TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 9 DAN SMP NEGERI 10 PROBOLINGGO
Lilis Indayani
Guru di SMP Negeri 10 Probolinggo Email: indayanililis45@gmail.com
Abstrak: Penelitian ini dilakukan di SMP N 9 dan SMP N 10 Probolinggo tahun pelajaran 2011/2012. Populasi penelitian yaitu siswa kelas delapan, dan sampel penelitian diambil 4 kelas dari 15 kelas yang ada. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen.
Kelas eksperimen 1 menggunaan media KIT IPA dan kelas eksperimen 2 menggunakan media gambar animasi untuk belajar ilmu pengetahuan alam. Data dalam penelitian berupa instrumen tes prestasi belajar, dan instrumen motivasi berprestasi berupa kuosioner. Berdasarkan hasil analisis data disimpulkan bahwa: (1) Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang belajar menggunakan media KIT IPA dan media gambar animasi. Berdasarkan data menunjukkan bahwa, pencapaian rata-rata siswa yang menerima pembelajaran menggunakan media gambar animasi lebih tinggi dari pencapaian rata-rata siswa yang belajar menggunakan media KIT IPA. Jadi peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan media gambar animasi menghasilkan prestasi yang lebih baik daripada menggunakan media KIT IPA. (2) Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah. Pencapaian siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi lebih besar dari siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah. (3) Tidak ada interaksi antara penggunaan media pembelajaran dan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa. Ini memberi arti bahwa tidak ada pengaruh kombinasi antara penggunaan media KIT IPA dan media gambar animasi dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa.
Kata kunci: media pembelajaran, motivasi berprestasi, prestasi belajar
Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS pasal 3, dinyatakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mewujudkan hal tersebut, IPA sebagai salah satu cabang Ilmu Pengetahuan yang berpengaruh terhadap kemajuan teknologi harus dapat memberikan kontribusi yang tepat terhadap kemajuan IPTEK. Konsep IPA yang baik dan benar dapat diwujudkan melalui pendidikan yang dilaksanakan menurut pendekatan, strategi, metode dan media yang tepat dalam proses pembelajaran.
Penguasaan konsep IPA (dalam hal ini Fisika) pada siswa masih sangat dangkal merupakan kenyatan yang ada di lapangan, banyak siswa tidak memahami melainkan hanya menghafalkan konsep abstrak yang disajikan guru dalam bentuk persamaan matematika. Pemahaman siswa terhadap Fisika yang dangkal menyebabkan siswa selalu merasa kesulitan belajar Fisika dan cenderung kurang senang terhadap pelajaran Fisika. Siswa cenderung mengalami kesulitan dalam memahami sehingga prestasi belajar fisika cenderung rendah.. Hal ini berlaku juga pada materi pembelajaran cahaya.
Rendahnya prestasi belajar siswa merupakan masalah yang harus menjadi perhatian guru. Pemilihan metode, dan media pembelajaran yang kurang tepat dengan karakteristik bidang studi dan materi pembelajaran, menyebabkan siswa berpandangan pesimis terhadap Fisika. Guru sering terjebak pada kepentingan penyelesaian materi dengan waktu yang singkat sehingga menempuh cara praktis dengan mematematiskan Fisika melalui ceramah satu arah. Hal ini tentu mengarahkan siswa pada pembelajaran yang monoton dan membosankan sehingga siswa dikondisikan pada situasi tidak menyenangkan yang berakibat pada rendahnya motivasi berprestasi yang tercermin melalui rendahnya prestasi belajar siswa.
Lam-bang Kata
Lambang Visual Gambar Diam, Rekaman Radio Gambar Hidup Pameran
Televisi Karyawisata Dramatisasi
Benda Tiruan/Pengamatan
Pengalaman Langsung
berpusat pada siswa {student- centered). Guru dituntut kreatif memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, untuk menciptakan pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM). Guru dapat menggunakan berbagai media untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, misalnya peralatan Laboratorium, media gambar animasi, dll. Arsyad (2011) menyatakan televisi, lagu, gambar animasi merupakan multimedia yang dikenal masyarakat akademik. Multimedia merupakan gabungan dari suara, video, animasi, teks, gambar, model yang dijadikan satu sehingga menjadi lebih menarik dan mencapai dari tujuan yang diinginkan. Multimedia merupakan media yang dapat menampung kreatifitas guru dalam mempersiapkan pembelajaran siswa.
