• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah dan Peradaban Islam (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sejarah dan Peradaban Islam (1)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN DAN SUMBANGAN PERADABAN ISLAM BAGI ILMU PENGETAHUAN [Tugas PSPI Semester V]

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbicara tentang peradaban tidak bisa lepas dari konteks kebudayaan. Peradaban adalah seluruh kehidupan sosial, politik, ekonomi dan teknologi, jadi yang dimaksud disini adalah semua bidang kehidupan untuk kegunaan praktis. Sedangkan

kebudayaan merupakan semua yang berasal dari hasrat dan gairah yang lebih tinggi dan murni yang berada di atas tujuan praktis dalam hubungan masyarakat, misalnya musik, seni, ilmu, filsafat dan lain-lain. (De Haan, Ahli Antropologi)

Peradaban Islam adalah bagian-bagian dari kebudayaan Islam yang meliputi

berbagai aspek seperti moral, kesenian dan ilmu pengetahuan, serta meliputi juga kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan dan ilmu pengetahuan yang luas, yang bertujuan memudahkan dan mensejahterakan hidup umat Islam.

Jika kita menoleh ke belakang menapaki alur perjalanan sejarah peradaban umat manusia, maka sikap konservatif pernah menghinggapi semua peradaban di dunia. Dari sejarah diketahui bahwa sikap seperti ini telah menimbulkan korban pada berbagai kalangan yang memiliki pandangan yang berbeda dengan keyakinan agama yang berkembang saat itu. Dalam sejarah Kristen tercatat banyak ilmuwan menjadi korban, karena memiliki pandangan yang berbeda dengan pihak gereja, sedang dalam sejarah Islam pengajaran filsafat pernah dilarang dipelajari termasuk diajarkan di perguruan tinggi seperti perguruan tinggi Al Azhar yang ada di Kairo, Mesir.

(2)

(Islam sesungguhnya lebih dari sekedar sebuah agama, ia adalah suatu peradaban yang sempurna). Karena yang menjadi pokok kekuatan dan sebab timbulnya

kebudayaan adalah agama Islam, kebudayaan yang ditimbulkannya dinamakan kebudayaan atau peradaban Islam.

Semenjak munculnya, ajaran Islam yang dibawa Rasulullah SAW telah banyak memberikan sumbangan kepada dunia Arab khususnya dan seluruh dunia pada umumnya, baik semenjak zaman Rasulullah SAW sendiri hingga zaman modern saat ini. Dari sejak munculnya hingga saat ini banyak tokoh-tokoh dan ilmuwan muslim yang lahir dan memberikan pengaruh besar terhadap khazanah keilmuan dan peradaban dunia, terlebih lagi ketika zaman keemasan Islam. Saat ini banyak hal yang telah dapat dinikmati dan kita gunakan dari hasil pemikiran para tokoh-tokoh muslim terdahulu, baik di bidang kesehatan, politik, sosial, budaya, keilmuan dan lain sebagainya. Hasil pemikiran mereka tidak kalah dengan apa yang dihasilkan oleh para pemikir-pemikir barat, bahkan banyak ilmuan-ilmuan barat yang justru mengambil hasil fikiran para pemikir-pemikir muslim dan dianggap menjadi hasil produk pemikiran mereka. Perlu diketahui bersama, sisi gelap dalam pola

pendidikan yang dirumuskan oleh Amerika dan Eropa yaitu tidak adanya muatan nilai ruhiyah, dan lebih mengedepankan logika materialisme serta memisahkan antara agama dengan kehidupan yang dalam hal ini sering disebut paham

Sekulerisme. Implikasi yang bisa dirasakan namun jarang disadari adalah adanya degradasi moral yang dialami oleh anak bangsa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, pada makalah ini kami akan mengambil beberapa bahasan permasalahan, diantaranya:

1. Bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan Islam pada masa klasik, pertengahan dan modern?

2. Siapa saja yang menjadi panglima sains dan teknologi Islam?

(3)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Rasulullah SAW dan Setelah Beliau Wafat (Masa Klasik)

1. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Rasulullah

Pada masa Rasulullah SAW, ilmu pengetahuan belum begitu pesat seperti pada masa sekarang. Ketika itu, umat Islam masih terfokus pada penyebaran Islam. Al Qur’an dan Hadits Nabi menjadi pedoman hidup umat Islam pada waktu itu. Ilmu pengetahuan langsung bersumber dari Rasulullah SAW melalui wahyu dari Malaikat Jibril. Setelah itu, para sahabat selalu menghafal ayat-ayat yang telah mereka dengar dari Rasulullah SAW. Ilmu pengetahuan lebih banyak berkembang di bidang ilmu-ilmu pokok tentang agama (ushuluddin) dan ilmu akhlaq (moral). Akan tetapi ilmu–ilmu lainnya tetap berkembang walaupun tidak sepesat ilmu agama dan akhlaq seperti adanya ilmu memanah, ilmu naik kuda dan ilmu berenang. Ilmu-ilmu tersebut berkembang terus-menerus seiring dengan perkembangan waktu dan zaman dan puncak perkembangannya pada masa Daulah Abbasiyah. Diantara gerakan yang dilakukan Rasulullah SAW adalah dengan menggiatkan budaya membaca, yang merupakan pencanangan dan pemberantasan buta huruf, suatu tindakan awal yang membebaskan manusia dari ketidaktahuan. Membaca

