• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbanyakan Anggrek (Cattleya trianae Lindl & Rchb.fil.) Menggunakan Beberapa Komposisi Media Padat dan Cair Secara In Vitro Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbanyakan Anggrek (Cattleya trianae Lindl & Rchb.fil.) Menggunakan Beberapa Komposisi Media Padat dan Cair Secara In Vitro Chapter III VI"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur JaringanUPT. Balai Benih Induk, MedanJohor, Sumatera Utara, Indonesia. Penelitian ini dimulai pada bulan September 2016sampai dengan Januari 2017.

Bahan dan Alat Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan eksplan hasil subkultur ke-2 yang berumur 1 bulan dari anggrek C.trianaedengan jumlah daun 4 helaiyang didapat dari UPT.Balai Benih Induk Johor sebagai bahan perbanyakan. Komposisi media yang digunakan larutan stok media MS, ½ MS, ¼ MS, VW, Nitsch & Nitsch, ½ NN sebagai media tumbuh tanaman dengan BAP sebagai zat pengatur tumbuh (ZPT) yang digunakan. Air kelapa sebagai zat pengatur tumbuh alami. Bahan penyusun media lainnya, agar, akuades steril, dan bahan lainnya yang mendukung penelitian ini.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laminar Air Flow Cabinet (LAFC), shaker, botol kultur, autoklaf, timbangan analitik, rak kultur, hot

plate dengan magnetik stirer, erlenmeyer, gelas ukur, kaca tebal, pipet ukur, pinset, gunting, scalpel, lampu bunsen, pH meter, oven, aluminium foil, kompor gas, mikropipet, pipet tetes, dan alat-alat lainnya yang mendukung penelitian ini. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor perlakuan yaitu :

(2)

B2 : Media Padat

Faktor II : Jenis komposisi media dengan 6 taraf J1 : MS + BAP 1 ppm +air kelapa150ml/l J2 : ¾ MS + BAP 1 ppm +air kelapa 150ml/l J3 : ½ MS+ BAP 1 ppm +air kelapa 150ml/l J4 : VW+ BAP 1 ppm +air kelapa 150ml/l

J5 : Nitsch & Nitsch + BAP 1 ppm +air kelapa 150ml/l J6 : ½ Nitsch & Nitsch + BAP 1 ppm +air kelapa 150ml/l Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan sebagai berikut:

B1J1 B2J1 B1J2 B2J2 B1J3 B2J3 B1J4 B2J4 B1J5 B2J5 B1J6 B2J6 Jumlah perlakuan : 12

Jumlah ulangan : 5

Jumlah eksplan tiap tabung uji : 3 Jumlah seluruh tabung uji : 60 Jumlah seluruh eksplan : 180

Adapun model liner dari sidik ragam penelitian sebagai berikut: Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + ε ijk

(3)

Yijk = Nilai pengamatan unit percobaan pada perlakuan bentuk media ke-i, perlakuan jenis komposisi media ke-j, dan ulangan ke-k

µ = Nilai tengah umum

αi = Pengaruhbentuk media ke-i

βj = Pengaruh jenis komposisi media ke-j

(αβ)ij = Nilai tambah pengaruh interaksi bentuk media ke-i dan pengaruh jenis komposisi ke-j

εijk = Galat percobaan

(4)

PELAKSANAAN PENELITIAN Sterilisasi Alat-Alat

Sebelum semua alat-alat disterilisasi dan alat-alat kaca digunakan untuk kultur in vitro maka terlebih dahulu dicuci dan dikeringkan. Kemudian bungkus tabung dengan plastik tahan panas atau letakkan pada rak tabung, sedangkan untuk botol biasanya bisa langsung diletakkan pada autoklaf. Disterilkan tabung/botol dengan autoklaf pada suhu 121oC dengan tekanan 17,5 psi selama 60 menit. Setelah itu sterilkan secara kering tabung/botol di dalam oven pada suhu 150oC selama 1-2 jam.

