• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tinjauan Pendidikan Multikutural terhadap Pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen bagi Remaja di Panti Asuhan Yakobus Salatiga T1 712010065 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tinjauan Pendidikan Multikutural terhadap Pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen bagi Remaja di Panti Asuhan Yakobus Salatiga T1 712010065 BAB II"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAGIAN II

PENDIDIKAN AGAMA YANG BERBASIS PADA MULTIKULTURAL

2.1Pengertian Multikulturalisme

Pengertian Multikulturalisme adalah kebudayaan.Secara etimologis, multikulturalisme

dibentuk Multi dari kata (banyak) , Kultur (budaya) , dan isme(aliran atau paham ).Secara

hakiki dalam kata sehingga terkandung pengakuan akan martabat manusia yang hidup dalam

komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing yang unik sehingga memiliki suatu

pandangan untuk menjelaskan tentang keragaman kebudayaan , dan kebijakan terhadap suatu

keragaman agama dalam masyarakat majemuk yang mencakup nilai-nilai dan etika dalam

majemukan. Pendidikan Multikutural memiliki karakter yaitu untuk menghargai yang

setinggi-tingginya harkat dan martabat manusia dari budaya. Pendidikan multikultural adalah

proses pendidikan karakter1 untuk menghargai perbedaan budaya dengan latar belakang yang berbeda, dalam proses pengembangan seluruh potensi manusia yang heterogenitas sebagai

konsekuensi keragaman budaya, etnis, suku, dan agama. Diharapkan peserta didik memiliki

karakter yang kuat untuk bersikap demoktratis, pluralis, dan humanis, seperti yang dijelaskan

diatas. Indonesia memiliki sejarah dan kebudayaan lebih dari satu sehingga hal itu mengalami

asimililasi dalam Negara dan Bangsa. Perkembangan dalam sejarah multikultural

menunjukan adanya suatu migrasi penduduk dari satu daerah ke daerah yang lain dalam

jangka waktu yang lama bahkan ribuan tahun. Asimilasi timbul karena masyakarat yang

memiliki keinginan untuk bersatu dalam budaya yang berbeda sehingga menciptakan

kebudayaan Pluralisme dengan masyarakat yang majemuk.

Di dalam sejarah Perkembangan pendidikan Multikultural erat kaitannya dengan

sejarah suatu bangsa. Sejarah menunjukan adanya migrasi penduduk berawal di Amerika

serikat, dengan gerakan oukemenis pada tahun 1940 -1950 berkembang konsep pendidikan

interkultural dan interkelompok (intercultural and intergroup education) untuk

mengembangkan nilai-nilai universal yang dapat diterima berbagai kelompok masyarakat

berbeda, dengan tujuan: mengubah tingkah laku individu untuk tidak meremehkan budaya

orang atau kelompok lain, khususnya dari kalangan minoritas. Menumbuhkan toleransi

dalam diri individu terhadap berbagai perbedaan rasial, etnis, agama, dan lain-lain.

Pendidikan Agama Multikultural berkembang di barat, hasilkan oleh kesadaran atas

(2)

kebutuhan dari para migran dan imigran yang beragama secara budaya (Pendidikan

Kristiani Kontekstual).

Pendidikan Multikultural memahami keragaman etnik dengan latar-keragaman suku.

Yang berawal dari latar belakang pendidikan Multikultural hadir untuk memberikan

pandangan tentang arti pentingnya peserta didik yang ditinjau dari aspek budaya, etnis

dan agama. mengubah individu untuk tidak meremehkan budaya orang atau kelompok lain,

khususnya dari kalangan minoritas, menumbuhkan toleransi yang tinggi dalam diri

individu seseorang terhadap berbagai perbedaan rasial,etnis,agama,dan lain-lain.2

Pendidikan Multikultural dimulai dari sekolah-sekolah dieropa, pada abad 19 ketika

mereka mempertimbangkan kurikulum baru ini sesuai dengan kebutuhan jumlah migran dan

imigran yang semakin banyak dari berbagai Negara di dunia. Multikulturalisme juga

mempengaruhi oleh gereja di Amerika Serikat. Pada tahun 1995 Pendidikan Agama Kristen,

menganalisis tentang kemajuan Pendidikan Agama Multikultural dalam tiga macam

program-program gereja yang sesuai dengan Pendidikan Agama (PAM).3 Pertama: Gereja sebagai budaya minoritas yang mengakui identitas sebagai minoritas didalam suatu kebudayaan

yang mayoritas. Kedua: Gereja sebagai budaya yang mayoritas mempelajari kedasaran

kultural, termasuk membongkar kantong-kantong imperialisme kultural mereka. Ketiga:

