• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unsur intrinsik cerpen ``Black Forest`` Karya Ratna Indraswari Ibrahim serta implementasinya dalam silabus dan RPP untuk SMA - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Unsur intrinsik cerpen ``Black Forest`` Karya Ratna Indraswari Ibrahim serta implementasinya dalam silabus dan RPP untuk SMA - USD Repository"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

UNSUR INTRINSIK CERPEN “BLACK FOREST” KARYA RATNA INDRASWARI IBRAHIM

SERTA IMPLEMENTASINYA DALAM SILABUS DAN RPP UNTUK SMA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun oleh:

Maria Thomastini

031224031

PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

UNSUR INTRINSIK CERPEN “BLACK FOREST” KARYA RATNA INDRASWARI IBRAHIM

SERTA IMPLEMENTASINYA DALAM SILABUS DAN RPP UNTUK SMA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun oleh:

Maria Thomastini

031224031

PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kepersembahkan karya ini untuk:

Tuhan YME atas bimbingan dan terang-Nya dalam

kehidupanku selama di dunia ini.

Bapakku dan Ibu yang selalu tak henti-hentinya

memberikan perhatian, cinta dan kasih sayang yang

melimpah.

Mbah Kung( ) dan Mbah Putriku(+) yang kusayang dan

akan selalu kurindukan.

Kakak-kakakku Mas Lilik, Mas Mistar, Mba Yohana yang

kusayang makasih atas motivasi, dorongan dan doanya

selama ini.

Kakak iparku Mba Tutik dan Mba Ida yang selalu

(6)

MOTO

(7)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 1 Agustus 2011

Penulis

(8)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Maria Thomastini

Nomor Mahasiswa : 031224031

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul:

UNSUR INTRINSIK CERPEN “BLACK FOREST ” KARYA RATNA INDRASWARI IBRAHIM SERTA IMPLEMENTASINYA DALAM SILABUS DAN RPP UNTUK SMA

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan memplubikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 1 Agustus 2011

Yang menyatakan

(9)

ABSTRAK

Thomastini Maria. 2011. Unsur Intrinsik Cerpen “Black Forest” karya Ratna Indraswari Ibrahim serta implementasinya dalam silabus dan RPP untuk SMA. Yogyakarta: PBSID. Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini mengkaji unsur intrinsik cerpen “Black Forest” karya Ratna Indraswari Ibrahim. Tujuannya adalah (1) mendeskripsikan tokoh, alur, latar, tema, bahasa, amanat serta hubungan antarunsur intrinsik cerpen (2) Mendeskripkan implementasi cerpen “Black Forest” karya Ratna Indraswari Ibrahim dalam silabus dan RPP di SMA.

Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural yang bersumber pada teks sastra. Unsur intrinsik yang dianalisis meliputi tokoh, alur, latar, tema, bahasa dan amanat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu memecahkan masalah dengan menggambarkan keadaan sumber data berdasarkan fakta.

Terdapat beberapa tokoh dalam cerpen “Black Forest” yaitu protagonis, antagonis, dan tambahan. Bonet adalah tokoh protagonis. Tokoh antagonis dalam cerpen black Forest yaitu Yu Sainah. Tokoh tambahan dalam cerpen ini adalah Lena, Bejo, Suami Angga, Asrul, dan mamanya Bonet. Secara umum cerpen “Black Forest” karya Ratna Indraswari Ibrahim beralur maju. Latar cerpen di Jakarta. Amanat yang terkandung di dalam cerpen adalah Harta kekayaan bukanlah segala-galanya dalam hidup. Seseorang yang memiliki harta benda yang berkecukupan belum tentu akan menjamin kehidupan batinnya bahagia. Tema yang diangkat pada cerpen yaitu hidup ini harus dijalani dengan rasa syukur. Bahasa yang digunakan adalah bahasa sehari-hari yang sederhana sehingga mudah dimengerti dan bahasa Jawa.

(10)

Thomastirti Maria. 2011. The Intrinsic Element in the Short Story "Black Forest" written by Ratna Indraswari Ibrahim and Its Implementation on the syllabus and Lesson Plan for Senior High School. Yogyakarta: PBSID. Universitas Sanata Dharma.

The research is aimed at reviewing the intrinsic element in the short story "Black Forest" written by Ratna Indraswari Ibrahim. The purposes are (1) describing the character, plot, theme, language, moral and the relationship among those intrinsic elements (2) describing the imple mentation of short story "Black Forest" by Ratna Indraswari Ibrahim in the syllabus and lesson plan in Senior High School.

The research adopted the structural approach with the source of the literature text. The intrinsic element included the character, plot, background, theme, language and moral.The method of the research was descriptive method that is solving the problem by describing the condition of the data source based on the facts.

There are several characters in the short story "Black Forest" , namely protagonist, antagonist, and complementary. The protagonist is Bonet. The antagonist characters are Yu Sainah. The complementary characters in the short story are Lena, Bejo, Suami Angga, Asrul, and Bonet’s mother. In general, the plot in the short story "Black Forest" by Ratna Indraswari Ibrahim is straight forward. The settings of the short story are place, time and social settings. The lesson taken from the short story is that the wealth doesn’t mean everything in the life. The one with the abundant wealth is not necessarily happy in his/her life. The theme of the short story is that one should be grateful in undergoing his/her life. The language used in the short story is the daily simple language which is easily understood and Javanese.

(11)

Kata Pengantar

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Bapa yang di Surga, karena berkat

dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi. Penyusunan skripsi ini

bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan daerah pada Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Berkat bimbingan, arahan dari berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Sehubungan dengan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Drs.P. Hariyanto selaku dosen pembimbing yang telah membimbing

penulis dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan sejak awal penulisan

hingga selesai penulisan.

2. Dr. Yuliana Setiyaningsih selaku kaprodi PBSID.

3. Segenap dosen PBSID yang telah memberikan pilmu-ilmu selama

perkuliahan.

4. Tim penguji yang telah memberi kritik dan dan saran demi

penyempurnaan skripsi ini.

5. Orang tuaku, Bapak M. Saniyun, ibu Murtini, dan kakak-kakakku atas

berkat dan doanya.

6. Teman-temanku Dewi, Sekti, Nur, Heni, Lusi, mbak Wiwid dan mbak

Rini terima kasih atas kesetian memberikan semangat untuk

(12)

7. Semua teman mahasiswa PBSID dari berbagai angkatan yang tidak dapat

penulis sebutkan satu demi satu, atas dukungan dan semangat kepada

penulis agar segera menyelesaikan skripsi ini, juga atas persaudaraan yang

kita jalin selama ini.

8. Buat teman-temanku yang lucu Ana, Tika, Fifi, Frima, Mega, Sisca, Rini,

Mita, dan Ian terima kasih akan doronganya, walaupun kalian lain

kampus dan beda prodi kalian selalu menyempatkan waktu untuk

memberikan semangat dan motivasi buat penulis.

9. Segenap karyawan perpustakaan USD yang telah melayani peminjaman

buku sehingga penulisan skripsi dapat berjalan lancar.

10.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini. Penulis berharap, kebaikan dan ketulusan itu dirahmati Tuhan YME.

Semoga kebaikan mereka mendapat rahmat dan berkat dari Tuhan Yang Maha

Kasih dan semoga penelitian ini berguna dan menjadi inspirasi bagi peneliti

selanjutnya.

Yogyakarta, 1 Agustus 2011

Penulis

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACK ... ix KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Batasan Istilah ... 4

F. Sistematika Penyajian ... 7

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan ... 8

(14)

1. Analisis Struktural ... 10

2. Unsur Intrinsik Karya Sastra ... 10

a. Tokoh ... 12

b. Alur ... 15

c. Latar ... 16

d. Tema ... 17

e. Bahasa ... 18

f. Amanat ... 19

3. Hubungan Antarunsur Intrinsik... 20

4. Pembelajaran Cerpen di SMA ... 20

a. Pembelajaran cerpen di SMA ... 20

b. Standar Kompetensi ... 21

c. Silabus ... 22

d. RPP ... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 27

B. Objek Penelitian ... 27

C. Metode Penelitian ... 27

D. Sumber Data dan Data Penelitian ... 28

E. Teknik Pengumpulan Data ... 28

F. Instrumen Penelitian ... 28

(15)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Tokoh ... 31

1. Tokoh Protagonis ... 32

2. Tokoh Antagonis ... 34

3. Tokoh Tambahan ... 36

B. Alur ... 36

1. Paparan ... 37

2. Rangsangan ... 38

3. Gawatan ... 39

4. Tikaian ... 39

5. Rumitan ... 39

6. Klimaks ... 39

7. Leraian ... 40

8. Seleseian ... 40

C. Latar ... 40

1. Latar Tempat ... 41

2. Latar Waktu ... 41

3. Latar Sosial ... 41

D. Amanat ... 42

E. Bahasa ... 42

F. Tema ... 43

G. Hubungan Antarunsur Intrinsik... 43

(16)

