SKRIPSI
PENGARUH EFISIENSI MODAL KERJA DAN LIKUIDITAS TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN REAL ESTATE
DAN PROPERTY
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2007-2009
OLEH
ETY MAWADDAH 090522018 AKUNTANSI
PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERNYATAAN
Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
PENGARUH EFISIENSI MODAL KERJA DAN LIKUIDITAS TERHADAP
PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN
PROPERTY YANG TERDAFTAR DIBURSA EFEK
INDONESIA PERIODE 2007-2009”
Adalah benar hasil karya saya sendiri yang disusun sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.
Medan, 28 Juni 2011
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh efisiensi modal kerja dan likuiditas terhadap profitabilitas. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah efisiensi modal kerja dan likuiditas sebagai variabel independen dan profitabilitas sebagai variabel dependen. Efisiensi modal kerja diukur dengan perputaran modal kerja (X1), likuiditas diukur dengan current ratio (X2), dan profitabilitas diukur dengan return on asset (Y1).
Metode penelitian yang digunakan adalah asosiatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pooling, yang merupakan kombinasi antara data cross section dan data time series yang diambil dari laporan tahunan 23 perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 3 tahun periode 2007-2009.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial efisiensi modal kerja tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas, ini dapat dilihat dari nilai t hitung < t tabel ( 0,709 < 2,0117 ) dengan signifikansi 0,482 lebih besar dari 0,05. Current ratio (CR) tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap profitabilitas, dapat dilihat dari nilai t hitung < t tabel (-0,689 < 2,0117) dengan signifikansi 0,494 > 0,05. Hasil uji f menunjukkan bahwa nilai f hitung < f tabel (1,822 > 4,034) dengan signifikansi 0,173 > 0,05. Dari hasil uji F ini dapat disimpulkan bahwa efisiensi modal kerja dan likuiditas tidak berpengaruh secara bersama-sama terhadap profitabilitas.
ABSTRACT
The aim of this research is to know the influence of working capital and liquidity to profitability. The variable of this research is the efficiency of working capital and the liquidity as independent variable and profitability as dependent variable. Efficiency of working capital is measured by working capital turnover (X1), liquidity is measured by current ratio (X2) and profitability is measured by return on asset (Y1).
The method of research is assosiative . the data which is used in this research is pooling data, which is the combination between cross data section and time series data that is taken from annual report from 23 real estate and property company which is listed in Indonesian Stock Exchange during 3 years 2007-2009 period.
The result of the research shows that the efficiency of working capital partially has negative influence and significant to profitability and it can see from t-value < t-table (0,709 > 2,0117) with significancy 0,482 bigger than 0,05. Current ratio (CR) is not influence and significant to profitability, and it can see from t-value < t-table (-0,689 < 2,0117) with significancy 0,494 > 0,05. The result of f-test shows that f-value < f-table (1,822 > 4,034) with significancy 0,173 > 0,05.from the result of f-test we can conclude that efficiency of working capital and liquidity is not influence to profitability.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah, Dzat yang tak pernah lupa pada hambaNya yang selalu berusaha dan berdoa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Efisiensi Modal Kerja Dan Likuiditas Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Real Estate dan Property yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2009”.
Penulisan skripsi ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis khususnya mengenai masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Selain
itu penelitian ini dilaksanakan dalam memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana ekonomi pada Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapat dukungan,
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M, Ak selaku Sekretaris
Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Naleni Indra, M.M, Ak selaku dosen pembimbing yang telah
4. Bapak Drs. Wahidin Yasin, MSi, Ak selaku pembanding I atau penguji I
dan Bapak Abdillah Arif Nasution SE, M.Si, Ak selaku dosen
pembanding II atau penguji II yang telah banyak memberikan arahan
bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Para Dosen dan Staf Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang
telah banyak memberikan arahan serta ilmu bagi penulis selama penulis
menimba ilmu fakultas ekonomi sampai menyelesakan skripsi ini .
6. Orangtua yang selalu mendukung dan mendoakan penulis dalam setiap
sujud mereka, Ayahanda H. Abdul Rahim SH dan Ibunda Hj. Syahraini
S.Pd.I
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan
kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dalam penulisan ke depan. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi
ini bermanfaat bagi pembaca.
Medan, 28 Juni 2011 Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………...………….. i
ABSTRACT ……… ii
KATA PENGANTAR ………...………...……… iii
DAFTAR ISI ……….. v
DAFTAR TABEL ………. viii
DAFTAR GAMBAR.………...……… ix
DAFTAR LAMPIRAN ………. x
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ………..……….. 1
1.2 Perumusan Masalah………..……… 5
1.3 Tujuan Penelitian ………..………... 5
1.4 Manfaat Penelitian ………..………... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ………..……….. 7
2.1.Modal Kerja ………..………..…… 7
2.1.1 Defenisi Modal Kerja ……...……….…………..…. 7
2.1.2 Jenis-Jenis Modal Kerja ……….…. 9
2.1.3 Sumber-Sumber Modal Kerja ….……….………... 9
2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Modal Kerja ……... 10
2.1.5 Penggunaan Modal Kerja ……….………….…... 12
2.3 Profitabilitas ………..…….….... 15
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ………...…….. 17
C. Kerangka Konseptual ………. ………. 18
D. Hipotesis Penelitian ……….. 19
BAB III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ………..……… 21
B. Jenis dan Sumber Data ..……… 21
C. Populasi dan Sampel Penelitian ………...………. 22
D. Teknik Pengumpulan Data …...……….… 24
E. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel………. 24
3.1 Variabel Independen ……….…... 24
3.2 Variabel Dependen ………. 25
G. Metode Analisis Data ……… 26
3.1 Pengujian Asumsi Klasik ………...………… 26
3.1.1 Uji Normalitas Data ...…...……….……...…. 26
3.1.2 Uji Multikolonieritas ……….……….. 27
3.1.3 Uji Heteroskedastisitas ….………..…... 28
3.1.4 Uji Autokorekasi ……….. 28
3.2 Pengujian Hipotesis Penelitian ……….. 29
3.2.1 Analisis Regresi Berganda ...…...……….……. 29
3.2.2 Uji Signifikansi Simultan ……..…….……….. 30
3.2.3 Uji Signifikansi Parsial ………..…... 31
BAB IV. ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian ………. 33
4.1 Deskripsi Data Statistik ……….……… 33
4.2 Uji Asumsi Klasik ……….………..…… 34
4.2.1 Uji Normalitas Data………..……….…… 34
4.2.2 Uji Multikolinearitas ………..…….……….. 38
4.2.3 Uji Heteroskedatisitas …...………... 39
4.2.4 Uji Autokorelasi …………...………. 41
3. Pengujian Hipotesis Penelitian …...………. 42
3.2.1. Persamaan Regresi ………..…. 42
3.2.2 Uji Sigifikansi Simultan ………...…...….. 43
3.2.3 Uji Signifikansi Parsial ……… 44
B. Pembahasan Hasil Penelitian ……… 46
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……… 48
B. Keterbatasan Hasil Penelitian ……… 49
C. Saran ……….. 49
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ………
Gambar 4.1 Histogram ………..
