• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah Di Daerah Pesisir Lorong Melati Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah Di Daerah Pesisir Lorong Melati Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan Chapter III VI"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriftif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan dan mendeskripsikan objek dan fenomena yang diteliti. Termasuk didalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan ada pula produk yang berlangsung (Siagian, 2011:52). Melalui penelitian ini peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan anak putus sekolah di daerah pesisir Lorong Melati Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan.

3.2 Lokasi Penelitian

(2)

3.3 Subjek Penelitian

Peneliti tidak menggunakan populasi dan sampel dalam penelitian ini, tetapi menggunakan subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian. Subjek penelitian ini menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian (Bungin, 2007:76). Informan penelitian ini meliputi berbagai macam seperti:

1. Informan utama, yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang di teliti. Pihak yang menjadi informan utama adalah anak yang putus sekolah pada jenjang pendidikan SD, SMP, dan SMA , anak tersebut berusia 11-18 tahun karena dianggap mengerti akan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.

2. Informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Informan tambahan dalam penelitian ini adalah orangtua dari anak-anak yang putus sekolah dan berjumlah 2 orang.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, data yang diproleh akan dianalisis tanpa menggunakan uji statistik, melainkan lebih mendreskripskan data tersebut. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data-data dalam penelitian ini sebagai berikut:

(3)

untuk memperkuat pertimbangan teoritis yang relevan dengan masalah yang akan diteliti (Siagian, 2011:206).

2. Studi lapangan/survey, yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan-kegiatan penelitian langsung dilokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti melalui: 1. Observasi, secara luas berarti setiap kegiatan untuk melakukan

pengukuran. Dalam observasi ini peneliti melakukan nya dengan 2 cara yaitu:

a. Observasi Partisipan ( Life Together), peneliti ikut serta dalam kegiatan-kegitatan yang dilakukan oleh subjek yang diteliti atau yang diamati, seolah-olah merupakan bagian dari mereka. Dalam hal ini peneliti selama 3 bulan melakukan praktikum II, 2 kali dalam seminggu tinggal bersama di lingkungan tersebut.

b. Observasi non partisipan, peneliti berada di luar subjek yang diteliti dan tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan. Karena itu peneliti lebih mudah mengamati kemunculan tingkah laku yang diharapkan. Pengamatan juga dilakukan menggunakan indra pengelihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan. 2. Wawancara Mendalam, wawancara ada dua jenis, yaitu wawancara

(4)

dan biasanya berlangsung secara informal, luwes dan memakan waktu yang lama. Untuk wawancara jenis ini, akan menuntut keterampilan dan kejelian peneliti, menguasai permasalah agar jawaban dapat disimpulkan dan muara pembicaran dapat terkontrol (Danim 2002:139). Wawancara mendalam ini untuk memperoleh secara detail faktor-faktor penyebab anak putus sekolah.

3.5 Teknis Analisis Data

(5)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Dan Letak Geografis Lokasi Penelitian

Lingkungan Lorong Melati merupakan salah satu dari ke-31 lingkungan yang ada di Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan. Lingkungan Lorong Melati adalah lingkungan XXVII di Kelurahan Belawan 1. Pada tahun 1950 seluruh daerah Belawan di satukan dalam satu Kelurahan yang disebut dengan Kelurahan Belawan. Namun karena kelurahan ini berkembang pesat, dimana para kenalan sanak keluarga dan orang-orang merantau dari luar daerah yang datang untuk mencari pekerjaan ke kelurahan ini maka pada tahun 1970 karena luasnya wilayah dan padatnya penduduk di Kecamatan Medan Belawan maka di lakukan lah pemekaran wilayah sehingga kecamatan Medan Belawan terbagi menjadi 6 kelurahan. Ke-enam Kelurahan tersebut adalah:

1. Kelurahan Belawan 1 2. Kelurahan Belawan 2 3. Kelurahan Bahari 4. Kelurahan Bahagia 5. Kelurahan Canang 6. Kelurahan Bagan Deli

(6)

laut selama seminggu. Awalnya tempat tersebut mereka gunakan hanya untuk tempat istirahat karena mungkin tempat tinggal mereka jauh.

Nelayan tersebut membangun rumah-rumah kecil di atas permukaan laut di sekitar pinggiran pantai. Namun lama-kelaman nelayan tersebut mulai membawa keluarganya ke rumah-rumah kecil yang mereka bangun. Ketika menangkap ikan ke laut nelayan tersebut meninggalkan sanak saudaranya di rumah kecil tersebut dan kembali lagi nanti setelah seminggu mereka melaut. Karena sudah mulai ada masyarakat yang tinggal di daerah tersebut maka mengundang nelayann lain untuk membuat rumah kecil tersebut dan membawa keluarganya juga. Semakin banyak masyarakat yang membuat rumah di tempat tersebut hingga sekarang sudah menjadi sebuah lingkungan yang banyak di tempati oleh masyarakat baik masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan ataupun pekerjaan lainnya.

Lingkungan Lorong Melati Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan berbatasan dengan:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Lingkungan Lorong Sedar 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Lingkungan Lorong Kenanga 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Tm.Pahlawan

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Laut.

(7)

beredar sudah dari 20 tahun yang lalu namun pada kenyataannya hingga sekarang daerah tersebut belum di gusur. Masyarakat tidak bisa dikatakan menempati daerah tersebut secara ilegal karena mereka membayar pajak bangunan ke pemerintah. Jadi bisa dikatakan masyarakat tersebut dijinkan tinggal di daerah tersebut walaupun menggunakan lahan pemerintah.

4.2 Tata Ruang Lokasi Penelitian

Pemukiman penduduk di Lorong Melati memiliki tingkat kepadatan yang tinggi. Pemukiman yang satu dengan yang lain sangat rapat dan bahkan tidak memiliki jarak. Bangunan-bangunan rumah di Lorong Melati di bangun tepat diatas permukaan laut. Pondasi rumah di buat sedemikian tinggi agar tidak di masuki air laut. Antara bangunan yang satu dengan yang lainnya di hubungkan oleh jembatan pembantu. Rata-rata bangunan rumah terbuat dari bahan kayu. Perumahan di Lorong Melati bisa dikatakan adalah pemukima kumuh yang tidak layak untuk di tempati. Air laut yang bercampur lumpur di bawah rumah mengeluarkan bau tidak sedap. Semua limbah rumah tangga seperti aliran kamar mandi dan sampah di alirkan ke laut di bawah rumah masing-masing. Sampah-sampah dan limbah tersebutlah yang mengeluarkan bauk yang tidak sedap.

(8)

bagi kesehatan. Mayoritas penduduk di Lorong Melati bekerja sebagai nelayan, sebagian pedagang dan pekerja lepas lainnya. Luas wilayah mencapai 2742 m. 4.3 Cara Mencapai Lokasi Penelitian

Lorong Melati merupakan salah satu daerah yang ada di Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan. Jarak antara pusat kota Medan dengan Lorong Melati kurang lebih 23 Km dan bisa di tempuh dengan waktu satu setengah jam apabila menggunakan angkutan umum dan sekitar satu jam apabila menggunakan kendaraan sendiri seperti sepeda motor.

Jika kita berasal dari daerah Medan dan memasuki kawasan Kelurahan Belawan 1 Lorong Melati berada di sebelah kiri jalan Tm.Pahlawan atau jalan menuju Pelabuhan Belawan. Semua wilayah yang berada di sebelah kiri jalan disebut sebagai wilayah Lorong sementara daerah yang berada di sebelah kanan jalan yang merupakan Kelurahan Belawan 2 disebut dengan wilayah Gang.

(9)

4.4 Kondisi Sosial Ekonomi

4.4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk di Lorong Melati Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan sejumlah 188 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk sebanyak 1276 jiwa dengan perincian laki-laki 721 jiwa dan perempuan 556 jiwa.

Tabel 4.1

Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1 Laki-laki 721 56,50%

2 Perempuan 556 43,57%

Jumlah 1276 100%

Sumber data: Kepala Lingkungan Lorong Melati Tahun 2017

Dari tabel diatas, diketahui bahwa penduduk di Lorong Melati Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan mayoritas adalah laki-laki sekitar 56.57% dan penduduk perempuan sekitar 43,57%.

4.4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia

No Kelompok Usia Jumlah Persentase

1 0-5 Tahun 106 8,30%

2 6-9 Tahun 106 8,30%

3 10-16 Tahun 203 15,90%

4 17-25 Tahun 228 17,86%

5 26-30 Tahun 107 8,38%

6 31-35 Tahun 107 8,38%

(10)

8 41-45 Tahun 76 5,95%

9 46 tahun ke atas 237 18,57%

Jumlah 1276 100%

Sumber data: Kepala Lingkungan Lorong Melati Tahun 2017

Dari tabel diatas, diketahui bahwa jumlah penduduk di Lorong Melati Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan berdasarkan usia paling tinggi pada usia 46 tahun ke atas yang berjumlah 237 jiwa (18,57%), kemudian diikuti oleh kelompok usia 17-25 tahun yang berjumlah 228 jiwa (17,86%), sedangkan jumlah penduduk terkecil yaitu pada kelompok usia 41-45 tahun yang berjumlah 76 jiwa (5,95%).

4.4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Tabel 4.3

Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian No Mata Pencaharian Jumlah Persentase

1 Pegawai Negri Sipil - -

2 TNI - -

3 Medis - -

4 Polri - -

5 Guru - -

6 Petani - -

7 Nelayan 202 43,44%

8 Pedagang 7 1,50%

9 Pekerja Lepas 196 42,15%

10 Dan lain-lain 60 12,90%

Jumlah 465 100%

(11)

Dari tabel diatas, diketahui bahwa jumlah penduduk di Lorong Melati Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan berdasarkan mata pencaharian mayoritas adalah yang bermata pencaharian nelayan berjumlah 202 jiwa (43,44%), kemudian di ikuti dengan bermata pencaharian pekerja lepas berjumlah 196 jiwa (42,15%), sementara yang paling rendah adalah masyarakat yang bermata pencaharian pedagang berjumlah 7 jiwa (1,50%).

