• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

C. Latar

Latar disebut landas tumpu, menunjukkan pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams via Nurgiyantoro, 1995: 216). Latar diperlukan karena segala aktivitas yang dilakukan oleh manusia pada dasarnya memerlukan waktu, tempat, dan sosial tertentu.

Dalam fiksi latar dibedakan menjadi tiga macam, yaitu latar tempat, waktu, dan sosial. Latar tempat berkaitan dengan masalah

geografis. Di lokasi mana peristiwa terjadi, didesa, kota apa, dan sebagainya. Latar Waktu berkaitan dengan masalah waktu, hari, jam, maupun histories. Latar sosial berkaitan dengan kehidupan masyarakat (Sayuti via Wiyatmi, 2006: 40).

Sebagai dasar landasan mengenai segala keterangan yang menunjukkan pada pemahaman tempat, berkaitan waktu, dan lingkungan sosial sehingga menjadi tempat peristiwa-peristiwa yang terjadi didalam suatu karya sastra merupakan latar cerita.

d. Tema

Menurut Sudjiman (1988: 51) tema adalah gagasan, ide, pikiran utama yang mendasari karya sastra. Oleh karenanya terkadang tema didukung oleh pelukisan latar dalam karya yang tersirat dalam lakuan tokoh maupun penokohan. Tema adalah pikiran pokok yang mendasari. Pikiran pokok ini dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi cerita yang menarik (Wiyanto, 2004: 23)

Ada bermacam-macam tema yaitu tema ringan, tema yang biasa, dan tema konflik kejiwaan. Tema ringan adalah tema yang isinya berupa hiburan dan penggarapan temanya tidak mendalam. Tema yang biasa adalah tema yang gagasannya sama dan menjadi tema atau pokok dalam berpuluh-puluh cerita rekaan yang baik, sedang, maupun buruk. Tema konflik yaitu gagasan utamanya konflik (Sudjiman, 1988: 52— 53).

Menurut Sudjiman (1998: 92) ada tiga langkah yang dapat diambil dalam menentukan tema. Pertama, harus dilihat peristiwa yang menonjol. Kedua, secara kualitatif, persoalan mana yang banyak menimbulkan konflik, konflik yang melahirkan peristiwa. Ketiga, menentukan (menghitung) waktu penceritaan yang diperlukan untuk menceritakan peristiwa atau tokoh-tokoh yang ada dalam karya sastra. Ketiga langkah itu digunakan secara berurutan, apabila menggunakan langkah pertama belum terjawab temanya, maka menggunakan langkah kedua, demikian seterusnya.

Sehingga bisa disimpulkan tema merupakan ide pokok dari sebuah cerita. Tema ini merupakan salah satu unsur yang bisa mengembangkan cerita lebih luas. Tema mempengaruhi dapat mempengaruhi jalannya suatu cerita pendek.

e. Bahasa

Bahasa dalam seni sastra dapat disamakan dengan cat dalam seni lukis. Keduanya merupakan unsur bahan, alat, sarana, yang diolah untuk dijadikan sebuah karya yang mengandung ”nilai lebih” daripada sekedar bahannya itu sendiri. Bahasa merupakan saran pengungkapan sastra. Jika sastra dikatakan ingin menyampaikan sesuatu, mendialogkan sesuatu, sesuatu tersebut hanya dapat dikomunikasikan lewat sarana bahasa. Bahasa dalam sastra pun mengemban fungsi utamanya: fungsi komunikatif (Nurgiyantoro, 1995: 272).

Dalam wujudnya yang nyata, menggunakan bahasa itu menyampaikan kalimat-kalimat. Kalimat terdiri dari kata-kata. Kata-kata inilah yang mengungkapkan pikiran dan perasaan karena Kata-kata mewakili makna ( Wiyanto, 2004: 29).

Penggunaan bahasa dalam teks tergantung pada pokok dan tujuan teks yang bersangkutan. Cara penggunaan bahasa yang sendirinya ditentukan juga oleh pengarangnya. Pengarang akan membuat bahasa sedemikian rupa sesuai kalangan yang dibidik untuk membaca cerpennya.

