i
TAHUN 2013
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma D III Kebidanan
Disusun oleh :
YUNNI MEGAWATI
NIM : B10 181
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
iv
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul ”Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny. T dengan Perawatan Luka perineum Post Episiotomi di BPM Puji Setiani Tegal Mulyo Mojosongo Surakarta”.
Karya Tulis Imiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Imiah ini tidak diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka.Prodi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Arista Apriani, S.ST, selaku Pembimbing yang telah memberikan pengarahan, masukan dan motivasi kepada penulis.
v
referensi dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Imiah ini masih banyak kekurangan, oleh karena saran sangat penulis harapkan demi kemajuan Studi Kasus selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, 2013
vi
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2013 Yunni Megawati
10. 181
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. T DENGAN PERAWATAN LUKA PERINEUM POST EPISIOTOMI DI BPM PUJI
SETIANI TEGAL MULYO MOJOSONGO SURAKARTA TAHUN 2013
(Xiii + 75 halaman + 1 tabel + 14 Lampiran )
INTISARI
Latar Belakang : Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007 melaporkan Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Diharapkan pada tahun 2010 AKI menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup. kematian ibu dengan penyumbang AKI terbesar adalah perdarahan 28%, eklampsia 24%, infeksi 11%, komplikasi puerperium 8%, dan partus macet 5 % (Depkes RI, 2008). Berdasarkan studi pendahuluan di BPM Puji Setiani Tegal Mulyo Mojosongo Surakarta, pada bulan September - Oktober 2012 diperoleh data jumlah ibu nifas 40 orang, robekan perineum karena tindakan episiotomi
sebanyak 19 orang (47,5%).
Tujuan :. Menerapkan asuhan kebidanan ibu nifas dengan perawatan luka perineum post episiotomi secara menyeluruh dengan menggunakan manajemen kebidanan yang terdiri 7 langkah Varney. Dapat menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus nyata dilapangan termasuk faktor pendukung dan penghambat dan dapat memberikan alternatif pemecahan masalah.
Metode Laporan Kasus : Pada karya tulis ilmiah ini menggunakan metode
observasional deskriptif. Lokasi pengambilan kasus di BPM Puji Setiani Tegal Mulyo Mojosongo Surakarta. Subyek kasus adalah Ny. T P1A0 umur 24 tahun dengan perawatan luka perineum post episiotomi. Waktu studi kasus pada tanggal 10 Maret 2013 – 15 Maret 2013. Dengan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi.
Hasil Laporan Kasus : Asuhan Kebidanan pada Ny. T P1A0 dilakukan selama 6 hari dengan menggunakan pendekatan manejemen kebidanan menurut varney mulai dari pengkajian sampai evaluasi. Hasil dari pemberian asuhan kebidanan adalah keadaan umum ibu baik, tidak terjadi perdarahan, kontraksi uterus keras, luka episiotomi kering, sembuh dan tidak nyeri, tidak terjadi infeksi, ibu bisa melewati masa nifas dengan baik.
Kesimpulan :. Dari asuhan kebidanan menurut 7 langkah varney terjadi kesenjangan antara teori dan praktik dilapangan, yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan perawatan luka perineum dengan menggunakan betadine dan salep gentamisin 0,1 mg.
vii
dalam tindak dan berfikir. Akhirnya menyerahkan segala sesuatu Kepada Yang Maha Kuasa”.
(RA. Kartini) “Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena didalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil”.
“Menjadi sukses itu bukanlah suatu kewajiban, yang menjadi kewajiban adalah perjuangan kita untuk menjadi sukses”.
viii
Dengan segala kerendahan hati, karya tulis ilmiah ini penulis persembahkan : 1. Allah SWT yang telah memberi kelancaran dan kemudahan setiap kesulitan
dalam pembuatan karya tulis ilmiah.
2. Ayah dan Ibu tercinta terima kasih atas doa restunya dan support setiap langkahku.
3. Adikku (Amanda Dwi Banuwati) yang selalu ku sayangi.
4. Seseorang yang telah menempatkan diri dihatiku (Supriyanto, Spd) yang selalu support dalam semua langkahku.
5. Temanku Evi Astuti yang selalu membantuku dalam hal apapun.
6. Teman – teman yang telah berpartisipasi dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.
7. Bu Arista Apriani yang sabar membimbing dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
x
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Studi Kasus ... 3
1. Tujuan Umum ... 3
2. Tujuan Khusus ... 3
D. Manfaat Studi Kasus ... 4
E. Keaslian Studi Kasus... 5
F. Sistematika Penulisan ... 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis dari Kasus yang Di teliti ... 9
1. Nifas ... 9
2. Episiotomi ... 16
B. Teori Asuhan Kebidanan ... 20
xi
C. Subyek Studi Kasus ... 38
D. Waktu Studi Kasus ... 39
E. Instrumen Studi Kasus ... 39
F. Teknik Pengumpulan Data ... 39
G. Alat –alat yang Dibutuhkan ... 43
BAB IV. TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan kasus ... 44
B. Pembahasan ... 66
BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 72
B. Saran ... 75 DAFTAR PUSTAKA
xii
xiii
Lampiran 2. Surat Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 3. Surat ijin penggunaan lahan
Lampiran 4. Surat keterangan pengambilan kasus Lampiran 5. Lembar Persetujuan Responden Lampiran 6. Format Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Lampiran 7. Lembar observasi
Lampiran 8. SAP Perawatan perineum Lampiran 9. Leaflet perawatan perineum Lampiran 10. SAP ASI Eksklusif
Lampiran 11. Leaflet ASI Eksklusif Lampiran 12. SAP KB MAL Lampiran 13. Leaflet KB MAL
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007 melaporkan Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Diharapkan pada tahun 2010 AKI menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut data Depkes RI (2008), secara nasional penyebab langsung kematian ibu dengan penyumbang AKI terbesar adalah perdarahan 28%, eklampsia 24%, infeksi 11%, komplikasi puerperium 8%, dan partus macet 5 % (Depkes RI, 2008).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Jawa Tengah masih cukup tinggi, mencapai 128,96 per 100.000 kelahiran hidup selama tahun 2010. Angka sebanyak itu, jauh lebih tinggi dibandingkan target nasional pada tahun 2010 sebesar 125 per 100.000 kelahiran hidup (Kusumo, 2011).
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu (Wulandari dan Handayani, 2011).
Episiotomi merupakan istilah untuk suatu insisi di perineum, tidak semua ibu memerlukan episiotomi untuk kelahiran namun pengalaman yang matang diperlukan untuk menentukan kapan episiotomi tidak
merupakan daerah yang tidak mudah untuk dijaga agar tetap bersih dan kering. Pada masa nifas, seorang ibu akan rentan terhadap infeksi. Untuk itu, menjaga kebersihan sangat penting untuk mencegah infeksi (Bahiyatun, 2009). Setelah buang air besar atau buang air kecil perineum dibersihkan secara rutin. Caranya yaitu dibersihkan dengan air hangat atau air bersih dan kassa steril (Uliyah, 2008). Sebelum dan sesudah membersihkan genetalia, ibu harus mencuci tangan sampai bersih. Pada waktu mencuci luka (episiotomi), ibu harus mencucinya dari arah depan ke belakang dan mencuci daerah anusnya yang terakhir (Bahiyatun, 2009). Jika dilakukan perawatan pada luka perineum post episiotomi maka akan mempercepat penyembuhan, sedangkan jika tidak dilakukan perawatan maka akan menyebabkan terjadinya infeksi (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Berdasarkan studi pendahuluan di BPM Puji Setiani Tegal Mulyo Mojosongo Surakarta, pada bulan September - Oktober 2012 diperoleh data jumlah ibu nifas 40 orang, dengan robekan perineum karena ruptura
sebanyak 12 orang (30%), robekan perineum karena tindakan episiotomi
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang diatas dapat dirumuskan yaitu : “Bagaimana memberikan asuhan kebidanan ibu nifas yang dilakukan pada Ny. T dengan perawatan luka perineum post episiotomi di BPM Puji Setiani Tegal Mulyo Mojosongo Surakarta dengan menggunakan manajemen Varney?”.