4.4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel 4.4

Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

1 Tidak Sekolah 63 12,54% %

2 TK/Paud 16 3,18%

3 SD 188 37,45%

4 SMP 54 10,75%

5 SMA 51 10,15%

6 Universitas 5 0,99%

7 Putus Sekolah 60 11,95%

Jumlah 502 100%

Sumber Data: Kepala Lingkungan Lorong Melati Tahun 2017

Dari tabel diatas, diketahui jumlah penduduk di Lorong Melati Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan berdasarkan tingkat pendidikan paling tinggi adalah masyarakat yang bersekolah pada tingkat SD yang berjumlah 188 jiwa (37,45%), kemudian di ikuti pada tingkat tidak sekolah bersekolah yang berjumlah 18 jiwa (12,54%), sementara yang paling rendah pada tingkat Universitas yang berjumlah 5 jiwa (0,99%).

(12)

Jumlah penduduk di Lorong Melati kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan berdasarkan agama adalah mayoritas Muslim. 100% jumlah penduduk yang tinggal di Lorong Melati adalah beragama muslim.

4.5 Fasilitas Umum

Fasilitas Umum yang tersedia di Lorong Melati kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan antara lain fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, dan fasilitas ibadah.

4.5.1 Fasilitas Pendidikan

Tabel 5.1

Fasilitas Pendidikan Lorong Melati No Jenis Pendidikan

Negri/Swasta Jumlah Keterangan

1 TK/PAUD 1 Swasta

2 SD - -

3 SMP - -

4 SMA - -

5 Uiversitas - -

6 Kursus-kursus - -

Sumber Data: Lingkungan Lorong Melati Tahun 2017

Dari tabel diatas, dapat di lihat bahwa sarana pendidikan yang ada di Lorong Melati Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan hanya lah fasilitas pendidikan TK/Paud swasta. Penduduk Lorong Melati bersekolah keluar dari daerah mereka di karenakan tidak adanya fasilitas sekolah yang memadai.

(13)

Penduduk Lorong Melati mayoritas penduduknya adalah beragama muslim maka dari itu fasilitas beridah hanya terdapat 1 Mushola dan 1 Mesjid. 4.5.3 Fasilitas Kesehatan

Tabel 5.2

Fasilitas Kesehatan Lorong Melati No Jenis Sarana Kesehatan Jumlah

1 Rumah sakit -

2 Puskesmas -

3 Praktek Bidan -

4 Klinik -

5 Dokter -

6 Perawat -

7 Posyandu

Sumber Data: Kepala Lingkungan Lorong Melati Tahun 2017

Kesehatan merupakan salah satu hak dasar masyarakat yang tercakup di dalamnya masalah pangan/Gizi serta kesehatan jasmani. Fasilitas kesehatan yang ada di Lorong Melati hanya lah terdapat 1 unit posyandu. Padahal fasilitas kesehatan merupakan satu fasilitas yang penting. Jika penduduk di Lorong Melati sakit maka mereka harus ke puskesmas terdekat untuk mendapatkan pertolongan pertama.

4.6 Hubungan Kekerabatan Dengan Lingkungan Sekitar

(14)

hingga sekarang. Lingkungan Lorong Melati berselisih dengan lingkungan Udang Arang, lingkungan Lorong juga berselisih dengan lingkungan Gang. Lokasi daerah tersebut saling berdekatan namun hubungan kekerabatan tidak terjalin dengan baik.

Karena perselisihan tersebut membuat masyarakat sering berkelahi dan saling pukul bahkan hingga jatuh korban. Perkelahian tersebut terjadi apabila masyarakatnya dari suatu lingkungan merasa tergangu dengan lingkungan lawan bahkan hal kecil sekalipun akan menjadikan peperangan yang besar. Perselisihan tersebut sudah beberapa kali ingin di damai kan oleh pemerintah setempat dengan mengumpulkan warga dari masing-masing lingkungan untuk melakukan musyawarah. Kegiatan tersebut dilakukan dengan pemotongan sapi namun segala usaha pemerintah tidak membuahkan hasil, hingga sekarang perselisihan tersebut tetap terjadi dan sangat buruk dampaknya terhadap psikologis anak maupun masyarakat setempat.

(15)

BAB V ANALISIS DATA

Dari hasil penelitan yang telah dilakukan, peneliti mencoba untukmenganalisis data-data yang telah diperoleh sesuai teknik analisis data yangdigunakan yaitu teknik analisis data secara kualitatif dengan tipe penelitiandeskriptif dengan melakukan wawancara mendalam dengan pertanyaan pertanyaanyang mendukung kelengkapan data penelitian serta observasi yang dapatmendukung kelengkapan data penelitian serta observasi yang dapat mendukungpenelitian. Informan dalam penelitian ini sebanyak 4 orang anak putus sekolahdan 2 orangtua anak yang memiliki anak putus sekolah.

5.1 Hasil Temuan

(16)

5.1.1 Informan 1

Informan yang pertama bernama Aidil Syahputra seorang anak laki-laki berusia 16 tahun, lahir di Belawan 17 Januari 2000, anak pertama dari 3 bersaudara dan bertempat tinggal di Lorong Melati Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan. Tinggal dengan nenek dan ayah kandungnya serta kedua adiknya dan 7 orang sepupu lainnya. Adiknya yang kedua adalah seorang anak perempuan bersekolah kelas 2 SMP, sedangkan adiknya yang ketiga adalah seorang laki-laki sudah putus sekolah juga sewaktu kelas 6 SD.

Ibunya telah meninggal sejak Aidil Syahputra berusia 13 tahun tepatnya 3 tahun yang lalu. Ayah Aidil bekerja sebagai penangkap ikan (nelayan) dan bekerja untuk orang lain. Ayah Aidil pergi melaut selama 6-7 hari dan pulang ke darat istirahat selama 2-3 hari kemudian kembali melaut. Setiap pulang melaut ayah Aidil membawa uang berkisar Rp.150.000-Rp.200.000 tergantung banyaknya hasil tangkapan di laut. Uang tersebut diberikan kepada neneknya yang mengurus Aidil beserta adik-adiknya. Aidil merupakan seorang anak yang beragama Islam dan bersuku Melayu. Pernah mengemban pendidikan di SMA Negeri 20 Bagan selama sebulan dan duduk di bangku SMA kelas X.

(17)

‘karna teman-teman ku bilang kawan sebangku ku itu yang curi pensil ku kak, kutanya lah dia kak, aku nanyaknya baik-baiknya kak tapi si kawan itu langsung emosi dan ngajak aku bertumbuk kak”

Teman sebangku Aidil adalah seorang anak yang berasal dari lingkungan Bagan Deli sebuah lingkungan yang berada di pinggiran pantai di daerah Belawan. Antara lingkungan Bagan Deli dengan lingkungan Lorong memang sudah terlibat permusuhan sudah sejak lama berkisar 40 tahun lamanya. Jadi ketika ada sedikit masalah kecil sekalipun dan melibatkan salah satu anak dari masing-masing lingkungan maka akan berdampak besar. Mereka tidak akan segan-segan memanggil seluruh anak kampung untuk berperang melawan lingkungan yang mereka anggap salah bahkan bisa saja saling membunuh.

“karna dia ngajak bertumbuk aku pun emosi lah kak, ayok lah ku bilang za kak, janjian lah kami kak jumpa di daerah Bagan itu sepulang sekolah, aku datang nya sendiri kak, ternyata kawan ku itu di bawanya semua pemuda di kampung nya kak, di tumbuknya aku kak sampek masuk rumah sakit kemaren karena patah tulang kak”

Sejak saat itu Aidil menjadi takut untuk datang ke sekolah, dia mengalami trauma ketakutan jika bertemu kembali dengan anak-anak Bagan dia akan di hajar kembali.

“sejak itu udah takut aku sekolah kak, karna kan sekolah ku daerah Bagan itu juga banyak kali disitu anak Bagan kak, takut aku nanti di tumbuk orang itu lagi aku kak”

(18)

karena Aidil tetap tidak mau sekolah. Hal itu pun berlanjut hingga mendapat surat panggilan yang ketiga dan pihak sekolah tidak mau memberikan toleran lagi dan Aidil harus tinggal kelas.

“suntuk kali nenek menghadapi Aidil ini nak, udah berapa kali nenek menghadap ke sekolahnya hanya untuk mengurusi agar dia mau sekolah lagi tapi gimana lah dia tetap gak mau sekolah, padahal kawannya bertumbuk itu udah di peluk-peluknya nenek untuk minta maaf tapi yang ditakutkan Aidil ini sudah anak Bagan nya bukan lagi teman nya berantem itu, Aidil ini mau katanya sekolah lagi nak tapi pindah sekolah, nenek pun gak maksa lagi lah nak, tahu sendiri lah uang pun tak ada bukannya murah biaya pindah kan, bapaknya za hanya kasih Rp.200.000/minggu itu pun kadang-kadang, nenek udah tua dan harus ngurus 8 cucu nenek”

Selain permasalahan dengan teman nya di sekolah kurangnya perhatian orangtua juga mempengaruhi berhentinya Aidil dari sekolahnya. Ayahnya harus bekerja melaut dan pulang seminggu sekali. Dengan keadaan seperti ini bisa dikatakan ayahnya tidak memiliki waktu untuk memperhatikan anak-anaknya sehingga menjadikan Aidil leluasa menjalankan keinginannya. Berdasarkan pengakuan neneknya ayah Aidil memang sibuk mencari nafkah karena jika beliau tidak bekerja tentu beliau tidak akan bisa memenuhi kebutuhan anak-anak nya.