Ganbar 1: Kerucut pengalaman Edgar Dale Sumber: Media pembelajaran (Arsyad, 2011)
Penggunaan media dalam proses belajar mengajar diilustrasikan dalam kerucut pengalaman Dale (Dale's Cone of Experiences). Kerucut tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung (konkrit), kenyataan yang ada di lingkungan seseorang melalui benda tiruan hingga lambang verbal (abstrak). Semakin ke atas semakin abstrak media yang digunakan. Kerucut pengalaman Edgar Dale ini adalah tahapan dalam pendekatan media yang diinginkan (Arsyad, 2011).
Abstrak
Dengan menggunakan Media KIT IPA atau Media Gambar Animasi diharapkan siswa akan mudah menerima materi pembelajaran secara optimal. Untuk itu peranan seorang guru sangatlah besar dalam mewujudkan tujuan dari pendidikan sehingga pembelajaran yang terjadi tidak hanya satu arah dan guru menjadi satu satunya sumber ilmu, sehingga dapat memberikan suatu dampak bagi prestasi belajar yang dicapai siswa. Mata pelajaran Fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains. Hakikat sains adalah ilmu pengetahuan yang objek pengamatannya adalah alam dengan segala isinya termasuk bumi, tumbuhan, hewan, serta manusia. Sains adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode berdasarkan observasi Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
penting dalam proses belajar dan mengajar. (http://pakdesofa.blog2.plasa. com /archives/50, diakses 2 Desember 2010)
Setiap siswa memiliki karakteristik berbeda yang muncul dari dalam diri (internal) maupun dari luar (eksternal) sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Salah satu karakteristik siswa yang menarik dari dalam diri dan dapat diperkuat dari luar yaitu motivasi berprestasi. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi lebih mudah mengembangkan minat dan kemauan secara sadar untuk belajar sehingga akan lebih baik menguasai pembelajaran melalui media interaktif berbasis komputer. Kesadaran untuk memahami, menguasai dan mengaplikasikan dalam permasalahan yang terkait merupakan kunci sukses untuk menyelesaikan tiap bagian pada pembelajaran mandiri. Umpan balik yang diberikan dengan cepat tampak dan efisien pada media interaktif berbasis komputer sangat tepat untuk siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi. Sedangkan siswa yang motivasi berprestasinya perlu dirangsang dari luar, akan lebih mudah menguasai pembelajaran dengan KIT IPA.
Untuk mengetahui bahwa proses pembelajaran dapat berlangsung dan penguasaan konsep siswa tercapai maka diperlukan alat ukur keberhasilan siswa dalam belajar yaitu dengan tes prestasi belajar. Tes prestasi belajar merupakan salah satu alat pengukuran dibidang pendidikan yang sangat penting artinya sebagai sumber informasi guna mengambil keputusan. Oleh karena itu perlu dipilih soal-soal yang benar-benar dapat mengukur kemampuan siswa dalam pemahaman tentang materi cahaya.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: (1) Adakah perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan Media KIT IPA dan Media Gambar Animasi? (2) Adakah perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi dengan siswa yang mempunyai motivasi berprestasi rendah? (3) Adakah interaksi antara penggunakan Media KIT IPA dan Media Gambar Animasi serta motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa?
pembelajaran dengan menggunakan Media KIT IPA dan Media Gambar Animasi. (2) Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi dengan siswa yang mempunyai motivasi berprestasi rendah. (3) Ada interaksi antara penggunakan Media KIT IPA dan Media Gambar Animasi serta motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pelajaran dengan menggunakan Media KIT IPA dan Media Gambar Animasi. (2) Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi dan siswa yang mempunyai motivasi berprestasi rendah. (3) Interaksi penggunkan Media KIT IPA dan Media Gambar Animasi dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa.
