• Tidak ada hasil yang ditemukan

Olahraga dan Gaya Hidup (Studi Kasus Pada Pengunjung Best Fitness Plaza Medan Fair)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Olahraga dan Gaya Hidup (Studi Kasus Pada Pengunjung Best Fitness Plaza Medan Fair)"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kesehatan merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk dijaga oleh setiap manusia. Karena kesehatan melingkupi keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial, dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan. Untuk menghindari berbagai hal tersebut dan mendapatkan kesehatan yang baik, masyarakat mengimbanginya dengan makan yang teratur, tidur yang cukup, dan olahraga yang rutin. Kesehatan merupakan fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri yang menjamin tindakan untuk memperoleh, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi psikolososial dan spiritual (Paune, 1983). Di defenisi selanjutnya, kesehatan adalah keadaan yang seimbang dan dinamis antara bentuk dan berbagai faktor yang mempengaruhinya (Perkins, 1938). Kesehatan juga keadaan dimana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan apapun ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan kelainan (White, 1977).

(2)

jika dilakukan rutin sangat baik untuk kesehatan tubuh. Tidak hanya dapat membentuk otot dan juga menurunkan berat saja, ternyata jika fitness dilakukan rutin setiap hari, tubuh akan menjadi sehat dan selalu bugar. Di samping itu, tidak hanya kesehatan saja yang dapat diperoleh oleh penggunanya, tetapi dengan berolahraga di sarana kebugaran merupakan salah satu media yang sangat relevan dalam meningkatkan taraf gaya hidup sosial. Dapat dikatakan demikian karena hanya orang-orang yang memiliki perekonomian menengah atas saja yang dapat mengikuti kegiatan ini. Selain itu, olah raga ini juga dapat dilakukan sendiri di rumah tanpa harus mengeluarkan biaya.

Fitness memang bisa berperan sangat adiktif karena mampu mengubah pola hidup

seseorang. Pola pikir seseorang berubah, bagaimana menjalani kegiatan yang sehat, mulai mengatur pola makan hingga aktif berolahrga. Menariknya lagi, di beberapa tempat, pusat-pusat kebugaran itu justru didominasi oleh kaum hawa. Beberapa faktor pendukung yang membuat kegiatan fitness begitu ramai dikalangan wanita adalah selain keinginan memiliki tubuh yang proposional, juga tuntutan dari lingkungannya untuk tampil cantik, terutama bagi mereka yang bekerja, sehingga motivasi datang ke pusat kebugaran secara rutin lebih besar. Sebaliknya, alasan kaum pria mengikuti kegiatan ini adalah untuk sekedar membentuk badan (body builder) dan ada pula yang ingin menurunkan berat bedan yang berlebih.

(3)

dengan alat latih kardiovaskular. Pusat-pusat kebugaran besar atau mega-gym memang tengah berlomba-lomba menawarkan fasilitas tambahan yang memanjakan pengunjungnya. Adu kelengkapan fasilitas ini memang menjadi pilihan karena beradu kelengkapan peralatan terbilang sulit.

(4)

berjalan secara bersama: pembentukan tubuh dalam menjadi alat untuk meningkatkan penampilan tubuh luar.

Pada akhirnya, olah raga fitness kini menjadi tren gaya hidup dalam pergaulan masa kini. Jika beberapa tahun yang lalu, fitness hanya dilakoni orang berduit dan berada dikalangan menengah keatas karena mahal harganya, apalagi sebagian besar lokasinya berada di hotel bintang lima dan pusat perbelanjaan, sekarang kondisi tersebut mulai bergeser dalam tahun-tahun belakangan ini. Bermunculan tempat fitness center untuk berolahraga dengan konsep berbeda yang bisa dilakukan semua lapisan masyarakat karena harganya murah. Remaja, golongan mahasiswa, atau kaum dewasa muda terlihat mulai memenuhi sejumlah fitness center untuk berolahraga. Fitness center tidak lagi menjadi ‘daerah jajahan’ mereka yang berusia 40-an tahun. Disamping berolahraga, faktor yang mendukung seseorang dalam mengikuti kegiatan ini ialah tuntutan gaya hidup yang memaksanya memenuhi kebutuhan psikologisnya yang terlihat dengan perilakunya terhadap suatu lapisan masyarakat tertentu untuk menaikkan derajat atau intelektualitas didalam diri setiap individu.

