• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gangguan fisiologi dan biokimia Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera: Crambidae) akibat perlakuan ekstrak campuran Tephrosia vogelli dan Piper aduncum - Repositori Universitas Andalas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gangguan fisiologi dan biokimia Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera: Crambidae) akibat perlakuan ekstrak campuran Tephrosia vogelli dan Piper aduncum - Repositori Universitas Andalas"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

DOI: 10.5994/jei.12.2.94

Gangguan isiologi dan biokimia

Crocidolomia pavonana

(F.) (Lepidoptera: Crambidae) akibat perlakuan ekstrak

campuran

Tephrosia vogelli

dan

Piper aduncum

Physiological and biochemical interferences caused by treatment of

mixture extracts of Tephrosia vogelli and Piper aduncum

Eka Candra Lina1,2*, Dadang2, Syafrida Manuwoto2, Gustini Syahbirin3

1Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas

Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163

2 Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Jalan Kamper Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680 3 Departemen Kimia, Fakultas MIPA, Institut Pertanian Bogor

Gedung Fapet Wing 2 Lt 4. Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680

(diterima September 2014, disetujui Desember 2014)

ABSTRACT

Ekstrak tanaman dapat mempengaruhi isiologi dan biokimia serangga yang meliputi penghambatan makan, asimilasi makanan, dan aktivitas enzim detoksiikasi. Penelitian ini bertujuan

untuk menguji pengaruh ekstrak campuran Tephrosia vogelii: Piper aduncum (1 : 5) terhadap

isiologi Crocidolomia pavonana dan pengaruh ekstrak P. aduncum terhadap biokimia C. pavonana. Pengujian ekstrak campuran T. vogelii : P. aduncum (1 : 5) pada konsentrasi 0.06% atau setara dengan LC95 menghambat makan larva C. pavonana hingga 94.82%. Ekstrak campuran yang diuji pada LC25 (0.007%) dan LC50 (0.014%) menyebabkan gangguan pertumbuhan relatif larva

C. pavonana. Gangguan ini disebabkan oleh toksisitas intrinsik ekstrak campuran yang masuk ke dalam tubuh serangga. Selain gangguan pada pertumbuhan larva uji, juga terjadi peningkatan daya cerna serangga sebesar 11.11% sebagai bentuk adaptasi terhadap senyawa toksik tumbuhan. Adaptasi lain yang dilakukan larva C. pavonana adalah mekanisme detoksiikasi terhadap ekstrak P. aduncum. Hal ini tampak dari peningkatan aktivitas enzim oksidasi sitokrom b5 dan sitokrom P450 pada perlakuan in-vivo dan in-vitro jika dibandingkan dengan kontrol. Penelitian ini memberikan informasi mengenai cara kerja ekstrak campuran T. vogelii : P. aduncum (1:5) pada larva C. pavonana

dan mekanisme detoksiikasi larva terhadap ekstrak P. aduncum.

Key words: asimilasi, antifeedant, enzim, oksidasi, sitokrom

ABSTRAK

Plant extracts have been known can cause physiological and biochemical interferences against insect, such as feeding inhibitor, food assimilation, and changes on activity of cytochrome b5 and cytochrome P450. This study was carried out to examine the effect of the extracts mixture of Tephrosia vogeliiand : Piper aduncum (1:5) on the physiology of Crocidolomia pavonana as well as extract of P. aduncum on biochemical of C. pavonana. The study showed that larvae of C. pavonana was experiencing a feeding inhibition until 94.82% after treated with extracts mixture on concentration 0.06% or equivalent to LC95. However, larvae treated with extracts mixture on LC25 *Penulis korespondensi: Eka Candra Lina, Universitas Andalas Padang, Kampus Unand Limau Manis, Fakultas Pertanian, Jurusan Agroteknologi,

Tel: 0813-82568905, Email: trijata1012@yahoo.com

94

(2)

and LC50 only experienced a relative growth disorders as a result of intrinsic toxicity of extracts mixture which enters into the body of insects. Insect adaptation to toxic plant compounds indicated

by an increase in the digestibility of larvae approximately 11.11%. Furthermore, detoxiication

mechanism by larvae against active compounds of P. aduncum occured and shown by an increase of oxidative enzyme activity of cytochrome b5 and cytochrome P450, in in-vivo and in-vitro compared to control. This study provides an information about mode of action of extracts mixture of T. vogelii

and P. aduncum (1:5) on larvae of C. pavonana and detoxiication mechanism by larvae due to