Metode
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan dua perlakuan yaitu penggunaan Media KIT IPA dan Media Gambar Animasi. Dalam penelitian ini variabel-variabel penelitian yang diukur yaitu: (1) Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu Penggunaan Media Pembelajaran, yaitu X1 = Media
KIT IPA, dan X2 = Media Gambar Animasi. (2) Variabel Moderator pada
penelitian ini yaitu Motivasi Berprestasi pada diri siswa, yaitu Y1 = Motivasi
Berprestasi Tinggi, dan Y2 = Motivasi Berprestasi Rendah. (3) Variabel Terikat
dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa. Tabel 1: Desain Penelitian
Variabel Penggunaan Media KIT IPA (X1)
Penggunaan Media Gambar Animasi (X2)
Motivasi Berprestasi
Tinggi (Y1) X1 Y1 X2 Y1
Rendah (Y2) X1 Y2 X2 Y2
pembelajaran menggunakan media Gambar Animasi di SMP Negeri 9 dan di SMP Negeri10 Probolinggo. Waktu penelitian disesuaikan dengan alokasi waktu penyampaian materi Cahaya, yaitu bulan Mei 2012.
Teknik pengumpulan data yaitu dengan tes dan angket. Instrumen tes menggunakan 25 soal pilihan ganda dan 4 soal jenis uraian, sedangkan pengumpulan data melalui instrument angket terdiri dari 40 item soal. Untuk mengukur nilai motivasi berprestasi siswa menggunakan Penilaian Acuan Normal (PAN), siswa dikelompokkan dalam kelompok Tinggi dan kelompok rendah. Siswa memiliki motivasi berprestasi tinggi jika nilai yang diperoleh diatas rata-rata, dan memiliki motivasi berprestasi rendah jika nilai yang diperoleh dibawah rata-rata.
Dalam penelitian dilakukan uji asumsi terlebih dahulu, uji asumsi yang dimaksud adalah uji validitas dan reliabilitas. Arikunto (2010) menyatakan bahwa sebuah tes dikatakan valid jika hasilnya sesuai dengan kriteria artinya memiliki kesejajaran antara hasil tes dengan kriteria. Suatu alat ukur dikatakan valid apabila tes dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas isi dari soal tes telah diusahakan ketercapaiannya sejak soal disusun, yaitu dengan memperhatikan materi dan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Validitas isi dari tes dapat diketahui dari kesesuaian antara tujuan pembelajaran dan ruang lingkup materi yang telah diberikan dengan butir-butir tes yang menyusunnya. Untuk mengetahui validitas butir soal pilihan ganda, dilakukan dengan mengkorelasikan skor butir soal tersebut dengan skor total yang diperoleh. Koefisien korelasi dihitung dengan rumus korelasi product moment dari Pearson (Arikunto, 2010). Jika rxy > rtabel dengan taraf signifikan α = 5% maka soal
dikatakan valid dan sebaliknya.
seandainya terjadi perubahan maka perubahannya sangat kecil, sehingga perubahan tersebut tidak berarti.
Untuk mengetahui ketetapan ini dapat dilihat dari kesejajaran hasil, yaitu dengan menggunakan korelasi. Untuk menghitung reliabilitas tes yang skornya 1 dan 0 digunakan rumus Kudher Richardson, sedangkan instrumen yang menggunakan skala 0 – 10 atau 0 -100 (soal subyektif atau angket), maka digunakan Rumus Alpha.
Setelah uji validitas dan reliabilitas dilakukan, maka instrument yang valid dan reliable dapat digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Data motivasi berprestasi diperoleh melalui instrument angket, dan data prestasi belajar merupakan data dari instrument tes hasil belajar setelah dilakukan eksperimen pada masing-masing kelompok.