2. Tema dan Alur... 44

3. Tema dan Latar ... 47

4. Tema dan Bahasa ... 48

5. Tema dan Amanat ... 49

6. Tokoh dan Alur ... 50

7. Tokoh dan Latar ... 53

8. Tokoh dan Bahasa ... 54

9. Latar dan Alur ... 56

BAB V IMPLEMENTASI CERPEN “BLACK FOREST” KARYA RATNA RATNA INDRASWARI IBRAHIM DALAM SILABUS DAN RPP DI SMA A. Pengembangan Silabus ... 59

B. RPP ... 62

C. Silabus dan RPP ... 65

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 79

B. Implikasi ... 80

C. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada hakikatnya, karya sastra adalah refleksi dari kehidupan masyarakat. Sebagai refleksi, karya sastra memang tidak sepenuhnya meniru secara riil kehidupan masyarakat, akan tetapi memberikan pelajaran dan kemungkinan dari sudut pandang estetis terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di dalam masyarakat (Djojosuroto, 2006: 58). Karya Sastra membangun dunia melalui kata sebab kata―kata memiliki energi. Melalui energi itulah terbentuk citra tentang dunia tertentu, sebagai dunia baru (Ratna, 2005: 15). Melalui karya sastra para pembaca akan menikmati realitas imajinasi pengarang melalui tokoh, peristiwa dan latar yang disajikan. Karya sastra adalah refleksi pengarang tentang hidup dan kehidupan yang dipadu dengan daya imajinasi dan kreasi yang didukung oleh pengalaman dan pengamatanya atas kehidupan tersebut (Djojosuroto, 2006: 77).

(18)

Untuk lebih memahami sebuah karya sastra diperlukan analisis. Salah satu analisis tersebut adalah unsur intrinsik. Dengan analisis unsur intrinsik akan diketahui unsur-unsur yang terkandung dalam sebuah cerpen. Cerpen pada prinsipnya sama dengan karya sastra fiksi yang lain yaitu yang terbangun atas unsur-unsur fiksi. Unsur-unsur fiksi tersebut meliputi seperti plot (alur cerita), tokoh (perwatakan,karakter), tema, latar, suasana dan gaya (Sumardjo, 1984: 54).

Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA adalah (1)Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis, (2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara, (3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakan dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan, (4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual serta kematangan emosional dan sosial, (5) Menikmati dan memanfatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, (6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia (Depdiknas, 2006: 261).

(19)

Hal tersebut membuat penulis ingin mengetahui apakah cerpen “Black Forest” dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA atau tidak. Penelitian mengenai analisis unsur-unsur intrinsik dalam cerpen “Black Forest” belum pernah diteliti. Dengan beberapa alasan tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tokoh, alur, latar, tema, bahasa, amanat serta hubungan antarunsur instrinsik cerpen “Black Forest” karya Ratna Indraswari Ibrahim?

2. Bagaimana Implementasi hasil analisis unsur intrinsik cerpen “Black Forest” karya Ratna Indraswari Ibrahim dalam Silabus dan RPP di SMA untuk kelas XII?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini :

1. Mendeskripsikan tokoh, alur, latar, tema, bahasa, amanat serta hubungan antarunsur instrinsik cerpen “Black Forest” Ratna Indraswari Ibrahim. 2. Mendeskripsikan implementasi tokoh, alur, latar, tema, bahasa dan

(20)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sedikitnya ada tiga manfaat penelitian ini:

1. Bidang Sastra

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan tentang cerpen, khususnya cerpen dengan menambah pemahaman terhadap analisis struktur cerpen.

2. Pembelajaran sastra di SMA

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa tentang cerpen baru yang dapat dijadikan sebagai bahan materi alternatif pembelajaran di SMA.

3. Penelitian Berikutnya

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk bahan referensi penelitian selanjutnya karena pengetahuan akan terus berkembang.

E. Batasan Istilah

Berbagai istilah yang digunakan dalam penelitian ini perlu diberi batasan. Batasan-batasan tersebut adalah.

(21)

2. Cerita pendek yang disingkat dengan cerpen adalah karya imajinatif dengan fakta kehidupan sebagai dasar karangan. Cerpen merupakan cermin dan pikiran pengarang tentang kehidupan (Djojosuroto 2006: 59).

3. Tokoh adalah pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi. Tokoh dalam fiksi merupakan ciptaan pengarang meskipun dapat juga merupakan gambaran dari orang-orang yang hidup di alam nyata (Wiyatmi, 2006: 30).

4. Alur adalah rangkain peristiwa yang nantinya akan membentuk satu kesatuan cerita.

5. Latar adalah Landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat , hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams via Nurgiyantoro, 1995: 216).

6. Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca (Wiyanto, 2004: 25).

7. Tema adalah gagasan, ide, pikiran utama yang mendasari karya sastra.Oleh karenanya terkadang tema didukung oleh pelukisan latar dalam lakuan tokoh ( Sudjiman, 1988: 51).

8. Bahasa adalah jika sastra dikatakan ingin menyampaikan sesuatu, mendialogkan sesuatu, sesuatu tersebut hanya dapat dikomunikasikan lewat sarana bahasa. Bahasa dalam sastra pun mengemban fungsi utamanya: fungsi komunikatif (Nurgiyantoro, 1993: 1).

(22)

10. Hubungan antarunsur intrinsik adalah keterkaitan sebuah karya sastra menjadi bermakna apabila setiap unsur akan saling berhubungan dalam keseluruhan (Nurgiyantoro, 1995: 31).

11. Silabus adalah seperangkat rencana dan pengaturan pembelajaran beserta penilainya (Puskur: 2002).

12. Rencana Pengajaran Pembelajaran adalah rencana yang menggabarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus.

E. Sistematika Penyajian

(23)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan

Berikut ini adalah penelitian yang relevan dan sejenis dengan penelitian ini. Peneliti menemukan tiga yaitu penelitian Siti Darulinda Reginansi (2001), Ninik Nurmaningsih Wijiastuti (2004), dan Debora Koringning Tyas (2007).

AnalisisStrukturalNovel “Jalan Melintang” karya Umar Kayam dan

Implementasi Aspek Penokohan sebagai Bahan Pembelajaran Sastra diSMU

ditulis oleh Siti Darulinda Reginansi (2001). Kesimpulan yang diperoleh penelitian ini antara lain: tokoh utama (Eko), tokoh tambahan (Claire Levin, Samuel Levin, Sarah Levin, Harimurti, Sulistyaningsih, Lantip, Alan Bernstein, Tommi, Marie, dan Maridjan), alur yang digunakan sorot balik, latar dikota Jakarta, Latar waktu berdasarkan peristiwa yang dialami para tokoh yang terjadi pada pagi, siang, dan malam. Tema mengenai sebuah tradisi yang melekat pada seseorang pada akhirnya juga akan kembali pada mulanya, walaupun melalui perjalanan yang tidak mulus. Relevansinya berkaitan dengan latar yaitu sama-sama diJakarta. Cerita Umar Kayam terobsesi dengan makanan. Nilai kemanusian (sosial) yang penting yaitu menghargai orang lain, dialog, dan saling tolong menolong.

Struktur Cerpen “Dua Tengkorak Kepala” karya Motinggo Busye

(24)

dalam penelitian ini antara lain: tokoh utama protagonis (Aku), Tokoh bawahan (Ali, Umi, Mak Toha, dan Ibrahim), Alur yang digunakan sorot balik dan alur maju karena dalam cerpen tersebut ceritanya dimulai dari tahap akhir lalu maju. Latar tempat berada di Aceh, Lhok Seumawe, kota kecil Sidikalang, Rumah Tinggal Mak Toha, Desa Dayah Baureuh di Aceh Timur, Singapura, Libya, dan Medan. Latar waktu terjadi sore, malam, dini hari, beberapa hari, beberapa bulan, beberapa jaman, beberapa minggu, sehari-hari, siang hari, dan menjelang luhur. Latar sosial menunjukkan adanya sikap persahabatan yang kental terhadap teman, rasa hormat kepada orang lain yang lebih tua, adat istiadat, dan tradisi dalam bahasa sehari-hari, keyakinan kepada Allah dan Agama. Tema mengenai kekejaman penguasa kepada rakyat kecil, dari dua masa yang berbeda tanpa dapat melakukan perlawanan dan menuntut keadilan. Implikasinya terhadap pembelajaran sastra di SMA khususnya siswa dapat terbantu dalam menemukan nilai-nilai budaya dan kehidupan. Sehingga siswa dapat lebih memahami suatu karya sastra yang dibacanya.

Struktur Intrinsik Cerpen “Menjelang Lebaran” karya Umar Kayam

(25)

mendapat masalah saat keluarga di-PHK saat menjelang Lebaran. Hubungan antarunsur intrinsik terjadi saat penyebab konflik (di-PHK) yang dialami tokoh utama (Kamil). Tema mengenai keluarga sederhana yang mendapat masalah saat menjelang Lebaran. Implikasinya meningkatkan pemahaman dalam membaca karya sastra, khususnya karya-karya Umar Kayam. Dalam pengajaran sastra, selain memperkaya pemahaman siswa terhadap karya sastra khususnya karya Umar Kayam juga membantu menunjang pembentukan watak siswa.