extract of P. aduncum

Kata kunci: antifeedant, assimilation, cytochrome, enzyme, oxidation

PENDAHULUAN

Keberadaan metabolit primer dan metabolit sekunder tanaman menjadi penentu dalam interaksi serangga dengan tanaman inangnya (Fraenkel 1969, Schoonhoven 2005 ). Nutrisi berupa protein, karbohidrat dan lemak sangat mempengaruhi kebugaran serangga dan keturunannya, sebaliknya keberadaan metabolit sekunder tanaman secara langsung dan tidak langsung menjadi pembatas bagi kehidupan serangga (Schoonhoven 2005). Metabolit sekunder tanaman dapat menghambat makan (antifeedant), menyebabkan kematian, menghambat peneluran, mengganggu aktivitas pengaturan pertumbuhan, dan menghambat reproduksi.

Kesesuaian tanaman sebagai sumber makanan dapat diketahui dengan melakukan uji asimilasi makanan oleh serangga, yang dihitung berdasarkan metode gravimetri (Waldbauer 1968). Keberadaan senyawa asing pada makanan menyebabkan serangga meninggalkan tanaman tersebut atau beradaptasi. Bentuk adaptasi yang dilakukan serangga antara lain melakukan detoksiikasi senyawa alelokimia tanaman melalui degradasi secara enzimatik. Enzim yang paling sering dipelajari dan efektif memetabolisme toksikan adalah sitokrom P450-monooksigenase disebut juga polisubstrat monooksigenase (PSMOs) atau

mixed-function oxidase (MFO) (Dauterman & Hodgson 1978).

Beberapa tanaman yang diketahui memiliki dampak negatif bagi serangga adalah Piper aduncum (Piperaceae) dan Tephrosia vogelii

(Leguminosae). Daun T. vogelii diketahui mengandung senyawa kelompok isolavonoid seperti rotenon dan senyawa rotenoid lain yang bersifat insektisida, yaitu deguelin dan tefrosin (Delfel et al. 1970; Gaskins et al. 1972; Lambert et al. 1993). Tumbuhan famili Piperaceae selain

bersifat toksik diketahui memiliki sifat sinergis. Senyawa lignan yang mengandung gugus metilendioksifenil dapat menghambat aktivitas enzim sitokrom P450 (Metcalf 1967, Bernard et al. 1989). Menurut Bernard et al. (1990) dilapiol yang berasal dari P. aduncum dapat menghambat aktivitas enzim sitokrom P450 dalam sediaan mikrosom dari sel-sel saluran pencernaan larva penggerek batang jagung O. nubilalis. Sifat sinergis ini sangat menguntungkan untuk pengembangan insektisida nabati campuran sebagai alternatif pengendalian di masa yang akan datang.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Laboratorium Penelitian dan Pelayanan, Kimia Universitas Padjajaran, Bandung, pada bulan Maret 2013 sampai September 2013.

Ekstraksi dan pencampuran ekstrak

Ekstraksi P. aduncum, dan T. vogelii

(3)

96

penghambat makan dan asimilasi makanan.

Destilasi buah Piper aduncum

P. aduncum yang diperoleh dari areal kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) disiapkan sebanyak 500 gr kemudian didestilasi selama dua jam sejak air di dalam labu mendidih. Minyak yang menetes pada kolom penampung kemudian dipindahkan secara perlahan ke dalam botol kaca. Magnesium sulfat digunakan untuk menghilangkan air yang tersisa di dalam cairan ekstrak yang diperoleh. Ekstrak hasil destilasi digunakan dalam perlakuan analisis enzim sitokrom P450 dan sitokrom b5 larva C. pavonana

Percobaan pengaruh ekstrak campuran T. vogelii : P. aduncum (1:5) terhadap aktivitas penghambat makan larva C. pavonana

Aktivitas penghambat makan ekstrak campuran diuji terhadap C. pavonana dengan metode residu pada daun tanpa pilihan. Dua lembar daun perlakuan dan kontrol dimasukkan ke dalam cawan petri terpisah yang sudah dialasi tisu. Lima belas ekor larva C. pavonana instar 2 dimasukkan ke dalam cawan petri dan dibiarkan makan daun percobaan selama 24 jam. Luas daun yang dimakan langsung dipetakan di atas kertas milimeter untuk dihitung jumlah luas daun yang dimakan. Percobaan disusun dalam rancangan acak lengkap dengan lima perlakuan dan lima ulangan ditambah kontrol. Pengaruh penghambatan makan tanpa pilihan (PM) dihitung dengan rumus: PM = [1-(Lp/Lk)] x 100%; Lk = luas daun kontrol yang dimakan, Lp = luas daun perlakuan yang dimakan. Perbedaan antara luas daun perlakuan dan luas daun kontrol yang dimakan dianalisis dengan sidik ragam yang dilanjutkan dengan uji selang berganda Duncan pada taraf nyata 5% (Steel et al.