Sebelum dilakukan uji hipotesis, terhadap data motivasi berprestasi dan prestasi belajar kedua kelompok eksperimen dilakukan uji normalitas dan homogenitas terlebih dahulu. Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi berdistribusi normal. Uji Normalitas dapat menggunakan program SPSS 18. Pengujian dengan SPSS tersebut didasarkan pada uji Kolmogorov-Smirnov, dan Shapiro-Wilk. Normalitas dipenuhi jika hasil uji tidak signifikan untuk suatu taraf signifikan tertentu (α = 0,05), sebaliknya normalitas tidak terpenuhi jika hasil uji signifikan. Cara mengetahui signifikan atau tidaknya hasil uji normalitas adalah dengan memperhatikan bilangan pada kolom signifikansi (Sig.), dengan kriteria: - Jika signifikansi yang diperoleh > α, maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. - Jika signifikansi yang diperoleh < α, maka sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
Uji homogenitas digunakan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama. Kehomogenan dipenuhi jika hasil uji tidak signifikan untuk suatu taraf signifikasi tertentu (α = 0.05 atau 0.01). Sebaliknya, jika hasil uji signifikan maka kehomogenan tidak dipenuhi.
(2010) Two way Anova dengan interaksi merupakan pengujian hipotesis komparatif untuk data interval atau rasio dari k sampel (lebih dari dua sampel) yang berkorelasi dengan dua faktor yang berpengaruh sedangkan interaksi antara kedua faktor tersebut diperhitungkan. Teknik anasis data dalam penelitian ini menggunakan analisis varians (Anava) dua jalur. Untuk pengolahan data menggunakan program SPSS Ver.18 for windows.
Setelah seluruh data dianalisis dan diketemukan hasilnya, kemudian dibandingkan dengan norma keputusan untuk mempermudah penafsiran hasilnya. Norma keputusan yang digunakan untuk pengujian hipotesis adalah: (1) Jika p atau sign. < 0,05 (5%) berarti signifikan, artinya hipotesis kerja (Ha) diterima, hipotesis nihil (Ho) ditolak. (2) Jika p atau sign. > 0,05 (5%) berarti tidak signifikan, artinya hipotesis kerja (Ha) ditolak, hipotesis nihil (Ho) diterima.
Hasil
Instrument angket dan instrument tes telah diuji validitas dan reliabilitasnya sebelum digunakan untuk pengambilan data. Uji validitas diukur menggunakan rumus korelasi Product Moment dari Pearson dengan taraf signifikansi 5%.
Tabel 2: Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
UJI INSTRUMEN JUMLAH INSTRUMEN dikatakan valid. Untuk uji reliabilitas tes bentuk pilihan ganda menggunakan rumus Kudher Richardson sedangkan tes bentuk uraian dan instrument angket menggunakan rumus Alpha. Hasil uji reliabilitas tes pilihan ganda 0,690, tes bentuk uraian 0,542, dan angket 0,833 jika dibandingkan rtabel 0,374 maka instrument tes
Pengambilan data motivasi berprestasi dilakukan sebelum kegiatan eksperimen dilakukan. Siswa dibagi dalam dua kelompok berdasarkan nilai angket yang diperolehnya. Pengelompokan dilakukan berdasarkan PAN, siswa yang memperoleh nilai kurang dari 78,15 (nilai rata-rata) masuk dalam kelompok motivasi berprestasi rendah, sedangkan yang memperoleh nilai diatas rata-rata tergolong motivasi berprestasi tinggi, sebagaimana grafik berikut:
Gambar 2: Grafik Motivasi Berprestasi
Jumlah siswa dalam kelompok motivasi berprestasi tinggi dan rendah yaitu 55 dan 59 siswa, dengan penyebaran yang tidak merata pada kelompok eksperimen I dan II (lihat table 3). Kegiatan eksperimen dilakukan berdasarkan RPP yang telah dipersiapkan untuk masing-masing kelompok.
