iv Dipersembahkan untuk:
Yesus Kristus Tuhan dan Juru selamatku yang tidak
pernah meninggalkanku sendiri.
Bunda Maria yang selalu menemaniku dalam setiap
langkahku
Kedua orang tuaku Bapak Yohanes Sugiyono dan ibu
Glyseria Sri Untari yang selalu memberi cinta, semangat,
doa, dan dorangan dalam hidupku.
Kakak-kakakku dan adik-adikku yang Selalu
memberikan semangat dan motivasi dalam hari-hariku
Teman-teman yang selama ini hadir mengisi hidupku
v
Kecemasan takkan pernah merampas hari esok beserta kesulitannya, ia hanya
melemahkan hari ini dengan segala kekuatannya.. Serahkanlah kuatirmu pada Tuhan, maka Ia akan memilihara
engkau!
(Mazmur 55 : 23a)
Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. Orang-orang
yang masih terus belajar akan menjadi pemilik masa depan (Mario Teguh)
Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku
ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku
akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan
(Yesaya 41:10)
Ak u P e rc a y a B ah w a T u ha n Me m bu a t S ega l a S e su a tu
I n d ah Pa da W a kt u n ya
vi
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahw a skripsi yang tulis ini tidak me muat kary a atau bagian orang lain, kecuali y ang telah
say a sebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagai mana lay aknya karya ilmiah.
Y ogy akarta, 9 Mei 2011 P en ulis
vii
Y ang bertandatangan dibawan ini, saya mahasiswa Universitas S anata Dhar ma:
N ama :Bernadheta Fahrani Hediati
N o Mahasisw a : 041224065
D emi pengembangan il mu pengetahuan, saya me mberikan kepada P erpustakaan Universitas Sanata D har ma karya ilmiah saya yang berjudul:
A N A L I S I S S T R U K TU R I N T R I N S I K C ER P E N “ KE C U P A N DA N S E T A N G K A I M A W A R M E R A H ” K A R Y A N O B E R TH A S H I N T A
S E R T A S I L A B U S DA N R P P U N T U K S I S W A D I S MA
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). D engan de mikian say a me mberikan kepada Perpustakaan Universitas S anata Dharma hak untuk mey impan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolany a dala m bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatasdan me mpublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akade mis tanpa perlu meminta izin saya maupun me mberikan royalti kepada saya selama tetap mencantu mkan nama saya sebagi penulis.
D emikian peryataan ini say a buat dengan sebenarny a. D ibuat di Yogy akarta
P ada Tanggal : 9 Mei 2011
Yang menyatakan
viii
Fahran i Hediati, Bernadh eta. 2011. Analisis Struktu r Intrinsik Cerpen Kecupan dan Setangkai Mawar Merah Karya Nobertha Sh inta
S erta Silabus dan RPP Untuk Siswa di SMA. Skrip si.
Y ogyakarta: PBSID. FKIP. Un iversitas San ata Dharma.
P enelitian ini mengkaji struktur cerpen “Kecupan dan S etangkai Maw ar Merah”. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskr ipsikan unsur intrinsik dala m cerpen “Kecupan dan Setangkai Maw ar Merah”, dan (2) mendeskripsikan unsur intrinsik (alur, penokohan, dan latar) cerpen tersebut dala m silabus dan RPP untuk sisw a di S MA .
P endekatan y ang digunakan dala m penelitian ini adalah pendekatan struktural y aitu pendekatan yang bertujuan me maparkan secerma t mungkin fungsi dan keterkaitan antarberbagai unsur karya sasta dan menunjukkan bagaimana hubungan antar unsur tersebut. Adapun metode yang dipergunakan dala m penelitan ini adalah metode deskriptif yaitu me mecahkan masalah y ang diselidiki dengan menggambarkan keadaan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta.
Berdasarkan hasil analisis unsur intrinsik dapat diketahui te ma cerpen adalah kasih say ang, tokoh utama cerpen “Kecupan dan S etangkai Mawar Merah” yaitu Sintha dan Chess. Shinta ber sifat patuh terhadap orang tua dan sangat peny ayang, sedangkan Chess bersifat baik hati, pengertian, dewasa dan juga peny any ang. Tokoh tambahannya adalah Bobby dan Lily. Bobby me miliki sifat baik hati sedangkan Lily me miliki sifat menepati janji dan juga peny ayang. Alur dalam cerpen ini adalah alur maju, jalan cerita dalam cerpen “K ecupan dan S etangkai Maw ar Merah” sambung me ny ambung dan kronologis. P ertama adalah paparan, selanjutnya rangsangan, tikaian, rumitan, gawatan, klimaks dala m cerpen ini adalah pada saat Lily mengeluarkan setangkai maw ar merah dari dalam tasny a. Bunga itu diletakkan dengan hati-hati di sa mping tubuh Chess. Kemudian Lily mencium kening dan bibir Chess, dan selesaian.
Latar dalam cerpen ini ada dua maca m y aitu latar tempat dan latar w aktu. Latar te mpat berada disebuah rumah tepatny a di dala m kamar Sintha dan kamar Chess. Latar w aktu terjadi pada mala m hari, pagi hari dan siang hari. Hubungan antarunsur intrinsik saling mendukung, karena masing- masing unsur tidak dapat berdir i sendiri.
ix
Fahran i Hed iati, Bern adh eta.2011.The analysis of in trinsic stru ctu re in th e short story of th e kiss and the red rose stalk written by Noberth a Sh inta and in Syllabus as well as in RPP For SMA
Studen ts. Min ithesis. Yogyakart a: PBSID .FKIP. Un iversitas
Sanata Dharma.
This research examines the structure in the short story of the kiss and the red rose stalk. The aims of this research are (1) to discribe the
intrinsic ele ment in the short story of the kiss and the red ro se
stalk,and(2) to discribe the intrinsic element(plot,character and setting)of the short story both in sy llabus and RPP for SMA Students.
The approach used in this research is the structuralone. The purpose of this appraoach is to explain in detail about function and the relationship a mong the ele ments of literary work and to show how the relationship among the elements. Whereas the method used in this research is the discriptive one.It’s used to solve the problem examined by depicting the situation of the object of research based on the facts.
Based on the result of The analy sis of intrinsic ele ment, it can be know n that the me of the short story is love, the main characters in short story of the kiss and the red rose stalk are Sintha and Chess. Shinta’s characteristics are obey ing to parents and loving, whereas Chess’ characterictics are kindness, understanding, adult, and also loving. The additional character s are Bobby and lily. Bobby’s characteristic is kind w her eas Lily’s charateristics are doing the promise and loving too. The plot of the short story is go forward, The w ay of the story in the short story of the kiss and the red rose stalk is continuous and cronological. F irst is explanation, the next is stimulus, conflic, problem, and terrible. The clima x in the short story is w hen Lily takes a red rose stalk out her bag. The rose is put carefully near Chess’body. A nd then she kisses Chess’forehead and lips, and the end.
There are tw o kinds of setting in the short story, They are place and time, The place is in a room exactly S hinta’s room and Chess’room. The time is night, morning, and day. The relationship among intrinsic is supporting each other because each element can’t stand by itself.
x
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus
atas segala kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul An alisis Struktur Intr insik Cerpen Kecupan dan Setangka i
Mawar Merah Karya Noberta Shinta serta Silabus dan RPP un tuk Siswa
SMA. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu sy arat untuk memperoleh
gelar Sarjana P endidikan Bahasa, S astra Indonesia, dan Daerah Fakultas
K eguruan dan Ilmu P endidikan U niversitas Sanata Dhar ma.
Penulis meny adari bahwa tanpa bantuan, dukungan, masukan,
nasehat, bimbingan, dan kerja sama dari pihak-pihak lain, maka skripsi
tidak dapat diselesaikan. O leh karena itu, penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Drs. T. S arkim, M. Ed., Ph. D. selaku dekan F akultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dhar ma.
2. Dr. Yuliana Setiy aningsih selaku ketua Prodi Pendidikan Bahasa,
S astr a Indonesia, dan Daerah Universitas Sanata Dhar ma.