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan kebidanan ibu nifas dengan perawatan luka perineum
post episiotomi dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney.
2. Tujuan Khusus
a. Diharapkan penulis mampu :
1) Melaksanakan pengkajian secara lengkap yang berkaitan dengan ibu nifas Ny. T dengan perawatan luka perineum post episiotomi.
2) Menginterprestasikan data serta merumuskan diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan pada ibu nifas Ny. T dengan perawatan luka perineum post episiotomi.
kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain serta rujukan pada ibu nifas Ny. T dengan perawatan luka perineum post episiotomi.
5) Menyusun rencana asuhan kebidanan secara menyeluruh pada ibu nifas Ny.T dengan perawatan luka perineum post episiotomi.
6) Melaksanakan perencanaan secara efisien dan aman pada ibu nifas Ny. T dengan perawatan luka perineum post episiotomi.
7) Mengevaluasi pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny. T dengan perawatan luka perineum post episiotomi.
b. Penulis mampu mengidentifikasi kesenjangan antara teori dan praktik dalam asuhan kebidanan ibu nifas Ny. T dengan perawatan luka perineum post episiotomi.
c. Penulis mampu memberikan alternatif pemecahan masalah pada ibu nifas Ny. T dengan perawatan luka perineum post episiotomi.
D. Manfaat Studi Kasus
Hasil studi kasus diharapkan dapat memberi manfaat yaitu : 1. Bagi diri sendiri
2. Bagi profesi
Dapat memberi tambahan ilmu pengetahuan dan pengembangan asuhan kebidanan serta meningkatkan keterampilan dalam memberikan atau melaksanakan asuhan kebidanan ibu nifas dengan perawatan luka perineum post episiotomi.
3. Bagi institusi
a. BPM Puji Setiani
Dapat digunakan sebagai evaluasi dalam memberikan pelayanan pada ibu nifas dengan perawatan luka perineum post episiotomi di BPM Puji Setiani Surakarta.
b. Pendidikan
Untuk menambah wacana bagi pembaca di perpustakaan dan informasi mengenai asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan perawatan luka perineum post episiotomi.
E. Keaslian Studi Kasus
Keaslian laporan kasus tentang Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dengan Perawatan Luka Post Episiotomi dengan menerapkan manajemen menurut Varney, sudah pernah dilakukan oleh :
400 mg per oral 3 x/hari dan dilakukan pengompresan kasa betadine 2 x/hari. Setelah 7 hari luka kering dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
2. Srini (2004), dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Ny. T dengan Perawatan Luka Post Episiotomi di RSUD Dr. Oen Surakarta”, indikasi dilakukan episiotomi karena perineum kaku dan primipara, asuhan yang diberikan yaitu perawatan luka episiotomi, dengan pemberian kompres betadine yang dilakukan 2 x/hari, dan pemberian terapi Amoxillin 500 mg 3 x 1, Metronidazol 500 mg 3 x 1, Fe 500 mg 1 x 1. Setelah dilakukan perawatan luka post episiotomi selama 10 hari ibu dapat melalui masa nifas dengan post episiotomi tanpa komplikasi lebih lanjut dan masalah dapat diatasi.
Perbedaan kasus yang dilakukan penulis pada saat ini dengan kasus yang terdahulu adalah lokasi, subyek, waktu dan asuhan yng diberikan. Persamaannya adalah cara perawatan luka perineum.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah secara berurutan meliputi : BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan studi kasus, manfaat studi kasus, keaslian studi kasus, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang landasan teori yang meliputi teori medis dari ibu nifas, teori episiotomi, dan teori manajemen kebidanan menurut Varney yang berisi 7 langkah sebagai landasan pembahasan kasus (pengumpulan data dasar, interpretasi data, diagnosa kebidanan, masalah, kebutuhan, diagnosa potensial, tindakan segera reencana asuhan/ intervensi, pelaksanaan asuhan, evaluasi dengan pendokumentasian menggunakan subjektif, objektif, assesment,
planning (SOAP) serta landasan hukum. BAB III METODOLOGI
Bab ini berisi tentang beberapa kesenjangan teori dan praktik yang penulis temukan sewaktu pengambilan kasus di BPM Puji Setyani Tegal Mulyo Mojosongo Surakarta dengan pendekatan Asuhan Kebidanan Varney.
BAB V PENUTUP
Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan inti pembahasan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas dengan perawatan luka perineum post episiotomi. Saran merupakan alternatif pemecahan masalah hendaknya bersifat realistis dan operasional yang artinya saran itupun dapat dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis Dari Kasus yang Diteliti
1. Nifas
a. Pengertian Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saleha, 2009).
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra- hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu
(Wulandari dan Handayani, 2011).
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil), masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Sulistyawati, 2009).
b. Tahapan Masa Nifas
Menurut Dewi dan Sunarsih (2011), nifas dibagi menjadi 3 tahapan yaitu :
1) Puerperium dini
2) Puerperium intermedial
Suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genital yang lamanya 6 – 8 minggu.
3) Remote Puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau tahunan.
c. Perubahan-perubahan Normal pada Uterus Selama Nifas Tabel 2.1. Perubahan Uterus Masa Nifas
2) Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama nifas. Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan yaitu :
a) Lochea rubra / merah (kruenta)
Cairan yang keluar berwarna merah karena berisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo
(rambut bayi) dan mekonium. b) Lochea sanguinolenta
Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir. Berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum.
c) Lochea serosa
Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, laukosit, dan robekan / laserasi plasenta. Muncul pada hari ke-7 sampai hari ke-14 post partum.
d) Lochea alba / putih
Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir
serviks dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba berlangsung selama 2 sampai 6 minggu post partum
(Wulandari dan Handayani, 2011). 3) Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus. Warna
4) Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan yang sangat besar selama proses persalinan dan kembali secara bertahap dalam 6 – 8 minggu
post partum (Ambarwati dan Wulandari, 2010). e. Perawatan Nifas / Post Partum
Perawatan nifas meliputi : 1) Nutrisi dan cairan
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung cairan. Ibu yang menyusui harus mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, vitamin yang cukup, minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (Saleha, 2009).
2) Ambulasi
3) Eliminasi
a) Miksi
Miksi disebut normal bila dapat buang air kecil spontan setiap 3 - 4 jam. Ibu diusahakan dapat buang air kecil sendiri, bila tidak dilakukan dengan tindakan dirangsang dengan mengalirkan air kran di dekat klien atau dengan mengompres air hangat diatas simpisis, jika tidak berhasil dengan cara diatas maka dilakukan kateterisasi (Ambarwati dan Wulandari, 2010). b) Defekasi
Biasanya 2 – 3 hari post partum masih sulit buang air besar. Jika klien pada hari ke-3 belum juga buang air besar maka diberikan laksan supositoria dan minum air hangat (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
4) Kebersihan diri
a) Perawatan perineum
b) Perawatan payudara
(1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama puting susu dengan menggunakan BH yang menyokong payudara.
(2) Apabila puting susu lecet oleskan colostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu setiap selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari putting yang tidak lecet.
