahirnya United Nations Convention Against Transnational Organized Crime (UNTOC)

Kejahatan lintas negara (transnational crimes) dewasa ini dipandang

sebagai salah satu ancaman serius terhadap keamanan global. Perkembangan

kualitas tindak pidana atau kejahatan menunjukan bahwa batas- batas teritorial

antara satu negara dan negara lain di dunia, baik dalam satu kawasan maupun

berbeda kawasan sudah semakin menghilang. Pada dewasa ini, hampir dapat

dipastikan bahwa semua jenis atau bentuk kejahatan tidak dapat lagi hanya

dipandang sebagai yuridiksi kriminal suatu negara, akan tetapi sering diklaim

termasuk yuridiksi kriminal lebih dari satu atau dua negara, sehingga dalam

perkembangannya kemudian telah menimbulkan masalah konflik yuridiksi yang

sangat mengganggu hubungan internasional antarnegara yang berkepentingan di

dalam kasus tindak pidana tertentu yang bersifat lintas batas teritorial.

Sejumlah asumsi tentang kejahatan transnasional dapat ditemukan dibanyak

publikasi saat ini. Asumsi yang paling penting adalah kejahatan transnasional

pada dasarnya merupakan suatu fenomena baru yang muncul pada 1990-an,

(2)

sering memiliki latar belakang etnis tertentu, dan secara teratur bekerja

bersama-sama dengan organisasi kriminal di negara lain, kejahatan transnasional

terutama disebabkan oleh proses globalisasi selama tiga dekade terakhir dan

merembes ke dalam bisnis yang sah dan pemerintah. Berbagai asumsi di atas akan

digunakan untuk merefleksi fenomena kejahatan transnasional. Jika kita cermati,

berbagai asumsi ini tidak selalu tampak rasional, karena terbuka berbagai

perubahan yang terjadi sehubungan dengan perkembangan kejahatan transnasional

itu sendiri. Berbagai asumsi tersebut dapat digunakan untuk mengkonfirmasi

pengamatan Letzia Paoli, yang mengatakan bahwa persepsi (transnasional)

kejahatan terorganisir tercemar oleh kepanikan moral, dan "isu-isu yang dibentuk

oleh kepanikan moral tidak mungkin ditangani dengan cara rasional". Yang pasti,

asumsi tidak harus dilihat sebagai unsur dari perspektif standar tentang kejahatan

transnasional. Proses umum globalisasi dekade terakhir memberikan penjelasan

utama bagi munculnya kejahatan transnasional. Karena liberalisasi pasar dan

penurunan kepentingan perbatasan antar negara, kejahatan transnasional telah

meningkat secara dramatis. Asumsi ini sampai batas tertentu menyederhanakan

penyebab dan perkembangan kejahatan transnasional. Hal itu sudah menunjukkan

bahwa kejahatan transnasional selalu terjadi. Bagaimanapun, kejahatan

transnasional tidak hanya terjadi karena orang, barang dan jasa bisa menyeberang

perbatasan. Mereka hanya melintasi perbatasan ketika ada alasan untuk itu. Hal

yang memungkinkan terjadinya kejahatan transnasional adalah bahwa

barang-barang tertentu yang tersedia di beberapa negara dan tidak pada negara lain

(3)

penyelundupan menguntungkan. Jika alasan seperti itu ada, dan peluang

transportasi meningkat maka lalu lintas dapat membuat arus perdagangan

kejahatan transnasional lebih mudah. Namun, beberapa aspek globalisasi

sebenarnya dapat mengurangi penyebab kejahatan transnasional.

Liberalisasi pasar, misalnya, menyebabkan deregulasi arus modal di banyak

negara. Hal ini menyebabkan penurunan otomatis dalam pelarian modal, karena

banyak kegiatan yang pernah dicap sebagai pelarian modal sekarang menjadi

transaksi keuangan legal melintasi perbatasan internasional. Di sisi lain, kejahatan

transnasional banyak disebabkan atau setidaknya dirangsang oleh negara-negara

yang mempertahankan undang-undang yang berbeda sehubungan dengan

komoditas tertentu. Skala penyelundupan rokok saat ini, misalnya, tidak bisa

dibayangkan ketika negara-negara yang sama tidak akan mempertahankan

perbedaan besar seperti di bidang perpajakan. Harmonisasi peraturan antar negara,

sebagai bagian dari proses globalisasi, bisa membatalkan setidaknya sebagian dari

eksternalitas negatif (seperti kejahatan transnasional) dari proses globalisasi.36

Mengacu pada beberapa literatur yang ada, dapat diketahui beberapa

alasan mengapa kejahatan internasional menjadi pembahasan dalam kompedium

ini, salah satu yang terpenting adalah alasan keamanan.

36

Diakses dari

(4)

Potensi ancaman keamanan yang ditimbulkan oleh kejahatan

transnasional, antara lain:

1. merusak masyarakat sipil, sistem politik, dan kedaulatan suatu

negara, melalui pembudayaan kekerasan dan penyuapan, serta

mengenalkan suatu kanker korupsi ke dalam struktur politik;

2. membahayakan mekanisme pasar, termasuk aktivitas kebijakan

pemerintah dan merusak keuntungan sistem ekonomi dan

perdagangan yang adil, bebas dan aman yang akan diterima oleh

produsen maupun konsumen. Bahkan dalam kasus yang ekstrim,

semua sektor perdagangan yang legal akan terbawa pada aktivitas

ilegal, cenderung merongrong kedaulatan negara-bangsa dan

membiasakan individu-individu untuk berbuat sesuatu yang di luar

kerangka hukum;

3. gangguan terhadap sistem lingkungan melalui pengrusakan sistem

pengamanan dan peraturan lingkungan;

4. mendestabilisasi secara strategis kepentingan bangsa dan

menjatuhkan progres dari ekonomi transisi dan ekonomi negara

berkembang dan dengan kata lain menginterupsi kebijakan luar

negeri dan sistem internasional;

5. memberatkan masyarakat dengan beban sosial dan ekonomi yang

tinggi dari suatu akibat kejahatan transnasional tersebut. Merujuk pendapat Samuel

D. Porteous, di dalam The Threat From Transnational Crime : An Intelligence

(5)

mengancam sistem politik dan ekonomi/finansial. Dengan pertimbangan ini pula,

Tim Kompendium BPHN, berusaha lebih fokus pada kejahatan transnasional yang

tingkat ancaman maupun bahayanya paling tinggi bagi keamanan nasional, yaitu

korupsi, pencucian uang (khususnya yang terkait dengan aktivitas terorisme dan

narkotika) dan humantrafficking. Jika kejahatan transnasional merupakan ancaman

terhadap keamanan nasional, maka penanganannya haruslah secara komprehensif,

sistematis sekaligus sinergis antara beberapa lembaga terkait.

Dari kacamata penulis, setidaknya ada beberapa lembaga yang berwenang

dan/atau dapat diberi kewenangan untuk mengatasi kejahatan transnasional yaitu :

1. POLRI

2. Interpol/POLRI

3. Angkatan Laut

4. Badan Koordinasi Kemanan Laut (BAKORKAMLA)

5. Kejaksaan Agung

6. KPK

7. PPATK

8. BPK

9. BNPT

10. Kemenkopolhukam

11. Kementerian Luar Negeri

12. Badan Intelijen Negara

(6)

Mengacu pada tulisan Ann Seidmann tentang Analysis in Legal Drafting, maka

memetakan fungsi maupun peran dari tiap lembaga tersebut menjadi penting.

Namun demikian, terdapat beberapa permasalahan yang saat ini dihadapi

lembagalembaga tersebut secara organisasional, antara lain:

1. kualitas kepemimpinan dan kultur organisasi;

2. perilaku korupsi, biasanya dipicu oleh gaji dan/atau honor yang kurang layak

bagi PNS;

3. kerangka hukum yang lemah/buruk.