Pembuatan Media

Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah mediaMurashige &Skoog(MS), ¾ MS, ½ MS, Vacin & Went, Nitsch & Nitsch dan ½ Nitsch & Nitsch yang dibuat dalam bentuk padat maupun cair. Sebelum dilakukan

pembuatan media tersebut, dilakukan pembuatan larutan stok hormon BAP serta penyediaan air kelapa. Larutan stok hormon BAP dibuat 1mg/l dan 150ml/l air kelapa. Kemudian larutan stok BAP disterilkan menggunakan autoclaf untuk meningkatkan sterilitas dari hormon tersebut.

Pengambilan Bahan Tanaman

(5)

Sterilisasi Bahan Tanaman di Laboratorium

Sterilisasi di laboratorium ialah dengan eksplan berasal dari biji yang telah tumbuh menjadi tunas mikro dengan jumlah daun 4 helai dipisahkan dari rumpunnya sehingga didapat satu tunas pereksplan. Tunas mikro dibersihkan dari sisa media yang masih melekat.

Persiapan Ruang Tanam

Seluruh permukaan laminar air flow cabinet sebelumnya dibersihkan terlebih dahulu dengan di lap menggunakan alkohol 70% lalu di sterilkan dengan sinar Ultra Violet selama 30 menit sebelum proses penanaman dilakukan. Semua alat dan bahan yang akan dipakai harus disemprot dengan alkohol 70% dan beberapa alat seperti pinset, gunting, scalpel setelah disemprot lalu dibakar di dalam ke dalam laminar air flow cabinet selama 1 menit. Hal ini dilakukan untuk menghindari resiko bahan penelitian terkontaminasi.

Penanaman

(6)

Pemeliharaan Eksplan

Tabung-botol kultur diletakkan pada shaker di dalam ruang kultur. Ruangan ini diusahakan bebas dari bakteri dan cendawan, dimana setiap hari disemprot dengan alkohol 70% atau dan disemprot formalin agar bebas dari organisme yang menyebabkan terjadi kontaminasi. Dalam penelitian ini suhu ruangan kultur yang digunakan 20+25°C, paling optimum 16oC dan intensitas cahaya 2000 lux serta dengan kondisi ruangan memiliki air conditionerdilengkapi filter hefa yang dibersihkan selama 6 bulan sekali. Apabila mengalami kontaminasi, segera diambil dari rak kultur agar mencegah kontaminasi ke tabung lainnya.

Peubah Amatan

Persentase Terbentuknya Tunas (%)

Persentase terbentuknya tunas dihitung pada akhir penelitian (8 MST) dengan rumus:

Persentase terbentuknya tunas = jumlah tunas yang terbentuk

jumlah eksplan seluruhnya (per perlakuan) x 100%

Jumlah Tunas (tunas)

Dihitung pada akhir penelitian dengan menghitung banyaknya tunas baru yang terbentuk dari setiap eksplan.

Panjang Tunas (cm)

(7)

Umur Muncal Tunas (hari)

Umur muncul tunas dihitung dari awal penanaman hingga terbentuknya tunas dalam satuan hari.

Jumlah Daun (helai)

Jumlah daun dihitung dari daun yang terbentuk yang telah terbuka sempurna pada eksplan yang dilakukan pada akhir percobaan.

Jumlah Akar (buah)

Akar yang dihitung adalah seluruh akar yang terbentuk. Jumlah akar dihitung pada saat akhir penelitian.

Panjang Akar (cm)

(8)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Dari hasil analisis data secara statistik diperoleh bahwa perlakuan bentuk media yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah tunas, panjang tunas, jumlah daun dan jumlah akar, tetapi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase terbentuknya tunas, umur munculnya tunas dan jumlah akar.

Perlakuan jenis komposisi media yang berbedamemberikan pengaruh yang nyata pada umur munculnya tunas dan panjang akar, tetapi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase terbentuknya tunas, jumlah tunas, panjang tunas, jumlah daun dan jumlah akar.

Interaksi antara bentuk media dan jenis komposisi mediamemberikan pengaruh yang nyata terhadappanjang tunas dan panjang akar, tetapi tidak memberikan pengaruh yang nyata pada persentase terbentuknya tunas, jumlah tunas, umur munculnya tunas, jumlah daun dan jumlah akar.