Berdasarkan tiga hasil penelitian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa topik tentang struktur intrinsik cerpen “Black Forest” karya Ratna Indraswari Ibrahim dan implementasinya sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA masih relevan untuk diteliti. Sebatas pengetahuan penulis belum ada peneliti yang meneliti cerpen ini dengan pendekatan struktural. Kajian pustaka yang lebih baru. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk menelitinya.

B. Kerangka Teori

1. Analisis Struktural

(26)

Nurgiyantoro (1995: 36) karya sastra adalah hubungan antara intrinsik yang bersifat timbal balik, saling mempengaruhi, yang secara bersama membentuk satu kesatuan utuh.

Analisis struktural bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra secara bersama-sama menghasilkan sebuah kesatuan secara menyeluruh. Analisis struktural tak cukup dilakukan hanya sekedar mendata unsur tertentu sebuah karya fiksi. Namun yang penting adalah menunjukan bagaimana hubungan antar unsur itu, dan sumbangan apa yang diberikan terhadap tujuan estetik dan makna keseluruhan yang ingin dicapai (Nurgiyantoro, 1995: 37).

Cerpen sebagai salah satu karya sastra yang merupakan bentuk berstruktur. Struktur yang dimaksud berarti bahwa cerpen merupakan susunan yang bersistem, yang antar unsur-unsurnya terjadi hubungan timbal balik dan saling menentukan. Unsur-unsur itu meliputi tokoh, latar, alur, tema, gaya pengarang, suasana cerita, dan sudut padang. Oleh karena itu unsur-unsur dalam cerpen bukan hanya kumpulan atau tumpukan hal-hal yang berdiri sendiri, melainkan saling berkaitan dan saling bergantung.

2. Unsur Intrinsik Karya Sastra

(27)

a. Tokoh

Tokoh adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi. Tokoh dalam fiksi merupakan ciptaan pengarang meskipun dapat juga merupakan gambaran dari orang-orang yang hidup di alam nyata (Wiyatmi, 2006: 30). Menurut Sudjiman via Budianta dkk(2002: 86) tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita dalam cerita.

(28)

Menurut Nurgiyantoro (1995: 176—198) tokoh dibedakan menjadi:

1. Tokoh utama dan tokoh tambahan

Tokoh Utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaanya dalam novel bersangkutan. Tokoh utama paling banyak diceritakan dan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain, ia sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan. Ia selalu hadir sebagai pelaku atau yang dikenai kajadian dan konflik, penting mempengaruhi plot. Pemunculan tokoh-tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dan kehadiranya jika ada keterkaitan dengan tokoh utama, secara langsung atau tak langsung.

2. Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis

Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, dan merupakan salah satu tokoh yang merupakan pengejawatahan norma-norma yang ideal bagi kita. Sedang tokoh antagonis atau tokoh lawan adalah penentang tokoh utama protagonis.

3. Tokoh sederhana dan tokoh Bulat

(29)

seorang tokoh sederhana bersifat datar, monoton, hanya mencerminkan satu watak tertentu yang dirumuskan hanya dengan sebuah kalimat, atau bahkan sebuah frase saja.

Tokoh bulat, kompleks, berbeda halnya dengan tokoh sederhana. Tokoh bulat adalah tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadiannya dan jati dirinya. Dibandingkan dengan tokoh sederhana, tokoh bulat menyerupai kehidupan manusia yang sesungguhnya, karena di samping memiliki berbagai kemungkinan sifat dan tindakan, ia juga sering memberikan kejutan ( Abrams via Nurgiyantoro, 1995: 182 ).

4. Tokoh statis dan Tokoh berkembang

(30)

Tokoh yang diteliti dalam cerpen “Black Forest” karya Ratna Indraswari Ibrahim adalah tokoh antagonis, tokoh protagonis, dan tokoh tambahan.

b. Alur

Alur adalah peristiwa-peristiwa yang diurutkan yang merupakan pembangun cerita. Peristiwa-peristiwa itu tidak hanya bersifat fisik berupa cakapan atau lakuan tetapi juga termasuk pembangun sikap tokoh yang dapat mengubah jalan nasib ( Sudjiman, 1998: 29). Bila suatu peristiwa dalam karya sastra diselingi oleh peristiwa sebelumnya, maka peristiwa itu disebut alih balik atau sorot balik. Sorot balik ini ditampilkan dalam bentuk mimpi atau lamunan tokoh yang menelusuri kembali jalan hidupnya atau yang teringat kembali pada peristiwa di masa lalu (Sudjiman, 1998: 29―30)

Menurut Hariyanto (2000: 39) berdasarkan urutan waktu, alur dapat dibedakan menjadi dua yaitu alur maju dan alur mundur. Alur maju, kronologis, lurus, atau progresif yaitu menampilkan peristiwa secara kronologis, maju, runtut dari tahap awal, tengah, hingga akhir. Sedangkan alur mundur tidak kronologis, sorot balik, regresif atau flashback menampilkan peristiwa dari tahap akhir atau tengah kemudian awal.

(31)

tengah terdiri dari tikaian (conflict), rumitan (complication) dan klimaks. Pada bagian akhir terdiri dari leraian (falling action), dan selesaian. Tetapi tidak semua bagian alur diatas dapat kita jumpai dalam karya sastra, kadang ada memunculkan hanya beberapa bagian dari alur. Ada juga yang menjadikan satu bagian-bagian alur yang berdekatan.

Paparan adalah penyampaian informasi kepada pembaca. Rangsangan adalah peristiwa yang mengalami timbulnya gawatan. Gawatan adalah peristiwa yang mengalami timbulnya tikaian. Tikaian adalah perselisihan yang timbul karena ada dua kekuatan yang bertentangan. Rumitan adalah pertentangan dari gejala mula tikaian menuju klimaks cerita.

Klimaks adalah rumitan yang mencapai puncak kehebatannya. Leraian adalah berkembangan peristiwa ke arah selesaian. Selesaian adalah bagian akhir atau penutup cerita.

c. Latar

Latar disebut landas tumpu, menunjukkan pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams via Nurgiyantoro, 1995: 216). Latar diperlukan karena segala aktivitas yang dilakukan oleh manusia pada dasarnya memerlukan waktu, tempat, dan sosial tertentu.

(32)

geografis. Di lokasi mana peristiwa terjadi, didesa, kota apa, dan sebagainya. Latar Waktu berkaitan dengan masalah waktu, hari, jam, maupun histories. Latar sosial berkaitan dengan kehidupan masyarakat (Sayuti via Wiyatmi, 2006: 40).

Sebagai dasar landasan mengenai segala keterangan yang menunjukkan pada pemahaman tempat, berkaitan waktu, dan lingkungan sosial sehingga menjadi tempat peristiwa-peristiwa yang terjadi didalam suatu karya sastra merupakan latar cerita.

d. Tema

Menurut Sudjiman (1988: 51) tema adalah gagasan, ide, pikiran utama yang mendasari karya sastra. Oleh karenanya terkadang tema didukung oleh pelukisan latar dalam karya yang tersirat dalam lakuan tokoh maupun penokohan. Tema adalah pikiran pokok yang mendasari. Pikiran pokok ini dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi cerita yang menarik (Wiyanto, 2004: 23)

(33)

Menurut Sudjiman (1998: 92) ada tiga langkah yang dapat diambil dalam menentukan tema. Pertama, harus dilihat peristiwa yang menonjol. Kedua, secara kualitatif, persoalan mana yang banyak menimbulkan konflik, konflik yang melahirkan peristiwa. Ketiga, menentukan (menghitung) waktu penceritaan yang diperlukan untuk menceritakan peristiwa atau tokoh-tokoh yang ada dalam karya sastra. Ketiga langkah itu digunakan secara berurutan, apabila menggunakan langkah pertama belum terjawab temanya, maka menggunakan langkah kedua, demikian seterusnya.

Sehingga bisa disimpulkan tema merupakan ide pokok dari sebuah cerita. Tema ini merupakan salah satu unsur yang bisa mengembangkan cerita lebih luas. Tema mempengaruhi dapat mempengaruhi jalannya suatu cerita pendek.

e. Bahasa

(34)

Dalam wujudnya yang nyata, menggunakan bahasa itu menyampaikan kalimat-kalimat. Kalimat terdiri dari kata-kata. Kata-kata inilah yang mengungkapkan pikiran dan perasaan karena Kata-kata mewakili makna ( Wiyanto, 2004: 29).

Penggunaan bahasa dalam teks tergantung pada pokok dan tujuan teks yang bersangkutan. Cara penggunaan bahasa yang sendirinya ditentukan juga oleh pengarangnya. Pengarang akan membuat bahasa sedemikian rupa sesuai kalangan yang dibidik untuk membaca cerpennya.