1997).

Percobaan pengaruh ekstrak campuran T. vogelii : P. aduncum (1:5) terhadap asimilasi makanan larva C. pavonana

Pengaruh ekstrak campuran T. vogelii :

P. aduncum (1:5) terhadap eisiensi asimilasi

makanan larva C. pavonana instar ke-3 diuji pada konsentrasi LC25 dan LC50. Larva yang digunakan dalam percobaan ditimbang satu per satu, kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri

yang di dalamnya telah berisi daun perlakuan (4 cm x 4 cm) yang telah diketahui bobotnya. Perlakuan ini menggunakan 15 ekor larva C. pavonana instar ke-3. Pengamatan dilakukan 48 jam setelah perlakuan, kemudian larva uji, pakan yang tersisa, dan fesesnya dikeringkan di dalam oven secara terpisah pada suhu 100˚C sampai bobotnya konstan. Untuk memperkirakan bobot kering awal, 10 larva dan 10 daun contoh (dengan ukuran yang sama seperti yang digunakan dalam perlakuan) ditimbang secara terpisah kemudian langsung dikeringkan sampai bobotnya konstan dan ditimbang lagi. Perbandingan bobot larva atau pakan sesudah dan sebelum pengeringan merupakan proporsi bobot kering terhadap bobot basah.

Data yang diperoleh digunakan untuk menentukan nilai parameter eisiensi pemanfaatan makanan. Parameter yang diukur dalam percobaan ini ialah laju konsumsi (LK), laju konsumsi relatif (LKR), laju pertumbuhan (LP), laju pertumbuhan relatif (LPR), daya cerna (DC), eisiensi konversi makanan dikonsumsi (EMK), dan eisiensi konversi makanan dicerna (EMC), yang dihitung berdasarkan gravimetrik (Waldbauer 1968). Data setiap parameter tersebut diolah dengan sidik ragam dan pembandingan nilai tengah antardosis dilakukan dengan uji Duncan pada taraf nyata 5% (Steel et al. 1997).

Percobaan pengaruh ekstrak P. aduncum terhadap aktivitas enzim detoksiikasi sitokrom b5 dan sitokrom P450

Analisis enzim sitokrom P450 dan sitokrom b5 dilakukan secara in-vivo dan in-vitro. Pengujian secara in-vivo diawali dengan memberi larva C. pavonana instar 3 perlakuan ekstrak hasil destilasi

P. aduncum 0.24% (LC50) dengan metode residu pada daun. Larva dibiarkan memakan daun perlakuan selama dua hari, setelah ganti kulit menjadi instar 4 larva kemudian dibedah dan diambil saluran pencernaan bagian tengah sebagai sumber enzim (Kranthi 2005). Pada pengujian in-vitro sebanyak 100 µl minyak P. aduncum hasil destilasi yang telah diencerkan dengan buffer sebanyak 100 kali dimasukkan ke dalam kuvet

(4)

yang berisi enzim. Prosedur lainnya tidak berbeda dengan perlakuan in-vivo seperti metode yang dikemukakan oleh Omura & Sato (1964) dan Kranthi (2005).

Data hasil pengukuran sampel pada absorbansi (ABS) tertentu menggunakan spektrofotometer digunakan untuk menghitung aktivitas sitokrom b5 dan sitokrom P450 per mg protein dengan rumus yang dikemukakan oleh Kranthi (2005) berikut ini:

HASIL

Pengaruh ekstrak campuran T. vogelii : P. aduncum (1:5) terhadap aktivitas penghambat makan larva C. pavonana

Hasil pengujian ekstrak campuran T. vogelii

: P. aduncum (1:5) menunjukkan persentase penghambatan makan yang semakin meningkat dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak yang diaplikasikan. Penghambatan pada konsentrasi 0.004% mencapai 16.21%. Pada dua konsentrasi tertinggi yaitu 0.03% dan 0.06% , penghambatan makan yang terjadi mencapai 72.07% dan 94.82% (Tabel 1). Laju pertumbuhan larva uji tidak berbeda nyata dengan kontrol sedangkan laju pertumbuhan relatif larva perlakuan mengalami penurunan yang signiikan (Tabel 2).