(5)

masyarakat. Secara luas, gaya hidup diidentifikasikan sebagai cara bagaimana seseorang dapat menghabiskan waktu mereka dalam bentuk suatu aktifitas dimana dianggap penting dalam lingkungannya dan apa yang mereka pikirikan tentang diri mereka sendiri serta juga dunia di sekitarnya. Gaya hidup suatu masyarakat dari masa ke masa akan bergerak dinamis. Namun demikian, gaya hidup tidak cepat berubah sehingga pada kurun waktu tertenu, gaya hidup relatif permanen.

Gaya hidup bisa merupakan identitas kelompok yang berbeda disetiap kelompoknya. Walaupun demikian, sebagian mengambil kedua sisi yang berujung pada keuntungan dimana pola gaya hidup yang baik sebagai kesehatan diiringi dengan status sosial.

Seperti perkembangannya sejak abad ke-14, suatu kelompok yang memiliki minat sama disebut sebagai komunitas seperti yang telah digunakan untuk menunjuk suatu unit tempat tinggal yang merupakan bagian dari suatu sistem administrasi (Williams, 1988). Kegiatan didalam area fitness ini tentu saja sangat berkaitan dengan adanya komunitas yang bergabung dan mempunyai misi yang sama karena tingkah laku konsumsi merupakan penanda identitas (Douglas & Isherwood, 1980) yang didasari oleh asumsi bahwa barang-barang konsumsi merupakan alat komunikasi (Goffman, 1951). Kelompok ini juga merupakan orang-orang yang terlihat secara langsung dengan proses globalisasi yang tampak dari gaya hidup (Featherstone, 1991; Friedman, 1995). Maka dari itu komunitas yang berada dalam lingkungan tersebut memiliki persamaan dalam perilaku lingkungan yang ditonjolkan dari setiap individunya.

(6)

menarik pelanggan agar tertarik untuk menghabiskan sebagian kegiatannya di dalam fitness center tersebut. Dengan berbagai fasilitas yang ditawarkan kepada pengunjung

menjadi salah satu pemicu utama untuk mengambil keputusan untuk melakukan kegiatan tersebut.

Dalam kasus ini, peniliti mencoba mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi para pengunjung Best Fitness untuk mengikuti kegiatan olahraga rutin yang semakin maraknya menjadikan fitness center sebagai sarana olahraga dan gaya hidup kaum urban di kota metropolitan, serta cara-cara pihak marketing dalam menarik pelanggan didalamnya. Faktor-faktor inilah yang kemudian diangkat menjadi sebuah studi kasus penelitian.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai olahraga dan gaya hidup di Best Fitness, yang bertepatan lantai 4 Plaza Medan Fair di Jl. Jend Gatot Subroto No. 30, Medan, Sumatera Utara.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka ada beberapa pertanyaan penelitian yang dirumuskan sebagai berikut:

a. Apa latar belakang pengunjung untuk mengambil keputusan dalam berolahraga di sarana pusat kebugaran Best Fitness?

(7)

1.3. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian tentunya memiliki tujuan penelitian yang sangat penting, karena melalui tujuan dan manfaat itulah suatu penelitian menjadi dapat lebih dimengerti oleh penulis. Adapun tujuan dari penelitian ini, yakni:

a. Mengetahui latar belakang pengunjung untuk mengambil keputusannya dalam berolahraga di pusat kebugaran Best Fitness.

b. Untuk mengetahui gaya hidup sebagai pemicu orang melakukan olahraga fitness di sarana kebugaran.

c. Mengetahui upaya yang dilakukan oleh pihak Best Fitness dalam merekrut untuk

menarik pelanggan.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Secara akademik, penelitian ini disumbangkan kepada FISIP USU, khususnya

Departemen Antropologi Sosial dalam rangka memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan.

b. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk memperkaya khasanah penelitian yang menggunakan teori komunikasi dan memperluas cakrawala pengetahuan peneliti serta mahasiswa Antroopologi Sosial FISIP USU.

c. Secara praktis, penelitian ini diharapakan dapat memberikan masukan bagi fitness center terkait dan pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan

(8)

1.5. Tinjauan Pustaka

Secara umum pengertian olahraga adalah sebagai salah satu aktivitas fisik maupun psikis seseorang yang berguna untuk menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatan seseorang setelah olahraga. “Olahraga” datang dari bahasa Perancis Kuno desport yang bermakna “kesenangan”, serta pengertian berbahasa Inggris tertua ditemukan seputar tahun 1300 yakni “segala hal yang mengasyikkan serta menghibur untuk manusia”. Olahraga adalah satu di antara sumber utama dari hiburan karenanya ada pendukung olahraga yang umumnya terbagi dalam beberapa besar orang dan bisa disiarkan lebih luas lagi lewat tayangan olahraga (Rusli dan Sumardianto, 2000: 6).

(9)

Tetapi seiring berjalannya waktu, olahraga bukan hanya sekedar untuk menyehatkan tubuh belaka, bahkan sekarang dikaitkan dengan adanya kasus sosial suatu kelompok yang dikaitkan dengan gaya hidup. Gaya hidup itu kemudian ditunjukkan oleh perilaku tertentu sekelompok orang atau masyarakat yang menganut nilai-nilai dan tata hidup yang hampir sama. Gaya hidup yang berkembang di masyarakat merefleksikan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat itu sendiri. Untuk memahami bagaimana gaya hidup, sekelompok masyarakat di perlukan program atau instrumen untuk mengukur gaya hidup yang berkembang sehingga menurut Kotler (2002: 192), gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang mengekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi di dunia. Menurut Assael, gaya hidup adalah “A mode of living that is identified by how people spend their time (activities), what they consider important in

their environment (interest), and what they think of themselves and the world around

them (opinions)”. Secara umum dapat diartikan sebagai model kehidupan yang dikenal

dengan bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam lingkungan mereka (minat), dan apa yang orang pikirkan tentang diri sendiri dan dunia di sekitar (opini).

(10)

demografis dan psikografis. Faktor demografis misalnya berdasarkan tingkat pendidikan, usia, tingkat penghasilan dan jenis kelamin, sedangkan faktor psikografis lebih kompleks karena indikator penyusunnya dari karakteristik konsumen. Mowen dan Minor menegaskan bahwa gaya hidup merujuk pada bagaimana orang hidup, bagaimana mereka membelanjakan uangnya, dan bagaimana mereka mengalokasikan waktu mereka. Hal ini dinilai dengan bertanya kepada konsumen tentang aktivitas, minat, dan opini mereka, gaya hidup berhubungan dengan tindakan nyata dan pembelian yang dilakukan konsumen. Orang yang berasal dari subkultur, kelas sosial dan pekerjaan yang sama dapat mempunyai gaya hidup yang berbeda karena gaya hidup seseorang menunjukkan pola kehidupan orang yang bersangkutan yang tercermin dalam kegiatan, minat, dan pendapatnya (Minor dan Mowen, 2002: 282).

(11)

berpengaruh, tidak ketinggalan faktor yang melingkupinya ialah tekanan masyarakat kota yang berperan penting dalam mendorong faktor-faktor yang berkaitan (Hannerz, 1992).

Tekanan penduduk yang begitu besar di kota menimbulkan berbagai persoalan karena begitu banyak orang yang memperebutkan kesempatan apapun yang terjadi di kota, termasuk ke dalam gaya hidup yang semakin berkembang pesat dalam hal urbanisasi dan globalisasinya. Yang menarik di sini bahwa urbanisasi yang berkembang di satu pihak telah menambah persoalan kota, khususnya berkaitan dengan keberadaan “peasant” in the cities, yang menunjukkan kontinuitas tradisi agraris; di lain pihak

adalah keluarnya kelas menengah ke kelas atas. Hal yang mencolok terjadi dalam kecendurangan ini adalah tumbuhnya “consumer culture” di kota-kota (Featherstone, 1991) yang merupakan bagian dari proses ekspansi pasar (Evers, 1991) sehingga mempengaruhi perkembangan globalisasi dalam menyikapi perilaku gaya hidup.