Dalam penelitian ini unsur bahasa juga dimunculkan tetapi tidak dibahas secara keselurahan dan mendalam. Fokus pembahasan hanya bagaimana penggunaan bahasa oleh pengarang, agar cerpen yang ia tulis dapat dipahami olah pembaca dengan mudah.

f. Amanat

Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca (Wiyanto, 2004: 25). Pesan yang ingin disampaikan biasanya tidak secara langsung tetapi lewat naskah yang disajikan. Sehingga pembaca menyimpulkan pelajaran moral apa yang diperoleh dari membaca.

Menurut Sudjiman (1988: 57—58) amanat merupakan ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang dari cerita. Amanat dalam cerita dapat secara eksplisit dan implisit. Eksplisit jika

nasihat, anjuran, larangan, dan sebagainya. Berkenaan dengan gagasan yang mendasari cerita.

Hal yang dapat petik dari suatu cerita berupa amanat. Cerita dalam cerpen memberikan hikmah yang bisa dijadikan pelajaran berharga dan mengingatkan kepada pembacanya untuk selalu berjalan pada hal yang positif. Sehingga bisa menjadi manusia yang memiliki tujuan hidup dengan mematuhi hal-hal yang dianggap positif dan menjahui kebiasaan negatif. Amanat merupakan suatu pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang untuk pembacanya.

3. Hubungan Antarunsur intrinsik

Menurut Nurgiyantoro (1995: 31), sebuah karya sastra menjadi bermakna apabila setiap unsur akan saling berhubungan dalam keseluruhan. Dengan kata lain, dalam keadaan terisolasi, terpisah dari totalitasnya, unsur (-unsur) tersebut tidak ada artinya, tidak berfungsi (berkaitan dengan usaha pemahaman apresiasi terhadap karya yang bersangkutan).

Seorang pengarang cerita harus bisa memilih dan menata detail-detail cerita sehingga menciptakan pola yang bermakna dan saling berkaitan dan mendukung cerita yang disampaikan. Untuk mendapatkan saling keterkaitan antarunsur sebaiknya pengarang melihat kehidupan masyarakat yang mendasari pada cerita fiksi. Satu unsur tidak bisa

dipisahkan dengan unsur yang lainnya dan umumnya saling mendukung untuk menciptakan susunan cerita yang logis.

       4. Pembelajaran Cerpen di SMA

a. Tahap pembelajaran cerpen di SMA

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaran kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (BNSP, 2006: 5).

KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan (BSNP, 2006: 5). Dalam penelitian ini digunakan kurikulum 2006 dengan KTSP.

Mata pelajaran sastra beriorentasi pada hakikat pembelajaran sastra yang menyatakan bahwa belajar sastra adalah belajar menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusian. Oleh karena itu, pembelajaran sastratersebut diarahkan kepada pembentukan peserta didik yang berkepribadian luhur, memiliki pengetahuan kesustraan, dan apresiatif terhadap sastra.

Cerita pendek merupakan salah satu bentuk dari sastra. Materi cerita pendek biasanya yang dikemukakan seperti unsur intrinsik dan ekstrinsik. Materi yang digunakan adalah unsur intrinsik. Unsur Intrinsik yang sering dipakai untuk bahan pembelajaran meliputi tokoh, alur, latar, tema, amanat, dan bahasa. Sebuah cerita pendek beserta tugas-tugasnya biasanya dapat dibaca dan diselesaikan dalam sekali tatap muka.

Pemilihan bahan pengajaran harus di sesuaikan dengan kemampuan siswa. Pemilihan materi harus mempertimbangkan tingkat kesukarannya. Memilih materi pengajaran harus mempertimbangkan fasilitas yang ada di sekolah, kesesuaian dengan tes akhir, dan kurikulum.

b. Standar Kompetensi

Standar kompetensi mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Standar kompetensi ini disiapkan dengan mempertimbangkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara serta sastra Indonesia sebagai hasil cipta intelektual produk budaya, yang berkonsekuensi pada fungsi mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia.