“ayahnya sangat sibuk bekerja nak, kelaut menangkap ikan, pulang nya seminggu sekali itu pun hanya bawa duit pas-pasan, sangat kurang lah untuk kebutuhan orang ini bertiga”

(19)

beginilah nasib nenek nak, di usia tua bukannya menikmati hidup malahan makin capek nenek, harus mengurus mereka semua, kasihan juga sih mereka kalau bukan nenek yang ngurus kayak Aidil ini ibu nya meninggal sepupunya yang lain ada yang orangtua nya bercerai dan ibunya kerja di Malaysia, mau gak mau yan nenek lah daripada mereka ga dak yang ngurus kan, tapi kan cucu nenek pada malas semua sekolah maka nya pening kali kepala nenek, ayahnya mana tahu apa-apa nak nenek yang capek, apalagi ngurus Aidil ini capek kali, udahlah dia gak mau makan nasi jadi selalu harus bli roti untuk makan nya atau kalau gak bli mie instan, kadang nenek harus minjam uang ke tetangga untuk beli makan nya saja”

Kondisi ekonomi juga berpengaruh terhadap berhentiya Aidil sekolah, kondisi ekonomi masyarakat pesisir memang bisa dikatakan sangat jauh dari layak. Dengan pendapatan yang tak menentu seiring dengan itu mereka juga harus memenuhi kebutuhan hidup yang tidak bisa dielakkan.

“jajan sama ongkos Aidil za dulu waktu sekolah Rp.10.000 sehari nak, belum lagi adik-adiknya, belum lagi makannya, padahal ayah nya hanya kasih Rp.200.000 setiap pulang ke rumah itu pun tak menentu, mau juga kadang ngasihnya hanya Rp.50.000 mau gimana coba untuk sekolah, maka nya dulu waktu masih sekolah sering juga Aidil ini gak sekolah karena gak ada ongkos, kadang nenek pinjam juga dari tetangga, untung juga lah Aidil ini anak yayasan yang di lororng Sentosa itu jadi kalau datang les mereka di kasi ongkos, trus uang sekolahnya juga dibayar, kalau gak mungkin SMP pun dulu bisa gak tamat, tapi tetap za si Aidil ini malas sekolah nak”

Menurut pengakuan neneknya Aidil memang sudah masuk sebagai salah salah satu yang terdaftar di sebuah yayasan NGO yang bergerak di pemberdayaan anak pesisir. Yayasan ini membiayai sekolah Aidil mulai dari TK sampai sekarang tetapi dengan catatan anak tersebut harus bersekolah di sekolah Negeri jika tidak anak tersebut akan di keluarkan dari Yayasan. Beruntung si Aidil ini mulai dari TK sampai sekolah SMA selalu dapat di sekolah Negeri namun ketika mulai masuk SMA dia mendapatkan masalah yang membuatnya berhenti sekolah.

(20)

Semenjak Aidil tidak bersekolah dia pernah bekerja di sebuah Doorsemer di daerah Panah Hijau, sehari bekerja Aidil bisa mendapatkan hasil cuci kereta sekitar Rp.40.000-Rp.60.000 tergantung banyaknya kereta yang di cucinya, perhitungannya setiap mencuci kereta mendapatkan Rp.5.000/kereta. Hasil yang didapatkannya tersebut digunakan Aidil untuk jajan setiap hari, untuk main warnet dan beli rokok. Namun dia tidak lama bekerja di Doorsemer tersebut alasannya karena capek.

“dapet-dapet 50 rebu lah sehari kak, cukup-cukup untuk uang jajan, main warnet, beli sarapan, dan beli rokok, tapi sebentar za aku kerja sana kak, jauh x dan capek juga”

Semenjak tidak bekerja lagi menurut neneknya Aidil hanya di rumah-rumah saja, membantu neneknya menjaga adik-adiknya, kemudian main sama teman-temannya, main bola, dan main di warnet. Aidil sudah menawarkan diri kepada ayahnya untuk ikut melaut untuk menangkap ikan namun ayahnya masih melarang katanya karena badan Aidil ini sangat kecil dan takut nya tidak sanggup untuk melaut.

“di rumah za lah kerjaan kak, main bola, main warnet, jaga adek, habisnya gak tahu lagi mau ngapain gini za lah kerjan menghabiskan waktu”

(21)

“kadang nge-lem juga kami kak hehehe...ikut-ikutan perang lah sama anak udang arang..gak tahu juga sih masalahnya apa hanya ikut-ikutan za”

Jika ada kesempatan Aidil masih ingin menyelesaikan sekolahnya, karena menurutnya sekolah juga penting untuk masa depannya, dan sangat ingin keluar dari daerah Pesisir ini. Dia mengatakan sudah sangat bosan dengan kehidupan disini dan masih berharap punya kehidupan yang lebih baik nantinya.

“kalau masih bisa sekolah lah kak, kan sekolah itu penting kak, lagian aku udah bosan tinggal disini kak, pengennya punya kehidupan yang lebih baik nanti.

5.1.2 Informan II

Informan kedua bernama Muhamad Sidik seorang anak laki-laki berusia 14 tahun, lahir di Belawan pada tanggal 07 April 2003. Sidik merupakan anak pertama dari empat bersaudara dan bertempat tinggal di Lorong Melati Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan. Adik keduanya adalah seoarang anak perempuan dan sedang bersekolah di salah satu sekolah Negeri di Belawan, adiknya yang ketiga juga seoarang anak perempuan yang sekarang sedang bersekolah di salah satu sekolah yang ada di daerah Belawan juga dan sedang duduk di bangku kelas 1 SD sedangkan adiknya yang paling kecil adalah seoarang nak laki-laki yang masih berumur 2 tahun. Tinggal bersama kedua orangtuanya dan mereka menumpang di rumah orangtua namun keadaan rumahnya bisa dikatakan sangat tidak layak untuk di tempati.

(22)

dan terkadang mau juga mencari kerja cuci gosok di rumah tetangga. Hal ini tidak rutin di kerjakannya karena anak-anaknya masih kecil dan tidak ada yang mengurus.

kadang aku cuci gosok juga di tempat tetangga dek, tapi ya sesekali lah karna kan anak-anak ku masih kecil-kecil..biasanya sih sekali gosok bisa dapat sekitar Rp.30.000 lumayan lah cukup untuk tambahan jajan si Sidik ini”

Sidik merupakan seoarang anak yang beragama Islam dan bersuku Melayu, sempat mengemban pendidikan di SD Negeri 69 Belawan Kelurahan Belawan II. Sekolah tempat Sidik bersekolah merupakan Sekolah gratis karena adanya program pemerintah dana BOS (Bantuan Oprasional Sekolah) dan sekolahnya hanya berjarak 800 m dari rumahnya dan bisa di tempuh dengan berjalan kaki.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Sidik menyatakan bahwa ia putus sekolah ketika ia berada di bangku Sekolah Dasar kelas 6 semester ganjil dan sudah 3 tahun tidak bersekolah.

“aku putus sekolah kelas 6 SD kak semester ganjil dan sudah 4 tahun aku gak

sekolah kak”

Menurut pengakuannya Sidik putus sekolah karena sudah malas untuk sekolah. Awalnya karena trauma pernah melihat temannya berantem dan di pukuli anak Gang sampai meninggal dunia. Melihat kejadian itu Sidik perlahan-lahan sudah takut untuk pergi ke sekolah karena lokasi sekolahnya berada di lingkungan Gang tersebut.

(23)

Sewaktu masih bersekolah memang bibit kemalasan sudah ada dalam diri Sidik. Alasan ketakutan sama anak Gang hanya sebagai alasan pendukung saja. Menurut pengakuan ibunya sewaktu bersekolah dulu dia sering dipanggil ke sekolah karena Sidik jarang masuk sekolah. Dalam seminggu sudah pasti 2 hari tidak masuk sekolah.

“sewaktu sekolah dulu pun nak si Sidik ini malas kalinya sekolah, takutnya itu hanya alasannya za nya itu, setiap pagi dulu ibu harus membangunkan dia, banguni dia bukan nya gampang..seminggu sudah pasti sellau ada absen nya, makanya ibu dulu sering dipanggil datang ke sekolah”

Orangtua Sidik juga tidak memaksakan anaknya untuk bersekolah lagi, jika memang itu keputusan yang diambil Sidik maka orangtuanya pun tidak memaksa. Karena kedua orangtua dulu juga tidak bersekolah maka keinginan atau motivasi orangtua tua untuk menyekolahkan anaknya juga tidak terlalu tinggi.

“kalau dia malas sekolah ya sudah lah nak, kelaut za menangkap ikan sekolah tinggi-tinggi pun nanti hanya habis-habiskan duit ujung-ujugnya ke laut juga nya, ibu sama bapak za dulu gak sekolah nak.. tamat SD za gak makanya ibu gak bisa baca kalau bapak bisa lah dikit-dikit maka nya Sidik ini pun gak ku paksa sekolah kalau dia gak mau yang penting bisa baca za.. nanti dia belajar ngaji za lah”

Faktor ekonomi juga menjadi salah satu faktor berhentinya Sidik dari sekolahnya. Pendapatan yang pas-pasan dan tidak menentu membuat mereka kesulitan untuk pembiayaan sekolah. Memang sewaktu SD tidak membayar uang sekolah tetapi untuk memenuhi kebutuhan sekolah nya saja orangtua Sidik tidak memiliki biaya, biaya untuk makan sehari-hari saja terkadang tidak dapat dipenuhi.

(24)

menyekolahkan dia, liatlah rumah kami hanya sepetak itu pun udah mau tumbang nak, ganti atap yang bocor za pun ga dak uang kami”

Semenjak Sidik berhenti sekolah sudah hampir 3 tahun lamanya, banyak pekerjaan yang sudah mulai dilakukan Sidik, seperti mencari botot di sepanjang pinggiran pantai, dan ikut ayahnya menangkap ikan di laut. Tapi pekerjaan tersebut tidak rutin dilakukannya karena terkadang ada rasa malas. Penghasilan yang didapatnya dari mencari botot dan menangkap ikan hanya cukup sebagai tambahan jajan Sidik. Uang tersebut digunakannya untuk modal bermain di warnet dan sekedar membeli jajanan.

