• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL DISERTASI PENGEMBANGAN MULTIMED. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PROPOSAL DISERTASI PENGEMBANGAN MULTIMED. docx"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL DISERTASI

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA SEJARAH KEBUDAYAAN

ISLAM (SKI) BAGI SISWA KELAS VII DI MTsN SRIDADI

MUARA BULIAN.

Diajukan Oleh Iwan Aprianto

(2)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembelajaran adalah usaha pendidikan yang dilaksanakan secara sengaja,

dengan tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta

yang pelaksanaannya terkendali (Miarso, 457:2007, Siregar & Sudirjo, 4:2007).

Johnson memberikan definisi yang tidak jauh berbeda, menurutnya Learning is a

relatively permanent change in response potentially which occurs as a result of

reinforced practice and also a change in human disposition or capability, which

can be retained, and which is not simply ascriable to the process of growth

(18:2009). Menurutnya belajar adalah perubahan permanen yang terjadi sebagai

akibat dari tugas yang ditekankan dan juga perubahan pada watak manusia atau

kemampuan yang bisa disimpan dan tidak sekedar mucul seiring proses

pertumbuhan.

Salah satu pendekatan pembelajaran menurut UNESCO dalam widodo &

Jasmadi adalah learning to know (h.1:2008). Implikasi dari pendekatan tersebut

ialah bahwa siswa harus diletakkan dalam sebuah proses pembelajaran yang

menuntut aktivitas siswa yang lebih besar untuk mau dan mampu mempelajari

sesuatu. Artinya proses belajar yang diselenggarakan harus mampu membuat

peserta didik lebih aktif dan guru bertindak sebagai fasilitator serta bukan lagi

satu-satunya sumber belajar.

BadanStandarNasionalPendidikan (BSNP) telahmenyusunkurikulum 2006

yang dinamakan KTSP (Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan)

(3)

setiapdaerahdiberikewenanganuntukmenyelenggarakanpendidikan yang

sesuaidengankondisidaerahtersebut, demikian pula dalampenerapanKurikulum

Tingkat SatuanPendidikan. PelaksanaanKurikulum Tingkat SatuanPendidikan di

sekolahtidakterlepasdarikebijakanKepalaSekolahmasing-masing.SetiapKepalaSekolahakanmelaksanakanKurikulum Tingkat

SatuanPendidikanberdasarkankondisisekolahtersebut.

Demikian pula halnyadengandikeluarkannya Permendiknas RI No. 22

Tahun 2006 tentang standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,

dan dengan munculnya berbagai perubahan yang sangat cepat dalam kehidupan

berbangsa, bernegara dan bermasyarakat, maka disusunlah kurikulum Sejarah

Kebudayaan Islam (SKI) Madrasah Tsanawiyah (MTs) secara Nasional yaitu

Kurikulum yang ditandai dengan ciri-ciri antara lain:

1. Lebihmenitikberatkanpencapaian target

kompetensidaripadapenguasaanmateri.

2. Memberikankebebasan yang lebihluaskepadapelaksanapendidikan di

lapanganuntukmengembangkanKurikulum Tingkat SatuanPendidikan

(KTSP) danmelaksanakan program pembelajaransesuaidengankebutuhan. 3. Lebihmengakomodasikankeragamankebutuhandansumberdayapendidikan

yang tersedia.

PelaksanaanKurikulum Tingkat

SatuanPendidikandalambidangmatapelajaranSejarah Kebudayaan Islam.

Pelaksanaannyatidakterlepasdarikondisisekolahmasing-masing,

diantaranyayaituketersediaanpengajar yang sesuaidenganbidangnya,

(4)

pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan

dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan.

Di madrasah, terdapat sub-sub mata pelajaran PAI yang meliputi : mata

pelajaran Al quran hadist, fiqih, akidah akhlak, dan sejarah kebudayaan Islam.