Pengaruh ekstrak campuran T. vogelii : P. aduncum (1:5) terhadap asimilasi makanan larva C. pavonana

Hasil pengujian eisiensi makanan oleh larva

C. pavonana yang diberi perlakuan ekstrak campuran T. vogelii : P. aduncum (1:5) tampak pada Tabel 2. laju konsumsi dan laju konsumsi relatif` larva C. pavonana yang diberi perlakuan tidak berbeda nyata dengan kontrol. Larva uji memakan daun perlakuan seperti biasa tanpa terganggu oleh adanya komponen aktif yang berasal dari T. vogelii dan P. aduncum. Hal ini konsisten dengan pengujian efek antifeedant yaitu efek penghambatan tidak terjadi pada konsentrasi rendah. Pada konsentrasi 0.007% atau setara LC25 laju konsumsi sebesar 0.005 mg/hari, begitu juga pada konsentrasi 0.014% yang setara LC50 laju konsumsi tidak berkurang tetap sebesar 0.005 mg/ hari.

Pengaruh ekstrak P. Aduncum terhadap aktivitas enzim detoksiikasi sitokrom b5 dan sitokrom P450

Hasil analisis enzim secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 3. Aktivitas spesiik sitokrom b5 pada perlakuan in-vitro memberikan hasil paling tinggi yaitu sebesar 0.931 nmol/mg protein, kemudian diikuti oleh perlakuan in-vivo dan yang terakhir kontrol dengan nilai berturut-turut 0.378 dan 0.047 nmol/mg protein. Pola yang sama juga tampak pada sitokrom P450, dimana aktivitas spesiik sampel pada perlakuan in-vitro memiliki nilai tertinggi yaitu 0.736 nmol/mg protein. Nilai perlakuan in-vivo sebesar 0.347 nmol/mg protein dan kontrol 0.238 nmol/mg protein.

Pada pengujian ini sifat bahan aktif utama

P. aduncum yaitu dilapiol, sebagai penghambat

(ABS pada 424 – ABS pada 409) x 1000 Sitokrom b5 (µM) =

184

Sitokrom 450 (µM) =(ABS pada 450 – ABS pada 490) x 1000 91

Tabel 1. Efek antifeedant ekstrak campuran Tephrosia vogelii : Piper aduncum (1 : 5) terhadap Crocidolomia pavonana

Perlakuan (%) Daun dikonsumsi (%)* Penghambatan (%)*

Kontrol (0) 8,88 a

-C5 (0,004) 7,44 ab 16,21 ab

C4 (0,008) 6,55 ab 26,24 ab

C3 (0,015) 5,91 b 33,45 b

C2 (0,030) 2,48 c 72,07 c

C1 (0,060) 0,46 c 94,82 c

(5)

98

enzim polisubstrat monooksigenase (PSMO) atau sitokrom b5 dan sitokrom P450 tidak tampak dengan nyata (Tabel 3). Pada kontrol aktivitas sitokrom P450 lebih rendah dibandingkan pada perlakuan in-vitro dan in-vivo. Efek sinergis tampak nyata jika pada perlakuan in-vivo dan

in-vitro aktivitas sitokrom P450 lebih rendah dibandingkan dengan kontrol.

PEMBAHASAN

Ekstrak campuran T. vogelii : P. aduncum (1:5) memiliki efek antifeedant. Efek antifeedant ini ikut menyumbang terhadap kematian serangga uji

C. pavonana. Jika dibandingkan dengan kontrol, persen daun perlakuan yang dikonsumsi menurun secara signiikan. Serangga tetap mengkonsumsi daun yang diberi perlakuan ekstrak campuran meskipun sangat sedikit terutama pada konsentrasi tinggi. Perilaku makan daun beperlakuan kemudian berhenti setelah makan beberapa

saat menunjukkan efek antifeedant sekunder. Miller & Stricler (1984) menjelaskan bahwa sifat toksik senyawa tanaman terhadap serangga dapat berupa gangguan terhadap perkembangan serangga secara langsung (intrinsik) maupun tidak langsung (ekstrinsik). Efek antifeedant yang dikandung tanaman dapat dideteksi serangga melalui sistem indera (efek antifeedant primer), atau mempengaruhi syaraf pusat serangga yang mengatur proses makan (efek antifeedant

sekunder). Penghambatan makan ekstrak campuran ini berasal dari ekstrak P. aduncum dan T. vogelii