Dalam penelitian ini unsur bahasa juga dimunculkan tetapi tidak dibahas secara keselurahan dan mendalam. Fokus pembahasan hanya bagaimana penggunaan bahasa oleh pengarang, agar cerpen yang ia tulis dapat dipahami olah pembaca dengan mudah.

f. Amanat

Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca (Wiyanto, 2004: 25). Pesan yang ingin disampaikan biasanya tidak secara langsung tetapi lewat naskah yang disajikan. Sehingga pembaca menyimpulkan pelajaran moral apa yang diperoleh dari membaca.

(35)

nasihat, anjuran, larangan, dan sebagainya. Berkenaan dengan gagasan yang mendasari cerita.

Hal yang dapat petik dari suatu cerita berupa amanat. Cerita dalam cerpen memberikan hikmah yang bisa dijadikan pelajaran berharga dan mengingatkan kepada pembacanya untuk selalu berjalan pada hal yang positif. Sehingga bisa menjadi manusia yang memiliki tujuan hidup dengan mematuhi hal-hal yang dianggap positif dan menjahui kebiasaan negatif. Amanat merupakan suatu pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang untuk pembacanya.

3. Hubungan Antarunsur intrinsik

Menurut Nurgiyantoro (1995: 31), sebuah karya sastra menjadi bermakna apabila setiap unsur akan saling berhubungan dalam keseluruhan. Dengan kata lain, dalam keadaan terisolasi, terpisah dari totalitasnya, unsur (-unsur) tersebut tidak ada artinya, tidak berfungsi (berkaitan dengan usaha pemahaman apresiasi terhadap karya yang bersangkutan).

(36)

dipisahkan dengan unsur yang lainnya dan umumnya saling mendukung untuk menciptakan susunan cerita yang logis.

       4. Pembelajaran Cerpen di SMA

a. Tahap pembelajaran cerpen di SMA

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaran kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (BNSP, 2006: 5).

KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan (BSNP, 2006: 5). Dalam penelitian ini digunakan kurikulum 2006 dengan KTSP.

Mata pelajaran sastra beriorentasi pada hakikat pembelajaran sastra yang menyatakan bahwa belajar sastra adalah belajar menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusian. Oleh karena itu, pembelajaran sastratersebut diarahkan kepada pembentukan peserta didik yang berkepribadian luhur, memiliki pengetahuan kesustraan, dan apresiatif terhadap sastra.

(37)

Pemilihan bahan pengajaran harus di sesuaikan dengan kemampuan siswa. Pemilihan materi harus mempertimbangkan tingkat kesukarannya. Memilih materi pengajaran harus mempertimbangkan fasilitas yang ada di sekolah, kesesuaian dengan tes akhir, dan kurikulum.

b. Standar Kompetensi

Standar kompetensi mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Standar kompetensi ini disiapkan dengan mempertimbangkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara serta sastra Indonesia sebagai hasil cipta intelektual produk budaya, yang berkonsekuensi pada fungsi mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia.

(38)

Kemampuan dasar/ kompetensi dasar, indikator, dan materi pokok yang dicantumkan dalam standar kompetensi merupakan bahan minimal yang harus dikuasai oleh siswa. Oleh karena itu, daerah sekolah atau guru dapat mengembangkan,menggabungkan, dan menyesuaikan bahan yang disajikan mengikuti situasi dan kondisi setempat (Depdiknas, 2003).

c. Silabus

Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan pembelajaran beserta penilainya (Puskur: 2002). Menurut Widharyanto, dkk (2003: 38) silabus pembelajaran sastra memerlukan suatu rencana pembelajaran yang merupakan penggalan-penggalan kegiatan pembelajaran bahan, dan penilaiannya yang memiliki keterkaitan erat dalam keseluruhan yang lebih luas, yaitu silabus. Menurut BSNP (2006: 16―17), langkah-langkah pengembangan silabus, yaitu:

1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana yang tercantum pada isi.

2. Mengidentifikasi Materi Pokok/ Pembelajaran

(39)

3. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk menberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar.

4. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi

Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.

5. Penentuan Jenis Penilaian

Pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinabungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.

6. Menentukan Alokasi Waktu

(40)

merupakan perkiraan waktu terata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.

7. Menentukan Sumber Belajar

Sumber belajar adalah rujukan, objek dan /atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya .

d. RPP

(41)

Langkah-langkah penyusunan RPP

1. Mencantumkan identitas

• Nama Sekolah

• Mata Pelajaran

• Kelas/ Semester

• Standar Kompetensi

• Kompetensi Dasar

• Indikator

• Alokasi Waktu

2. Mencantumkan tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran berisi penguasaan kompetensi yang operasional yang ditargetkan/dicapai dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang operasional dari kompetensi dasar. Tujuan pembelajaran dapat terdiri atas sebuah tujuan atau beberapa tujuan. 3. Mencantumkan materi pembelajaran

Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Materi pembelajaran dikembangkan dengan mengacu pada materi pokok yang ada dalam silabus.

4. Mencantumkan metode pembelajaran

(42)

dipilih. Pilihlah metode pembelajaran yang dapat mendukung sifat materi dan tujuan pembelajaran.

5. Mencantumkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran

Pada dasarnya, langkah-langkah kegiatan memuat unsur kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Akan tetapi, dimungkinkan dalam seluruh rangkaian kegiatan, sesuai dengan karakteristik model yang dipilih, menggunakan urutan sintaks sesuai dengan modelnya.

6. Mencantumkan sumber belajar

Sumber belajar mencakup sumber rujukan, lingkungan, media, narasumber, alat,dan bahan. Sumber belajar dituliskan secara operasional.

7. Mencantumkan penilaian

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan atau disebut studi pustaka. Hal ini berdasarkan atas sumber bahan yang digunakan. Penelitian studi pustaka adalah penelitian yang mengkaji objek kajian berupa bahan-bahan tertulis (Koentjaraningrat, 1991:44). Sumber bahan-bahan tertulis yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku-buku tentang analisis struktur unsur intrinsik cerpen. Yang dianalisis adalah tokoh, alur, latar, tema, amanat, dan bahasa cerpen “Black Forest” karya Ratna Indraswari Ibrahim.

B. Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2002: 96). Objek penelitian merupakan hal yang diteliti. Objek dalam penelitian ini adalah cerpen “Black Forest” karya Ratna Indraswari Ibrahim. Cerpen ini pernah diterbitkan oleh Festival Seni Surabaya bekerjasama dengan Logung Pustaka. Cerpen ini merupakan salah satu cerpen yang menang dalam festival Seni Surabaya dan telah melalui penjurian.

C. Metode Penelitian

(44)

adalah deskriptif. Metode deskriptif adalah metode yang digunakan dalam penelitian yang semata-mata berdasarkan pada fakta (Sudaryanto, 1988: 62). Dalam hal ini cerpen “Black Forest” sebagai sumber faktanya. Peneliti memilih metode deskriptif karena peneliti ingin mengungkapkan tokoh, alur, latar, tema, bahasa, dan amanat dalam cerpen “Black Forest” karya Ratna ini Indraswari Ibrahim.

D. Sumber Data dan Data Penelitian

Sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2006: 129). Sumber data berisi tentang objek yang akan dianalisis, yaitu cerpen “Black Forest” karya Ratna Indraswari Ibrahim yang terdapat dalam kumpulan cerpen “Black Forest Antalogi Cerpen Jawa Timur” terdiri 214 halaman. Kumpulan Cerpen “Black Forest Antalogi Cerpen Jawa Timur” ini terdiri dari 15 cerpen pilihan. Cerpen itu antara lain Berjuta-juta jalan menuju kematian, Bunga mawar Merah, Burung-burung gagak, Dilaut kita Jaya, Gelombang Besar itu Tak pernah Ada, Hasrat Tarno, Jane dan Plester Balita, Keluarga Bahagia, Black Forest, Kemaluan Sadikin, Kunang-kunang dimata Indri, Lelana, Nyanyi Sunyi si Burung Merak, Sensasi Selebritis, Sumadi dan anjingnya. Cerpen “Black Forest” terdapat dalam halaman 107-116.

E. Teknik Pengumpulan Data

(45)

berhadapan langsung dengan teks yang dijadikan subyek penelitian. Teknik ini bertujuan untuk mendapatkan data yang konkret. Selanjutnya data yang diperoleh dicatat dalam kartu data. Kegiatan seperti itu disebut teknik catat (Sudaryanto, 1993: 135)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2006: 160). Instrumen dalam penelitian ini adalah cerpen “Black Forest” karya Ratna Indraswari Ibrahim. Penulis akan meneliti cerpen tersebut dari struktur pembangunnya (tokoh, alur, latar, tema, amanat dan bahasa).

G. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data perlu segera digarap oleh staf penelitian, khususnya pengolah data ( Arikunto, 2002: 208). Setelah data Setelah data didapat, data tersebut dianalisis. Adapun langkah-langkah yang dikerjakan dalam menganalisis data sebagai berikut:

1. Peneliti membaca terlebih dahulu cerpen “Black Forest

(46)

3. Peneliti menganalisis latar yang dijadikan tempat, waktu, latar sosial dalam cerita.

4. Peneliti menganalisis alur apa yang terdapat dalam cerpen “Black Forest”.

5. Peneliti menganalisis tema yang terdapat dalam cerpen “Black Forest” 6. Peneliti menganalisis amanat yang terdapat dalam cerpen “Black

Forest

7. Peneliti menganalisis bahasa dalam cerpen “Black Forest

8. Peneliti membuat silabus pengajaran sastra untuk SMU kelas XII semester 1

(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian secara menyeluruh dalam penelitian ini meliputi (1) deskripsi dan analisis unsur intrinsik karya sastra (tokoh, alur, latar, tema, bahasa, dan amanat) dan hubungannya dalam cerpen “Black Forest” karya Ratna Indraswari Ibrahim, (2) implementasi cerpen “Black Forest” karya Ratna Indraswari Ibrahim sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA dalam bentuk silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Adapun hasil penelitian dan pembahasan akan diuraikan sebagai berikut:

A.Tokoh

Tokoh merupakan orang terpenting dalam cerita pendek. Tokoh. utama dalam cerita pendek adalah tokoh yang muncul dalam cerita dari awal sampai akhir cerita. Tokoh utama dalam cerpen “Black Forest” yang berlaku sebagai protagonis adalah tokoh Bonet. Tokoh tersebut sering muncul dalam cerita. Hal ini dapat dikatakan bahwa keterlibatan tokoh dalam peristiwa membangun cerita. Hal dibuktikan dengan kisah tokoh tersebut kehidupan keseharian yang menjadi sebuah cerita. Bonet yang memiliki permasalahan kehidupan. Sedangkan tokoh tambahan yang ada untuk mendukung keberadaan tokoh utama. Tokoh tambahan akan membuat jalan cerita menjadi menarik.

(48)

emak Yu Sainah, kang Bejo, mbak Angga, Asrul, mama Bonet adapun tokoh-tokoh itu akan dijabarkan sebagai berikut:

1. Tokoh Protagonis

Tokoh protagonis ini sering muncul dari awal sampai akhir cerita. Tokoh protagonis dalam cerpen ini adalah Bonet. Tokoh Protagonis akan di jabarkan sebagai berikut ini.

Bonet merupakan tokoh protagonis atau utama dalam penceritaan karena paling banyak diceritakan dan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain, sangat menentukan perkembangan plot, selalu hadir sebagai pelaku, atau yang yang dikenai kejadian dan konflik. Pernyataan yang mendukung bahwa Bonet pelaku utama, yaitu

“Bonet (fotografer SWAMEDIA). Memencet nomer telepon Susan (fotomodel yang tanganya secantik milik Angga). Pemesan kali ini untuk iklan gelang berlian. Jadi, dibutuhkan tangan yang indah dari modelnya. Hp dan telepon rumah susan dua-duanya nadanya sibuk terus…”(Ibrahim, 2005: 107).

Watak yang dimiliki Bonet memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan yang ada pada tokoh Bonet adalah bertanggung jawab dengan pekerjaan yang sedang di lakukannya. Hal tersebut dinyatakan dalam kutipan sebagai berikut ini.

a. Bertanggung jawab

Bonet merupakan wanita yang bertanggung jawab tehadap pekerjaan karena ia selalu berusaha memenuhi target yang harus dicapai. Hal ini dapat ditunjukkan

(49)

b. Jeli

Hal ini ditunjukan pada waktu menghadapi permasalahaan mencari model tangan baru untuk iklan berlian dan tanpa sengaja melihat tangan yu Sainah yang memenuhi syarat untuk dijadikan model.

“Bonet meneruskan menggosok giginya tiba-tiba tangan yu Sainah meletakkan sepiring nasi uduk jualannya di meja itu, Bonet tercengang matanya tertumbuk pada tangan Sainah Tak terpikirkan sebelumnya tangan itu seindah tangan Angga Bahkan kelihatan lebih kukuh.” (Ibrahim, 2005:108)

c. Menghemat waktu/efisiensi Waktu

“baiklah ayo kita harus cepat berangkat, takutnya macet dijalan…”(Ibrahim, 2005:108)

“Bonet merasa tidak punya waktu lagi, yu Sainah hari ini aku mau kan kerja denganku akan kubayar tiga ratus ribu rupiah untuk pemotretan tangan yu Sainah. Untuk itu hari ini yu Sainah tak perlu jualan nasi uduk. Nasi itu bagikan saja pada pada tetangga yu Sainah. Tunggu aku mandi dulu, kita ke rumah yu Sainah menaruh nasi uduk kemudian bilang pada suamimu hari ini sampeyan ikut kerja denganku.”(Ibrahim, 2005:108)

d. Tak ingkar janji

“Akhirnya setelah seharian bekerja selesai juga pemotretan tanganya seperti yang sudah dijanjikan sejak lama, mbak Bonet memotretnya sekeluarga sainah merasa tak bakal kelihatan cantik di foto itu karena dia sangat capek seharian kerja ikut mbak Bonet.”(Ibrahim, 2005:109)

e. Rajin

“Bonet terjaga di hari minggu siang ini Sainah belum juga kelihatan munculnya jadinya Bonet membatalkan acara jalan-jalan dengan Asrulnya, dia membersihkan rumah, menggunting rumput dan merasa capek, sehingga terbangun jam tujuh malam.”(Ibrahim, 2005:114)

f. Mandiri

(50)

ada orang lain yang serumah dengannya. Dia sudah terbiasa sendiri menikmati hari-harinya santainya (karena itu dia tidak pernah ingin punya pembantu yang menginap di rumah ini). Rasanya dia sering mendengar dari teman-teman sekantornya tentang suami...” (Ibrahim, 2005:115)

g. Sensitif dengan hal-hal tertentu

“Rasanya dia sering mendengar dari teman-teman sekantornya tentang suami-suami mereka, anak-anak mereka mulai dari hal yang remeh-remeh suatu misalnya suaminya yang jorok dan perselingkuhan diantara mereka, sungguh tak nyaman rasanya hidup seperti itu.”(Ibrahim, 2005:115)

h. Tidak bahagia

“Bonet tertegun lagi rasanya tak mungkin dimiliki kegembiraan semacam itu.”(Ibrahim, 2005:115)

2. Tokoh Antagonis

Adapun tokoh Antagonis dalam cerpen “Black Forest” karya Ratna Indraswari Ibrahim adalah Yu Sainah.Yu Sainah selalu mengeluhkan nasib ekonominya yang kurang beruntung apalagi dibandingkan dengan sang majikan yang sama-sama berasal dari Malang yang lebih beruntung memiliki kehidupan ekonomi berkecukupan. Yu Sainah merasa kehidupannya serba kekurangan, hingga harus meminjam uang untuk merayakan ulang tahun anaknya dan membuatkan kue Black Forest hal ini ditunjukkan pada

“Mengapa ya kang, rejeki kita sedikit. Padahal kita sama-sama berasal dari Malang. Mbak Bonet, rejekinya beberapa kali lipat dari rejeki kita.”(Ibrahim, 2005:109).

(51)

membuatkan kue tart black forest. Saya mau di bayar tiga ratus ribu rupiah .” (Ibrahim, 2005:111)

“Tapi saya butuh uang untuk ulang tahun anakku, mbak Bonet,” kata yu Sainah.

“Aku pinjamin tiga ratus ribu rupiah, mengembalikannya bisa dicicil. Oya anak sampeyan suka mainan apa?...”(Ibrahim, 2005:112)

“Mbak Bonet sudah lama sekali kan janji kepada saya, memotret kami sekeluarga ?ya, kenapa hanya tangan saja, tidak seluruh badan?tapi baiklah sudah lama saya kepingin ke Ancol karena adik saya belum pernah ke sana.Saya kalau boleh minta bayaran tiga ratus lima puluh ribu rupiah, biar kami puas jalan-jalan di tempat itu…”(Ibrahim, 2005:108)

Watak yang dimiliki Yu Sainah sangat beragam yang biasanya ditun jukkan pada sifat orang yang berasal dari desa. Tokoh Yu Sainah memiliki kekurangan dan kelebihan. Hal tersebut ditunjukan pada kutipan sebagai berikut ini.

a. Polos

“Mbak bonet sudah lama sekali kan janji kepada saya memotret kami sekeluarganya kenapa hanya tangan saja, tidak seluruh badan tapi baiklah sudah lama saya kepingin ke Ancol karena adik saya belum pernah ke sana. Saya kalau boleh minta bayaran tiga ratus lima puluh ribu rupiah. Biar kami puas jalan-jalan di tempat itu.” (Ibrahim, 2005:108)

b. Suka membanding-bandingkan

“Besok paginya kala suaminya(kang Bejo ) membangunkan jam tiga pagi untuk masak nasi uduk jualannya, Sainah malas mengapa ya kang rejeki kita sedikit padahal kita sama-sama berasal dari malang. Mbak Bonet rejekinya beberapa kali lipat dari rejeki kita.”(Ibrahim, 2005:109)

c. Suka menolong

(52)

d. Suka membahagiakan anaknya

“Yah, dia ingin hasil kerjanya saja untuk merayakan ulang tahun anaknya. Namun, dia ingin membuat kue black forest agar anaknya dalam pesta ulang tahun anaknya dalam pesta ulang tahun itu bisa meniup lilin…”(Ibrahim, 2005:112-113)