Gereja sebagai multikultural, dengan persentase kelompok etnis berbeda sebagai mayoritas

dalam mengalami suatu komunitas serta berkembang kearah persatuan didalam keberagaman

kebudayaan. Pendidikan Multikultural merupakan suatu usaha yang terencana untuk

mewujudkan suasana dalam belajar sehingga dapat diterima oleh peserta didik secara aktif

dalam mengembangkan suatu potensi diri untuk menerima ajaran Spiritual keagamaan dan

pendidikan multikultural secara etimologi adalah proses pengembangan seluruh potensi

manusia dalam menghargai suatu kekayaan budaya yang ada diIndonesia dan heterogenitas

sebagai konsekuensi dalam suatu keragaman budaya, etnis suku dan aliran (agama). Dalam

hal ini peserta didik harus memiliki karakter yang bersikap demokratis, pluralis dan humanis,

seperti yang dijelaskan di atas. konsepsi pendidikan Multikultural di terima oleh semua

kalangan agama yang ada di Indonesia tanpa mendeskripsikan agama lain.4 Jadi semua agama yang ada di Indonesia menggunakan teori multikultural sebagai bahan pendidikan

yang berbasis pada nasional dengan pemikiran yang dapat diterima oleh semua kalangan.

2

Panmilo Yangin,ibid,hal.28

3

Hope S.Antone,(Pendidikan Kristiani Kontekstual:Mempertimbangkan Realitas kemajemukan dalam Pendidikan Agama Kristen),Jakarta:BPK-GunungMulia,2010),29

4

(3)

Teori pendidikan multikultural bersifat kontekstual sehingga menggunakan pendekatan

pluralis, praktik bagi orang Asia. Oleh karena itu, Pluralisme agama adalah suatu cara

manusia untuk berpikir lebih kepada toleransi beragama sehingga saling membutuhkan satu

dengan yang lain.5

2.2Pendidikan Multikultural

Merupakan sebuah ide, gerakan reformasi pendidikan, dan proses (James Banks,

1997). Untuk menciptakan kesempatan yang sama bagi semua peserta yang berasal dari ras,

suku, agama, budaya dan kelas sosial yang berbeda. Pendidikan Multikultural menciptakan

kesederajatan pendidikan bagi peserta dari berbagai ras, etnis kelas sosial dan kelompok

budaya yang berbeda. Pendidikan Multikultural adalah sebuah proses transformasi untuk

membantu peserta didik agar cakap berpartisipasi penuh dalam kehidupan masyarakat secara

kreatif, inovatif dan imaginatif. Dengan kata lain bahwa Pendidikan Multikultural adalah

suatu konsep filosofis yang menjangkau luas, hubungan dari pelbagai etnis, ras, agama dan

juga kategori yang direkonstruksi secara sosial dan gender. Pendidikan Multikultural

bertujuan untuk menciptakan kesederajatan dalam dunia pendidikan dan memperkaya

wawasan berpikir bagi peserta didik dari berbagai ras, etnis, kelas sosial dan kelompok

budaya yang berbeda. Salah satu tujuan utama dari Pendidikan Multikultural adalah

mempersiapkan peserta didik untuk bersikap terbuka dan inklusif, dalam memahami dan

menerima suatu perbedaan, sehingga mampu menjangkau kelas sosial dengan membangun

segala bentuk stereotip atau pelabelan tentang, prasangka dengan diskriminasi suku, ras,

agama dan budaya untuk membangun kebersamaan lintas budaya. Pendidikan Multikultural

memfokuskan diri pada kebutuhan akan perubahan dan transformasi social, karena:

a) Membantu peserta didik memperoleh pemahaman diri yang lebih luas dengan melihat

dari sudut pandang, suku, agama, dan budaya.

b) Menolong peserta didik untuk mengenal, memahami dan menghargai suku, ras, agama,

serta budayanya.

c) Mempersiapkan peserta didik dengan ketrampilan, sikap dan pengetahuan yang

diperlukan agar mereka cakap berpartisipasi penuh dalam kehidupan masyarakat yang

multikultural.

d) Mereduksi dan mengobati trauma-trauma yang timbul karena diperlakukan diskriminatif

rasial dari kelompok suku, ras, agama, dan budaya yang berbeda.

5

(4)

e) Membantu peserta didik untuk mengembangkan kekhususan atau keunikan potensi dari

setiap kelompok suku, ras, agama, dan budaya yang berbeda.

