BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Pemasaran
2.1.1 Pengertian Pemasaran
Pemasaran berhubungan dengan mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan masyarakat.Menurut Kotler (2007:7), Pemasaran adalah
proses sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan
secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain. Menurut Ma’ruf (2005:1) Pemasaran secara mudahnya adalah kegiatanmemasarkan barang atau jasa umumnya kepada masyarakat, dan
khususnya kepada pembeli potensial.Pemasaran dikembangkan sebagai suatu pola yang tertata dalam suatu sistem yang sering kali disebut sebagai ilmu dan juga
dikembangkan dengan cara masing-masing pelaku sehingga disebut improvisasi dan karenanya disebut seni. Dalam prakteknya, pemasaran dijalankan dengan kedua cara itu, ilmu dan seni. Pemasaran ritel sebagai kegiatan pemasaran dalam
perdagangan eceran juga dijalankan dengan kedua cara itu. Pemasaran adalah suatu proses sosial yang mengakibatkan kegiatan-kegiatan penting yang
2.1.2 Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Menurut Kotler dan Armstrong (2001:98) mengatakan, Marketing
Mixadalah campuran dari variabel pemasaran yang dapat dikendalikan (controllable variabels)yang digunakan oleh suatu perusahaan untuk mengejar tingkat penjual
an yang diinginkan dalam pasar sasaran. Marketing Mixterdiri dari 4 (empat) unsur, yaitu:
1. Product(Produk), yaitu merupakan kombinasi barang dan jasa yang perusahaan tawarkan pada pasar sasaran.
2. Price(Harga), yaitu merupakan jumlah uang yang harus konsumen bayarkan
untuk mendapatkan produk tersebut.
3. Place (Tempat), yaitu merupakan berbagai kegiatan perusahaan untuk
membuat produk yang dihasilkan atau dijual menjadi lebih terjangku dan tersedia bagi konsumen sasaran.
4. Promotion (promosi), yaitu kegiatan perusahan untuk mengkonsumsi dan
memperkenalkan produk pada sasaran. 2.2 Harga (Price)
2.2.1Pengertian Harga
Menurut Kotler dan Armstrong (2001:439) harga adalah sejumlah uang yang di bebankan atas suatu produk, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen
atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk tersebut. Harga adalah estimasi penjual terhadap arti ekspresi nilai yang menyangkut kegunaan
(Kartajaya, 2002:481). Harga merupakan salah satu faktor yang harus dikendalikan secara serasi, selaras dengan tujuan yang ingin dicapai oleh
perusahaan. Segala keputusan yang menyangkut dengan harga akan sangat mempengaruhi aspek kegiatan suatu usaha baik yang menyangkut kegiatan penjualan ataupun aspek keuntungan yang ingin dicapai oleh suatu lini usaha.
Menurut Saladin (2003:95) pengertian harga adalah “sejumlah uang sebagai alat tukar untuk memperoleh produk atau jasa. Harga dapat juga dikatakan penentuan
nilai suatu produk dibenak konsumen”. Harga memiliki pengaruh paling utamadalamposisi kompetitif perusahaan dan pangsa pasarnya. Karena itu harga menentukan pendapatan perusahaan dan laba bersih. Konsumen memandang
harga sebagai persepsi tingkatan baik buruknya kualitas produk, terutama jika konsumen harus mengambil keputusan pembelian dengan informasi yang tidak
cukup. Maka dapat disimpulkan bahwa harga adalah kemampuan seseorang dalam menilai suatu barang dengan satuan alat ukur rupiah untuk dapat membeli produk yang ditawarkan. Jadi harga tidaklah sekadar perhitungan biaya-biaya ditambah
sejumlah persentase tertentu sebagai tingkat keuntungan yang diharapkan.