Kebijakan kurikulum (Depdiknas, 2002: 39), Kurikulum dan Hasil Belajar (KBH) menjelaskan faktor-faktor yang memandu pelaksanaan pembelajaran, pengajaran, dan penilaian untuk membantu siswa mencapai hasil belajar. Fokusnya adalah menciptakan sekolah dan kelas yang kondusif secara intelektual, fisik, dan sosial utuk belajar.

Kemampuan dasar/ kompetensi dasar, indikator, dan materi pokok yang dicantumkan dalam standar kompetensi merupakan bahan minimal yang harus dikuasai oleh siswa. Oleh karena itu, daerah sekolah atau guru dapat mengembangkan,menggabungkan, dan menyesuaikan bahan yang disajikan mengikuti situasi dan kondisi setempat (Depdiknas, 2003).

c. Silabus

Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan pembelajaran beserta penilainya (Puskur: 2002). Menurut Widharyanto, dkk (2003: 38) silabus pembelajaran sastra memerlukan suatu rencana pembelajaran yang merupakan penggalan-penggalan kegiatan pembelajaran bahan, dan penilaiannya yang memiliki keterkaitan erat dalam keseluruhan yang lebih luas, yaitu silabus. Menurut BSNP (2006: 16―17), langkah-langkah pengembangan silabus, yaitu:

1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana yang tercantum pada isi.

2. Mengidentifikasi Materi Pokok/ Pembelajaran

Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi dasar.

3. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk menberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar.

4. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi

Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.

5. Penentuan Jenis Penilaian

Pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinabungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.

6. Menentukan Alokasi Waktu

Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang tercantum pada silabus

merupakan perkiraan waktu terata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.

7. Menentukan Sumber Belajar

Sumber belajar adalah rujukan, objek dan /atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya .

d. RPP

Rencana Pengajaran Pembelajaran adalah Rencana yang menggabarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup rencana pembelajaran paling luas mencakup satu kompetensi dasar yang terdiri atas satu indikator/ beberapa indikator untuk satu kali pertemuan atau lebih (Muhyidin 2007:3). Moody via Rahmanto (1988: 16) berpendapat bahwa metode pengajaran yang beragam dapat digunakan oleh guru untuk menghindari kejenuhan. Kegiatan dapat dilakukan di dalam dan di luar kelas dengan tugas yang beragam untuk perseorangan, kelompok dan seluruh kelas. Pengajaran sastra memiliki manfaat membantu ketrampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan membentuk watak.

Langkah-langkah penyusunan RPP 1. Mencantumkan identitas • Nama Sekolah • Mata Pelajaran • Kelas/ Semester • Standar Kompetensi • Kompetensi Dasar • Indikator • Alokasi Waktu

2. Mencantumkan tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran berisi penguasaan kompetensi yang operasional yang ditargetkan/dicapai dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang operasional dari kompetensi dasar. Tujuan pembelajaran dapat terdiri atas sebuah tujuan atau beberapa tujuan. 3. Mencantumkan materi pembelajaran

Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Materi pembelajaran dikembangkan dengan mengacu pada materi pokok yang ada dalam silabus.

4. Mencantumkan metode pembelajaran

Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada karakteristik pendekatan dan/atau strategi yang

dipilih. Pilihlah metode pembelajaran yang dapat mendukung sifat materi dan tujuan pembelajaran.

5. Mencantumkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran

Pada dasarnya, langkah-langkah kegiatan memuat unsur kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Akan tetapi, dimungkinkan dalam seluruh rangkaian kegiatan, sesuai dengan karakteristik model yang dipilih, menggunakan urutan sintaks sesuai dengan modelnya.

6. Mencantumkan sumber belajar

Sumber belajar mencakup sumber rujukan, lingkungan, media, narasumber, alat,dan bahan. Sumber belajar dituliskan secara operasional.