Tabel 1. Rekapitulasi peubah amatan sidik ragam pada perbanyakan tanaman anggrek C. trianae pada bentuk dan jeniskomposisi media (8 minggu setelah tanam)

Peubah Amatan Perlakuan

B J B x J

Persentase TerbentuknyaTunas (%)a tn tn tn

Jumlah Tunas (buah) a ** tn tn

BxJ = Interaksi bentuk media dengan jenis komposisi media ** = Sangat nyata pada taraf 5 %

(9)

Tabel 1 menunjukkan bahwabentuk media berpengaruh sangat nyata pada jumlah tunas, panjang tunas, jumlah daun dan jumlah akar. Eksplan berpengaruh sangat nyata padaumur muncul tunas dan panjang akar. Sedangkan interaksi bentuk x jenis berpengaruh sangat nyata pada panjang tunas dan panjang akar. Interaksi yang nyata menunjukkan adanya perbedaan respon eksplan yang diuji pada 2 bentuk media dan 6 jenis komposisi media tanam.

Persentase terbentuknya tunas (%)

Hasil pengamatan persentase terbentuknya tunas beserta sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 5.Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa bentuk media, jenis komposisi media dan interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap pembentukan tunas.

Tabel 2. Pengaruh perlakuan bentuk media dan jenis komposisi media terhadap persentase terbentuknya tunas.

Keterangan: - Perlakuan B1: Media Cair; B2: Media Padat

- Perlakuan J1: MS + BAP 1 ppm + air kelapa150ml/l; J2: ¾ MS + BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J3: ½ MS+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J4: VW+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J5: Nitsch & Nitsch+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J6: ½ Nitsch & Nitsch+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l

-Analisis dilakukan berdasarkan transformasi Arcusinus (1/4 n)

Tabel 2menunjukkan bahwa bentuk media, jenis komposisi media serta interaksi antara keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap persentase terbentuknya tunas anggrek C.trianae.

Jumlah Tunas (buah)

(10)

berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas yang dihasilkan. Namun, jenis komposisi mediaserta interkasi keduanya menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap jumlah tunas.

Rataan jumlah tunas dari perlakuan bentuk media dan jenis komposisi media dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Pengaruh perlakuan bentuk media dan jenis komposisi media terhadap jumlah tunas.

Keterangan: - Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. - Perlakuan B1: Media Cair; B2: Media Padat

- Perlakuan J1: MS + BAP 1 ppm + air kelapa150ml/l; J2: ¾ MS + BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J3: ½ MS+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J4: VW+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J5: Nitsch & Nitsch+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J6: ½ Nitsch & Nitsch+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l

-Analisis dilakukan berdasarkan transformasi (x+0,5)½

Tabel 3 menunjukkan bentuk media berpengaruh nyata pada jumlah tunas. Jumlah tunas rataan terbanyak adalah 2,31 (buah) yaitu pada perlakuan (B2)media padat. Sedangkan jumlah tunas rataan terendah adalah 1,45 (buah) yaitu pada perlakuan (B1) media cair.

Penampilan tunas yang berasal ditanam pada (B2) media padat dan (B1) media cair dapat dilihat pada gambar 3.

(11)

Gambar 3. menunjukkan bahwa eksplan yang ditanam pada (B2) media padat dapat membentukjumlah tunasyang lebih banyak dibandingkan dengan eksplan yang ditanam pada (B1) media cair.

Panjang tunas (cm)

Hasil pengamatan panjang tunas beserta sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 7. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa bentuk media tanam dan interaksi antara bentuk media dengan jenis komposisi media berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang tunas. Jenis komposisi media menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap pertambahan panjang tunas.

Rataan panjang tunas dari perlakuan bentuk media dan jenis komposisi media dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengaruh perlakuan bentuk media dan jenis komposisi media terhadap panjang tunas.