Hubungan antara satu pelajaran dengan pelajaran lain saling berkaitan dan

diibaratkan sebagai satu mata rantai. mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam

merupakan perkemangan perjalanan hidup manusia Muslim dari masa ke masa

dalam usaha bersayari’ah dan berakhlak serta dalam mengembangkan system

kehidupan yang dilandasi oleh akidah.

Dalam Proses Belajar mengajar merupakan sebuah kegiatan yang

dilakukan bersama-sama antarguru dan siswa. Dalam hal ini siswa bukan hanya

sebagai objek dari proses pembelajaran, melainkan mereka sebagai subjek dari

proses tersebut. Hal ini mengandung pengertian bahwa peserta didik harus

berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk membangun makna atau

pemahaman. Pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa

sendiri. Guru hanya menciptakan kodisi dan situasi yang kondusif agar siswa

dapat memahami materi pelajaran dan menyimpan dalam ingatan jangka panjang

(long, term memory) yang sewaktu-waktu dapat dipanggil atau diingat kembali

(recall).

Pembelajaran SKI menghadapi beberapa kendala, antara lain; waktu yang

disediakan terbatas sedang materi begitu padat dan memang penting, yakni

menuntut pemantapan pengetahuan hingga terbentuk watak dan keperibadian

yang berbeda jauh dengan tuntutan terhadap mata pelajaran lainnya. Kelemahan

(5)

pembelajaran bersifat abstrak tidak bervariatif dalam penyampain materi juga

seperti orang ceramah membuat siswa tidak termotivasi.

Dalam implementasinya juga lebih didominasi pencapaian kemampuan

kognitif; kurang mengakomodasikan kebutuhan afektif. Kendala lain adalah

kurangnya keikutsertaan guru mata pelajaran lain dalam memberi motivasi

kepada peserta didik untuk mempraktekkan nilai-nilai SKI dalam kehidupan

sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah

Dari penjelasanpadalatarbelakang di atas,

makarumusanmasalahdaripenilitianiniadalah: Bagaimana proses

pengembanganMultimediapembelajaranSejarah Kebudayaan

Islamdapatmeningkatkankefektifan dalam proses pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islamsiswakelas VII MTs N Sridadi Muara Bulian.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1DESKRIPSI TEORITIK

Dalam deskripsi teoritik akan memberikan rangka berpikir tentang

pengembangan bahan ajar sejarah kebudayaan islam yang dilakukan.

(6)

Belajar merupakan kegiatan manusia yang dilakukan secara terus menerus

baik dilakukan secara formal melalui jenjang pendidikan maupun dilakukan dalam

kegiatan non formal. Akan tetapi belajar tidak hanya kegiatan sadar manusia

dalam menambah ilmu pengetahuan akan tetapi juga merupakan proses yang akan

dialami oleh manusia dalam kehidupannya.

Lebih lanjut Abdillah dalam Aunurrahman (2010 :35) menyimpulkan

bahwa “belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam

perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut

aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan

tertentu”. Dengan demikian dapat disimpulkan Belajar adalah perubahan tingkah

laku pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan

dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan,

keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jadi,

dapat dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga yang

menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya.

menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003

menyatakan bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Dari berbagai

pendapat pengertian pembelajaran di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan

bahwa pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang memungkinkan guru

(7)

guru secara sistematik dan saling mempengaruhi dalam kegiatan belajar mengajar

untuk mencapai tujuan yang diinginkan pada suatu lingkungan belajar.

2.2.2 MEDIA

Kata media berasal dari bentuk jamakkata medium yang secara harfiah

artinya perantara atau pengantar. Gagne (2006: 14) mengemukakan bahwa media

adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat

merangsangnya untuk belajar. Istilah media dalam bidang pembelajaran disebut

juga media pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, alat bantu atau media tidak

hanya dapat memperlancar proses komunikasi akan tetapi dapat merangsang siswa

untuk merespon dengan baik segala pesan yang disampaikan.