Tabel 3: Sebaran Siswa Masing-masing Kelompok
Media Motivasi Berprestasi Jumlah
Tinggi Rendah
KIT IPA 33 24 57
Gambar Animasi 22 35 57
Jumlah 55 59 114
Tabel 4: Data Prestasi Belajar Berdasarkan Media Pembelajaran
Berdasarkan data yang diperoleh melalui instrument angket maupun tes, maka dilakkan uji normalitas, homogenitas dan uji hipotesis. Uji hipotesis menggunakan teknik Analisis Varians dua Jalur menggunakan program SPSS 18 for windows.
Pembahasan
Uji normalitas data prestasi belajar dilakukan dengan uji chi-kuadral, uji Kolmogorof-Smirnov dan uji Shapiro-Wilk. Dengan menggunakan SPSS 18 for Windows, diperoleh data berikut:
Tabel 5: Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar
Pada table diatas terlihat bahwa hasil signifikansi yang diperoleh dengan uji Kolmogorof-Smirnov 0,200 dan dengan uji Shapiro-Wilk 0,250 lebih besar jika dibandingkan taraf signifikansi α = 0,050. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data prestasi belajar siswa berasal dari polpulasi yang berdistribusi normal, pada taraf signifikansi 0,05.
Uji normalitas data motivasi berprestasi dilakukan untuk memperlihatkan bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dengan menggunakan SPSS 18 for Windows, dipero leh data berikut:
Tabel 6: Hasil Uji Normalitas Motivasi Berprestasi
KIT IPA 57 100 55 74,00 11,99
Gambar
Animasi 57 98 64 83,74 7,11
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig. Prestasi Belajar .046 114 .200* .985 114 .250
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Uji homogenitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama. Pada uji homogenitas data prestasi belajar diuji menggunakan program SPSS 18 for Windows dan diperoleh data berikut:
Tabel 7: Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Levene
Statistic df1 df2 Sig. Prestasi
Belajar
Based on Mean 2.647 1 112 .107
Based on Median 2.866 1 112 .093
Based on Median and with adjusted df
2.866 1 111.809 .093
Based on trimmed mean 2.594 1 112 .110
Berdasarkan table diatas hasil uji homogenitas yang didasarkan pada rata-rata (Based on Mean) menunjukkan nilai signifikansi 0,107 lebih besar dari taraf signifikansi α = 0,050. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data prestasi belajar siswa di atas homogen.
Uji Hipotesis dilakukan dengan Analisis varians dua jalur menggunakan program SPSS 18 for windows yang digunakan dalam pengolahan statistic penelitian ini, hasil analisis data sebagaimana table berikut:
Tabel 8: Hasil Analisis Varians Dua Jalur
Tess of Between-Subjects Effects Dependent Variable : Prestasi Belajar
Source Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 4413.460a 3 1471.153 17.656 .000
Intercept 681272.420 1 681272.420 8176.250 .000
Motivasi 1626.670 1 1626.670 19.522 .000
Media 3415.924 1 3415.924 40.996 .000
Motivasi * Media 74.660 1 74.660 .896 .346
Error 9165.567 110 83.323
Total 722685.000 114
Corrected Total 13579.026 113
R Squared = .325 (Adjusted R Squared = .307)
Dari table di atas dapat dilakukan uji hipotesis sebagai berikut: Uji hipotesis 1
Fhitung = 40,996 > F0,05(1;100) = 3,94; sig. = 0,000 α = 0,05 sig. < α, dengan demikian
Kesimpulan : Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan Media KIT IPA dan Media Gambar Animasi. Penggunaan Media KIT IPA dan Media Gambar Animasi dalam kegiatan penelitian ini dilakukan pada materi Cahaya. Berdasarkan penyajian data ditunjukkan bahwa, rata-rata prestasi belajar siswa yang menerima pembelajaran menggunakan Media Gambar Animasi lebih tinggi dari pada rata-rata prestasi belajar siswa yang menerima pembelajaran menggunakan Media KIT IPA. Sehingga peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan Media Gambar Animasi pada materi Cahaya menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dari pada menggunakan Media KIT IPA.
