• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH SASTRA ANAK . docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH SASTRA ANAK . docx"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Manusia hidup dibekali rasa ingin tahu terhadap segala sesuatu yang dapat di pandang sebagai misteri tentang dunia, termasuk di dalamnya misteri tentang kehidupan. Misteri tentang kehidupan inilah yang banyak di angkat ke dalam cerita fiksi, baik fiksi anak maupun fiksi dewasa. Dengan membaca dan menikmati cerita fiksi, tidak saja anak-anak, kita memperoleh kenikmatan cerita dan pemenuhan rasa ingin tahu, melainkan juga secara tidak langsung belajar tentang kehidupan, kehidupan yang sengaja dikreasi dan didialogkan kepada anak-anak, kita.

Masa anak-anak adalah masa ingin tahu tentang segala sesuatu. Minat anak terhadap hal-hal yang belum diketahuinya sangat tinggi, karena itu anak sering mengajukan pertanyaan tentang segala hal yang diamatinya. Kelebihan anak-anak adalah tidak pernah “kuwalahan” apabila diberi informasi sebanyak apapun. Sedangkan kekurangan orang dewasa adalah sering “kelabakan” dalam menjawab pertanyaan anak. Seorang anak juga ingin mengetahui apa saja yang dapat dijangkau pikirannya. Anak-anak bahkan ada yang suka mendengarkan orang dewasa yang sedang berbicara, kadang mereka juga mencoba ikut terlibat dalam pembicaraan orang dewasa.

(2)

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Cerita Fiksi Anak?

2. Apa saja unsur-unsur dalam Cerita Fiksi Anak?

3. Apa sajakah yang tergolong dalam Cerita Fiksi anak?

1.3. Tujuan

1. Menjelaskan hakikat Cerita Fiksi Anak.

2. Menjelaskan unsur-unsur Cerita Fiksi Anak.

(3)

BAB II PEMBAHASAN 2. 1. Hakikat Cerita Fiksi Anak

Menurut Lukens (2003), genre fiksi anak dapat di kelompokkan ke dalam fiksi realistik (realistic fiction), fiksi fantasi (fantacy), fiksi formula (formula fiction), fiksi sejarah (historical fiction), fiksi sainss (scientific fiction) dan fiksi biografis (biographical fiction). Hakikat fiksi adalah menunjuk pada sebuah cerita yang kebenarannya tidak menunjuk pada kebenaran sejarah, kebenaran empirik-faktual. Jadi apa yang di kisahkan dalam teks fiksi adalah segala sesuatu khususnya untuk tokoh dan peristiwa yang bersifat imajinatif. Walau demikian, campur aduk dan bolak balik antara penceritaan fakta imajinatif dan fakta faktual sering saja terjadi. Untuk kategori fiksi dewasa, tiga jenis fiksi yang di sebut belakangan dikenal dengan sebutan nonfiksi ( nonfiction fiction ).

2.2 Unsur Cerita Fiksi Anak

Sebuah teks sastra yang tersaji di hadapan pembaca sebenarnya adalah sebuah kesatuan dari berbagai elemen yang membentuknya. Elemen-elemen itu dapat di bedakan ke dalam unsur intrinsik dan ekstrinsik.

Unsur intrinsik adalah unsur-unsur cerita fiksi yang secara langsung berada di dalam, menjadi bagian, dan ikut membentuk eksistensi cerita yang bersangkutan. Unsur fiksi yang termasuk dalam kategori ini misalnya adalah tokoh dan penokohan, alur, pengaluran, dan berbagai peristiwa yang membentuknya, latar, sudut pandang, dan lain-lain. Dalam rangka telaah teks-teks fiksi cerita anak, juga fiksi dewasa, unsur-unsur intrinsik inilah yang lebih menjadi fokus perhatian.

(4)

pandangan hidup dan way of life bangsanya, kondisi kehidupan sosial budaya masyarakat yang di jadikan latar cerita dan lain-lain.

2.2.1 Tokoh

Tokoh cerita yang pertama-tama dan terutama yang menjadi fokus perhatian baik karena pelukisan fisik maupun karakter yang di sandangnya. Selain itu, baik karena mencerminkan tokoh realistik maupun tidak, tokoh-tokoh cerita itu pula yang mudah di identifikasikan sehingga anak akan dengan mudah menemukan hero pada diri tokoh yang bersangkutan.

a. Hakikat tokoh

Aspek nonfiksi, mental, emosional, moral, dan sosial, dalam hubungannya dengan tokoh cerita fiksi di pandang lebih penting dari pada sekadar aspek fisik. Dalam realitas kehidupan sehari-hari, berbagai unsur aspek nonfisik lebih menunjukkan jati diri seseorang, lebih menunjukkan ciri karakter seseorang. Dalam kaitannya untuk mengenali dan mengidentifikasi jati diri seseorangpun yang dalam hal ini adalah tokoh cerita pemahaman aspek-aspek nonfisik itu juga lebih penting untuk diperhatikan.

Di samping untuk memberikan bacaan yang sangat sehat dan menarik, buku cerita fiksi anak juga di maksudkan untuk memberikan “pendidikan “ moral tertentu lewat cerita. Tokoh cerita adalah sarana strategis untuk memberikan tujuan pendidikan yang di maksud. Keadaan ini sering menjadikan tokoh yang di hadirkan menjadi kurang wajar karena harus tunduk pada kemauan pengarang untuk tujuan tersebut. Bagaimanapun, tuntutan hadirnya tokoh cerita yang memenuhi prinsip kewajaran tetap di perlukan dalam teks cerita fiksi anak: tokoh anak itu biarkan bertingkah laku sebagaimana lazimnya anak-anak.