Konsumen sangat mempertimbangkan harga sebelum melakukan
keputusan pembelian. Menurut Stanton (dalam Rosvita, 2010), terdapat 4 ukuran harga, yaitu:
a. Keterjangkauan harga
b. Kesesuaian harga dengan kualitas produk c. Daya saing harga
4.2.2 Tujuan Penetapan Harga
Menurut Lovelock dan Patterson (Tjiptono, 2005:193) tujuan umum penetapan harga adalah untuk mendukung strategi bauran pemasaran secara keseluruhan. Setiap keputusan mengenai strategi penetapan harga harus
didasarkan pada pemahaman secara mendalam atas tujuan spesifik yang ingin perusahaan capai. Ada 3 (tiga) tujuan spesifik penetapan harga, yakni:
1. Tujuan berorientasi pendapata a. Mengejar profit
1) Menghasilkan surplus sebesar mungkin
2) Mencapai tingkat target spesifik, tetapi tidak berusaha memaksimalkan laba
b. Menutup biaya
1) Menutup biaya teralokasi secara penuh (termasuk biaya overheadinstitusional).
2) Menutup biaya penyediaan satu kategori jasa atau produk tertentu(setelah dikurangi biaya overhead institusional dan segala
macam hibah spesifik).
3) Menutup biaya penjualan inkrimental kepada satu pelanggan ekstra. 2. Tujuan berorientasi kapasitas
Mengubah harga sepanjang waktu untuk memastikan bahwa permintaan sesuai dengan penawaran yang tersedia pada setiap waktu tertentu (sehingga
3. Tujuan berorientasi pelanggan
a. Memaksimumkan permintaan (apabila kapasitasnya tidak terbatas) dalam rangka mencapai tingkat pendapatan minimum tertentu.
b. Menetapkan harga sesuai dengan perbedaan kemampuan membayar
berbagai segmen pasar yang menjadi target pemasaran organisasi.
c. Menawarkan metode pembayaran (termasuk fasilitas kredit) yang bisa
meningkatkan kemungkinan membeli.
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penetapan Harga
Perusahaan dalam menetapkan harga suatu produk atau jasa, ada dua
faktor yang harus dipertimbangkan (Kotler & Armstrong, 2001:154), yaitu: 1. Faktor Internal Perusahaan, meliputi:
a. Tujuan pemasaran perusahaan
Faktor utama yang menetukan dalam penetapan harga adalah tujuan pemasaran perusahaan. Tujuan tersebut bisa berupa maksimisasi laba,
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, meraih pangsa pasar yang besar, menciptakan kepemimpinan dalam hal kualitas, mengatasi
persaingan, melaksanakan tanggung jawab sosial, dan lain-lain. b. Strategi bauran pemasaran
Harga adalah salah satu komponen bauran pemasaran. Oleh karena itu,
harga perlu dikoordinasikan dan saling mendukung dengan bauran pemasaran lainnya, yaitu produk, distribusi, dan promosi.
Biaya merupakan faktor yang menentukan harga minimal yang harus ditetapkan perusahaan agar tidak mengalami kerugian. Oleh karena itu,
setiap perusahaan sangat memperhatikan biaya (biaya tetap dan biaya variabel), serta jenis-jenis biaya lainnya.
2. Faktor Eksternal Perusahaan, meliputi:
a. Sifat pasar dan permintaan Setiap perusahaan perlu memahami sifat pasar dan permintaan yang dihadapinya, apakah termasuk pasar
persaingan sempurna, persaingan monopoli, maupun oligopoli. Faktor lainnya yang tidak kalah pentingnya ialah elastisitas permintaan.
b. Persaingan
Kebebasan perusahaan dalam menentukan harga itu bergantung pada jenis pasar yang berbeda-beda. Berdasarkan bentuk persaingannya, ada
empat jenis pasar, antara lain: pasar persaingan murni, pasar persaingan monopoli, pasar persaingan oligopoli, pasar monopoli murni.
Menurut Simamora (2001:200), langkah-langkah yang dapat dilakukan
dalampenetapan harga adalah :
1. Analisis keadaan pasar, yakni memeahami hubungan permintaan dan harga,
karena perubahan harga dapat memberikan pengaruh besar terhadap permintaan.
2. Identifikasi faktor-faktor pembatasan adalah faktor yang membatasi
perusahaan dalam menetapkan harga.
3. Menetapkan sasaran yang menjadikan sasaran umum adalah memperoleh
4. Analisis potensi keuntungan suatu usaha perlu mengetahui beberapa keuntungan yang ingin mereka peroleh.
5. Penentuan harga awal harga disepakati bahwa harga awal bagi produk baru yang pertama kali diluncurkan berdasarkan kesepakatan bersama.