3. Drs. J. Prapta D iharja, S.J., M. Hum. selaku dosen pembimbing I
yang telah bany ak me mberi dukungan, sar an, nasehat, dan
bimbingan kepada penulis untuk meny elesaikan skripsi ini.
4. Drs. P . H ariyanto. selaku dosen pembi mbing II y ang bersedia
meluangkan waktu kepada penulis dan dengan penuh kesabaran
me mbimbing penulis dalam me ny elesaikan skripsi.
5. Semua staf pengajar Prodi PBSID yang dengan penuh dedikasi
xi selesai kuliah.
6. Kary awan sekretariat PBSID y ang telah memberikan bantuan
pelay anan akade mik selama penulis kuliah di P BSID .
7. Segenap karyawan perpustakaan U niversitas Sanata D har ma y ang
telah me mberikan pelay anan dengan tulus.
8. Keluarga besarku: bapak, ibu, dan kakak-kakaku terima kasih atas
doa dan dukungan yang kalian berikan.
9. Sahabat-sahabat, rekan-rekan kerja, dan te man-te man angkatan 2004
terima kasih atas kebersamaanny a selama ini.
10. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis meny adari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna.
Walaupun begitu, penulis berharap semoga hasil penelitian ini
ber manfaat dan dapat digunakan dengan sebaik-baikny a.
Yogy akarta, 9 Mei 2011
Penulis
xii
H A L A M A N J U D U L . . . .. . . .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. . . .. . . .. .. . . .. . . i
H A L A M A N P E R S E TU J U A N P EM BI M B I NG . .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . i i
H A L A M A N P E N G ESA H A N . . . .. . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. i i i
H A L A M A N P E R S E M B A H A N . . . .. . . .. . . .. . . .. . . .. . . .. . . .. . . .. . . .. . . .. .. . . .. . . i v
H A L A M A N M O T O . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. . . . v
H A L A M A N P E R N Y A T A A N KE A S L I A N K A R Y A . . . .. . . .. . . .. . . .. . v i
H A L A M A N P E R N Y A T A A N P E R S E T U J U A N P U B L I K A S I . . . .. . . .. . . v i i
A B S T R A K . .. .. .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. v i i i
A B S TR AC T. . . .. .. .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . x K A T A P E N G A N T A R . . . .. . . .. . . .. . . .. . . .. .. .. . . .. . . .. . . .. .. .. . . .. . . x i
D A F T A R I S I . . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . x i i
D A F T A R L A M P I R AN . .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. x v
B A B I . P E N D A H U L U A N
1. 1 L a t a r B e l a k a n g M a s a l a h . . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. .. .. 1
1 . 2 R u mu s a n M a s a l a h .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . . 3
1 . 3 T u j u a n P e n e l i t i a n . .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . . 3
1. 4 M a n f a a t P e n e li t i an . .. .. . . .. .. . .. .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. 4
1 . 5 B a t a s an I st i l a h .. .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . 4
1. 6 S i st e ma t i k a P e n u l i sa n .. .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . 6
B A B I I. L A N D A S A N T E O R I
2 . 1 P e n e l i t i a n T er d a h ul u . . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. .. .. . . 8
2 . 2 K e r a n gk a T eor i . . .. . . .. . . .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . . 1 0
2 . 2. 1 P e nd e k a t a n . . . . .. .. .. .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . 1 0
xiii
2 . 2 . 3 . 1 T ema . . . .. .. .. . .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. .. .. . . .. 1 3
2 . 2 . 3 . 2 T o k oh d a n P e n ok o h a n . . . .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. .. .. .. . 1 5
2 . 2. 3. 3 Alu r . . .. .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . . 1 6
2 . 2 . 3. 4 L a t a r .. .. . . .. .. .. . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. .. .. . . . 1 9
2 . 2 . 3 . 5 H u bu ng a n A n t a r u ns u r I n t r i ns i k .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . 2 0
2 . 2 . 4 P e mb e l a j a r a n C e r p e n d i S M A .. . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . 2 3
2. 2. 4 . 1 K ur i ku l u m T i ng ka t S at u a n P e n di d i ka n. . . .. .. .. . 2 4
2 . 2 . 4 . 2 S i l a b us . . . .. . . .. . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. 2 7
2 . 2 . 4 . 3 R enc a na P e l a k s a na a n P e n di d i ka n. . .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. 3 0
B A B I I I. M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N
3. 1 Je ni s P e n e l i t i a n .. .. .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. 3 3
3. 2 M e t o de P e n e l i t i a n. .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. .. .. . . .. . 3 4
3. 3 T e k ni k P e n g u m p u l a n D a t a .. . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. .. .. .. . 3 4
3. 4 S u b j e k da n O bj e k P e nel i t i a n . .. . . .. .. .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. . 3 5
3. 5 I n st r ume n P e n e l i t i a n . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. .. .. . . .. . 3 5
B A B I V . H A S I L P E NE L I T I A N D A N P E M B A H A S A N
4 . 1 D e sk r i p s i D a t a P e n e li t i a n . . . .. .. .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . 3 6
4 . 2 A n a l i s i s Un s ur I n t r i ns i k .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . . 3 7
4 . 2 . 1 T e ma . . . .. .. . . .. .. .. .. . . .. . . .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. . . .. . . .. . 3 7
4 . 2 . 2 P e r w a t a kan . .. . . .. . . .. ... .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . 3 8
4 . 2 . 3 T o ko h . .. . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. .. .. . . 4 1
4 . 2 . 4 A l ur . . . .. . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. .. .. .. . . . 4 3
4 . 2 . 5 L a t a r .. .. . .. .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. 4 6
xiv
M A WA R M E R A H ” D A L A M P E M B EL A J AR A N S A S T R A D I S MA
5. 1P e n ge mb a n g a n S i l a b us . ... .. . . .. .. .. .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . 5 3
5. 2H a s i l P e mb ua t a n S i l a bu s . . . .. .. .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. 5 7
5. 3H a s i l P e mb ua t a n R P P . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. . . .. 5 9
BAB VI . PE NUTU P
6. 1K e s i mp u l a n . . . .. . . .. .. . .. .. .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. . 6 5
6. 2I mp l i ka s i . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. .. .. .. 6 6
6. 3S a r a n .. .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. 6 7
D A F T A R P U S T A K A . . . . .. . . .. . . .. . . .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. . . 6 8
L A M P I R AN . . .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. .. .. . 7 0
xv
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang obyeknya
adalah manusia dan hidupnya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya.
Sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam segi
kehidupan sebagai obyeknya, maka ia tidak saja merupakan suatu untuk
menyampaikan suatu ide, teori atau sistem berfikir manusia, tetapi juga
merupakan media untuk menampung ide, teori atau sistem.
Karya sastra menurut ragamnya dibedakan atas prosa, puisi, dan naskah
drama. Salah satu bentuk karya sastra prosa adalah cerpen. Cerpen merupakan
cerita fiksi, yang hanya menceritakan satu peristiwa dari seluruh kehidupan
pelakunya (Wiyanto, 2005:77). Cerpen merupakan bacaan yang menarik dan
ringan, kita tidak memerlukan waktu yang lama untuk membancanya karena
ceritanya relatif pendek.
