• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Dosis dan Fermentasi Tepung Ampas Kelapa (Cocos nucifera L.) Oleh Aspergillus niger dan Ragi TapeTerhadap Kualitas Nutrisi Pakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Dosis dan Fermentasi Tepung Ampas Kelapa (Cocos nucifera L.) Oleh Aspergillus niger dan Ragi TapeTerhadap Kualitas Nutrisi Pakan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Potensi Ampas Kelapa sebagai Pakan Ternak

Kelapa (Cocos nuciferaL.) merupakan tanaman tropis yang penting bagi

negara Asia dan Pasifik. Tanaman kelapa disebut juga pohon kehidupan, karena

dari setiap bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup

manusia (Suhardikono, 1995).

Tanaman kelapa di Indonesia mencapai luas 3.759.397 ha. Sekitar 92,40%

diantaranya berupa kelapa dalam yang diusahakan sebagai perkebunan rakyat,

sedangkan kelapa hibrida baru sekitar 4%. Oleh karena itu, Indonesia disebut

sebagai negara produsen kelapa kedua setelah Philipina, tentu dilihat dari segi

total areal maupun potensi produksinya (Putri, 2010).

Produksi kelapa di Sumatera Utara adalah 88.962 ton, dengan produksi

terbesar dari Kabupaten Nias Utara 14.905 ton, Asahan 18.121 ton dan Nias

Selatan 12,612 ton (Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara, 2014). Dengan

jumlah produksi kelapa tersebut, diperoleh jumlah produksi ampas kelapa di

provinsi Sumatera Utara sebesar 13.344.300 kg (Diolah dari Suhardikono, 1995

dan Suhardiman,1999).

(2)

Tanaman kelapa banyak ditemukan di daerah pantai karena memerlukan

kelembaban yang tinggi. Buah kelapa berbentuk bulat panjang dengan ukuran

kurang lebih sebesar kepala manusia. Komposisi buah kelapa terdiri dari sabut

33%, tempurung 12%, daging buah 28% dan air 25% (Tekpan, 2006). Sedangkan

Suhardiman (1999), menyatakan bahwa komposisi buah kelapa seperti bagan

berikut:

-serat pintal -minuman -arang tempurung

-serat sikat -obat-obatan -perkakas

-penyiraman tanaman

- bumbu dapur - minyak kampung - minyak pabrik - untuk kue

- bungkil - bungkil -dll

Santan adalah cairan yang diperoleh dengan melakukan pemerasan

terhadap daging buah kelapa parutan yang digunakan untuk mengolah berbagai

masakan. Dengan cara perasan, diperoleh santan sedikit lebih daripada 50% berat

daging buah kelapa parutan mula-mula (Suhardikono, 1995).

Ampas kelapa merupakan sumber protein yang baik. Kandungan

proteinnya, sekitar 23% lebih besar dibandingkan dengan gandum, tetapi tanpa

jenis protein yang spesifik yang ada pada tepung gandum, yaitu gluten. Meskipun

ampas kelapa merupakan hasil samping pembuatan santan, namun memiliki

(3)

Ampas kelapa dapat diolah menjadi produk lain seperti tepung ampas

kelapa yang diperolehdengan cara menghaluskan daging ampas kelapa. Hasil

analisis Rindengan et al. (1997) menyatakan pada tepung ampas kelapa dari

Genjah Kuning Nias yaitu: kadar air 4,56%, protein 4,11%, lemak 15,89%, serat

kasar 30,58%, karbohidrat 79,34% dan abu 0,66%. Hasil analisis Putri (2010)

menyatakan bahwa ampas kelapa dapat digunakan sebagai pakan alternatif,

karena memiliki kandungan nutrien yang cukup tinggi yaitu protein 5,78%, lemak

38,24% dan serat kasar 15,07%.

Proses fermentasi dapat menurunkan kadar lemak ampas kelapa sebesar

11,39%. Fermentasi ampas kelapa juga mampu meningkatkan kecernaan bahan

kering dan bahan organik, dimana komponen ini diperlukan untuk mengetahui

sejauh mana pakan tersebut dapat dipergunakan dan dicerna oleh ternak (Miskyah

et al., 2006).