6. Penetapan harga disesuaikan dengan keadaan lingkungan yang selalu
berubah, oleh karena itu, harga harus disesuaikan. 2.3 Lokasi
2.3.1 Pengertian dan Pentingnya Lokasi
Lokasi merupakan struktur fisik dari sebuah usaha yang merupakan komponen utama yang terlihat dalam membentuk kesan sebuah usaha yang
dilakukan perusahaan dalam melakukan penempatan usahanya dan kegiatan dalam menyediakan saluran pelayanan yang dibutuhkan oleh konsumen
(Utami,2012:89).
Lokasi berhubungan dengan keputusan yang dibuat oleh perusahaan mengenai dimana operasi akan ditempatkan. Hal yang paling penting dari
lokasiadalah tipe dan tingkat interaksi yang terlibat.
Dalam bisnis, mencari dan menentukan lokasi merupakan tugas yang
paling penting karena penentuan lokasi yang tepat merupakan kunci kesuksesan suatu bisnis.Dalam menentukan lokasi usaha, faktor yang harus dipertimbangkan, yaitu kestrategisan, apakah daerah tersebut dapat dijadikan pusat bisnis atau
bukan. Hal lain yang juga harus dipertimbangkan yaitu arus lalu lintasnya. Arus lalu lintas mempengaruhi penempatan lokasi usaha karena dapat menarik
Lokasi juga seringkali menentukan kesuksesan suatu bisnis, karena lokasi erat kaitannya dengan pasar potensial suatu perusahaan. Fleksibilitas suatu lokasi
merupakan sejauh mana suatu bisnis dapat bereaksi terhadap situasi ekonomi yang berubah karena keputusan pemilihan lokasi berkaitan dengan komitmen jangka panjang terhadap aspek-aspek yang bersifat capital intensif, maka suatu
perusahaan haruslah benar-benar mempertimbangkan dan menyeleksi lokasi yang responsif terhadap perubahan-perubahan ekonomi, demografis, budaya, dan
persaingan di masa mendatang (Tjiptono, 2004:41). Dalam menentukan lokasi dimulai dengan memilih komunitas.Keputusan ini sangat bergantung pada potensi pertumbuhan ekonomis dan stabilitas maupun persaingan serta iklim politik
(Utami, 2012:93).
2.3.2 Faktor yang Dipertimbangkan dalam Pemilihan Lokasi
Pemilihan tempat atau lokasi memerlukan pertimbangan yang cermat terhadap beberapa faktor berikut (Tijptono, 2004:42-43) :
1. Akses, lokasi yang dilalui mudah dijangkau sarana transportasi umum.
2. Visibilitas, misalnya lokasi yang dapat dilihat dengan jelas dari tepi jalan. 3. Lalu lintas (traffic), dimana ada dua hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
a. Banyaknya orang yang lalu lalang bisa memberikan peluang besar terjadinya impulse buying (proses pembelian tidak terencana).
b. Kepadatan dan kemacetan lalu lintas bisa pula menjadi hambatan.
4. Tempat parkir yang luas dan aman.
5. Ekspansi, yaitu tersedia tempat yang cukup luas untuk perluasan usaha di
kemudian hari.
7. Persaingan, yaitu lokasi pesaing. 8. Peraturan Pemerintah
2.4 Lifestyle (Gaya Hidup)
2.4.1 Pengertian Lifestyle (Gaya Hidup)
Menurut Suratno dan Rismiati 2001 (Yuniarti, 2015:27), gaya hidup
adalah.pola hidup seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam kegiatan, minat, dan pendapat yang bersangkutan. Menurut Brandon dan
Forney 2002 (Yuniarti, 2015:29), menyatakan bahwa gaya hidup berasal dari nilai-nilai dasar individu yang mendasari perilaku konsumen seseorang yang dapat merefleksikan suatu tren dan gaya berpakaian orang tersebut.