”kadang ikut melaut lah kak, kadang-kadang mencari botot di sekitaran rumah-rumah sini..penghasilannya pun tak seberapanya kak hanya cukup untuk main warnet,belik jajanan, aku masih minta juga nya sama mamak uang jajan ku kak, di kasihnya Rp.3000 sehari makanya kurang ku cari-cari lah botot”

Teman-teman sepermainan Sidik tidak lagi anak yang seusia dengannya. Dia bergaul dengan pemuda-pemuda yang memang sudah lama tidak bersekolah lagi. Terkadang teman-teman nya itu menawarkan narkoba kepadanya untuk mereka konsumsi bersama-sama. Sidik juga pernah diajak untuk ikut berperang melawan anak lingkungan lain yang memang sering dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di daerah tersebut.

”disini banyak sabu kak, lebih gampang cari sabu daripada cari kacang goreng hehe..seringnya aku ditawarkan rokok sabu kak kadang ku coba juga, teman-teman yang kelaut itu semuanya bawa sabu karna kalau gak pakek itu mana lah tahan di laut sana selama seminggu, aku juga pernah ikut perang-perangan sama anak udang arang kak diajak teman kemaren itu”

(25)

“gaya ini kak lagi musim disini, semua kami seperti ini ganti-gantian kemaren kami ngecatnya”

Kemauan Sidik untuk melanjutkan sekolah sudah tidak ada lagi. Dia lebih nyaman dengan kehidupannya sekarang. Sudah malas untuk melanjutkan sekolah. Rencananya kedepan adalah ikut ayah menjadi nelayan karena hanya pekerjaan itu yang bisa dilakukannya. Dia juga tidak ada niat untuk keluar dari lingkungan yang sekarang ini di tempatinya karena dia merasa bahwa kehidupan di pinggiran pantai adalah kehidupan yang terbaik.

“udah malas sekolah kak, kalau pun ada kesempatan gak mau laginya aku, nelayan aja lah kak, disini enak hidup nya kak, rame orang disini banyak teman-teman ku disini”

Menurut Sidik pendidikan bukan lah hal yang terlalu penting. Sekolah tinggi-tinggi juga nantinya jadi nelayan juga. Sekolah hanya untuk membuang waktu dan menghabiskan uang orangtua.

”gak pentinya sekolah itu kak, kawan-kawanku banyak nya yang sekolah kemaren tapi tetap jadi nelayan juganya dia, untuk apa sekolah kak capek-capek nanti”

Orangtua Sidik juga memiliki pemikiran bahwa sekolah bukanlah menjadi kunci utama kesuksesan anaknya. Yang terutama adalah memilki keterampilan untuk mencari uang dan bertanggungjawab terhadap suatu pekerjaan.

”bukan sekolah yang menentukan kesuksesan orang nak, yang paling penting itu dia bisa cari uang sudah cukuplah, tapi ku buat juganya Sidik ini belajar ngaji nak, setidaknya supaya bagus lah agamanya”

5.1.3 Informan III

(26)

perempuan, bersuku Melayu dan beragama muslim. Ia lahir dan tumbuh di di Belawan tepatnya di Lorong Melati Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan, tinggal dengan kedua orangtua serta saudara-saudaranya. Ayahnya merupakan seorang nelayan melaut dan pulang seminggu sekali. Ketika ayah mereka pergi melaut Dafa dan saudaranya di urus oleh Ibunya yang bekerja sebagai buruh cuci gosok. Saudarnya yang pertama adalah seorang anak laki-laki yang juga sudah putus sekolah semenjak setahun yang lalu sedangkan saudaranya yang kedua adalah seorang anak perempuan yang juga sudah berenti sekolah. Sementara adik-adiknya masih belum bersekolah.

Dafa pernah mengemban pendidikan di salah satu sekolah di daerah Belawan yang mereka sebut dengan sekolah Pajak Baru. Dafa tidak bersekolah hampir setahun lamanya dan memutuskan sekolahnya ketika kelas 5 SD tepatnya di semester ganjil.

“sudah setahun lah kak aku gak sekolah, aku bernti sekolah kelas 5 SD kalau tidak salah waktu semester ganjil”

Berdasarkan hasil wawancara dengan Dafa dia menyatakan putus sekolah karena memang malas bersekolah. Alasan yang pertama karena dia pernah kena tampar guru sewaktu masih sekolah karena sering lasak di kelas. Semenjak dia di tampar oleh gurunya dia menjadi malas sekolah dan takut untuk berjumpa dengan guru tersebut.

“aku pernah kena tampar kak sama guru ku, karna kemaren itu aku lasak di kelas, jadi takut aku liat guru ku itu jadinya malas aku sekolah”

(27)

bisa membaca. Dia hanya mengenal huruf namun belum bisa menyatukan huruf kemudian membacanya. Menurut pengakuan orangtuanya Dafa memang tidak memilki minat untuk bersekolah.

“Dafa ini malas kali sekolahnya, gak mau belajar, baca pun dia sampai sekarang belum tahu, dia hanya kenal huruf tapi gak tahu baca”

Ketakutannya dengan guru di sekolah bukanlah menjadi alasan satu-satunya Dafa memutuskan untuk berhenti bersekolah. Salah satu alasan lain adalah karena dia melihat abang dan kakaknya sudah berhenti sekolah sehingga rasa malasnya seperti terpupuk dengan melihat abang dan kakaknya tidak bersekolah. Dulunya Dafa beserta abang dan kakaknya bersekolah di sekolah yang sama namun ketika kakak dan abangnya berhenti sekolah dia juga ikut-ikutan malas untuk sekolah.

“malas lah sekolah kak, abang dan kakak ku aja berenti sekolahnya, kalau aku sendiri sekolah disitu malas lah aku kak, jauh pula sekolahnya

Berhentinya abang dan kakaknya dari sekolah itu membuat Dafa menjadi malas untuk sekolah. Ditambah lagi orangtuanya seperti nya tidak begitu mempermasalahkan atas berhentinya ketiga anaknya bersekolah. Menurut pengakuan Ibunya dia sudah menyuruh anaknya untuk bersekolah tetapi anak-anaknya memang yang tidak mau untuk bersekolah.

kusuruhnya anak-anak ku ini bersekolah, tapi memang gak pala ku paksa karena kalau dipaksapun kalau anaknya yang gak mau susah itu nak”

(28)

ketika waktu pergi melaut dia pun pergi tanpa pernah menanyakan tentang pendidikan anak-anaknya.

“kalau ayah anak-anak ini gak pernah nanyak tentang sekolah anaknya, ibu pun malas cerita kalau gak ditanya, ibu juga pusing memikirkan sendiri ya sudah biarkan za lah”

Memang mereka tidak pernah bertengkar tetapi ketika dihadapkan dengan permasalahan anak-anaknya ayahnya tidak menunjukan perhatian sebagaimana orangtua lainnya. Ayahnya hanya sekedar mencari uang dan memenuhi kebutuhan anak-anaknya tanpa memperdulikan tentang pendidikan anaknya.

“kami sama bapak gak pernahnya berantem nak, tapi memang bapak orang ini gak mau tahu kalau masalah anak, apalagi kalau maslah sekolah, dia hanya tahunya cari makan heheh...”

Faktor ekonomi juga menjadi salah satu pemicu berhentinya Dafa dari sekolah. Karena pendapatan yang tidak seberapa sementara banyak kebutuhan yang harus dipenuhi membuat persekolahan Dafa beserta abang dan kakaknya sulit untuk di lanjut kan. Pendapatan ayahnya yang bisa dikatakan sangat jauh dari cukup tidak memungkinkan bagi mereka untuk bersekolah. Ayahnya hanya mampu membawa uang Rp.400.000 - Rp.500.000 selama seminggu bekerja di laut. Sementara mereka harus membiayai keperluan kelima anak mereka.

“gak cukuplah uang segitu untuk biaya sekolah nak, hanya cuup untuk makan za nya, apalagi sekolah orang ini kemaren jauh kan, jadi ongkos setiap hari sama jajannya za udah berapa”

(29)

“ga dak kerjaan ku kak, paling sering main di warnet lah, main game PB kak hehehe”

Dafa masih ingin melanjutkan sekolahnya namun permintaannya kepada orangtuanya adalah dia dipindahkan dari sekolah lamanya. Sekolahnya yang lama terlalu jauh jika dia berangkat sendirian maka dia mau sekolah jika dia di pindahkan ke sekolah yang dekat dengan tempat tinggalnya. Namun permintaannya itu belum bisa dikabulkan oleh orangtuanya karena biaya untuk pindah sekolah bukan lah murah. Dengan pendapatan yang pas-pasan sekolah Dafa tidak dapat di pindahkan secepatnya.

gimana lah nak Dafa ini minta pindah sekolah tapi kan baiya pindah sekolah bukannya murah, mahal kali. Sementara pendapatan kami hanya cukup untuk makan sehari-hari. Ya harus sabar lah kapan ada duit nanti disitu za sekolahnya”

Berheti sekolah tidak membuat Dafa menjadi minder atau malu dengan teman-teman sepergaulannya. Karena di lingkungan tepat tinggalnya banyak sekali anak yang putus sekolah. Maka dari itu walaupun tidak sekolah dia tidak merasa minder bahkan terlihat dia sangat menikmati hidupnya walaupun sudah tidak bersekolah lagi.

“gak malu lah kak, biasa za nya. Disni itu kak banyak kali anak yang gak sekolah. Banyak kali pun. Bahkan teman-teman ku lebih banyak yang tidak sekolah daripada yang sekolah tiap hari kami main bersama”

5.1.4 Informan IV

(30)

sementara ibunya meninggal 3 tahun yang lalu. Ayahnya meninggal di tengah laut ketika menangkap ikan hal itu dikarenakan kapal yang digunakan ayahnya untuk menangkap ikan mesinnya terbakar. Ibunya meninggal karena sakit sehingga membuat Jihan menjadi seorang anak yatim piatu.