secara tunggal. Pada penelitian sebelumnya Scott et al. (2004) menjelaskan bahwa senyawa sekunder yang berasal dari spesies Piperaceae bersifat antifeedant terhadap serangga. Morallo-Rejesus (1986) juga melaporkan bahwa ekstrak daun T. vogelii bersifat insektisida, antifeedant,

dan repellent, terhadap larva P. xylostella. Begitu juga penelitian Wulan (2008) menunjukkanfraksi n-heksana daun T. vogelii juga memiliki efek

antifeedant (penghambat makan) terhadap larva

Tabel 2. Pengaruh ekstrak campuran Tephrosia vogelii : Piper aduncum (1:5) terhadap indeks eisiensi

pemanfaatan makanan larva Crocidolomia pavonana

*Angka selajur yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata (uji Duncan, α=0.05)

Tabel 3 Aktivitas enzim sitokrom b5 dan sitokrom P450 pada larva Crocidolomia pavonana

Konsentrasi (%) Laju konsumsi (mg/hari)*

Laju pertumbuhan (mg/hari)*

Eiiensi pemanfaatan makanan

(%)*

LK LKR LP LPR DC EMK EMC

Kontrol 0,008 a 1,49 a 0,0022 a 0,421 a 0,008 a 8,65 a 11,02 a

0,007/LC25 0,005 a 1,33 a 0,0019 a 0,390 b 0,009 b 10,37 a 10,78 a

0,014/LC50 0,005 a 1,22 a 0,0016 a 0,399 b 0,009 b 4,13 a 4,61 a

Sitokrom b5

Perlakuan Aktivitas enzim (µM) Kadar protein (mg/ml) Aktvitas spesiik (nmol/mg protein)

Kontrol 0,011 4,61 0,047

Invivo 0,059 3,16 0,378

Invitro 0,25 5,37 0,931

Sitokrom P450

Perlakuan Aktivitas enzim (µM) Kadar protein (mg/ml) Aktvitas spesiik (nmol/mg protein)

Kontrol 0,055 4,61 0,238

Invivo 0,055 3,16 0,347

(6)

C. pavonana instar ke-2 sebesar 32.7%-79.6%. Abizar & Prijono (2010) menjelaskan ekstrak

T. vogelii bunga ungu menghambat makan C. pavonana sehingga menghambat perkembangan larva C. pavonana.

Pada konsentrasi rendah efek penghambatan makan larva C. pavonana tidak berbeda jika dibandingkan dengan kontrol. Hal ini karena ekstrak campuran T. vogelii : P. aduncum (1:5) tidak memiliki sifat antifeedant primer, dan pada konsentrasi rendah jumlah bahan aktif yang masuk ke dalam tubuh serangga tidak cukup untuk mempengaruhi syaraf pusat untuk memberi sinyal penghentian proses makan.

Penurunan laju pertumbuhan relatif menunjukkan adanya toksisitas intrinsik yang masuk ke dalam tubuh larva, mempengaruhi metabolisme tubuh larva C. pavonana dan berdampak pada pertumbuhannya. Meskipun pada konsentrasi rendah, bahan aktif yang masuk saat larva tetap memakan daun perlakuan akan mencapai titik akumulasi toksik dan dapat menyebabkan kematian. Bahan aktif yang masuk kemungkinan besar rotenon dan senyawa rotenoid lain yang bersifat insektisida seperti deguelin dan tefrosin (Delfel et al. 1970, Gaskins et al. 1972; Lambert et al. 1993) yang berasal dari T. vogelii.

Selain itu, bahan aktif yang terkandung dalam P. aduncum yang bersifat racun syaraf dan senyawa sinergis turut mengganggu aktivitas isiologi serangga (Perry et al. 1998, Scoot et al. 2007). Penghambatan aktivitas enzim dan pengaruh bahan aktif yang bersifat insektisida dari kedua ekstrak mengganggu pertumbuhan relatif larva uji secara keseluruhan.