4. tingkat kepercayaan dan koordinasi antar lembaga yang rendah;

5. ketidakpercayaan masyarakat atas pemerintah yang berkuasa;

6. sumber daya yang tidak memadai di tingkat Pemerintah Daerah, maupun di

Kepolisian.37

Perdagangan orang adalah kejahatan yang terorganisir dilakukan baik

dengan cara-cara konvensional dengan cara bujuk ragu para (perekrut tenaga kerja di

tingkat desa) sampai cara-cara modern, misalnya melalui iklan-iklan di media cetak

dan elektronik.Pelaku mengorganisir kejahatan dengan membangun jaringan dari

daerah/negara asal korban sampai ke daerah / negara tujuan; Jaringan pelaku

memanfaatkan kondisi dan praktek sosial di daerah negara asal korban dengan

janji-janji muluk dan kemudian memeras korban baik secara fisik maupun seksual38 Dalam

Protokol Palermo perdagangan orang didefinisikan sebagai: perekrutan, pengangkutan,

37

LAPORAN AKHIR KOMPENDIUM HUKUM TENTANG KERJASAMA INTERNASIONAL DI BIDANG PENEGAKAN HUKUM, BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI,

http://www.bphn.go.id/data/documents/kpd_-_2012_3.pdf diakses pada 13 Mei 2016 pukul 17.00 WIB

38

(7)

pemindahan, penyembunyian, atau penerimaan seseorang melalui penggunaan

ancaman atau tekanan, atau bentuk-bentuk lain dari kekerasan, penculikan,

kecurangan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan atau memberikan

atau menerima pembayaran sehingga mendapatkan persetujuan dari seseorang yang

memegang kendali atas orang lain tersebut, untuk tujuan eksploitasi. Eksploitasi

mencakup, paling tidak eksploitasi pelacuran oleh orang lain, atau bentuk lain dari

ekspolitasi seksual, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan, atau praktek-praktek yang

mirip perbudakan, penghambaan, atau pengambilan organ tubuh.39

Berdasarkan beberapa poin yang dimuat dalam Piagam ASEAN maka untuk

meningkatkan keamanan antara Negara sudah seharusnya membangun kerjasama

untuk memberantas kejahatan lintas Negara. Beberapa faktor yang menunjang

kompleksitas perkembangan kejahatan lintas batas negara antara lain adalah

globalisasi, migrasi atau pergerakan manusia, serta perkembangan teknologi

informasi, komunikasi dan transportasi yang pesat. Keadaan ekonomi dan politik

global yang tidak stabil juga berperan menambah kompleksitas tersebut. Majelis

Umum PBB telah memprakarsai penyelenggaraan Konperensi Internasional tentang

Kejahatan Transnasional Terorganisasi di Palermo, Italia. Melalui perundingan yang

cukup alot dan melelahkan, negara-negara peserta Konperensi berhasil menyepakati

United Nations Convention Against Transnational Organized Crime (UNTOC). Sesuai

dengan Pasal 36 ayat 1, UNTOC terbuka bagi semua negara untuk penandatanganan

dari tanggal 12 – 15 Desember 2000 di Palermo, Italia dan selanjutnya di Markas

39

(8)

Besar PBB di New York hingga tanggal 12 Desember 2002.40 Adapun isi dari

UNTOC adalah membahas mengenai (i) United Nations Convention against

Transnational Organized Crime yaitu Konvensi PBB menentang Kejahatan

Transnasional Terorganisir, (ii) Protocol to Prevent, Suppress and Punish Trafficking

in Persons, Especially Women and Children, supplementing the United Nations

Convention against Transnational Organized Crime, yaitu Protokol untuk Mecgeah,

Menekan dan Menghukum Perdagangan Manusia, Terutama Perempuan dan Anak,

Melengkapi Konvensi PBB Menentang Kejahatan Transnasional Teroganisasi, (iii)

Protocol against the Smuggling of Migrants by Land, Sea and Air, supplementing the

United Nations Convention against Transnational Organized Crime, yaitu Protokol

Menentang Penyelundupan Migran Melalui Darat, Laut dan Udara, Tambahan

Konvensi PBB Menentang Kejahatan.

Menurut G.O.W. Mueller, kejahatan transnasional adalah istilah yuridis

mengenai ilmu tentang kejahatan, yang diciptakan oleh perserikatan bangsabangsa

bidang pencegahan kejahatan dan peradilan pidana dalam hal mengidentifikasikan

fenomena pidana tertentu yang melampaui perbatasan internasional, melanggar hukum

dari beberapa negara, atau memiliki dampak pada negara lain41Transnasional

Kejahatan Terorganisasi.42

40 KAJIAN Tentang KESENJANGAN diakses dari,

http://dapp.bappenas.go.id/upload/file_article/document/(untoc)-Gap%20Analysis%20UNTOC_2.pdf pada tanggal 13 mei 2016 oukul 13.50

41Hoegeng Sarijad, “ CRIME AND THE PROTOCOLS THERETO diakses dari

(9)

Bassiouni mengatakan bahwa kejahatan transnasional atau Transnational

Crime adalah kejahatan yang mempunyai dampak lebih dari satu negara,

kejahatan yang melibatkan atau memberikan dampak terhadap warga negara lebih

dari satu negara, sarana dan prasarana serta metoda-metoda yang dipergunakan

melampaui batas-batas teritorial suatu negara. Jadi istilah kejahatan transnasional

dimaksudkan untuk menunjukkan adanya kejahatan-kejahatan yang sebenarnya

nasional (di dalam batas wilayah negara), tetapi dalam beberapa hal terkait

kepentingan negara-negara lain. Sehingga tampak adanya dua atau lebih negara

yang berkepentingan atau yang terkait dengan kejahatan itu. Kejahatan

transnasional jelas menunjukkan perbedaannya dengan kejahatan atau tindak

pidana dalam pengertian nasional semata-mata. Demikian pula sifat

internasionalnya mulai semakin kabur oleh karena aspek-aspeknya sudah meliputi

individu, negara, benda, publik dan privat. Sifatnya yang transnasional yang

meliputi hampir semua aspek nasional maupun internasional, baik privat maupun

publik, politik maupun bukan politik43

Berdasarkan bukti empiris, perempuan dan anak adalah kelompok yang

paling banyak menjadi korban tindak pidana perdagangan orang. Korban

diperdagangkan tidak hanya untuk tujuan pelacuran atau bentuk eksploitasi

seksual lainnya, tetapi juga mencakup bentuk eksploitasi lain, misalnya kerja

paksa atau pelayanan paksa, perbudakan, atau praktik serupa perbudakan itu.

Pelaku tindak pidana perdagangan orang melakukan perekrutan, pengangkutan,

pemindahan, penyembunyian, atau penerimaan orang untuk tujuan menjebak,

43

(10)

menjerumuskan, atau memanfaatkan orang tersebut dalam praktik eksploitasi

dengan segala bentuknya dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan,

penculikan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan,

atau memberi bayaran atau manfaat sehingga memperoleh persetujuan dari orang

yang memegang kendali atas korban44

Definisi mengenai perdagangan orang mengalami perkembangan sampai

ditetapkannya Protocol to Prevent, Suppress and Punish Trafficking in Persons

Especially Women and Children Suplementing the United Nation Convention

Against Transnational Organized Crime tahun 2000. Dalam protokol tersebut

yang dimaksudkan dengan perdagangan orang yaitu :

(a) ... the recruitment, transportation, transfer, harbouring or receipt of persons,

by means of the threat or use of force or other forms of coercion, of abduction, of

fraud, of deception, of the abuse of power or of a position of vulnerability or of

the giving or receiving of payments or benefits to achieve the consent of a person

having control over another person, for the purposes of exploitation. Exploitation

shall include, at a minimum, the exploitation of the prostitution of others or other

forms of sexual exploitation, forced labour or services, slavery or practices

similar to slavery, servitude or the removal of organs. (“... rekrutmen,

transportasi, pemindahan, penyembunyian atau penerimaan seseorang, dengan

ancaman atau penggunaan kekerasan atau bentuk-bentuk tekanan lain, penculikan,

pemalsuan, penipuan atau pencurangan, atau penyalahgunaan kekuasaan atau

posisi rentan, ataupun penerimaan/pemberian bayaran, atau manfaat sehingga

44Penjelasan Umum Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang

(11)

memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang tersebut

untuk dieksploitasi, yang secara minimal termasuk ekspolitasi lewat prostitusi

atau bentuk-bentuk eksploitasi seksual lainnya, kerja atau pelayanan paksa,

perbudakan atau praktek-praktek yang menyerupainya, adopsi ilegal atau

pengambilan organ-organ tubuh”).