(12)

konsumsi simbolis yang merupakan tanda penting dari pembentukan gaya hidup di mana nilai-nilai simbolis dari suatu produk dan praktik telah mendapat penekanan yang besar dibandingkan dengan nilai-nilai kegunaan dan fungsional.

Proses konsumsi simbolis dapat dijelaskan dengan tiga cara. Pertama, kelas sosial telah membedakan proses konsumsi dimana setiap kelas menunjukkan proses identifikasi yang berbeda dalam satu tatanan umum yang tidak terbentuk sepenuhnya. Kedua, barang yang dikonsumsi kemudian menjadi wakil dari kehadiran. Hal ini berhubungan dengan dengan aspek-aspek psikologis dimana konsumsi suatu produk berkaitan dengan perasaan atau rasa percaya diri yang menunjukkan bahwa itu bukan hanya sekedar media atau barang, tetapi juga merupakan isi dari kehadiran seseorang karena dengan cara itu ia berkomunikasi. Dan yang ketiga, berdasarkan proses konsumsi dapat dilihat bahwa konsumsi citra (image) di satu pihak telah menjadi proses konsumsi yang penting dimana citra yang dipancarkan oleh suatu produk atau praktik (konsumsi maupun kegiatan) merupakan alat ekspreksi diri bagi kelompok. Bagi kelompok kelas menengah citra yang melekat pada suatu prosuk (global) merupakan intrumen modernitas yang mampu menegaskan keberadaan identitasnya (Goffman, 1951).

Menurut Featherstone (1995: 95), gaya hidup diartikan sebagai, “Consumption and lifestyle preferences involve discriminatory judgements which at the same time identify

and render classifiable our own particular judgement of taste to others. Particular

constellations of taste, consumption preference and lifestyle practices are associated with

specific occupation and class fractions, making it possible to map out the universe of

taste and lifestyle with its structured oppositions and finely graded distinctions which

(13)

gaya hidup melibatkan penilaian tersendiri dan di waktu yang sama mengenali dan memberikan pengelompokan bagaimana cara kita sendiri memberi penilaian terhadap orang lain. Dengan ini semua kita dapat menyusun keseluruhan rasa dan gaya hidup beserta perbedannya yang telah tersusun dan bertingkat dimana berlaku dalam masyarakat tertentu.

Giddens menhyatakan proses konsumsi perkotaan ini merupakan “emancypatory politics” dan “life politics” sekaligus. Sebagai emancypatory politics konsumsi

perkotaan membebaskan manusia dari hambatan-hambatan posisi sosial tradisional, seperti kelas, gender, usia, dan etnis. Konsumsi dalam hal ini merupakan teknik di dalam pelarian sosial seorang dari satu ikatan tradisional dengan cara menegosiasikan identitas diri. Sedangkan sebagai life politics, konsumsi merupakan politik aktualisasi diri dalam lingkungan yang terorganisir secara refleksif, dimana refleksivitas menghubungkan diri dan tubuh ke dalam sistem global (Giddens dalam Lury, 1996: 40).

Jika dikaitkan dengan hubungan antropologi, gaya hidup termasuk kedalam antropologi kontemporer yaitu suatu integrasi sosial komunitas yang kemudian dapat membentuk suatu gaya hidup yang sifatnya bermacam-macam. Teori antropologi tidak jauh kaitannya dengan “ilmu tentang manusia”. Jadi, komunitas atau masyarakat sudah pasti mengacu kepada teori tersebut. Dan dalam kasus ini, bagian yang terkait dalam teori antropologi ialah etnologi. Etnologi adalah ilmu bagian mengenai asas-asas manusia, dengan mempelajari kebudayaan dalam kehidupan masyarakat atau komunitas dari yang tersebar di seluruh muka bumi pada masa sekarang ini (Koentjaraningrat, 2009).