“Yah, dia ingin hasil kerjanya saja untuk merayakan ulang tahun anaknya. Namun dia ingin membuat kue tart black forest, agar anaknya dalam pesta ulang tahun itu bisa meniup lilin (difoto) seperti teman-teman…” (Ibrahim, 2005: 113)

3. Tokoh Tambahan

Selain Bonet dan Yu Sainah sebagai tokoh utama ada pula mbak Lena, kang Bejo(suami yu Sainah), Suaminya Angga, Asrul, Mama Bonet sebagai tokoh tambahan. Pemunculan tokoh-tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan dan kehadiranya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung ataupun tidak langsung. Hal ini ditunjukkan pada:

“Namun, sekalipun sudah diolak-alik oleh mbak Lena, mbak Bonet…”(Ibrahim, 2005:109)

“Sainah, dosa ngomong begitu. Setiap orang di beri Allah rejeki sendiri-sendiri, kehidupan kita sudah lumayan dari dulu…”(Ibrahim, 2005:110)

“Tiba-tiba, Bonet ingin bertanya pada Sainah( kemarin Asrul mengajaknya menikah akhir tahun ini)” yu sainah, apa enaknya punya suami dan anak.”(Ibrahim, 2005:116).

“Namun tadi pagi, ada telepon dari suaminya Angga,Hari ini, istriku tidak bisa bekerja lagi, menurut dokter harus operasi usus buntu.”(Ibrahim, 2005:107)

(53)

Kang Bejo

a. Penyabar

“Baiklah, tapi besok kamu harus jualan, sebelum langgananmu disambar penjual yang lain, kata kang Bejo telak.”(Ibrahim, 2005:110)

b. Bersemangat

Kang Bejo merupakan orang yang bersemangat dalam memulai rutinitas keseharian. Hal tersebut ditunjukkan pada jam tiga pagi sudah bangun dan tak lupa membangunkan istrinya Yu Sainah. Kutipan yang mendukung yaitu “…kala suaminya membangunkan jam tiga pagi untuk masak nasi uduk jualannya…”(Ibrahim, 2005:109)

c. Suka menerima keadaan sesungguhnya

“Sainah, dosa ngomong begitu. Setiap orang diberi Allah rejeki sendiri-sendiri, kehidupan kita sudah lumayan dari dulu. Sekarang kita bisa nyicil TV berwarna 21inc dan membeli DVD Player...”(Ibrahim, 2005:110)

B. Alur

Alur merupakan urutan kejadian yang dihubungkan sebab akibat. Alur dalam cerpen “Black Forest” karya Ratna Indraswati Ibrahim adalah maju karena strukturnya berkesinambungan. Struktur umum alur dibahas sebagai berikut:

(54)

“Sesungguhnya, pemotretan hari ini, tidak boleh gagal lagi!Besok, dia harus ke Bali untuk pemesanan order yang lain. Namun tadi pagi, ada telepon dari suaminya Angga, hari ini istriku tidak bisa bekerja lagi, menurut dokter harus operasi usus buntu.

“Bonet (fotografer biro iklan SWAMEDIA). Memencet nomer Susan, (fotomodel, yang tangannya secantik Angga). Pemesan kali ini untuk iklan gelang berlian. Jadi, dibutuhkan tangan yang indah dari modelnya. Hp dan telepon rumah Susan dua-duanya nadanya sibuk terus.”(Ibrahim, 2005:107)

Rangsangan mulai di bangun kekuatan, kehendak, sikap, dan pandangan yang saling bertentangan. Peristiwa ini terjadi karena munculnya tokoh baru atau peristiwa yang merusak keadaan.

Dalam cerpen ini, rangsangan timbul saat terjadi peristiwa yang tidak terduga.

Lantas, Bonet memencet nomor penata visual, Lena (dia ingin mendiskusikan problem mereka pagi ini).

“Gila, lagi-lagi Hp Lena sibuk terus”. (Ibrahim, 2005:107)

“Bonet meneruskan menggosok giginya. Tiba-tiba tangan yu Sainah meletakkan sepiring nasi uduk jualannya di meja itu, Bonet tercengang! Matanya tertumbuk pada tangan Yu Sainah! Tak terpikirkan sebelumnya, “Tangan itu seindah tangan Angga. Bahkan kelihatan lebih kukuh.”(Ibrahim, 2005:108)

Gawatan terjadi ketika Yu Sainah menagih janji lama kepada Bonet yang ingin memotret keluarga yu Sainah dan meminta bayaran atas pemotretan dirinya.

(55)

Tikaian muncul saat percakapan di rumah Yu Sainah dengan suaminya kang Bejo merasa ada perbedaan nasib dengan majikannya Bonet.

“… kala suaminya (kang Bejo) membangunkan jam tiga pagi untuk masak nasi uduk jualannya, Sainah malas, mengapa ya kang, rejeki kita sedikit. Padahal kita sama-sama berasal dari malang. Mbak Bonet, Rejekinya beberapa kali lipat dari rejeki kita”. (Ibrahim, 2005:109)

Rumitan muncul ketika iklan yang memakai tangan yu Sainah muncul dan ingin dirinya dipakai lagi untuk iklan karena akan merayakan ulang tahun anaknya.

“Dua bulan setelah itu, suatu hari dilihatnya tayangan TV, ada iklan gelang berlian. Tangan itu apa tangannya?sebenarnya tangan itu seperti tangan tanganya mbak Angga, foto model yang suaminya kaya dan tidak pernah tinggal di gang ini. Apalagi menyewa rumah petak sepertinya(kadang-kadang sesama penyewa berebutan kamar mandi). Sungguh, tak seorang pun percaya, kalau itu tangannya!”(Ibrahim, 2005:110)

“…mbak Bonet, apa tidak disuruh memfoto tangan lagi, saya mau kok, apalagi minggu depan anakku akan ulang tahun. Saya ingin membuatkan kue tartblack forest. Saya mau dibayar tiga ratus ribu rupiah.” (Ibrahim, 2005:111)

Tahap ini merupakan titik puncak cerita. klimaks menimbulkan puncak ketegangan bagi emosional pembaca. Ketika kebahagian tercermin oleh tingkah laku yu Sainah.

(56)

Lerian terjadi ketika Bonet menanyakan tentang pernikahan.

“Bonet ingin bertanya pada Sainah (kemarin Asrul mengajaknya menikah akhir tahun ini). “yu Sainah apa enak punya suami dan anak?” (Ibrahim, 2005:116)

Selesain pada cerpen ini tidak ada, karena tokoh masih belum bisa menyelesaikan masalah yang selama ini dihadapinya.

“Mbak Bonet itu ada-ada saja, yang enak itu kan mbak Bonet, uangnya banyak dan di pakai untuk diri sendiri. Tapi, orang kan punya nasib dan jodoh sendiri-sendiri. Mbak Bonet kelihatannya kok capek?.

Mbak Bonet jaman sekarang memang cepat berubah, tak sama dengan jaman saya, jangankan diulang tahun, emak saya tidak tahu kapan persisnya saya lahir. Oleh karena itu, mudah-mudahan foto cucunya yang meniup lilin ulang tahun, akan saya kirim ke embahnya yang pasti bangga, melihat cucunya meniup lilin ulang tahunnya.” (Ibrahim, 2005:116)

C. Latar

Latar dalam cerpen “Black Forest” karya Ratna Indraswari Ibrahim terdiri dari latar tempat, latar sosial dan latar waktu. Latar tempat dalam cerpen “Black Forest” semuanya menceritakan di daerah kota Jakarta. Latar tempat di Jakarta pernyataan Yu Sainah kepada Mbak Bonet

“Apa betul Jakarta ini, orang kaya hanya mau memberikan pekerjaan kepada teman-teman yang sama kaya…” (Ibrahim, 2005: 112)

Secara detail latar tempat terjadi disalon, toko perhiasan, rumah yu Sainah dan rumah Bonet hal ini ditunjukan dengan kutipan.

“Sainah harus merawat tangannya ke salon ini dulu..”(Ibrahim, 2005:108)

(57)

“kala suaminya membangunkan jam tiga pagi untuk masak nasi uduk jualanya, sainah malas…”(Ibrahim, 2005:109).

“kala membersihkan rumah mbak Bonet (mbak Bonet tinggal di rumah yang dibelikan papinya ini sendirian saja) Sainah berpikiran lagi, “Mengapa, mbak Bonet kalau memberikan pekerjaan dengan upah yang banyak…”(Ibrahim, 2005: 112).