Keterangan: - Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. - Perlakuan B1: Media Cair; B2: Media Padat

- Perlakuan J1: MS + BAP 1 ppm + air kelapa150ml/l; J2: ¾ MS + BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J3: ½ MS+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J4: VW+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J5: Nitsch & Nitsch+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J6: ½ Nitsch & Nitsch+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l

-Analisis dilakukan berdasarkan transformasi (x+0,5)½

(12)

150 ml/l), B1J6 yaitu media cair (B1) pada jenis komposisi media J6(½ NN+ BAP 1 ppm + air kelapa 150 ml/l) dengan rataan panjang tunas masing- masing 1,00 (cm) dan 0.98 (cm). Panjang tunas terendah adalah 0,33 (cm) pada perlakuan B1J5 yaitu bentuk mediapadat (B1) pada media J5(NN +BAP 1 ppm + air kelapa 150 ml/l).Perlakuan B2J5 berbedanyata dengan perlakuan B1J1, B1J2, B1J3, B1J4, B1J5, B1J6, B2J1, B2J2, B2J3, B2J4 dan B2J6.

Penampilan tunas yang berasal ditanam pada media padat B2J5(NN + BAP 1 ppm + air kelapa 150 ml/l) dan media cair B1J5(NN + BAP 1 ppm + air kelapa 150 ml/l) dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. a. Penampilan tunas yang berasal dari media padat B2J5

(NN + BAP 1ppm + air kelapa 150 ml/l)

b.Penampilan tunas yang berasal dari media cair B1J5

(NN+ BAP 1ppm + air kelapa 150 ml/l)

Gambar 4. menunjukkan bahwa eksplan yang ditanam pada media B2J5 dapat membentuktunasyang lebih tinggi dibandingkan dengan eksplan yang ditanam pada media B1J5.

Umur Munculnya Tunas (hari)

Hasil pengamatan umur munculnya tunas beserta sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 8. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa jenis komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap umur munculnya tunas.

(13)

Bentuk media dan interkasi antara bentuk media dengan jenis komposisi media menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap umur munculnya tunas.

Rataan umur munculnya tunas dari perlakuan bentuk media dan jenis komposisi media dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Pengaruh perlakuan bentuk media dan jenis komposisi media terhadap umur munculnya tunas

Keterangan: - Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. - Perlakuan B1: Media Cair; B2: Media Padat

- Perlakuan J1: MS + BAP 1 ppm + air kelapa150ml/l; J2: ¾ MS + BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J3: ½ MS+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J4: VW+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J5: Nitsch & Nitsch+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J6: ½ Nitsch & Nitsch+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l

Tabel 5. menunjukkan umur munculnya tunastercepat adalah 11,03 (hari) setelah tanam pada perlakuan J6(½ NN + BAP 1 ppm + air kelapa150ml/l), diikuti J2 (¾ MS+ BAP 1 ppm + air kelapa150 ml/l) dengan rataan umur 11,77 (hari). Umur muncul tunas paling lama adalah pada perlakuan J1 (MS+ BAP 1 ppm + air kelapa150ml/l) yaitu dengan rataan 12,83(hari) setelah inisisasi.Perlakuan J6 dan J2 berbedanyata dengan perlakuan J1, J3, J4 dan J5 dalam mempercepat munculnya tunas.

Jumlah Daun (helai)

(14)

Rataan jumlah daun dari perlakuan bentuk media dan jenis komposisi media dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Pengaruh perlakuan bentuk media dan jenis komposisi media terhadap pertambahanjumlah daun.

Bentuk (B) Jenis (J) Rataan

J1 J2 J3 J4 J5 J6

...helai...

B1 12,00 10,80 8,00 9,25 8,67 9,00 9,62b B2 9,33 12,20 10,60 10,67 13,60 13,60 11,67a Rataan 10,67 11,50 9,30 9,96 11,13 11,30 10,64

Keterangan: - Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. - Perlakuan B1: Media Cair; B2: Media Padat

- Perlakuan J1: MS + BAP 1 ppm + air kelapa150ml/l; J2: ¾ MS + BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J3: ½ MS+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J4: VW+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J5: Nitsch & Nitsch+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J6: ½ Nitsch & Nitsch+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l

-Analisis dilakukan berdasarkan transformasi (x+0,5)½

Tabel 6.Menunjukkan bentuk media berpengaruh nyata pada pertambahanjumlah daun. Jumlah daun yang tertinggi dihasilkan pada perlakuan (B2) bentuk media padat dengan rataan 11,67 helai. Jumlah daun terendah pada (B1) bentuk media cair dengan rataan 9,62 helai. Perlakuan B1 berbeda nyata dengan perlakuan B2.