(5)

Artinya, unsur dan tujuan mendidik itu haruslah secara implisit menjadi bagian cerita dan unsur fiksi yang memuatnya.

b. Jenis tokoh

Jenis tokoh cerita fiksi anak dapat dibedakan ke dalam berbagai macan kategori tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya. Misalnya, jika dilihat berdasarkan realitas sejarah, tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh rekaan dan tokoh sejarah, berdasarkan wujudnya dapat dibedakan ke dalam tokoh manusia, binatang atau objek lain, berdasarkan kompleksitas karakter dapat dibedakan kedalam tokoh sederhana dan tokoh bulat , dan lain-lain.

Tokoh rekaan dan tokoh sejarah. Sesuai dengan namanya yang fiksi, tokoh-tokoh cerita fiksi juga merupakan tokoh rekaan. Artinya, mereka bukan merupakan tokoh yang secara imajinatif, dalam arti tokoh yang di ciptakan lewat kekuatan inajinasi pengarang, maka tidak terlalu berlebihan jika tokoh-tokoh itu disebut sebagai “anak kandung” pengarang. Sebagai isi empunya cerita dan tokoh cerita, pengarang berhak mengkreasikan tokoh-tokoh ciptaannya sesuai dengan pandangan hidup, wawasan keindahan dan ideologinya.

Penciptaan toko-tokoh itu diprasyarati oleh pengalaman hidup yang kaya dan melewati proses perenumgan, penghayatan dan penciptaan. Tokoh sejarah yang diangkat ke dalam cerita fiksi tidak dapat seratus persen mempertahankan jati dirinya yang sesungguhnya. Hal itu sepintas seperti bertentangan dengan hakikat sejarah yang bersifat empirik dan tidak dapat dimanipulasikan. Namun, kedua hal tersebut, yaitu kutup rekaan dan kutup historis, dapat di padukan lewat kerja imajinatif dalam bentuk cerita. Penghadiran tokoh cerita khususnya yang bukan merupakan tokoh utama, akan berdampak memberikan kesan “sungguh-sungguh terjadi”. Sebaliknya, jika tokoh itu menjadi tokoh utama, cerita fiksi yang bersangkutan akan menjadi fiksi historis.

(6)

anak adalah antara tokoh-tokoh yang berkarakter baik dan berkarakter jahat. Tokoh yang golongan pertama lazim disebut sebagai tokoh protagonis (protagonistic character), sedang yang kedua tokoh antagonis ( antagonistic character). Kedua jenis peran tokoh ini mesti ada dalam cerita fiksi karena pada tarik-menarik ketegangan antara kebaikan dan kejahatan itu pula, antara lain, sebuah cerita manjadi menarik, menegangkan, dan akhirnya memberikan kepuasan lewat katarsis dengan dikalahkannya tokoh yang berkarakter jahat.

Tokoh putih dan hitam. Istilah tokoh putih dan tokoh hitam lazimnya dimaksudkan untuk menyebut tokoh yang berkarakter baik dan buruk. Tokoh protagonis yang adalah tokoh hero yang dikategorikan sebagai tokoh putih, yaitu tokoh yang berkarakter baik dan sekaligus membawakan dan memperjuangkan nilai-nilai kebenaran. Sebaliknya, tokoh antagonis yang notabene sebagai tokoh yang berkarakter jahat dan sebagai pemicu konflik dan pertentangan-pertentangan dikategorikan sebagai tokoh hitam.

Tokoh datar dan tokoh bulat. Pembagian karakter tokoh cerita ke dalam karakter datar (flat character) dan bulat (round character) berasal dari forster, yaitu berkaitan dengan kadar kompleksitas karakter seorang tokoh cerita. Tokoh berkarakter datar adalah tokoh yang hanya memiliki karakter yang “itu-itu” saja, karakter yang tertentu dan sudah pasti mirip dengan formula. Tokoh berkarakter bulat adalah tokoh yang memiliki banyak karakter dan adakalanya bersifat tidak terduga, maka karakternya pun tidak dapat dirumuskan sebagaimana tokoh datar.

(7)

c. Teknik Penghadiran Tokoh

Ada sejumlah cara penghadiran tokoh, namun secara garis besar dapat di kelompokkan ke dalam dua macam, yaitu teknik uraian atau narasi pengarang (telling) dan teknik ragaan (showing). Teknik yang pertama menunjuk pada penertian bahwa pemunculan karakter tokoh itu secara langsung diceritakan oleh pengarang, sedang teknik yang kedua menunjuk pada pengertian tokoh dibiarkan tampil sendiri untuk memperlihatkan karakter jatidirinya seiring dengan perkembangan alur cerita.

Teknik aksi. Teknik aksi dimaksudkan sebagai teknik penghadiran tokoh lewat aksi, tindakan, dan tingkah laku yang ditunjukkan oleh tokoh yang bersangkutan. Aksi, tindakan dan tingkah laku seseorang anak sekalipun, pada umumnya menunjukkan sikap dan karakternya. Dengan demikian, pemahaman terhadap berbagai aksi dan tingkah laku seseorang dapat dipandang sebagai salah satu cara untuk memahami sikap dan karakter tokoh cerita.

Teknik kata-kata. Jika teknik tingkah laku menunjukkan karakter tokoh cerita lewat aksi dan tingkah laku nonverbal, teknik kata-kata dapat dipahami sebagai cara menunjukkan karakter tokoh lewat tingkah laku verbal, lewat kata-kata yang di ucapkan. Sama halnya dengan tingkah laku nonverbal, tingkah laku verbal yang berwujud kata-kata juga mencerminkan karakter tokoh yang bersangkutan. Kata-kata yang di ucapkan tokoh adalah cermin segala sesuatu yang hidup dalam pikiran dan perasaan, dan itu artinya adalah sebagian dari jatidirinya.

(8)

lain-lain). Jadi, teknik penampilan ini pada hakikatnya merupakan sesuatu yang dapat diamati pada seorang tokoh baik yang menyangkut aspek fisik maupun nonfiksi dalam sekali kesempatan yang secara keseluruhan mencerminkan gambaran tentang sikap dan karakter seseorang.