Penggunaan media pembelajaran selain dapat memberi rangsangan bagi

siswa untuk terjadinya proses belajar, media pembelajaran juga memiliki peranan

penting dalam menunjang kualitas proses belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan

yang dijelaskan oleh Yusufhadi Miarso (2004:458):

”Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan, dan terkendali.”

Pemilihan media pembelajaran yang tepat diharapkan dapat meningkatkan

kualitas proses belajar siswa, hal tersebut sejalan dengan pendapat yang

dikemukakan Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2002: 2) tentang pemanfaatan

(8)

a. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar.

b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih

dipahami oleh para siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan

pengajaran lebih baik.

c. Metode pengajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi

verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan

dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru harus mengajar untuk

setiap jam pelajaran.

d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya

mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,

melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran

adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat

merangsang fikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat

mendorong terjadinya proses belajar yang efektif dan efisien.

Pada proses belajar mengajar guru harus mempunyai keahlian dalam

menggunakan berbagai macam media pembelajaran, terutama media yang

digunakan dalam proses mengajarnya, sehingga materi ataupun pesan yang

disampaikan akan tersalurkan dengan baik pula.

Terdapat banyak manfaat media dalam pembelajaran seperti yang diungkapkan

oleh Yusufhadi Miarso (2007;458-460) menurutnya :

1. Media mampu memberikan ransangan yang bervariasi kepada otak,

(9)

2. Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para

siswa/mahasiswa.

3. Media dapat melampaui batas ruang kelas. Banyak hal yang tak mungkin

untuk dialami secara langsung didalam kelas oleh para siswa/mahasiswa

karena :

a) objek terlalu besar misalnya candi, stasiun, dan lain-lain

b) beberapa objek, mahluk kecil dan benda yang terlalu kecil untuk

diamati dengan mata telanjang, misalnya bakteri, protozoa dan

sebagainya.

c) Gerakan-gerakan yang terlalu lambat untuk diamati misalnya

proses pemekaran bunga dan lain-lain.

d) Gerakan-gerakan yang terlalu cepat misalnya kepakan sayap

burung, kumbang dan sebagainya.

4. media memungkinkan untuk adanya interaksi langsung antara

siswa/mahasiswa dengan lingkungannya.

5. media menghasilkan keseragaman pengamatan

6. media membangkitkan keinginan dan minat baru

7. media membangkikan motivasi dan merangsang untuk belajar

8. media memberikan pengalaman integral/menyeluruh dari sesuatu yang

konkret maupun abstrak

9. media memberikan kesempatan kepada siswa/mahasiswa untuk belajar

mandiri pada tempat dan waktu serta kecepatan yang ditentukan sendiri.

(10)

lambang yang tampak, baik yang dialami maupun buatan manusia, yang

terdapat dalam lingkungan.

11. media mampu meningkatkan efek sosialisasi, yaitu dengan meningkatkan

kesadaran akan dunia sekitar.

12. media dapat meningkatkan kemampuan ekspresi diri pengajar maupun

siswa/mahasiswa.

Ada beberapa pertimbangan dalam memilih media seperti yang

diungkapkan oleh Widodo dan Jasmadi (2008:39), yaitu :a) Tujuan pengajaran

yang akan dicapai, b) Karakteristik siswa, c) Karakteristik media, d) alokasi

waktu, e) Kompatibelitas ( sesuai dengan norma), f) Ketersediaan, g) Biaya,h)

Mutu teknis, i) Artistik.

2.4PENGEMBANGAN MULTIMEDIA SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

Kehadiran media dalam proses pembelajaran merupakan suatu kebutuhan

yang harus ada, baik dari sisi guru maunpun dari sisi siswa bahkan pesan

pembelajaran pun memutuhkan keberadaan media. Tanpa banyuan media, pesan

yang ingin disampaikan pun akan mengalami hambatan sampai kepada siswa.

Pendek kata, media merupakan suatu komponen yang memang harus ada dalam

pembelajaran.