Definisi ini diperluas dengan ketentuan yang berkaitan dengan anak di

bawah umur (di bawah 18 tahun), bahwa:

The recruitment, transportation, transfer, harbouring or receipt of a child for the

purpose of exploitation shall be considered “trafficking in persons” even if this

does not involve any of the means set forth in subparagraph (a).45

B. Perkembangan Kejahatan Transnasional di Dunia

Apa yang telah dibicarakan dalam Kongres PBB di Palermo Italia pada dasarnya

merupakan respon atas perkembangan kejahatan, baik dalam skala nasional

maupun transnasional, termasuk kejahatan perdagangan orang, khususnya wanita

dan anak sebagai salah satu jenis kejahatan yang mendunia. Kejahatan

perdagangan orang telah masuk dalam kelompok kegiatan organisasi-organisasi

kejahatan transnasional (Activities of Transnational Criminal Organizations) yang

meliputi the drug trafficking industry, smuggling of illegal migrants, arms

trafficking, trafficking in nuclear material, transnational criminal organizations

45

(12)

and terrorism, trafficking in women and children, trafficking in body parts, theft

and smuggling of vehicles, money laundering, dan jenis-jenis kegiatan

lainnya,sangat memprihatinkan masyarakat internasional.46

Para pengikut organisasi kejahatan dianggap sebagai kelompok orang

untuk tujuan melakukan kegiatan kejahatan. Mereka biasanya menggunakan

perusahaan untuk melakukan kejahatan, yakni menyediakan barang-barang gelap

dan jasa, atau barang-barang legal yang telah diperoleh dengan cara-cara yang

ilegal, yaitu seperti mencuri atau perbuatan-perbuatan curang lainnya. Kejahatan

terorganisasi (organized crime) menampakkan yang sebenarnya dalam setiap

perluasan ruang gerak pasar yang sah masuk menjadi bidang yang biasanya

dilarang. Aktivitas kelompok kejahatan terorganisasi memerlukan tingkat

kerjasama yang baik dan organisasi untuk menyediakan barang-barang dan jasa.

Seperti dalam melakukan bisnis, di mana bisnis kejahatan memerlukan

ketrampilan sebagai pengusaha, dan kemampuan untuk koordinasi. Di samping

melakukan kekerasan dan kecurangan adalah untuk memfasilitasi dalam

mengadakan kegiatan-kegiatan lainnya. Penyebutan kelompok kejahatan

terorganisasi tersebut, dalam Annex I UN Convention against Transnational

Organized Crime.47

46 Dokumen PBB No. E/CONF.88/2 tanggal 18 Agustus 1994 dan telah dibicarakan dalam World

Ministerial Conference on Organizied Transnational Crime di Naples, 21-23 November 1994 dengan tema Problem and Dangers Posed by Organized Transnational Crime in the Various Regions of the World, Diadaptasi dari POLITIK HUKUM PIDANA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGANORANG, Oleh: Dr. M. Arief Amrullah, S.H., M.Hum. diakses dari http://library.unej.ac.id/client/en_US/default/search/asset/634?dt=list pada 13 Mei 2016 pukul 16.30 WIB

47

General Assembly, Report of the Ad Hoc Committee on the Elaboration of a Convention against Transnational Organized Crime. Diakses dari

(13)

Kegiatan organisasi kejahatan tersebut di antaranya: Trafficking in women

and children, dan dalam United Nations Office on Drugs and Crime, 10

dinyatakan bahwa dari dusun-dusun Himalaya hingga kota-kota Eropah Timur,

orang-orang, khususnya wanita dan anak-anak, tergiur dengan prospek pekerjaan

dan bayaran yang tinggi, baik sebagai pembantu rumah tangga, pelayan, maupun

pekerja pabrik. Para pedagang tersebut mendapatkan wanita dan anak-anak itu

dengan cara menipu atau informasi bohong di antaranya melalui iklan-iklan.

Wanita dan anak-anak itu dipaksa bekerja sebagai pekerja seks komersil.48

Perdagangan manusia bisa dianggap perbudakan modern. Selama 30 tahun

yang lalu, 30 juta orang Asia menjadi korban perdagangan manusia (Cara

exploitasi seksual saja) tetapi selama abad 16-19, jumlah orang Afrika yang dijual

di dalam perusahaan perbudakan 12 juta. Diduga bahwa pada saat ini, seluruh

dunia 12,3 juta orang menderita sebagai akibat menjadi korban perdagangan

manusia, dan bahwa sedikit-dikitnya tiga juta orang Indonesia menjadi korban

perdagangan manusia.49

Upaya untuk mendefinisikan perdagangan manusia sudah dilakukan sejak

akhir abad 18. Namun sampai sekarang belum ada kesepakatan lembaga

pemerintah maupun lembaga non pemerintah menggenai definisi Perdagangan

manusia (HumanTrafikking). Menurut Aliansi Global Anti Perdagangan

Perempuan (Global Aliance Againts the Trafficking of Women/GAATW)

mendefinisikan perdagangan orang sebagai “ All acts involved in the recrutment

48

Dalam berbagai sumber telah dikemukakan bahwa, prostitusi memang sudah lama dijadikan sebagai unsur utama dalam kegiatan organisasi kejahatan pada tingkat nasional, atau pun juga pada dimensi internasional.

49

Nova Farid, 2009Jurnal Tentang PERDAGANGAN MANUSIA DALAM HUKUM

(14)

and/or transportation of a person within and across national borders for work or

services by means of violence or threat of violence, abuse of authority or

dominant position, debt bondage, deception or other forms of coercion”. Definisi

ini secara jelas memisahkan antara perekrutan dan tujuan akhir perdagangan

manusia dan bisa bersifat lintas negara ataupun dalam suatu negara. The

International Organization for Migration (IOM) mengidentifikasi empat elemen

yang harus ada dalam perdagangan orang yaitu : 1. an International border is

cossed 2. an facilitator-the trafficker-is involved 3. money or another form of

payment changes hands, and 4. entry and/orstay in the country of destination is

illegal definisi ini menegaskan bahwasannya perdagangan orang tersebut pada

kenyataannya bisa terjadi di suatu negara dan bisa juga dalam konteks lintas

negara.50

Kasus perbudakan modern memang masih jadi masalah besar di beberapa

negara Asia Tenggara. Thailand misalnya, tahun lalu oleh Departemen Luar

Negeri AS diletakkan di peringkat terburuk soal perdagangan manusia, bersama

dengan Iran, Kuba, Simbabwe dan Korea Utara. Annette Lyth, Regional Project

Manager di United Nations Action for Cooperation against Trafficking in Persons

(UN-ACT). Lembaga PBB ini berusaha mengakhiri praktek perdagangan

manusia. Organisasi Buruh Internasional, ILO, tahun 2012 memperkirakan ada

sekitar 20,9 juta orang di seluruh dunia yang berada dalam kondisi kerja paksa.

Sebuah penelitian ILO tahun 2014 menunjukkan, keuntungan yang bisa diraup di

50 Jurnal Ilmu Hukum 2014 tentang TINJAUAN YURIDIS KEJAHATAN

(15)

sektor ini mencapai US$ 150 milyar. Ini berarti, perdagangan manusia adalah

salah satu industri kriminal terbesar dunia.