(14)

Tentang Gaya Hidup Fitness di Lubuk Pakam)” yang melihat semakin banyaknya para pelaku atau peminat olahraga fitness yang ingin datang untuk berolahraga atau sekedar datang untuk berbincang dengan yang lain dan berkumpul di tempat fitness tersebut. Selain mengkaji tentang gaya hidup, Rendi Arsami Siregar meneliti suatu kondisi yaitu dimana terlihat beberapa pelaku fitness setelah melakukan olahraga, mereka beristirahat tetapi sambil menghisap rokok. Hal ini semakin menambah rasa penasaran untuk semakin mengkaji masalah tersebut. Bukankah berolahraga memiliki tujuan untuk menyehatkan tubuh tetapi malah melakukan hal yang dapat merusak kesehatan tubuh. Apakah mereka melakukan olahraga fitness hanya untuk mencari identitas sosial agar dianggap hebat oleh orang lain atau ada makna tersembunyi dibalik olahraga fitness tersebut.

Dari penelitian terdahulu mengenai teori yang hampir bersamaan dapat dibedakan dengan lebih memfokuskan faktor yang mendukung seseorang dalam mengambil keputusannya untuk berolahraga di pusat kebugaran. Pada penelitian kali ini, peneliti juga akan membahas berbagai jenis olahraga yang ada di dalam Best Fitness dan mengamati sisi lain dari tujuan orang-orang dalam berolahraga, apakah faktor pendukung gaya hidup merupakan salah satu pemicu utama untuk mengambil keputusan dalam berolahraga atau tidak.

(15)

Seting perkotaan lebih merupakan “tempat berbelanja” identitas yang ingin dibentuk. Selalu ada orang atau kelompok yang tidak terikat pada sistem yang umum, yang tampak dari sifat-sifat individual yang dikembangkan secara aktif untuk melihat latar belakang orang yang terlibat dalam jaringan tersebut, seperti jenis komunitas, jaringan kekerabatan, dan jaringan keluarga (Friedman, 1995: 95).

1.6. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan mencari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari lapangan melalui observasi partisipasi, wawancara mendalam, catatan harian (fieldnote), dan dokumentasi. Sedangkan data sekunder merupakan data yang didapat dari kepustakaan, buku-buku, jurnal, tesis, laporan penelitian, skripsi, serta bahan-bahan bacaan yang relevan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian secara deskriptif atau observasi partisipasi dan wawancara mendalam (depth interview) dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guide), serta tidak lupa dengan narasumber yang berasal dari informan-informan yang akan ditargetkan penulis sebagai pelengkap data penelitian ini.

1.6.1. Observasi Partisipasi

(16)

partisipasi yang dilakukan untuk melihat secara langsung kegiatan-kegiatan di area fitness dimana peneliti akan turut serta dalam setiap kegiatan yang dilakukan pengunjung fitness center, artinya peneliti mengobservasi perilaku, hubungan, apa yang dilakukan dengan

merasakan sendiri hal yang dialami oleh informan yang diteliti. Diharapkan dengan melakukan observasi partisipasi, peneliti dapat merasakan langsung apa yang dirasakan informan sehingga dapat memberikan data informasi yang baik dan valid. Selain itu peneliti juga mengamati apa saja yang ada di dalam pusat kebugaran seperti peralatan olahraga dan benda lain yang mendukung kegiatan yang ada di pusat kebugaran, serta proses yang terjadi selama kegiatan olahraga fitness dilakukan. Hasil observasi atau pengamatan ini kemudian dituangkan dalam bentuk catatan lapangan.

1.6.2. Wawancara Mendalam (Indepth Interview)

(17)

pada salah satu narasumber informan yang sudah menjadi target oleh peneliti ialah melihat sisi lain dari para personal trainer. Teknik awal yang akan digunakan adalah melakukan pendekatan dan mengakrabkan diri dengan informan sehingga membuat informan merasa nyaman ketika berbincang-bincang dengan peneliti.