Lebih lanjut Widodo dan Jasmadi (2008:28-29) mengemukakan bahwa

pembelajaran merupakan sebuah proses komunikasi dan dalam proses

komunikasi terdapat empat komponen, yaitu : pemberi informasi atau sumber

(11)

Widodo dan Jasmadi, Dalam proses komunikasi, konsep sumber informasi dan

penerima informasi adalah bersifat relatif, artinya seseorang dapat berperan

sebagai sumber informasi, tapi di saat yang lain (dapat juga pada saat yang sama)

berperan sebagai penerima informasi. seperti tergambar pada bagan di bawah ini :

Bagan 2.1. Proses komunikasi dalam pembelajaran

(sumber Jasmadi & Widodo, 2008:30)

Media pembelajaran merupakan unsur yang sangat penting dalam proses

pembelajaran selain metode mengajar. Kedua unsur ini saling berkaitan.

Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media

pembelajaran yang akan digunakan meskipun ada berbagai aspek lain yang perlu

diperhatikan (Winarno:2009:2). Penerima

informasi Sumber informasi

Sumber Informasi Penerima Informasi Metode

Metode Media Inform

(12)

METODE PENGEMBANGAN

3.1 Model Pengembangan

Model pengembangan merupakan berbagai macam model yang

dipergunakan untuk mengembangkan produk-produk pendidikan. Untuk

menghasilkan produk yang baik maka perlu diadakan penelitian pengembangn.

Penelitian pengembangan merupakan suatu proses yang digunakan untuk

mengembangkan dan memvalidasi produk-produk pendidikan (Bord dan Gall,

2003 : 772).

Desain dan pengembangan sebuah proyek dilakukan dalam empat fase

yaitu fase analisis (analysis), fase perancangan/desain (design), fase

pengembangan (development), dan fase evaluasi (evaluation) (Richey dan Klein,

2007 : 8). Sebelum melakukan perancangan, terlebih dahulu dilakukan analisis

untuk mengetahui kebutuhan siswa dan menentukan tujuan. Hasil analisis menjadi

pertimbangan untuk menentukan tujuan dari sebuah pengembangan.

Temuan-temuan dalam tahap analisis ini dituangkan kedalam rancangan yang sesuai

dengan kebutuhan dan tujuan yang telah diterapkan. Rancangan tersebut

kemudian dikembangkan kedalam bentuk fisik dan kemudian dilakukan evaluasi

utnuk menilai apakah produk yng dikembangkan telah sesuai dengan kebutuhan.

Lee dan Owens (2004) menguraikan bahwa pengembangan media terdiri

dari empat langkah yaitu: (1) analisis, (2) desain, (3) pengembangan, (4)

(13)

3.2 Prosedur Pengembangan

3.2.1 Tahap analisis (analysis)

Tahap ini terdiri dari dua langkah yaitu: analisis kebutuhan (needs

assessment) dan analisis ujung depan (front end analysis). Analisis kebutuhan

adalah proses sistematis dari penetapan tujuan-tujuan, identifikasi masalah, dan

penetuan prioritas tindakan. Langkah-langkah analisis kebutuhan:

a) Menentukan kondisi saat ini, yaitu: (1) mengindentifikasi pengetahuan dan

keterampilan yang diperlukan, (2) mengidentifikasi pengetahuan dan

keterampilan yang berhubungan dengan wilayah pekerjaan, yang

digunakan untuk memilih orang-orang yang akan melaksanakan tugas, (3)

mencari penyebab masalah, (4) mencatat faktor-faktor yang

mempengaruhi, (5) review hasil dan menetukan area kebutuhan, (6)

mengumpulkan data dari siswa, (7) mereview semua hasil dan identifikasi

area kebutuhan.

b) Mendefinisikan pekerjaan, yaitu mendefinisikan situasi ideal yang ingin

(14)

f) Menentukan prioritas pekerjaan

Analisis ujung-depan (front-end analysis) terdiri dari:

a) Analisis audiens, yaitu mengidentifikasi latar belakang siswa, karakteristik

belajar, dan keterampilan prasyarat.