Juhan berhenti sekolah sejak setahun yang lalu tepatnya pada semester genap kelas 5 SD. Ia memutuskan sekolah karena keadaan ekonomi yang tidak memungkinkan. Semenjak kedua orangtua meninggal dunia Jihan dan adiknya di asuh oleh kakaknya. Kakak Jihan yang pertama sudah menikah dan memiliki anak satu namun sudah bercerai dengan suaminya. Semenjak sudah bercerai dengan suaminya kakak Jihan kembali ke rumah orangtua mereka dan tinggal bersama-sama. Kakak Jihan yang kedua tinggal juga bersama mereka namun kakaknya tersebut juga tidak bekerja. Sementara kakak Jihan yang ketiga bekerja di Malaysia dan kakak nya tersebut yang membiayai kehidupan mereka semua. Jihan juga memiliki seorang adik laki-laki yang masih kecil. Dia sedang bersekolah di salah satu sekolah yang ada di dekat lingkungan tempat mereka tinggal.

“aku putus sekolah semenjak kelas 5 SD kak, pas mau naik kelas 6 waktu itu, sekarang udah hampir setahun lah aku gak sekolah”

Sebenarnya Jihan sangat ingin bersekolah namun karena kesulitan ekonomi membuatnya harus berhenti sekolah. Semasa sekolah Jihan sering sekali berangkat sekolah tanpa uang jajan, walaupun keadaan demikian dia tetap memaksakan diri untuk bersekolah. Namun, ketika di hadapkan dengan permasalahan biaya sekolah Jihan tidak punya pilihan lain selain berhenti sekolah. Karena kakaknya tidak mampu untuk membiayai persekolahan adiknya.

(31)

Menurut penuturan tetangganya kehidupan keluarga Jihan sangat berubah semenjak kedua orangtuanya meninggal. Ditambah lagi kakaknya yang pertama bercerai dengan suami nya dan kembali ke rumah orangtuanya dengan membawa seorang anak. Mereka sangat kesulitan ekonomi karena kehidupan mereka hanya di biayai oleh kakak Jihan yang bekerja di Malaysia.

“kasihan lah dek si Jihan itu semenjak bapak dan mamaknya sudah meninggal kehidupannya sangat berubah. Dia harus putus sekolah dan kesulitan biaya makan”

Kesulitan ekonomi mengharuskan mereka hidup dalam kekurangan. Kakak nya yang pertama sebenarnya ingin bekerja untuk bisa menyekolahkan adiknya namun karena anaknya masih kecil sehingga belum bisa untuk ditinggalkan.

“mau sih cari kerja kak tapi anak ku masih kecil belum bisa di tinggal, kalau dibiarkan Jihan yang jaga takutnya dia belum terampil karena kan masih terlalu kecil juga”

Kakaknya sebenarnya sangat ingin menyekolahkan Jihan apalagi Jihan sangat antusias untuk bersekolah namun keinginan itu terhalang karena kesulitan ekonomi. Untuk biaya makan sehari-hari saja mereka harus bersusah payah. Apalagi biaya sekolah sekarang sangat mahal karena alasan itu lah yang membuat Jihan harus putus sekolah.

sebenarnya kasihan Jihan kak gak bia sekolah, tapi mau gimana biaya makan kami sehari-hari saja sangat sulit apalagi untuk sekolah, kami benar-benar tidak mampu, makanya ku bilang sma Jihan ini sabar-sabar lah kalau nanti ada uang kan bisa ambil ijasah aja”

(32)

hari dia memang tidak pernah mendesak kakaknya untuk kembali bersekolah namun dari sikap yang ditunjukkannya Jihan sebenarnya sangat ingin untuk bersekolah lagi.

”ya gitu lah kak, selama gak sekolah Jihan udah banyak berubah, dia menjadi pendiam dan tidak percaya diri, memang dia tidak mendesak untuk sekolah lagi tapi sebenarnya kami tahu dia sangat ingin sekolah. Tapi kembali lagi kak kalau tidak ada biaya mau bilang apa lebih baik gak usah sekolah lah daripada gak makan hehehhe”

Setiap harinya tidak ada pekerjaan yang bisa menghasilkan uang yang Jihan lakukan. Dia hanya membantu pekerjaan rumah dan sesekali menjaga keponakannya yang masih kecil. Namun terkadang dia juga mau jika disuruh cuci gosok oleh tetangganya dan uangnya digunakannya untuk tambah-tambah biaya keperluan sehari-hari. Tetapi pekerjaan itu tidak rutin dilakukan nya karena Jihan masih terlalu kecil untuk bekerja sehingga tetanga-tetangganya pun kasihan untuk menyuruhnya.

“kerjaan ku dirumah itu lah kak, cuci piring, nyapu, kadang-kadang jaga keponakan. Tapi mau juga kadang aku di suruh nyuci sama tetangga di sini kak, upahnya kadang aku pakek untuk beli sayur atau palah yang ga dak di rumah, tapi itu gak sering kak, kalau ada yang suruh za nya itu”

(33)

“kalau anak cewek disini semua sekolah kak, makanya aku malu karna gak sekolah, aku ngerasa jadi anak yang paling bodoh karena gak sekolah, maka nya jadi malas aku main sama orang ini”

5.1.5 Informan Tambahan 1

informan tambahan yang peneliti jadikan dalam penelitian ini adalah salah satu orangtua anak yang mengalami putus sekolah di Lorong Melati Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan yang bernama Ibu Nuraina. Alasan peneliti memilih Ibu Nuraina adalah memiliki anak yang putus sekolah, dan beliau memahami mengapa anaknya putus sekolah.

Ibu Nuraina adalah salah satu warga daerah pesisir Lorong Melati Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan, lahir di Belawan pada tahun 1981 dan saat ini beliau berumur 36 tahun. Beliau bekerja sebagai ibu rumah tangga dan sesekali cuci gosok di rumah tetangga di lingkungan tempat tinggalnya. Ibu Nuraina tinggal di lingkungan tersebut sudah sejak lahir dan kedua orangtuanya juga tinggal di lingkungan lorong Melati tersebut.

(34)

Dari hasil wawancara dengan Ibu Nuraina, Beliau mengatakan penghasilannya dengan suami tidak menetap dalam sebulan berkisar Rp.800.000-Rp.1.000.000/bulan. Penghasilan beliau tergantung keadaan di laut, ketika hasil tangkapan banyak maka pendapatan mereka akan lumayan tetapi ketika hasil tangkapan tidak ada maka penghasilan mereka akan berkurang. Terkadang jika pasang air laut tinggi maka suaminya tidak bisa melaut sehingga itu akan sangat berpengaruh terhadap pendapatan keluarga. Sementara Ibu Nuraina mencuci gosok hanya sesekali ketika ada panggilan dari tetangga dan hasil dari mencuci ini hanya cukup untuk tambah-tambahan jajan anaknya.

“penghasilan kami itu perbulan sekitar 800 ribu sampai 1 juta lah, gak tentu juga kadang lebih kadang kurang tergantung hasil tangkapan di ikan di laut lah tapi sekitar segitu biasanya yang kami dapatkan”

Berdasarkan penuturan beliau, penghasilan beliau sangat tidak cukup untuk memenuhi biaya sekolah anaknya, belum juga kebutuhan sehari-hari harus mengeluarkan biaya Rp.50.000 perhari. Tingginya biaya juga sangat memberatkan beliau untuk memenuhi biaya sekolah anaknya seperti uang sekolah, uang buku, ongkos sekolah sementara dengan keadaan ekonomi mereka seperti itu mereka tidak mendapat bantuan sekolah dari pemerintah. Anaknya Juanda putus sekolah sejak setahun yang lalu tepatnya pada semester ganjil kelas 1 SMP. Sebelumnya anaknya sekolah di salah satu sekolah di Belawan yang mereka sebut dengan sekolah Yaspi (Pekan Labuhan).

“putus sekolah itu sejak setahun yang lalu lah nak, waktu itu wanda kelas 1 SMP dia kemaren sekolahnya di Pekan Labuhan agak jauh dari sini”

(35)

korban. Dia harus putus sekolah karena keadaan ekonomi yang sangat sulit. Selain masalah ekonomi tersebut Juanda juga merasa minder dengan teman-temannya. Hal ini bermula ketika anaknya sering diejek teman-teman sekolahnya karena sering dipanggil guru karena penunggakan uang sekolah.

namanya anak-anak kan nak jadi malu dia sekolah karena sering di ejek-ejek temannya dia anak orang miskin belum bayar uang sekolah”

Ketika masih sekolah sebenarnya Ibu Nuraina sering sekali dipanggil ke sekolah oleh pihak sekolah karena masalah biaya sekolah. Beliau sudah menceritakan yang sebenarnya ke pihak sekolah namun tidak ada kebijakan sama sekali sehingga mengharuskan Wanda putus sekolah. Kesulitan biaya ini juga di sebabkan karena Ibu Nuraina memiliki beberapa anak yang harus di sekolahkan jadi pendapatan yang tak seberapa membuatnya kesulitan untuk menyekolahkan anak-anaknya. Karena adik-adik Juanda juga masih sekolah maka dia mau mengalah untuk adik-adiknya.

sering Ibu di panggil ke sekolah karena biaya sekolah yang belum di bayar. Ibu berkata jujur ke pihak sekolah kalau memang benar belum ada duit tapi belum ada kebijakan dari sekolah sehingga Wanda harus putus sekolah, selain itu juga adik-adiknya semua bersekolah jadi waktu itu biar aku za yang ngalah kata si Wanda. Ibu gak tahu karena malas seklah atau memang benar mau ngalah ya sudah lah Ibu biarkan saja”

(36)

Selama tidak bersekolah lagi kegiatan Juanda sesekali ikut ayahnya menangkap ikan kelaut. Namun pekerjaan ini tidak sering di lakukannya karena ayahnya tidak tega menyuruh anaknya melaut dikarenakan anaknya masih kecil. Sebenarnya Beliau sedih tidak bisa menyekolahkan anaknya dan harus membiarkannya bekerja tetapi tidak ada kemampuan karena kesulitan ekonomi. Selain menangkap ikan ke laut Juanda juga sering mencari botot di sekitaran tempat tinggalnya. Namun hasil dari mencari botot hanya cukup untuk uang jajan Juanda sehari-hari. Dia juga sering bermain di warnet bermain game bersama teman-temannya.