Penampilan tunas yang berasal ditanam pada (B2) media padat dan (B1)media cair dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. a. Penampilan tunas yang berasal dari (B2)media padat b.Penampilan tunas yang berasal dari (B1) media cair

(15)

Gambar 5. menunjukkan bahwa eksplan yang ditanam pada (B2) media padat dapat membentukdaunyang lebih baik dibandingkan dengan eksplan yang ditanam pada (B1) media cair.

Jumlah Akar (buah)

Hasil pengamatan jumlah akar beserta sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 10. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa bentuk media tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah akar namun jenis komposisi media berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan jumlah akar. Jenis komposisi media dan interaksi keduanya menunjukkan pengaruh tidak nyata.

Rataan jumlah akar dari perlakuan bentuk media dan jenis komposisi media dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Pengaruh perlakuan bentuk media dan jenis komposisi media terhadap pertambahanjumlah akar.

Keterangan: - Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. - Perlakuan B1: Media Cair; B2: Media Padat

- Perlakuan J1: MS + BAP 1 ppm + air kelapa150ml/l; J2: ¾ MS + BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J3: ½ MS+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J4: VW+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J5: Nitsch & Nitsch+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J6: ½ Nitsch & Nitsch+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l

-Analisis dilakukan berdasarkan transformasi (x+0,5)½

(16)

Tabel 7 Penampilan akar yang berasal ditanam pada (B2) media padat dan (B1) media cair dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. a. Penampilan akar yang berasal dari media padat b.Penampilan akar yang berasal dari media cair

Gambar 6. menunjukkan bahwa eksplan yang ditanam pada media padat dapat membentukakaryang lebih banyak dibandingkan dengan eksplan yang ditanam pada media cair.

Panjang Akar (cm)

Rataan panjang akar dari perlakuan bentuk media dan jenis komposisi media dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Pengaruh perlakuan bentuk media dan jenis komposisi media terhadap panjang akar.

Keterangan: - Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. - Perlakuan B1: Media Cair; B2: Media Padat

- Perlakuan J1: MS + BAP 1 ppm + air kelapa150ml/l; J2: ¾ MS + BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J3: ½ MS+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J4: VW+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J5: Nitsch & Nitsch+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J6: ½ Nitsch & Nitsch+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l

-Analisis dilakukan berdasarkan transformasi (x+0,5)½

Tabel 8. menunjukkan jenis komposisi media tanam dan interaksi antara bentuk media dengan jenis komposisi media berpengaruh nyata terhadap

(17)

pertambahan panjang akar. Bentuk media menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap pertambahan panjang akar.Hasil pengamatan panjang akar beserta sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 11.

Panjang akar tertinggi adalah 1,15 (cm) pada perlakuan B1J6 yaitu media cair (B1) pada jenis komposisi media J6 (½ NN + BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l).Panjang akar terendah adalah 0,30 (cm) pada perlakuan B1J3 yaitu bentuk cair (B1) pada media J3(½ MS +BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l).Perlakuan B1J6 dan B1J3 berbedanyata dengan perlakuan B1J1, B1J2, B1J4, B1J5, B2J1, B2J2, B2J3, B2J4, B2J5 dan B2J6.

Penampilan akar yang berasal ditanam pada media cair B1J6 (½ NN + BAP 1 ppm + air kelapa 150 ml/l) dan media cair B1J3 (½ MS + BAP 1 ppm + air kelapa 150 ml/l) dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. a. Penampilan akar yang berasal dari media cair B1J6

(½ NN + BAP 1 ppm + air kelapa 150 ml/l)

b.Penampilan akar yang berasal dari media cair B1J3

(½ MS+ BAP 1 ppm + air kelapa 150 ml/l)

Gambar 6. menunjukkan bahwa eksplan yang ditanam pada media B1J6 dapat membentukakaryang lebih panjang dibandingkan dengan eksplan yang ditanam pada media B1J3.