Latar waktu adalah kapan peristiwa itu terjadi. Penggambaran latar waktu dalam cerpen “Black Forest” terjadi ketika tangan Yu sainah dijadikan model dadakan oleh Bonet. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan-kutipan berikut. Latar yang disebutkan dalam cerita ini, yaitu pagi hari, siang hari dan malam hari. Hal ini tampak dalam contoh kutipan berikut.

Lantas Bonet memencet nomor penata visual, Lena(dia ingin mendiskusikan problem mereka pagi ini). (Ibrahim, 2005:107) Besok paginya, kala suaminya (kang bejo) membangunkan jam tiga pagi untuk masak nasi uduk jualanya..(Ibrahim, 2005:109)

Bonet, terjaga di hari Minggu siang ini. Sainah belum juga kelihatan muncul (Ibrahim, 2005:114)

Bonet, terjaga di hari Minggu siang ini. Sainah belum juga kelihatan muncul (Ibrahim, 2005:114)

Jadinya, bonet membatalkan acara jalan-jalanya dengan Asrulnya, dia membersihkan rumah, menggunting rumput dan merasa capek, sehingga terbangun jam tujuh malam. (Ibrahim, 2005:114)

Latar sosial menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial disini tidak terlalu disoroti hanya anggapan yang tersirat dari yu Sainah sebagai seorang pembantu.

(58)

D. Amanat

Amanat pada cerpen “Black Forest” karya Ratna Indraswari Ibrahim yaitu mengandung nilai moral. Nilai moral yang didapat adalah harta bukanlah segala-galanya. seseorang yang memiliki kekayaan yang melimpah belum tentu bahagia secara batin. Adapun hal yang menunjukkan hal tersebut:

Bonet tertegun. Perempuan sederhana dengan kegembiraan yang sangat sederhana .

“…rasanya tak mungkin dimiliki kegembiraan semacam itu. Mamanya, selalu bilang kepadanya dan dua saudara perempuannya, “saya dulu kawin terlampau muda, sehingga tidak mempunyai kesempatan untuk mengaktualisasikan diri, kalian harus tahu, dari segi keuangan tidak enak lho tergantung pada suami, sebaiknya kalian punya karier, uang, sebelum menikah”. Yah sekalipun kini dia sudah tiga puluh tahun, sehat, cantik, dan punya Asrul, rasanya belum siap untuk menikah. Tak bisa dibayangkan…”(Ibrahim, 2005:115)

E. Bahasa

Bahasa yang terdapat di dalam cerpen “Black forest” sangat mudah dipahami, karena menggunakan bahasa percakapan sehari―hari. Pembaca seolah―olah dapat mengikuti merasakan, peristiwa yang terjadi di dalam cerpen tersebut. Hal itu dapat di tunjukan dalam bagian kutipan berikut ini.

“..yu sainah hari ini mau kan kerja denganku? Akan ku bayar tiga ratus ribu rupiah…”

“mbak bonet sudah lama sekali kan janji kepada saya memotret kami sekeluarga…”

(59)

Bahasa yang digunakan dalam cerpen “Black Forest” menggunakan bahasa sehari-hari. Pembaca sangat mudah mengerti dengan bahasa yang digunakan. Dalam cerpen beberapa selipan kata-kata dalam bahasa jawa.

F. Tema

Tema dari cerpen “Black Forest” adalah hidup ini harus dijalani dengan rasa syukur. Hidup bahagia tidak diukur oleh materi ada. Hidup serba kekurangan ataupun berkecukupan harus tetap di syukuri karena semua itu adalah anugerah dan sangat berharga.

Sesungguhnya, pemotretan hari ini, tidak boleh gagal…(Ibrahim, 2005:107).

G.Hubungan Antarunsur Intrinsik Cerpen

1. Tema dan Tokoh

Tokoh dan tema saling mendukung antara keduanya. Tokoh-tokoh dalam cerpen “Black Forest” yang mendukung tema yaitu Yu Sainah, Bonet. Hal tersebut dapat dilihat pada percakapan Yu Sainah dan Bonet.

“oya, mbak Bonet terimakasih kadonya anak saya senang sekali, kata kang Bejo.

Bonet tertegun. Perempuan sederhana dengan kegembiraan yang sangat sederhana.

“Terima kasih kirimannya ini, ramai tadi pestanya?”(Ibrahim, 2005:115)

(60)

2. Tema dan Alur

Rangkaian kejadian yang dihubungkan secara sebab akibat sehingga dapat berurutan dalam satu cerita. Cerita akan menggambarkan tema yaitu Tema dari cerpen “Black Forest” adalah hidup ini harus dijalani dengan rasa syukur. Paparan, rangsangan, gawatan, tikaian, rumitan, klimaks, lerain, dan selesaian merupakan perwujudan akan penyampain tema dalam cerpen “Black Forest”.

Paparan menyampaikan informasi awal cerita dan pengenalan para tokoh. Penyampain informasi kepada pembaca untuk mengikuti kisah selanjutnya. Pada paragraf ini menggambarkan pengenalan tokoh utama adalah Bonet. Hal tersebut dapat ditunjukkan dalam bagian kutipan berikut ini

“Sesungguhnya, pemotretan hari ini, tidak boleh gagal lagi!Besok, dia harus ke Bali untuk pemesanan order yang lain. Namun tadi pagi, ada telepon dari suaminya Angga, hari ini istriku tidak bisa bekerja lagi, menurut dokter harus operasi usus buntu.

“Bonet (fotografer biro iklan SWAMEDIA). Memencet nomer Susan, (fotomodel, yang tangannya secantik Angga). Pemesan kali ini untuk iklan gelang berlian. Jadi, dibutuhkan tangan yang indah dari modelnya. Hp dan telepon rumah Susan dua-duanya nadanya sibuk terus.”(Ibrahim, 2005:107)

Pada tahap ini mulai di bangun kekuatan, kehendak, sikap, dan pandangan yang saling bertentangan. Peristiwa ini terjadi karena munculnya tokoh baru atau peristiwa yang merusak keadaan.

(61)

bisa dihubungi oleh Bonet dan Bonet tidak sengaja memunculkan tokoh Yu Sainah.

Lantas, Bonet memencet nomor penata visual, Lena (dia ingin mendiskusikan problem mereka pagi ini).

“Gila, lagi-lagi Hp Lena sibuk terus”. (Ibrahim, 2005:107)

“Bonet meneruskan menggosok giginya. Tiba-tiba tangan yu Sainah meletakkan sepiring nasi uduk jualannya di meja itu, Bonet tercengang! Matanya tertumbuk pada tangan Yu Sainah! Tak terpikirkan sebelumnya, “Tangan itu seindah tangan Angga. Bahkan kelihatan lebih kukuh.”(Ibrahim, 2005:108).

Gawatan muncul ketika Yu Sainah menagih janji lama kepada Bonet yang ingin memotret keluarga yu Sainah dan meminta bayaran atas pemotretan dirinya.

“Mbak Bonet sudah lama sekali kan janji kepada saya, memotret kami sekeluarga? Ya, kenapa hanya tangan saja, tidak seluruh badan?Tapi baiklah sudah lama saya ingin kepingin ke ancol, karena adik saya belum pernah ke sana. Saya kalau boleh minta bayaran tiga ratus lima puluh ribu rupiah, biar kami puas jalan-jalan di tempat itu.” (Ibrahim, 2005:108)

Tikaian muncul saat percakapan di rumah Yu Sainah dengan suaminya kang Bejo merasa ada perbedaan nasib dengan majikannya Bonet.

“… kala suaminya (kang Bejo) membangunkan jam tiga pagi untuk masak nasi uduk jualannya, Sainah malas, mengapa ya kang, rejeki kita sedikit. Padahal kita sama-sama berasal dari malang. Mbak Bonet, Rejekinya beberapa kali lipat dari rejeki kita”. (Ibrahim, 2005:109)

(62)

“Dua bulan setelah itu, suatu hari dilihatnya tayangan TV, ada iklan gelang berlian. Tangan itu apa tangannya?sebenarnya tangan itu seperti tangan tanganya mbak Angga, foto model yang suaminya kaya dan tidak pernah tinggal di gang ini. Apalagi menyewa rumah petak sepertinya(kadang-kadang sesama penyewa berebutan kamar mandi). Sungguh, tak seorang pun percaya, kalau itu tangannya!”(Ibrahim, 2005:110)

“…mbak Bonet, apa tidak disuruh memfoto tangan lagi, saya mau kok, apalagi minggu depan anakku akan ulang tahun. Saya ingin membuatkan kue tartblack forest. Saya mau dibayar tiga ratus ribu rupiah.” (Ibrahim, 2005:111)

Klimaks merupakan titik puncak cerita. klimaks menimbulkan puncak ketegangan bagi emosional pembaca. Ketika kebahagian tercermin oleh tingkah laku yu Sainah.