“kadang melaut bersama ayahnya, kadang mencari botot, tapi uang nya hanya cukup untuk dia aja lah, untuk jajan nya untuk main game di warnet”

Bagi beliau pendidikan sangatlah penting untuk masa depan anaknya walaupun dia tidak tamat sekolah. Dia sangat mengingkan kehidupan anaknya lebih baik dari kehidupannya bersama suaminya. Diam-diam juga Ibu Nuraina mencarikan lembaga-lembaga sosial yang bisa membatu agar Juanda bisa sekolah lagi. Hal ini di lakukan tanpa sepengetahuan Juanda karena menurutnya sekarang Juanda sudah malas sekolah jadi ketika di bicarakan nanti beliau takut Juanda akan menolak. Jadi beliau mencarikan dulu jika memang sudah ada nantinya baru dia akan memberitahukannya kepada anaknya.

“diam-diam ibu cari lembaga sosial nak yang bisa bantu Juanda nanti agar bisa sekolah lagi. Ibu ingin sekali agar dia bisa sekolah, mau jadi apa nanti kalau gak sekolah. Biarpun ibu gak sekolah ibu ingin anak ibu sekolah biar hidupnya nanti bisa lebih baik dari kami”

5.1.6 Informan Tambahan II

(37)

Melati Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan yang bernama Ibu Nurhasanah. Alasan peneliti memilih Ibu Nurhasanah adalah karena beliau memiliki anak yang putus sekolah, dan beliau memahami mengapa anaknya putus sekolah.

Ibu Nurhasanah adalah salah satu warga di Lingkungan Lorong Melati, lahir di Belawan 03 Juli 1983. Yang sekarang sudah berusia 33 tahun, beliau tinggal di lingkungan Lorong Melati sudah sejak lahir dan memang orangtuanya juga tinggal di lingkungan tersebut. Suami Ibu Nurhasanah bekerja sebagai seorang nelayan dan bekerja menangkap ikan ke laut. Suaminya bekerja untuk orang lain dan biasanya pulang melaut seminggu sekali. Sementara Ibu Nurhasanah hanya bekerja sebagai Ibu rumah tangga dan sesekali bekerja cuci gosok di rumah-rumah tetangga di sekitar rumahnya.

Ibu Nurhasnah tinggal bersama suami dan anaknya di rumah yang sangat sederhana dan tidak layak huni. Rumah tersebut adalah rumah mertuanya. Diperkirakan rumah tersebut hanya berukuran 2 x 3 m dan di tinggali oleh 6 orang. Keadaan dapur dan kamar mandi juga sangat buruk. Lantai nya sudah buruk karena terbuat dari papan dan dinding-dinding rumahnya hampir roboh. Di tempat ini lah keluarga Ibu Nurhasanah tinggal beserta keluarganya.

(38)

bersekolah di salah satu Paud yang ada di dekat lingkungan mereka. Sementara anak nya yang ke empat masih berusia dua setengah tahun.

Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Ibu Nurhasanah pendapatan yang diperoleh suami nya per bulan nya tidak dapat di tafsirkan. Pendapatan suaminya tergantung hasil tangkapan ikan di laut. Biasanya setiap pulang dari melaut suaminya membawa uang berkisar Rp.200.000 - Rp.250.000 itu ketika hasil tangkapan banyak. Namun pernah juga suaminya hanya membawa penghasilan hanya Rp.25.000 hal ini di karenakan tidak ada hasil tangkapan di laut. Sementara penghasilannya ketika bekerja mencuci tidak lah seberapa sekali menggosok hanya mendapatkan penghasilan Rp.30.000 itu pun jika cucian banyak tetapi jika cucian hanya sedikit maka hanya mendapatkan Rp.15.000 sekali mencuci. Namun pekerjaan itu hanya sesekali di lakukannya karena anaknya yang paling kecil masih usia 2 tahun setengah jadi belum bisa untuk tinggal-tinggal. Dari penghasilannya mencuci hanya cukup sebagai tambahan untuk jajan anaknya dan digunakannya juga untuk tambahan-tambahan untuk keperluan sehari-hari.

kalau ayahnya gak menentu penghasilannya nak tergantung hasil tangkapan di laut lah. Biasanya bapak bawa uang sekitar 200 ribu sampai 250 ribu lah tapi pernah juga waktu itu hanya bawa uang 25 ribu, kalau udah kek gitu udah lemas lah ibu heheh. Kalau penghasilan cuci gosok gak seberapa lah, paling banyak dapat 30 ribu pernah juga hanya dapat 15 ribu tergantung cucian lah nak, itu pun gak setiap hari bisa ibu lakukan karna kan anak ibu yang paling kecil masih 2 tahun setengah jadi belum bisa ditinggal”

(39)

sekolah yang tidak murah. Baik itu uang sekolah, uang buku, ongkos sekolah, dan jajan anak-anak. Itulah sebabnya anak pertamanya tidak dapat melanjutkan sekolahnya sehingga harus putus sekolah.

“penghasilan ibu sama bapak sangat tidak cukup untuk membiayai kebutuhan sehari-hari nak, apalagi masalah biaya uang sekolah, itu makanya anak ibu yang pertama putus sekolah salah satunya karena kesulitan ekonomi kami”

Dari hasil wawancara dengan Ibu Nurhasanah anaknya putus sekolah sudah 3 tahun. Putus sekolah ketika masih kelas 6 SD kira-kira pada semester ganjil. Seharusnya jika sekolah anaknya sekarang kelas 3 SMP. Sebelumnya anaknya pernah bersekolah di SDN 69 Belawan.

“sudah 3 tahun anak ku gak sekolah, terahir kemaren kelas 6 SD semester ganjil. Harusnya kalau tadi dia sekolah sekarang udah SMP 3 dia. Kemaren sekolahnya di SD 69”

Selain karena faktor kesulitan ekonomi anak Ibu Nurhasanah juga kurang minatnya untuk bersekolah. Dari pengakuan anaknya dia putus sekolah karena takut dengan anak Gang yang pernah mengejarnya karena berantem. Dia juga pernah melihat temannya di bunuh oleh anak Gang sehingga menimbulkan rasa trauma di dalam dirinya. Selain itu anaknya juga malas sekolah karena selalu banyak tugas dan malas jumpa guru. Gurunya di sekolah sering memarahinya karena tidak mengerjakan PR di rumah sehingga hal tersebut membuatnya malas untuk sekolah. Jadi faktor yang menyebabkan anak beliau putus sekolah tidak hanya masalah ekonomi tetapi di dukung oleh banyak faktor.

(40)

Menurut Ibu Nurhasanah dia sudah memotivasi anaknya untuk tetap bersekolah. Menurutnya kalau masalah biaya masih tetap bisa di usahakan walaupun keadaannya sangat sulit. Tetapi suaminya mendukung anaknya tidak bersekolah karena kesulitan ekonomi. Menurut ayahnya lebih baik tidak sekolah karena biaya sekolah tersebut bisa digunakan untuk keperluan makan sehari-hari. Selain itu juga memang anak mereka yang sudah tidak ingin bersekolah. Walaupun sering di paksa sama Ibunya anak tersebut sudah tidak ingin bersekolah lagi.

kalau ibu masih mau dia sekolah nak, menurut ibu kalau masalah biaya masih bisa di usahakan. Tapi kalau ayahnya memang suruhnya gak usah sekolah karena ga dak uang. Anaknya juga udah gak mau sekolah nak jadi memang payah lah udah ibu bujuk-bujuk pun tetap aja dia gak mau”

Semenjak tidak bersekolah anak Ibu Nurhasanah sudah banyak melakukan pekerjaan yang bisa menghasilkan uang. Salah satunya adalah ikut ayahnya ke laut menangkap ikan. Pekerjaan itu memang tidak sering dilakukannya hanya sesekali bila di ajak oleh ayahnya. Selain itu juga anak beliau juga sering mencari botot di sekitaran rumahnya hal ini dilakukannya di sela-sela pekerjaannya melaut. Dari penghasilan yang di dapatnya digunakannya untuk kebutuhannya sendiri. Anak ibu Nurhasanah tidak pernah memberikan kepada beliau hasilnya dari bekerja.

(41)

uang danhanya membuang waktu. Menurutnya sekolah adalah hal yang membosankan dan bukan pendidikan yang menentukan masa depan seseorang.

udah malas sekolah kak, lebih baik jadi nelayan aja. Sekolah itu hanya buang-buang uang dan membosankan. Lagian aku udah nyaman dengan hidup seperti ini”

Namun menurut Ibu Nurhasanah pendidikan sangat lah penting untuk masa depan anaknya. Jika tidak sekolah maka kehidupannya tidak akan bisa maju. Walaupun tidak seijin suaminya Beliau tetap memotivasi anaknya agar mau bersekolah lagi. Beliau tidak ingin kehidupannya sama sepertinya kelak beliau masih berharap agar anaknya bisa bersekolah dan tidak menjadi nelayan. Karena menurutnya pekerjaan nelayan adalah pekerjaan yang tidak bisa memberikan kehidupan yang layak.

masih ku motivasi anak ku ini untuk sekolah, karena sekolah itu kan penting untuk masa depan. Kalau bisa jangan lah dia jadi nelayan karena nelayan ini gini-gini aja kehidupannya ga dak majunya”

5.2 Hasil Penelitian

Putus sekolah merupakan predikat yang diberikan kepada mantan pesertadidik yang tidak mampu menyelesaiakan suatu jenjang pendidikan, sehingga tidak

(42)

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh beberapafaktor yang menyebabkan anak putus sekolah di Lingkungan Lorong Melati Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan.Adapun faktor yang mempengaruhi anak putus sekolah di Lingkungan Lorong Melati Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan adalahsebagai berikut:

5.2.1 Faktor Dari Dalam Diri Anak

Faktor dalam diri anak merupakan faktor yang berasal dari anak itusendiri. Anak merupakan individu yang bisa berpikir dalam mengambilkeputusan. Keterbatasan pemikiran anak terhadap suatu masalah dan resiko darimasalah tersebut menyebabkan anak cenderung berpemikiran pendek dalampengambilan keputusan. Keputusan untuk berhenti sekolah cenderung diambilanak karena mengalami permasalahan dan pertentangan pemikiran untukbersekolah tanpa mempertimbangkan resiko yang akan didapatkannya. Keputusanuntuk berhenti dari bersekolah dapat juga dipengaruhi oleh prestasi anak belajarmaupun karena tidak naik kelasnya anak dan juga karena tenaga pengajarnya yangkurang berkualitas dan suka marah akibat tidak selesainya tugas dari anak-anakyang dapat menggangu mental anak dan tentunya dapat menyebabkan duakemungkinan, yaitu anak akan mengulang pelajaran tersebut dan berusahamemperbaiki diri atau anak tersebut akan meninggalkan pelajarannya danmemutuskan untuk berhenti bersekolah.