Tujuan utama dari Pendidikan Multikultural ialah untuk memperkaya wawasan

berpikir kepada peserta didik agar mereka mengenal budaya, suku, ras dan agama diluar

budaya lain. Pendidikan Multikultural menjadi landasan teoritis dan suatu model untuk

transformasi sosial yang membentuk pribadi iman Kristen dan keterlibatan sosial peserta

dalam kehidupan masyarakat dalam berbagai perspektif (lokal dan internasional) dan

pengalaman-pengalaman multikultural. Melalui proses transformasi sosial dalam Pendidikan

Multikultural dilakukan melalui 4 tingkatan dalam kurikulum:

2.2.1 Pendekatan Kontribusi:

Bertujuan agar peserta didik dapat melihat unsur-unsur budaya sebagai sesuatu yang

asing dan terpisah dari pengalaman hidup mereka sendiri, karena pengintergrasiannya

hanya pada permukaan.

2.2.2 Pendekatan Penambahan:

Bertujuan agar pendidikan yang dapat menambahkan isi, konsep, tema, dalam

menerima Perspektif budaya lain ke dalam kurikulum, namun tidak mengubah

struktur dan tujuan serta mencirikan karakteristiknya yang mendasar.

2.2.3 Pendekatan Transformasi:

Bertujuan untuk menolong peserta didik dalam sudut pandang yang berbeda etnis

dengan konsep, isu, tema untuk mencari solusi pada setiap konflik terjadi

dimasyarakat.

2.2.4 Pendekatan Aksi Sosial:

Tujuan penting dari Pendidikan Multikultural Untuk membantu peserta didik agar

memperoleh pengetahuan, dan komitmen yang diperlukan untuk membuat keputusan

reflektif dan melakukan aksi personal, sosial dan sipil untuk mempromosikan

demokrasi dan kehidupan demokratis. Manfaat dari pendidikan multikultural ternyata

merupakan dasar strategis kebangkitan bangsa selain kepentingan pragmatis untuk

menggerakkan seluruh elemen bangsa untuk menyelesaikan krisis multidimensi.6 Pendidikan multikultural memiliki saling keterkaitan satu dengan yang lainnya ,

berdampingan satu dengan yang lain dalam konteks masyarakat majemuk pendidikan

multikultural sangat membantu dalam memecahkan suatu konflik berdasarkan masyarakat

pluralisme dengan memaknai Bhineka Tunggal Ika dasar dari ideology pancasila agar hidup

6

(5)

damai dan rukun.Pendidikan multicultural itu sendiri mempunyai tujuan utnuk membentuk

manusia yang berbudaya dan beadab,mengajarkan nilai-nilai kebangsaan dan etis,demokratis

dengan menghargai aspek-aspek keragaman budaya.

Perbedaan dan keragaman budaya bangsa dengan kelompok etnis (Multiklultural)

yaitu.

a) evaluasi penilaian kepada budaya lain.

b) studi kasus tentang konflik-konflik sosial itu menjadi berkembang isu konflik agama yang

berpengaruh pada factor ekonomi, sosial, politik. Pengalaman di Ambon dan Poso

merupakan bukti yang menjelaskan akan hal itu.

c) solusinya pancasila sebaga dasar ideology Negara RI dengan masyarakat majemuk yang

pluralism,agar saling menghormati dan bertoleransi agama satu dengan lainnya sehingga

dapat hidup berdampingan.Dengan peristiwa studi kasus diatas mengahruskan kita untuk

menjadi saksi Kristus.7

2.3Isu Mayoritas-Minoritas dalam masyarakat Multikultural.

Di zaman era globalisasi masyarakat majemuk memiliki upaya untuk menemukan

sebuah etika global yang diterima oleh semua agama dan suku bangsa sebagai sesuatu yang

autentik serta menjadi harapan dan kerinduan bagi semua orang dalam komunitasnya. Isu-isu

kekerasan antar kelompok di Indonesia sebagai saran alternatif konflik, sebagai benteng

pertahanan secara berkala pada tahun 1990 di Indonesia betapa hal itu rentan terjadi yang

di bangun dalam Negara-Bangsa, sehingga menimbulkan prasangka antar kelompok dan

betapa rendahnya nilai-nilai multikulturalisme. Berbagai ekspresi sosial budaya yang

sebenarnya, tidak memiliki basis untuk melihat pada kulturalnya dalam masyarakat kita,

dengan kondusif bagi kehidupan sosial budaya masyarakat dan bangsa. Pendidikan

multikultural merupakan pendekatan progresif untuk melakukan transformasi pendidikan

budaya dalam masyarakat secara menyeluruh, juga untuk memperbaiki kekurangan dan

kegagalan, sehingga tidak diskriminatif dalam pendidikan. Pendidikan multikultural menjadi

menarik karena, konsep pendidikan multikultural mengacu pada konteks yang di Indonesia.8

2.4Multikulturalisme sebagai Alternatif Pendidikan Agama Kristen.