Untuk dapat menghayati dan memahami cerpen, pembaca harus
berusaha untuk mengenal dan memahami unsur intrinsik yang dimiliki oleh
cerpen sebagai karya fiksi. Unsur intinsik adalah unsur yang membangun karya
sastra. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya
sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya
sastra. Unsur intrinsik sebuah cerpen yang (secara langsung) turut serta
sebuah cerpen berwujud. Unsur-unsur yang dimaksud misalnya, peristiwa, cerita,
plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa
dan lain-lain (Nurgiantoro, 1995:23).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, mata pelajaran
Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) mengungkapkan,
pembelajaran bahasa Indonesia selain diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
berkomunikasi siswa dalam menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan
benar, juga diharapkan dapat menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya sastra
manusia Indonesia. Tujuan yang hendak dicapai mata pelajaran bahasa Indonesia
adalah agar peserta didik mempunyai kemampuan berkomunikasi baik lisan
maupun tulisan secara efektif, menghargai sekaligus bangga menggunakan bahasa
Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual serta kematangan
emosional dan sosial, menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk
memperluas wawasan dan memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan berbahasa, menghargai dan membanggakan sastra
Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Mengingat penulisan cerpen menjadi salah satu kompetensi yang harus
di-kuasai siswa kelas XI, sangat penting juga bagi siswa untuk menguasai masalah
alur, tokoh dan latar. Sebuah cerpen tanpa alur, tokoh, dan latar yang menarik,
akan membuat cerpen menjadi tidak menarik pula.
Penelitian ini memilih dan mengajukan cerpen yang berjudul “Kecupan
dan Setangkai Mawar Merah” sebagai objek kajian, karena cerpen tersebut
di tingkat SMA (Sekolah Menengah Atas) khususnya kelas XI. Penulis
menekankan pada analisis unsur-unsur intrinsik cerpen, yang meliputi; alur,
penokohan, dan latar, Hasil analisis dapat diperoleh dari sebuah teks yang
sekaligus sebagai dasar acuan bagi penulis. Hal ini dilakukan karena di tingkat
SMA kelas XI, khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, terdapat butir
yang menekankan siswa mampu memahami cerpen.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang akan diteliti
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah unsur intrinsik cerpen “Kecupan dan Setangkai Mawar
Merah” karya Nobertha Sintha?
2. Bagaimanakah unsur intrinsik cerpen “Kecupan dan Setangkai Mawar
Merah” karya Nobertha Sintha dalam silabus dan RPP untuk siswa di
SMA?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang hendak di capai dalam
penelitian ini:
1. Mendeskripsikan unsur intrinsik cerpen “Kecupan dan Setangkai Mawar
2. Mendeskripsikan unsur intrinsik cerpen “Kecupan dan Setangkai Mawar
Merah” karya Nobertha Sintha dalam silabus dan RPP untuk siswa di
SMA?
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti sastra, penelitian ini diharapkan dapat menjadikan masukan
dengan memberikan informasi mengenai karya sastra khususnya cerpen
“Kecupan dan Setangkai Mawar Merah” karya Nobertha Sintha.
2. Bagi pembelajaran sastra di SMA, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi tentang cerpen “Kecupan dan Setangkai Mawar
Merah” karya Nobertha Sintha serta dapat dijadikan sebagai alternatif
bahan pembelajaran khususnya materi untuk cerpen.
1.5 Batasan Istilah
Dalam penelitian ini terdapat batasan istilah yang bertujuan menghindari
salah tafsir. Batasan istilah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Unsur Intrinsik adalah hal-hal yang membangun karya sastra dari dalam
(Tjanjono, 1988:44)
2. Cerpen adalah cerita yang hanya menceritakan satu peristiwa dari seluruh
kehidupan pelakunya ( Wiyanto, 2005:77)
3. Tema adalah gagasan, ide, atau pilihan utama yang mendasari suatu karya
4. Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa dalam
berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman,1988:16).
5. Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan
dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa
(Sudjiman,1988:44).
6. Alur adalah jalinan peristiwa dalam suatu karya sastra drama guna
mencapai suatu efek (Sudjiman, 1988:50).
7. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik, 2003:57).
8. Implementasi adalah penerapan dari suatu kegiatan yang sudah
dilaksanakan sebelumnya (Depdikbud, 1991:377).
9. Silabus merupakan seperangkat rencana dan pelaksana pembelajaran
beserta penilaiannya. Oleh karena itu, silabus harus disusun secara
sistematis dan berisikan komponen-komponen yang saling berkaitan untuk
memenuhi target pencapaian kompetensi dasar (Puskur dalam
Widharyanto, 2004:35).
10.RPP Merupakan pegangan bagi kaum guru dalam melaksanakan
pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan/atau lapangan untuk setiap
kompetensi dasar (Puskur dalam Widharyanto, 2004).
11.KTSP adalah Kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan
kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan Badan Standar
Nasinal Pendidikan (BNSP). (Depdiknas, 2006).
1.6 Sistematika Penulisan
Penelitian ini terdiri dari enam bab. Bab I adalah bab pendahuluan yang
berisi 1.1 latar belakang masalah, 1.2 rumusan masalah, 1.3 tujuan penelitian,
1.4 manfaat penelitian, 1.5 batasan istilah, dan 1.6 sistematika penyajian.
Bab II adalah bab landasan teori. Bab ini berisi 2.1 penelitian terdahulu,
2.2 kerangka teori, yang akan digunakan sebagai kajian teori untuk menganalisis
masalah-masalah yang akan diteliti. Teori yang digunakan adalah 2.2.1
pendekatan struktural, 2.2.2 hakikat cerpen 2.2.3 unsur pembentuk cerpen berisi
tema, tokoh, alur dan latar, hubungan antarunsur intrinsik, 2.2.4 pembelajaran
cerpen di SMA
2.2.4.1 kurikulum tingkat satuan pendidikan, 2.2.4.2 silabus, 2.2.4.3 rencana
pelasanaan pendidikan,
Bab III berisi metodologi penelitian. Bab ini berisi tentang 3.1 jenis
penelitian, 3.2 metode penelitian, 3.3 teknik penelitian data 3.4 subjek dan objek
penelitian, 3.5 Instrumen penelitian
Bab IV adalah bab hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini berisi 4.1
deskripsi data, 4.2 analisis. Unsur-unsur yang dianalisis adalah (1) tema, (2)
Bab V adalah bab Silabus dan RPP Cerpen “Kecupan dan Setagkai Mawar
Merah” dalam Pembelajaran Sastra di SMA. Bab ini berisi 5.1 pengembangan
silabus, 5.2 hasil pembuatan silabus, 5.3 hasil pembuatan RPP.
Bab VI adalah bab penutup. Bab ini berisi 6.1 kesimpulan, 6.2 implikasi,
dan 6.3 saran untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan kajian dalam
8 BAB II LANDASAN TEORI
2.1Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini penulis telah menemukan penelitian yang hampir
sama yaitu milik Andi Eko Pujiatmoko (2005) Universitas Sanata Dharma,
Awan Suryanto (2006) Universitas Sanata Dharma, dan Y.D.O. Dian Harjanti
(2006) Universitas Sanata Dharma.
Andi Eko Pujiatmoko meneliti tokoh, alur, latar, dan tema dalam cerpen
”Kisah di Kantor Pos” karya Muhammad Ali dan Implementasinya Sebagai
Bahan Pembelajaran Sastra di SMA. Pendekatan yang digunakan dalam novel
ini adalah pendekatan struktural yang menitikberatkan pada unsur intrinsik karya
sastra yang terdiri dari tokoh, alur, latar, dan tema. Sedangkan metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif ini
bertujuan untuk memecahkan berbagai masalah yang ada dengan
menggambarkan beberapa objek penelitian berdasarkan atas fakta-fakta yang
ada.
Tahun 2006, Awan Suryanto menganalisis unsur intrinsik novel “Biola
Tak Berdawai” karya Seno Gumira Ajidarma. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan unsur intrinsik dalam novel tersebut yang terdiri dari tokoh,
latar, alur, tema, bahasa, dan amanat. Penelitian ini juga menjelaskan
implementasi novel “Biola Tak Berdawai” dalam pembelajaran sastra di SMA.
memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan unsur-unsur intrinsik
yang terdapat didalam novel “Biola Tak Berdawai”. Pendekatan struktural
digunakan sebagai dasar untuk menganalisis aspek tokoh, latar, alur, tema,
bahasa, dan amanat. Hasil analisis kemudian diimplementasikan dalam
pembelajaran sastra di SMA. Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi dan
peninjauan aspek psikologi, aspek bahasa, serta aspek latar belakang budaya
siswa dapat disimpulkan bahwa hasil analisis unsur intrinsik dan nilai-nilai
pendidikan yang terkandung di dalam novel “Biola Tak Berdawai” dapat
digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA terutama untuk kelas XI
semester II. Didalam Kurikulum Berbasis Kompetensi tercantum: siswa mampu
mendengarkan dan memahami serta menanggapi berbagai ragam wacana lisan
sastra melalui menonton dan menanggapi pementasan drama serta
mendiskusikan pembacaan cerpen atau penggalan novel.