Menurut Reynold (Yuniarti, 2015:29), menyatakan bahwa remaja putri lebih banyak membelanjakan uangnya daripada remaja putra untuk keperluan
penampilan, seperti pakaian, kosmetik, aksesoris, dan sepatu termasuk yang bermerek eksklusif dan mahal. Gaya hidup yang mengutamakan penggunaan produk dengan merek eksklusif dan terkenal disebut gaya hidup brand minded.
Menurut Mowen dan Minor (2002:282) lifestyle (gaya hidup) menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana mereka membelanjakan
uangnya, dan bagaimana mereka mengalokasikan waktu mereka. Lifestyle (gaya hidup) dan kepribadian sangat erat hubungannya.
Menurut Rhenald Kasali (Amir, 2005: 53) lifestyle (gaya hidup) adalah
bagaimana orang menghabiskan waktu dan uangnya, dan semua tercermin pada aktivitas-aktivitas, minat, dan opini mereka.
serta ditunjukkan dengan bagaimana seseorang menghabiskan waktu dan uangnya.
2.4.2 Klasifikasi Lifestyle (Gaya Hidup)
Menurut Susan et al, ”Nine Consumtion Lifestyles”, (Mowen dan Minor (2002:295), terdapat sembilan gaya hidup konsumsi:
1. Functionalists. Menghabiskan uang untuk hal-hal yang penting. Pendidikan rata-rata, pendapatan rata-rata, kebanyakan pekerja kasar (buruh). Berusia
kurang dari 55 tahun dan telah menikah serta memiliki anak.
2. Nurturers. Muda dan berpendapatan rendah. Mereka berfokus pada membesarkan anak, baru membangun rumah tangga dan nilai-nilai keluarga.
Pendidikan diatas rata-rata.
3. Aspirers. Berfokus pada menikmati gaya hidup tinggi dengan
membelanjakan sejumlah uang di atas rata-rata untuk barang-barang berstatus, khususnya tempat tinggal. Memiliki karakteristik “Yuppie” klasik. Pendidikan tinggi, pekerja kantor, menikah tanpa anak.
4. Experientials. Membelanjakan jumlah di atas rata-rata terhadap barang-barang hiburan, hobi, dan kesenangan (convenience). Pendidikan rata-rata
tetapi pendapatannya di atas rata-rata karena mereka adalah pekerja kantor. 5. Succeeders. Rumah tangga yang mapan. Berusia setengah baya dan
berpendidikan tinggi. Pendapatan tertinggi dari kesembilan kelompok ini.
Menghabiskan banyak waktu pada pendidikan dan kemajuan diri. Menghabiskan uang di atas rata-rata untuk hal-hal yang berhubungan
6. Moral majority. Pengeluaran yang besar untuk organisasi pendidikan, masalah politik dan gereja. Berada pada tahap empty-nest. Pendapatan
tertinggi kedua. Pencari nafkah tunggal.
7. The golden years. Kebanyakan adalah para pensiunan, tetapi pendapatannya tertinggi ketiga. Melakukan pembelian tempat tinggal kedua atau
me-remodelling tempat tinggal. Melakukan pengeluaran yang besar pada produk-produk padat modal dan hiburan.
8. Sustainers. Kelompok orang dewasa dan tertua. Sudah pensiun. Tingkat pendapatan terbesar dibelanjakan untuk kebutuhan sehari-hari dan alkohol. Pendidikan rendah, pendapatan terendah kedua.
9. Subsisters. Tingkat sosial ekonomi rendah. Presentase kehidupan pada kesejahteraan di atas rata-rata. Kebanyakan merupakan keluarga-keluarga
dengan pencari nafkah dan orang tua tunggal. Jumlahnya di atas rata-rata kelompok minoritas.
2.4.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lifestyle (Gaya Hidup)
Kotler dan Armstrong (2012:48) mengemukakan bahwa gaya hidup seseorang dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh individu seperti
kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan atau mempergunakan barang-barang dan jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.
Lebih lanjut Kotler dan Armstrong (2012: 48) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada 2 faktor-faktor yaitu faktor-faktor yang
kepribadian, konsep diri, motif, dan persepsi. Sedangkan faktor eksternal yaitu kelompok referensi, keluarga, dan kelas sosial.