b) Analisis teknologi, yaitu mengidentifikasi teknologi yang telah ada,

seperti: teknologi komunikasi, dukungan referensi, teknologi untuk tes dan

penilaian, teknologi distribusi, dan analisa ketersediaan para ahli.

c) Analisis tugas, yaitu mendeskripsikan tugas-tugas yang berhubungan

dengan pekerjaan yang dilakukan sebagai hasil dari latihan atau dukungan

penampilan.

d) Analisis insiden-kritis, yaitu menentukan keterampilan-keterampilan atau

pengetahuan-pengetahuan yang harus ditargetkan sebagai hasil intervensi

multimedia atu pembelajaran.

e) Analisis situasional, yaitu mengidentifikasi lingkungan atau organisasi

yang mungkin berpengaruh terhadap tujuan dan desain multimedia.

f) Analisis tujuan, yaitu menentukan domain-domain yang akan dicapai

sesuai dengan tujuan pembelajaran. Domain kognitif yang akan dicapai

diklasifikasi berdasrkan Taksonomi Bloom yang direvisi oleh Anderson

dan Krathwohl (2001 : 303), yaitu: (1) mengingat (CI): mengurutkan,

menjelaskan, mengidentifikasi, menamai, menempatkan, mengulangi,

menemukan kembali dsb, (2) memahami (C2): menafsirkan, meringkas,

mengklasifikasikan, membandingkan, menjelaskan, membeberkan dsb, (3)

menerapkan (C3): melaksanakan, menggunakan, menjalankan, melakukan,

mempraktekkan, memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan,

mendeteksi dsb, (4) menganalisis (C4): menguraikan, membandingkan,

(15)

menyusun outline, mengintegrasikan, membedakan, menyamakan,

membandingkan, mengintegrasikan dsb, (5) mengevaluasi (C5): menyusun

hipotesis, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, membenarkan,

menyalahkan, dsb, dan (6) berkreasi (C6): merancang, membangun,

merencanakan, memproduksi, menemukan, membaharui,

menyempurnakan, memperkuat, memperindah, mengubah, dsb. g) Analisis media, yaitu memilih strategi penggunaan media yang tepat. h) Analisi extant-data, yaitu mengidentifikasi bahan ajar yang telah ada, buku

petunjuk, referensi, dan silabus. Selain itu juga menentukan apakah akan

membuat bahan ajar yang telah ada atau membeli produk jadi.

i) Analisis keuntungan dan biaya, yaitu mengidentifikasi biaya dan

Referensi

Dokumen terkait

IT Insan Mulia. Dokumentasi : Untuk mengetahui daerah penelitian dan memperoleh hasil. nilai tes hafalan/ kemampuan menghafal Al- Qur’an yang dilakukan ol

Benar – benar malas belajar dan tidak mau sekolah, sehingga kami selaku orang tua anak tersebut menyatakan mengundurkan diri dari SD Negeri Kupu 02. Demikian surat pernyataan ini

Selanjutnya, bahasa-bahasa yang masih berada dalam status yang sama tetapi dipertalikan oleh persentase persamaan kata kognat pada kisaran 6% adalah hubungan

Penelitian mengenai Pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financing (NPF) Perbankan Syariah di Indonesia.Sebagai variabel dependen (variabel tidak bebas) adalah

Apabila PIHAK KEDUA tidak dapat melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 1, maka PIHAK KEDUA harus mengembalikan lana yang telah diterima kepada.

Perbandingan pendapatan askes 2005 dan 2006 menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan askes sebesar 34,07%, dimana kontribusi pendapatan askeskin menunjukkan peningkatan

Gedung kantor yang sudah ada disain prototypenya, atau bangunan gedung kantor dengan jumlah lantai s/d 2 lantai Klasifikasi bangunan Sederhana adalan Bangunan Gedung