Pada tahun 2006, Harjanti juga menganalisis tentang unsur-unsur
intrinsik novel Memoar Seorang Geisha karya Arthur Golden. Unsur-unsur
intrinsik novel ini meliputi tema, tokoh, alur, dan latar. Tujuan penelitian ini
adalah mendeskripsikan setiap unsur intrinsiknya dan bagaimana
implementasinya dalam pembelajaran sastra di SMA. Implementasi dalam
pembelajaran sastra memerlukan langkah-langkah pembelajaran, bahan (materi)
2.2Kerangka Teori 2.2.1 Pendekatan
Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural. Menurut
Abrams dalam Nurgiyantoro (2007:36) bahwa struktur karya sastra dapat
diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan
bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama membentuk
kebulatan yang indah. Analisis struktural tidak cukup dilakukan hanya
sekedar mendata unsur tertentu sebuah karya fiksi, misalnya peristiwa, plot,
tokoh, latar, atau yang lain. Namun, yang lebih penting adalah menunjukkan
bagaimana hubungan antarunsur itu, dan sumbangan apa yang diberikan
terhadap tujuan estetik dan makna keseluruhan yang ingin dicapai
(Nurgiyantoro, 2007:37).
Selain menggunakan penelitian struktural juga menggunakan
pendekatan Komunikatif. Pendekatan Komunikatif dilandasi oleh pemikiran
bahwa kemampuan menggunakan bahasa dalam komunikasi merupakan
tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa. Dalam hal ini, bahasa
tidak hanya dipandang sebagai seperangkat kaidah, tetapi sebagai sarana
untuk komunikasi.
Implikasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah guru lebih
diharapkan untuk memberi kesempatan yang luas pada siswa untuk
melakukan aktivitas berbahasa, baik berbicara, menulis, membaca, dan
menyimak, seperti aktivitas yang sesungguhnya terjadi dalam kehidupan
diberikan untuk mendukung kegiatan berbahasa itu agar tercipta komunikasi
yang lancar, baik, dan benar. Selain itu, bahan ajar yang diberikanpun
disarankan berbentuk wacana, baik lisan maupun tertulis, yang bersifat
otentik, baik berupa (1) rekaman dan radio, televisi, atau komunikasi
sehari-hari yang bersifat menolog maupun dialog, dan (2) teks dari surat kabar,
majalah, leaflet, surat, selebaran, dan sebagainya ( Widaryanto, 2: 2005).
Cerpen juga merupakan karya sastra yang berstruktur, yang
meliputi tokoh, alur, latar, tema, dan gaya bahasa. Penulis membatasi kelima
unsur intrinsik tersebut karena dalam penelitian ini hanya tiga unsur yang
menjadi kajian penulis yaitu alur, tokoh dan latar.
2.2.2 Hakikat Cerpen
Cerpen adalah cerita yang berbentuk prosa yang relatif pendek
Kepen-dekan sebuah cerita pendek bukan hanya karena bentuknya yang
pendek sehingga dapat dibaca kurang dalam satu jam, tetapi karena genre ini
mempunyai efek tunggal dan tidak beragam (Sumarjo,1986: 30). Aspek
masalah dalam cerpen pun sangat dibatasi. Dengan pembatasan ini maka
sebuah masalah akan tergambarkan jauh lebih jelas.
Tentang panjangnya cerita pendek, Ian Reid (via Waluyo, 1994:
35) menyebutkan jumlah kata dalam cerpen antara 1.600 kata hingga 20.000
kata. Sementara itu, S. Tasrif seperti yang dikutip Mochtar Lubis (via
Waluyo, 1994: 35) menyatakan bahwa panjangnya cerita pendek antara 500
menyebutkan cerita pendek kurang lebih memiliki 5.000 kata atau 17
halaman kuarto spasi rangkap yang terpusat dan lengkap pada dirinya
sendiri. Sementara Guntur Tarigan (1984: 170-171) menya-takan bahwa
panjang cerita pendek kurang lebih 10.000 kata (bandingkan dengan novel
vang memiliki 35.000 kata); 30 halaman kertas folio (bandingkan dengan
novel sepanjang 100 halaman); dibaca dalam 10-30 menit (bandingkan
dengan novel yang menghabiskan 120 menit); mempunyai impresi tunggal
(bandingkan dengan novel yang impresinva lebih dari satu); seleksi sangat
ketat (dalam novel lebih longgar); dan kelajuan cerita sangat cepat (dalam
novel kelajuannya lebih lamban). Berbeda dengan kedua tokoh tersebut,
Robert Stanton (2007:75) menya-takan bahwa lazimnya, cerpen terdiri atas
lima belas ribu kata atau sekitar lima puluhan halaman. Perbedaan pendapat
tentang panjang cerita pendek kiranya dapat dirangkum dalam pandangan
bahwa cerita pendek memiliki kepanjangan antara 10 sampai 30 halaman
folio spasi rangkap.
Cerpen biasanya hanya menceritakan masalah salah satu tokoh dan
tidak terdapat perubahan nasib atas tokoh. Cerita dapat berupa kenyataan
ataupun kha-yalan penulisnya. Pengalaman lahiriah penulis dapat
mendorongnya dalam men-cipta karya sastra (Djojosuroto, 2006: 60).
Sebuah cerpen yang menarik adalah cerpen yang sebisa mungkin
mengangkat hal-hal yang dekat dengan kehidupan, tetapi tidak disadari oleh
pembacanya sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan selan-jutnya
(Sudjiman, 1991: 15).
2.2.3 Unsur-Unsur Pembentuk Cerpen
Unsur intrinsik (intrinsik) adalah unsur-unsur yang membangun
karya sastra itu sendiri (Nurgiyantoro, 1995:23). Unsur intrinsik sebuah
novel adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun
cerita. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai
karya sastar, Unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang
membaca karya sastra.
2.2.3.1Tema
Tema adalah gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari
suatu karya sastra (Sudjiman, 1991:50). Sedangkan dilain pihak,
Hartoko&Rahmanto dalam Nurgiyantoro (2007:68) menyatakan bahwa
tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra
dan yang terkandung didalam teks sebagai struktur semantis dan yang
menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan.
Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita fiksi. Tema juga
menjiwai seluruh bagian cerita tersebut. Tema dalam karya sastra sangat
beragam, baik corak maupun kedalamannya. Tema lebih sering
diungkapkan secara implisit (tersirat). Berdasarkan ketradisiannya, dikenal
pikiran utama yang itu-itu juga yang telah lama digunakan dalam karya
sastra biasanya berkaitan dengan masalah kebenaran dan kejahatan. Tema
nontradisional adalah ide utama yang tidak lazim dan bersifat melawan arus
mengecewakan karena tidak sesuai dengan harapan pembaca.
Dalam karya sastra besar sering ditemukan adanya tema pokok dan
tema tambahan. Tema pokok (tema mayor) yaitu makna pokok cerita yang
menjadi dasar atau gagasan umum karya sastra tersebut bukan hanya
terdapat pada bagian tertentu saja. Tema tambahan (tema minor/tema
bagaian) yaitu maknanya hanya terdapat pada bagian-bagian tertentu saja
dalam sebuah cerita.