Pengertian Fermentasi

Fermentasi merupakan proses perombakan struktur secara fisik, kimia dan

biologi sehingga bahan dari struktur yang kompleks manjadi sederhana, sehingga

daya cerna ternak menjadi lebih efisien (Nisa et al., 2008). Pada fermentasi terjadi

proses yang menguntungkan, diantaranya dapat mengawetkan, menghilangkan

bau yang tidak diinginkan dan racun yang terdapat pada bahan, meningkatkan

daya cerna dan mengubah warna (Lestari, 2001).

Fermentasi adalah salah satu cara untuk mengolah ampas kelapa menjadi

bahan pakan. Pada proses fermentasi terjadi reaksi dimana senyawa kompleks

diubah menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan membebaskan molekul air.

(4)

komponen bahan yang sulit dicerna menjadi lebih mudah dicerna, sehingga

diharapkan dapat meningkatkan nutrisinya (Supriyati et al., 1999).

Produk fermentasi diharapkan dapat memperbaiki sifat-sifat bahan dasar,

seperti meningkatkan kecernaan, menghilangkan senyawa beracun, menimbulkan

rasa dan aroma yang disukai (Prescott dan Dunn, 1982). Keberhasilan suatu

proses fermentasi agar memperoleh produk yang lebih baik dan berkualitas

dibandingkan dengan bahan asalnya, berkaitan erat dengan cara melakukan

pengolahan.

Fermentasi dapat diartikan sebagai perubahan gradual oleh enzim beberapa

bakteri, khamir dan jamur. Contoh perubahan kimia dari fermentasi meliputi

pengasaman susu, dekomposisi pati dan gula menjadi alkohol dan karbondioksida

serta senyawa nitrogen organik (Hidayatet al., 2006).

Mekanisme Fermentasi

Enzim merupakan biokatalisator yang sangat efektif yang akan

meningkatkan kecepatan reaksi kimia spesifik secara nyata (Lehninger, 1995).

Sifat spesifisitas enzim berbeda satu sama lain sehingga dapat dimanfaatkan untuk

tujuan reaksi atau jenis produk yang diharapkan. Enzim juga dapat bekerja pada

kondisi yang ramah (mild), sehingga lebih efisien karena dapat menekan

konsumsi energi proses (tekanan dan temperatur tinggi). Katalis enzim juga

meminimalisir terikutnya senyawa-senyawa pengotor dalam produk suatu proses

(August, 2000).

Enzim lipase yang diproduksi masing-masing kapang berbeda-beda dan

(5)

enzim lipase akan merombak lemak yang akan digunakan oleh kapang sebagai

sumber energi (Yohanista et al., 2014).

Gambar 2. Mekanisme pemecahan lipid

Dalam aktivitasnya, kapang menggunakan karbohidrat sebagai sumber

karbon. Pemecahan karbohidrat akan diikuti dengan pembebasan energi,

karbondioksida dan air. Panas yang dibebaskan menyebabkan suhu substrat

meningkat (Winarno, 1989).

Gambar 3. Mekanisme Pemecahan Karbohidrat

Proses fermentasi terbukti bermanfaat untuk meningkatkan kualitas dan

palatabilitas pakan, sehingga konsumsi pakan akan meningkat dan akibatnya

(6)

Peningkatan kadar protein dan aktivitias enzim amilase berjalan selaras

seiring dengan waktu untuk fermentasi. Semakin tinggi aktivitas enzim amilase

maka semakin tinggi kadar protein yang dihasilkan. Enzim amilase berfungsi

untuk menyediakan gula sederhana (glukosa) sebagai bahan dasar untuk sintesis

protein. Glukosa merupakan sumber dari asam piruvat, yang merupakan

komponen utama untuk pembentukan asam amino (Sidarta et al. 2010).

Lama Fermentasi

Pertumbuhan mikroba ditandai dengan lamanya waktu yang digunakan,

sehingga konsentrasi metabolik semakin meningkat sampai akhirnya menjadi

terbatas yang kemudian dapat menyebabkan laju pertumbuhan menurun

(Fardiaz, 1992). Seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini,

Gambar 4. Kurva Pertumbuhan <ikroba

Untuk beberapa lama fermentasi terutama dihubungkan dengan

karbohidrat, bahkan sampai sekarangpun masih sering digunakan. Padahal

pengertian fermentasi tersebut menyangkut perombakan protein dan lemak oleh

akitvitas mikroorganisme. Fermentasi sering dihubungkan dengan pembentukan

gas yang disebabkan oleh mikroorganisme yang hidup. Fermentasi dapat juga

(7)

berlangsung (meskipun jarang terjadi) dengan menggunakan ekstrak enzim yang

berfungsi sebagai katalisator reaksi (Suprihatin, 2010).