Teknik komentar orang lain. Pemahaman terhadap seseorang tidak hanya sebatas mengamati apa yang dilakukan, dikatakan, dan atau ditampilkan oleh yang bersangkutan, tetapi secara lebih lengkap juga dapat dilakukan dengan melihat apa yang dikatakan oleh orang lain tentangnya. Komentar tokoh lain merupakan salah satu cara yang biasa dipergunakan untuk melukiskan karakter seorang tokoh baik untuk menunjukkan sikap dan karakter yang belum di ungkap dengan teknik lain maupun untuk memperkuat teknik lain yang sudah dipergunakan, baik yang menyangkut sikap dan karakter yang berkualifikasi positif maupun negatif. Dengan adanya komentar tokoh-tokoh lain tersebut gambaran jatidiri seorang tokoh menjadi lebih lengkap dan hal itu akan memudahkan pengimajian dan pemahaman oleh pembaca anak-anak. Komentar tentang tokoh itu dapat diberikan oleh orang-orang dekatnya, misalnya sesama tokoh protagonis atau justru oleh orang lain yang menjadi tokoh antagonis.

(9)

2.2.2 Alur Cerita

Istilah yang biasa digunakan untuk menyebut alur adalah alur cerita, plot, atau jalan cerita. Istilah mana yang akan dipakai terserah kepada tiap orang walau sebenarnya alur lebih dari sekedar jalan cerita. Namun, fakta yang idak dapat dipungkiri adalah bahwa alur merupakan salah satu unsur cerita fiksi yang juga menarik untuk dibicarakan disamping unsur tokoh.

a. Hakikat Alur Cerita

Dalam kaitannya dengan sebuah teks cerita, alur berhubungan dengan berbagai hal seperti peristiwa, konflik yang terjadi, dan akhirnya mencapai klimaks, serta bagaimana kisah itu diselesaikan. Alur berkaitan dengan masalah bagaimana peristiwa, tokoh, dan segala sesuatu itu digerakkan, dikisahkan sehingga menjadi sebuah rangkaian cerita yang padu dan menarik. Selain itu, alur juga mengatur berbagai peristiwa dan tokoh itu tampil dalam urutan yang enak, menarik, tetapi juga terjaga kelogisan dan kelancaran ceritanya.

Dari sini kemudian muncul sebuah alur yang di pahami sebagai sebuah rangkaian peristiwa yang terjadi berdasarkan hubungan sebab akibat. Dalam sebuah cerita mesti ada banyak peristiwa yang di rangkai menjadi satu kesatuan yang padu. Peristiwa-peristiwa yang di munculkan itu sendiri tidak boleh terjadi secara incidental yang tidak saling terkait,melainkan mesti dalam kaitan sebab akibat.jadi, factor sebab akibat itulah yang dipandang sebagai menggerakan alur cerita. Keterkaitan antar peristiwa dan sebab akibat itulah yang menyebabkan alur cerita menjadi logis. Hal yang perlu dicatat: anak pun sudah bisa bersikap kritis, lagipula cerita fiksi juga merupakan salah satu sarana untuk memupuk perasaan dan fikiran kritis.

(10)

alurpun tidak akan berkembang tanpa tokoh yang menjadi focus pengembangan. Bedasarkan hal itu pula Lukens (1999:103) memahami alur sebagai urtan peristiwa sebagaimana ditunjukkan oleh tokoh lewat aksi.

b. Konflik dalam Pengembangan Alur Cerita

Unsur esensial dalam alur adalah peristiwa baik yang baik dilakukan dan, ditimpakan kepada tokoh maupun yang bukan. Berkat peristiwa yang dikisahkan secara berurutan itu alur cerita berkembang. Namun, berbagai peristiwa yang dikisahkan itu bukan sekedar peristiwa tanpa ketegangan, tanpa konflik karena jika demikian halnya cerita psti tidak menarik.Suspense, rasa ingin tahu, dapat dipahami sebagai adnya rasa ketidak pastian tentang sesuatu yang bakal terjadi yang menyebabkan pembaca berharap-harap cemas menunggu. Hal inilah antara lain yang mampu mengikat pembaca cerita fiksi, tidak peduli anak atau dewasa, untuk tidak melepas buku bacaannya. Konflik dapat muncul karena adanya pertentangan di antara beberapa pertentangan yang berbeda, namun juga karena konflik pula kemudian memunculkan pertentangan-pertentangan. Dalam cerita fiksi konflik lazimnya terjadi jika tokoh protagonist berhadapan dengan tokoh antagonis dan atau kekuatan oposan.

Konflik seseorang dengan diri sendiri. konflik dapat terjadi di dalam batin seseorang dengan diri sendiri. Di dalam batin seseorang baisa tejadi tarik menarik antara beberapa kepentingan yang bersebrangan yang sama-sama menuntut untuk dipilih. Dalam hal ini boleh dikatakan seorang tokoh memiliki “dua hati”, hati melawan hati,gagasan melawan gagasan.

(11)

pembaca (anak) tidak akan ragu memilih Harry Potter dan Rangga sebagai hero yankg luar biasa lewat berbagai penampilan, kemampuan, dan sekaligus karena fungsinya sebagai pembawa misi pemberantas kejahatan.

Konflik seseorang dengan masyarakat. Konflik jenis ini juga tergolong konflik eksternal yang terjadi antara seseorang dengan sesuatu yang diluar drinya. Istilah masyarakat antara lain adalah kehidupan social-budaya masyarakat yang memiliki berbagai system dan konvensi yang berbeda antara masyarakat satu dengan masyarakat yang lain. Pebedaan itulah yag dapat menimbulkan konflik pada diri seseorang. Dibandingkan dengan orang dewasa sebenarnya anak kurang merasakan adanya konflik dengan lingkungan masyarakat. Hal itu antara lain disebabkan anak belum mampu memahami sepenuhnya bahasa symbol, aturan, norma, atau system dan konvensi kemasyarakatan yang berlaku.