Ditemukan adanya lima tingkatan tema berdasarkan
tingkatan-tingkatan pengalaman jiwa manusia, yaitu tingkat fisik, tingkat organik,
tingkat sosial, tingkat individu, dan tingkat divine. Tema tingkat fisik
mengarah pada keadaan manusia dalam tingkatan kejiwaan molekul. Artinya
lebih menekankan mobilitas fisik daripada konflik kejiwaan tokoh cerita
yang bersangkutan. Tema tingkat organik mengarah pada keadaan manusia
dalam tingkatan kejiwaan protolasma. Dalam taraf ini masalah seksualitas
lebih ditekankan, khususnya yang bersifat menyimpang (penyelewengan,
skandal seksual, dan lain sebagainya).
Tema tingkat sosial mengarah pada keadaan manusia dalam
tingkatan kejiwaan makhluk sosial. Masalah sosial, ekonomi, poitik,
pendidikan, kebudayaan, cinta kasih, dan lain-lainnya ditekankan. Tema
makhluk individu. Dalam hal ini lebih menekankan masalah martabat, harga
diri, jati diri, sosok kepribadian seseorang, dan lain sebagainya. Tema
tingkat divine mengarah pada keadaan dalam tingkatan kejiwaan makhluk
tingkat tinggi. Masalah hubungan dengan manusia dengan Tuhan,
religiusitas, pandangan hidup, dan keyakinan lebih ditekankan dalam karya
yang bertema tingkat ini.
2.2.3.2Tokoh
Menurut Abrams (dalam buku Nurgiantoro, 1995:165), Tokoh
cerita adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama,
yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan
tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan
dalam tindakan. Cerita yang disajikan dalam sastra drama, walaupun
kadang-kadang dialami oleh binatang atau makhluk lain, umumnya dialami
oleh tokoh-tokoh cerita yang berupa manusia. Dengan demikian bahwa
dapat dikatakan bahwa tokoh cerita adalah orang yang mengambil bagian
dan mengalami peristiwa-peristiwa atau sebagian dari peristiwa-peristiwa
yang digambarkan di dalam alur cerita (Sumardjo&Saini, 1986:144).
Tokoh-tokoh dalam cerita fiksi dapat dibedakan ke dalam beberapa
jenis penamaan dari sudut nama penamaan itu dilakukan. Berdasarkan
perbedaan sudut pandang dan tinjauan, seorang tokoh dapat saja
Menurut Nurgiantoro tokoh dapat dibagi menjadi: Tokoh Utama
dan Tokoh Tambahan, Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis, Tokoh
Sederhana dan Tokoh Bulat, Tokoh Statis dan Tokoh Berkembang, Tokoh
Tipikal dan Tokoh Netral.
2.2.3.3Alur
Alur adalah rangkaian pola tindak-tanduk yang berusaha
memecahkan konflik yang terdapat dalam narasi itu, yang berusaha
memulihkan situasi narasi ke dalam suatu situasi yang seimbang dan
harmonis (Keraf, 1982: 147-148).
Berdasarkan urutan waktu, alur dibedakan menjadi dua yaitu alur
maju dan mundur. Alur maju, kronologis, lurus atau progresif yaitu
menampilkan peristiwa secara kronologis maju, runtut dari awal, tengah,
hingga akhir. Alur mundur, tidak kronologis, sorot balik, regresif atau
flash back menampilkan peristiwa dari tahap akhir/tengah kemudian awal.
Berdasarkan padu tidaknya atau hubungan antarperistiwa (sifat
kualitatif), alur dibedakan menjadi dua, yaitu alur rapat atau erat atau ketat
dan alur renggang atau longgar. Alur rapat atau erat atau ketat, hubungan
antarperistiwa erat. Cerita tidak dapat dipahami atau rusak jika salah satu
rinciannya ditiadakan (Sudjiman, 1986:4). Alur renggang atau longgar,
hubungan antarperistiwa tidak erat. Jika salah satu peristiwa atau episode
Berdasarkan sifat kuantitatif (jumlah), alur dibedakan menjadi
dua, yaitu alur ganda dan alur tungal. Alur ganda, cerita-cerita tambahan
yang beralur bawahan (subplot) itu sering diadakan untuk menciptakan
keseimbangan cerita atau sebagai ilustrasi alur utama. Alur-alur bawahan itu
sering bersilangan sehingga memerlukan kecermatan ingatan dan kecerdasan
untuk mengenali sifat hubungannya (Sudjiman, 1991:40). Alur Tunggal,
lebih sederhana sifatnya (Sudjiman, 1991:40).
Struktur alur biasanya terdiri dari bagian awal, bagian tengah, dan
bagian akhir. Bagian awal terdiri atas paparan (exposition), rangsangan
(inciting moment), dan gawatan (rising action). Bagian tengah terdiri dari
tikaian (conflict), rumitan (complication), dan klimaks. Pada bagian akhir
terdiri atas leraian (falling action) dan selesaian (denouement) (Sudjiman,
1988:30). Berikut penjelasan setiap bagian alur:
a.Paparan (exposition)
Paparan biasanya merupakan fungsi utama awal suatu cerita.
Tentu saja bukan informasi selengkapnya yang diberikan, melainkan
keterangan sekedarnya untuk memudahkan pembaca mengikuti kisahan
selanjutnya. Selain itu situasi yang digunakan pada awal harus membuka
kemungkinan cerita itu berkembang.
b.Rangsangan (inciting moment)
Rangsangan yaitu peristiwa yang mengawali timbulnya gawatan.
Peristiwa ini ditimbulkan oleh munculnya tokoh baru atau dapat juga
c.Gawatan (rising action)
Gawatan adalah ketidakpastian yang berkepanjangan dan semakin
menjadi-jadi. Adanya gawatan menyebabkan pembaca terpancing
keingintahuannya akan kelanjutan cerita serta akan penyelesaian masalah
yang dihadapi.
d.Tikaian (conflict),
Tikaian adalah perselisihan yang timbul sebagai akibat adanya dua
kekuatan yang bertentangan; satu diantaranya diwakili oleh manusia atau
pribadi yang biasanya menjadi protagonis di dalam cerita. Tikaian
merupakan pertentangan antara dirinya dengan kekuatan alam, dengan
masyarakat, orang atau tokoh lain, ataupun pertentangan antara dua unsur
di dalam diri satu tokoh itu.
e.Rumitan (complication)
Rumitan adalah perkembangan dari gejala mula tikaian menuju ke
klimaks cerita. Dalam cerita rekaan sangat penting. Rumitan
mempersiapkan pembaca untuk menerima seluruh dampak dari klimaks.
f. Klimaks
Klimaks tercapai apabila rumitan mencapai puncak kehebatannya.
Bagian ini merupakan tahapan ketika pertentangan yang terjadi mencapai
titik puncaknya. Perisriwa dalam tahap ini merupakan pengubah nasib
tokoh. Bagian ini, terutama dipandang dari segi tanggapan emosional
g.Leraian (falling action)
Tahapan ini merupakan peristiwa yang menunjukkan
perkembangan lakuan ke arah selesaian. Tahap ini kadar pertentangannya
mulai reda,
h.Selesaian (denouement)
Selesaian bukan penyelesaian masalah yang dihadapai tokoh cerita.
Selesaian adalah bagian akhir atau penutup cerita. Selesaian boleh jadi
mengandung penyelesaian masalah yang melegakan (happy ending), boleh
jadi juga mengandung penyelesaian masalah yang menyedihkan. Boleh
jadi juga pokok masalah tetap menggantung tanpa pemecahan. Jadi cerita
sampai pada selesaian tanpa penyelesaian tanpa masalah, keadaan yang
penuh ketidakpastian, ketidakjelasan, ataupun ketidakpahaman.
2.2.3.4Latar
Menurut Abrams (dalam Nurgiantoro, 1995: 216) Latar disebut
juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengetian tempat, hubungan
waktu, dan lingkungan social tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diceritakan. Sedangkan menurut Sudjiman (1981: 44) Latar adalah segala
keterangan, petunjuk, pengacuan, yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan
suasana terjadinyaperistiwa dalam karya sastra.
Nurgiantoro, (1995: 217), membedakan latar ke dalam tiga unsur
permasalahan yang berbeda-beda serta saling berkaitan dan saling
mempengaruhi.