7

Ngainum Naim & achmad Sangi:(Pendidikan Multikultural,konsep dan aplikasi,Yogyakarta:Ar-ruzz,2008),49

8

(6)

Sederajat kesederajatan atau kesetaraan tentang budaya yang membuat suatu

perubahan nyata, dalam masyarakat majemuk yang membawa kebaikan bagi semua kalangan

sehingga menciptakan ruang lingkup yang kecil melalui bahasa, budaya melalui kegiatan

sekolah. Masing-masing pendidikan memiliki suatu perbedaan antara satu dengan yang lain.

Keragaman merupakan hal yang wajar, karena antara satu orang dengan yang lain memiliki

berbagai perbedaan, terutama perbedaan latar belakang; social, pendidikan, agama, lainnya.

Melihat dari letak geografis Indonesi menurut: Koentjaraningrat yang mendefinisikan

tentang pendidikan sebagai usaha untuk mengalihkan dan seluruh kebudayaan dari generasi

lama ke generasi baru.

Definisi pluralisme menurut :Frans Magnis Suseno,pendidikan mengandaikan kita

untuk membuka visi pada cakrawala yang lebih luas dan mampu melintas batas

kelompok etnis atau tradisi budaya dan agama kita , sehingga kita mampu melihat

kemanusiaan sebagai sebuah keluarga yang memiliki perbedaan maupun kesamaan

cita-cita. Multikulturalisme merupakan konsep dimana sebuah komunitas dalam konteks

kebangsaan dapat mengakui, keragaman, perbedaan dan kemajemukan budaya dan ras,

suku, etnis, dan agama. Pengembangan Kurikulum menggunakan pendekatan

pluralis-multikultural haruslah didasarikan pada prinsip:

1) Keragaman budaya menjadi dasar dalam menentukan filsafat, teori: Model, dan

hubungan sekolah dengan lingkungan social-budaya setempat.

2) Mengembangkan berbagai komponen kurikulum seperti tujuan, konten, proses dan

evaluasi budaya di lingkungan unit pendidikan adalah: Sumber belajar dan objek studi

yang harus dijadikan dari kegiatan belajar anak didik.

3) Kurikulum peran sebagai media dalam mengembangkan kebudayaan daerah dan

kebudayaan nasional. Pendidikan mutikultural merupakan pendekatan progresif untuk

melakukan sarana transformasi dan budaya masyarakat secara menyeluruh untuk

memperbaiki kekurangan dan kegagalan, dalam mengupas tentang praktik-praktik

diskriminatif proses pendidikan. Menurut: James Banks (1994) menjelaskan, bahwa

pendidikan multikultural memiliki beberapa dimensi yang saling berkaitan satu dengan

lain. Yaitu mengintergrasikan berbagai budaya dan kelompok untuk mengintegrasikan

berbagai budaya dan kelompok untuk mengilustrasikan konsep mendasar, generalisasi

dan teori dalam mata pelajaran (disiplin). Dan membawa siswa untuk memahami

implikasi budaya ke dalam sebuah mata pelajaran. Serta menyesuaikan metode

pengajaran dengan cara belajar siswa dapat memahami implikasi budaya ke dalam

(7)

nilai-nilai yang terkandung dalam sistem pendidikan nasional sehingga dapat mencakup

tiga hal jenis tentang transformasi yakni: transformasi diri, transformasi sekolah dan

proses belajar untuk mengajar, dan transformasi masyarakat.9

Pendidikan multikultural dalam tatanan masyarakat penuh dengan permasalahan antar

kelompok sehingga mengandung tantangan yang tidak ringan. Dunia pendidikan dalam

masyarakat, sangat besar peranannya dan memiliki pengaruh terhadap perkembangan

intelektual dan kepribadian individu peserta didik, terhadap implementasi pendidikan yang

berbasis multikultural. Pendidikan multicultural adalah: Pendidikan tentang keragaman

kebudayaan yang merespons perubahan suatu demografis dan kultural lingkungan

masyarakat. Pendidikan multikultural di Indonesia haruslah di arahkan kepada terwujudnya

masyarakat madani di tengah-tengah kekuatan kebudayaan global. Konsep pendidikan

multikultural merupakan suatu pendidikan demokratis yang luas artinya: bukan saja

mengakui akan pentingnya pengembangan rasa kebangsaan di dalam suatu-nation state tetapi

juga menekankan kepada keanggotaan. Negara dan bangsa Indonesia di dalam pergaulan

dunia. Oleh sebab pendidikan yang berbasis Multikultural tidak akan dikenal adanya

fanastisme atau fundamentalisme social-budaya termasuk agama, karena masing-masing

komunitas mengenal dan menghargai perbedaan yang ada. Pendidikan Multikultural

terutama di dalam masa transisi dewasa ini memang mempunyai tugas yang tidak ringan.