Konflik seseorang dengan alam. Alam haruslah dipahami dalam pengertian yang lebih luas yang meliputi berbagai kondisi lingkungan kehidupan termasuk di dalamnya flora dan fauna. Kondisi alam yang disebut antagonistic force, yang tingkatan intensitasnya mulai dari sederhana dan keseharian sampai yang tergolong serius dan dramatic. Namun alam tak selamanya bersahabat dengan manusia walaupun hal itu sering dilakukan oleh manusia itu sendiri.

c. Pola Alur cerita

Cerita fiksi hadir untuk menampilkan cerita, dan alur cerita itu berkembang dari awal hingga akhir. Sepanjang perkembangan alur tersebut ada banyak aksi dan peristiwa yang dilakukan dan ditimpahkan kepada tokoh yang ditampilkan secara berurutan dan enak diikuti hubungan sebab akibatnya.

(12)

berupa penyelesaian cerita. Bagian awal, tengah dan akhir cerita tersebut juga sering disebut sebagai tahap perkenalan, pertikaian, dan penyelesaian.

Kronologis versus sorot-balik. Pola alur dapat bersifat kronologis,sorot balik, atau gabungan keduanya. Pola alur kronologis (progresif, maju) dimaksudkan sekuensi kejayaannya. Pola alur sorot balik, di pihak lain, dimaksudkan sebagai sekuensi penyajian peristiwa yang dikisahkan itu tidak harus urut berdasarkan waktu kejadiannya. Namun, sebagai sebuah cerita fiksi anak, pola alur sorot balik masih berada dalam status toleransi.

Konflik dan klimaks. Jika pola alur yang berupa kronologis dan sorot balik dilihat berdasarkan sekuensi peristiwa, aspek konflik dan klimaks dalam alur dilihat berdasarkan subtansi peristiwa yang dikisahkan. Peristiwa yang berkembang berdasarkan hubungan sebab akibat dan logika merupakan aspek subtansial alur, dan aspek inilah yang dikisahkan dengan pola urutan tertentu. Walau demikian ada perbedaan intensitas konflik dalam berbagai subgenre cerita fiksi anak. Pada cerita fiksi realis konflik yang terjadi antar tokoh pada umumnya masih sebatas pertentangan kecil-kecilan karena posisi tokoh yang berfungsi sebagai protagonis dan antagonis itu tidak jarang kabur.

Suspense dan surprise. Suspense dapat dipahami sebagai rasa ingin tahu yang dirasakan oleh pembaca tentang kelanjutan cerita. Surprise dipihak lain, dapat dipahami sebagai adanya unsure kejutan yang dialami oleh seorang pembaca ketika menikmati alur cerita.

(13)

2.2.3 Latar

Sebuah cerita fiksi yang hadir dengan menampilkan tokoh dan alur memerlukan tokoh dan alur memerlukan kejelasan tempat dimana cerita itu terjadi, kapan waktu kejadiannya, dan latar belakang kehidupan social-budaya masyarakat tempat para tokoh tempat berinteraksi dengan sesama. Tanpa kejelasan hal-hal tersebut cerita yang dihadirkan rasanya kurang realistic, tidak berpijak di bumi, yang kesemuanya berakibat kurang dipahami cerita fiksi yang ditampilkan. Menurut Lukens (2003:147) dalam fiksi dewasa latar dapat terjadi dimana saja termasuk didalam benak tokoh, sehingga tidak terlalu banyak membutuhkan deskripsi tentang latar. Namun, tidak halnya dengan dengan cerita fiksi anak.dalam cerita fiksi anak hampir semua peristiwa yang dikisahkan membutuhkan kejelasan tempat dan waktu kejadiannya, dan karenanya membutuhkan deskripsi latar secara lebih detil.

a. Hakikat Latar

Latar (setting) dapat dipahami sebagai landas tumpu berlangsung berbagai peristiwa dan kisah yang diceritakan dalam cerita fiksi. Latar menunjukkan pada tempat, yaitu lokasi dimana cerita itu terjadi, waktu, kapan cerita itu terjadi, dan lingkungan social-budaya, keadaan kehidupan bermasyarakat tempat tokoh dan peristiwa terjadi. Latar yang dapat diindera, dapat dilihat keberadaannya, seperti latar tempat yang berupa gedung sekolah, rumah tempat tinggal, jalan, tanah lapang atau halaman sekolah tempat bermain bola, lazimnya disebut sebagai latar fisik (physical setting). Dalam cerita fiksi anak latar fisik lebih dirasakan kehadirannya oleh anak, dan karenanya ia dapat dianggap menjadi lebih penting daripada latar spiritual.

b. Unsur Latar

(14)

deskripsi latar tempat mesti dalam kaitannya dengan waktu karena latar tempat akan berubah sejalan dengan perkembangan waktu.

Latar tempat. Latar tempat menunjuk pada penertian tempat dimana cerita yang dikisahkan itu terjadi. Pengertian tempat, bisa dimana saja, seperti di rumah peyot, gedung sekolah, gedung megah dll tergantung pada tuntutan alur cerita.

Latar waktu. Latar waktu dapat dipahami sebagai kapan berlangsungnya berbagai peristiwa yang dikisahkan dalam cerita fiksi. Dalam banyak kasus masalah waktulazimnya dikaitkan dengan waktu kejadian yang da di dunia nyata,waktu factual, waktu yang mempunyai referensi sejarah. Namun demikian, dibandingkan dengan latar tempat, masalah referensi waktu tersebut dalam cerita fiksi anak kurang ditekankan. Hal itu dapat dipahami karena latar tempat memberikan pijakan terjadinya peristiwa yang secara konkret dapat diimajinasikan.