Hal lain yang menjelaskan tentang minat belajar siswa, dikemukakan oleh

(43)

lemahnyapartisipasi belajar yang dilakukakan oleh siswa dalam belajar bergantung seberapakuat minatnya dalam belajar. Semakin kuat minat anak belajar tentu semakin kuatpula upaya dan daya yang dikerahkan untuk berpartisipasi dalam belajar.Sebaliknya, lemahnya minat anak akan melemahkan upaya dan daya untukbelajar.

Hal ini dapat terlihat dalam penelitian pada Informan II Mohamad Sidik bahwa keputusan berhenti dari sekolah merupakan keputusan dari dirinya sendiri. Hal tersebut berawal dari rasa traumanya terhadap permusuhan dengan anak Gang karena pernah melihat temannya di pukuli hingga meninggal dunia saat perkelahian dengan anak Gang tersebut. Sebelum permasalahn tersebut terjadi pada dasarnya Mohamad Sidik memang malas bersekolah. Dalam seminggu dia hanya bersekolah 4 hari sementara 2 hari sisanya dia pasti tidak sekolah dengan berbagai mcam alasan. Kadang karena terlambat bangun kadang juga karena malas. Karena sering tidak masuk sekolah maka Mohamad Sidik mendapat surat panggilan dari sekolah. Namun dengan surat panggilan tersebut tidak diperdulikan Sidik hingga akhirnya dia harus putus sekolah. Mohamad Sidik juga mengatakan dia sudah tidak ingin lagi sekolah karena sudah nyaman dengan kehidupannya yang sekarang.

(44)

abang dan kakaknya yang putus sekolah. Melihat kakak dan abangnya yang tidak lagi bersekolah membuat rasa malasnya menjadi terpupuk sehingga dia memutuskan untuk berhenti sekolah. Dafa mau utuk bersekolah lagi tetapi ingin pindah sekolah dari sekolanya yang lama. Keinginan Dafa tersebut belum bisa di \penuhi orangtua karena biaya pindah yang tidak murah dan uang belum mencukupi sehingga Dafa tidak bisa melanjutkan sekolahnya lagi.

Informan tambahan I anak dari Ibu Nuraina mengatakan anaknya putus sekolah karena rasa malasnya dan minat anaknya untuk sekolah sangat rendah. Sewaktu bersekolah anaknya sering tidak mengerjakan tugas sekolah. Menurut anaknya tugas sekolahnya selalu banyak sehingga dia tidak sanggup untuk mengerjakannya. Di kelas juga anaknya sering tidur sewaktu gurunya menerangkan pelajaran di sekolah. Hal tersebut membuatnya sering di marahi gurunya di sekolah. Kejadian tersebut menjadikannya mengalami gangguan psikologis dan mengakibatkan dia malas untuk sekolah dan akhirnya dia memutuskan untuk berhenti sekolah. Ibu Nuraina sangat ingin anaknya agar bisa sekolah lagi tetapi karena ketidaksanggupan ekonomi membuat anak Ibu Nuraina tidak bisa melanjutkan sekolahnya.

(45)

waktu. Dia sudah nyaman dengan kehidupannya menjadi seorang nelayan jadi mals untuk sekolah lagi. Namun Ibu Nurhasanah masih tetap ingin anaknya sekolah walupun dengan keterbatasan ekonomi.

5.2.2 Faktor Dari Luar Diri Anak 1. Keluarga

Anak putus sekolah dalam penelitian ini sebagian berasal dari kondisiekonomi keluarga yang lemah namun ada juga bukan karena kondisi ekonomiyang lemah. Faktor ekonomi, kondisi sosial orangtua dan juga perhatian orangtuamerupakan faktor yang paling dominan dalam penelitian ini. Kondisi sosialorangtua dapat menyebabkan anak putus sekolah yang meliputi tingkatpendidikan dan jenis pekerjaan orangtua.Kondisi ekonomi juga tidak terlepas dari penyebab anak putus sekolahkarena kemiskinan adalah faktor yang mendominasi terhambatnya siswa untukmendapatkan pendidikan secara utuh. Hal ini dikarenakan orangtua siswa tidak mampu mampu memberikan fasilitas lengkap kepada anaknya untuk bersekolah.

(46)

Jelas terlihat dalam penelitian bahwa Informan I yaitu Aidil meninggalkan bangku sekolahnya karena kurangnya perhatian dari orangtuanya. Semenjak ibunya meninggal sekolah Aidil menjadi terabaikan. Ditambah lagi ayahnya pulang seminggu sekali karena ayahnya adalah seorang nelayan. Semenjak ibunya meninggal dunia Aidil di asuh oleh neneknya yang sudah tua dan mengurus banyak cucu. Dari cerita kehidupan Aidil tersebut dapat terlihat bahwa anak ini putus sekolah ada faktor kurangnya pengawasan dari orangtua sehingga mengakibatkan dia menjadi leluasa untuk melakukan apa yang di inginkannya. Ketika rasa malasnya sekolah timbul dan tidak ada ada yang menasehati atau pun memotivasi dia maka kemalasan tersebut akan semakin tinggi dan mengakibatkan dia putus sekolah.

Informan II yaitu Mohamad Dafa Alfarizi meninggalkan bangku sekolahnya juga karena ada faktor kurangnya perhatian orangtua. Ayahnya yang tidak pernah perduli dengan sekolah anaknya menyebabkan 3 anak nya harus putus sekolah. Setiap ibunya bercerita mengenai persekolahan anak ayahnya tidak memberikan tanggapan yang positif. Beliau seolah-olah tidak perduli dengan persekolahan anaknya. Karena tidak ada yang melarang membuat Dafa semakin tinggi rasa malasnya. Ditambah lagi dengan dia putus sekolah tidak di permasalahkan oleh orangtuanya maka dia juga semakin leleuasa untuk membesarkan rasa malas tersebut sehingga harus membuatnya putus sekolah.

(47)

berpengaruh terhadap putusnya Jihan dari sekolah. Karena semenjak orangtuanya meninggal dia harus di asuh oleh kakaknya. Perhatian seorang kakak tidak akan pernah sama dengan perhatian orangtua apalagi kakak Jihan sudah menikah dan memilki anak. Ditambah lagi dia sudah bercerai dengan suaminya padahal usia pernikahannya baru seumur jagung. Dengan demikian otomatis perhatiannya terhadap Jihan tidak akan maksimal karena beban hidupnya juga banyak yang harus di pikirkannya. Maka dari itu Jihan harus terhenti sekolahnya karena kedua orangtuanya sudah meninggal dunia.

Informan tambahan I anak dari Ibu Nuraina harus putus sekolah karena malu dengan ejekan teman-temannya di sekolah yang mengatakan dia anak orang miskin. Hal tersebut terjadi karena dia sering di panggil guru ke kelas untuk menghadap ke kantor karena penunggakan uang sekolah. Karena terus-terusan di ejek oleh teman-temannya membuat psikologisnya tergangu. Sejak saat itu dia memutuskan untuk berhenti sekolah karena malu dengan ejek-ejekan teman-temannya.

Mengenai faktor ekonomi keluarga yang menjadi salah satu faktoe pemicu berhentinya seorang anak bersekolah dalam penelitian ini adalah menjadi faktor utama. Terlihat dari hasil penelitian yang di lakukan bahwa semua yang menjadi informan penelitian ini menyatakan bahwa kesulitan ekonomi lah yang menjadi faktor utama anak-anak tersebut putus sekolah. Walaupun memang di dipicu dengan beberapa faktor yang lain namun semua menyatakan faktor ekonomi selalu berperan terhadap berhentinya seorang anak dari sekolahnya.

(48)

sulit. Informan III Dafa putus sekolah juga di pengaruhi faktor ekonomi. Informan IV Jihan putus sekolah karena kedua orangtua meninggal sehingga tidak ada yang membiayai pesekolahannya. Informan tambahan I Ibu Nuraina anaknya putus sekolah juga karena permasalahan ekonomi dan informan tambahan II ibu Nurhasanah anaknya putus sekolah juga disebabkan rendahnya ekonomi keluarga. Jadi dapat di simpulkan bahwa ekonomi masyarakat nelayan memang di bawah garis kemiskinan sehingga mengharuskan anak mereka putus dari sekolahnya.

2. Faktor Lingkungan Sekolah

Faktor utama siswa mengulang atau tidak naik kelas bermacam-macam. Namundemikian, ada beberapa faktor yang mengakibatkan anak putus sekolah yaituseperti ketentuan dan pelaksanaan kenaikan kelas yang berbeda-beda antarasekolah satu dengan sekolah yang lain, metode mengajar dan kemampuan danusaha siswa dari siswa itu sendiri (Slameto, 2010).