(18)

Pembahasan

Pengaruh bentuk media yang berbeda terhadap perbanyakan tanaman anggrek CattleyatrianaeLindl & Rchb.fil secara in vitro

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, secara statistik diperoleh bahwa perlakuan bentuk media berpengaruhnyata terhadap pertambahan jumlah tunas, panjang tunas, jumlah daun dan jumlah akar tanaman anggrek, namun tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase pembentukan tunas, umur munculnya tunas dan panjang akar.Eksplan yang ditanam pada media padat dapat menghasilkanjumlah tunas, panjang tunas, jumlah daun serta jumlah akar yang lebih baik dibandingkan dengan bentuk media cair.

Pada peubah amatan persentase pembentukan tunas yang tertinggi dihasilkan pada bentuk media B2 (media padat) dengan rataan 100%, sedangkan persentase tunas terendah dihasilkan pada bentuk media B1 (media cair) dengan rataan sebesar 89,75%.Penambahan agar pada media dapat mempengaruhi terbentuknya tunas pada tanaman anggrek Cattleya. Diduga,penggenangan menyebabkan ketersediaan oksigen kurang baik pada media cair sehingga

menghambat pembentukan tunas. Hal ini didukung oleh penelitian Sumaryono et al., (1994)kultur cair telah berhasil dilakukan pada kelapa sawit.

(19)

dengan perendaman secara terus-menerus, transfer oksigen tidak cukup. Oleh karena itu, pertumbuhan tunas menjadi terhambat.

Menurut Rahayu (2015), laju difusi O2 dari udara didalam bejana kedalam

jaringan eksplan berlangsung optimal bila eksplan terpapar dalam atmosfer bejana dan tidak tenggelam. Apabila eksplan tenggelam,O2 diperoleh dari gas yang

terlarut didalam medium kultur. Dibandingkan melalui udara, O2 berdifusi jauh

lebih lambat melalui air. Difusi O2 dari medium cair ke dalam jaringan tumbuhan

terhambat akibat tekanan antar muka air-jaringan. Resistensi untuk difusi berkurang jika air atau medium diaduk atau dikocok. Oleh karena itu penyerapan O2 terjadi sangat lambat pada jaringan yang terendam dikedalaman berapapun.

Pada penelitian yang dilakukan Kasi dan Sumaryono, (2008)peningkatan bobot kalus embriogenik sagu pada medium cair lebih baik dibandingkan dengan medium padat. Pada kultur kalus embriogenik kelapa sawit juga menunjukkan hal yang serupa, dimana pertumbuhan kalus pada medium cair lebih baik dibandingkan pada medium padat (Sumaryono et al., 1994). Pada medium padat, hanya sebagian dari kalus embriogenik yang bersinggungan dengan permukaan medium, sementara pada medium cair seluruh kalus embriogenik terpapar pada medium. Hal ini berpengaruh terhadap penyerapan medium oleh kalus yang digunakan untuk tumbuh. Pemaparan kalus embriogenik terhadap medium secara terus-menerus dapat menyebabkan kalus mengalami kekurangan oksigen yang juga menghalangi pertumbuhan kalus.

Pengaruh jenis komposisi media yang berbeda terhadap perbanyakan tanaman anggrek Cattleya trianaeLindl & Rchb.filsecara in vitro

(20)

tunas dan panjang akar, namun tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase pembentukan tunas, jumlah tunas, panjang tunas, jumlah daun dan jumlah akar. Eksplan yang ditanam pada media menunjukkan pengaruh pertumbuhan yang berbeda. Eksplan tunas mikro berdaun 4 dari hasil subkulutr yang ditanam pada semua jenis komposisi media pada hari ke 12 mulai menunjukkan adanya mucul tunas mikro pada ruas-ruas batang dan pada hari ke 16mucul akar.

Jenis komposisi media terbaik adalah pada perlakuan J6(½ NN + BAP 1 ppm + air kelapa150ml/l) dengan rataan umur mucul tunas tercepat , jumlah daun, jumlah tunas dan panjang akar tertinggi. Diduga,komposisi unsur hara dari media Nitsch & Nitsch ½ dari standart sesuai bagi pertumbuhan eksplan anggrek C.trianaehasil subkultur. Hal ini sesuai dengan hasil penelitianSurpriati, (2010)

pada penelitian multiplikasi tunas penghematan bahan kimia dapat dilakukan dengan mengurangi konsentrasi garam makro pada media dasar MS sampai 25% dari standar, sehingga untuk memperoleh jumlah tunas yang sama hanya diperlukan ¾ MS. Dengan demikian dari penelitian multiplikasi ini dapat diperoleh langkah efisiensi dalam penggunaan bahan kimia untuk media dasar MS dan NN sebagai pemicu multiplikasi tunas.