(3) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam, ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.
(4) Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat diberikan paracetamol 1 tablet setiap 4 – 6 jam
(Wulandari dan Handayani, 2011). 5) Istirahat
menyebabkan depresi, dan menimbulkan rasa ketidak-mampuan merawat bayi (Bahiyatun, 2009).
6) Seksual
Apabila perdarahan telah berhenti dan episiotomi sudah sembuh maka coitus bisa dilakukan pada 3 - 4 minggu post partum. Secara fisik aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri, aman untuk melakukan hubungan suami istri (Wulandari dan Handayani, 2011).
7) Latihan / senam nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu-ibu setelah melahirkan setelah keadaan tubuhnya pulih kembali. Senam nifas bertujuan untuk mempercepat penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi, serta memulihkan dan menguatkan otot-otot punggung, otot-otot dasar panggul dan otot-otot perut. Sebaiknya dilakukan secara bertahap dan terus menerus (kontinyu). Lakukan pengulangan setiap 5 gerakan dan tingkatan setiap hari sampai 10 x (Dewi dan Sunarsih, 2011).
f. Tujuan Masa Nifas
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), tujuan asuhan masa nifas dibagi menjadi dua yaitu :
1) Tujuan umum
2) Tujuan khusus
a) Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologinya.
b) Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati / merujuk bila terjadi komplikasi pada bayinya. c) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan
kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi dan perawatan bayi sehat.
d) Memberikan pelayanan keluarga berencana. 2. Episiotomi
a. Pengertian Episiotomi
Episiotomi adalah insisi yang dibuat melalui perineum yang dilakukan sebelum melahirkan yang bertujuan untuk memperluas jalan keluar bayi hingga dapat mempermudah dalam melahirkan (Sujiyatini dkk, 2011).
b. Tujuan Episiotomi
Menurut Sujiyatini dkk (2011), tujuan episiotomi adalah :
1) Membuat luka yang lurus sehingga mudah di jahit dan penyembuhannya lebih baik.
2) Mengurangi tekanan pada kepala anak. 3) Mempersingkat kala II.
4) Mengurangi kemungkinan ruptur perineum totalis pada episiotomi
c. Indikasi Episiotomi
Indikasi episiotomi adalah : 1) Gawat janin.
2) Persalinan pervaginam dengan penyulit, misalnya presbo, distosia bahu, ekstraksi forcep, ekstraksi vacum.
3) Jaringan parut atau bekas pada perineum ataupun pada vagina. 4) Perineum kaku dan pendek.
5) Adanya ruptur pada perineum. (Widiastuti dkk, 2008)
6) Kepala janin besar dan janin besar. 7) Pada primigravida (para).
8) Pimpinan persalinan yang salah. (Mochtar, 2011)
d. Risiko Episiotomi
Menurut Sujiyatini dkk (2011), risiko episiotomi dibagi 5 yaitu: 1) Kehilangan darah yang lebih banyak.
2) Pembentukan hematoma.
3) Kemungkinan infeksi lebih besar. 4) Introitus lebih lebar.
e. Jenis Episiotomi
Menurut Benson dkk (2009), sekarang ini hanya ada dua jenis
episiotomi yang di gunakan yaitu : 1) Median
Sayatan dimulai pada garis tengah komissura posterior lurus ke bawah tetapi tidak sampai mengenai serabut sfingter ani. Keuntungan dari episiotomi medialis ini adalah: perdarahan yang timbul dari luka episiotomi lebih sedikit oleh karena daerah yang relatif sedikit mengandung pembuluh darah. Sayatan bersifat simetris dan anatomis sehingga penjahitan kembali lebih mudah dan penyembuhan lebih memuaskan. Sedangkan kerugiannya adalah: dapat terjadi ruptur perineum tingkat III inkomplet (laserasi median
sfingter ani) atau komplit (laserasi dinding rektum). 2) Mediolateral
Dilakukan sedemikian rupa sehingga setelah penjahitan selesai hasilnya harus simetris.
f. Komplikasi Episiotomi
Menurut Sujiyatini dkk (2011), komplikasi episiotomi adalah : 1) Nyeri post partum dan dispareunia. Rasa nyeri setelah melahirkan
lebih sering dirasakan pada pasien bekas episiotomi, garis jahitan (sutura) episiotomi lebih menyebabkan rasa sakit.
2) Nyeri pada saat menstruasi pada bekas episiotomi.
3) Trauma perineum posterior berat. 4) Trauma perineum anterior.
5) Cedera dasar panggul dan inkontinensia urin dan feses. 6) Infeksi bekas episiotomi
Infeksi lokal sekitar kulit dan fasia superfisial akan mudah timbul pada bekas insisi episiotomi.
g. Cara Melakukan Tindakan Episiotomi
Menurut Sujiyatini dkk (2011), cara melakukan tindakan episiotomi
adalah :
1) Pegang gunting dengan satu tangan.
2) Letakkan jari telunjuk dan jari tengah diantara kepala bayi dan perineum, searah dengan rencana sayatan.
4) Gunting perineum, dimulai dari komissura posterior 45 derajat ke lateral (kiri atau kanan).
5) Lanjutkan pimpinan persalinan.
h. Perawatan Luka Perineum (Luka post episiotomi)
Perawatan luka perineum (Luka post episiotomi) adalah sebagai
berikut:
1) Menjaga agar perineum selalu bersih dan kering.
2) Menghindari penggunaan obat-obat trandisional pada perineumnya.
(Wiknjosastro, 2008).
3) Merawat luka perineum dengan teknik septik aseptik yaitu dengan
cara dibersihkan dengan air hangat atau air bersih dan kassa steril
(Uliyah, 2008)
4) Melakukan mobilisasi dini setelah 8 jam/ lebih post partum dengan
cara miring ke kanan atau ke kiri (Saleha, 2009).
5) Memberikan Memberikan obat Ampisilin 2 gr diminum 4 x per hari
selama 5 hari (Thompson, 2008).
6) Melakukan kunjungan ulang dalam seminggu untuk memeriksa
penyembuhan lukanya (Wiknjosastro, 2008).
B. Teori Asuhan Kebidanan Menurut Varney
1. Pengertian
tahapan yang logis agar mengambil keputusan yang terfokus pada klien (Varney, 2004).
2. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan
Proses manajemen menurut varney ada 7 langkah mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi :
a. Langkah 1 : Pengkajian Data
Dalam langkah pertama ini di kumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Agar memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang (Varney, 2004).
Proses pengumpulan data dasar mencakup subyektif dan obyektif : 1) Data Subyektif
Adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadan pasien dan mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien (Wulandari dan Handayani, 2011).
a) Biodata pasien
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), pengkajian biodata antara lain :
(1) Nama
(2) Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat - alat reproduksi belum matang, mental, dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas.
(3) Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
(4) Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya. (5) Suku/ bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari- hari. (6) Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.
(7) Alamat
b) Keluhan Utama
Adalah untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan masa nifas, keluhan pada ibu nifas dengan luka perineum post episiotomi yaitu nyeri pada jalan lahir karena adanya jahitan (Alimul, 2006).
c) Riwayat Kesehatan
Menurut Varney (2007), riwayat penyakit kesehatan meliputi : (1) Riwayat kesehatan sekarang
Untuk mengetahui keadaan pasien saat ini dan mengetahui adakah penyakit lain seperti batuk, pilek, demam.
(2) Riwayat penyakit sistemik
Untuk mengetahui apakah klien pernah menderita jantung, ginjal, asma/TBC, hepatitis, Diabetes Militus (DM), hipertensi, epilepsi, dan penyakit lainnya.