merupakan pintu bagi pengembangan ilmu. Rasulullah SAW juga memerintahkan kepada para sahabatnya untuk menghafal ayat-ayat Al Qur’an. Dengan cara ini dapat menjaga kemurnian dan juga media memahami ayat-ayat Al Qur’an. Disamping dengan hafalan, juga membuat tradisi menulis atau mencatat wahyu pada kulit, tulang, pelepah kurma dan lain-lain.[1]

2. Pada Masa Khulafaurrasyidin

Khulafaurrasyidin memiliki pengertian orang-orang yang terpilih dan mendapat petunjuk menjadi pengganti Nabi Muhammad SAW. Kepemimpinan pertama di masa ini adalah Abu Bakar dilanjutkan oleh kepemimpinan Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Di masa ini sudah terdapat pengajaran bahasa Arab, pendidikannya juga adalah pembudayaan ajaran agama Islam ke lingkungan budaya bangsa-bangsa di sekitar Jazirah Arab. Pendidikan juga ditekankan pada pengajaran baca tulis dan ajaran-ajaran Islam. Pembukuan Al Qur’an juga terjadi di masa ini, pembukuan tersebut diambil dari tulisan-tulisan para sahabat dan para penghafal Al Qur’an menjadi syuhada ketika berperang dengan kaum kafir yang selalu mengganggu kehidupan kaum muslimin. Selain itu, terjadi pula

(4)

dibentuk oleh Utsman bin Affan yang diketuai Zaid bin Tsabit beserta anggotanya yaitu Abdullah bin Zuber, Said bin As dan Abdurrahman bin Hariz. Di dalam usaha pembukuan Al Qur’an tersebut, panitia berhasil membuat lima mushaf, empat diantaranya dikirim ke Mekkah, Siria, Basyrah, dan Kuffah untuk disalin dan yang satu lagi yaitu mushaf Al Imam ditinggalkan di Madinah untuk Khalifah Utsman bin Affan. Dari mushaf yang ditulis di zaman Utsman bin Affan inilah kaum muslimin di seluruh pelosok dunia menyalin Al Qur’an itu yang telah tersusun rapi sesuai dengan pedoman yang dianjurkan Rasulullah SAW.

B. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Pertengahan

1. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Daulah Bani Umayyah

Di masa Daulah Bani Umayyah, ilmu pengetahuan mulai mengalami perkembangan yang lumayan pesat. Gerakan-gerakan ilmiah mulai digalakkan, seperti dalam bidang keagamaan, sejarah dan filsafat. Pusat kegiatan ilmiah tesebut berpusat di kota Kuffah dan Basyrah di Irak. Dalam bidang keagamaan, muncul nama-nama ulama’ yang terkenal antara lain Hasan Al Basri, Ibnu Syihab Az Zuhri dan Wasil bin Atha’. Pada masa Umayyah, aparatur pemerintahan dengan tekun dan giat

membenahi administrasi pemerintahan dan menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa resmi kekhalifahan.

Pada masa ini perhatian pemerintah terhadap perkembangan ilmu pengetahuan sangat besar. Penyusunan ilmu pengetahuan lebih sistematis dan dilakukan pembidangan ilmu pengetahuan[2] sebagai berikut:

a. Ilmu pengetahuan bidang agama yaitu, segala ilmu yang bersumber dari Al Qur’an dan Hadits.

b. Ilmu pengetahuan bidang sejarah yaitu segala ilmu yang membahas tentang perjalanan hidup, kisah dan riwayat.

c. Ilmu pengetahuan bidang bahasa yaitu segala ilmu yang mempelajari bahasa, nahwu, sharaf dan lain-lain.

d. Ilmu pengetahuan bidang filsafat yaitu segala ilmu yang pada umumnya berasal dari bangsa asing, seperti ilmu mantiq, kedokteran, kimia, astronomi, ilmu hitung dan ilmu lain yang berhubungan dengan ilmu itu.

Penggolongan ilmu tersebut dimaksudkan untuk mengklasifikasikan ilmu sesuai dengan karakteristiknya, kesemuanya saling bahu-membahu satu dengan yang lainnya, karena satu ilmu tidak bisa berdiri sendiri.