Pertama-tama pendidikan multikultural adalah untuk memperdalam akan rasa identitas

kesukuan, secara terbuka untuk kemudian mengenal dan mengerti akan nilai-nilai

sosial-budaya dan agama dari suku-suku yang lain. Pendidikan multikultural sebagai sarana untuk

memperkenalkan tentang keberagaman suatu budaya yang berbasis kepada pluralisme

sehingga masuk kepada pendidikan agama kristen yang diperkaya dengan spritualitas dan

iman percayanya kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, juga isinya untuk

menjadi bersaksi kristus melalui pendidikan agama kristen, sehingga membawa orang lain

pada kemuliaan Allah.10

2.5Pendidikan Agama Kristen

Pendidikan Agama Kristen bertujuan membimbing orang lain dan diarahkan kemasa

depan, untuk menuju sesuatu yang ilahi yang melampaui keterbatasan manusia masa kini.

9

Hope S Antone, Ibid, Hal. 138-139

10

(8)

Sehingga Pendidikan Agama Kristen di pergunakan untuk mengajar dan mendidik di

sekolah-sekolah kristen dan gereja atau persekutuan orang percaya. Pendidikan Agama

Kristen sebagai bagian satu tugas gereja untuk membina warga jemaat gereja agar tetap

bertumbuh dengan iman. Pendidikan Agama Kristen membawa seseorang pada sesuatu hal

untuk melaksanakan panggilan Allah didalam dunia ini. Itulah tujuan yang pasti dalam

menghadapi kesukaran yang bersifat kompleks. Manfaat dari pendidikan agama kristen

ialah: Orang tua dapat mendidik anak-anaknya dalam hal-hal agama dan untuk memakai

pertolongan dan alat-alat gereja bagi pembinaan rohani anak-anak itu. Pendidikan Agama

Kristen, memiliki fungsi yang amat penting pada tugas panggilan gereja.1116 Yang perlu di perhatikan sebagai objek pendidikan agama kristen:

1) Mencari dan menentukan objek Firman Tuhan yang menjadi satu- satu dasar dari iman.

2) Objek dengan kepentingan gereja misalnya: kita merencanakan pendidikan agama kristen.

3) Metode pengajaran pendidikan agama kristen, kepada kelompok remaja dengan diskusi.

4) Latar-belakang murid-murid yang perlu diperhatikan.

5) Objek dalam pengajaran pendidikan agama kristen

6) Sadar akan kebutuhan khusus para pelajar atau pendengar kita.12 Dalam dunia pendidikan agama kristen memiliki satu dasar yang berkaitan dengan tujuan: untuk mengenal

kerajaan Allah melalui kesaksian dan persekutuan, isi konteks: doa pagi merefleksikan

Firman Tuhan sebagai bagian dari pendidikan agama kristen, dengan pendekatan metode

kreatif.

Contoh : Rencana Pengajaran Tema/ide Pokok:

Kompetensi :

Indikator :

11

Daniel Nuhamara,(Pembibmbing PAK,Pendidikan Agama Kristen,Bandung:Jurnal Info Media,2009),177

12

(9)

Alokasi Waktu Aktivitas Pengajaran Sumber yang dipakai

dengan prinsip maupun teori dalam ilmu pengetahuan. Dua orang yang berasal dari Amerika

secara internasional sekaligus meneliti tentang model pengajaran Bruce Joyce dan Marsha

Weil yang tertuang dalam buku: Model of Teaching (1996). Pedoman dan bekal bagi setiap

pendidikan termasuk guru agama di sekolah dan gereja untuk meningkatkan kualitas

keahliannya dalam hal pengajaran. Beberapa pertimbangan Joyce dan Weil untuk menyusun

(10)

1. Model seperti ini memberikan suatu kontribusi yang seimbangan dari sisi seorang

pendidik dan peserta didik.