Gambar 4.2 Normal P-P Plot Regression ……….
Gambar 4.3 Scatterplot ……….
Halaman
19
37
38
DAFTAR TABEL
Nomor Judul
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ………
Tabel 3.1 Daftar Sampel Penelitian ………..
Tabel 3.2 Defenisi Operasional ………
Tabel 3.3 Tabel Pengambilan Keputusan ………..
Tabel 3.4 Jadwal Penelitian ………..
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif ………
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas ………
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Setelah Transformasi …………..
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ………
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi ………..
Tabel 4.6 Hasil Analisis Regresi ………
Tabel 4.7 Hasil Uji f ……….
Tabel 4.8 Hasil Uji t ………
Halaman
17
22
25
29
32
33
35
36
39
41
42
44
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor : Judul
Lampiran 1 : Data Variabel Penelitian (sebelum transformasi) ...
Lampiran 2 : Data Variabel Penelitian (setelah transformasi) ……
Lampiran 3 : Statistik Deskriptif Sebelum Transformasi …………
Lampiran 4 : Hasil Uji Normalitas (sebelum transformasi)……..
Lampiran 5 : Hasil Uji Normalitas (setelah transformasi)……..
Lampiran 6 : Hasil Uji Multikolinearitas ………..
Lampiran 7 : Hasil Uji Hipotesis (Uji t dan Uji F) ……… ………
Lampiran 8 : Tabel Uji t ………
Lampiran 9 : Tabel Uji F ………...
Lampiran 10 : Tabel Durbin Watson ……….
Halaman
53
55
57
58
60
62
63
64
65
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh efisiensi modal kerja dan likuiditas terhadap profitabilitas. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah efisiensi modal kerja dan likuiditas sebagai variabel independen dan profitabilitas sebagai variabel dependen. Efisiensi modal kerja diukur dengan perputaran modal kerja (X1), likuiditas diukur dengan current ratio (X2), dan profitabilitas diukur dengan return on asset (Y1).
Metode penelitian yang digunakan adalah asosiatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pooling, yang merupakan kombinasi antara data cross section dan data time series yang diambil dari laporan tahunan 23 perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 3 tahun periode 2007-2009.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial efisiensi modal kerja tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas, ini dapat dilihat dari nilai t hitung < t tabel ( 0,709 < 2,0117 ) dengan signifikansi 0,482 lebih besar dari 0,05. Current ratio (CR) tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap profitabilitas, dapat dilihat dari nilai t hitung < t tabel (-0,689 < 2,0117) dengan signifikansi 0,494 > 0,05. Hasil uji f menunjukkan bahwa nilai f hitung < f tabel (1,822 > 4,034) dengan signifikansi 0,173 > 0,05. Dari hasil uji F ini dapat disimpulkan bahwa efisiensi modal kerja dan likuiditas tidak berpengaruh secara bersama-sama terhadap profitabilitas.
ABSTRACT
The aim of this research is to know the influence of working capital and liquidity to profitability. The variable of this research is the efficiency of working capital and the liquidity as independent variable and profitability as dependent variable. Efficiency of working capital is measured by working capital turnover (X1), liquidity is measured by current ratio (X2) and profitability is measured by return on asset (Y1).
The method of research is assosiative . the data which is used in this research is pooling data, which is the combination between cross data section and time series data that is taken from annual report from 23 real estate and property company which is listed in Indonesian Stock Exchange during 3 years 2007-2009 period.
The result of the research shows that the efficiency of working capital partially has negative influence and significant to profitability and it can see from t-value < t-table (0,709 > 2,0117) with significancy 0,482 bigger than 0,05. Current ratio (CR) is not influence and significant to profitability, and it can see from t-value < t-table (-0,689 < 2,0117) with significancy 0,494 > 0,05. The result of f-test shows that f-value < f-table (1,822 > 4,034) with significancy 0,173 > 0,05.from the result of f-test we can conclude that efficiency of working capital and liquidity is not influence to profitability.
BAB I
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
Setiap perusahaan perlu memiliki kemampuan manajemen yang baik untuk
dapat tetap bertahan melanjutkan usahanya serta untuk dapat melakukan ekspansi
usaha ke beberapa sektor dalam menghadapi persaingan usaha. Dengan demikian
pihak manajemen harus mempunyai kapabilitas dalam mengolah sumber daya
yang dimiliki baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Sumber daya
yang dimiliki oleh perusahaan mengacu pada dana yang dimiliki karena dana
merupakan modal awal untuk dapat memiliki sumber daya yang dibutuhkan oleh
perusahaan. Dalam praktiknya, dana yang dimiliki oleh perusahaan baik dana
pinjaman maupun modal sendiri dapat digunakan dalam dua hal yaitu digunakan
untuk keperluan investasi dan dana digunakan untuk membiayai modal kerja.
Modal kerja memiliki sifat yang fleksibel, besar kecilnya modal kerja dapat
ditambah atau dikurangi sesuai kebutuhan perusahaan. Menetapkan modal kerja
yang terdiri dari kas, piutang, persediaan harus dimanfaatkan seefisien mungkin.
Perputaran modal kerja dimulai dari saat kas diinvestasikan dalam komponen
modal kerja sampai saat kembali menjadi kas. Perputaran modal kerja yang tinggi
diakibatkan rendahnya modal kerja yang ditanam dalam persediaan dan piutang.
Sebaliknya, perputaran modal kerja yang rendah kemungkinan disebabkan
banyaknya hutang jangka pendek yang sudah jatuh tempo sebelum persediaan dan
Perusahaan yang tidak dapat memperhitungkan tingkat modal kerja yang
memuaskan, maka kemungkinan perusahaan mengalami ketidakmampuan untuk
memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo dan bahkan mungkin terpaksa harus
dilikuidasi. Aktiva lancar harus cukup besar untuk dapat menutupi hutang lancar
sedemikian rupa, sehingga menggambarkan adanya tingkat keamanan (margin
safety) yang memuaskan. Sementara itu, jika perusahaan menetapkan modal kerja
yang berlebih akan menyebabkan perusahaan overlikuid sehingga menimbulkan
dana mengaggur yang akan mengakibatkan inefisiensi perusahaan, dan membuang
kesempatan memperoleh laba.
“Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang
lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan”
(Hanafi, 2003 : 77). Rasio likuiditas idealnya adalah 200% dan apabila likuiditas
kurang dari 200% maka dianggap kurang baik karena apabila aktiva lancar turun
maka tidak cukup untuk menutupi kewajiban jangka pendeknya. Apabila jumlah
aktiva lancar terlalu kecil maka akan menimbulkan illikuid, sedangkan apabila
jumlah aktiva lancar terlalu besar akan berakibat timbulnya dana yang
menganggur (idle cash), semua ini berpengaruh kepada jalannya operasi
perusahaan.