(3) Riwayat penyakit keluarga
Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit menurun seperti : jantung, hipertensi, dan Diabetes Militus dan penyakit menular seperti TBC, hepatitis, HIV/AIDS.
(4) Riwayat keturunan kembar
(5) Riwayat operasi
Untuk mengetahui apakah klien sudah pernah mengalami operasi apapun.
d) Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui saat menarche, siklus, lamanya haid, banyaknya darah, haid teratur atau tidak, sifat darah (cair atau ada bekuan, warnanya, baunya), dismenorhoe (Suherni, 2008). e) Riwayat Keluarga Berencana (KB)
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, ada keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi (Wulandari dan Handayani, 2011). f) Riwayat Perkawinan
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah
syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan
mempengaruhi proses nifas (Wulandari dan Handayani, 2011). g) Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu
Menurut Varney (2007), riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu, meliputi :
(1) Kehamilan
Untuk mengetahui berapa umur kehamilan (2) Persalinan
(3) Nifas
Keadaan klien baik/ tidak, bagaimana proses laktasinya. (4) Anak
Jenis kelamin, berat badan, panjang badan. (5) Keadaan anak sekarang
Hidup/ tidak, sehat/ tidak. h) Pola Kebiasaan Sehari-hari
(1) Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan
(Wulandari dan Handayani, 2011). (2) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi warna, jumlah (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(3) Istirahat
(4) Keadaan psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita mengalami banyak perubahan emosi/ psikososial selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Cukup sering ibu menunjukkan depresi ringan beberapa hari setelah kelahiran. Depresi tersebut sering disebut sebagai post partum blues
(Wulandari dan Handayani, 2011). (5) Riwayat sosial budaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan pada khususnya pada masa nifas misalnya pada kebiasaan pantang makan (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(6) Pemakaian obat – obat / perokok
Dikaji untuk mengetahui pemakaian obat-obatan selain dari bidan atau tidak, klien merokok atau tidak, suami merokok atau tidak (Alimul, 2006).
2) Data Obyektif
Adalah data yang diambil dari pemeriksaan fisik pada pasien (Alimul, 2006).
a) Status Generalis (1) Keadaaan umum
(2) Kesadaran
Untuk mengetahui tingkatan kesadaran ibu, tingkat kesadaran ibu seperti composmentis, apatis, somnolen, soporocomatis, koma (Alimul, 2006).
(3) Tanda – Tanda Vital (TTV) (a) Tekanan darah
Untuk mengetahui tekanan darah klien, normal 120/80 mmHg (Varney, 2007). Apabila tekanan darah diatas 140/90 mmHg terjadi hipertensi (Wiknjosastro, 2010). (b) Suhu
Untuk mengetahui ada peningkatan suhu tubuh/ tidak, normalnya suhu tubuh (36,50C – 37,60C) (Perry, 2005). (c) Nadi
Untuk mengetahui denyut nadi klien dengan menghitung dalam 1 menit, nadi normal 60 – 100 x/ menit (Perry, 2005).
(d) Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang dihitung dalam 1 menit, respirasi normal 16 – 20 x/ menit (Perry, 2005).
(4) Tinggi badan
Untuk mengetahui tinggi badan klien (Perry, 2005). (5) Berat Badan sebelum hamil
(6) Berat Badan sekarang
Untuk mengetahui berat badan ibu sekarang (Alimul, 2006). (7) LILA
Untuk mengetahui lingkar lengan atas klien normal/ tidak, normalnya 23,5 cm, termasuk faktor resiko tinggi (KEK) penanganannya dengan perbaikan gizi (Perry, 2005).
b) Pemeriksaan Sistematis (1) Kepala
(a) Rambut
Untuk mengetahui rambut klien bersih/ tidak, ada ketombe/ tidak, rontok/ tidak (Manuaba, 2009).
(b) Muka
Untuk mengetahui ada oedema atau tidak, pucat atau tidak (Wiknjosastro, 2008).
(c) Mata
Untuk menilai warna kantung conjungtiva, warna sklera, mata strabismus (juling) atau tidak (Varney, 2007). (d) Hidung
Untuk mengetahui simetris/ tidak, ada benjolan/ tidak (Varney, 2007).
(e) Telinga
(f) Mulut/ gusi/ gigi
Untuk mengetahui ada stomatitis/ tidak, ada caries/ tidak, berdarah/ tidak (Wiknjosastro, 2008).
(2) Leher
Untuk mengetahui adakah pembesaran pada kelenjar gondok, tumor/ tidak, kelenjar limfe tidak (Alimul, 2008). (3) Dada dan Axilla
Dikaji untuk mengetahui hasil pemeriksaan yang dilakukan pada pemeriksaan dada dan axilla meliputi :
(a) Mammae
Ada pembesaran/ tidak, ada benjolan/ tidak, simetris/ tidak, areola hyperpigmentasi/ tidak puting susu menonjol/ tidak kolustrum sudah keluar/ belum (Varney, 2004). (b) Axilla
Adakah benjolan/ tidak, nyeri tekan/ tidak (Varney, 2004). (4) Ekstermitas
Atas/ tangan : Apakah ada oedema/ tidak, jari lengkap/ tidak, ada kelainan/ tidak.
c) Pemeriksaan Khusus Obstetri (Lokalis) (1) Abdomen
(a) Inspeksi
Adakah pembesaran perut, bentuk perut, linia Alba/nigra, strie albican/ livide, ada kelainan/ tidak (Varney, 2004). (b) Palpasi
Untuk mengetahui bagaimana kontraksinya, berapa tinggi fundus uterinya, kandung kemih kosong/ penuh (Dewi dan Sunarsih, 2011).
(2) Anogenital (a) Vulva vagina
Untuk mengetahui adakah varices/ tidak, kemerahan/ tidak, nyeri/ tidak, ada benjolan bartholini/ tidak, ada pengeluaran pervaginam/tidak.
(b) Perineum
Untuk mengetahui adakah bekas luka/ tidak (Varney, 2007). Pada kasus ibu nifas dengan post episitomi ditemukan pada perineum ada luka jahitan yang warnanya merah, pada perineum terdapat odema ringan dan warnanya kebiruan normal dan ada nyeri tekan (Ladewig, 2011).
(c) Anus
(d) Inspekulo
Pemeriksaan vagina : Ada pembengkakan/ tidak,
ada benjolan/ tidak.
Pemeriksaan porsio uteri : Adakah perlukaan/ tidak, tertutup cairan/ lendir, ada kelainan/tidak
(Prawirohardjo, 2005). d) Pemeriksaan penunjang
Untuk mengetahui hasil pemeriksaan laboratorium dan penunjang lain (Varney, 2007). Pada kasus perawatan luka perineum post episiotomi pemeriksaan laboratorim tidak dilakukan.
b. Langkah II : Interprestasi Data
Menginterprestasikan data agar mengidentifikasikan diagnosa atau masalah. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik (Varney, 2004).
1) Diagnosa Kebidanan
Diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan (Varney, 2004). Diagnosa kebidanan ibu nifas dengan perawatan luka perineum post episiotomi :
Data Dasar a) Data Subjektif
Data Subjektif pada ibu nifas dengan luka perineum post episiotomi :
Ibu mengatakan nyeri pada luka jahitan (Alimul, 2006). b) Data Objektif
Data obyektif pada ibu nifas dengan keadaan umum luka perineum post episiotomi yaitu:
(1) Pada perineum terdapat edema ringan dan warna kebiruan yang normal.