Media pembelajaran bukan sekedar alat bantu, tetapi lebih merupakan bagian integral dalam proses belajar mengajar. Kehadiran media pembelajaran merupakan suatu keharusan dan menuntut para guru untuk merancang sistem instruksional yang terpadu. Guru dan media secara bersama-sama membagi tanggung jawab dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Pemilihan media yang tepat dalam kegiatan pembelajaran, akan semakin meningkatkan efektifitas dan kualitas pembelajaran.
Uji hipotesis 2
Fhitung = 19,522 > F0,05(1;100) = 3,94; sig. = 0,000 α = 0,05 sig. < α, dengan demikian
Ho ditolak dan Ha diterima.
Kesimpulan : Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi dengan siswa yang mempunyai motivasi berprestasi rendah.
Tabel 9: Data Prestasi Belajar Berdasarkan Motivasi Berprestasi
Berdasarkan table tersebut, ditunjukkan bahwa prestasi belajar siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi lebih besar dari pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah
Adanya perbedaan prestasi belajar pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah tersebut, hendaknya menjadi acuan bagi peneliti dan juga para guru untuk berupaya
Motivasi
Berprestasi JumlahData TertinggiNilai TerendahNilai Rata-rata StandarDeviasi
Tinggi 55 100 55 81,75 11,460
meningkatkan motivasi berprestasi pada diri siswa agar dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Asrori (2008) menjelaskan bahwa motivasi terbagi dua jenis, yaitu: 1) motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang yang seringkali disebut motivasi intrinsik, 2) motivasi yang berasal dari luar yang berupa usaha pembentukan dari orang lain yang seringkali disebut motivasi ekstrinsik. Dengan demikian motivasi berprestasi pada diri siswa selain tumbuh dari dalam diri sendiri, bisa juga ditingkatkan atau dipengaruhi oleh factor dari luar.
Dalam penelitian ini, motivasi berprestasi diukur sebelum kegiatan eksperimen dilakukan. Sehingga peneliti tidak dapat mengukur pengaruh penggunaan media pembelajaran dalam meningkatkan motivasi berprestasi siswa. Sebagaimana yang diuraikan Asrori di atas, maka dalam penelitian ini motivasi berprestasi yang diukur hanyalah motivasi intrinsik yang berasal dari dalam diri siswa. Meskipun tidak menutup kemungkinan, faktor ekstrinsik juga mempengaruhi siswa dalam pengisian instrumen angket motivasi berprestasi.
Uji Hipotesis 3
Fhitung = 0,896 < F0,05(1;100) = 3,94; sig. = 0,346 α = 0,05 sig. > α, dengan demikian
Ho diterima dan Ha ditolak.
memahami bagaimana proses terbentuknya bayangan dari sebuah benda yang dikenai cahaya. Dan gambar animasi tersebut dapat diulang berkali-kali hingga mereka menjadi mengerti dan memahami konsep cahaya yang diajarkan.
Pembelajaran dengan menggunakan Media KIT IPA yang dipandu menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS), sebenarnya juga dapat memudahkan siswa dalam memahami dan menemukan konsep Fisika yang sedang dipelajari dibandingkan dengan tanpa bantuan media alat laboratorium. Namun pada pelaksanaan pembelajaran banyak ditemukan hambatan atau kendala-kendala, diantaranya (1) siswa masih banyak mengalami kesulitan dalam merangkai alat-alat secara manual meskipun sudah ada petunjuk, sehingga guru masih banyak menerangkan cara merangkai alat; (2) ketersediaan peralatan laboratorium yang terbatas jumlahnya, memaksa siswa hanya dapat menggunakan alat-alat tersebut di laboratorium sekolah dan tidak bisa diulang sendiri di rumah; (3) Dalam kegiatan ekperimen tidak semua siswa aktif mencoba, sehingga masih ada beberapa anak yang kurang aktif dalam melakukan percobaan.
Simpulan dan Saran
Berdasarkan hasil analisis data disimpulkan bahwa : (1) Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan Media KIT IPA dan Media Gambar Animasi, berdasarkan data penelitian diperoleh harga Fhitung = 40,996 > F0,05(1;100) = 3,94 dengan signifikansi = 0,000 < α = 0,05.