(5)

Di masa Daulah Abbasiyah (750-1258 M), ilmu pengetahuan mengalami

perkembangan yang sangat pesat dan sekaligus berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan. Popularitas Daulah Abbasiyah

mencapai puncak keemasannya pada masa Khalifah Harun Ar Rasyid (786-809 M). Pada masa ini penerjemahan buku-buku asing digalakkan[3] dan banyak

didirikannya sekolah-sekolah, di antaranya didirikannya Baitul Hikmah di Baghdad, Irak sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan besar dan pusat penerjemahan. Pada waktu itu, Baghdad menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan, selain sebagai ibukota negara yang sangat berpengaruh di dunia. Lembaga pendidikan yang ada id masa Daulah Abbasiyah terdiri dari dua tingkat[4] yaitu:

a. Maktab (Kuttab) dan masjid. Lembaga ini merupakan lembaga bacaan, hitungan dan tulisan dan tempat para pemuda belajar dasar-dasar ilmu agama, seperti ilmu tafsir, ilmu hadits, fiqh dan bahasa Arab.

b. Tingkat pendalaman, yaitu bagi para pelajar yang ingin memperdalam ilmunya. Bagi anak penguasa, pendidikan biasanya berlangsung di istana dengan memanggil para ulama’ atau para ahli di bidangnya.

C. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Modern

Masa pembaruan merupakan zaman kebangkitan umat Islam. Jatuhnya mesir ke tangan barat menyadarkan umat Islam bahwa di barat telah timbul peradaban baru yang lebih tinggi dan merupakan ancaman bagi Islam. Raja-raja dan

pemuka-pemuka Islam mulai memikirkan cara untuk meningkatkan mutu dan kekuatan umat Islam. Perkembangan ilmu pengetahuan telah dimulai sejak periode pertengahan, terutama pada masa kerajaan Utsmani. Pada abad ke-17, mulai terjadi kemunduran khusunya ditandai oleh kekalahan-kekalahan yang dialami melalui peperangan melawan negara-negara Eropa. Peristiwa tersebut diawali dengan terpukul

mundurnya tentara usmani ketika dikirm untuk menguasai wina pada tahun 1683. Kerajaan Utsmani menyerahkan Hungaria kepada Austria, daerah Podolia kepada Polandia, dan Azov kepada Rusia dengan perjanjian Carlowiz yang ditandatangani tahun 1699. Kekalahan yang menyakitkan ini mendorong raja-raja dan pemuka-pemuka kerajaan Utsmani mengadakan berbagai penelitian untuk menyelidiki sebab-sebab kekalahan mereka dan rahasia keunggulan lawan. Mereka mulai

(6)

D. Para Panglima Sains dan Teknologi Muslim dan Karyanya 1. Bidang Kedokteran

a. Tokohnya

IBNU SINA, nama lengkapnya adalah Syeikhur Rais Abu Ali Husein bin Abdillah bin Hasan bin Ali bin Sina. Beliau dikenal dengan nama Avicenna, lahir pada tahun 370 hijriyah di sebuah desa bernama Khormeisan dekat Bukhara. Sejak masa kanak-kanak, Ibnu Sina yang berasal dari keluarga bermadzhab Ismailiyah sudah akrab dengan pembahasan ilmiah terutama yang disampaikan oleh Ayahnya.

Kecerdasannya yang sangat tinggi membuatnya sangat menonjol sehingga salah seorang guru menasehati Ayahnya agar Ibnu Sina tidak terjun ke dalam pekerjaan apapun selain belajar dan menimba ilmu.

Dengan demikian, Ibnu Sina secara penuh memberikan perhatiannya kepada aktivitas keilmuan. Kejeniusannya membuat ia cepat menguasai banyak ilmu dan meski masih berusia muda, beliau sudah mahir dalam bidang kedokteran. Beliau pun menjadi terkenal, sehingga Raja Bukhara Nuh bin Mansur yang memerintah antara tahun 366 hingga 387 hijriyah saat jatuh sakit memanggil Ibnu Sina untuk merawat dan mengobatinya.

Ibnu Sina juga menguasai berbagai ilmu seperti hikmah, mantiq dan matematika dengan berbagai cabangnya. Kesibukannya di pentas politik di istana Mansur, raja dinasti Samani juga kedudukannya sebagai menteri di pemerintahan Abu Tahir Syamsud Daulah Deilami dan konflik politik yang terjadi akibat perebutan

kekuasaan antara kelompok bangsawan, tidak mengurangi aktivitas keilmuan Ibnu Sina. Bahkan safari panjangnya ke berbagai penjuru dan penahanannya selama beberapa bulan di penjara Tajul Muk, penguasa Hamedan, tak menghalangi beliau untuk melahirkan ratusan jilid karya ilmiah dan risalah.