2. Model ini dapat di demontrasikan dan di pelajari dalam waktu yang relative singkat.

3. Model ini dijadikan sebagai pedoman untuk mengembangkan atau membangun model

pengajaran sendiri. Bruce Joyce dan MarshaWeil, adalah dua tokoh pendidik agama Kristen yang mengembangkan suatu rencana untuk membentuk kurikulum, dan

mendesain bahan-bahan pengajaran agama Kristen. Sehingga peserta didik dapat

mengenal mana tujuan umum dan tujuan khusus. Salah satu yang dapat diterapkan

dalam pengajaran di Panti Asuhan Yakobus bagi remaja adalah: Information Models

(Model Pemprosesan informasi) yang mengutamakan suatu pengembangan kepribadian

dalam hubungan antar pribadi yang dihasilkan melalui aktivitas mengajar agar mereka

tidak merasa monoton atau membosankan dalam menerima setiap pengajaran yang

dibersifat umum melalui Teori Multikultural dan Pendidikan Agama Kristen. Behavioral

Models (Model Perilaku) ini mengutamakan suatu perubahan perilaku yang spesifik dan

terarah untuk mengetahui seberapa besar iman seseorang dalam suatu proses

pendampingan untuk suatu perubahan kearah yang lebih baik, dengan meluangkan

waktu untuk berdoa secara pribadi, meditasi, refleksi , kontemplasi dengan merenungkan

pokok-pokok tertentu, sebagai bahan renungan.

Menurut: Bruce Joyce danMarshaWeil untuk mengembangkan pendidikan agama kristen

model-model pengajaran agama atau pengajaran iman yang cukup baik, misalnya: Sarah

Little, Thomas Groome dan Richard Osmer. Dan untuk mengajar dengan kreatif Menurut:

Miller yang dikutip oleh Boehlke, mengatakan: bahwa PAK di gereja merupakan suatu

pelayanan yang berdiri dari tradisi Kristen. Pendidikan Agama Kristen dimulai dari Injil

dan ia menyatakan bahwa gereja memiliki enam fungsi:

a) Gereja sebagai persekutuan atau tempat beribadah.

b) Gereja sebagai persekutuan yang memulihkan dan menyembuhkan sehingga di

persatukan oleh iman.

c) Gereja sebagai persekutuan orang percaya untuk belajar dan mengajar, spritualitas

iman dari kategori usia muda maupun lansia.

d) Gereja adalah persekutuan orang yang perduli akan kebutuhan orang lain terutama

sakit, orang miskin, lemah dan kesepian.

e) Gereja adalah persekutuan orang yang membagikan iman kepada orang yang belum

(11)

f) Gereja adalah persekutuan yang membawa misi perdamaian dengan masyarakat

setempat dan antar bangsa. Metode penerapan dalam dunia pendidikan agama Kristen

memakai metode sebagai berikut: untuk menyampaikan suatu cara dalam pelayanan

gereja.

Ada dua jenis teori dalam dunia pendidikan dalam hal itu ialah:

Yang pertama: Metode otoriter, untuk menyampaikan suatu ajaran yang lengkap kepada

orang yang didikannya. Yang kedua: Metode kreatif , yang menitik beratkan kebebasan

untuk menciptakan seseorang dalam berfikir pada diri sendiri. Para didik bertugas untuk

mendidik, membimbing, serta menolong dalam menerapkan iman percayanya kepada Tuhan.

Metode yang diterapkan dalam pengajaran bagi anak remaja dalam dunia pendidikan agama

kristen: melalui media audio visual, dan cerita (Role play) untuk menceritakan kebaikan

Tuhan Yesus melalui iman kepada Kristus di dalam gereja. Pendidikan Agama Kristen yang

di terapkan pada sekolah-sekolah umum di seluruh dunia memang beraneka ragam. Dalam

hal ini, gereja memiliki tugas yang senatiasa, melakukan dan panggilannya dengan baik.13 Pendidikan Agama Kristen dengan kategorial usia remaja (13-17 Tahun) mengalami suatu

perkembangan pola fikir yang kognitif. Dalam perkembangan moral atau etika pada remaja

sudah mengenal tentang pola pikiran hidup yang disiplin dengan suatu hukum. Remaja

mengalami masalah dalam mengintegrasikan berbagai aspek, identitas diri yang berkaitan

dengan gender (yang berkaitan dengan seksualitas). Pada usia ini remaja mengalami suatu

pencari identitas yang berkaitan dengan gender (yang berkaitan dengan seksualitas). Dalam

perkembangan iman anak remaja ada sesuatu yang baru, yang harus ketahui apa yang

dibutuhkan perkembangan tentang iman dan kepercayaan pada usia ini. Alkitab bagi remaja

sebagai alat pengontrol dalam suatu jawaban perubahan baik dalam hal yang kecil maupun

dalam suatu tindakan pada setiap pertanyaan tentang makna, dan isi Alkitab dengan mencari

sumber dari berbagai artikel atau buku yang dapat dipahami setiap pertanyaan. Iman yang

memberikan suatu bimbingan tentang moral dan etika sehingga teologi dapat menjawab

semua yang dibutuhkan.14

2.6Masyarakat Majemuk Dalam Dunia Pendidikan Multikultural.