Mikroba memiliki karakteristik dan ciri yang berbeda didalam persyaratan

tumbuhnya. Karakteristik persyaratan pertumbuhan mikroba inilah yang

menyebabkan bermacam-macam media penunjang pertumbuhan mikroba.

Penyiapan media meliputi media alamiah dan media komersial. Beberapa faktor

yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba, meliputi: suplai nutrisi, suhu,

keasaman dan ketersediaan oksigen (Hajoeningtijas, 2012).

Pertumbuhan sel kapang yang lebih aktif akan mengakibatkan kenaikan

kadar serat kasar dinding sel kapang, dimana pertumbuhan sel kapang yang lebih

aktif dan tinggi menurunkan aktifitas kapang bila nutrisi nutrisi substrat yang

tersedia tidak tercukupi (Purwadaria et al., 1998).

Dosis Inokulum

Jumlah spora yang terlalu sedikit akan memperlambat laju pertumbuhan

sehingga memberikan kesempatan kepada mikroba lain yang mampu bersaing

dengan mikroba yang ada. Jumlah mikroba yang terlalu banyak akan

menyebabkan sporulasi yang terlalu cepat sehingga sebagian energi tidak

digunakan untuk memperbanyak sel. Jumlah koloni mikroba yang optimal untuk

fermentasi adalah 1x107 (Tanuwidjadja, 1975).

Proses fermentasi sangat dipengaruhi oleh faktor level dan waktu. Tingkat

level berkaitan dengan besaran populasi mikroba yang berpeluang menentukan

cepat tidaknya perkembangan mikroba dalam menghasilkan enzim untuk

merombak substrat, sehingga pada gilirannya akan berpengaruh terhadap produk

(8)

Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman (pH) merupakan petunjuk aktivitas ion H dalam suatu

larutan. Pada proses fermentasi, pH sangat berpengaruh terhadap laju

pertumbuhan mikroba dan berhubungan erat dengan suhu. Jika suhu naik, maka

pH optimum untuk pertumbuhan juga naik (Fardiaz, 1989).

Mikroba memiliki pH minimum, maksimum dan optimum. Bakteri

memerlukan pH 6,5-7,5; khamir 4,0-4,5; sedang jamur mempunyai kisaran pH

yang luas (Hidayat et al., 2006). Kebanyakan bakteri mempunyai pH optimum

sekitar pH 6 – 7,5, khamir mempunyai pH 4-5 dan tumbuh pada kisaran pH 2,5 –

8 dan kapang mempunyai pH optimum antara 5 sampai 7 dan dapat tumbuh pada

kisaran pH 3 – 8,5. Dalam fermentasi, control pH penting sekali dilakukan karena

pH yang optimum harus tetap dipertahankan (Fardiaz, 1987).

pH optimum pertumbuhan bagi kebanyakan mikroba terletak antara

6,5-7,5. namun, beberapa spesies dapat tumbuh dalam keadaan sangat asam atau

alkalin. Bagi kebanyakan spesies, nilai pH maksimum dan minimum ialah antara

4 dan 9 (Hajoeningtijas, 2012).

Pada pH tinggi atau rendah memungkinkan terjadi denaturasi dan ini akan

mengakibatkan menurunnya antivitas enzim. Karena enzim merupakan protein,

perubahan pH akan mengakibatkan ionisasi pada molekul protein berubah pula.

Perubahan ini akan mengakibatkan preubahan sturktur tiga dimensinya berubah

sehingga fungsi kataliknya terganggu (Murni et al., 2011).

Protein Kasar

Protein kasar adalah nilai hasil bagi dari total nitrogen amonia dengan

(9)

(100/16). Nitrogen yang terdapat di dalam pakan tidak hanya berasal dari

protein saja tetapi ada juga nitrogen yang berasal dari senyawa bukan protein

atau nitrogen nonprotein (non–protein nitrogen/NPN). Nilai yang diperoleh

dari perhitungan diatas merupakan nilai dari apa yang disebut protein kasar

(Kamal,1998).