Ketika berada di istana dan hidup tenang serta dapat dengan mudah memperoleh buku yang diinginkan, Ibnu Sina menyibukkan diri dengan menulis kitab Qanun dalam ilmu kedokteran atau menulis ensiklopedia filsafatnya yang dibeni nama kitab Al-Syifa’. Namun ketika harus bepergian beliau menulis buku-buku kecil yang disebut dengan risalah. Saat berada di dalam penjara, Ibnu Sina menyibukkan diri dengan menggubah bait-bait syair, atau menulis perenungan agamanya dengan metode yang indah.

(7)

kumpulan metode pengobatan purba dan metode pengobatan Islam. Kitab ini pernah menjadi kurikulum pendidikan kedokteran di universitas-universitas Eropa. Ibnu juga memiliki peran besar dalam mengembangkan berbagai bidang keilmuan. Beliau menerjemahkan karya Aqlides dan menjalankan observatorium untuk ilmu perbintangan. Dalam masalah energi Ibnu Sina memberikan hasil penelitiannya akan masalah ruangan hampa, cahaya dan panas kepada khazanah keilmuan dunia. Ibnu Sina dengan kekuatan logikanya -sehingga dalam banyak hal mengikuti teori matematika bahkan dalam kedokteran dan proses pengobatan- dikenal pula

sebagai filosof tak tertandingi. Menurutnya, seseorang baru diakui sebagai ilmuan, jika ia menguasai filsafat secara sempurna. Ibnu Sina sangat cermat dalam

mempelajari pandangan-pandangan Aristoteles di bidang filsafat. Ketika menceritakan pengalamannya mempelajari pemikiran Aristoteles, Ibnu Sina mengaku bahwa beliau membaca kitab Metafisika karya Aristoteles sebanyak 40 kali. Beliau menguasai maksud dari kitab itu secara sempurna setelah membaca syarah atau penjelasan ‘metafisika Aristoteles’ yang ditulis oleh Farabi, filosof muslim sebelumnya.

Dalam filsafat, kehidupan Abu Ali Ibnu Sina mengalami dua periode yang penting. Periode pertama adalah periode ketika beliau mengikuti faham filsafat paripatetik. Pada periode ini, Ibnu Sina dikenal sebagai penerjemah pemikiran Aristoteles. Periode kedua adalah periode ketika Ibnu Sina menarik diri dari faham paripatetik dan seperti yang dikatakannya sendiri cenderung kepada pemikiran iluminasi. Berkat telaah dan studi filsafat yang dilakukan para filosof sebelumnya semisal Al-Kindi dan Farabi, Ibnu Sina berhasil menyusun sistem filsafat islam yang

terkoordinasi dengan rapi. Pekerjaan besar yang dilakukan Ibnu Sina adalah menjawab berbagai persoalan filsafat yang tak terjawab sebelumnya.

Pengaruh pemikiran filsafat Ibnu Sina seperti karya pemikiran dan telaahnya di bidang kedokteran tidak hanya tertuju pada dunia Islam tetapi juga merambah Eropa. Albertos Magnus, ilmuan asal Jerman dari aliran Dominique yang hidup antara tahun 1200-1280 Masehi adalah orang Eropa pertama yang menulis penjelasan lengkap tentang filsafat Aristoteles. Ia dikenal sebagai perintis utama pemikiran Aristoteles Kristen. Dia lah yang mengawinkan dunia Kristen dengan pemikiran Aristoteles. Dia mengenal pandangan dan pemikiran filosof besar Yunani itu dari buku-buku Ibnu Sina. Filsafat metafisika Ibnu Sina adalah ringkasan dari tema-tema filosofis yang kebenarannya diakui dua abad setelahnya oleh para pemikir Barat.

(8)

b. Sumbangannya Terhadap Ilmu Pengetahuan (Karya yang Dimiliki)

Buku-buku yang pernah dikarang oleh Ibnu Sina, dihimpun dalam buku besar Essai de Bibliographie Avicenna yang ditulis oleh Pater Dominician di Kairo dan diantara beberapa karya Ibnu Sina adalah:

1) Qanun fi Thib (Canon of Medicine): (terjemahan bebas) aturan pengobatan 2) Asy Syifa’: terdiri dari 18 jilid berisi tentang berbagai macam ilmu

pengetahuan

3) An Nayyat (Book of Deliverence): buku tentang kebahagiaan jiwa.

4) Al Majmu: berbagai ilmu pengetahuan yang lengkap, ditulis saat berusia 21 tahun di Kawarazm

5) Isaguji (The Isagoge) ilmu logika Isagoge: bidang logika

6) Fi Aqsam Al Ulum Al Aqliyah (On The Divisions of The Rational Sciences): tentang pembahagian ilmu-ilmu rasional.