Eisiensi makanan yang dikonsumsi (EMK) dan eisiensi makanan yang dicerna (EMC) mengalami penurunan pada perlakuan LC50 meskipun hasil analisis statistika tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dibandingkan dengan kontrol (Tabel 2). Hal menarik adalah daya cerna larva yang diberi perlakuan lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Seperti yang dijelaskan oleh Schoonhoven et al. (2005) mekanisme untuk mengganti makanan suboptimal salah satunya adalah dengan meningkatkan daya cerna terhadap makanan dengan menyimpannya di dalam saluran pencernaan, hal ini dilakukan sebagai bentuk optimalisasi absorpsi nutrisi yang

ada. Selain itu, serangga juga bisa mengambil strategi dengan meningkatkan laju konsumsi. Meningkatnya laju konsumsi, maka makanan harus segera diproses dan tidak bisa disimpan di pencernaan, akibatnya eisiensi makanan di konsumsi dan eisiensi makanan dicerna bisa mengalami penurunan. Stretegi Ostrinia nubilalis

adalah dengan meningkatkan jumlah yang dimakan dan menurunkan laju eisiensi makanan yang dikonsumsi. Penelitian yang dilakukan Bernard et al. (1995) menunjukkan bahwa ekstrak kasar P. aduncum pada konsentrasi 0.4% dapat menghambat pertumbuhan O. nubilalis

hingga lebih dari 80%. Laju konsumsi larva (LK) tidak mengalami gangguan, menunjukkan penghambatan makan yang rendah bahkan cenderung meningkatkan konsumsi makan 3 sampai 8 kali lebih tinggi dibanding kontrol. Daya cerna serangga juga tidak terlalu terpengaruh oleh alelokimia ekstrak, tetapi terjadi penurunan nilai EMC, menunjukkan adanya toksisitas komponen makanan yang di cerna.

Serangga juga dapat menggunakan beberapa strategi sekaligus, misalnya, pada Anacridium melanorhodon yang beradaptasi dengan keberadaan tannin di dalam makanan dengan meningkatkan pencernaan (DC) dan eisiensi makanan di konsumsi (EMK).

Hasil aktivitas enzim sitokrom b5 dan sitokrom P450 menunjukkan respon serangga terhadap senyawa sekunder tanaman yang dideteksi sebagai senyawa asing. Sistem enzim segera menginduksi enzim detoksiikasi untuk menjalankan fungsinya. Serangga diketahui dapat melakukan metabolisme dan detoksiikasi senyawa sekunder dari famili Piperaceae dengan menginduksi enzim spesiik yaitu family Cyp 6 (Scott et al. 2005). Pengujian ekstrak etanol P. nigrum terhadap Drosophila melanogaster meningkatkan regulasi gen sitokrom P450 Cyp6a8, Cyp9b2, Cyp12d1, Cyp6d4, Cyp6d5 dan Cyp6wl bersamaan dengan gluthatione S-tranferase S1 dan glutathione S-transferase E7 (Jensen et al. 2006a).

(7)

100

kemudian berubah menjadi tereduksi dibantu oleh NADPH-sitokrom-c-reduktase yang membantu transfer elektron NADPH ke sitokrom P450. Sitokrom P450 yang telah tereduksi akan mengikat molekul oksigen dan menghasilkan ion oksida yang sangat reaktif. Ion oksida tersebut bereaksi dengan proton membentuk air sedangkan oksigen bereaksi dengan substrat, sehingga substrat yang awalnya lipoilik menjadi bersifat hidroilik. Substrat hidroilik ini larut dengan air sehingga lebih mudah masuk ke dalam sistem sekresi serangga (Kranthi 2005). Sitokrom b5 dapat menggantikan enzim NADPH-sitokrom-c-reduktase yang merubah sitokrom P450 teroksidasi menjadi tereduksi. Oleh karena itu, secara umum peningkatan sitokrom b5 sebanding dengan peningkatan sitokrom P450.

Efek penghambatan sitokrom b5 dan sitokrom P450 tidak tampak pada perlakuan in-vivo dan in-vitro. Hal ini disebabkan karena peningkatan regulasi gen Cyp konsisten dengan efek bifasik komponen yang mengandung metilen dioksifenil (MDP) dimana penghambatan enzim Cyp diikuti dengan induksi enzim Cyp tersebut (Jensen et al. 2006a). Penghambatan terhadap gen yang diekspresikan kemudian ada kenaikan pada gen yang sama menunjukkan adanya stres dan respon spesiik terhadap toksin (Jensen et al.2006b). Faktor lain yang juga berperan dalam hasil uji adalah tingkat kemurnian minyak P. aduncum

yang digunakan. Bahan aktif dillapiol yang terkandung dalam minyak P. aduncum pada percobaan ini hanya sebesar 79.35%. Selain dillapiol juga ditemukan senyawa lain yang ada pada minyak P. aduncum yang digunakan, yang diduga menginduksi gen enzim detoksiikasi.