Latar social-budaya. Latar soaila budaya dalam cerita fiksi dapat dipahami sebagai keadaan kehidupan social-budaya masyarakat yang dianggat ke dalam cerita itu. Cerita fiksi tidak hanya membutuhkan latar tempat dan waktu, tetapi juga di masyarakat tempat cerita itu diangkat. Cerita fiksi berkisah tentang manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan, maka latar belakang social-budaya masyarakat yang diangkat menjadi setting cerita mesti ikut terbawa ke dalamnya.

c. Fungsi Latar

Kehadiran unsur latar dalam sebuah ceritafiksi tidak semata-mata hanya berfungsi untuk menjadi landas tumpu cerita, tetapi juga mengemban sejumlah fungsi yang lain. Namun, inensitas pemfungsian latar bervariasi di antara cerita fiksi yang kesemuanya tergantung pada niatan penuisnya.

(15)

tokoh dan alur cerita. Latar yang bersifat fungsional, baik yang menyangkut unsur tempat, waktu, maupun social-budaya, berpengaruh langsung terhadap pengembangan karakter tokoh dan alur cerita. Kehadian latar tersebut amat penting dalam kaitannya dengan keseluruhan cerita, dan tidak dapat digantikan oleh latar lain tanpa mempengaruhi karakter dan alur cerita. Karakteristik latar yang demikian inilah yang oleh Lukens (2003:148-151) disebut sebagai latar integral (integral setting), sedang yang berkarakteistik sebaliknya, yaituyang kehadirannya kurang terkait dengan unsur fiksi yang lain dan kurang dipentingkan disebut latar belakang (backdrop).

Latar integral juga ditandai oleh deskripsi latar tempat secara lebih rinci dank has, dan pada fiksi realisme yang berangkat dari tempat-tempat tertentu yang dikenal di dunia nyata diperkuat oleh cirri khas yang ada di suatu tempat. Latar yang hanya berfungsi sebagai latar belakang (backdrop), di pihak lain, hadir semata-mata karena tokoh dan alur cerita membutuhkan ladas tumpu. Namun, latar tersebut tidak banyak berperan dalam pengembangan karakter tokoh dan alurcerita yang dikisahkan.

Latar sebagai pemerjelas konflik. Latar fungsional terkait langsung dengan unsur fiksi yang lain terutama tokoh dan alur cerita, dan pada fiksi yang demikian pemahaman latar merupakan hal yang esensial untuk memahami tokoh dan alur. Dengan demikian, latar sekaligus berfungsi sebagai pemerjelas esensi konflik yang dibangun lewat alur cerita. Hal itu disebabkan, secara langsung ataupun ntidak langsung, aspek-aspek latar, tempat, waktu, atau social budaya baik secra sendiri maupun bersama, berperan dalam pengembangan konflik.

(16)

Latar sebagai pemerjelas tokoh. Perkembangan karakter tokoh dipengaruhi atau bahkan dibentuk oleh latar yang melingkupinya. Hal itu sekaligus juga berarti bahwa karakter seorang tokoh dapat dipahami lewat dan sekaligus diperjelas oleh kondisi latar yang membesarkannya. Orang hidup dalam sebuah komunitas yang telah memiliki system nilai dan budaya yang mengatur perilaku anggotanya dalam bersikap dan berperilaku sehingga amat logis jika orang itu bersikap dan berkarakter yang mencerminkan norma-norma komunitasnya tersebut.

Latar sebagai simbol. Latar sebagai symbol (metafora) menunjukkan bahwa unsur latar sekaligus menggambarkan sesuatu yang lain yang lazimnya adalah keadaan atau jatidiri tokoh. Latar yang berfungsi sebagai pemerjelas jatidiri tokoh haruslah dopahami tidak harus berupa deskripsi latar secara langsung, melainkan juga secara tidak langsung lewat symbol-simbol, lewat deskripsi metaforis. Namun demikian, sebagai novel dengan pembaca anak fungsi latar sebagai symbol itu mestilah masih mudah dikenali oleh anak sekalipun.

2.2.4 Tema

Jika memilih buku bacaan sastra anak, yang sering terlintas difikiran adalah pertanyan-pertanyaan seperti: buku yang bercerita tentang apa, apakah ceritanya bagus atau tidak, buku cerita itu ingin berbicara tentang apa, atau apa yang ingin disampaikan lewat crita itu, dll. Pertanyaan tersebut berkaitan dengan isi cerita, dengan gagasan-gagasan yang ingin diungkapkan lewat, atau secara umum berkaitan dengan cerita.

(17)

permasalahan kehidupan manusia karena sastra berbicara tentang berbagai aspek masalah kemanusiaan: hubungan manusia dengan tuhannya, manusia dengan diri sendiri, manusia dengan sesama, dan manusia dengan lingkungan alam.

Penemuan tema. Penemuan tema dalam sebuah cerita kadang-kadang tidak semudah yang dibayangkan. Hal itu disebabkan adakalanya tema diungkapkan secara ekspilit lewat pernyataan (kalimat) yang mudah dikenali, dan adakalanya pula hanya diungkapkan secara implisit lewat keseluruhan cerita. Namun, tema yang diungkapkan secara eksplisit sekalipun juga perlu ditemukan lewat pembacaan dan pemahaman cerita secara keseluruhan. Tema memiliki kaitan yang erat dengan tokoh dan alur. Kedua unsur fakta crita inilah yang paling lazim “ditugasi” sebagai pembawa tema. Jika dalam cerita terdapat tokoh protagonist da antagonis yang jelas konfliknya, misalnya pada fiksi fantasi, pada konflik itulah lazimnya tema diungkapkan.

Tema mayor dan minor. Cerita fiksi hadir untuk menyamaikan sesuatu, makna atau tema. Tema itulah yang menjiwai keseluruhan cerita. Namun, persoalan yang kemudian muncul adalah sering ada lebih dari satu tema dalam sebuah cerita fiksi. Hal ini terjadi jika cerita yang dibaca relatif panjang, misalnya cerita fiksi anak yang berwujud novel.