7) Ilahiyyat (Ilmu ketuhanan): bidang metafisika

8) Fiad Din yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin menjadi “Liber de Mineralibus”: tentang pemilikan (mimeral)

9) Risalah fi Asab Huduts Al Huruf: risalah tentang sebab-sebab terjadinya huruf (bidang satra Arab)

10) Al Qasidah Al Aniyyah: syair-syair tentang jiwa manusia (bidang syair dan prosa)

11) Risalah Ath Thayr: cerita seekor burung 12) Risalah As Siyasah: bidang politik

13) Al Mantiq: tentang logika (buku ini dipersembahkan untuk Abu Hasan Sahil) 14) Uyun Al Hikmah (10 jilid): tentang filsafat (ensiklopedi Britanica menyebutkan bahwa kemungkinan besar buku ini telah hilang)

15) Al Hikmah El Masyriqiyyin: tentang filsafat timur 16) Al Insyaf: tentang keadilan sejati

(9)

2. Bidang Matematika a. Tokohnya

Al Khawarizmi[6], nama lengkapnya adalah Muhammad bin Musa bin Khawarizmi. Beliau hidup di Masa Khalifah Al Ma’mun. Beliau memberikan banyak pengaruh pada dasar-dasar matematika dan geometri.

b. Sumbangannya Terhadap Ilmu Pengetahuan (Karya yang dimiliki)[7]

1) Al Jabr wa’l Muqabalah: beliau telah mencipta pemakaian secans dan tangens dalam penyelidikan trigonometri dan astronomi.

2) Hisab Al Jabr wa Al Muqabalah: beliau telah mengajukan contoh-contoh

persoalan matematika dan mengemukakan 800 buah masalah yang sebagian besar merupakan persoalan yang dikemukakan oleh Neo. Babylian dalam bentuk dugaan yang telah dibuktikan kebenarannya oleh Al Khawarizmi.

3) Sistem Nomor: beliau telah memperkenalkan konsep sifat yang penting dalam sistem nomor pada zaman sekarang. Karyanya yang satu ini memuat Cos, Sin dan Tan dalam penyelesaian persamaan trigonometri, teorema segitiga sama kaki dan perhitungan luas segitiga, segi empat dan lingkaran dalam geometri.

3. Bidang Astronomi a. Tokohnya

Al Battani, bernama lengkap Abu Abdullah Muhammad Ibn Jabir Ibn Sinan Al Battani Al Harrani As Sabi’. Battani dilahirkan dalam sebuah keluarga Sabian pada tahun 858 di Harran dekat Anatolia dan meninggal pada tahun 929 di dekat Samarra Irak. Battani adalah salah satu astronom paling berpengaruh di periode Islam awal. Terutama terkenal karena ketepatan pengamatannya, yang dilakukan di Raqqa di Suriah utara selama 40 tahun. Dia menulis sebuah buku penting dengan tabel astronomi (zij) dan beberapa risalah astrologi dalam tradisi. Battani adalah putra Jabir bin Sinan Al Harrani, pembuat instrumen dari Harran. Jadi kita bisa

mengasumsikan bahwa Battani belajar tentang instrumen astronomi dari ayahnya sebelum ia pindah ke Raqqa di Suriah utara.

Beliau adalah salah satu astronom yang paling menonjol dalam sejarah Islam. Beliau memberikan kontribusi dalam sejumlah penemuan penting dalam astronomi, yang merupakan hasil dari sebuah karir yang panjang dari 42 tahun penelitian dimulai pada Raqqa ketika masih muda.

Penemuannya yang terbesar adalah penentuan sangat akurat dari tahun matahari sebagai 365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik, yang sangat dekat dengan

(10)

meningkat sebesar 16,47° sejak Ptolemy. Hal ini tersirat penemuan penting dari gerakan upsides matahari dan variasi yang lambat dalam persamaan waktu. Beliau tidak percaya pada gentar dari equinoxes, meskipun copernicus memegangnya. Abu Abdullah Al Battani menulis sejumlah buku tentang astronomi dan trigonometri. Bukunya yang paling terkenal adalah risalah astronomi dengan tabel, yang

diterjemahkan ke dalam bahasa latin pada abad ke-12.

Al Battani juga menemukan sejumlah persamaan trigonometri:

Ia juga memecahkan persamaan sin x = a cos x dan menemukan rumus:

Dan menggunakan gagasan Al Marwazi tentang tangen dalam mengembangkan persamaan-persamaan untuk menghitung tangen, cotangen dan menyusun tabel perhitungan tangen.

Al Battani bekerja di Suriah, tepatnya di Ar Raqqah dan di Damaskus, yang juga merupakan tempat wafatnya.

b. Sumbangannya Terhadap Ilmu Pengetahuan (Karya yang dimiliki)

1) Penentuan akurat dari sebagai 365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik, yang sangat dekat dengan perkiraan terbaru.