“…tertegun lagi, rasanya tak mungkin dimiliki kegembiraan semacam itu. Mamanya selalu bilang kepadanya dan dua saudara perempuannya, “Saya dulu kawin terlampau muda, sehingga tidak punya kesempatan untuk mengaktualitasasikan diri, kalian harus tahu , dari segi keuangan tidak enak lho tergantung pada suami, sebaiknya kalian punya karier, uang, sebelum menikah.” (Ibrahim, 2005:115)

Lerian merupakan merupakan arah selesain sebagai penutup cerita. Lerian terjadi ketika Bonet menanyakan tentang pernikahan.

“Bonet ingin bertanya pada Sainah (kemarin Asrul mengajaknya menikah akhir tahun ini). “yu Sainah apa enak punya suami dan anak?” (Ibrahim, 2005:116)

Selesain pada cerpen ini tidak ada, karena tokoh masih belum bisa menyelesaikan masalah yang selama ini dihadapinya.

“Mbak Bonet itu ada-ada saja, yang enak itu kan mbak Bonet, uangnya banyak dan di pakai untuk diri sendiri. Tapi, orang kan punya nasib dan jodoh sendiri-sendiri. Mbak Bonet kelihatannya kok capek?”(Ibrahim, 2005:116)

(63)

kapan persisnya saya lahir. Oleh karena itu, mudah-mudahan foto cucunya yang meniup lilin ulang tahun, akan saya kirim ke embahnya yang pasti bangga, melihat cucunya meniup lilin ulang tahunnya.” (Ibrahim, 2005:116)

Tema dan alur sangat berkaitan. Tema dapat tersampaikan dalam suatu rangkaian alur peristiwa dalam cerita. Sehingga keduanya tidak dapat dipisahkan.

3. Tema dan Latar

Tema mengenai bahwa hidup yang harus selalu disyukuri baik kekurangan maupun berlimpah materi didukung oleh latar. Adapun latar yang mendukung tema, yaitu:

Latar tempat yang secara keseluruhan menceritakan keadaan dalam kota Jakarta. Latar tempat yang mendukung tema adalah di kota Jakarta, Rincian penanda tempat ada (1) di salon, (2) toko perhiasan, (3) rumah yu Sainah, (4) rumah Bonet. Terdapat dalam kutipan berikut ini.

“Apa betul Jakarta ini, orang kaya hanya mau memberikan pekerjaan kepada teman-teman yang sama kaya…” (Ibrahim, 2005: 112)

“Sainah harus merawat tangannya ke salon ini dulu(diapakan saja tangan ini , rasanya bosen”(Ibrahim, 2005:108)

“kemudian baru mbak bonet lena membawanya ke toko perhiasan yang megah ini…”(Ibrahim, 2005:108)

“besok paginya, kala suaminya membangunkan jam tiga pagi untuk masak nasi uduk jualanya, sainah malas…”(Ibrahim, 2005:109).

(64)

Latar waktu yang mendukung tema adalah waktu dalam cerpen “Black Forest” terjadi pada pagi, siang, dan malam hari. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan-kutipan berikut.

Lantas Bonet memencet nomor penata visual, Lena(dia ingin mendiskusikan problem mereka pagi ini). (Ibrahim, 2005:107) Besok paginya, kala suaminya (kang bejo) membangunkan jam tiga pagi untuk masak nasi uduk jualanya..(Ibrahim, 2005:109) Bonet, terjaga di hari Minggu siang ini. Sainah belum juga kelihatan muncul (Ibrahim, 2005:114)

Bonet, terjaga di hari Minggu siang ini. Sainah belum juga kelihatan muncul (Ibrahim, 2005:114)

Jadinya, bonet membatalkan acara jalan-jalanya dengan Asrulnya, dia membersihkan rumah, menggunting rumput dan merasa capek, sehingga terbangun jam tujuh malam. (Ibrahim, 2005:114)

Latar sosial menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial berupa anggapan dari salah tokoh pemeran utama dengan peran tokoh utama lainnya.

“oya aku harus berangkat kalau sampeyan sudah selesai membersihkan rumah, tolong masakkan yang ada di dalam kulkas itu, kalau sudah selesai semua, kuncinya taruh di tempat biasanya”(Ibrahim, 2005:111)

Tema dalam cerita diperlukan latar sosial, latar tempat, dan latar waktu. Latar merupakan pendukung yang menjelaskan tema dalam suatu cerita yang ada.

4. Tema dan Bahasa

(65)

Indraswari Ibrahim mendukung keberadaan tema. Kutipan-kutipan yang mendukung tema berkaitan dengan bahasa:

“mbak Bonet, saya cuma minta minta dibayar tiga ratus ribu rupiah. Kalau Mbak Angga mintanya sampai satu juta rupiah, kan enak pakai saya!”(Ibrahim, 2005:111)

“Yu Sainah, dalam bisnis kami, tentu saja harus memakai model yang profesional. Sudahlah, tolong masakkan aku saja, masakan Yu Sainah enak kok”

“Tapi, saya butuh uang untuk ulang tahun anakku, Mbak Bonet,”kata Yu Sainah.

“Aku pinjamin tiga ratus ribu rupiah, mengembalikannya bisa dicicil. Oya, anak sampeyan suka mainan apa? Nanti kalau sempat saya carikan kado buat anak sampeyan, sekalian aku juga mau cari kado buat Mbak Lena, yang mau ulang tahun besok.”(Ibrahim, 2005:111-112)

Kala membersihkan rumah mbak Bonet (Mbak Bonet tinggal di rumah yang di belikan papinya itu sendirian saja) Sainah berpikiran lagi, “Mengapa Mbak Bonet kalau memberikan pekerjaan dengan upah yang banyak, tidak diberikan kepada orang miskin sepertinya. Apa betul orang Jakarta ini, orang kaya hanya mau memberikan pekerjaan kepada teman-teman yang sama kaya.”(Ibrahim, 2005:112)

Beberapa kutipan diatas menjadi simbol bahasa yang melukiskan tema. Bahasa merupakan media untuk menyampaikan tema. Tema dapat tersampaikan melalui bahasa.

5. Tema dan Amanat

(66)

“Sesungguhnya, pemotretan hari ini, tidak boleh gagal! Besok, dia harus ke Bali untuk pemesanan order yang lain. Namun, tadi pagi, ada telepon dari suaminya Angga”Hari ini, istriku tidak bisa bekerja lagi, menurut dokter harus operasi usus buntu.”

Bonet (fotografer biro iklan SWAMEDIA). Memencet nomor telepon Susan,(foto model, yang tangannya secantik Angga). Pemesan kali ini untuk iklan gelang berlian. Jadi, dibutuhkan tangan yang indah dari modelnya. Hp dan telepon rumah Susan dua-duanya nadanya sibuk terus…”(Ibrahim, 2005:107-116). Amanat sangat berhubungan dengan tema. Amanat akan dijabarkan terlebih dahulu sehingga keterkaitanya dengan tema akan saling berhubungan.

6. Tokoh dan Alur

Tokoh dan Alur selalu saling berkaitan, begitu sebaliknya. Alur berkembang menceritakan tokoh-tokoh yang ada dalam cerpen. Tokoh Bonet dan Yu Sainah memulai alur pada paparan yang menggambarkan kesibukan Bonet untuk mencari pengganti model dan mendapatkan penggantinya dari Yu Sainah yang membantu membersihkan rumahnya. Bonet meneruskan menggosok giginya. Tiba-tiba, tangan Yu Sainah meletakkan sepiring nasi uduk jualannya di meja itu, Bonet tercengang! Matanya tertumbuk pada Yu Sainah! Tak terpikirkan sebelumya,”Tangan itu seindah tangan Angga. Bahkan kelihatan lebih kukuh.”(Ibrahim, 2005:108)

Referensi

Dokumen terkait

baik semua pihak yang telah membantu terlaksananya Praktek Kerja Profesi.. Apoteker ini dan mohon maaf yang sedalam-dalamnya

APINDO maupun of ฀ cer dan / atau karyawannya tidak bertanggung jawab apapun terhadap setiap kerugian yang timbul baik langsung maupun tidak langsung sebagai akibat dari

[r]

Terhadap ketiga hal ini, Direktur PP Bappenas menekankan perlunya berbagai instansi di tingkat nasional, termasuk BPDP, untuk duduk bersama sehingga data dan instrumen yang

F Hitung ab < F Tabel menunjukan bahwa tidak ada pengaruh interaksi asam sitrat dan lama penyimpanan terhadap redness permen jelly murbei hitam.. Yellowness Permen

berupa teks interaksi transaksional lisan dan tulis yang pendek dan sederhana, melibatkan tindakan memberi dan meminta informasi terkait dengan jati diri (meliputi nama,

Memiliki tugas pokok melaksanakan pembinaan dalam kegiatan merencanakan, menetapkan, mengendalikan, menganalisis dan megevaluasi serta melaporkan kegiatan penyediaan

Pemasaran atau Marketing adalah suatu konsep untuk memenangkan pasar dengan cara mengetahui apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen, menentukan pasar