Kadar protein suatu bahan pakan secara umum dapat diperhitungkan

dengan analisis kadar protein kasar. Analisis kadar protein ini merupakan usaha

untuk mengetahui kadar protein bahan baku pakan. Analisis kadar protein

digunakan untuk menguji kadar protein, ditentukan kadar nitrogennya secara

kimiawi kemudian angka yang diperoleh dikalikan dengan

faktor 6,25 = (100 : 16). Faktor tersebut digunakan sebab nitrogen mewakili

sekitar 16% dari protein (Murtidjo, 1987). Kandungan protein yang dimiliki oleh

ampas kelapa yaitu sebesar 11,35% (Miskiyah et al., 2006)

Lemak Kasar

Kadar lemak dalam analisis proksimat ditentukan dengan

mengekstraksikan bahan pakan dalam pelarut organik. Zat lemak terdiri dari

karbon, oksigen dan hidrogen. Lemak yang didapatkan dari analisis lemak ini

bukan lemak murni akan tetapi campuran dari berbagai zat yang terdiri dari

klorofil, xantofil, karoten dan lain-lain (Murtidjo, 1987).

Kemudian untuk penetapan kandungan lemak dilakukan dengan larutan

N-heksan sebagai pelarut. Fungsi dari N-heksan adalah untuk mengekstraksi

lemak atau untuk melarutkan lemak, sehingga merubah warna dari kuning

menjadi jernih (Mahmudi, 1997). Kadar lemak kasar yang terdapat pada ampas

(10)

Serat Kasar

Serat kasar merupakan residu dari bahan makanan atau hasil pertanian

setelah diperlakukan dengan asam atau alkali mendidih, dan terdiri dari selulosa,

dengan sedikit lignin dan pentosa. Serat kasar juga merupakan kumpulan dari

semua serat yang tidak bisa dicerna, komponen dari serat kasar ini yaitu terdiri

dari selulosa, pentosa, lignin, dan komponen-komponen lainnya. Komponen dari

serat kasar ini serat ini tidak mempunyai nilai gizi akan tetapi serat ini sangat

penting untuk proses memudahkan dalam pencernaan didalam tubuh agar proses

pencernaan tersebut lancar (peristaltic) (Hermayati et al., 2006).

Serat kasar adalah salah satu komponen polisakarida. Serat kasar

merupakan salah satu komponen polisakarida non-pati. Serat kasar merupakan

nutrien khas penyusun dinding sel tanaman, yang sebagian besar adalah selulosa

(Mulyono, 2009).

Serat kasar merupakan nutrien khas penyusun dinding sel tanaman, yang

sebagian besar adalah selulosa (Mulyono, 2009). Kadar serat kasar yang terdapat

pada ampas kelapa sebesar 15,07% (Putri, 2010).

Analisis kadar serat kasar adalah usaha untuk mengetahui kadar serat kasar

bahan baku pakan. Zat-zat yang tidak larut selama pemasakan bisa diketahui

karena terdiri dari serat kasar dan zat-zat mineral, kemudian disaring,

dikeringkan, ditimbang dan kemudian dipijarkan lalu didinginkan dan ditimbang

sekali lagi. Perbedaan berat yang dihasilkan dari penimbangan menunjukkan berat

serat kasar yang ada dalam makanan atau bahan baku pakan (Murtidjo, 1987).

Kandungan serat kasar dipengaruhi oleh intensitas pertumbuhan misella

(11)

energi, dan kehilangan bahan kering selama fermentasi. Pertumbuhan misella

kapang dapat meningkatkan kandungan serat kasar LSF karena terbentuknya

dinding sel yang mengandung selulosa, disamping terjadinya kehilangan dari

sejumlah padatan (Mirwandhono dan Siregar, 2004).

Dinding sel kapang selama fermentasi mengalami kumulasi dalam media

dimana semakin lama waktu fermentasi maka akan menghasilkan pertumbuhan

miselium yang lebat. Secara umum kandungan serat kasar produk fermentasi

dipengaruhi oleh pertumbuhan miselia kapang (Siswoko, 1996).

Aspergillus niger

Aspergillus nigeradalah jamur yang digunakan dalam pembuatan asam sitrat. Asam sitrat merupakan salah satu asam organik yang banyak digunakan

dalam bidang pangan, misalnya pada pembuatan permen dan minuman kemasan.

Jamur ini sering mengkontaminasi makanan, misalnya roti tawar (Hidayatet al.,

2006).Aspergillus niger dapat tumbuh dengan cepat. Oleh karena itu Aspergillus

niger banyak digunakan secara komersial (Sugiyanti et al., 2013).