2.4.4 Dimensi Lifestyle (Gaya Hidup) AIO (Activity, Interest, Opinion)
Psikografik adalah ilmu tentang pengukuran dan pengelompokkan lifestyle (gaya hidup) konsumen (Kotler, 2002:193). Sedangkan psikografik menurut
Sumarwan (2003:58), adalah suatu instrumen untuk mengukur lifestyle (gaya hidup), yang memberikan pengukuran kuantitatif dan bisa dipakai untuk
menganalisis data yang sangat besar. Analisis psikografik biasanya dipakai untuk melihat segmen pasar. Analisis psikografik sering juga diartikan sebagai suatu riset konsumen yang menggambarkan segmen konsumen dalam hal kehidupan,
pekerjaan dan aktivitas lainnya. Psikografik berarti menggambarkan psikologis konsumen.
Psikografik adalah pengukuran kuantitatif lifestyle (gaya hidup), kepribadian dan demografik konsumen. Psikografik sering diartikan sebagai pengukuran AIO (activity, interest, opinion), yaitu pengukuran kegiatan, minat,
dan pendapat konsumen. Psikografik memuat beberapa pernyataan yang menggambarkan kegiatan, minat, dan pendapat konsumen.
Tabel 2.1 Dimensi Gaya Hidup
Komunitas Sumber: Joshep Plummer (Amir, 2005: 110)
2.5 Keputusan Pembelian
2.5.1 Pengertian Keputusan Pembelian Konsumen
Konsumen memiliki perilaku yang berbeda dalam memenuhi kebutuhannya, oleh karena itu seorang pemasar harus mengerti bagaimana perilaku konsumen agar dapat menentukan cara yang paling tepat untuk menjual
dan mengembangkan produk yang akan memuaskan konsumen dan sekaligus memperoleh laba. Perilaku ini mengantarkan kosumen kedalam proses keputusan
pembelian. Terdapat berbagai definisi mengenai perilaku konsumen antara lain seperti yang dikemukakan oleh Hendri Ma’ruf (2006:50), yaitu: “keputusan pembelian adalah proses yang terjadi pada konsumen ketika ia memutuskan
membeli, apa yang dibeli, dimana, kapan, dan bagaimana membelinya”. MenurutPrasetijo dan Ihalaw (2005:9) yang diterjemahkan dari Schiffman dan
Kanuk, perilaku konsumen adalah: “Proses yang dilalui oleh seorang dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan bertindak pasca konsumsi produk, jasa maupun ide yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan”.
2.5.2 Proses Keputusan Pembelian Konsumen
Menurut Kotler dan Armstrong (Sangadji dan Sopiah, 2013:36), proses keputusan pembelian konsumen terdiri dari lima tahap yang meliputi :
1. Pengenalan Masalah
Pengenalan masalah merupakan tahap pertama dari proses pengambilan
kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan nyata dengan keadaan yang diinginkan. Pada tahap ini pemasar harus meneliti konsumen
untuk menemukan jenis kebutuhan atau masalah apa yang akan muncul, apa yang memunculkan mereka, dan bagaimana, dengan adanya masalah tersebut, konsumen akan termotivasi untuk memilih produk tertentu.
2. Pencarian informasi
Pencarian informasi (information search) merupakan tahap dimana
konsumen telah tertarik untuk mencari lebih banyak informasi. Dalam hal ini, konsumen mungkin hanya akan meningkatkan perhatian atau aktif mencari informasi. Konsumen dapat memperoleh informasi dari sumber
manapun, misalnya :
a. Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan
b. Sumber komersial : iklan, wiraniaga, dealer, kemasan, pajangan
c. Sumber publik : media massa, organisasi penilai pelanggan
d. Sumber pengalaman : menangani, memeriksa, dan menggunakan produk.
3. Evaluasi Alternatif
Evaluasi berbagai alternatif (alternative evaluation) merupakan tahap dimana
konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek-merek alternatif
dalam susunan pilihan. Bagaiman konsumen mengevaluasi alternatif pembelian
tergantung pada konsumen dan situasi pembelian tertentu.
4. Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian merupakan tahap dalam proses pengambilan keputusan
pembelian sampai konsumen benar-benar membeli produk.