Di Kawasan Asia-Pasifik ada sekitar 11,7 juta orang yang jadi korban

perdagangan manusia, angka tertinggi untuk sebuah sub kawasan. Wilayahnya

meliputi Kamboja, Cina, Laos, Myanmar, Thailand dan Vietnam.51

C. Pengaruh dan tujuan UNTOC dalam menangani masalah kejahatan transnasional khususnya masalah perdagangan orang

Dari definisi perdagangan orang menurut Protokol Palermo di atas dapat

disusun dalam bentuk perbuatan, modus perbuatan dan tujuan dilakukannya

perdagangan orang dapat dikemukakan dalam tabel sebagai berikut: Protokol

PBB Tahun 2000 untuk Mencegah, Menindak, dan Menghukum Perdagangan

Orang, terutama Perempuan dan Anak-anak, Melengkapi Konvensi Perserikatan

Bangsa-Bangsa tentang Menentang Tindak Pidana Transnasional yang

Terorganisasi (Protocol to Prevent, Suppress and Punish Trafficking in

Persons, Especially Women and Children, Supplementing The United Nations

Convention Against Transnational Organized Crime) disebut Protokol

Perdagangan Orang (Protocol Trafficking In Persons) atau Protokol Palermo,

yaitu:52

51Artikel tentang “Perdagangan Manusia dan Perbudakan Modern di Asia Tenggara”

diakses dari http://www.dw.com pada tanggal 18 Mei 2016

52Janie Chuang, “Beyond A Snap

shot: Preventing Human Trafficking in the Global

(16)

1)The recruitment, transportation, transfer, harbouring or receipt of

persons, by means of the threat or use of force or other forms of

coercion, of abduction, of fraud, of deception, of the abuse of power or

of a position of vulnerability or of the giving or receiving of payments

or benefits to achieve the consent of a person having control over

another person, for the purposes of exploitation. Exploitation shall

include, at a minimum, the exploitation of the prostitution of others or

other forms of sexual exploitation, forced labor or services, slavery or

practices similar to slavery, servitude or the removal of organs.

(Terjemahan: perekrutan, pengangkutan, pemindahan, penampungan

atau penerimaan orang, dengan ancaman atau penggunaan kekerasan

atau bentuk lain dari paksaan, penculikan, penipuan, penyesatan,

penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, pemberian atau

penerimaan pembayaran atau keuntungan untuk mencapai persetujuan

dari seseorang yang memiliki kekuasaan atas orang lain, untuk tujuan

eksploitasi. Eksploitasi meliputi, sekurang-kurangnya eksploitasi dalam

pelacuran seseorang atau bentuk eksploitasi seksual lainnya, kerja atau

pelayanan paksa, perbudakan atau praktik-praktik serupa perbudakan,

penghambaan, atau pengambilan organ-organ).53

2)The consent of the victim of trafficking to the intended exploitation set

forth in subparagraph (a) shall be irrelevant where any of the means

set forth in subparagraph (a) have been used.

53

(17)

(Terjemahan: Persetujuan dari seorang korban perdagangan orang atas

eksploitasi sebagaimana yang diuraikan dalam huruf (a) pasal ini tidak

akan relevan jika salah satu cara yang dijelaskan dalam huruf (a) telah

digunakan).54

3)The recruitment, transportation, transfer, harbouring or receipt of

persons, by means of the threat or use of force or other forms of

coercion, of abduction, of fraud, of deception, of the abuse of power or

of a position of vulnerability or of the giving or receiving of payments

or benefits to achieve the consent of a person having control over

another person, for the purposes of exploitation. Exploitation shall

include, at a minimum, the exploitation of the prostitution of others or

other forms of sexual exploitation, forced labor or services, slavery or

practices similar to slavery, servitude or the removal of organs.

(Terjemahan: perekrutan, pengangkutan, pemindahan, penampungan

atau penerimaan orang, dengan ancaman atau penggunaan kekerasan

atau bentuk lain dari paksaan, penculikan, penipuan, penyesatan,

penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, pemberian atau

penerimaan pembayaran atau keuntungan untuk mencapai persetujuan

dari seseorang yang memiliki kekuasaan atas orang lain, untuk tujuan

eksploitasi. Eksploitasi meliputi, sekurang-kurangnya eksploitasi dalam

pelacuran seseorang atau bentuk eksploitasi seksual lainnya, kerja atau

54

(18)

pelayanan paksa, perbudakan atau praktik-praktik serupa perbudakan,

penghambaan, atau pengambilan organ-organ).55

4)The consent of the victim of trafficking to the intended exploitation set

forth in subparagraph (a) shall be irrelevant where any of the means

set forth in subparagraph (a) have been used.

(Terjemahan: Persetujuan dari seorang korban perdagangan orang atas

eksploitasi sebagaimana yang diuraikan dalam huruf (a) pasal ini tidak

akan relevan jika salah satu cara yang dijelaskan dalam huruf (a) telah

digunakan).56

Tujuan akhir dilakukannya perdagangan orang menurut Protokol

Palermo maupun UU PTPPO adalah eksploitasi yang bermakna tindakan

dengan atau tanpa persetujuan korban yang meliputi tidak terbatas pada

pelacuran, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktik serupa

perbudakan, penindasan, pemerasan, pemanfaatan fisik, seksual, organ

reproduksi, atau secara melawan hukum memindahkan tenaga atau

mentransplantasi organ dan/atau jaringan tubuh atau memanfaatkan tenaga

atau kemampuan seseorang oleh pihak lain untuk mendapatkan keuntungan,

baik materiil maupun imateriil.57

55

Ibid hal 95

56R. Valentina Sagala, “Membaca UU PTPPO dalam Perspektif HAM, dalam

Jurnal Perempuan untuk Pencerahan dan Kesetaraan, Trafficking dan Kebijakan, hlm. 89.

57

(19)

UNTOC sebagai konvensi internasional sangat mempengaruhi Indonesia

dalam menangani permasalahan perdagangan orang yang terjadi sejak

(20)

Orang di Indonesia

A. Pengaruh UNTOC dalam penanganan perdagangan orang di dunia

Wayan Parthiana mengemukakan bahwa kejahatan transnasional memiliki

sifat tidak mengenal batas-batas wilayah negara baik mengenai tempat terjadinya,

akibat-akibat yang ditimbulkannya, maupun tujuan kejahatan itu sendiri.58 Unsur

transnasional yang hampir sama sebagaimana dikemukakan oleh Cherif

Bassiouni, yaitu:59

1. Conduct affecting more than one state (tindakan yang memiliki

dampak terhadap lebih dari satu negara)

2. Conduct including or affecting citizens of more than one state

(tindakan yang melibatkan atau memberikan dampak terhadap warga

negara lebih dari satu negara)

3. Means and methods transcend national boumdaries (sarana dan

prasarana serta metoda yang dipergunakan melampaui batas-batas

teritorial suatu negara).

58 Parthiana, I. Wayan (2003). Hukum Pidana Internasional dan Ekstradisi, Jakarta, Raja

Grafindo Persada Hal 41

59

(21)

Dari berbagai laporan penelitian tentang trafficking yang terjadi di

berbagai belahan dunia, dapat dikemukakan disini beberapa permasalahan

berkenaan dengan trafficking (khususnya perempuan dan anak).

1. Faktor utama sebagai penyebab trafficking adalah kemiskinan dan

tidak tersedianya lapangan pekerjaan, terutama di pedesaan.60 Kondisi

ini menyebabkan banyak laki-laki dan perempuan, dewasa maupun

anak-anak berimigrasi keluar negeri untuk mencari pekerjaan guna

meningkatkan taraf hidup mereka. Faktorberikut adalah rendahnya

tingkat pendidikan mereka, sehingga sering kali menyebabkan mereka

terpaksa menerima pekerjaan yang bersifat eksploitatif (karena tidak

bisa membaca kontrak kerja). Faktor ketiga penyebab trafficking yaitu:

keterbatasan akses pendidikan yang rendah, bahkan banyak diantara

mereka yang buta huruf), menyebabkan mereka rentan terjebak dalam

trafficking yang terutama menempatkan perempuan dan anak pada

perdagangan seksual komersil, atau pembantu rumah tangga tanpa jam

kerja yang lebih jelas.61

2. Berkaitan dengan upaya penegakan hukum juga terdapat beberapa

masalah yang menghambat proses tersebut. Hal ini antara lain adalah

belum adanya pemahaman yang sama tentang trafficing secara yuridis,

serta banyaknya orang yang terlibat dalam kegiatan trafficking

melainkan hanya sebagai pelaku tindak pidana ringan.