Jelas terlihat dalam informan III Mohamad Dafa Alfarizi putus sekolah karena pernah di tampar guru di sekolah sehingga membuatnya menjadi trauma datang ke sekolah. Dafa di tampar oleh gurunya karena sering membuat keributan di kelas sewaktu jam pelajaran. Kenakalan Dafa tersebut membuat gurunya geram sehingga Dafa di tampar. Dari kejadian tersebut membuat Dafa menjadi takut dengan guru tersebut dan menjadi alasan baginya untuk berhenti sekolah.

(49)

memberikan hukuman kepadanya. Hal tersebut membuatnya menjadi malas ke sekolah. Sehingga lama-kelamaan anak tersebut harus putus sekolah.

3. Faktor Pengaruh Teman Sebaya

Faktor pengaruh teman sebaya lebih cepat mempengaruhi perilaku anak,karena teman sebaya merupakan bagian dari lingkungan pergaulan anak sehari-hari. Jika anak bergaul dengan lingkungan yang baik, maka anak akn mengikutiperilaku tersebut namun sebaliknya, jika anak bergaul dengan perilaku yang burukmaka besar kemungkinan akan mengikuti perilaku yang kurang baik tersebut.Perilaku teman sebaya lebih mudah mempengaruhi anak juga disebabkan karenamasih terbatasnya pemikiran anak untuk membedakan perbuatan yang baik danyang buruk, sehingga anak akan mengikuti perilaku yang membuatnya merasasenang dan nyaman tanpa mengetahui dampak dari perbuatan tersebut. Beberapaahli teori juga menyatakan bahwa budaya teman sebaya dapat mempengaruhiremaja untuk menyepelekan nilai-nilai dan kendali orangtua terhadap mereka.Selain itu, teman sebaya memperkenalkan anak kepada minuman keras, kenakalanserta bentuk-bentuk perilaku negatif yang lain (Slameto, 2010).

(50)

menyadari bahwa pergaulannya tersebut sudah membuat kehidupannya semakin tidak baik.

Informan II Muhamad Sidik putus sekolah juga karena pergaulannya yang kurang baik. Dia bergaul dengan orang-orang yang lebih dewasa darinya. Teman-teman sepergaulannya adalah orang-orang yang sudah bekerja baik sebagai nelayan ataupun pekerjaan lainnya. Teman-temannya tersebut sering menawarkan narkoba kepadanya dan mengajak melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak di lakukananak yang seumuran sepertinya. Teman-temanya tersebut juga sering mengajak dia untuk tidak bersekolah lagi. Mereka mengajak Sidik untuk bekerja.

Informan III Mohamad Dafa Alfarizi juga putus sekolah sebagian di pengaruhi oleh teman-teman sebayanya yang tinggal bersama di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka. Karena banyak teman yang tidak bersekolah membuatnya juga malas untuk bersekolah karena ikut-ikutan dengan temannya yang tidak bersekolah. Mereka lebih senang bermain di warnet dan bermain bola.

4. Faktor Ketersedian Sumber Lokal

Tesedianya sumber lokal yang dapat menjadi lahan pekerjaan bagi anak dan polarekrutman yang mudah. Dari ketersediaan sumber lokal menyebabkan anakmeninggalkan bangku sekolah. Hal ini terjadi karena keinginan anak untukmendapat penghasilan sendiri (Satria, 2009).

(51)

selama bekerja lumayan banyak sehingga dia sangat terpengaruh untuk tidak bersekolah tetapi lebih ingin untuk bekerja dan menghasilkan uang.

Informan II yang bernama Mohamad Sidik lebih tertarik untuk menangkap ikan atau menjadi nelayan daripada bersekolah. Ketika dia tidak bekerja menagkap ikan maka ia bekerja mencari botot. Menurutnya sekolah hanya amembuang-buang waktunya dan sangat membosankan. Baginya lebih baik mencari uang daripada bersekolah.

Informan tambahan II anak dari Ibu Nurhasanah putus sekolah karena lebih memilih menjadi nelayan daripada bersekolah. Menurut Ibu ini anaknya mengatakan bahwa sekolah itu hanya membuang-buang waktunya saja. Menurutnya pendidikan bukanlah satu-satunya jalan untuk masa depan yang lebih baik.

5. Faktor Kebudayaan

(52)

Demikian hal nya dengan masyarakat pesisir sebagian masyarakat pesisir memiliki pandangan bahwa pendidikan bukan lah menjadi hal yang penting. Banyak diantara mereka berpandangan bahwa walaupun anak-anak disekolahkan pada akhirnya nanti akan ke laut untuk menangkap ikan jadi sekolah tidak menjadi prioritas utama bagi mereka. Pandangan tersebut juga menjadi faktor banyak anak putus sekolah di kalangan masyarakat pesisir.

Hal ini terlihat jelas dalam penelitian pada informan II bahwa dia menganggap pendidikan tidak menjamin kehidupannya akan lebih baik. Dia banyak melihat di lingkungan tempat tinggalnya banyak anak-anak yang sudah bersekolah tinggi namun ujung-ujungnya akan tetap menjadi nelayan. Jadi menurut anak tersebut nasib seorang anak nelayan adalah tetap menjadi seorang nelayan.

Informan tambahan I Ibu Nurhasanah juga mengatakan bahwa seorang anak nelayan memang ujung-ujungnya akan ke laut. Pendidikan bukan lah jalan satu-satunya agar bisa menjadi orang yang lebih baik masa depannya. Pada dasarnya seorang anak nelayan memang susah untuk kelaur dari zona pesisir pantai. Kebanyakan dari mereka sudah nyaman dengan kehidupan yang sudah mereka jalani selama ini.

(53)

sering menimbulkan permasalahan dan terjadi peperangan hingga memakan korban. Dalam pemikiran setiap masyarakat setiap orang yang berasal dari salah satu lingkungan yang menjadi musuh lingkungan tempat tinggalnya adalah lawan yang menyeram kan. Hal ini menimbulkan rasa takut yang berlebihan pada diri anak-anak. Rasa takut dalam diri mereka sangat besar sehingga jika bertemu dengan lawan dia menjadi trauma.

Sistem kepercayaan tersebut memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap banyaknya anak yang putus sekolah di Lingkungan Lorong Melati. Hal ini terlihat jelas pada Informan I Aidil putus sekolah karena takut dengan anak Bagan Deli karena dia pernah di pukuli hingga masuk rumah sakit. Karena sekolahnya berada di daerah Bagan Deli membuatnya takut untuk pergi ke sekolah. Aidil takut kejadian serupa bisa terjadi lagi apabila dia bertemu dengan anak-anak Bagan Deli. Hal tersebutlah yang mendasari dia memutuskan untuk putus sekolah.

Informan II Mohamad Sidik putus sekolah karena pernah melihat temannya di pukuli oleh anak lingkungan Gang hingga meninggal dunia. Sidik juga pernah di kejar-kejar oleh anak Gang tersebut tetapi dia melarikan diri. Karena sekolah Sidik berada di lokasi lingkungan Gang dia menjadi malas untuk bersekolah. Dia trauma apabila bertemu dengan anak Gang lagi dia akan di pukuli. Rasa trauma tersebut lah yang membuat Sidik harus meninggalkan sekolahnya.

(54)

sekolah. Karena setiap berjumpa dengan anak Gudang Arang mereka selalu ingin mencari permasalahan dengan Dafa. Hal tersebut lah yang membuatnya menjadi malas untuk sekolah.

Informan tambahan II anak dari ibu Nurhasanah. Anaknya putus sekolah juga karena takut dengan anak Lingkungan Lorong. Dia pernah di kejar-kejar oleh anak lingkungan Gang tersebut dan pernah juga melihat temannya di pukuli hingga meninggal dunia. Hal tersebut membuatnya menjadi trauma dan takut untuk datang ke sekolah.

Perselisihan yang mereka pelihara tersebut sudah menimbulkan dampak yang tidak baik terhadap psikologis anak. Anak-anak harus banyak yang putus sekolah karena rasa takut yang begitu besar. Sudah berbagai uapaya di lakukan untuk mendamaikan masyarakat tersebut namun segala upaya juga gagal di lakukan sehingga hingga sekarang nilai perselisihan tersebut tetap terpeliha

Matris 5.1

Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah

(55)

neneknya yang

sekolah. dia pernah di

(56)
(57)

membeb

(58)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan Dan Saran 6.1.1 Kesimpulan

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang diperoeh dari penelitian penulis di Lorong Melati kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan. Penulis memperoleh data melalui wawancara langsung dengan empat informan utama dan dua informan tambahan. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, peneliti memberikan kesimpulan mengenai faktor-faktor penyebab anak putus sekolah di Lorong Melati Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan.

Gambar

Tabel 4.1
Tabel 4.3
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 5.1 Fasilitas Pendidikan Lorong Melati
+2

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya Pokja ULP akan melakukan tahapan evaluasi administrasi dan teknis terhadap Peserta lelang yang dokumennya telah memenuhi syarat/lengkap pada saat

Terdapat beberapa pengakuan aset tetap perusahaan yang sebaiknya dilakukan penyesuaian terkait tanggal perolehan dan penggunaan aset tetap dalam operasional perusahaan sehingga

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian yang berjudul “ Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Infrastruktur

Skema Utilitas Tata Udara. Universitas

Dari hasil penelitian dan pembahasan data dapat disimpulkan bahwa price discount berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying pada Matahari Department

Pada tabel model summary diatas, terlihat nilai besaran koefisien korelasi yang ditunjukan dari nilai R sebesar 0,962 yang artinya pada penelitian ini varibel Pertumbuhan

Data processing in this case includes specifying the input data, collecting spatial data, geoprocessing, extracting data, establishing the data set for ANNs, implementing

This research focused on the latter part by analysing the impact of uncertainty on land-use maps, obtained through a remote sensing interpretation chain involving