Konsep yang berlatar-belakang pada masyarakat Indonesia majemuk dan pluralisme

sangat penting dalam hubungan relasi masyarakat untuk saling menghargai satu dengan

13

Dien Sumiyatiningsih,(Mengajar dengan Kreatif & Menarik,Yokyakarta:Andi Offset),63-71

14

(12)

lainnya. Ini menggambarkanm suatu keadaan bangsa Indonesia di zaman Belanda. Teori

pendidikan multikultural mengacu pada suatu bingkai pendidikan, dengan tujuan yang jelas

dasar-dasar praktis. Teori pendidikan multikultural dalam kontek majemuk di asia menuntut

responsif balik dalam setiap kebutuhan masalah yang terjadi pada orang-orang Asia. Teori

pendidikan multikultural yang kontekstual menggunakan pendekatan pluralis, sebagai suatu

sikap dan gaya hidup sesuai kebutuhan masyarakat dengan kemajemukan agama dan budaya

diAsia. Pluralisme agama memerlukan praktik pendidikan baru untuk membangun hubungan

dan menghadapi perbedaan secara lebih kreatif dan positif. Dengan teori pendidikan yang

kontekstual dan majemuk mengakui keterbatasan upaya dalam mengatasi isu-isu yang terjadi

di masyarakat. Konsep Furnivall membagi kemajemukan masyarakat Indonesia menjadi dua

bagian yaitu: Masyarakat vertical dan horizontal. Masyarakat vertical adalah masyarakat

yang berkaitan dengan latar belakang pendidikan, dan status sosial yang berhubungan

kekayaan. Masyarakat horizontal meliputi adalah perbedaan-perbedaan suku, agama dan

kedaerahan. Indonesia rentan terjadinya konflik etnis yang berkaitan dengan agama

sehingga berpengaruh pada ekonomi dan politik. Dengan itu pemerintah telah

mengantisipasi dampak-dampak negative yang terjadi di masyarakat dari konflik-konflik

yang ditimbulkan dengan memberikan suatu pemahaman pada masyarakat majemuk dengan

nilai-nilai Pedoman penghayatan pengamalan pancasila dasar dari pemikiran yang diterima

banyak orang semua menjadi dasar yang ampuh untuk mengatasi perbedaan-perbedaan

dalam kemajemukan Indonesia. Sesuai dengan tujuan Ki Hajar Dewantara tentang didikan

orang tua yang berguna bagi kehidupannya di masa yang akan datang dengan ajaran agama

sehingga bertumbuh dan iman kodrati sebagai masyarakat Indonesia yang majemuk dan

pluralis berpotensi rawan konflik, sehingga etika sosial menjadi sesuatu yang penting dalam

lingkungan sosial masyarakat di kelompoknya dengan memberlakukan hukum adat sesuai

dengan daerahnya .

2.6.1 Peran Pendidikan Multikultural Dalam Transformasi Masyarakat.

Pendidikan multikultural adalah strategis pendidikan yang diaplikasikan kepada

semua jenis mata pelajaran sehingga dapat diterima oleh semua kalangan, dengan perbedaan-

perbedaan kultural yang ada pada siswa seperti perbedaan etnis, agama, bahasa, gender, klas

sosial, ras, kemampuan dan umur dengan proses belajar secara kontekstual dan efektif,

sehingga untuk melatih dan membangun karakter siswa agar mampu bersikap, demoktrasi,

humanis dan pluralis dalam lingkungan. Pendidikan multikultural menjadi mempunyai dua

tujuan, yaitu: membangun tujuan awal dan tujuan akhir. Tujuan awal merupakan tujuan

(13)

tercapai dengan baik. Tujuan awal dari pendidikan multikultural yaitu: membangun wacana

pendidikan multikultural dikalangan guru, dosen, ahli pendidikan, pengambilan kebijakan

dalam dunia pendidikan dan sehingga siswa terampil dalam transformator pendidikan

multikultural yang mampu menanamkan nilai-nilai pluralisme, humanisme dan demokrasi

secara langsung di sekolah kepada peserta didik.15

Tujuan akhir dari pendidikan multikultural adalah memiliki karakter yang kuat untuk

demoktrasi, pluralis, dan humanis.Pada intinya pendidikan kurikulum multikultural,