60

Ibid hal 15

61

(22)

3. Berkenan dengn sifat transnasional pada trafficking juga menimbulkan

masalah lain, yaitu perlunya kerjasama dengan negara lain dalam

upaya penaggulangan, baik preventif maupun represif

Perdagangan manusia dapat dilihat sebagai sebuah proses daripada hanya

sebuah pelanggaran saja. Tahap pertama melibatkan penculikan atau perekrutan

seseorang yang diikuti dengan tahap kedua dalam bentuk transportasi dan

masuknya individu ke dalam negara lain (dalam kasus perdagangan lintas batas).

Tahap ketiga adalah tahap eksploitasi di mana korban dipaksa menjadi budak

seksual atau tenaga kerja tanpa mendapatkan hak sebagai tenaga kerja tetapi

dibawah ketentuan yang telah ditetapkan dan bersifat wajar. Tambahan fase bisa

saja terjadi, salah satunya adalah kegiatan yang melibatkan pelaku individu

sampai dengan organisasi kriminal berskala besar. Dalam mempelajari

perdagangan dari perspektif penegakan hukum, mungkin ada tautan lebih lanjut

terhadap tindak pidana lain, seperti penyelundupan senjata atau obat-obatan.

Seiring dengan proses perdagangan manusia, sejumlah kejahatan lain yang

merupakan kejahatan ikutan dapat terjadi atau dilakukan. Menurut Europol

(Organisasi Penegakan UU Eropa), beberapa kejahatan ikutan tersebut adalah

kegiatan kriminal instrumental yang dilakukan sebagai kelanjutan langsung dari

kegiatan perdagangan manusia. Contoh dari kejahatan ini adalah korupsi yang

dilakukan oleh pejabat pemerintah, prostitusi paksa, dan kekerasan yang

berhubungan dengan memelihara pengendalian atas korban. Kejahatan lain yang

(23)

didalamnya adalah ancaman, pemerasan, pencurian dokumen atau properti,

diperburuk dengan pelecehan seksual, mucikari, pemerkosaan, dan bahkan

kematian. Pelanggaran terhadap Negara termasuk didalamnya penyalahgunaan

hukum imigrasi, pemalsuan dokumen, korupsi pejabat pemerintah, pencucian

uang, dan pengemplangan pajak.62

Menurut Kevin Bales (2005) ada beberapa tahap dari Human Trafficking yaitu

sebagai berikut:

1. Konteks Kerentanan

Mereka yang memiliki akses terhadap kekuatan ekonomi, sosial, dan politik

memiliki kemungkinan yang kecil akan terperangkap sebagai korban perdagangan

manusia. Hampir semua orang yang diperdagangkan memiliki karakteristik atau

keadaan yang telah membuat mereka menjadi rentan terhadap perdagangan

manusia. Kondisi kemiskinan dan kekurangan merupakan faktor penentu yang

penting. Keinginan untuk kehidupan yang lebih baik, kebutuhan untuk melarikan

diri dari konflik dan penindasan, serta harapan untuk memulai sesuatu yang baru,

membawa semua orang dalam keadaan tersebut berhubungan dan melakukan

kontak dengan paratraffickers atau pedagang manusia. Bagi beberapa orang,

ketidakberdayaan secara relatif membuat mereka rentan terhadap kekerasan dan

penculikan. Para traffickers (pedagang manusia) sangat memahami bahwa

kerjasama dengan korban merupakan salah satu faktor yang bisa meningkatkan

kemudahan para korban untuk dapat diperdagangkan.

62Jurnal tentang “Instrumen Analisis Kasus Trafiking” diakses

(24)

Dalam beberapa kasus, korban perdagangan manusia tidak datang dari

kalangan orang yang paling miskin atau paling tidak berdaya. Orang yang

memiliki penyakit, orang yang sudah tua serta orang yang mengalami kekurangan

gizi dan lemah secara fisik tidak dicari oleh para pedagang manusia. Mereka

adalah komoditas manusia yang memiliki nilai yang rendah untuk menghasilkan

keuntungan yang tinggi. Biasanya kebanyakan korban perdagangan manusia

adalah orang-orang yang sehat dari kalangan miskin, tetapi bukan dari golongan

masyarakat termiskin, orang yang tertindas dan mendapatkan diskriminasi secara

sosial serta para wanita.

2. Tahap Rekrutmen

Proses rekrutmen terhadap korban perdangan manusia juga bervariasi dari

kasus satu ke kasus yang lainnya, tetapi ada tiga kesamaan dari berbagai macam

kasus perdagangan manusia yang ada. Pertama, proses rekrutmen dilakukan oleh

keluarga atau anggota sebuah komunitas masyarakat. Di Afrika, Thailand dan

Amerika Tengah wanita paruh baya diketahui telah merekrut wanita-wanita muda

dari kelompok etnis dan bahasa yang sama. Mereka membawa bahan makanan

pokok dan pakaian yang bagus untuk menggoda wanita-wanita muda tersebut.

Terhadap orang tua calon korban para perekrut tersebut menjanjikan uang yang

akan diperoleh dan bisa dikirimkan oleh anaknya. Para perekrut menawarkan

impian-impian kekayaan, kenyamanan dan gengsi yang akan diperoleh jika

mengijinkan anaknya untuk bekerja dan pada kenyataanya akan dijadikan

(25)

3. Modes Operandi Pelaku Perdagangan Orang

a. Merayu dan menjanjikan kesenangan

b. Menjebak, mengancam dan menyalahgunakan wewenang

c. Menjerat dengan hutang

d. Menculik dan menyekap

e. Mengajukan untuk menjadi duta budaya dan seni keluar daerah atau keluar

negeri secara ilegal

f. Berkedok penyaluran tenaga kerja untuk industri hiburan di dalam negeri

dan luar negeri dengan iming-iming bayaran besar

Di Eropa Timur dan banyak negara lain di dunia, banyak orang muda

dengan pendidikan yang baik harus menghadapi keadaan dimana tingkat

pengangguran sangat tinggi. Mereka kemudian dapat menjadi korban

perdagangan manusia yang biasanya dilakukan oleh orang-orang yang mereka

kenal di komunitas mereka, atau mereka akan berinteraksi dengan agen penyedia

informasi kerja yang tampaknya resmi atau jika di Indonesia disebut Perusahaan

PJTKI (Penyedia Jasa Tenaga Kerja Indonesia), tetapi pada kenyataanya agen

tersebut merupakan agen penyedia tenaga kerja nakal. Agen-agen tersebut

biasanya membuat iklan yang isinya menawarkan pekerjaan diluar negeri dan bisa

membantu mendapatkan visa kerja. Agen-agen tersebut biasanya telah

(26)

mungkin saja diajukan oleh korban terhadap jasa yang mereka sediakan. Untuk

biaya, agen tenaga kerja seolah-olah akan memfasilitasi proses migrasi kerja

mereka. Beberapa korban tahu bahwa mereka akan bekerja di prostitusi tetapi

ditipu mengenai kondisi kerja dan hidup, pengaturan keuangan, serta tingkat

kebebasan pribadi yang mereka harapkan. Stigma yang melekat pada mereka yang

terperangkap dalam trafficking, dipandang sebagai orang yang memiliki peran

atau setuju untuk eksploitasi terhadap diri mereka sendiri. Kemudian timbul

proses menyalahkan korban, yang hanya akan memperburuk situasi mereka

terutama ketika itu dilakukan oleh lembaga pemerintah atau penegakan hukum.63

Menurut Undang-Undang RI Nomor 21 tahun 2007 tentang pemberantasan

tindak pidana perdagangan orang perdagangan orang adalah tindakan perekrutan,

pengangkutan, penampungan, pengiriam, pemindahan atau penerimaan seseorang

dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan.