(21)

Pengaruh interaksi bentuk media dan jenis komposisi media yang berbeda terhadap perbanyakan tanaman anggrek Cattleya trianaeLindl & Rchb.filsecara in vitro

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, secara statistik diperoleh bahwa interaksi bentuk media dan jenis komposisi media berpengaruh nyata terhadap panjang tunas dan panjang akar.Namun, interaksi antara keduanya tidak memberikan pengaruh yang nyata pada parameter lainnya. Setiap eksplan memberikan pengaruh yang berbeda pada tiap parameter perlakuan.

Interaksi bentuk media dan jenis komposisi media terhadap panjang tunas adalah hasil yang didapatkan untuk melihat respon eksplan tanaman anggrek yang ditanam pada komposisi media dalam membentuk tunas. Dengan demikian, interaksi antara bentuk dan jeniskomposisi media berpengaruh nyata terhadappertambahan panjang tunas. Dari data yang didapat pada pertambahan panjangtunas paling tinggi adalah 1,36cmpada perlakuan B2J5media padat (B2) pada jenis komposisi media J5 (NN + BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l) dan yang paling rendahterdapat pada perlakuan B1J5 yaitu , media cair (B1) pada jenis komposisi media J5 (NN + BAP 1 ppm + air kelapa150ml/l) yaitu0,33 cm. Pada pertambahan jumlah daun tertinggi juga terdapat pada media B2J5 dengan rataan daun 13,60 helai. Pada pertambahan jumlah tunas tertinggi terdapat pada perlakuan B2J6 dengan jumlah tunas rataan 3,00 buah. Sedangkan pertambahan jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan B2J3 yaitu dengan rataan jumlah akar tertinggi 5,00 buah.

(22)
(23)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Pertumbuhan tunas anggrek C.trianae pada media padat lebih baik dari pertumbuhan pada media cair.

2. Pertumbuhan tunas anggrek C.trianae di media J6(½ NN + BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l) lebih baik dari pada pertumbuhan di perlakuan komposisi media lainnya.

3. Pertumbuhan tunas anggrek C.trianaeyang terbaik terdapatpada media NN + BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/ldalam bentuk padat.

Saran

Gambar

Tabel 3. Pengaruh perlakuan bentuk media dan jenis komposisi media terhadap jumlah tunas
Tabel 4. Pengaruh perlakuan bentuk media dan jenis komposisi media terhadap panjang tunas
Gambar  4.  a. Penampilan tunas yang berasal dari media padat B2J5
Tabel 5. Pengaruh perlakuan bentuk media dan jenis komposisi media terhadap umur munculnya tunas
+4

Referensi

Dokumen terkait

Yayasan dalam kehidupan sehari-hari dapat ditemukan dalam berbagai macam bentuk dan tujuan. Yayasan tersebut secara khusus berada pada bidang kerja yang

Pemerintahan Gampong adalah penyelenggaraan urusan Pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Gampong dan Tuha Peuet dalam mengatur dan mengurus masyarakat

Pengalaman komunikasi yang dirasakan oleh pengguna instagram sebagai komunikasi pembelajaran oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Riau

Intensitas dan Prevalensi Ektoparasit pada Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio) yang Berasal dari Kolam Tradisional dan Longyam di Desa Sukamulya Kecamatan Singaparma

Muhamad Thobroni & Arif Mustofa, belajar dan Pembelajaran pengembangan wacana dan praktik pembelajaran dalam pengembangan nasional, (Joggjakarta: Ar-ruzz Media, 2013)..

Diambil mucus dari masing-masing sirip ikan Diletakkan diatas objek glass.

tanda yang menentukan level atau tingkatan dari sebuah teks (contoh, <h1>Golf</h1> akan memerintahkan browser untuk menampilkan "Golf" sebagai teks tebal

Analisis Kesalahan Pelafalan Dalam Bahasa Mandarin Pada Mahasiswa Program Studi Sastra Cina Universitas..