Perilaku pascapembelian merupakan tahap dalam proses pengambilan
keputusan pembelian dimana konsumen mengambil tindakan lebih lanjut
setelah membeli berdasarkan kepuasan atau ketidakpuasan yang mereka
rasakan.
2.5.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian konsumen dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu (1) faktor internal, (2) faktor eksternal, dan (3) faktor situasional. Menurut Sangadji
dan Sopiah (2013 : 41), faktor internal meliputi : persepsi, keluarga, motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, pembelajaran, kelompok usia, dan gaya hidup sedangkan faktor eksternal meliputi : budaya, kelas sosial, dan keanggotaan dalam
suatu kelompok. 1. Faktor Internal
Faktor internal atau faktor pribadi memainkan peranan penting dalam pengambilan keputusan konsumen, khususnya bila ada keterlibatan yang tinggi dan risiko yang dirasakan atas produk atau jasa yang memiliki
fasilitas publik. a. Persepsi
Persepsi adalah proses individu untuk mendapatkan, mengorganisasi, mengolah, dan menginterpretasikan informasi. Informasi yang sama bisa dipersepsikan berbeda oleh individu yang berbeda (Sangadji & Sopiah,
2013 42). b. Keluarga
c. Motivasi dan Keterlibatan
Motivasi muncul karena adanya kebutuhan yang dirasakan oleh
konsumen. Kebutuhan sendiri muncul karena konsumen merasakan ketidaknyamanan (state of tension) antar yang seharusnya dirasakan dan yang sesungguhnya dirasakan.
d. Pengetahuan
Menurut Engel dalam Sangadji dan Sopiah (2013 : 43) pengetahuan
dapat dedefinisikan sebagai informasi yang disimpan dalam ingatan. Himpunan bagian dari informasi total yang relevan dengan fungsi konsumen di dalam pasar disebut pengetahuan.
e. Sikap
Sikap merupakan kecenderungan faktor motivasional yang belum
menjadi tindakan. Sikap merupakan hasil belajar, sikap merupakan nilai yang bervariasi (suka-tidak suka). Sikap ditujukan kepada suatu objek, bisa personal atau nonpersonal (Sangadji & Sopiah, 2013 : 44).
f. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses yang dilakukan secara sadar yang
berdampak terhadap adanya perubahan kognitif, afektif, dan psikomotor secara konsisten dan relatif permanen. Pembelajaran terjadi ketika konsumen berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginan (Sangadji &
Sopiah, 2013 : 45). g. Gaya hidup
yang berinteraksi dan kelompok orang yang lebih besar, seperti segmen pasar (Limakrisna & Supranto, 2007:145).
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal terdiri atas budaya, kelas sosial, dan keanggotaan dalam
suatu kelompok.
a. Budaya Budaya merupakan variabel yang memengaruhi perilaku
konsumen yang tercermin dari hidup, kebiasaan, dan tradisi dalam permintaan akan bermacam-macam barang dan jasa yang ditawarkan. b. Kelas sosial
Kelas sosial didefinisikan sebagai pembagian anggota-anggota masyarakat ke dalam suatu hirarki kelas-kelas status yang berbeda,
sehingga anggota dari setiap yang relatif sama mempunyai kesamaan. c. Keanggotaan dalam suatu kelompok (group membership)
Setiap orang akan bergabung dengan kelompok-kelompok tertentu.
Alasan bergabungnya individu dengan suatu kelompok bisa bermacam-macam, misalnya karena ada kesamaan hobi, profesi, pendidikan, suku,
etnis, budaya, agama, bangsa, dan lain-lain. Suatu kelompok akan memengaruhi perilaku anggotanya, termasuk dalam proses pengambilan keputusan pembelian produk (Sangadji & Sopiah, 2013 : 49).
3. Faktor Situasional
Situasi dapat dipandang sebagai pengaruh yang timbul dari faktor yang
karakteristik konsumen dan karakteristik objek menurut Engel dalam Sangadji dan Sopiah (2013 : 49).