(18)

Prinsip tidak menggurui adalah suatu hal yang mesti menjadi karakteristik bacaan sastra. Buku bacaan satra bukanlah buku ajaran tentang moral walau di dalamnya terkandung ajaran moral. Artinya, dalam buku bacaan satra sah-sah saja jika terdapat moral atau tema-tema yang bersifat didaktis, tetapi cara penyampaiannya tidak dengan cara-cara menggurui. Biarkan anak menikmati cerita itu, maka secara tidak langsung anak juga terbantu untuk memahami berbagai persoalan kehidupan yang diangkat menjadi tema dan biarkan anak mencari jati dirinya.

2.2.5 Moral

Moral adalah sesuatu yang ingin disampaikan kepada pembaca. Sesuatu itu selalu berkaitan dengan berbagai hal yang berkonotasi positif, bermanfaat bagi kehidupan, dan mendidik. Moral berurusan dengan masalah baik dan buruk, namun istilah moral itu selalu dikonotasikan dengan hal-hal yang baik.

Secara umum moral menyarankan pada pengertian tentang baik dan buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya. Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran, dan hal itulah yang ingin disampaikannya kepada pembaca. Sebuah karya fiksi ditulis oleh pengarang untuk antara lain menawarkan model kehidupan yang diidealkannya. Karya sastra fiksi senantiasa menawarkan pesan moral yang berhubungan dengan sifat-sifat luhur kemanusiaan, memperjuangkan hak dan martabat manusia.

Kehadiran unsur moral dalam sebuah cerita fiksi, apalagi fiksi anak, tentulah merupakan sesuatu yang mesti ada karena kehadiran moral dalam cerita fiksi dapat dipandang sebagai semacam saran terhadap perilaku moral tertentu yang bersifat praktis, tetapi bukan resep atau petunjuk bertingkah laku.

(19)

Teknik penyampaian moral dapat bersifat eksplisit dan implisit, penyampaian langsung atau tidak langsung, secara terang-terangan atau terselubung. Teknik penyampaian yang pertama bersifat menggurui karena identik dengan cara pelukisan watak tokoh yang bersifat uraian, telling, atau penjelasan, expository. Sedangkan yang kedua membiarkan pembaca anak untuk memahami dan menemukannya sendiri karena pesan yang tersampaikan hanya tersirat dalam cerita.

2.2.6 Sudut Pandang

Sudut pandang dapat dipahami sebagai cara sebuah cerita dikisahkan. Sudut pandang pada hakikatnya adalah sebuah cara, strategi, atau siasat yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengungkapkan cerita dan gagasannya. Secara lebih konkret dan spesifik sudut pandang adalah siapa yang melihat, siapa yang berbicara, atau dari kacamata siapa sesuatu itu dibicarakan.

Sudut pandang dianggap sebagai salah satu unsure fiksi yang penting dan menentukan. Sebelum pengarang menulis cerita, mau tak mau ia harus telah memutuskan memilih sudut pandang tertentu. Ia harus mengambil sikap naratif, antara mengemukakan cerita dengan dikisahkan oleh seorang tokohnya, atau oleh seorang narrator yang diluar cerita itu sendiri. Sudut pandang mempunyai hubungan psikologis dengan pembaca. Pembaca membutuhkan persepsi yang jelas tentang sudut pandang cerita. Jika pengarang ingin menceritakan berbagai peristiwa fisik, aksi, bersifat luaran dan dapat diindera, namun juga batin yang berupa jalan pikiran dan perasaan beberapa tokoh sekaligus dalam sebuah novel, hal itu kiranya akan lebih sesuai jika dipergunakan sudut pandang orang ketiga, khususnya yang bersifat mahatau.

(20)

Sudut pandang persona pertama menampilkan kisah dengan tokoh “aku” sebagai pusat pengisahan. Cerita disampaikan oleh aku/saya.

1) Jika si tokoh tersebut adalah tokoh utama, maka sudut pandangnya adalah orang pertama protagonis

2) Jika si tokoh tersebut adalah bukan tokoh utama, maka sudut pandangnya adalah orang pertama pengamat (observer).

Sudut pandang persona ketiga menampilkan kisah dengan tokoh dia sebagai pusat pengisahan. Cerita disampaikan bukan oleh tokoh yang ada dalam cerita tetapi oleh penulis yang berada di luar cerita. Tokoh cerita disebut sebagai dia/ia.

1) jika narator cerita menyampaikan pemikiran tokoh, maka sudut pandang cerita adalah third person omniscient/all.

knowing narrator (orang ketiga yang tahu segalanya).

2) jika narator hanya menceritakan/memberikan informasi sebatas yang bisa dilihat atau didengar (tidak mengungkapkan pemikiran), maka sudut pandang cerita adalah third person dramatic narrator.

2.2.7 Stile dan Nada

Stile dan nada merupakan dua hal yang terkait erat. Stile berkaitan dengan masalah pilihan berbagai aspek kebahasaan yang digunakan dalam sebuah teks kesastraan, dengan kata lain stile adalah cara pengucapan bahasa atau bagaimana seorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan. Sedangkan nada adalah sesuatu yang terbangkitkan oleh pemilihan berbgai bentuk komponen stile tersebut. Dalam pengertian luas, nada diartikan sebagai pendirian atau sikap yang diambil pengarang terhadap pembaca dan masalah yang dikemukakan.

(21)

tiap orang akan mempunyai cara-cara tersendiri yang berbeda dengan orang lain. Dalam hal ini stile dapat disamakan dengan cara seseorang berpakaian yang berbeda-beda selera dari masing-masing orang. Stile ditandai oleh ciri-ciri formal kebahasaan yang meliputi aspek bunyi, lesikal, struktur gramatikal dan penggunaan berbagai sarana retorikal yang memperindah penuturan seperti pemajasan (figures of thought), penyiasatan struktur (figures of speech) dan penctraan (imagery). Selain itu, aspek ejaan (grafologi) dan lafal juga menjadi bagian dari stile. Jadi, stile tidak lain adalah seluruh tampilan kebahasaan yang secara langsung dipergunakan dalam teks-teks sastra. Secara sederhana, wujud pengungkapan kebahasaan dalam setiap teks dapat dibedakan ke dalam dua hal, taitu apa yang ingin diungkapkan dan bagaimana cara mengungkapkan. Stile dapat disiasati, dimanipulasi dan didayagunakan sedemikian rupa lewat kreativitas bahasa sehingga stile tampil sebagai sebuah bentuk yang indah, mempesona dan mengesankan.