(2) Terdapat bekas luka post episiotomi yang dijahit yang warnanya merah.
(3) Adanya nyeri tekan. (Ladewig, 2011). 2) Masalah
Adalah masalah yang timbul berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai diagnosa (Varney, 2004). Masalah yang sering muncul dalam kasus ini adalah ibu merasa nyeri pada luka jahitan di perineum karena post episiotomi (Suherni, 2008).
3) Kebutuhan
melakukan analisa data (Varney, 2004). Kebutuhan yang diperlukan pada ibu nifas dengan luka post episiotomi adalah penjelasan tentang rasa nyeri pada perineum karena luka perineum
post episiotomi (Suherni, 2008).
c. Langkah III : Diagnosa Potensial
Merupakan hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai diagnosa (Varney, 2004). Diagnosa potensial yang terjadi pada ibu nifas dengan perawatan luka perineum post episiotomi yang mungkin terjadi adalah terjadinya infeksi pada luka jahitan perineum (Uliyah, 2006).
d. Langkah IV : Tindakan Segera
Menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah atau kebutuhan yang dihadapi kliennya, setelah bidan merumuskan tindakan yang dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa masalah potensial yang sebelumnya (Varney, 2004). Antisipasi untuk pada kasus perawatan luka perineum
e. Langkah V : Rencana Tindakan
Ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya, langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau antispasi pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi (Varney, 2004). Rencana asuhan yang diberikan pada ibu nifas dengan perawatan luka post episiotomi adalah :
1) KIE tentang rasa nyeri pada luka jahitan dan rasa mules pada
perut.
2) Anjurkan ibu untuk menjaga agar perineum selalu bersih dan
kering.
3) Anjurkan ibu untuk menghindari penggunaan obat-obat
trandisional pada perineumnya.
(Wiknjosastro, 2008)
4) Lakukan perawatan luka perineum dengan teknik aseptik dengan
cara menggunakan air hangat atau air bersih dan kassa steril
(Uliyah, 2008).
5) Ajarkan ibu tentang teknik relaksasi (Saleha, 2009).
6) Anjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene (Suherni, 2008).
7) Berikan terapi obat Amoxillin 500 mg 3 x 1 tablet, Asam
mefenamat 500 mg 3 x 1 tablet, Vitamin A 200.000 unit 1 x 1,
Tablet Fe 40 tablet 1 x 1 (Thompson, 2008).
8) Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang dalam seminggu untuk
f. Langkah VI : Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan yang menyeluruh seperti yang diuraikan pada langkah kelima, dilaksaanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini dapat dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh klien atau tenaga lainnya (Varney, 2004). Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan perawatan luka post episiotomi sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.
g. Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ini dilakukaan evaluasi keefektifan dari asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar telah dipenuhi sesui dengan kebutuhan sebagaimana rencana tersebut dapat dianggap efektif dalam pelaksaanaannya (Varney, 2004).
Evaluasi pada ibu nifas dengan perawatan luka perineum post episiotomi adalah :
1) Luka perineum post episiotomi tidak ada nyeri, tidak oedem, sembuh dan kering, serta tidak ada infeksi (Ledewiq, 2011)
Data Perkembangan SOAP
Data perkembangan menggunakan SOAP menurut Varney (2004), yaitu :
1. Subjektif : Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa.
2. Objektif : Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung
assesment.
3. Assesment : Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interprestasi data Subjektif dan Objektif dalam suatu identifikasi diagnosa/masalah, antisipasi diagnosa/ masalah, perlunya tindakan segera oleh bidan/ dokter dan konsultasi kolaborasi.
4. Planning : Menggambarkan pendokumentasian dan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi berdasarkan assesment.
C. Landasan Hukum
Dalam Permenkes Nomor HK.02.02/MENKES/1464/2010 pasal 10 tentang penyelenggaraan praktik. Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi :
2. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil
b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal c. Pelayanan persalinan normal
d. Pelayanan ibu nifas normal e. Pelayanan ibu menyusui
f. Pelayanan konseling antara dua masa kehamilan
3. Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berwenang untuk :
a. Episiotomi
b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
c. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan d. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
e. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
f. Fasilitasi/ bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi ASI eksklusif g. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala III dan post partum
h. Penyuluhan dan konseling
38
METODOLOGI
A. Jenis Studi Kasus
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah menggunakan bentuk laporan studi kasus dengan menggunakan metode observasional deskriptif. Observasional yaitu kasus yang dilakukan dengan cara pengamatan / observasi. Deskriptif yaitu suatu metode yang digunakan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keaadaan secara obyektif (Arikunto, 2010). Studi kasus adalah laporan yang dilaksanakan dengan cara meneliti suatu permasalahan studi kasus melalui suatu yang terdiri dari unit tunggal (Notoatmodjo, 2005). Studi kasus ini termasuk asuhan kebidanan 7 langkah varney dari pengumpulan data sampai evaluasi dan data perkembangan termasuk SOAP.
B. Lokasi Studi Kasus
Lokasi merupakan tempat dimana pengambilan kasus dilaksanakan (Notoatmodjo, 2010). Pengambilan kasus ini dilakukan di BPM Puji Setiani Tegal Mulyo Mojosongo Surakarta.
C. Subjek Studi kasus
Ny. T dengan perawatan luka perineum post episiotomi di BPM Puji Setiani Tegal Mulyo Mojosongo Surakarta.
D. Waktu Studi Kasus
Waktu studi kasus adalah rentang waktu yang digunakan penulis untuk mencari kasus (Notoatmodjo, 2010). Pada pengambilan kasus dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 2013 – 15 Maret 2013.
E. Instrumen Studi Kasus
Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh penulis dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, lebih cepat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah
(Arikunto, 2010). Pada kasus ini penulis menggunakan instrumen berupa format asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan mengunakan managemen kebidanan dengan 7 langkah varney.
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam menyusun studi kasus ini sebagai pengumpulan data sebagai berikut:
1. Data Primer
Menurut Nursalam (2009), pemeriksaan fisik digunakan supaya mengetahui keadaan fisik pasien secara sistematis dengan cara : 1) Inspeksi
Inspeksi adalah suatu proses observasi yang dilakukan secara sistematis, observasi dilakukan dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran dan penciuman sehingga suatu alat mengumpulkan data. Inspeksi dilakukan secara berurutan mulai dari kepala sampai kaki. Pada kasus luka perineum post episiotomi
inspeksi yang digunakan adalah melihat, terdapat bekas luka perineum
post episiotomi yang dijahit warnanya merah pada perineum. 2) Palpasi
Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba, tangan dan jari. Dalam studi kasus ini dilakukan atau memeriksa keadaan luka perineum post episiotomi. Pada pemeriksaan ini untuk menentukan Tinggi Fundus Uteri. Pada kasus luka perineum post episiotomi dilakukan pemeriksaan palpasi mencakup pengkajian terhadap adanya nyeri tekan dan edema ringan pada luka perineum
post episiotomi. 3) Perkusi
lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan. Pada pemeriksaan ini dengan menggunakan pemeriksaan reflek patella yaitu pada ekstermitas Bawah / kaki. Pada kasus ibu nifas dengan perawatan luka perineum post episiotomi tidak perlu dilakukan.
4) Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan dengan jalan mendengarkan suara-suara yang dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop. Pemeriksaan pada studi kasus ini dilakukan untuk mengetahui tekanan darah, bunyi nafas dan jantung pasien. Pada pemeriksaan ini dengan menggunakan stetoskop dan spigmomanometer untuk mengetahui tekanan darah. Pada kasus ibu nifas dengan perawatan luka perineum post episiotomi tidak perlu dilakukan.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dimana penulis mendapatkan keterangan secara lisan dari klien, jadi data tersebut diperoleh langsung dari klien (Notoatmodjo, 2010). Wawancara dilakukan pada Ny. T, keluarga dan tenaga kesehatan untuk mendapatkan keterangan yang lengkap.
c. Observasi
langsung pada pasien untuk mengetahui perkembangan dan perawatan luka pada jahitan perineum post episiotomi yang dilakukan dengan menggunakan format asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan perawatan luka perineum post episiotomi.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh selain dari pemeriksaan atau terapi diperoleh dari keterangan keluarga, lingkungan, mempelajari status dan dokumentasi pasien, cacatan dalam kebidanan dan studi (Notoatmodjo, 2005).
Data sekunder diperoleh dengan cara : a. Studi Dokumentasi
Adalah semua bentuk sumber informasi yang berhubungan dengan dokumen (Notoatmodjo, 2010). Pengambilan kasus ini menggunakan catatan yang ada atau status pasien untuk memproleh informasi data medik yang ada di BPM Puji Setiani Tegal Mulyo Mojosongo Surakarta.
b. Studi Kepustakaan
G. Alat-alat yang Dibutuhkan
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pengambilan data antara lain : 1. Alat dan bahan untuk pengambilan data :
a. Format Asuhan Kebidanan ibu nifas b. Alat tulis (buku, bolpoin, dan penggaris).
2. Alat dan bahan untuk melakukan pemeriksaan fisik dan observasi : a. Spigmomanometer
b. Stetoskop c. Termometer d. Jam tangan
e. Alat pengukur tinggi badan f. Timbangan berat badan g. Pita LILA
3. Alat dan bahan untuk medikasi perawatan luka perineum post episiotomi :
1) Pinset anatomis 2) Gunting
3) Kasa steril 4) Bengkok 5) Pembalut
44
BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. TINJAUAN KASUS
Ruang : Nifas
Tanggal masuk : 10 Maret 2013 No. Register : -
1. PENGKAJIAN
Tanggal : 10 Maret 2013 Pukul : 12.00 WIB
a. Identitas Pasien Identitas Suami
1) Nama : Ny. T Nama : Tn. P
2) Umur : 24 tahun Umur : 25 tahun
3) Agama : Islam Agama : Islam
4) Suku Bangsa : Jawa, Indonesia Suku Bangsa : Jawa, Indonesia 5) Pendidikan : SMA Pendidikan : SMK
6) Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta 7) Alamat : Sabrangkulon 03/ 35 Mojosongo, Jebres, Surakarta b. Anamnesa (Data Subyektif)
Tanggal : 10 maret 2013 Pukul : 12. 05 WIB
2) Keluhan : Ibu mengatakan perutnya mules dan nyeri pada luka jahitan di perineum.
3) Riwayat menstruasi
a) Menarche : Ibu mengatakan pertama kali haid umur 13 tahun. b) Siklus : Ibu mengatakan jarak haidnya ± 28 hari.
c) Lama : Ibu mengatakan lama haidnya 6 – 7 hari. d) Banyaknya : Ibu mengatakan 2 – 3 x/ hari ganti pembalut. e) Teratur/ tidak : Ibu mengatakan haidnya teratur.
f) Sifat darah : Ibu mengatakan darah warna merah segar, encer, tidak bergumpal.
g) Disminorhoe : Ibu mengatakan nyeri perut saat hari pertama haid.
4) Riwayat hamil
a) HPHT : Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir tanggal 3 Juni 2012.
b) HPL : 10 Maret 2013 c) Keluhan – keluhan pada
Trimester I : Ibu mengatakan sering mual – maul kadang muntah.
Trimester II : Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
d) ANC : Ibu mengatakan 8 kali kunjungan ulang secara teratur di bidan.
Trimester I : 2 kali, saat umur kehamilan 2, dan 3 bulan. Trimester II : 3 kali, saat umur kehamilan 4, 5, dan 6 bulan. Trimester III : 3 kali, saat umur kehamilan 7, 8, dan 9 bulan. e) Penyuluhan yang pernah di dapat
Ibu mengatakan pernah mendapat penyuluhan tentang tablet zat besi, gizi ibu hamil, tanda bahaya kehamilan trimester III.
f) Imunisasi TT
Ibu mengatakan pernah mendapat imunisasi TT 2 kali. TT 1 : Saat akan menikah (capeng)
TT 2 : Saat umur kehamilan 3 bulan g) Pergerakan janin
Ibu mengatakan sudah merasakan gerakan janin saat umur kehamilan 4 bulan.
5) Riwayat penyakit
a) Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan sekarang tidak sedang sakit batuk, pilek, dan demam.
b) Riwayat penyakit sistemik
(2) Ginjal : Ibu mengatakan tidak nyeri pinggang bagian bawah dan sakit saat BAK.
(3) Asma : Ibu mengatakan tidak sesak nafas.
(4) TBC : Ibu mengatakan tidak pernah batuk yang berkepanjangan lebih dari 3 bulan.
(5) Hepatitis : Ibu mengatakan tidak pernah kuning pada mata, kulit dan kuku.
(6) Hipertensi : Ibu mengatakan tidak pernah pusing yang lama, tekanan darah tidak pernah tinggi, dan tengkuk kaku.
(7) Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah kejang dan mengeluarkan busa dari mulutnya.
(8) DM : Ibu mengatakan tidak pernah haus, lapar dan sering BAK saat malam hari.
(9) Lain – lain : Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit lain seperti HIV/ AIDS.
c) Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis dan penyakit menurun seperti Hipertensi dan jantung.
d) Riwayat keturunan kembar
e) Riwayat operasi
Ibu mengatakan belum pernah operasi apapun. 6) Riwayat keluarga berencana
Ibu mengatakan belum pernah menjadi akseptor KB apapun. 7) Riwayat perkawinan
a) Status perkawinan : Syah, 1 kali
b) Kawin umur : 23 tahun (istri), 24 tahun (suami)
c) Lamanya : 1 tahun
8) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu Hamil sekarang
9) Riwayat persalinan
a) Tempat persalinan : BPM, penolong : bidan b) Tanggal/ jam persalinan : 10 maret 2013, 10.00 WIB c) Jenis persalinan : Normal
d) Indikasi dilakukan episiotomi : Perineum kaku dan pendek. e) Plasenta
1) Ukuran : 400 gram, kotiledon lengkap, jumlah 20 2) Insersi tali pusat : Sentralis, panjang 49 cm
3) Kelainan : Tidak ada f) Perineum
(1) Ruptur/ tidak : Ya, derajat II, episiotomi mediolateralis. (2) Dijahit/ tidak : Dijahit dengan teknik jelujur dengan
g) Perdarahan
(1) Kala I 20 cc, kala II 30 cc, kala III 50 cc, kala IV 100 cc (2) Jumlah perdarahan 200 cc
h) Tindakan lain : Tidak ada tindakan lain i) Lama persalinan
Kala I : 8 jam - menit Kala II : - jam 20 menit Kala III : - jam 10 menit Kala IV : 2 jam - menit Total : 10 jam 30 menit j) Keadaan bayi
BB : 3200 gram
Apgar score : 8/ 9/ 10 Cacat bawaan : Tidak ada Masa gestasi : 40 minggu 10) Pola kebiasaan
a) Nutrisi
Selama hamil : Ibu mengatakan makan 2 – 3 x sehari, dengan porsi sedang dengan jenis nasi, sayur, lauk - pauk, buah – buahan, dan minum 7 – 8 gelas air putih/ hari.
sayur bayam, tahu, tempe, dan minum air putih dan air teh.
b) Eliminasi
(1) BAB : Ibu mengatakan belum BAB (2) BAK : Ibu mengatakan sudah BAK 1 x c) Istirahat/ tidur
Selama hamil : Ibu mengatakan tidur siang ± 1 jam dan tidur malam ± 8 jam.