Kemudian, pemalsuan, penipuan dan penyalahgunaan kekuasaan atau posisi

rentan, penjeratan uang atau memberikan bayaran atau manfaat, sehingga

memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain

tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan

eksploitasi atau mengakibatkan orang terekploitasi64. Pengertian eksploitasi

adalah tindakan dengan atau tanpa persetujuan korban yang meliputi tetapi tidak

terbatas pada pelacuran, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktik

63 Anne Kielland and Ibrahim Sanogo, 2002tentang “Child Labor Migration from Rural

Areas. The Magnitude and the Determinants” diakses dari http://hukum.online.no/ ~annekie/Africa_docs/BF English.pdf). pada tanggal 29 Juni 2016 pukul 13.00 WIB

64

(27)

serupa perbudakan, penindakan, pemerasan, pemanfaatan fisik, seksual, organ

reproduksi atau secara melawan hukum memindahkan65. Atau mentransplantasi

organ dan atau jaringan tubuh atau memanfaatkan tenaga atau kemampuan

seseorang oleh pihak lain untuk mendapatkan keuntungan baik materiil maupun

immateriil.

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2002 tentang

Rencana Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan (Trafficking) Perempuan dan

Anak memberikan definisi trafiking perempuan dan anak sebagai segala tindakan

perekrutan, pengangkutan antar daerah dan antar negara, pemindah tanganan,

pemberangkatan, penerimaan dan penampungan sementara atau di tempat tujuan,

perempuan dan anak. Dengan ancaman, penggunaan kekerasan verbal dan fisik,

penculikan, penipuan, tipu muslihat, memanfaatkan posisi kerentanan (misalnya

ketika seseorang tidak memiliki pilihan lain, terisolasi, ketergantungan obat,

jebakan hutang, dan lain-lain), memberikan atau menerima pembayaran atau

keuntungan, dimana perempuan dan anak digunakan untuk tujuan pelacuran dan

eksploitasi seksual (termasuk phaedopili), buruh migran legal maupun ilegal,

adopsi anak, pekerjaan jermal, pengantin pesanan, pembantu rumah tangga,

mengemis, pornografi, pengedaran obat terlarang, dan penjualan organ tubuh,

serta bentuk-bentuk eksploitasi lainnya.

Daerah pengirim/asal adalah daerah asal korban, dimana daerah pengirim

cenderung merupakan daerah yang minim dan biasanya pedesaan dan relatif

65

(28)

miskin. Daerah-daerah pengirim ini biasanya berlokasi di Jawa, meskipun

Lombok, Sulawesi Utara, dan Lampung juga dikenal sebagai daerah pengirim.66

Daerah penerima adalah daerah-daerah kemana para korban dikirim.

Tujuan tertentu mempunyai ciri trafiking tertentu. Misalnya: Prostitusi secara

Paksa: Batam, Jakarta, Bali, Surabaya, Papua dan daerah lainnya dimana industri

seks dan pariwisata ditemukan di Indonesia. Jepang, Malaysia, Singapura dan

Korea Selatan dikenal sebagai daerah tujuan internasional. Pembantu Rumah Tangga (PRT): Semua daerah kota besar baik di Indonesia maupun Hong Kong,

Malaysia, Timur Tengah, Singapura ataupun Taiwan. Untuk pengantin pesanan:

Taiwan. Penari budaya: Jepang. Indonesia sebagai Negara Penerima: Ada

beberapa bukti bahwa para perempuan juga ditrafik ke Indonesia dari Asia dan

Eropa untuk beker Pencegahan tindak pidana perdagangan orang bertujuan

mencegah sedini mungkin terjadinya tindak pidana perdagangan orang.

B. Implementasi UNTOC Pencegahan dan Penindakan Perdagangan Orang di Indonesia

Kejahatan lintas negara (transnational crimes) dewasa ini dipandang

sebagai salah satu ancaman serius terhadap keamanan global. Pada lingkup

multilateral, konsep yang dipakai adalah Transnational Organized Crimes (TOC)

66

(29)

yang disesuaikan dengan instrumen hukum internasional yang telah disepakati

tahun 2000 yaitu Konvensi PBB mengenai Kejahatan Lintas Negara Terorganisir

(United Nations Convention on Transnational Organized Crime-UNTOC).

Kejahatan lintas negara memiliki karakteristik yang sangat kompleks

sehingga sangat penting bagi negara-negara untuk meningkatkan kerjasama

internasional untuk secara kolektif menanggulangi meningkatnya ancaman

kejahatan lintas negara tersebut.

Dalam rangka meningkatkan kerja sama internasionbal pada upaya

pencegahan dan pemberantasan tindak pidana transnasional yang terorganisasi,

Perserikatan Bangsa-Bangsa telah membentuk United Nations Convention

Against Transnational Organized Crime (UNTOC) melalui resolusi Pperserikatan

Bangsa-Bangsa Nomor 55/25 sebagai instrumen hukum dalam nenanggulangi

tindak pidana transnasional yang terorganisasi. Indonesia, sebagai anggota PBB,

turut menandatangani UNTOC pada tanggal 15 Desember 2000 di Palermo, Italia,

sebagai perwujudan komitmen memberantas tindak pidana transnasional yang

terorganisasi melalui kerangka kerja sama bilateral, regional , ataupun

internasional.67

Konvensi PBB mengenai Kejahatan Lintas Negara Terorganisir (United

Nations Convention on Transnational Organized Crime-UNTOC) yang telah

diratifikasi Indonesia dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2009 tentang

Pengesahan United Nations Convention Against Transnational Organized

67 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pengesahan

United Nations

Convention Against Transnational Organized Crime (Konvensi PBB Menentang Tindak Pidana

Transnasional yang Terorganisasi) diakses dari

(30)

Crime (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Menentang Tindak Pidana

Transnasional Yang Terorganisasi) menyebutkan sejumlah kejahatan yang

termasuk dalam kategori kejahatan lintas negara terorganisir, yaitu pencucian

uang, korupsi, perdagangan gelap tanaman dan satwa liar yang dilindungi,

kejahatan terhadap benda seni budaya (cultural property), perdagangan manusia,

penyelundupan migran serta produksi dan perdagangan gelap senjata api.

Konvensi juga mengakui keterkaitan yang erat antara kejahatan lintas negara

terorganisir dengan kejahatan terorisme, meskipun karakteristiknya sangat

berbeda. Meskipun kejahatan perdagangan gelap narkoba tidak dirujuk dalam

Konvensi, kejahatan ini masuk kategori kejahatan lintas negara terorganisir dan

bahkan sudah diatur jauh lebih lengkap dalam tiga Konvensi terkait

narkoba11sebelum disepakatinya UNTOC.

Perkembangan kualitas tindak pidana atau kejahatan menunjukan bahwa

batas- batas teritorial antara satu negara dan negara lain di dunia, baik dalam satu

kawasan maupun berbeda kawasan sudah semakin menghilang. Pada dewasa ini,

hampir dapat dipastikan bahwa semua jenis atau bentuk kejahatan tidak dapat lagi

hanya dipandang sebagai yuridiksi kriminal suatu negara, akan tetapi sering

diklaim termasuk yuridiksi kriminal lebih dari satu atau dua negara, sehingga

dalam perkembangannya kemudian telah menimbulkan masalah konflik yuridiksi

yang sangat mengganggu hubungan internasional antarnegara yang

berkepentingan di dalam kasus tindak pidana tertentu yang bersifat lintas batas

(31)

Sejumlah asumsi tentang kejahatan transnasional dapat ditemukan

dibanyak publikasi saat ini. Asumsi yang paling penting adalah: (1) kejahatan

transnasional pada dasarnya merupakan suatu fenomena baru yang muncul pada

1990-an, (2) untuk sebagian besar terhubung dengan skala besar organisasi

kriminal yang sering memiliki latar belakang etnis tertentu, (3) dan secara teratur

bekerja bersama-sama dengan organisasi kriminal di negara lain, (4) kejahatan

transnasional terutama disebabkan oleh proses globalisasi selama tiga dekade

terakhir dan (5) merembes ke dalam bisnis yang sah dan pemerintah.