Pada dasarnya, jika perusahaan meningkatkan jumlah hutang sebagai
sumber dananya hal tersebut dapat meningkatkan risiko keuangan. Jika
perusahaan tidak dapat mengelola dana yang diperoleh dari utang secara
produktif, hal tersebut dapat memberikan pengaruh negatif dan berdampak
dapat dikelola dengan baik dan digunakan untuk proyek investasi yang produktif,
hal tersebut dapat memberikan pengaruh yang positif dan berdampak terhadap
peningkatan profitabilitas perusahaan.
Tujuan jangka pendek perusahaan pada umumnya adalah mencapai laba
yang maksimal dan berkesinambungan agar perusahaan dapat tumbuh dan tetap
beroperasi. Laba dari suatu perusahaan dapat diukur dengan kesuksesan
perusahaan serta kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva secara
produktif, dengan demikian laba atau profitabilitas suatu perusahaan dapat
diketahui dengan membandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode
tertentu dengan jumlah aktiva atau jumlah modal.
Kehadiran pasar modal di Indonesia ditandai dengan banyaknya investor
yang mulai menanamkan sahamnya dalam industri real estate dan property.
Bisnis real estate dan property baik residensial maupun komersial menunjukkan
perkembangan yang cukup pesat di Indonesia, terbukti dengan semakin maraknya
pembangunan perumahan, pusat bisnis dan supermall dalam tahun‐tahun terakhir.
Semakin pesatnya perkembangan sektor property ini diikuti dengan semakin
tingginya permintaan akan kebutuhan papan, sehingga membuat para emiten
property membutuhkan dana dari sumber eksternal.
Dana dari sumber eksternal dapat diperoleh melalui pasar modal. Banyak
masyarakat menginvestasikan modalnya di industri property dikarenakan harga
tanah yang cenderung naik. Penyebabnya adalah supply tanah bersifat tetap
sedangkan demand akan selalu besar seiring pertambahan penduduk serta
real estate dan property itu membuka gerai, maka kebutuhan akan modal kerja
pada perusahaan tersebut akan semakin besar pula. Manajemen modal kerja yang
baik akan berdampak pada kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang
telah jatuh tempo sehingga dapat meghasilkan profit yang sesuai dengan harapan
perusahaan.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya. Indri (2005)
meneliti pengaruh efektivitas modal kerja dan operating asset turnover terhadap
tingkat rentabilitas pada sektor industri dasar kimia yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa efektifitas modal kerja dan
operating asset tidak berpengaruh terhadap tingkat rentabilitas. Natalia (2009)
menganalisis pengaruh efektivitas modal kerja dan operating asset turnover
terhadap tingkat rentabilitas pada perusahaan manufaktur sektor industri barang
konsumsi dimana hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara parsial
efektifitas modal kerja tidak berpengaruh terhadap rentabilitas sedangkan
operating asset turnover berpengaruh terhadap rentabilitas. Namun secara
simultan kedua variabel tersebut berpengaruh terhadap tingkat rentabilitas.
Nuhayati (2010) meneliti pengaruh perputaran modal kerja terhadap profitabilitas
pada perusahaan sektor industri makanan dan minuman dimana hasil penelitian
menunjukkan bahwa perputaran modal kerja berpengaruh terhadap tingkat
rentabilitas.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, terdapat ketidakkonsistenan hasil
penelitian pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas atau rentabilitas. Oleh
pengaruh modal kerja daterhadap profitabilitas . Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya terletak pada data yang digunakan sebagai sampel dan
penggunaan tahun atau periode pengamatan. Dimana dalam hal ini peneliti
mengambil sampel perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Sehingga diharapkan
penelitian ini dapat memperbaharui penelitian sebelumnya.
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti pengaruh efisiensi modal kerja dan
likuiditas terhadap tingkat profitabilitas melalui judul “ Pengaruh Efisiensi Modal
Kerja dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Real Estate Dan
Property Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Peride 2007-2009”
1.2. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah sebelumnya, maka peneliti merumuskan
masalah dalam penelitian ini “ Apakah efisiensi modal kerja dan likuiditas
berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap profitabilitas pada
perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2007-2009”
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya,
maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh efisiensi
simultan pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2007-2009.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan apabila ditanya pendapatnya
mengenai pengaruh efisiensi modal kerja dan likuiditas terhadap
profitabilitas pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009
b. Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk
menyempurnakan penelitian selanjutnya yang sejenis
c. Bagi para praktisi dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk
pengambilan keputusan mengenai pengaruh efisiensi modal kerja dan
likuiditas terhadap profitabiltas pada perusahaan real estate dan property
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis
2.1 Modal Kerja
2.1.1 Definisi Modal Kerja
Setiap perusahaan perlu menyediakan modal kerja untuk
membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari seperti misalnya untuk
memberi uang muka pada pembelian bahan baku atau barang dagangan,
membayar upah buruh dan gaji pegawai serta biaya-biaya lainnya.
Sejumlah dana yang dikeluarkan untuk membelanjai operasi perusahaan
tersebut diharapkan akan kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam
jangka waktu pendek melalui hasil penjualan barang dagangan atau hasil
produksinya. Uang yang masuk yang bersumber dari hasil penjualan
barang dagangan tersebut akan dikeluarkan kembali guna membiayai
operasi perusahaan selanjutnya. Dengan demikian uang atau dana tersebut
akan berputar secara terus menerus setiap periodenya sepanjang hidupnya
perusahaan ( Djarwanto, 2001: 85).
Defenisi mengenai modal kerja yaitu :
1) Modal kerja adalah selisih lebih antara aktiva lancar dengan kewajiban
lancar
2) Modal kerja adalah aktiva lancar (Tunggal, 2000: 90)
Sedangkan pengertian modal kerja secara mendalam terkandung dalam
konsep modal kerja dibagi menjadi tiga macam yaitu ( Kasmir, 2008 :
a) Konsep kuantitatif,
Konsep kantitatif menyebutkan bahwa modal kerja adalah seluruh aktiva lancar. Dalam konsep ini adalah bagaimana mencukupi kebutuhan dana untuk membiayai operasi perusahaan jangka pendek. Konsep ini sering disebut dengan modal kerja kotor (gross working capital ). Kelemahan konsep ini adalah pertama, tidak mencerminkan tingkat likuditas perusahaan dan kedua, konsep ini tidak mementingkan kualitas apakah modal kerja dibiayai oleh hutang jangka panjang atau hutang jangka pendek atau pemilik modal. Jumlah modal kerja yang besar belum tentu menjamin margin of safety bagi perusahaan sehingga kelangsungan operasi perusahaan belum terjamin.
b) Konsep kualitatif
Konsep kualitatif merupakan konsep yang menitikberatkan kepada kualitas modal kerja. Konsep ini melihat selisih antara jumlah aktiva lancar dengan kewajiban lancar (net working capital ). Keuntungan konsep ini adalah terlihatnya tingkat likuiditas perusahaan. Aktiva lancar yang lebih besar dari kewajiban lancar menunjukkan kepercayaan para kreditor kepada pihak perusahaan sehingga kelangsungan operasi perusahaan akan lebih terjamin dengan dana pinjaman dari kreditor.
c) Konsep fungsional
Konsep fungsional menekankan kepada fungsi dana yang dimiliki perusahaan dalam memperoleh laba. Artinya sejumlah dana yang dimiliki dan digunakan perusahaan untuk meningkatkan laba perusahaan. Semakin banyak dana yang digunakan sebagai modal kerja seharusnya dapat dapat meningkatkan perolehan laba. Demikian sebaliknya, jika dana yang digunakan sedikit, laba pun akan menurun. Akan tetapi kenyataannya terkadang kejadiannya tidak selalu demikian.