1.6.3. Informan

Informan merupakan orang yang benar-benar mengetahui permasalahan yang akan diteliti dan mempunyai banyak pengalaman tentang latar belakang penelitian walaupun hanya bersifat informal. Dengan kesukarelaannya, para informan dapat memberikan pandangannya dari segi orang dalam nilai-nilai, sikap, dan suatu proses yang menjadi latar penelitian tersebut. Informan penelitian yang berperan penting dalam kegiatan ini ialah sebagai berikut:

a. Informan yang mengetahui segala hal mengenai seuk beluk instansi Best Fitness adalah Sales Manager dari instansi Best Fitness, Bapak Ade Sucipto. Info yang ingin peneliti dapatkan dari informan kunci ialah mengenai sejarah pembentukan Best Fitness Plaza Medan Fair beserta dengan cara perekrutan anggota (member) dari konsumen agar tertarik untuk mengikuti kegiatan tersebut dengan berbagai iklan yang dipasarkan oleh pihak manajemen sehingga dapat mendapatkan anggota-anggota baru setiap harinya. b. Informan yang paling berpengaruh terhadap penelitian ini ialah mereka yang terlibat

(18)

tidak. Inilah permasalahan inti yang peneliti ingin ketahui sehingga membutuhkan beberapa anggota yang bersedia untuk diwawancarai oleh peneliti. Selain daripada anggota, peneliti juga mengklasifikasi beberapa informan yang bersumber dari para anggota Best Fitness, yakni:

- Informan etnis Tionghoa - Informan pribumi

Kedua klasifikasi informan tersebut menyangkut usianya dan apa saja perbedaan yang mencolok diantara keduanya sehingga menghasilkan perbedaan stratifikasi sosial pada dua jenis informan tersebut.

c. Informan selanjutnya yang mengacu kepada mereka yang dapat menguatkan informasi, walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang di teliti. Informasi tersebut tertuju kepada personal trainer atau pelatih pribadi yang berada di dalam Best Fitness, yaitu Bapak Ogi, Bapak Sadam, dan Bapak Yudi. Info yang ingin peneliti dapatkan dari informan tambahan ini ialah bagaimana cara personal trainer dalam membimbing anggotanya hingga mencapai target dan berbagai pendapat mereka selama mengajar sebagai personal trainer di Best Fitness.

(19)

melakukan penyimpanan data yang telah diperoleh dari lapangan. Penelitian lapangan menyediakan data-data yang diperlukan untuk menguji teori-teori atau-pun menjelaskan teori-teori. Setelah data selesai dikumpulkan dengan lengkap dari lapangan, tahap berikutnya yang harus peneliti lakukan adalah menganalisis data. Tahap ini adalah tahap yang penting dan menentukan. Pada tahap inilah data akan dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa sampai berhasil mengumpulkan kebenaran yang berguna untuk menjawab persoalan tentang gaya hidup fitness pada pengunjung di Best Fitness Medan.

1.7. Analisis Data

Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif yang artinya tidak diperlukan model uji statistik dengan memakai rumus-rumus tertentu, melainkan lebih ditujukan sebagai tipe penelitian deskriptif. Kutipan hasil wawancara dan observasi sejauh mungkin akan ditampilkan untuk mendukung analisis yang disampaikan, sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian.

1.8. Pengalaman Penelitian

(20)

berolahraga dengan baik. Namun, dikarenakan peneliti menghadapi beberapa hambatan dalam mendapatkan ijin penelitian, maka berdampak pada proses penelitian yang sudah dirancang sebelumnya.

Pada proses penelitian hari pertama, peneliti berkunjung ke Best Fitness pada hari Jumat, 1 Juli 2016. Awalnya peneliti menyerahkan surat penelitian kepada pihak Customer Service yang biasa melayani pengunjung sebelum melakukan aktivitas olahraga karena sebelum penelitian dilakukan, peneliti bertanya kepada pihak instansi bahwa penyerahan surat tersebut diawali persutujuan pihak Customer Service. Tetapi, karena peneliti mewawancari dua bagian pekerjaan yang berbeda, maka surat yang satunya tidak diserahkan semua kepada Customer Service, melainkan kepada pihak yang langsung bersangkutan, yaitu langsung kepada Sales Manager yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini. Awalnya peneliti merasa canggung ketika hendak memulai pembicaraan dengan informan, tetapi peneliti berusaha untuk tidak canggung dan kembali mengajak informan untuk berbincang-bincang agar bersedia untuk di wawancara. Pandangan aneh pun tertuju kepada peneliti ketika peneliti meminta izin untuk melakukan sesi wawancara. Sebelumnya informan melihat selebaran pertanyaan yang akan menjadi pernyataan dalam wawancara tersebut dan tiba-tiba mengusulkan untuk melakukan sesi wawancara di hari lain saja karena pada saat itu ia sedang sibuk. Peneliti akhirnya menyerahkan surat penelitian untuk dipegang oleh informan dan akan datang pada hari berikutnya.