Berdasarkan data ditunjukkan bahwa, rata-rata prestasi belajar siswa yang menerima pembelajaran menggunakan Media Gambar Animasi lebih tinggi dari pada rata-rata prestasi belajar siswa yang menerima pembelajaran menggunakan media KIT IPA. Sehingga peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan Media Gambar Animasi menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dari pada menggunakan media KIT IPA. (2) Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi dengan siswa yang mempunyai motivasi berprestasi rendah, berdasarkan data penelitian diperoleh harga Fhitung =
19,522 > F0,05(1;100) = 3,94 dengan signifikansi = 0,000 < α = 0,05. Perbedaan prestasi
motivasi berprestasi rendah ditunjukkan dari rata-rata prestasi belajar siswa berdasarkan motivasi berprestasinya. Prestasi belajar siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi lebih besar dari pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah. (3) Tidak ada interaksi antara penggunakan Media KIT IPA dan Media Gambar Animasi serta motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji statistik Fhitung = 0,896 < F0,05(1;100) = 3,94 dengan
signifikansi = 0,346 > α = 0,05. Ini memberikan arti bahwa tidak ada kombinasi efek antara penggunaan Media KIT IPA dan Media Gambar Animasi dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar yang diperoleh siswa.
Dari penelitian yang dilakukan, penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut: (1) Bagi guru mata pelajaran IPA-Fisika, diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pengelolaan, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan Media KIT IPA dan Media Gambar Animasi sehingga pembelajaran fisika menjadi lebih menarik, asyik dan menyenangkan. (2) Dapat memberikan gambaran kepada guru untuk terus melakukan pembaharuan-pembaharuan dalam melakukan kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat membantu siswa dalam meningkatkan motivasi berprestasinya. (3) Dengan penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, sehingga prestasi belajarnyapun akan mengalami peningkatan. (4) Diharapkan lembaga dalam hal ini kepala sekolah dapat menyediakan peralatan LCD Projector agar dapat dimanfaatkan oleh guru dalam kegiata belajar mengajar di kelas. Tidak hanya untuk mata pelajaran IPA-Fisika, tapi juga untuk mata pelajaran yang lain juga. (5) Kepala sekolah diharapkan selalu mendorong guru untuk dapat mengasah kemampuan dibidang pemanfaatan media computer. Karena dengan kemampuan computer guru yang semakin meningkat, maka pemanfaatan media komputer dalam pembelajaran akan dapat meningkatkan pula.
Motivasi Berprestasi. Dengan demikian interaksi antara penggunaan media pembelajaran dan motivasi berprestasi pada diri siswa dapat diukur atau diteliti ulang. (2) Penggunaan Media KIT IPA selain meningkatkan kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran, terutama juga sangat terkait dengan aspek afektif dan psikomotornya. Untuk penelitian berikutnya bisa dilakukan penelitian dengan mengamati kedua aspek tersebut, karena dalam penelitian ini hanya diukur aspek kognitif dari materi pembelajaran IPA Cahaya.
Daftar Rujukan
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad, A. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Asrori, M. 2008. Psikologi Remja: Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.
Depdiknas. 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. Depdiknas.
Hamalik, O. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta, Bumi Aksara. Hasan, I. 2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara. Pakdesofa, (online), (http://pakdesofa.blog2.plasa. com /archives/50, diakses 2
Desember 2010)
Sanjaya, W. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Shorcourse Series. 2010. Mudah Belajar Statistik dengan Program SPSS 18. Semarang: Wahana Komputer.
Subandowo, M & Rufi’i. 2011. Buku Pedoman Penulisan Tesis. Surabaya: Program Studi Teknologi Pembelajaran Program Pascasarjana Unipa Surabaya.
Sudrajat, A. 2008. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan Model Pembelajaran. (Online), (http://akhmadsudrajat.wordpress.com, diakses 12 September 2008).
Sutopo, A. H. 2002. Animasi dengan Macromedia Flash Berikut Action Script. Jakarta: Salemba Infotek.