Efisiensi menurut Drucker dalam Trisnawati (2005:7) “
mengerjakan pekerjaan yang benar (doing things right)”. Efisiensi
bertujuan untuk meminimalkan biaya-biaya dalam proses operasional
perusahaan. Efisiensi modal kerja berarti ukuran seberapa baik suatu
perusahaan menggunakan modal kerja yang dimilikinya dengan
meminimalkan biaya-biaya yang digunakan dalam operasional
2.1.2Jenis – Jenis Modal Kerja
Taylor dalam Sawir (2005 : 132) menyatakan modal kerja dapat
digolongkan menjadi dua yaitu :
1) Modal kerja permanen (permanent working capital)
Modal kerja permanen merupakan modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya atau dengan kata lain modal kerja harus terus menerus dierlukan untuk kelancaran usaha
2) Modal kerja variabel (variable working capital)
Modal kerja variable merupakan jumlah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan.
2.1.3 Sumber – Sumber Modal Kerja
Kebutuhan akan modal kerja mutlak disediakan perusahaan dalam
bentuk apapun. Oleh itu, untuk memenuhi bebutuhan tersebut
diperlukan sumber-sumber modal kerja yang dapat dicari dari berbagai
sumber yang tersedia. Namun, dalam pemilihan sumber modal perlu
diperhatikan untung ruginya sumber modal tersebut. Pertimbangan ini
perlu dilakukan agar tidak menjadi beban perusahaan ke depan atau
akan menimbulkan masalah yang tidak diinginkan.
Sumber modal kerja menurut Tunggal (2000:104) meliputi hal-hal
sebagai berikut:
1)Operasi rutin perusahaan
2)Laba yang diperoleh dari penjualan surat-surat berharga
3)Penjualan aktiva tetap, penanaman jangka panjang / aktiva tak lancar dan lain-lain
4)Pengembalian pajak dan keuntungan luar biasa lainnya
5)Penerimaan yang diperoleh dari penjualan obligasi saham dan penyetoran dana oleh para pemilik perusahaan
6)Penerimaan pinjaman jangka panjang dan jangka pendek yang diperoleh dari bank atau pihak lain
8)Penjualan piutang dengan jalan penjualan biasa/dengan factoring (penjualan dengan cara penjualan faktur, pemberian kredit, diserahkan pada lembaga keuangan)
9) Kredit perdagangan (kredit biasa, promes,wesel)
2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Modal Kerja
Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan harus segera terpenuhi
sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Namun, terkadang untuk memenuhi
kebutuhan modal kerja seperti yang diinginkan tidaklah selalu tersedia.
Hal ini disebabkan terpenuhi tidaknya kebutuhan modal kerja sangat
tergantung pada berbagai faktor yang mempengaruhinya. Oleh karena itu,
pihak manajemen dalam menjalankan kegiatan operasi perusahaan
terutama kebijakan dalam upaya pemenuhan modal kerja harus segera
memperhatikan faktor-faktor tersebut.
Faktor – faktor yang mempengaruhi jumlah modal kerja yaitu
(Djarwanto, 2001:89):
1) Sifat umum atau tipe perusahaan, modal kerja yang dibutuhkan perusahaan jasa relative rendah karena investasi dalam persediaan dan piutang pencairannya menjadi kas relatif cepat. Proporsi modal kerja dari total aktiva pada perusahaan jasa relatif kecil. Berbeda dengan perusahaan industri, investasi dalam aktiva lancar cukup besar dengan tingkat perputaran persediaan dan piutang yang relatif rendah. Perusahaan industri memerlukan modal kerja yang cukup besar yakni untuk melakukan investasi dalam bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi.
2) Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau mendapatkan barang dan ongkos perunit/ harga beli per unit barang itu.
Jumlah modal kerja berkaitan langsung dengan waktu yang dibutuhkan mulai dari bahan baku atau barang jadi dibeli sampai dengan barang-barang tersebut dijual kepada langganan. Makin panjang waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang atau untuk memperoleh barang makin besar kebutuhan akan modal kerja.
Syarat kredit pembelian barang dagangan akan mempengaruhi besar kecilnya modal kerja. Syarat pembelian kredit yang menguntungkan akan memperkecil kebutuhan uang kas yang harus ditanamkan dalam persediaan. Sebaliknya jika pembayaran harus dilakukan segera setelah barang diterima maka kebutuhan akan uang kas untuk membelanjai volume perdagangan menjadi lebih besar. Disamping itu modal kerja juga dipengaruhi oleh syarat kredit penjualan barang dagangan. Semakin lunak kredit yang diberikan kepada pelanggan akan semakin besar kebutuhan modal kerja yang harus ditanamkan dalam piutang.
4) Tingkat perputaran persediaan
Semakin sering persediaan diganti, maka kebutuhan modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan akan semakin rendah. Untuk mencapai tingkat perputaran persediaan yang tinggi diperlukan perencanaan dan pengawasan persediaan yang efisien. 5) Tingkat perputaran piutang
Kebutuhan modal kerja juga tergantung pada periode waktu yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi uang kas. Bila piutang terkumpul daln jangka waktu pendek berarti kebutuhan akan modal kerja menjadi semakin rendah.
6) Pengaruh konjungtur (business cycle)
Pada periode makmur (prosperity) aktivitas perusahaan meningkat dan cenderung membeli barang-barang lebih banyak memanfaatkan harga yang masih rendah. Ini berarti perusahaan memperbesar tingkat persediaan. Memperbesar tingkat persediaan membutuhkan modal kerja yang lebih banyak
7) Derajat resiko kemungkinan menurunnya harga jual aktiva jangka pendek.Menurunnya nilai riil dibanding harga buku dari surat-surat berharga, persediaan barang, dan piutang akan menurunkan modal kerja. Bila resiko ini semakin besar berarti diperlukan tambahan modal kerja untuk membayar bunga atau melunasi hutang jangka pendek.