Secara umum aktivitas enzim pada kontrol paling rendah, karena tidak ada senyawa asing yang ditemukan pada sampel maka aktivitas spesiik sitokrom b5 dan P450 tidak tinggi. Pada perlakuan in-vivo, proses deteksi dan detoksiikasi

terjadi secara alami di dalam tubuh serangga sehingga aktivitas sitokrom b5 dan sitokrom P450 menunjukkan aktivitas yang setara. Pada perlakuan

in-vitro, dimana senyawa asing ditemukan dalam jumlah besar maka aktivitas kedua enzim secara keseluruhan lebih tinggi dan sitokrom b5 juga lebih tinggi dibandingkan sitokrom P450 (Tabel 3).

KESIMPULAN

Ekstrak campuran T. vogelii : P. aduncum (1:5) memiliki efek antifeedant sekunder terhadap larva

C. pavonana. Asimilasi makanan C. pavonana

yang diberi perlakuan ekstrak campuran T. vogelii : P. aduncum (1:5) pada LC25 dan LC50 menyebabkan gangguan pertumbuhan relatif akibat toksisitas intrinsik ekstrak campuran yang masuk ke dalam tubuh serangga. Keberadaan senyawa asing meningkatkan daya cerna serangga sebagai bentuk adaptasi terhadap senyawa asing. Laju konsumsi makanan, eisiensi makanan di konsumsi dan eisiensi makanan dicerna tidak berbeda nyata jika dibandingkan dengan serangga yang tidak diberi perlakuan. Senyawa aktif pada

P. aduncum menyebabkan aktivitas enzim oksidasi sitokrom b5 dan sitokrom P450 meningkat pada perlakuan in-vivo dan in-vitro jika dibandingkan dengan kontrol. Efek sinergis komponen utama P. aduncum (dilapiol) tidak tampak pada percobaan ini. Kemurnian senyawa merupakan salah satu faktor penyebab, selain mekanisme kerja dilapiol yang mengalami induksi setelah terjadi penghambatan pada enzim detoksiikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Abizar M, Prijono D. 2010. Aktivitas insektisida ekstrak daun dan biji Tephrosia vogelii J.D. Hooker (Leguminosae) dan ekstrak buah

Piper cubeba L. (Piperaceae) terhadap larva

Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera: Crambidae). JHPT Trop 10:1-12.

Bernard CB, Arnason JT, Philogene BJR, Lam J, Waddell T. 1989. Effect of lignans and other secondary metabolites of the asteraceae on the mono-oxygenase activity of the European corn borer. Phytochemistry 28(5) 1373-1377.

Bernard CB, Krishnamurty HG, Chauret D, Durst T, Philogene BJR et al. 1995. Insecticidal defenses of Piperaceae from the Neotropics. J Chem Ecol

21:801-814.

Bernard CB, Arnason JT, Philogène BJR, Lam J, Waddell T. 1990. In vivo effect of mixtures of allelochemicals on the life cycle of the European corn borer, Ostrinia nubilalis. Entomol Exp Appl

57:17-22.

(8)

Tephrosia vogelii and separation of rotenoid-rich fractions. J Agric Food Chem 188(3): 385-390. Dauterman WC, Hodgson E. 1978. Detoxication

Mechanism in Insect. In: Rockstein M (Ed),

Biochemistry of Insect, 541-577. London: Academic Press

Flores N, Jimenez IA, Gimenez A, Ruiz G, Gutierez D, Bourdy G, Bazzocchi IL. 2009. Antiparasitic activity of prenylated benzoic acid derivatives from Piper species. Phytochemistry 70:621-627. Fraenkel G. 1969. Evaluation of our thoughts on

secondary plant substances. Ent.Exp and Appl. 12:473-486.

Gaskins MH, White GA, Martin FW, Delfel NE, Ruppel EG, Barnes DK. 1972. Tephrosia vogelii:

A Source of Rotenoids for Insecticidal and Piscicidal Use. Washington DC: United States Department of Agriculture.

Jensen HR, Scoot IM, Sims S, Trudeau VL, Arnason

JT. 2006a. Gene expression proiles of Drosophila melanogaster exposed to an insecticidal extract of Piper nigrum. Journal of Agricultural and Food Chemistry 54:1289-1295.

Jensen HR, Scott IM, Sims SR, Trudeau VL, Arnason JT. 2006b. The effect of a synergistic concentration of a piper nigrum extract used in conjunction with pyrethrum upon gene expression in Drosophila melanogaster. Insect Molecular Biology 15 (3): 329-339.