(22)

2.2.8 Lain-lain : Judul

Judul adalah kepala tulisan atau lukisan singkat dari sebuah cerita. Judul merupakan sesuatu yang pertama kali dibaca dan dikenali pembaca. Selain itu, judul harus terkait dengan unsur fiksi yang lain, misalnya keterkaitan antara judul dengan isi cerita. Jadi, dengan memahami judul cerita fiksi, maka akan mempermudah pembaca dalam memahami cerita fiksi secara keseluruhan.

Banyak cerita fiksi anak yang diberi judul dengan tema cerita, makna cerita, tokoh utamaatau gabungan tokoh utama dengan tema. Judul cerita juga sering berupa penunjukan latar tempat dan benda-benda tertentu yang semuanya berhubungan dengan isi cerita.

2.3.3 Macam Cerita Fiksi Anak

Cerita fiksi anak dapat dibedakan ke dalam beberapa kategori berdasarkan dari mana dilihat. Jika dilihat berdasarkan panjang pendeknya cerita yang dikisahkan, cerita fiksi anak dibedakan menjadi dua, yaitu novel dan cerita pendek (cerpen). Jika dilihat berdasarkan isi ceritanya, cerita fiksi anak dibedakan menjadi lima, yaitu fiksi realistik, fiksi fantasi, fiksi formula, fiksi historis dan fiksi biografis.

2.3.3.1 Novel dan Cerpen

Cerita fiksi anak dapat berbentuk novel dan cerpen. Berbeda halnya dengan novel yang terbit sendiri dalam sebuah buku, cerpen umumnya dimuat dalam berbagai majalah dan surat kabar harian seperti Bobo dan kompas minggu. Walau demikian, cerpen dalam majalah Bobo kemudian dikumpulkan dan telah diterbitkan menjadi sebuah buku, mirip majalah, dengan nama kumpulan Dongeng Bobo dalam seri-seri tertentu. Hal itu sengaja dikemukakan untuk menunjukkan betapa tidak sulitnya menemukan bacaan cerita fiksi anak baik yang berbentuk novel maupun cerpen, di samping berbagai genre sastra anak yang lain.

(23)

menanpilkan cerita, dan itu suatu fakta yang tidak dapat dimungkiri. Dengan demikian, persamaan keduanya yang utama adalah bahwa mereka sama-sama dibangun oleh berbagai unsur intrinsik yang sama, misalnya unsur penokohan, alur, latar, tema, moral, hal itu berlaku baik untuk novel maupun cerpen. Namun perbedaan anatara keduanya juga dapat dicari pada “pengoprasian” unsur-unsur intrinsik tersebut pada teks yang kemudian disebut novel dan cerpen. Perbedaan yang sederhana yang paling mudah dikenali antara novel dan cerpen adalah yang menyangkut panjang cerita, panjang halaman-halaman yang memuat cerita dan terdiri dari beberapa halaman.

Dalam sastra anak pun terdapat banyak novel dan cerpen, dan keduannya juga perlu mendapat perhatian yang seimbang. Novel dan cerpen anak itupun bermacam-macam jenis maka dari itu bagi pembaca anak yang dibutuhkan adalah bacaan berbagai fiksi yang baik, tidak peuli berupa novel atau cerpen atau genre yang lain.

2.1.3.2 Fiksi Realistik

Banyak bacaan cerita fiksi yang berkisah tentang pertemanan anak-anak sekolah sebaya, usaha dan kerja keras anak miskin, anak-anak miskin membantu orang tua, kehidupan harmonis sebuah keluarga, pertengkaran anak-anak, binatang peliharaanya. Model kehidupan seperti itu, dapat dijumpai secara nyata oleh anak dalam kehidupan sehari-hari. Cerita fiksi yang mengangkat hal-hal tersebut dikenal sebagai fiksi realistik.

(24)

Daya tarik fiksi realistik dan manfaat.sebuah cerita fiksi realistik mempunyai daya tarik tersendiri bagi pembaca.dan disini ada beberapa kemanfaatan bagi pembaca anak yaitu sebagai berikut.

a. Anak dapat belajar tentang tingkah laku manusia dan bagaimana orang saling berhubungan.

b. Anak dapat tertawa bersama orang lain dibuku cerita dan belajar untuk menertawakan diri sendiri.

c. Anak dapat memperoleh dan belajar berbgai pengalaman dari orang lain tanpa harus mengalaminya sendiri yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk mengambil sikap dalam kehidupannya.

d. Anak dapat berperan serta dan belajar berbagai peristiwa dan aktivitaas dan harus melakukannya sendiri, misalnya berpetualang, mendaki gunung, berolah raga dan lain-lain.

Macam fiksi realistik.

Cerita fiksi realistiik cukup banyak macamnya, misalnya:

a. Cerita petualangan menggangkat berbagai kisah petualngan anak sperti mendaki gunung, mengikuti aliran sungai, pergi ke tempat-tempat tertentu, dan lain-lain.

b. Cerita keluarga dipihak lain, dimaksudkan sebagai cerita yang mengangkat hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari ditengah keluarga.

(25)

d. Cerita sekolah dimaksudkan sebagai cerita yang mengangkat kehidupan anak-anak disekolah, misalnya bagaimanah anak-anak berinteraksi dengan para guru, pegawai, kawan-kawan, penjual makanan dan lain-lain.