8) Pengaruh musim
Banyak perusahaan dimana penjualannya hanya terpusat pada beberapa bulan saja. Perusahaan yang dipengaruhi oleh musim membutuhkan jumlah maksimum modal kerja untuk periode yang relatif pendek. Modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaaan barang berangsur-angsur meningkat dalam bulan-bulan menjelang puncak penjualan
9) Credit rating dari perusahaan
2.1.5 Penggunaan Modal Kerja
Penggunaan dana untuk modal kerja dapat diperoleh dari kenaikan
aktiva dan penurunan pasiva. Secara umum dikatakan bahwa
penggunaan modal kerja biasa digunakan untuk :
a) Pengeluaran untuk gaji, upah, dan biaya operasi perusahaan lainnya, untuk menunjang penjualan.
b) Pengeluaran untuk membeli bahan baku atau barang dagangan yang akan digunakan untuk proses produksi atau untuk dijual kembali.
c) Menutupi kerugian akibat penjualan surat berharga
d) Pembentukan dana yang merupakan pemisahan aktiva lancar untuk tujuan tertentu dalam jangka panjang, misalnya pembentukan dana pensiun, dana ekspansi, atau dana pelunasan obligasi. Pembentukan dana ini akan mengubah bentuk aktiva dari aktiva lancar menjadi aktiva tetap.
e) Pembelian aktiva tetap ( tanah, bangunan, kendaraan, mesin, dan lain-lain)
f) Pembayaran utang jangka panjang (obligasi, hipotek, utang bank jangka panjang)
g) Pengambilan uang atau barang untuk kepentingan pribadi h) Penggunaan lainnya (Kasmir, 2008 : 258)
Untuk menguji efisiensi penggunaan modal kerja dapat
menggunakan perputaran modal kerja (working capital turnover), yakni
rasio antara penjualan dengan modal kerja (Djarwanto, 2001: 140). Hal
tersebut juga sejalan dengan pernyataan Tunggal (2000:165) yang
menyebutkan bahwa “ untuk menguji efisiensi dari pemanfaatan modal
kerja, perputaran modal kerja ditetapkan berdasarkan perbandingan yang
terdapat antara jumlah penjualan dengan jumlah modal kerja”. Rasio
perputaran modal kerja (working capital turnover) menunjukkan jumlah
penjualan yang dapat diperoleh dari setiap rupiah modal kerja. Formulasi
Dari hubungan antara penjualan netto dengan modal kerja tersebut dapat
diketahui juga apakah perusahaan bekerja dengan modal kerja yang
tinggi atau bekerja dengan modal kerja yang rendah. Perputaran modal
kerja yang tinggi diakibatkan rendahnya modal kerja yang ditanam
dalam persediaan dan piutang atau dapat juga menggambarkan tidak
tersedianya modal kerja yang cukup dan adanya perputaran piutang yang
tinggi. Tidak cukupnya modal kerja mungkin disebabkan banyaknya
hutang jangka pendek yang sudah jatuh tempo sebelum persediaan dan
piutang dapat diubah menjadi uang kas .
2.2Likuiditas Perusahaan
Analisis keuangan yang berkaitan dengan kemampuan
perusahaan untuk membayar utang atau kewajiban dikenal dengan
nama analisis rasio likuiditas. Dengan kata lain, rasio likuiditas
berfungsi untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan peusahaan
dalam memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo baik
kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha)
maupun didalam perusahaan (likuiditas perusahaan).
Likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangannnya pada saat ditagih ( Sawir,
2001 : 31). Untuk menilai likuiditas perusahaan terdapat beberapa
rasio yang dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisis dan
lancar (Current Ratio). Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek
atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara
keseluruhan.
Ketepatan current ratio menurut tunggal (2000:155) tergantung
dari banyak faktor, yaitu sebagai berikut :
a. Syarat kredit yang diterima dari pemasok disbanding dengan syarat kredit yang diberika oleh perusahaan pada para pembeli b. Waktu yang diperlukan untuk menagih piutang
c. Perputaran persediaan
d. Ciri-ciri program keuangan perusahaan e. Musim tahun yang bersangkutan f. Situasi konjungtur
g. Lamanya siklus modal kerja
h. Apakah perusahaan itu sedang diperluaskan/ diperkecilkan.
Rumus untuk mencari rasio lancar atau current ratio dapat
digunakan sebagai berikut:
x 100%
Dari hasil pengukuran rasio, apabila rasio rendah, dikatakan
bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang. Namun
apabila hasil pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi perusahaan
baik. Hal ini dapat saja terjadi karena kas tidak digunakan sebaik
mungkin. Dalam praktiknya sering kali dipakai bahwa rasio lancar
dengan standar 200% (2:1) yang terkadang sudah dianggap sebagai
ukuran yang cukup baik. Artinya dengan hasil rasio tersebut,
2.3Profitabilitas
Secara umum, profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba atau keuntungan. Untuk mengukur tingkat
keuntungan suatu perusahaan, digunakan rasio keuntungan/ rasio
profiabilitas. Menurut Kasmir (2008:196) “ rasio profitabilitas
merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari
keuntungan”. Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan
menggunakan perbandingan komponen yang ada pada laporan
keuangan. Hasil pengukuran tersebut dapat dijadikan alat evaluasi
manajemen.
Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan maupun
bagi pihak luar perusahaan yaitu:
a. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam suatu periode tertentu
b. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang
c. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu
d. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri
e. Untuk menilai produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan dengan modal sendiri
f. Untuk tujuan lain (Kasmir, 2008:197)
Dalam praktiknya, jenis-jenis rasio profitabilitas yang dapat
digunakan yaitu:
1. Profit margin (profit margin on sales)
2. Return on investment (ROI)
3. Return on equity (ROE)
Dalam penelitian ini, jenis rasio yang digunakan yaitu return on
nvestment (ROI). Analisa Return On Investment (ROI) dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh/komprehensif. Analisa Return On Investment (ROI) ini sudah merupakan teknik analisa yang lazim digunakan
oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Return On Investment (ROI) itu sendiri adalah salah satu bentuk dari ratio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.
Dengan demikian Return On Investment (ROI) menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan (Net Operating Income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut (Net Operating Assets). Sebutan lain untuk ROI adalah “Net Operating profit Rate Of Return” atau “Operating Earning Power” (Munawir, 2004: 89). Semakin tinggi rasio ini semakin baik artinya
posisi pemilik perusahaan semakin kuat demikian pula sebaliknya.