7. Mencantumkan penilaian

Penilaian yang dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrument, dan instrumen yang dipakai untuk mengumpulkan data. Dalam sajiannya dapat dituangkan dalam bentuk horizontal dan vertikal. Apabila penilaian menggunakan teknik tes tertulis uraian, tes unjuk kerja, dan tugas rumah yang berupa proyek harus disertai rublik penilaian.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan atau disebut studi pustaka. Hal ini berdasarkan atas sumber bahan yang digunakan. Penelitian studi pustaka adalah penelitian yang mengkaji objek kajian berupa bahan-bahan tertulis (Koentjaraningrat, 1991:44). Sumber bahan-bahan tertulis yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku-buku tentang analisis struktur unsur intrinsik cerpen. Yang dianalisis adalah tokoh, alur, latar, tema, amanat, dan bahasa cerpen “Black Forest” karya Ratna Indraswari Ibrahim.

B. Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2002: 96). Objek penelitian merupakan hal yang diteliti. Objek dalam penelitian ini adalah cerpen “Black Forest” karya Ratna Indraswari Ibrahim. Cerpen ini pernah diterbitkan oleh Festival Seni Surabaya bekerjasama dengan Logung Pustaka. Cerpen ini merupakan salah satu cerpen yang menang dalam festival Seni Surabaya dan telah melalui penjurian.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2006: 160). Dalam setiap penelitian digunakan metode. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah deskriptif. Metode deskriptif adalah metode yang digunakan dalam penelitian yang semata-mata berdasarkan pada fakta (Sudaryanto, 1988: 62). Dalam hal ini cerpen “Black Forest” sebagai sumber faktanya. Peneliti memilih metode deskriptif karena peneliti ingin mengungkapkan tokoh, alur, latar, tema, bahasa, dan amanat dalam cerpen “Black Forest” karya Ratna ini Indraswari Ibrahim.

D. Sumber Data dan Data Penelitian

Sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2006: 129). Sumber data berisi tentang objek yang akan dianalisis, yaitu cerpen “Black Forest” karya Ratna Indraswari Ibrahim yang terdapat dalam kumpulan cerpen “Black Forest Antalogi Cerpen Jawa Timur” terdiri 214 halaman. Kumpulan Cerpen “Black Forest Antalogi Cerpen Jawa Timur” ini terdiri dari 15 cerpen pilihan. Cerpen itu antara lain Berjuta-juta jalan menuju kematian, Bunga mawar Merah, Burung-burung gagak, Dilaut kita Jaya, Gelombang Besar itu Tak pernah Ada, Hasrat Tarno, Jane dan Plester Balita, Keluarga Bahagia, Black Forest, Kemaluan Sadikin, Kunang-kunang dimata Indri, Lelana, Nyanyi Sunyi si Burung Merak, Sensasi Selebritis, Sumadi dan anjingnya. Cerpen “Black Forest” terdapat dalam halaman 107-116.

E. Teknik Pengumpulan Data

Ada 2 teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah penelitian teknik simak dan teknik catat. Teknik simak adalah teknik yang digunakan dalam penelitian dengan cara peneliti

berhadapan langsung dengan teks yang dijadikan subyek penelitian. Teknik ini bertujuan untuk mendapatkan data yang konkret. Selanjutnya data yang diperoleh dicatat dalam kartu data. Kegiatan seperti itu disebut teknik catat (Sudaryanto, 1993: 135)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2006: 160). Instrumen dalam penelitian ini adalah cerpen “Black Forest” karya Ratna Indraswari Ibrahim. Penulis akan meneliti cerpen tersebut dari struktur pembangunnya (tokoh, alur, latar, tema, amanat dan bahasa).

G. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data perlu segera digarap oleh staf penelitian, khususnya pengolah data ( Arikunto, 2002: 208). Setelah data Setelah data didapat, data tersebut dianalisis. Adapun langkah-langkah yang dikerjakan dalam menganalisis data sebagai berikut:

1. Peneliti membaca terlebih dahulu cerpen “Black Forest

2. Peneliti menganalisis tokoh yang terdapat dalam cerpen “Black Forest

3. Peneliti menganalisis latar yang dijadikan tempat, waktu, latar sosial dalam cerita.

4. Peneliti menganalisis alur apa yang terdapat dalam cerpen “Black Forest”.

5. Peneliti menganalisis tema yang terdapat dalam cerpen “Black Forest” 6. Peneliti menganalisis amanat yang terdapat dalam cerpen “Black

Forest

7. Peneliti menganalisis bahasa dalam cerpen “Black Forest

8. Peneliti membuat silabus pengajaran sastra untuk SMU kelas XII semester 1

9. Peneliti membuat Rencana Pengajaran Pembelajaran berdasarkan dari silabus yang telah dibuat untuk SMU kelas XII semester 1.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian secara menyeluruh dalam penelitian ini meliputi (1) deskripsi dan analisis unsur intrinsik karya sastra (tokoh, alur, latar, tema, bahasa, dan amanat) dan hubungannya dalam cerpen “Black Forest” karya Ratna Indraswari Ibrahim, (2) implementasi cerpen “Black Forest” karya Ratna Indraswari Ibrahim sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA dalam bentuk silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Adapun hasil penelitian dan pembahasan akan diuraikan sebagai berikut:

A.Tokoh

Tokoh merupakan orang terpenting dalam cerita pendek. Tokoh. utama dalam cerita pendek adalah tokoh yang muncul dalam cerita dari awal sampai akhir cerita. Tokoh utama dalam cerpen “Black Forest” yang berlaku sebagai protagonis adalah tokoh Bonet. Tokoh tersebut sering muncul dalam cerita. Hal ini dapat dikatakan bahwa keterlibatan tokoh dalam peristiwa membangun cerita. Hal dibuktikan dengan kisah tokoh tersebut kehidupan keseharian yang menjadi sebuah cerita. Bonet yang memiliki permasalahan kehidupan. Sedangkan tokoh tambahan yang ada untuk mendukung keberadaan tokoh utama. Tokoh tambahan akan membuat jalan cerita menjadi menarik.

Tokoh yang terdapat dalam cerpen “Black Forest” karya Ratna Indraswari Ibrahim yaitu suami Angga, Bonet, Susan, Lena, Yu Sainah,

emak Yu Sainah, kang Bejo, mbak Angga, Asrul, mama Bonet adapun tokoh-tokoh itu akan dijabarkan sebagai berikut:

1. Tokoh Protagonis

Tokoh protagonis ini sering muncul dari awal sampai akhir cerita. Tokoh protagonis dalam cerpen ini adalah Bonet. Tokoh Protagonis akan di jabarkan sebagai berikut ini.

Bonet merupakan tokoh protagonis atau utama dalam penceritaan karena paling banyak diceritakan dan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain, sangat menentukan perkembangan plot, selalu hadir sebagai pelaku, atau yang yang dikenai kejadian dan konflik. Pernyataan yang mendukung bahwa Bonet pelaku utama, yaitu

“Bonet (fotografer SWAMEDIA). Memencet nomer telepon Susan (fotomodel yang tanganya secantik milik Angga). Pemesan kali ini untuk iklan gelang berlian. Jadi, dibutuhkan tangan yang indah dari modelnya. Hp dan telepon rumah susan dua-duanya nadanya sibuk terus…”(Ibrahim, 2005: 107).

Watak yang dimiliki Bonet memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan yang ada pada tokoh Bonet adalah bertanggung jawab dengan pekerjaan yang sedang di lakukannya. Hal tersebut dinyatakan dalam kutipan sebagai berikut ini.

a. Bertanggung jawab

Bonet merupakan wanita yang bertanggung jawab tehadap pekerjaan karena ia selalu berusaha memenuhi target yang harus dicapai. Hal ini dapat ditunjukkan

“sesungguhnya pemotretan hari ini tidak boleh gagal lagi besok dia harus ke bali untuk pemesan order lain…” (Ibrahim, 2005: 107)

b. Jeli

Hal ini ditunjukan pada waktu menghadapi permasalahaan mencari model tangan baru untuk iklan berlian dan tanpa sengaja melihat tangan yu Sainah yang memenuhi syarat untuk dijadikan model.