2.1.3.3 Fiksi Fantasi

Diantara berbagai jenis cerita fiksi sering ada yang begitu menarik danmenampilkan sesuatu yang fantastis. Artinya, cerita yang dikisahkan amat menarik dengan tokoh-tokoh yang mampu melakukan sesuatu yang berada diluar jangkauan manusia biasa, bahkan juga tidak jarang muncul tokoh-tokoh lain yang bukan manusia yang dapat berinteraksi dengan tokoh manusia secara wajar, dan lain-lain yang serba luar biasa.

Latar kejadiannya pun tidak hanya ditempat-tempat biasa seperti di rumah, di halaman, atau di jalan. tapi anehnya sebagai pembaca kita dapat menerima kesemuanya itu secara wajar-wajar saja dan tidak mempertanyakan kebenarannya.

Jadi, dalam sebuah cerita fantasi pun ada bagian-bagian tertentu yang sebenarnya masuk akal, logis, halnya saja hal-hal itu kemudian dicampur adukkan dengan sesuatu yang tidak masuk akal. Namun demikian, secara keseluruhan pengembangan alur cerita tetap saja tunduk pada hukum sebab-akibat, tundu pada ‘the law of the plot”yang berlaku dalam penulisabn cerita konvensional. Hal itulah yang menyebabkan cerita fiksi fantasi juga menjadikuat dan meyakinkan karena dapat dipertanggung jawabkan secara intrinsik.

2.1.3.4 Fiksi Historis

(26)

siapa yang dapat menjamin bahwa semua hal yang dikisahkan itu benar-benar ada secara historis, bahkan untuk karya sejarah sekalipun. Cerita fiksi yang menggabungkan antara sesuatu yang bersifat faktual masa lalu dan imajinasi itu kenudian disebut sebagai fiksi historis.

Hakikat fiksi historis. fiksi historis merupakan sebuah cerita yang mengambil bahan dari suatu periose yang lebih awal dengan penekanan pada peristiwa-peristiwa yang luar biasa yang bersifat historis. jadi kata kunci untuk sebuah fiksi historis mesti berkisah tentang masa lalu,dan itu lazimnya dilakukan terhadap peristiwa-peristiwa besar yang monumental lengkap dengan para tokoh pelaku sejarahnya. Cerita fiksi historis adalah peristiwa dan tokoh yang sama-sama dikenal dalam sejarah.

Macam fiksi historis. fiksi historis dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis tergantung dari sudut pandang apa pembedaan itu dilakukan. Pembedaan itu dilakukan berdasarkan kronologi waktu sejarah mulai dari periode prasejarah hingga periode-periode selanjutnya berdasarkan kriteria tertentu.selain itu,ia dapat dibedakan berdasarkan tema-tema yang diangkat seperti tema perjuangan, peprangan, penemuan dan tema-tema kemasyarakatan yang lain. Adanya sudut pandang pembedaan itu dapat menyebabkan sebuah cerita fiksi historis dapat dikatagorikan ke dalam lebih dari satu jenis.

(27)

Cerita fiksi maupun nonfiksi merupakan buku yang bermanfaat untuk menambah wawasan anak, karena dengan membaca buku, anak akan mendapatkan kesenangan tersendiri.

Cerita fiksi anak merupakan cerita yang berdasarkan imajinatif dan memberikan keunikan tersendiri, karena dalam cerita tersebut terdapat unsur-unsur yang membedakannya dengan yang lain, yaitu unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur fiksi yang termasuk dalam unsur intrinsik misalnya adalah tokoh dan penokohan, alur, pengaluran, dan berbagai peristiwa yang membentuknya, latar, sudut pandang, dan lain-lain. Sedangkan, Hal-hal yang dapat di kategorikan ke dalam unsur ekstrinsik misalnya adalah jati diri pengarang yang mempunyai ideologi, pandangan hidup dan way of life bangsanya, kondisi kehidupan sosial budaya masyarakat yang di jadikan latar cerita dan lain-lain.

Cerita fiksi anak sangatlah banyak macamnya, diantaranya, yaitu: Novel, Cerpen, Fiksi Realistik, Fiksi Fantasi, Fiksi Historis.

(28)

Nurgiyantoro, Burhan. 2013. SASTRA ANAK, Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta: GADJA MADA UNIVERSITY PRESS.

Referensi

Dokumen terkait

Pengarang menampilkan tokoh dalam cerita yang dipaparkannya melalui sudut pandang. Dengan demikian, segala sesuatu yang dikemukakan oleh pengarang disalurkan melalui

yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi. Amanat adalah pesan yang disampaikan oleh pengarang melalui cerita. Analisis unsur intrinsik Cerpen “Kecupan dan Setangkai Mawar

Tokoh dalam sebuah karya fiksi merupakan orang yang mengalami peris- tiwa, baik secara keseluruhan cerita maupun sekilas, tergantung kepada kemauan pengarang. Kehadiran

Pengarang yang ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia merdeka pada waktu itu adalah Chairil Anwar, Idrus, Asrul Sani, Usmar Ismail dan lain-lain. Rosihan Anwar memberikan

Cerita rakyat merupakan sastra lisan yang penyebarannya dilakukan secara lisan dari mulut ke mulut.Dalam bahasa sehari-hari cerita rakyat lebih dikenal oleh masyarakat

a) plot tunggal yaitu apabila karya fiksi hanya mengembangkan sebuah cerita dengan menampilkan seorang tokoh utama protagonis yang sebgai hero.. dipergunakan jika pengarang

Alur merupakan rangkaian peristiwa yang ditampilkan oleh pengarang dalam sebuah cerita. Alur yang ditampilkan oleh pengarang dalam cerpen ini secara kronologis

Hal ini sesuai dengan pendapat Suwarno dalam Prastowo (2012, hlm. 131) bahwa “buku bacaan fiksi adalah buku yang ditulis berdasarkan khayalan pengarang dalam