Kranthi KR. 2005. Insecticide Resistance. Central Institute for Cotton Research, PB. No.2, Shankarnagar PO. Nagpur-India

Kogan M. 1982. Plant resistance in pest management. In : Metcalf RL, Luckman WH (Eds), Introduction to Insect Pest Management. 2nd, pp. 93-134. New York: JhonWilley & Sons.

Lago JHG, Chen A, Young MCM, Guimaraes EF, Oliveira A de, Kato MJ. 2009. Prenylated benzoic acid derivatives from Piper aduncum

L. and P. hostmannianum C. DC. (Piperaceae).

Phytochem Lett 2:96-98.

Lambert N, Trouslot MF, Campa CN, Chrestin H. 1993. Production of rotenoids by heterotrophic and photomixotrophic cell cultures of Tephrosia vogelii. Phytochemistry 34:1515-1520.

Lina EC, Prijono D, Dadang. 2006. Physiological interferences in the soybean armyworms

Spodoptera litura F. caused by active fractions of Aglaia harmsiana extract. Jurnal Tumbuhan Tropika 6(1):1-8.

Metcalf RL. 1967. Mode of action of insecticide synergists. Annu Rev Entomol 12:229-256. Miller JR, Stricler KL. 1984. Finding and accepting

host plants. In: Bell WJ, Carde RT (Ed), Chemical Ecology of Insect, pp. 127-157. Massachusetts: Sinauer, Sunderland.

Morallo-Rejesus B. 1986. Botanical insecticides against the diamondback moth. http://www. avrdc.orgpdf86dbm86DBM23.pdf [16 Maret 2007].

Nailufar N. 2011. Aktivitas insektisida ekstrak daun

Tephrosia vogelii (Leguminosae) dan buah

Piper aduncum (Piperaceae) terhadap larva

Crocidolomia pavonana [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Omura T, Sato R. 1964. The carbon monoxide-binding pigment of liver microsomes;

solubilization, puriication, and properties. The Journal of Biological Chemistry 239 (7):2379-2385.

Perry AS, Yamamoto I, Ishaaya I, Perry RY. 1998.

Insecticides in Agriculture and Environment: Retrospects and Prospects. Berlin: Springer-Verlag.

Schoonhoven LM, Van Loon JJA, Dicke M. 2005.

Insect Plant Biology:. Oxford University Press. London.

Scott IM, Jensen HR, Philogene BJR, Arnason JT. 2007. A review of Piper spp. (Piperaceae): phytochemistry, insecticidal activity, and mode of action. Phytochem Rev 7:65-75.

Steel RGD, Torrie JH, Dickey DA. 1997. Principles and Procedures of Statistics: A Bio metri cal Approach. 3rd ed. Boston: McGraw-Hill.

Waldbauer GP. 1968. The consumption and utilization of food by insect. Adv Insect Physiol 1: 229-288. Wulan RDR. 2008. Aktivitas insektisida ekstrak

Gambar

Tabel 1. Efek antifeedant ekstrak campuran Tephrosia vogelii :  Piper aduncum (1 : 5) terhadap Crocidolomia pavonana
Tabel 2. Pengaruh ekstrak campuran Tephrosia vogelii : Piper aduncum (1:5) terhadap indeks eisiensi pemanfaatan makanan larva Crocidolomia pavonana

Referensi

Dokumen terkait

Disamping itu remaja dengan harga diri rendah cenderung untuk tidak berani mencari tantangan- tantangan baru dalam hidupnya, lebih senang menghadapi hal-hal yang sudah

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul Pengaruh Ekstrak Daun

Hak asasi manusia meliputi hak hidup, hak kemerdekaan atau kebebasan, hak milik dan hak-hak dasar lain yang melekat pada diri pribadi manusia dan tidak dapat di ganggu gugat

b) Uncooperative students. In the beginning of lesson, all students were active and curios in accepting material and instructions. But sometimes, there were some

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan dan status gizi ibu hamil dengan kejadian anemia di Puskesmas Gatak Kabupaten

Dengan melakukan pengamatan suasana didalam toko dan display produk dikasir Yeni Toserba, maka perlu dilakukan penelitian untuk lebih mengatahui sejauh mana Hubungan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan Panca Program Unggulan Kabupaten Wonogiri yang dilihat dari visi misi RPJMN hingga visi misi pemerintah

Tidak setuju, menonton film seperti itu membuat ketagihan untuk terns nonton sehingga tidak sempat belajar... Ternan-ternan jacky terns mengajaknya bahkan mereka