Formulasi return on investment (ROI) yaitu :
x 100%
Semakin besar nilai Return On Invesment maka akan semakin baik, karena
dengan demikian berarti perusahaan dapat menghasilkan laba yang tinggi
Beberapa tinjauan terdahulu berkaitan dengan pengaruh variable modal
kerja terhadap variable tingkat likuiditas, adapun tinjauan terdahulu tersebut
[image:31.595.115.511.260.757.2]dapat diuraikan melalui table berikut ini :
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti Judul
Variable Yang Digunakan
Hasil Penelitian
1 Indri Yuliafitri (2005)
Pengaruh efektifitas Modal Kerja dan Operating Asset Turnover Terhadap Tingkat Rentabilitas Pada Sektor Industri Dasar Dan Kimia Yang Tecatat Di Bursa Efek Jakarta
Variabel
independen : modal kerja dan operating asset turnover Variable dependen : Rentabilitas Efektifitas modal kerja dan operating asset tidak berpengaruh terhadap tingkat rentabilitas pada sektor industri dasar dan kimia yang tercatat di bursa efek Jakarta
2 Natalia Sonata (2009)
Analisis Pengaruh Efektifivitas Modal Kerja Dan Operating Asset Terhadap Tingkat Rentabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang
Konsumsi Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Variabel Independen : Modal Kerja dan Operating Asset Variabel Dependen: Rentabilitas Secara parsial, efektivitas modal kerja tidak berpengaruh terhadap tingkat rentabilitas sedangkan operating asset berpengaruh terhadap tingkat rentabilitas. Secara simultan kedua variable tersebut berpengaruh terhadap tingkat rentabilitas 3 Nurhayati
(2010)
Perusahaan Sektor Industri Makanan Dan Minuman Yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
modal kerja Variabel Dependen : profitabilitas
terhadap profitabilitas
C.Kerangka Konseptual
Modal kerja dapat terus berputar sejalan dengan aktivitas operasi
perusahaan sehari-hari, oleh karena itu diperlukan adanya suatu pengendalian
terhadap sumber dan penggunaan modal kerja yang dibuat dalam bentuk suatu
laporan perubahan modal kerja. Pengawasan terhadap sumber dan penggunaan
modal kerja merupakan hal yang penting bagi perusahaan yang ingin
mempertahankan kontinuitas perusahaan.
Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada
waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan “likuid” artinya
perusahaan tersebut memiliki alat pembayaran ataupun aktiva lancar yang
lebih besar daripada hutang lancar. Perusahaan yang hanya mencari
keuntungan tanpa memperhatikan likuiditas pada akhirnya perusahaan
tersebut akan mengalami “illukuid” apabila sewaktu-waktu ada tagihan.
Menurut Van Horn (1997: 224) “ jika perusahaan mengetahui dengan pasti permintaan penjualan dimasa depan, penagihan piutang dan jadwal produksinya, maka perusahaan dapat mengatur jadwal maturitas hutangnya sehingga berhubungan dengan jadwal arus kas bersih di masa yang akan datang, akibatnya laba akan maksimal, dikarenakan tidak ada kebutuhan untuk menyimpan aktiva lancar ataupun pendanaan jangka panjang diluar kebutuhan”
Berdasarkan uraian latar belakang masalah perumusan masalah serta
tinjauan teoritis yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat
variabel independen (X1) dan likuiditas (X2) serta tingkat profitabilitas
sebagai variabel dependen (Y) yaitu sebagai berikut :
H1
H2
H3 Gambar 2.1
Kerangka konseptual D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah penyataan yang didefenisikan dengan baik
mengenai karakteristik populasi. Ada dua macam hipotesis yang
digunakan dalam penelitian yaitu hipotesis nol yang merupakan
hipotesis yang diterima kecuali bahwa data yang kita kumpulkan salah
dan hipotesis alternatif yang merupakan hipotesis yang diterima hanya
jika data yang kita kumpulkan mendukungnya ( Rochaety, 2007 : 108).
Berdasarkan kerangka konseptual sebelumnya, maka hipotesis
yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
H1 : efisiensi modal kerja berpengaruh terhadap profitabilitas
H2 : likuiditas berpengaruh terhadap profitabilitas
H3 : efisiensi modal kerja dan likuiditas berpengaruh terhadap
profitabilitas
Efisiensi Modal Kerja (perputaran modal kerja (X1))
Profitabilitas ( return on investment (Y)) likuiditas
[image:33.595.139.525.183.294.2]BAB III
METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan peneliti yaitu dengan menggunakan
desain kausal yang berguna untuk menganalisis hubungan-hubungan antara
satu variable dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variable
mempengaruhi variable lainnya (Umar, 2003 : 30).
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan peneliti adalah data sekunder. “Data sekunder
merupakan data primer yang diolah lebih lanjut, misalnya dalam bentuk tabel,
grafik, diagram, gambar dan sebagainya sehingga lebih informatif jika digunakan
oleh pihak lain” (Umar, 2003 : 60). Data yang dikumpulkan berupa data
kuantitatif yaitu data yang diukur dalam skala rasio dan merupakan data sekunder
yang diperoleh melalui situs
Capital Market Directory). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini
adalah informasi keuangan yang berhubungan dengan variabel penelitian yaitu :
1. Informasi mengenai perputaran modal kerja
2. Informasi mengenai likuiditas perusahaan
3. Informasi mengenai profitabilitas perusahaan
Menurut waktu pengumpulannya, data yang digunakan menggunakan data
time series yaitu sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang didapat
dalam beberapa interval waktu tertentu, misalnya mingguan,bulanan atau tahunan
(Umar, 2003 : 61). Penelitian ini menggunakan data selama 3 tahun ( series ) yaitu
sampel yaitu 23 sampel yang merupakan perusahaan yang akan diteliti selama 3
tahun dengan data yang digunakan berasal dari laporan keuangan.