2) Risalah astronomi dengan tabel, yang diterjemahkan ke dalam bahasa latin pada abad ke-12.

3) Menemukan sejumlah persamaan trigonometri.

4. Bidang Kimia a. Tokohnya

Abu Musa Jabir bin Hayyan (Arab: نايح نبرباج)[8], beliau adalah seorang alkemis Islam terkemuka, apoteker, filsuf, astronom dan fisikawan. Latar belakang etnisnya adalah Persia. Ibnu Hayyan secara luas dikreditkan dengan pengenalan metode

eksperimental ke alkimia, dengan penemuan berbagai proses penting masih digunakan dalam kimia modern saat ini, seperti sintesis asam klorida dan nitrat, distilasi dan kristalisasi. Di permukaan, karir alkimianya berkisar di sekitar

(11)

Profesi ayah Jabir itu mungkin telah memberikan kontribusi besar terhadap

minatnya dalam alkimia. Di Kuffah ia menjadi mahasiswa guru Islam, Imam Ja'far Al Shadiq. Ia memulai karir obatnya, di bawah perlindungan wazir Khalifah Harun Barmakid Al Rasyid.

b. Sumbangannya Terhadap Ilmu Pengetahuan (Karya yang dimiliki) Jabir banyak dikenal karena kontribusinya untuk kimia. Beliau menekankan

eksperimentasi sistematis dan melakukan banyak untuk alkimia bebas dari takhayul dan mengubahnya menjadi sebuah ilmu. Dia adalah dikreditkan dengan penemuan berbagai jenis peralatan laboratorium kimia dan dengan penemuan dan deskripsi dari banyak zat kimia dan proses, seperti asam klorida dan nitrat, distilasi dan kristalisasi yang telah menjadi dasar kimia saat ini dan teknik kimia.

Tulisan-tulisan Jabir Ibnu Hayyan dapat dibagi menjadi empat kategori[9]:

1) The 112, buku yang didedikasikan untuk Barmakids, wazir Khalifah Harun Al-Rasyid. Kelompok ini mencakup versi Arab dari Tablet Zamrud, karya kuno yang merupakan dasar dari Hermetik atau “spiritual” alkimia. Pada abad pertengahan diterjemahkan ke dalam bahasa Latin Tabula Smaragdina dan luas tersebar di kalangan ahli alkimia Eropa.

2) Kitab Tujuh, yang sebagian besar diterjemahkan ke dalam bahasa Latin

selama Abad Pertengahan. Kelompok ini mencakup Kitab Al Zuhra (Kitab Venus) dan Kitab Al Ahjar (Kitab Stones).

3) Sepuluh Buku-buku tentang rektifikasi, berisi deskripsi dari alkemis seperti Pythagoras, Socrates, Plato dan Aristoteles.

4) Kitab-kitab tentang perimbangan, kelompok ini termasuk yang paling terkenal yaitu Teori Keseimbangan di Alam.

5. Bidang Geografi a. Tokohnya

Berkembangnya geografi di dunia Islam dimulai ketika Khalifah Al Ma’mun yang berkuasa dari tahun 813 hingga 833 M memerintahkan para geografer Muslim untuk mengukur kembali jarak bumi. Sejak saat itu muncullah istilah mil untuk mengukur jarak. Sedangkan orang Yunani menggunakan istilah stadion.

(12)

Khawarizmi juga berhasil menulis kitab geografi yang berjudul Surah Al Ardl (Morfologi Bumi) sebuah koreksi terhadap karya Ptolemaeus. Kitab itu menjadi landasan ilmiah bagi geografi Muslim tradisional. Pada abad yang sama, Al Kindi juga menulis sebuah buku bertajuk “Keterangan tentang Bumi yang Berpenghuni”. Sejak saat itu, geografi pun berkembang pesat. Sejumlah geografer Muslim berhasil melakukan terobosan dan penemuan penting. Di awal abad ke-10 M, secara khusus Abu Zayd Al Balkhi yang berasal dari Balkh mendirikan sekolah di kota Baghdad yang secara khusus mengkaji dan membuat peta bumi.

Di abad ke-11 M, seorang geografer termasyhur dari Spanyol, Abu Ubaid Al Bakri berhasil menulis kitab di bidang geografi, yakni Mu’jam Al Ista’jam (Ensiklopedi Geografi) dan Al Masalik wa Al Mamalik (Jalan dan Kerajaan). Buku pertama berisi nama-nama tempat di Jazirah Arab. Sedangkan yang kedua berisi pemetaan geografis dunia Arab zaman dahulu.