“Bonet meneruskan menggosok giginya tiba-tiba tangan yu Sainah meletakkan sepiring nasi uduk jualannya di meja itu, Bonet tercengang matanya tertumbuk pada tangan Sainah Tak terpikirkan sebelumnya tangan itu seindah tangan Angga Bahkan kelihatan lebih kukuh.” (Ibrahim, 2005:108)

c. Menghemat waktu/efisiensi Waktu

“baiklah ayo kita harus cepat berangkat, takutnya macet dijalan…”(Ibrahim, 2005:108)

“Bonet merasa tidak punya waktu lagi, yu Sainah hari ini aku mau kan kerja denganku akan kubayar tiga ratus ribu rupiah untuk pemotretan tangan yu Sainah. Untuk itu hari ini yu Sainah tak perlu jualan nasi uduk. Nasi itu bagikan saja pada pada tetangga yu Sainah. Tunggu aku mandi dulu, kita ke rumah yu Sainah menaruh nasi uduk kemudian bilang pada suamimu hari ini sampeyan ikut kerja denganku.”(Ibrahim, 2005:108)

d. Tak ingkar janji

“Akhirnya setelah seharian bekerja selesai juga pemotretan tanganya seperti yang sudah dijanjikan sejak lama, mbak Bonet memotretnya sekeluarga sainah merasa tak bakal kelihatan cantik di foto itu karena dia sangat capek seharian kerja ikut mbak Bonet.”(Ibrahim, 2005:109)

e. Rajin

“Bonet terjaga di hari minggu siang ini Sainah belum juga kelihatan munculnya jadinya Bonet membatalkan acara jalan-jalan dengan Asrulnya, dia membersihkan rumah, menggunting rumput dan merasa capek, sehingga terbangun jam tujuh malam.”(Ibrahim, 2005:114)

f. Mandiri

“Yah, sekalipun kini dia sudah tiga puluh tahun, sehat, cantik dan punya Asrul, rasanya belum siap menikah. Tak bisa dibayangkan

ada orang lain yang serumah dengannya. Dia sudah terbiasa sendiri menikmati hari-harinya santainya (karena itu dia tidak pernah ingin punya pembantu yang menginap di rumah ini). Rasanya dia sering mendengar dari teman-teman sekantornya tentang suami...” (Ibrahim, 2005:115)

g. Sensitif dengan hal-hal tertentu

“Rasanya dia sering mendengar dari teman-teman sekantornya tentang suami-suami mereka, anak-anak mereka mulai dari hal yang remeh-remeh suatu misalnya suaminya yang jorok dan perselingkuhan diantara mereka, sungguh tak nyaman rasanya hidup seperti itu.”(Ibrahim, 2005:115)

h. Tidak bahagia

“Bonet tertegun lagi rasanya tak mungkin dimiliki kegembiraan semacam itu.”(Ibrahim, 2005:115)

2. Tokoh Antagonis

Adapun tokoh Antagonis dalam cerpen “Black Forest” karya Ratna Indraswari Ibrahim adalah Yu Sainah.Yu Sainah selalu mengeluhkan nasib ekonominya yang kurang beruntung apalagi dibandingkan dengan sang majikan yang sama-sama berasal dari Malang yang lebih beruntung memiliki kehidupan ekonomi berkecukupan. Yu Sainah merasa kehidupannya serba kekurangan, hingga harus meminjam uang untuk merayakan ulang tahun anaknya dan membuatkan kue Black Forest hal ini ditunjukkan pada

“Mengapa ya kang, rejeki kita sedikit. Padahal kita sama-sama berasal dari Malang. Mbak Bonet, rejekinya beberapa kali lipat dari rejeki kita.”(Ibrahim, 2005:109).

“Mbak Bonet apa tidak disuruh memfoto tangan lagi, saya mau kok, apalagi minggu depan anakku akan ulang tahu. Saya ingin

membuatkan kue tart black forest. Saya mau di bayar tiga ratus

Dokumen terkait