Latar tempat menunjuk pada lokasi terjadinya peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang digunakan dapat
berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial, dan lokasi tertentu.
Latar waktu berhubungan dengan kapan masalah terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi tersebut, biasanya
dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang berkaitan atau dapat
dikaitkan dengan peristiwa sejarah.
Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubngan dengan
perilaku kehidupan sosial masyarakat disuatu tempat dalam karya fiksi. Tata
cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam
lingkup yang cukup kompleks, latar sosial dapat berupa kebiasaan hidup,
adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir dan
bersikap, dan lain-lain yang tergolong latar spiritual.
2.2.3.5Hubungan Antarunsur Intrinsik
Pada dasarnya analisis struktural bertujuan memaparkan secermat
mungkin fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang
secara bersama menghasilkan sebuah kemenyeluruhan. Analisis struktural
tidak hanya sekedar mendata unsur tertentu sebuah karya fiksi, misalnya
peristiwa, plot, tokoh, alur, latar, atau yang lain. Namun yang lebih penting
dilakukan mengingat bahwa karya sastra merupakan sebuah struktur yang
kompleks dan unik, disamping setiap karya mempunyai ciri kekompleksan
dan keunikannya sendiri dan hal inilah yang membedakan antara karya yang
satu dengan karya yang lain. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai
hubungan-hubungan antarunsur intrinsik satu dengan unsur yang lainnya,
antara lain
1. Hubungan Tema dengan Unsur Cerita yang Lain
Tema dalam sebuah karya sastra, fiksi, hanyalah merupakan salah
satu dari sejumlah unsur pembangun cerita yang lain, yang secara bersama
membentuk sebuah kemenyeluruhan. Bahkan sebenarnya, eksistensi tema
itu sendiriamat bergantung dari berbagai unsur yang lain. Hal itu disebabkan
tema, yang notabene ”hanya” berupa makna atau gagasan dasar umum suatu
cerita, tidak mungkin hadir tanpa unsur bentuk yang menampungnya.
Dengan demikian, sebuah tema baru akan menjadi makna cerita jika
ada dalam keterkaitannya dengan unsur-unsur cerita lainnya. Tema sebuah
cerita tidak mungin disampikan secara langsung, melainkan ”hanya”secara
implisit melalui cerita
2. Hubungan Tokoh dengan Unsur Cerita yang Lain
Untuk membuat tokoh-tokoh yang menyakinkan, pengarang harus
melengkapi diri dengan pengetahuanyang luas dan dalam tentang sifat tabiat
manusia, serta tentang kebiasaan bertindak dan berujar di dalam lingkungan
memang merupakan dua unsur cerita rekaan yang erat hubungannya dan
tunjang menunjang.
Hudson (1963: 151-152) memandang penokohan itu penting, bahkan
lebih penting daripada pengaluran. Di dalam konflik kepentingan alur dan
penokohan, biasanya penokohan diutamakan. Lagipula novel-novel atau
karya sastra pada umumnya lebih cermat dalam hal penokohannya.
Penokohan dapat mengungkapakan makna niatan si pengarang sebagai
pencipta tokoh. Dengan demikian mudah-mudahan jelaslah adanya
hubungan antar unsur cerita rekaan.
3. Hubungan Latar dengan Unsur Cerita yang Lain
Meskipun di dalam suatu cerita rekaan boleh jadi latar, merupakan
unsur dominan, latar itu tidak pernah berdiri sendiri. Namanya juga unsur,
bagian dari suatu keutuhan artistik yang harus dipahami dalam hubungannya
dengan unsur –unsur yang lain. Latar dapat menentukan tipe tokoh cerita;
sebaliknya juga tipe tokoh tertentu menghendaki latar yang tertentu pula.
Latar juga mengungkapkan watak tokoh. Penggambaran keadaan kamar
tokoh yang selalu acak-acakan, misalnya, mengesankan bahwa penghuninya
bukan pecinta kerapian.
Demikianlah latar sebagai unsur cerita yang dinamis yang dapat
membantu pengembangan unsur lainnya. Hubungannya dengan
4. Hubungan Alur dengan Unsur Cerita yang Lain
Jika di sini alur dibicarakan terpisah dari penokohan dan sebagainya,
maka pemisahan itu sesungguhnya bersifat artifisial. Di dalam sebuah cerita
unsur-unsur itu tidak terlepas-lepas. Di dalam perkembangan cerita selalu
ada interaksi antar unsur-unsur cerita. Tentang tokoh dan alur, misalnya,
sulitlah mengatakan dengan pasti mana yang lebih dahulu ada : tokoh atau
alur. Ketika membicarakan sarana pengikat peristiwa telah
disinggung-singgung hubungan alur dengan tokoh dan alur dengan tema.
2.2.4 Pembelajaran Cerpen Di SMA
Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual,
sosial dan emosional peserta didik. Pembelajaran bahasa diharapkan dapat
membantu siswa untuk mengenal diri dan budayanya serta budaya orang
lain, dapat mengemukakan pendapat dan perasaan, berpartisipasi dalam
masyarakat yang berkomunikasi dengan bahasa tersebut, menemukan serta
menggunakan kemampuan analisis dan imajinatif yang terdapat di dalam
dirinya (Depdiknas, 2006: 231).
Pengertian tahap adalah bagian dari perkembangan atau jenjang
(KBBI, 1994). Tahap pembelajaran sastra di SMA memuat empat
komponen yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis
(Depdiknas, 2006:231). Komponen mendengarkan meliputi kemampuan
mendengar, memahami dan mengekspresikan ragam karya sastra seperti
membahas, menanggapi, dan mendiskusikan ragam karya sastra sesuai
dengan isinya. Komponen membaca meliputi kemampuan membaca serta
memahami berbagai karya sastra dan dapat mengapresiasikannya.
Komponen menulis meliputi kemampuan mengapresiasikan karya sastra ke
dalam bentuk tulisan kesastraan berdasarkan ragam-ragam karya sastra yang
dibacanya (Depdiknas, 2006: 242).
2.2.4.1Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP adalah
kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh
setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang dikembangkan Badan Standar Nasinal Pendidikan
(BNSP). Kurikulum ini juga dikenal dengan sebutan kurikulum 2006, karena
kurikulum ini mulai diberlakukan secara berangsur-angsur pada tahun ajaran
2006/2007.
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual,
sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan
dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan
membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang
lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat
yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan
kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran
bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik
secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya
kesastraan manusia Indonesia.
Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan
kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan
penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif
terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan
dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal,
regional, nasional, dan global.
Dengan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia ini
diharapkan:
1. Peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan
kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan
penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual
bangsa sendiri;
2. Guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi
bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa
dan sumber belajar;
3. Guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar
kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah
dan kemampuan peserta didiknya;
4. Orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan
5. Sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar
yang tersedia;
6. Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap
memperhatikan kepentingan nasional.
Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku,
baik secara lisan maupun tulis
2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan dan bahasa negara
3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan
kreatif untuk berbagai tujuan
4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, serta kematangan emosional dan sosial
5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan berbahasa
6. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup
komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi
aspek-aspek sebagai berikut: Mendengarkan, Berbicara, Membaca,
Menulis.
2.2.4.2Silabus
Dalam mempelajari sastra diperlukan suatu rencana pembelajaran
yaitu silabus. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan
kompetensi dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan
indikator pencapain kompetensi untuk penilaian (Depdiknas, 2006: 7).
Depdiknas (2006 : 8-11), menguraikan prinsip pengembangan silabus, unit
waktu silabus, langkah – langkah pengembangan silabus, dan
pengembangan silabus berkelanjutan.
Menurut Puskur (dalam Widharyanto, 2003:37), silabus merupakan
seperangkat rencana dan pengaturan pembelajaran beserta penilaiannya.
Selanjutnya dalam BSNP dijelaskan bahwas silabus adalah rencana
pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran atau tema
tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pokok atau pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
Ada delapan prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan
1. Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus
harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
2. Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi
dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual,
sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.
3. Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional
dalam mencapai kompetensi.
4. Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi
dasar, indikator, materi pokok atau pembelajaran, pengalaman belajar,
sumber belajar, dan sistem penilaian.
5. Memadai
Cakupan indikator, materi materi pokok atau pembelajaran, pengalaman
belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang
pencapaian kompetensi dasar.
6. Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi materi pokok atau pembelajaran, pengalaman
belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan
perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan
7. Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman
peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah
dan tuntutan masyarakat.
8. Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif,
afektif, psikomotor).
Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara
mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/madrasah atau beberapa
sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) pada suatu
Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan.
2.2.4.3Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Dalam rangka mengimplementasikan program pembelajaran yang
sudah dituangkan di dalam silabus, guru harus menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP merupakan pegangan bagi guru
dalam melaksanakan pembelajaran, baik di kelas, laboratorium, dan/atau
lapangan untuk setiap kompetensi dasar.
Dalam menyusun RPP guru harus mencantumkan Standar
Kompetensi yang memayungi Kompetensi Dasar yang akan disusun dalam
RPP-nya. Di dalam RPP secara rinci harus dimuat Tujuan Pembelajaran,
Pembelajaran, Sumber Belajar, dan Penilaian. Ada pun langkah-langkah
dalam penyusunan RPP adalah sebagai berikut :
1. Mencantumkan Identitas, misalnya; Nama sekolah, Mata pelajaran,
Kelas/semester, Standar kompetensi, Kompetensi dasar, Indikator,
Alokasi waktu.
2. Mencantumkan Tujuan Pembelajaran, yaitu berisi penguasaan
kompetensi yang operasional yang ditargetkan/dicapai dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam
bentuk pernyataan yang operasional dari kompetensi dasar. Apabila
rumusan kompetensi dasar sudah operasional, rumusan tersebutlah yang
dijadikan dasar dalam merumuskan tujuan atau beberapa tujuan.
3. Mencantumkan Materi Pembelajaran, yaitu materi yang digunakan
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Materi pembelajaran
dikembangkan dengan mengacu pada materi pokok yang ada di dalam
silabus.
4. Mencantumkan Metode Pembelajaran, yaitu suatu model atau
pendekatan pembelajaran, bergantung pada karakteristik pendekatan
dan/atau strategi yang dipilih.
5. Mencantumkan Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran, yaitu untuk
mencapai suatu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-langkah
kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah-langkah kegiatan
memuat unsur kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan
kegiatan, sesuai dengan karakteristik model yang dipilih, menggunakan
urutan sintaks sesuai dengan modelnya. Oleh karena itu, kegiatan
pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup tidak harus
ada dalam setiap pertemuan.
6. Mencantumakan Sumber Belajar, yaitu pemilihan sumber belajar
mengacu pada perumusan yang ada dalam silabus yang dikembangkan
oleh satuan pendidikan. Sumber Belajar mencakup sumber rujukan,
lingkungan, media, narasumber, alat, dan bahan. Sumber belajar
dituliskan secara lebih operasional. Misalnya; sumber belajar dalam
silabus dituliskan buku referens, dalam RPP harus dicantumkan judul
buku teks tersebut, ada nama pengarangnya, dan ada halaman yang
diacu.
7. Mencantumkan Penilaian, yaitu dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk
instrumen, dan instrumen yang dipakai untuk mengumpulkan data.
Dalam sajiannya dapat dituangkan dalam bentuk matrik horizontal atau
vertikal. Apabila penilaian menggunakan teknik tes tertulis uraian, tes
unjuk kerja, dan tugas rumah yang berupa proyek harus disertai rubrik
32 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Berdasarkan sumber bahan yang digunakan, jenis penelitian ini adalah
penelitian kepustakaan dan penelitian deskriptif. Penelitian kepustakaan atau studi
pustaka adalah penelitian yang mengkaji objek kajian berupa bahan-bahan tertulis
(Koentjaraningrat, 1991:44).
Penelitian kepustakaan artinya mendalami, mencermati, menelaah, dan
mengidentifikasi pengetahuan yang ada dalam kepustakaan (sumber bacaan,
buku-buku referensi atau hasil penelitianlain) untuk menunjang penelitiannya
(Hasan, 2002:45). Sedangkan yang dimaksud dengan penelitian deskriptif adalah
mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku
dalam masyarakat serta situasi-situasi, termasuk tentang hubungan,
kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang
berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena, penelitian ini
mengembangkan konsep dan menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan
pengujian hipotesis (Hasan, 2002:14).
Penelitian deskriptif disini berarti hasil akhirnya berupa deskripsi atau
penggambaran mengenai unsur-unsur intrinsik (tema, tokoh, alur, dan latar)
cerpen “Kecupan dan Setangkai Mawar Merah” karya Nobertha Shinta. Serta
Nobertha Shinta implementasi sebagai bahan pembelajaran sastra untuk siswa
SMA.
3.2 Metode Penelitian
Metode merupakan cara atau prosedur bagaimana masalah penelitian
dipecahkan (FKIP USD, 2004:63). Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk
melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang
tertentu, dalam hal ini secara aktual dan cermat (Hasan, 2002:22). Peneliti
memilih metode deskriptif karena peneliti ingin menggambarkan dengan “apa
adanya” dan menganalisis unsur-unsur intrinsik (tokoh, alur, dan latar) cerpen
“Kecupan dan Setangkai Mawar Merah” karya Nobetha Shinta. Serta deskripsi
implementasi cerpen “Kecupan dan Setangkai Mawar Merah” karya Nobetha
Shinta sebagai bahan pembelajaran sastra untuk siswa SMA.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Peneliti dalam mengumpulan data menggunakan teknik membaca dan
teknik mencatat. Peneliti akan menemukan dan menguraikan unsur-unsur intrinsik
yang terdapat di dalam cerpen.
Selain itu, peneliti juga menggunakan teknik studi pustaka. Teknik pustaka
adalah teknik penelitian yang menggunakan sumber-sumber tertulis untuk
mengumpulkan data-data. Sumber-sumber itu berupa buku bacaan umum, karya
adalah data yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah penelitian
(Subroto,1952:42).
3.4 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah cerpen “Kecupan dan Setangkai Mawar
Merah” dan pengarangnya bernama Nobetha Shinta. Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan struktural. Pendekatan struktural bertujuan
memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antarunsur intrinsik karya
sastra dan menunjukkan bagaimana hubungan antarunsur tersebut (Nurgiyantoro,
1995: 37).
Pendekatan struktural menganalisis unsur-unsur intrinsik (tokoh, latar,
alur, dan tema) cerpen “Kecupan dan Setangkai Mawar Merah”. Dalam analisis
diuraikan mengenai siapa tokohnya, bagaimana latarnya, alurnya, dan temanya,
yang digunakan.
3.5 Instrumen Penelitian
35 BAB IV
ANALISIS STRUKTUR INTRINSIK CERPEN KECUPAN DAN SETANGKAI MAWAR MERAH KARYA NOBETHA SHINTA
Dalam bab ini dipaparkan mengenai: 4.1 deskripsi data penelitian, 4.2
analisis unsur intrinsik cerita anak “Kecupan dan Setangkai Mawar Merah” Kedua
hal tersebut diuraikan seperti pada subbab berikut ini.
4.1Deskripsi Data Penelitian
Dalam subbab ini dipaparkan hasil penelitian meliputi: (1) deskripsi dan
analisis struktur instrinsik karya sastra (tema, tokoh, perwatakan, alur, dan latar)
cerpen, dan (2) analisis hubungan antara unsur intrinsik cerpen. Dari data yang
ada kemudian dicari unsur intrinsik dan hubungan antarunsur intrinsik, dengan
mengobservasi data tersebut, mereduksi atau mengurangi bagian yang tidak
dianalisis. Setelah melalui proses tersebut maka deskripsi data yang dihasilkan
adalah sebagai berikut.