Berbagai asumsi di atas akan digunakan untuk merefleksi fenomena

kejahatan transnasional. Jika kita cermati, berbagai asumsi ini tidak selalu tampak

rasional, karena terbuka berbagai perubahan yang terjadi sehubungan dengan

perkembangan kejahatan transnasional itu sendiri. Berbagai asumsi tersebut dapat

digunakan untuk mengkonfirmasi pengamatan Letzia Paoli, yang mengatakan

bahwa persepsi (transnasional) kejahatan terorganisir tercemar oleh kepanikan

moral, dan “isu-isu yang dibentuk oleh kepanikan moral tidak mungkin ditangani

dengan cara rasional”. Yang pasti, asumsi tidak harus dilihat sebagai unsur dari

perspektif standar tentang kejahatan transnasional.

Proses umum globalisasi dekade terakhir memberikan penjelasan utama

bagi munculnya kejahatan transnasional. Karena liberalisasi pasar dan penurunan

kepentingan perbatasan antar negara, kejahatan transnasional telah meningkat

secara dramatis. Asumsi ini sampai batas tertentu menyederhanakan penyebab dan

perkembangan kejahatan transnasional. Hal itu sudah menunjukkan bahwa

(32)

tidak hanya terjadi karena orang, barang dan jasa bisa menyeberang perbatasan.

Mereka hanya melintasi perbatasan ketika ada alasan untuk itu. Hal yang

memungkinkan terjadinya kejahatan transnasional adalah bahwa

barang-barang tertentu yang tersedia di beberapa negara dan tidak pada negara lain

(meskipun ada permintaan untuk mereka), atau bahwa perbedaan harga membuat

penyelundupan menguntungkan. Jika alasan seperti itu ada, dan peluang

transportasi meningkat maka lalu lintas dapat membuat arus perdagangan

kejahatan transnasional lebih mudah.

Namun, beberapa aspek globalisasi sebenarnya dapat mengurangi

penyebab kejahatan transnasional. Liberalisasi pasar, misalnya, menyebabkan

deregulasi arus modal di banyak negara. Hal ini menyebabkan penurunan

otomatis dalam pelarian modal, karena banyak kegiatan yang pernah dicap

sebagai pelarian modal sekarang menjadi transaksi keuangan legal melintasi

perbatasan internasional. Di sisi lain, kejahatan transnasional banyak disebabkan

atau setidaknya dirangsang oleh negara-negara yang mempertahankan

undang-undang yang berbeda sehubungan dengan komoditas tertentu. Skala

penyelundupan rokok saat ini, misalnya, tidak bisa dibayangkan ketika

negara-negara yang sama tidak akan mempertahankan perbedaan besar seperti di bidang

perpajakan. Harmonisasi peraturan antar negara, sebagai bagian dari proses

globalisasi, bisa membatalkan setidaknya sebagian dari eksternalitas negatif

(seperti kejahatan transnasional) dari proses globalisasi.

Untuk Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Pidana Perdagangan

(33)

No. 21 Tahun 2007, tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.

Sesuai Undang-undang Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) pasal 1 angka 1

telah didefenisikan pencucian uang itu adalah perbuatan menempatkan,

mentransfer, membayarkan,

menghibahkan,menyumbangkan,menitipkan,membawa ke luar negeri,

menukarkan, atau perbuatan lainnya atas harta kekayaan yang diketahuinya atau

patut diduga merupakan hasil tindakan pidana dengan maksud untuk

menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harga kekayaan sehingga

seolah-olah menjadi harga kekayaanyangsah. Dengan defenisi tersebut jelas bahwa

tindakan apapun yang bersumber dari dana yang tidak sah seperti hasil korupsi,

penyuapan, penyelundupan barang, penyelundupan tenagakerja, perdagangan

orang (trafficking), judi, obat bius, perampokan, dan tindakan pidana lainnya,

termasuk dalam tindakan pidana pencucian uang68.

Indonesia juga mengadakan kerjasama internasional, karena perdagangan

orang ini termasuk kejahatan lintas Negara (kejahatan transnasional). Misalnya,

Badan-badan PBB, Pemerintahan asing, Kelompok negara-negara ASEAN,

Lembaga Keuangan Internasional seperti IMF, WB, dan ADB, LSM Regional dan

Internasional (HAM, Kesehatan, Bantuan Hukum, Hak Konsumen, Perlindungan

Anak, Organisasi perempuan, Hak pekerja/buruh, Serikat Buruh/Pekerja). Dalam

kerangka instrument nasional, Indonesia dalam melakukan penanggulangan

perdagangan orang melalui beberapa cara, diantaranya menggalang kesatuan antar

lembaga yaitu Kementrian Eksekutif Negara, Depnaker Trans, Menteri

68

(34)

Pemberdaaan Perempuan, Menteri Kehakiman dan HAM, Depsos, Kantor

Imigrasi, Diknas, Kejaksaan, Pariwisata, Menko Bidang Ekonomi, Menkokesra,

Menkopolkam, Badan-badan Eksekutif Lokal, Legislatif (semua level), Sistem

Yudisial, Penegak Hukum – Polisi, Imigrasi, Bea Cukai, Jaksa, Hukum Militer –

penjaga perbatasan, Angkatan Laut, serta kerjasama dengan Komisi

Pemberdayaan Perempuan (KPP) yang bertindak sebagai unsur utama pemerintah

dan koordinator untuk Gugus Tugas Anti Perdagangan Orang Nasional, untuk

menyiapkan konsep rencana tindakan nasional 2009-2013 mengenai perdagangan

orang69.

Gugus Tugas Penghapusan Perdagangan Anak Kepres No. 88 Tahun 2002;

dibentuk melalui Keputusan Presiden RI Nomor 88 Tahun 2002. Tujuan umum

Gugus Tugas ini adalah terhapusnya segala bentuk perdagangan anak. Untuk

Gugus Tugas di daerah, Menteri Dalam Negeri mengeluarkan Surat Edaran

Departemen Dalam Negeri Nomor 560/1134/PMD/2003 yang ditujukan kepada

Gubernur, Bupati, dan Walikota seluruh Indonesia. Dalam surat edaran tersebut

diarahkan bahwa focal point pelaksanaan penghapusan perdagangan orang di

daerah dilaksanakan oleh unit kerja di jajaran pemerintah daerah yang mempunyai

kewenangan menangani urusan anak melalui penyelenggaraan pertemuan

koordinasi kedinasan di daerah dengan tujuan menyusun standar minimum dalam

pemenuhan hak-hak anak, pembentukan satuan tugas penanggulangan

69

(35)

perdagangan orang di daerah, melakukan pengawasan ketat terhadap perekrutan

tenaga kerja, dan mengalokasikan dana APBD untuk keperluan kegiatan70.

Selama tahun 2009, pemerintah Indonesia mengadili 129 tersangka pelaku

perdagangan orang. Sedangkan pada tahun 2008 mengadili 109. Penjatuhan vonis

pada tahun 2009 juga meningkat menjadi 55 dari 46 pada tahun 2008. Sebanyak

55 pengadilan dan 9 penjatuhan vonis pada tahun 2009 dilakukan atas kasus

perdagangan buruh. Lama hukuman rata-rata yang diberikan kepada terpidana

adalah 43 bulan, hampir sama dengan rata-rata tahun 2008 yakni 45 bulan71. Akan

tetapi, dengan mengadili tersangka tersebut usaha Indonesia masih belum

maksimal, karena pemerintah Indonesia tidak sepenuhnya memenuhi standar

minimum pemberantasan perdagangan orang. Selain itu, pemerintah Indonesia

belum menggunakan Undang-undang No. 21 Tahun 2007, tetapi masih

menggunakan Undang-undang yang lain, misalnya Undang-undang mengenai

Perburuhan. Sehingga belum ada restitusi bagi korban.