Pada abad ke-12, geografer Muslim Al Idrisi berhasil membuat peta dunia. Al Idrisi yang lahir pada tahun 1100 di Ceuta Spanyol itu juga menulis kitab geografi berjudul Kitab Nazhah Al Muslak fi Ikhtira Al Falak (Tempat Orang yang Rindu Menembus Cakrawala). Kitab ini begitu berpengaruh sehingga diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, Geographia Nubiensis.

Seabad kemudian, dua geografer Muslim yakni Qutubuddin Asy Syirazi (1236 M-1311 M) dan Yaqut Ar Rumi (1179 M-1229 M) berhasil melakukan terobosan baru. Qutubuddin mampu membuat peta Laut Putih atau Laut Tengah yang dihadiahkan kepada Raja Persia. Sedangkan, Yaqut berhasil menulis enam jilid ensiklopedi bertajuk Mu’jam Al Buldan (Ensiklopedi Negeri-negeri).

Penjelajah Muslim asal Maroko, Ibnu Battutah di abad ke-14 M memberi sumbangan dalam menemukan rute perjalanan baru. Hampir selama 30 tahun, Ibnu Battutah menjelajahi daratan dan mengarungi lautan untuk berkeliling dunia. Penjelajah Muslim lainnya yang mampu mengubah rute perjalanan laut adalah Laksamana Cheng Ho dari Tiongkok. Dia melakukan ekspedisi sebanyak tujuh kali mulai dari tahun 1405 hingga 1433 M.

Dengan menguasai geografi, di era keemasan umat Islam mampu menggenggam dunia.[10]

b. Sumbangannya Terhadap Ilmu Pengetahuan (Karya yang dimiliki)

Sederet geografer Muslim telah banyak memberi kontribusi bagi pengembangan ilmu bumi. Al Kindi diakui begitu berjasa sebagai geografer pertama yang

(13)

John J O’Connor dan Edmund F Robertson menuliskan pengakuannya terhadap kontribusi Al Biruni dalam MacTutor History of Mathematics. Menurut mereka, “Al Biruni telah menyumbangkan kontribusi penting bagi pengembangan geografi dan geodesi. Dialah yang memperkenalkan teknik pengukuran bumi dan jaraknya dengan menggunakan triangulation”.

Al Birunilah yang menemukan radius bumi mencapai 6.339,6 km. Hingga abad ke-16 M, Barat belum mampu mengukur radius bumi seperti yang dilakukan Al Biruni. Bapak sejarah sains, George Sarton juga mengakui kontribusi sarjana Muslim dalam pengembangan geografi dan geologi. “Kita menemukan dalam tulisannya metode penelitian kimia, sebuah teori tentang pembentukan besi”.

Salah satu kekhasan yang dikembangkan geografer Muslim adalah munculnya bio-geografi. Hal itu didorong oleh banyaknya orang Arab di era kekhalifahan yang tertarik untuk mendistribusi dan mengklasifikasi tanaman, binatang dan evolusi kehidupan. Para sarjana Muslim mencoba menganalisis beragam jenis tanaman[11].

E. Rekonstruksi Pengembangan dan Sumbangan Peradaban Islam Bagi Ilmu Pengetahuan

Menggagas kebangkitan Peradaban Islam, jika umat Islam ingin membangun

kembali peradabannya, mereka harus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa ini, kebangkitan Islam hanya akan menjadi utopia belaka. Karena wujud suatu peradaban merupakan produk dari akumulasi tiga elemen penting yaitu,

kemampuan manusia untuk berfikir, yang menghasilkan sains dan teknologi, kemampuan berorganisasi dalam bentuk kekuatan politik dan militer, serta kesanggupan berjuang untuk hidup. Jadi kemampuan berfikir merupakan elemen mendasar (asasi) bagi suatu peradaban. Suatu bangsa akan beradab

(berperadaban) apabila bangsa itu telah mencapai tingkat kemapuan intelektual tertentu. Sebab kesempurnaan manusia ditentukan oleh ketinggian pemikirannya. Suatu peradaban akan bisa terwujud jika manusia di dalamnya memiliki pemikiran yang tinggi, sehingga mampu meningkatkan taraf kehidupannya. Suatu pemikiran tidak dapat tumbuh begitu saja tanpa sarana dan prasarana ataupun suprastruktur dan infrastruktur yang tersedia. Dalam hal ini, pendidikan merupakan sarana

penting bagi tumbuhnya pemikiran, namun yang lebih mendasar lagi dari pemikiran adalah struktur ilmu pengetahuan yang berasal dari pandangan hidup (agama). Maka dari itu, pembangunan kembali peradaban Islam harus dimulai dari

pembangunan ilmu pengetahuan Islam. Orang mungkin memprioritaskan

(14)

Enstien ”science without religion is blind, religion without science is lame”. Dari sini dapat kita lihat peranan penting pendidikan dan agama sebagai jalan kebangkitan peradaban Islam.