2.6 Kerangka Konseptual
Dalam suatu proses pembelian, biasanya konsumen mempertimbangkan lebih dahulu tentang produk apa yang akan dibelinya, apa manfaatnya, apa
kelebihannya dari suatu produk, sehingga konsumen mempunyai keyakinan untuk mengambil keputusan pembelian. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian oleh konsumen, seperti harga, lokasi, dan juga gaya hidup
yang merupakan salah satu faktor pendorong keputusan pembelian.
Harga (X1) merupakan salah satu faktor yang harus dikendalikan secara
serasi, selaras dengan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan. Segala keputusan yang menyangkut dengan harga akan sangat mempengaruhi aspek kegiatan suatu usaha, baik yang menyangkut kegiatan penjualan atau pun aspek
keuntungan yang ingin dicapai suatu usaha. Menurut Saladin (2003: 95) pengertian harga adalah “ sejumlah uang sebagai alat tukar untuk memperoleh
produk atau jasa. Harga (X1) dapat juga dikatakan penentuan nilai suatu produk dibenak konsumen”.
Harga (X1) memiliki pengaruh paling utama dalam posisi kompetitif
perusahaan dan pangsa pasarnya. Karna itu harga menentukan pendapatan perusahaan dan laba bersih. Konsumen memandang harga sebagai persepsi
Tingkat harga sering kali dianggap dapat mencerminkan kualitas dari barang dagangan dan pelayanan yang diberikan, sehingga akan mempengaruhi
konsumen dalam menentukan pilihannya untuk berbelanja pada sebuah bisnis (Utami, 2012:87).
Lokasi (X2) merupakan struktur fisik dari sebuah usaha yang merupakan
komponen utama yang terlihat dalam membentuk kesan sebuah usaha yang dilakukan perusahaan dalam melakukan penempatan usahanya dan kegiatan
dalam menyediakan saluran pelayanan yang dibutuhkan oleh konsumen (Utami, 2012: 89). Lokasi (X2) berhubungan dengan keputusan yang dibuat oleh perusahaan mengenai dimana operasi akan ditempatkan. Hal yang paling penting
dari lokasi adalah tipe dan tingkat interaksi yang terlibat.
Dalam bisnis, mencari dan menentukan lokasi merupakan tugas yang
paling penting karena penentuan lokasi yang tepat merupakan kunci kesuksesan suatu bisnis. Dalam menentukan lokasi usaha, faktor yang harus dipertimbangkan yaitu, ke strategisan, apakah daerah tersebut dapat dijadikan pusat bisnis atau
bukan. Hal lain yang juga harus dipertimbangkan yaitu harus lalu lintasnya. Arus lalu lintas mempengaruhi penempatan lokasi usaha karena dapat menarik
konsumen untuk mengunjungi bisnis tersebut dan bahkan juga memungkinkan konsumen untuk membeli (Utami, 2012: 89).
Gaya hidup merupakan keseluruhan pola hidup seseorang yang diekspresi
dalam aktifitas, minat dan opini yang berinteraksi dengan lingkungannya (Hasan, 2008:135). Gaya hidup mempengaru segala aspek perilaku konsumsi seseorang.
Berdasarkan teori maka dapat dilihat kerangka konseptual yangmenggambarkan hubungan dari variabel independen, dalam hal ini adalah
harga (X1), lokasi(X2), dan gaya hidup (X3) terhadap variabel dependen yaitu keputusan pembelian (Y) yang dilakukan oleh konsumen.
Variabel-variabel tersebut akan dianalisis dalam penelitian sehingga
diketahui beberapa besar pengaruh masing-masingvariabeltersebut dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Kerangka konseptual dapat
dilihat sebagai berikut:
Gambar 2.1
Skema Kerangka Konseptual
Sumber: Diolah Peneliti, 2016
2.7 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan faktor pendukung bagi sebuah penelitian.