Tema dalam cerita “Kecupan dan Setangkai Mawar Merah” adalah kasih
sayang, yang didalamnya memuat keakraban dan persaudaraan dengan sebuah
kekompakan. Tokoh cerita yaitu Sintha, Chess, Lily dan Bobby. Sintha berwatak
patuh terhadap orang tua dan penyanyang, Chessberwatak baik hati, pengertian,
dewasa dan penyanyang, Lily berwatak penyayang dan menepati janji , dan
Bobby baik hati. Latar tempat dalam cerita adalah di sebuah rumah . Latar waktu
4.2Analisis Struktur Intrinsik Cerpen Kecupan dan Setangkai Mawar Merah Hasil penelitian dan pembahasan akan diuraikan sebagai berikut:
1. Tema
Tema dalam cerita “Kecupan dan Setangkai Mawar Merah” adalah kasih
sayang, yang didalamnya memuat keakraban dan persaudaraan dengan sebuah
kekompakan.
a. Tema tradisonal dan tema non tradisional
Tema dalam cerpen “Kecupan dan Setangkai Mawar Merah” termasuk
dalam jenis tema tradisional. Cerpen tersebut mengambil tema sebuah
persaudaraan yang didasari kasih sayang. Dalam cerpen tersebut, Sintha bersikap
sangat menyayangi adiknya yang bernama Chess.
b. Tema Utama
Tema utama atau tema mayor dalam cerpen “Kecupan dan Setangkai
Mawar Merah” adalah kasih sayang. Kasih sayang dapat diberikan kepada siapa
saja seperti orang tua, kakak, dan pacar. Kutipan yang mendukung sebagai
berikut:
”... aku mo bilang, kalo aku senang dan bahagia banget punya adek yang bernama Chess.” (hal. 1)
”... aku seneng baget coz bisa jalan-jalan sama adekku yang paling ku sayang.” (hal. 5)
” Beres Boss...baek-baek ya Mbak di rumah. Jangan nyusahin Ayah dan Ibu. Daaa...Mbak, jangan lupain aku ya mbak. Aku sayang banget sama Mbak Shinta....” (hal. 7)
Tema dalam cerpen tersebut sangat cocok sekali apabila digunakan ke
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas XI Sekolah Menengah Atas. Hal
tersebut terlihat tidak terlalu berat dan terjadi da kalangan remaja.
2. Perwatakan
Tokoh yang terdapat dalam cerpen “Kecupan dan Setangkai Mawar
Merah” adalah Sintha, Chess, Lily dan Bobby. Adapun watak dari tokoh-tokoh
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Shinta
Shinta adalah tokoh utama. Watak yang dimiliki Shinta memiliki
kelebihan dan kekurangan. Kelebihan yang ada pada watak Shinta adalah
patuh kepada orang tua dan penyayang. Hal tersebut dinyatakan dalam
bagian yang dikutip berikut :
1) Patuh kepada orang tua
”... nanti kalo ada apa-apa, telepon saja ke HP ayah atau ibu, ngerti kan? Aku dan adekku mengangguk.” (hal. 1)
2) Penyanyang
”... aku mo bilang, kalo aku senang dan bahagia banget punya adek yang bernama Chess.” (hal. 1)
”... aku seneng baget coz bisa jalan-jalan sama adekku yang paling ku sayang.” (hal. 5)
Kekurangan yang ada pada watak Shinta adalah ganti-ganti pasangan. Hal
tersebut ditunjukkan dalam bagian yang dikutip berikut ini :
Berdasarkan kutipan tentang kelebihan dan kekutrangan watak Shinta diatas,
dapat diketahui bahwa penggambaran watak Shinta adalah tidak langsung.
Wiyanto (2005: 81), berpendapat penggambaran watak dinamakan tidak langsung,
apabila pengarang memberikan watak pada tokoh tidak terus terang.
Penggambaran watak melalui perbuatan sang tokoh atau pendapat sang tokoh lain
yang ada di dalam cerita. Penggambaran watak yang diberikan pengarang kepada
rokoh Shinta tidak terus terang.
b. Chess
Chess adalah tokoh utam. Ia adalah adik Shinta. Kelebihan watak Chess
adalah baik hati, pengertian, dewasa, penyayang. Hal tersebut dinyatakan
dalam bagian yang dikutip berikut :
1) Baik hati
”Chess, kamu nggak ada acara kan hari ini? Nggak, emang kenapa Mbak?
Temenin mbak ya ke Gale. Mau ambil uang yang dikirim Ayah, sekalian beli pulsa dan beli kaset. Mau nggak?
Oke Boss. Saya siap mengantar kemanapun Boss pergi. Tapi, aku sekalian dibeliin pulsa ya?” (hal. 5)
2) Pengertian
” Chess itu pengertian baget sama ceweknya. Mungin karena itu, dia bisa bertahan dan awet sampe 3 taon.” (hal. 2)
3) Dewasa
4) Penyanyang
” Beres Boss...baek-baek ya Mbak di rumah. Jangan nyusahin Ayah dan Ibu. Daaa...Mbak, jangan lupain aku ya mbak. Aku sayang banget sama Mbak Shinta....” (hal. 7)
Kekurangan yang ada padan watak Chess adalah mau melukan sesuatu
tetapi mengharap imbalan pada orang lain. Hal tersebut dinyatakan dalam
bagian yang dikutip berikut :
” Oke Boss. Saya siap mengantar kemanapun Boss pergi. Tapi, aku sekalian dibeliin pulsa ya?” (hal. 5)
Berdasarkan kutipan tentang kelebihan dan kekurangan watak Chess
diatas, maka dapat diketahui bahwa penggambaran watak Chess adalah tidak
langsung. Penggambaran yang diberikan pengarang kepada tokoh Chess tidak
terus terang.
c. Bobby
Bobby adalah teman Chess. Bobby memiliki sifat baik hati. Hal tersebut
dinyatakan dalam bagian yang dikutip berikut :
” Mbak, saya Bobby temannya Chess. Dia sekarang di Rumah Sakit Panti Rapih di UGD. Lily ikut kesana. Dia kecelakaan sebelum sampai sekolah. Motornya ditabrak truk dan mental sampai 20 meter. Setelah itu Chess pingsan. Lalu langsung dibawa ke rumah sakit. Mbak kesini sekarang ya..?.” (hal. 6)
d. Lily
Lily adalah seorang gadis yang sangat dicintai oleh Chess. Lily memiliki
sifat penyanyang, menepati janji. Hal tersebut dinyatakan dalam bagian
1) Penyanyang
” Lily tidak tahan kalau dia harus menyaksikan pemakaman seseorang yang sangat di cintainya.” (hal. 8)
2) Menepati janji
” Chess, aku udah nepatin janjiku. Semoga kamu bahagia. Jangan lupain aku ya Chess. Doain aku dari sana.” (hal. 8)
3. Tokoh
Di dalam sebuah cerita selalu ditampilkan tokoh. Tokoh adalah para
pelaku-pelaku peristiwa yang terdapat dalam cerita. Umumnya tokoh berupa
manusia, binatang atau makhluk lain, tetapi umumnya dialami oleh tokoh-tokoh
cerita yang berupa manusia. Tokoh yang terdapat dalam cerpen “Kecupan dan
Setangkai Mawar Merah” adalah Sintha, Chess, Lily dan Bobby.
Ada berbagai macam tokoh. Tokoh-tokoh tersebut dapat dibedakan ke
dalam beberapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut mana penamaan itu
dilakukan. Berikut ini akan dipaparkan tokoh berdasarkan dari sudut mana
penamaan itu dilakukan
Tokoh berdasarkan peranannya dalam cerita terdapat tokoh utama
dantokoh tambahan. Tokoh utama adalah pelaku yang diutamakan
penceritaannya. Tokoh utama dalam cerpen “Kecupan dan Setangkai Mawar
Merah” adalah Sintha dan Chess. Kedua tokoh tersebut paling banyak muncul
atau hadir dalam setiap kejadian.
Tokoh tambahan (yang memang) tambahan dalam cerita tersebut adalah