Setelah melahirkan : Ibu mengatakan belum beristirahat/ tidur. d) Keadaan psikologi
Ibu mengatakan senang dengan kelahiran anaknya. e) Riwayat sosial budaya
(1) Dukungan keluarga : Ibu mengatakan keluarga dan suami mendukung.
(2) Keluarga lain yang tinggal serumah : Ibu mengatakan tinggal serumah dengan mertua. (3) Pantangan makanan : Ibu mengatakan tidak ada pantangan
makanan apapun saat hamil.
(4) Kebiasaan adat istiadat : Ibu mengatakan ada acara mitoni saat umur kehamilan 7 bulan.
f) Penggunaan obat-obatan/ rokok
c. Pemeriksaan Fisik (Data Obyektif)
Tanggal : 10 Maret 2013 Pukul : 12.15 WIB 1) Status Generalis
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) TTV : TD : 120/ 80 mmHg R : 22 x/ menit S : 37oC N : 88 x/ menit d) Tinggi Badan : 159 cm
e) Berat Badan sekarang : 51 kg
f) LILA : 23 cm
2) Pemeriksaan sistematis a) Kepala
(1) Rambut : Hitam, bersih, tidak berketombe, tidak mudah rontok.
(2) Muka : Tidak pucat, tidak oedema, tidak ada cloasma.
(3) Mata
a) Oedema : Tidak oedema
b) Conjungtiva : Warna merah muda
c) Sklera : Warna putih
(6) Mulut/ gigi/ gusi : Tidak ada stomatitis, tidak ada caries, tidak berdarah
b) Leher
(1) Kelenjar gondok : Tidak ada pembesaran
(2) Tumor : Tidak ada benjolan
(3) Pembesaran kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
c) Dada dan Axilla
(1) Jantung : Tidak dilakukan
(2) Paru : Tidak dilakukan
(3) Mammae
(a) Pembengkakan : Tidak ada pembengkakan (b) Tumor : Tidak ada benjolan (c) Simetris : Simetris
(d) Areola : Hyperpigmentasi (e) Puting susu : Menonjol
(f) Kolostrum : Sudah keluar (4) Axilla
(a) Benjolan : Tidak ada benjolan (b) Nyeri : Tidak ada nyeri d) Ekstremitas
(1) Varices : Tidak ada varices
(3) Reflek patella : Positif (4) Betis merah/ lembek/ keras: Betis lembek 3) Pemeriksaan khusus obstetri (lokalis)
a) Abdomen (1) Inspeksi
(a) Pembesaran perut : Normal (b) Linea alba/ nigra : Linea nigra (c) Strie albican/ livide : Strie albican (d) Kelainan : Tidak ada (2) Palpasi
(a) Kontraksi : Keras
(b) TFU : 2 jari dibawah pusat (c) Kendung kencing : Kosong
b) Anogenital
1) Vulva vagina
(a) Varices : Tidak ada (b) Kemerahan : Tidak kemerahan
(c) Nyeri : Ya
(d) Lochea : Rubra
2) Perineum
3) Anus
(a) Haemoroid : Tidak ada (b) Lain – lain : Tidak ada 4) Inspekulo
a) Vagina : Tidak dilakukan b) Porsio : Tidak dilakukan 5) Pemeriksaan dalam : Tidak dilakukan 4) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksan laboratorium : Tidak dilakukan b) Pemeriksaan penunjang lain : Tidak dilakukan
2. INTERPRETASI DATA
Tanggal : 10 Maret 2013 Pukul : 12.30 WIB a. Diagnosa Kebidanan
Ny. T P1A0 umur 24 tahun, 2 jam post partum dengan luka jahitan perineum derajat II post episiotomi.
Data Dasar : Data Subyektif :
1) Ibu mengatakan berumur 24 tahun
2) Ibu mengatakan melahirkan anak pertama pada tanggal 10 maret 2013 pukul 10.00 WIB dan belum pernah keguguran.
3) Ibu mengatakan perutnya mules.
Data Obyektif :
1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) TTV : TD : 120/ 80 mmHg R : 24 x/ menit S : 37oC N : 88 x/ menit 4) ASI sudah keluar.
5) Perineum heating jelujur derajat II post episiotomi mediolateralis. 6) PPV : Lochea rubra, banyaknya 1 pembalut penuh. 7) TFU : 2 jari dibawah pusat.
b. Masalah
1) Nyeri pada luka jahitan perineum post episiotomi. 2) Mules – mules pada perut
c. Kebutuhan
1) Penjelasan tentang nyeri perineum dan cara perawatannya. 2) Penjelasan tentang after pains dan ajarkan teknik relaksasi.
3. DIAGNOSA POTENSIAL
Terjadi infeksi pada luka bekas jahitan.
4. TINDAKAN SEGERA
Vitamin A 200.000 unit 1 x 1 (tablet) Tablet Fe 40 tablet 1 x 1
5. PERENCANAAN
Tanggal : 10 Maret 2013 Pukul : 12.40 WIB 1. Beri tahu ibu tentang hasil pemeriksaan.
2. Jelaskan pada ibu tentang rasa nyeri pada luka jahitan dan rasa mules pada perut.
3. Anjurkan ibu untuk menjaga agar perineum selalu bersih dan kering. 4. Anjurkan ibu untuk menghindari penggunaan obat – obat tradisional pada
perineumnya.
5. Ajarkan ibu tentang teknik relaksasi
6. Lakukan perawatan luka perineum
7. Anjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene. 8. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.
9. Beri ibu terapi obat dan anjurkan untuk meminumnya.
6. PELAKSANAAN
Tanggal : 10 Maret 2013 Pukul : 12.50 WIB 1. Pukul 12.55 WIB Memberi tahu ibu tentang hasil pemeriksaannya.
memproses uterus menjadi normal atau kembali ke semula seperti sebelum hamil dan nyeri jahitan normal karena jaringan - jaringan yang telah robek akan membentuk jaringan kembali.
3. Pukul 13.05 WIB Menganjurkan ibu untuk menjaga agar perineum selalu bersih dan kering.
4. Pukul 13.10 WIB Menganjurkan ibu untuk menghindari penggunaan obat – obat tradisional pada perineumnya.
5. Pukul 13.15 WIB Mengajarkan ibu tentang teknik relaksasi pada saat mules yaitu :
a. Ibu menarik nafas panjang. b. Perlahan – lahan dihembuskan. c. Ibu bernafas seprti biasa.
d. Apabila ibu merasa nyeri, anjurkan untuk bernafas secara dangkal dan cepat.
6. Pukul 13.20 WIB Melakukan perawatan luka perineum post episiotomi
dengan teknik aseptik pada daerah genetalia dan sekitarnya dengan cara membersihkan terlebih dahulu daerah luka kemudian menggunkan air hangat atau air bersih dan kassa steril lalu di beri betadine dan kassa steril yang diberi salep gentamisin 0,1 mg yang dioleskan pada daerah luka jahitan.