Demikian penelitian ini juga dibuat dengan dukungan penelian terdahulu diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Dian Hartati Lubis (Universitas Sumatera Utara, 2012) dalam Skripsi
dengan Judul “Pengaruh Harga, Lokasi, Produk dan Gaya Hidup terhadap Minat Berkunjung Kembali ke Coffee Cangkir Dr.Mansyur Medan”. Hasil
LOKASI (X2)
KEPUTUSAN PEMBELIAN (Y)
HARGA (X1)
penelitian berdasarkan analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa secara serempak variabel harga, lokasi, dan gaya hidup berpengaruh positif
dan signifikan terhadap minat berkunjung kembali ke Coffee Cangkir Dr.Mansyur Medan, dan variabel promosi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap minat berkunjung kembali ke Coffee Cangkir
Dr.Mansyur Medan. Gaya hidup adalah variabel paling dominan dalam mempengaruhi minat berkunjung kembali ke Coffee Cangkir Dr.Mansyur
Medan.
2. Nadhila Yasmin Qaishum Alim (Universitas Sumatera Utara, 2013) dalam Skripsi dengan Judul “Pengaruh Produk, Harga, dan Lokasi terhadap
Keputusan Pembelian Konsumen (Studi kasus di Kuede Kupie Ulee Kareng & Gayo). Berdasarkan hasil uji T variabel produk, harga, dan lokasi
terhadap variabel keputusan pembelian ditemukan bahwa seluruh variabel bebas berpengaruh secara parsial terhadap keputusan pembelian pada konsumen terhadap usaha Keude Kupie Ulee Kareng & Gayo. Berdasarkan
hasil uji koefisien determinasi diperoleh nilai Adjusted R Square sebesar 0,497 berarti 49,7% variabel keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh
variabel produk, harga dan lokasi sedangkan sisanya 50,3% dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti oleh penelitian ini.
3. Murniati (Universitas Sumatera Utara, 2014) dalam skripsi dengan judul
“Analisis Pengaruh Harga, Lokasi, dan Gaya Hidup Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen ( Studi Pada Music Coffe jl. Dr Mansyur Medan)”.
keputusan pembelian. Melalui uji F dapat diketahui bahwa harga, lokasi dan gaya hidup berpengaruh tidak signifikan terhadap keputusan pembelian.
Koefisien determinasi yang terlihat pada Adjusted R Square sebesar 0,043 menunjukkan bahwa 4,3% variabel keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh variabel harga, lokasi, dan gaya hidup sedangkan sisanya 95,7%
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
4. Suci Dwi Pangestu (Universitas Diponegoro, 2016) dalam skripsi dengan
judul “Pengaruh Gaya Hidup (Life Style) dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian (Studi Kasus pada Pelanggan Peacockoffie Semarang)”. Hasil penelitian menunjukkan variabel gaya hidup dan harga memiliki pengaruh
yang positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis regresi linier sederhana variabel gaya hidup
terhadapa keputusan pembelian dan uji t. Dari kedua variabel yang dianalisis secara parsial dan simultan, koefisien variabel harga lebih besar dari variabel gaya hidup. Dari kedua variabel juga diperoleh hasil bahwa variabel harga
berpengaruh lebih besar terhadap keputusan pembelian Peacockoffie Semarang, yaitu sebesar 0,288, sedangkan variabel gaya hidup sebesar
0,057. Sementara koefisien determinasi (R2) menunjukkan hasil analisis 19,6% variabel keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh kedua variabel tersebut, sementara sisanya 80,4% dijelaskan oleh variabel lain. Saran-saran
yang dapat diberikan untuk meningkatkan keputusan pembelian hendaknya Peacockoffie menetapkan standard operating procedure (SOP) dalam
5. Yayan Bagus Wijaya (Universitas Nusantara PGRI Kediri, 2015) dalam skripsi dengan judul “Pengaruh Harga, Lokasi, Promosi dan Gaya Hidup
Terhadap Keputusa Pembelian Rumah di Perumahan Puri asri)”. Berdasarkan Uji instrumen dengan menggunakan uji validitas dan reliabilitas. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier
berganda, dengan mempertimbangkan syarat uji asumsi klasik yaitu uji normalitas, uji multikolinieritas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas.
Pengujian hipotesis yang digunakan adalah uji statistik secara parsial (uji t)
dan uji statistik secara simultan (uji F) dengan taraf signifikan α = 5%.
Penganalisan data menggunakan program SPSS for windows versi 20. Hasil
pengujian secara secara parsial menunjukkan variabel harga, lokasi, promosi dan gaya hidup memberikan pengaruh signifikan dan positif terhadap