C.Populasi dan Sampel Penelitian
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari kemudian diambil kesimpulannya” (Sugiono, 2004). Populasi
yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 41 populasi yang merupakan
perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2007-2009.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive
sampling yang merupakan teknik penentuan anggota sampel dengan pertimbangan
atau kriteria tertentu. Adapun kriteria dalam penentuan sampel pada penelitian ini
yaitu sebagai berikut :
a.Perusahaan – perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia pada tahun 2007-2009
b.Perusahaan-perusahaan tersebut telah menerbitkan dan mempublikasikan
laporan keuangan selama periode pengamatan
c.Laporan keuangan periode 2007-2009 pada perusahaan-perusahan tersebut
telah diaudit oleh auditor independen
d.Perusahan- perusahaan tersebut memiliki laba bersih selama periode
Berikut ini adalah sampel penelitian yang telah dilakukan dengan
purposive sampling yang telah dilakukan peneliti. Adapun sampel penelitian
selama 3 tahun tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1 Sampel Penelitian
No Kode Nama Perusahaan Kriteria Sampel
1 2 3 4
1 ASRI PT Alam Sutera Realty Tbk 1
2 BAPA PT Bekasi Asri Pemula Tbk 2
3 BIPP PT Bhuwanatala Indah Permai Tbk - - -
4 BKDP PT Bukit Darmo Property Tbk - -
5 BCIP PT Bumi Citra Permai Tbk 3
6 BMSR PT Bintang Mitra Semestaraya Tbk - -
7 BSDE PT Bumi Serpong Damai Tbk 4
8 CKRA PT Citra Kebun Raya Agri Tbk - -
9 COWL PT Cowell Development Tbk 5
10 CTRA PT Ciputra Development Tbk 6
11 CTRP PT Ciputra Property Tbk 7
12 CTRS PT Ciputra Surya Tbk 8
13 DART PT Duta Anggada Realty Tbk 9
14 DGIK PT Danayasa Arathama Tbk - -
15 DILD PT Intiland Development Tbk 10
16 DUTI PT Duta Pertiwi Tbk 11
17 FORU PT Fortumate Indonesia Tbk - - -
18 ELTY PT Bakrieland Development Tbk 12
19 GMTD PT Gowa Makassar Tourism Tbk 13
20 INPP PT Indonesian Prima Property Tbk - -
21 JAKA PT Jaka Inti Realtindo Tbk - - -
22 JIHD PT Jakarta International Hotel Tbk -
23 JRPT PT Jaya Real Property Tbk 14
24 KIJA PT Kawasan Industri Jababeka Tbk - - -
25 KPIG PT Global Land Development Tbk - - -
26 LAMI PT Lamicitra Nusantara Tbk 15
27 LCGP PT Laguna Cipta Griya Tbk - -
28 LPCK PT Lippo Cikarang Tbk 16
29 LPKR PT Lippo Karawaci Tbk 17
30 MDLN PT Modernland Realty Tbk 18
31 MPKI PT Metropolitan Kentjana 19
32 PTRA PT New Century Development Tbk - - - -
33 PGPR PT Perdana Gapuraprima 20
34 PWON PT Pakuwon Jati Tbk - -
[image:36.595.109.517.217.758.2]36 RBMS PT Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk 21
37 RODA PT Royal Oak Development Asia Tbk - -
38 SIIP PT Suryainti Permata Tbk 22
39 SMDM PT Suryamas Dutamakmur Tbk - -
40 SMRA PT Summerecon Agung Tbk 23
41 BKSL Sentul City Tbk - -
Sumber : Hasil olahan peneliti (2011)
Berdasarkan teknik penarikan sampel tersebut diatas maka dapat
disimpulkan bahwa sampel yang memenuhi kriteria dan yang akan digunakan
dalam penelitian ini berjumlah 23 perusahaan. Adapun perusahaan-perusahaan
lain yang tidak memenuhi kriteria tidak dapat dijadikan sampel dalam penelitian
ini.
D.Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dokumentasi, yaitu peneliti melakukan pengumpulan data sekunder atau data yang
diperoleh secara tidak langsung atau melalui media perantara yaitu internet
melalui situs Bursa Efek Indonesia dengan melihat laporan keuangan yang
diterbitkan setiap tahunnya baik dalam media cetak maupun data yang di
download dari internet melalu
Market Directory).
E.Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Variable independen yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(Sugiono, 2008 : 59). Adapun variable independen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. perputaran modal kerja (X1) yaitu rasio yang menunjukkan
banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap
rupiah modal kerja
b. likuiditas yaitu Rasio Lancar (Current Ratio) (X2) merupakan rasio
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada
saat ditagih secara keseluruhan.
3.2 Variabel dependen
“Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi
akibat karena adanya variable bebas “(Sugiono, 2008: 59). Variable
dependen dalam penelitian ini adalah profitabilitas yang diukur dengan
rasio return on investment (ROI) adalah salah satu bentuk dari rasio
profitabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dengan keseluruhan dan yang ditanamkan dalam aktiva yang
[image:38.595.106.533.645.754.2]digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.
Tabel 3.2 Defenisi Operasional
Variabel Defenisi Operasional Indikator Skala
Independen a. Perputaran
modal kerja
Rasio untuk memperlihatkan adanya
efisiensi modal kerja dalam
b. Rasio lancar
pencapaian penjualan
Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang pada saat ditagih
x 100% rasio
Dependen profitabilitas
Profitabilitas menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih
x 100% rasio
Sumber : diolah Peneliti (2011)
F. Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik
dengan menggunakan software SPSS 17. Tahap awal yang dilakukan sebelum
melakukan pengujian hipotesis yaitu uji asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik
yang dilakukan terdiri dari uji normalitas, uji multikolonieritas, uji
heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Untuk pengujian hipotesis, dilakukan
analisis uji f dan uji t.
3.1 Pengujian Asumsi Klasik
3.1.1 Uji normalitas data
“Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variable dalam model
regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal”
(Ghozali, 2006: 110). Model regresi yang baik adalah yang memiliki
distribusi data normal atau mendekati normal. Histogram atau pola distribusi
Menurut Ghozali (2006:112) pada prinsipnya normalitas data dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan :
1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas 2) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti
arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
3.1.2 Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
mempunyai korelasi antar variabel independen. Menurut Umar (2003:132) “
multikolonieritas adalah ada tidaknya korelasi yang sempurna atau korelasi
yang tidak sempurna tetapi relatif tinggi pada variabel-variabel bebasnya”.
Pengujian multikolonieritas dilakukan dengan melihat nilai VIF antar
variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas
didalam model regresi adalah sebagai berikut:
1) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.
2) Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas. Tidaknya adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti bebas dari multikolonieritas. 3) Multikolonieritas dapat juga dilihat dari nilai tolerance dan
lawannya serta variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya (Ghozali, 2006: 91).
“Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varience dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain” (Ghazali, 2006 : 105). Suatu model yang baik adalah
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
Menurut Ade,dkk (2007:34) cara memprediksinya adalah jika pola gambar scatterplot model tersebut adalah :
1) Titik – titik data menyebar diatas dan dibawah atau disekitar angka 0
2) Titik – titik data tidak mengumpul hanya diatas atau dibawah saja
3) Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali
4) Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.
3.1.4 Uji autokorelasi
“Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya)” (Ghozali, 2006:95).
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun
yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini sering ditemukan dalam
time series. Ada beberapa cara untuk menguji adanya autokorelasi seperti
metode grafik, uji LM, Uji Runs dan lain-lain. Untuk menguji ada atau
tidaknya autokorelasi dapat digunakan uji Durbin Watson (DW). Untuk
melihat ada atau tidaknya autokorelasi dilihat dari tabel sebagai berikut:
Tabel 3.3
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorealsi positif Tolak 0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du
Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4
Tidak ada korelasi negatif No decision 4 – du ≤ d ≤ 4 - dl
Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif
Tidak ditolak du < d < 4 - du
Sumber: Ghozali, 2006 : 96
3.2Pengujian Hipotesis Penelitian
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis
regresi berganda, uji sgnifikansi t-test serta uji signifikansi f-test. Menurut
Rochaety (2007: 107) “ …dengan uji hipotesis kita memusatkan perhatian
pada peluang kita membuat keputusan yang salah. Hipotesis diterima atau
ditolak berdasarkan informasi yang terkandung dalam sampel tetapi
menggambarkan keadaan populasi”.