8. Pukul 13.30 WIB Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.
9. Pukul 13.55 WIB Memberi ibu terapi obat dan menganjurkan ibu untuk meminumnya.
Amoxillin 500 mg 3 x 1 tablet Asam mefenamat 500 mg 3 x 1 tablet Vit A 200.000 unit 1 x 1 tablet Tablet Fe 40 tablet 1 x 1
7. EVALUASI
Tanggal : 10 Maret 2013 Pukul : 14. 10 WIB
1. Ibu sudah mengerti dengan hasil pemeriksaannya.
2. Ibu mengerti tentang rasa mules yang dialaminya adalah keadaan normal.
3. Ibu sudah menjaga perineumnya tetap bersih dan kering.
4. Ibu bersedia untuk tidak menggunakan obat – obatan tradisional pada perineumnya.
5. Ibu dapat melakukan relaksasi.
DATA PERKEMBANGAN 1
Tanggal : 10 Maret 2013 Pukul 18.00 WIB Data Subyektif
1. Ibu mengatakan masih nyeri pada luka jahitan. 2. Ibu mengatakan belum BAB dan sudah BAK 1 kali.
3. Ibu mengatakan ASI sudah keluar sedikit dan sudah menyusui bayinya. 4. Ibu mengatakan sudah bisa duduk dan berjalan – jalan. Data Obyektif
1. a. Keadaan umum : baik b. kesadaran : Composmentis
c. TTV : TD : 120/ 80 mmHg N : 88 x/ menit S : 37º C R : 24 x/ menit
2. lochea rubra ± 20 cc, kontraksi uterus keras, tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat, luka jahitan perineum post episiotomi bersih dan masih basah.
3. Puting susu menonjol, ASI sudah keluar, payudara normal, tidak terdapat nyeri tekan.
Assesment
Planning
Tanggal : 10 Maret 2013 Pukul : 18.30 WIB
1. Pukul 18.35 WIB Mengobservasi pengeluaran pervaginam, kontraksi uterus, tinggi fundus uteri, dan luka pada perineum post episiotomi.
2. Pukul 18.45 WIB Melihat adanya tanda –tanda infeksi seperti luka perineum
post episiotomi mengalami pembengkakan, terdapat nanah, dan terjadinya peningkatan suhu tubuh.
3. Pukul 18.50 WIB Melakukan perawatan luka perineum pada post episiotomi
dengan teknik aseptik yaitu :
a. Dengan cara cuci tangan terlebih dahulu sebelum dan sesudah memegang luka lalu menggunakan alat yang bersih atau steril untuk kontak dengan luka.
b. Membersihkan daerah luka dengan menggunakan air hangat atau air bersih.
c. Menggunakan kassa yang diberikaan betadine kemudian kassa steril diolesi dengan salep gentamisin 0,1 mg dan mengoleskan pada luka jahitan.
4. Pukul 19.00 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap melakukan personal hygiene. 5. Pukul 19.10 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap mengonsumsi makanan
bergizi bagi ibu nifas.
6. Pukul 19.15 WIB Memberi KIE tentang ASI eksklusif
Evaluasi
Tanggal : 10 Maret 2013 Pukul : 20.00 WIB 1. Pengeluaran pervaginam Lochea rubra ± 20 cc, kontraksi uterus keras, TFU 2
jari dibawah pusat, luka jahitan perineum bersih dan masih basah. 2. Tidak ada tanda – tanda infeksi pada luka jahitan pada perineum. 3. Ibu mengatakan sudah melakukan Personal higiene
4. Ibu bersedia untuk makan – makanan yang bergizi seperti nasi, sayur –sayuran hijau, tempe, tahu, telur.
5. Perawatan luka perineum bekas jahitan sudah dilakukan. 6. Ibu sudah mengerti dan tahu tentang ASI eksklusif. 7. Ibu bersedia minum obat yang sudah diberikan.
DATA PERKEMBANGAN 2
Tanggal : 11 Maret 2013 Pukul 08.00 WIB Data Subyektif
1. Ibu mengatakan sudah berkurang nyeri jahitannya. 2. Ibu mengatakan sudah bisa BAB.
3. Ibu mengatakan sudah bisa melakukan perawatan luka perineum sendiri. 4. Ibu mengatakan sudah bisa beristirahat.
5. Ibu mengatakan ingin pulang. Data Obyektif
a. Keadaan umum : baik b. kesadaran : composmentis
c. TTV : TD : 110/ 80 mmHg N : 88 x/ menit S : 37° C R : 24 x/ menit d. Pengeluaran pervagina : Lochea rubra ± 10 cc
e. kontraksi uterus keras, tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat, luka jahitan perineum post episiotomi bersih dan masih basah.
2. Puting susu menonjol, ASI sudah keluar, payudara normal, tidak terdapat nyeri tekan.
Assesment
Ny. T P1A0 umur 24 tahun, 1 hari post partum dengan luka jahitan perineum derajat II post episiotomi.
Planning
Tanggal : 11 Maret 2013 Pukul : 08.15 WIB 1. Pukul 08.20 WIB Mengobservasi pengeluaran pervaginam, kontraksi uterus,
tinggi fundus uteri, dan luka pada perineum post episiotomi.
2. Pukul 08.30 WIB Melihat adanya tanda –tanda infeksi seperti luka perineum
3. Pukul 08.35 WIB Melakukan perawatan luka perineum pada post episiotomi
dengan teknik aseptik yaitu :
a. Dengan cara cuci tangan terlebih dahulu sebelum dan sesudah memegang luka lalu menggunakan alat yang bersih atau steril untuk kontak dengan luka.
b. Membersihkan daerah luka dengan menggunakan air hangat atau air bersih. c. Menggunakan kassa yang diberikaan betadine kemudian kassa steril diolesi
dengan salep gentamisin 0,1 mg kemudian mengoleskan pada luka jahitan.. 4. Pukul 08.50 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap melakukan personal hygiene. 5. Pukul 09.00 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap mengonsumsi makanan
bergizi bagi ibu nifas
6. Pukul 09.15 WIB Memberi KIE tentang perawtan luka perineum.
7. Pukul 09.30 Menganjurkan ibu untuk meminum obat yang sudah diberikan. 8. Pukul 09.35 Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang pada tanggal 15 Maret
2013.
9. Pukul 09.40 WIB Mengijinkan ibu untuk pulang. Evaluasi
Tanggal : 11 Maret 2013 Pukul : 10.00 WIB 1. Pengeluaran pervaginam : Lochea rubra ± 10 cc, kontraksi uterus keras, TFU
4. Ibu bersedia untuk makan – makanan yang bergizi seperti nasi, sayur –sayuran hijau, tempe, tahu, telur.
5. Perawatan luka perineum bekas jahitan sudah dilakukan. 6. Ibu sudah mengerti dan tahu tentang perawatan luka perineum. 7. Ibu bersedia minum obat yang sudah diberikan.
8. Ibu bersedia untuk kontrol ulang pada tanggal 15 Maret 2013. 9. Ibu di perbolehkan untuk pulang.
DATA PERKEMBANGAN 3 (KONTROL ULANG)
Tanggal : 15 Maret 2013 Pukul 08.30 WIB Data Subyektif
1. Ibu mengatakan ingin kontrol luka jahitan. 2. Ibu mengatakan obat sudah habis.
3. Ibu mengatakan tidak ada keluhan nyeri luka jahitan. Data Obyektif
1. Keadaan umum baik, kesadaran composmentis TTV : TD : 120/ 70 mmHg S : 36,7ºC
N : 84 x/ menit R : 24 x/ menit
2. Lochea sanguinolenta 5 cc, kontraksi uterus tidak teraba, tinggi fundus uteri 3 – 4 jari di bawah pusat, luka jahitan post episiotomi bersih dan sudah kering. 3. Puting susu menonjol, ASI sudah kelur lancar, payudara normal, tidak