(21)

Informan tambahan itu ialah para personal trainer yang berada di dalam Best Fitness Plaza Medan Fair. Personal trainer adalah para pelatih olahraga pribadi untuk membantu pengunjungnya dalam berolahraga di pusat kebugaran untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan keinginan pengunjung fitness yang menggunakan jasa para trainer. Dengan kata lain, personal trainer ini mempermudah pengunjung dengan panduan para trainer dalam sesi latihan olahraga.

Setelah mencoba untuk mewawancarai informan kunci, peneliti bergegas mencari informan tambahan, yang sebelumnya sudah mendapatkan izin instruksi dari informan kunci. Dalam kurun beberapa menit, peneliti mendapatkan trainer yang sedang duduk sendiri sambil bermain dengan telpon selularnya. Langsung saja peneliti menghampiri trainer tersebut dan diawali dengan perkenalan. Ketika saya meminta izin untuk

(22)

suguhan untuk lebih mempermudah penelitian ini dengan pandangan yang remeh terhadap peneliti. Dengan kejadian ini, peneliti menyimpulkan bahwa banyak sekali hambatan yang akan dilalui untuk sebuah penelitian yang membutuhkan data akurat dan lengkap dalam penyelesaian skrispsi ini dan berniat untuk melakukan penelitian kembali dalam waktu dekat ini, setelah semua syarat sudah dikumpulkan.

Pada hari Jumat, 22 Juli 2015, peneliti kembali melakukan penelitian kedua untuk medapatkan beberapa data. Peneliti berencana hanya meneliti dengan mewawancarai informan kunci dan tambahan saja dan pada informan utama dilanjutkan pada hari berikutnya. Penyambutan oleh para informan sangatlah memuaskan. Mereka tidak sungkan untuk memberikan beberapa informasi mengenai lembaga dan pekerjaan yang sedang digeluti. Dan akhirnya, peneliti mendapat sebagian informasi mengenai bahan penelitian yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

1.9. Sistematika Penulisan

Adapun sistematikan penulisan dalam penelitian ini adalah: BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, analisis data, pengalaman penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II: BEST FITNESS PLAZA MEDAN FAIR

(23)

BAB III: UPAYA BEST FITNESS MEREKRUT ANGGOTA UNTUK BEROLAHRAGA

Bab ini berisikan tentang defenisi dari iklan dan konsumen, serta sistem periklanan yang dilakukan oleh Best Fitness dalam mempromosikan produknya.

BAB IV: OLAHRAGA DAN GAYA HIDUP PARA MEMBER

Bab ini berisikian tentang defenisi olahraga dan fitness, serta masalah dari gaya hidup dan kaitannya dengan olahraga.

BAB V: PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Kondisi jadwal produksi yang digunakan pada perusahaan adalah dengan menggunakan metode Erliest Due Date (EDD) total waktu produksi sebesar 13,81 jam untuk produk carton box

[r]

53.685.000,00 Praktek klinik asuhan keperawatan Gawat Darurat..

[r]

Selain itu dalam hubungannya dengan hakikat dan kedudukan pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah negara yang fubdamental, maka sebenarnya secara material yang merupakan esensi

Enzim nuklease dibagi menjadi dua yakni eksonuklease yang memutus ikatan fosfodiester mulai dari ujung rantai DNA dan endonuklease yang memutus ikatan

Dalam rentang waktu selarna lebih kurang delapan abad itu, terdapat sejumlah kerajaan yang timbul tenggelam atau bergeser dari waktu ke waktu dari satu tempat ke