kurikulum yang memuat tentang nilai-nilai pluralisme dan toleransi keberagaman.Oleh sebab

itu dalam pendidikan multikultural ditekankan untuk membangun sikap (afektif) atau

pemikiran tiap-tiap orang sehingga dapat di terima oleh seluruh kalangan masyarakat, di

dalamnya untuk membangun kesadaran suatu pemahaman yang kristis tentang siswa terhadap

berbagai fenomena sosial yang bersentuhan langsung dengan kepentingan masyarakat secara

umum , seperti: ketimpangan sosial, penganguran kemiskinan dan korupsi. Masyarakat

multikultural mampu untuk mengembangkan kebudayaan tanpa ada diskriminasi kebudayaan

lain sehingga saling berinteraksi dan saling mendukung dalam segala hal.16

2.6.2 Konsep Pendidikan Multikultural.

Konsep dasar dari pendidikan multikultural bersifat oukoemenes dan pluralism17 dengan pandangan yang luas. Hal ini karena di dukung oleh gereja-gereja yang beraliran

protestan. Beberapa hal dasar yang harus dilihat yaitu letak geografis, kultur wilayah-wilayah

kultur, prejudis, stereotip, dan diskriminasi. Pendidikan multikultural merupakan strategis

pendidikan yang diaplikasikan pada semua jenis mata pelajaran untuk menghasilkan para

didik yang memiliki pemikiran demokrasi. Konsep pendidikan multicultural yang mengacu

kepada kebudayaan dan tatanan kehidupan sosial dengan latar-belakang pluralisme sehingga

diterapkan dan dipraktekan oleh siswa di sekolah.Untuk mengakui dan menerima keberadaan

agama lain sehingga tercapailah suatu kerukunan dan kebhinekaan. Dalam pandangan konsep

pluralism semua agama dipandang sama tetapi bukan sinkretisme untuk menciptakan suatu

agama baru yang dipadukan dalam unsur-unsur tertentu, sehingga terciptanya ’’Bhineka

Tunggal Ika’’. Pengertian dari konsep pluralis - multikultural menurut: Sleeter menegaskan

bahwa pendidikan pluralis-multikultural adalah proses pendidikan bagi orang - orang yang

tertindas. Dalam hal inilah proses belajar yang penting peserta didik dapat memahami

15

Hope S Antone,Ibid,hal.36

16

Panmilo Yangin,Ibid,hal.13

17

(14)

karakteristik pluralism multikultikultural. Belajar hidup untuk menerima perbedaan, belajar

untuk berproses dalam suatu pengajaran dengan ilmu pengetahuan dan pemahaman yang

di sepakati juga belajar untuk menjadi orang yang karakteristik dan kerangka pikir anak

didik.18 Demikian pula akan membentuk mereka dan menghantar kita untuk mengenal dengan baik kasih Allah yang nyata dalam Yesus Kristus, sehingga nantinya mereka dapat

dilengkapi dengan efektif dalam aspek kehidupan.Dan akan terpancar pula sikap dan karakter

anak didik dalam menghargai sesama ciptaan Allah, yang serupa dengan gambar Allah ,

sehingga dalam kehidupan multikultural akan memancarkan pula hidup yang dapat menjadi

teladan bagi sesama,dalam kehidupan dimanapun mereka berada, teraktual pola hidup yang

bertoleransi.

18

Referensi

Dokumen terkait

d) Memerintahkan PARA TERGUGAT menetapkan batas wilayah dampak semburan lumpur yang jelas didasarkan pada hitungan teknis dari para ahli yang kredibel dan menyatakan daerah tersebut

[r]

Hal ini agar merupakan salah satu trik produsen agar produk tetap dapat diingat oleh konsumen dan juga memudahkan konsumen dalam memilih varian rasa yang diinginkan sehingga

Joyce & Weil (dalam Rusman, tanpa tahun hlm. 6) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk

Berdasarkan Hasil evaluasi Penawaran untuk Kegiatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Olah RagaPekerjaan Konsultan Pengawas Pembangunan Stadion di Komplek Sport Centre Tahap

Bledo Dukuh Trukan Kota Tegal Tahun Anggaran 2016 dalam waktu 4 (empat) hari. kalender setelah pengumuman pemenang, terhitung mulai hari Sabtu

Desa Pulau Ku'u menjadi desa yang paling tinggi dari desa lain yang diambil sebagai daerah penelitian yaitu dengan 11 slide positif , sedangkan Desa Warukin adalah yang

pemenang, terhitung mulai hari Sabtu tanggal 10 September 2016 sampai dengan hari. Senin tanggal 13 September 2016 dengan disertai bukti terjadinya penyimpangan