Pertumbuhan dan perkembangbiakan sel jamur Aspergillus niger dalam

proses fermentasi untuk memproduksi enzim dengan aktivitas enzim tertinggi

sangat ditentukan oleh lamanya waktu fermentasi dan beberapa faktor seperti: laju

aerasi, konsentrasi induser (minyak goreng sawit), kecepatan pengadukan dan pH

awal (Murni et al., 2011).

Aspergillus niger tumbuh optimum selama 3-5 hari (Falony, 2008), pada

suhu 35-37 0C, dengan suhu minimum 6-8 0C dan suhu maksimum 45-47 0C.

(12)

dasar putih atau kuning dengan lapisan konidiospora yang tebal dan berwarna

gelap cokelat (Ingrid dan Suharto, 2012).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa fermentasi substrat padat

menggunakan jamur Aspergillus niger dapat menurunkan kandungan serat kasar,

meningkatkan kadar protein dan daya cerna secara in vitro (Hutajulu,

2007).Potensi Aspergillus niger telah banyak diketahui seiring dengan

dilakukannya penelitian yang membuktikan kemampuannya dalam melakukan

transformasi senyawa (Mahmoud et al., 2007).

PemanfaatanAspergillus niger dalam proses fermentasi limbah sawit

(bungkil inti dan lumpur sawit) mampu meningkatkan kadar protein dari 15,40%

menjadi 23,40% dan meningkatkan daya cerna bahan jika dimanfaatkan oleh

ternak unggas (Mirwandhono dan Siregar, 2004).

Kenaikan protein masing-masing substrat perlakuan disebabkan oleh

turunnya kandungan pati atau karbohidrat dan lemak serta tumbuhnya kapang

yang mengandung nitrogen cukup tinggi (5-8%). Selama proses fermentasi

kapang mengeluarkan enzim dan enzim ini terdiri dari protein. Sedangkan kapang

sendiri merupakan protein sel tunggal (Nurhayati et al., 2006).

Peningkatan kadar protein kasar pada perlakuan yang difermentasi

dikarenakan fermentasi dapat mengubah zat yang bersifat kompleks menjadi

bentuk yang lebih sederhana. Senyawa yang dapat dipecah dalam proses

fermentasi Aspergillus niger adalah karbohidrat dan asam amino. Fermentasi

dapat menghasilkan produk yang lebih baik dari bahan aslinya

(13)

Pengingkatan kandungan kapag sejalan dengan peningkatan kandungan

protein, dikarenakan tubuh kapang terdiri dari elemen nitrogen (Muhsafaat et al.,

2015). Kapan aniger mempunyai kandungan protein kasar yag berasal dari protein

sel tunggal sebesar 50,18% (Chiou et al., 2001).

Fermentasi Aspergillus niger dapat menaikkan kadar protein kasar, lemak kasar dan kadar abu tepung kulit ubi kayu dan terjadi penurunan bahan kering dan

serat kasar tepung kulit ubi kayu. Fermentasi Aspergillus niger yang terbaik untuk

menaikkan kadar protein kasar dan menurunkan serat kasar pada lamafermentasi 4

hari karena pada lama fermentasi 6 hari kecenderungan meningkatnya kadar

protein kasar tidak signifikan lagi dan kadar serat kasar mulai naik. Interaksi

berbagai level pemberian Aspergillus niger dan variasi lamanya waktu fermentasi

dapat memperbaiki nilai nutrisi tepung kulit ubi kayu (Mirwandonoet al., 2006).

Kapang setelah menyerang pati kemudian akan menyerang protein dan

lemak sebagai sumber energi. Aspergillus niger mampu memproduksi enzim

lipase sehingga dapat menurunkan lemak yang terkandung dalam bahan

(Rusdi, 1992). Aspergillus niger memproduksi enzim lipase tertinggi pada masa

inkubasi hari ke-4 baik pada subtrat minyak kelapa maupun ampas kelapa dan

apabila digunakan untuk fermentasi ampas kelapa dapat mengubah komposisi

nutrien ampas kelapa khususnya penurunan lemak (Kurniawan, 2016).