BAB III PENUTUP

Dalam kajian sejarah, dapat diketahui bahwa Arab sebelum Islam dikenal sebagai zaman jahiliyah dimana ilmu pengetahuan tidak mendapat porsi padanya.

Kemudian perkembangan sains itu berjalan cepat setelah adanya risalah Islam. Inilah bukti bahwa Islam melahirkan kemajuan ilmu pengetahuan.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Abu Su’ud. 2003. Islamologi. Jakarta: Rineka Cipta

Anonim. 2011. Hayan Jabir. www.learn-Persian.com. (diakses pada tanggal 06 Oktober 2011 pukul 16.00 WIB)

Aunur Rahim Faqih Munthoha. 2002. Pemikiran dan Peradaban Islam. Jogjakarta: UII Press

Bustaman Ismail. 2008. Perkembangan Islam Pada Masa Modern.

www.wordpress.com. (diakses pada tanggal 09 Oktober 2011 pukul 11:30 WIB) Ibnu Maryam, 2010. 13 Ilmuwan Islam Pelopor Ilmu Geografi. www.republika.co.id. (diakses pada tanggal 09 Oktober 2011 pukul 11:30 WIB)

Imam Ahmad Ibnu Nizar. 2011. Orang-orang Muslim Berjasa Besar Pada Dunia. Jogjakarta: Laksana

Muhaimin. 2009. Rekonstruksi Pendidikan Islam. Jakarta: Rajagrafindo Persada Musyrifah Sunanto. 2004. Sejarah Islam Klasik (cetakan II). Jakarta: Prenada Media Ridho Maulana. 2011. Ilmu Pengatahuan di Masa Nabi Muhammad SAW.

(16)

[1]Musyrifah Sunanto. 2004. Sejarah Islam Klasik (cetakan II). Jakarta: Prenada Media. (hlm: 14-16)

[2] Musyrifah Sunanto. 2004. Sejarah Islam Klasik (cetakan II). Jakarta: Prenada Media. (hlm: 42)

[3] Aunur Rahim Faqih Munthoha. 2002. Pemikiran dan Peradaban Islam. Jogjakarta: UII Press. (hlm: 42)

[4] Ridho Maulana. 2011. Ilmu Pengatahuan di Masa Nabi Muhammad SAW. www.scribd.com. (diakses pada tanggal 06 Oktober 2011 pukul 10:04 WIB) [5] Bustaman Ismail. 2008. Perkembangan Islam Pada Masa Modern.

www.wordpress.com. (diakses pada tanggal 09 Oktober 2011 pukul 11:30 WIB) [6] Abu Su’ud. 2003. Islamologi. Jakarta: Rineka Cipta. (hlm: 203)

[7] Abu Su’ud. 2003. Islamologi. Jakarta: Rineka Cipta. (hlm: 203)

[8] Imam Ahmad Ibnu Nizar. 2011. Orang-orang Muslim Berjasa Besar Pada Dunia. Jogjakarta: Laksana. (hlm:241)

[9] Anonim. 2011. Hayan Jabir. www.learn-Persian.com. (diakses pada tanggal 06 Oktober 2011 pukul 16.00 WIB)

[10] Ibnu Maryam, 2010. 13 Ilmuwan Islam Pelopor Ilmu Geografi.

www.republika.co.id. (diakses pada tanggal 09 Oktober 2011 pukul 11:30 WIB) [11] Ibnu Maryam, 2010. 13 Ilmuwan Islam Pelopor Ilmu Geografi.

Referensi

Dokumen terkait

Dari penjelasan yang telah dikemukakan sebelumnya, diketahui bahwa Masjid Al Irsyad merupakan seb uah ban gunan modern di Indonesia dengan desain bangunan yang unik

Persepsi peternak unggas petelur terhadap bahaya flu burung sudah cukup bagus (pernyataan a), namun jika terjadi wabah flu burung 50% responden masih ragu- ragu dan tidak

government, as well as by immigrants theselves.12 Thus when Congress eliminated the quota system, large numbers of Filipinos already wanted to come to the United

kokurikuler yang dikelola secara integritas dalam mencapai tujuan kurikulum. 3) Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan. peserta didik

adalah suatu gangguan tumbuh kembang motorik anak yang disebabkan karena adanya kerusakan pada otak yang terjadi pada periode sebelum, selama dan sesudah kelahiran

Dari hasil revisi baik oleh ahli media maupun ahli materi, multimedia e- book interaktif ini dikatakan telah sesuai dengan pendekatan SAVI ( Somatic,

Hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,301 dengan p sebesar 0,000. Nilai p < 0,01 membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

DATA DIKJUR/PELATIHAN SATKER BIRO RENA SEMESTER I TAHUN 2016.. NO NAMA PANGKAT/NRP