Disinilah sebenarnya arti penting dari kriminologi yang terutama

digunakan digunakan untuk memberi petunjuk bagaimana masyarakat dapat

memberantas kejahatan dengan hasil yang baik dan lebih-lebih bisa

menghindarinya.72

70

Komnas perempuan. 2009. Penanganan Kasus-kasus Kekerasan Terhadap Perempuan Di Lingkungan Peradilan Umum. Australian Government (AusAID): 24.

71 Kedutaan Besar Amerika Serikat (Jakarta-Indonesia). 2010. Laporan Departemen Luar

Negeri Amerika Serikat tentang Perdagangan Orang di Indonesia: hal 8. Diunduh dari www.hukumonline.co.id

72

(36)

A. Kesimpulan

Ada beberapa karakteristik yang bisa ditemukan dalam setiap kejahatan

transnasional secara umum. Pertama, sebagian besar dari pelaku kejahatan

transnasional terhubung dengan organisasi kriminal dalam sekala besar. Kedua,

sebuah organisasi kejahatan transnasional pada umumnya memiliki latar belakang

keesamaan etnis tertentu. Ketiga, melakukan hubungan kerjasama secara teratur

dengan organisasi kriminal di negara lain. Keempat, jaringan kejahatan

internasional pada umumnya merambah hingga ke dalam bisnis yang sah dan

pemerintah.

Definisi kejahatan transnasional, diantaranya: "Kejahatan lintas batas

(transnasional) adalah perilaku yang membahayakan kepentingan yang dilindungi

oleh hukum di lebih dari satu yurisdiksi nasional dan yang dikriminalisasi dalam

setidaknya satu dari negara yang bersangkutan". Definisi lain: “Kejahatan

Transnasional adalah perilaku, yang dikriminalisasi dalam setidaknya satu dari

yuridiksi dan membahayakan kepentingan yang dilindungi oleh hukum di lebih

dari satu yurisdiksi yang bersangkutan atau dalam satu yurisdiksi sementara itu

mirip dengan tindakan yang membahayakan kepentingan yang dilindungi oleh

hukum di sebagian besar negara”. Dalam perspektif hukum kejahatan

transnasional (UNTOC) diartikan sebagai tindak pidana yang terjadi di dalam

(37)

terjadi di negara atau negaranegara lain, atau tindak pidana yang

pelaku-pelakunya berada terpencar di wilayah dua negara atau lebih, dan melakukan satu

atau lebih tindak pidana serta baik pelaku maupun tindak pidananya itu sendiri

saling berhubungan, yang menimbulkan akibat pada satu negara atau lebih.

Didalam UNTOC disebutkan lima jenis tindak pidana transnasional yang

terorganisasi, yaitu: Berpartisipasi dalam kelompok pelaku tindak pidana

terorganisasi (Pasal5); Tindak pidana yang merupakan pencucian hasil tindak

pidana (Pasal 6); Tindak Pidana Korupsi (Pasal 8); Tindak Pidana yang

merupakan gangguan terhadap proses peradilan (pasal 23); Tindak pidana serius

(serious crime) sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 2 huruf b. 178 Didalam

kejahatan transnasional, penting adanya pembagian aktor/pelaku kejahatan

kedalam dua macam, aktor legal dan aktor ilegal. Dengan pembagian tersebut

akan dapat diidentifikasi bentuk-bentuk hubungan yang terjadi diantara keduanya

baik itu yang bersifat simbiosis (saling menguntungkan) atau hubungan antitesis

(berlawanan antar aktor).

Dalam suatu kejahatan transnasional pelaku kejahatan tidak selalu nation-state

actor, tetapi juga individu, dan kelompok. Peran dari aktor kejahatan tersebut

tidak selalu sebagai pelaku utama tetapi juga sebagai penyumbang dana, maupun

pikiran untuk melancarkan aksinya. Tindak pidana transnasional dibedakan

dengan tindak pidana internasional, Perbedaan diantara keduanya terletak pada

unsur internasional yang tidak dimiliki tindak pidana transnasional. Unsur

internasional yaitu sifat mengancam (langsung maupun tak langsung) perdamaian

(38)

perkembangan dan asal-usul definisi kejahatan internasional dapat dibedakan

dalam 3 (tiga) golongan, yaitu kejahatan internasional yang berasal dari kebiasaan

yan berkembang dalam praktik hukum internasional; kejahatan internasional yang

berasal dari konvensi-konvensi internasional; kejahatan internasional yang lahir

dari sejarah perkembangan konvensi mengenai HAM. Penegakan hukum

kejahatan transnasional ataupun kejahatan internasional yang melibatkan lebih

dari satu sistem hukum yang berbeda, mau tidak mau akan menimbulkan saling

ketergantungan antar negara di dunia ini, yang kemudian mendorong

dilakukannya kerjasama-kerjasama internasional yang dalam banyak hal

dituangkan dalam bentuk perjanjian-perjanjian internasional. Perjanjian

international sebagai wujud kerjasama internasional utamanya di bidang

penegakan hukum sebagai keniscayaan, namun dalam setiap proses

pembuatannya tetap harus berangkat dari kepentingan nasional dan

memperhatikan prinsip-prinsip kesamaan kedudukan, saling menguntungkan dan

prinsip-prinsip yang dianut oleh hukum nasional maupun internasional.

Saran

Pemerintah Indonesia diharapkan secepatnya menetapkan standar

minimum pembasmian perdagangan orang. Selain itu, harus mulai menggunakan

Undang-undang No. 5 Tahun 2009 TENTANG PENGESAHAN UNITED

NATIONS CONVENTION AGAINST TRANSNATIONAL ORGANIZED

CRIME (KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA MENENTANG

(39)

di ratifikasi dari UNTOC untuk mendindak lanjuti masalah perdagangan orang di

Indonesia.

Adanya perbaikan kinerja pengadilan, pendakwaan dan penjatuhan

hukuman atas kasus-kasus perdagangan orang, termasuk yang melibatkan

agen-agen perekrutan orang. Memeriksa kembali Nota Kesepahaman dengan

Negara-negara yang menjadi tujuan perdagangan untuk memasukkan perlindungan

terhadap korban.

Perlu peningkatan upaya untuk mengadili dan mendakwa pejabat publik

yang menarik keuntungan dari atau terlibat dalam perdagangan orang.

Meningkatkan pendanaan bagi upaya penegakan hukum dan menyelamatkan,

Referensi

Dokumen terkait

Pihak lain yang bukan direktur utama/pimpinan perusahan/pengurus koperasi yang namanya tidak tercantum dalam akta pendirian/anggaran dasar, sepanjang pihak lain

Sehubungan dengan Seleksi Umum Paket Pekerjaan PENGAWASAN IRIGASI DAK 2016 yang saudara ikuti pada Pokja Pengadaan Barang / Jasa pada Dinas Pengairan Kabupaten Gayo Lues,

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pelelangan untuk Pekerjaan : Pengadaan Benih Ikan dan Pakan Untuk Masyarakat , Nomor : BA.03/ PB.013/POKJA III ULP-LPSE/LMD/X/2016 tanggal : 3

There are no significant differences between SMEs in relation to the two primary factors (ICT investment impetus and management practices) influencing the degree of business

Sehubungan dengan penelitian saya yang berjudul “Pengaruh Brand Image , Corporate Social Responsibility , dan Kualitas Produk terhadap Keputusan Pembelian Produk The

faktor penting yang saling berpengaruh dan tergantung terhadap pengembangan sistem produksi bersih agroindustri karet remah, yaitu: bahan olah karet (bokar), sistem tataniaga

This result was faster compared to other report that showed the occurance of mechanical hyperalgesia and tactile allodynia in mice model of PDN varies within 1-8 weeks after

Tidak terdapat perbedaan antara tingkat kecukupan energi, protein, lemak, dan karbo- hidrat pada kedua kelompok (p>0,05), meski- pun tingkat kecukupan energi dan zat gizi pada