Ragi Tape

Ragi merupakan organisme fakultatif yang mempunyai kemampuan

menghasilkan energi dari senyawa organik dalam kondisi aerob maupun anaerob

sehingga ragi dapat tumbuh dalam kondisi ekologi yang berbeda. Ragi dapat

(14)

Ragi yang mengandung mikroflora seperti kapang, khamir dan bakteri

dapat berfungsi sebagai starter fermentasi. Selain itu ragi juga kaya akan protein

yakni sekitar 40-50%, jumlah protein ragi tersebut tergantung dari jenis bahan

penyusunnya (Susanto dan Saneto, 1994).

Ragi tape merupakan bibit atau starter untuk membuat berbagai macam

fermentasi, seperti tape ketan atau singkong, tape ubi jalar, brem cair atau padat

dan lainnya. Ragi tape umumnya terdiri dari kapang, khamir dan bakteri. Cita rasa

tape yang dihasilkan ditentukan oleh jenis mikroorganisme yang aktif di dalam

ragi. Keaktifan mikroorganisme di dalam ragi diatur dengan penambahan bumbu

dan rempah (Tim Penulis UNAIR, 2007).

Ragi tape adalah suatu bahan yang dapat berperan sebagai probiotik yang

terdiri dari inokulum padat yang mengandung berbagai jenis kapang, khamir dan

bakteri. Walaupun telah terisolasi berbagai mikroba di dalam ragi tape tetapi telah

diketahui jenis yang dominan adalah Aspergillus niger dari jenis kapang dan

Sacharomyces cereviceae dari jenis khamir. Dalam proses fermentasi Aspergillus niger dapat mensekresi enzim selulase yang berfungsi mencerna serat kasar,

sedangkan Sacharomyces cereviceae berperan menfermentasi glukosa menjadi alkohol (Akmal dan Filawati, 2008).

Secara fisiologi, ragi tape menghasilkan enzim yang dapat mengubah

substrak menjadi bahan lain dengan menggunakan energi. Kata ragi dipakai untuk

menyebutkan adonan atau ramuan yang digunakan dalam pembuatan berbagai

makanan dan minuman seperti roti, anggur, bir dan lainnya (Adnan dan Halifah,

(15)

Ragi terdiri dari sejumlah kecil enzim, termasuk protease, lipase, invertase,

maltase dan zimase. Enzim yang penting dalam ragi adalah invertase, maltase dan

zimase. Enzim invertase dalam ragi bertanggung jawab terhadap awal aktivitas

fermentasi. Enzim ini mengubah gula (sukrosa) yang terlarut dalam air menjadi gula

sederhana yang terdiri atas glukosa dan fruktosa. Gula sederhana kemudian dipecah

menjadi karbondioksida dan alkohol. Enzim amilase yang terdapat dalam tepung

mampu memproduksi maltose yang dapat dikonsumsi oleh ragi sehingga fermentasi

Gambar

Gambar 1. Komposisi Buah Kelapa
Gambar 2. Mekanisme pemecahan lipid
Gambar 4. Kurva Pertumbuhan <ikroba

Referensi

Dokumen terkait

Penyelenggaraan Tugas dan Wewenang Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 342) sebagaimana telah diubah

Pada masa Pra-Modern pemikiran politik Islam cenderung bersifat legalistic formalistis, para teoritikus kenegaraan dan politik Islam cenderung melegalisasi kebijakan yang

Persepsi responden terhadap anak jalanan sudah baik karena (100%) menyatakan bahwa menjadi anak jalanan bukan merupakan suatu kebanggan, sebanyak (81%) menjadi

Draski dan Ernita (2013) dimana pada jamur tiram yang diinokulasi pada media tanam serbuk gergaji memiliki jumlah berat basah lebih tinggi daripada perlakuan media

Masalah utama pada penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa kelas V SD Inpres Tomoli Selatan pada materi menulis surat pribadi. Ada beberapa hal yang

Seni rupa 3 dimensi, atau biasa kita sebut dengan Seni rupa 3D, merupakan seni rupa yang dibatasi dengan 3 sisi yaitu sisi panjang, sisi lebar dan tinggi atau dalam pengertiannya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kemampuan siswa dalam menentukan hasil perkalian pecahan yang dilakukan di SDN 5 Telaga yang berfokus di kelas V sudah

Kebanggaan pada yang baik, berhasil dan sukses secara terus menerus tak terkontrol secara tidak sadar sedang mambawa kita pada kelupaan akan belarasa bahwa semua yang baik