3.2.1 Analisis regresi berganda
Menurut Rochaety (2007: 142) “regresi berganda bertujuan untuk
menghitung besarnya pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap satu
variabel terikat dan memprediksi variabel terikat dengan menggunakan dua
atau lebih variabel bebas”. Model persamaannya adalah sebagai berikut :
Keterangan :
Y = variabel dependen yaitu profitabilitas
a = intercept/ koefisien yang menyatakan perubahan rata-rata
variabel dependen untuk setiap variabel independen sebesar
satu atau yang disebut konstanta.
b1, b2 = angka arah atau koefisien regresi yang menunjukkan angka
peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang
didasarkan pada variabel independen. Bila b (+) maka terjadi
kenaikan pada variabel dependen, dan bila b (-) maka akan
terjadi penurunan pada variabel dependen dalam hal ini
likuiditas.
X 1 = efisiensi modal kerja yang ukur dengan mengunakan rasio
perputaran modal kerja
X2 = likuiditas yang diukur dengan rasio lancar (current ratio)
e = error
3.2.2 Uji signifikansi simultan (f-test)
Pengujian hipotesis secara simultan dilakukan dengan uji f. menurut
Ghazali (2006: 84) “ uji statistik f pada dasarnya menunjukkan apakah
semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan
terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan menghitung
serta membandingkan f hitung dengan f tabel yaitu dengan ketentuan
sebagai berikut:
Jika f-hitung > f-tabel untuk α = 5 % H0 diterima
Jika f-hitung < f-tabel untuk α = 5 % H0 ditolak
3.2.3 Uji signifikansi parsial (t-test)
Menurut Ghazali (2006:84) “ uji statistik t pada dasarnya menunjukkan
seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual
dalam menerangkan variabel dependen”. Uji t merupakan suatu cara untuk
mengukur apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas
yang signifikan terhadap variabel dependen. Dalam pengujian ini dilakukan
dengan menghitung serta membandingkan t hitung dengan t tabel yaitu
dengan ketentuan sebagai berikut:
Jika t-hitung > t-tabel untuk α = 5 % H0 diterima
Jika t-hitung < t-tabel untuk α = 5 % H0 ditolak
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
4.1 Deskripsi Data Statistik
Menurut Indriantoro dan Bambang (1999: 170) “statistik deskriptif pada
dasarnya merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi
sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan”. Statistik deskriptif dalam
penelitian ini hanya untuk mendeskripsikan data sampel dan tidak membuat
[image:46.595.115.485.408.507.2]kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel diambil.
Tabel 4.1
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
WCT 69 -5.54 9.92 .4314 2.39552
CR 69 .13 21.09 2.4838 3.30914
ROI 69 .10 15.77 3.3843 3.23393
Valid N (listwise) 69
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2011)
Berikut ini perincian data deskriptif yang telah diolah:
a. variabel working capital turnover (WCT) memiliki nilai minimum -5,54 ;
nilai maksimum 9,92; nilai rata-rata working capital turnover (WCT) sebesar
0,4314 dengan standar deviasi sebesar 2,39552 dan jumlah observasi
sebanyak 69 sampel.
b. variabel current ratio (CR) memiliki nilai minimum 0,13 ; nilai maksimum
c. variabel ROI memiliki nilai minimum 0,10 ; nilai maksimum 15,77 ; nilai
rata-rata 3,3843 dengan standar deviasi sebesar 3,23393 dan jumlah observasi
sebanyak 69 sampel.
4.2 Uji Asumsi Klasik
Salah satu syarat yang mendasari model regresi berganda dengan metode estimasi Ordinary Least Square (OLS) adalah terpenuhinya semua asumsi klasik,
agar hasil pengujian bersifat tidak bias dan efisien. Pengujian asumsi klasik dalam
penelitian ini dilakukan dengan bantuan program statistik normalitas data,
autokorelasi, heteroskedastisitas dan asumsi-asumsi klasik lainnya agar hasil
pengujian tidak bersifat bias dan efisien. Menurut Ghozali (2005:123) “asumsi
klasik yang harus dipenuhi adalah berdistribusi normal, non-multikolinearitas,
non-autokorelasi dan non-heteroskedasitas”.
4.2.1 Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal serta untuk
menghindari bias dalam model regresi. Pengujian normalitas dalam penelitian ini
menggunakan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S), dengan
menbuat hipotesis:
H0 : Data residual berdistribusi normal
Ha : Data residual tidak berdistribusi normal
Apabila signifikansi lebih besar dari 0.05 maka H0 diterima, sedangkan jika nilai
signifikansi lebih kecil dari 0.05 maka H0 ditolak.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Predicted Value
N 69
Normal Parametersa,b Mean 3.3843478
Std. Deviation .61203737
Most Extreme Differences Absolute .251
Positive .202
Negative -.251
Kolmogorov-Smirnov Z 2.088
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2011)
Dari hasil pengolahan data, diperoleh variabel WCT, CR dan ROI tidak
terdistribusi secara normal dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 yakni
0,00. Secara keseluruhan data tidak terdistribusi normal karena unstandarized
residual lebih kecil dari 0,05. Untuk itu data di-treatment menggunakan model
logaritma, yaitu melakukan transformasi data ke model logaritma natural (LN).
Berikut ini hasil pengujian dengan Kolmogorov-Smirnov setelah dilakukan
[image:48.595.110.487.120.286.2]transformasi data:
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas Setelah Transformasi Logaritma Natural One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Predicted Value
N 50
Normal Parametersa,b Mean .7665476
Std. Deviation .23840807
Most Extreme Differences Absolute .126
Positive .053
Negative -.126
Asymp. Sig. (2-tailed) .402
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2011)
Dari tabel 4.4, dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi setelah
dilakukan transformasi data dalam bentuk logaritma natural, terdistribusi secara
normal. Hal tersebut dapat ditunjukkan dari nilai signifikansi WCT, CR dan ROI
sebesarr 0,402 > 0,05 maka Ho diterima
Dengan demikian secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai
observasi data telah terdistribusi secara normal dan dapat dilanjutkan dengan uji
asumsi klasik lainnya. Untuk lebih jelas berikut ini turut dilampirkan grafik
histogram dan plot data yang terdistribusi normal.
[image:49.595.125.471.429.728.2]Histogram
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (2011)
Dengan cara membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang
mendekati distribusi normal, dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa
distribusi data normal karena grafik histogram menunjukkan distribusi data
mengikuti garis diagonal yang tidak menceng (skewness) kiri maupun menceng
kanan.
Demikian pula dengan hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik plot.
Menurut Ade dkk (2007: 29) “normalisasi data dapat dengan menggunakan
normal P-Plot Data dalam keadaan normal apabila distribusi data menyebar
[image:50.595.128.505.408.754.2]disekitar garis diagonal”.
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (2011)
Pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal
serta penyebarannya agak mendekati dengan garis diagonal sehingga dapat
disimpulkan bahwa data dalam model regresi terdistribusi secara normal.
4.2.2 Uji Multikolinearitas
Ghozali (2005:91) menyatakan “uji ini bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi yang kuat antar variabel bebas
(independen)”. Multikolinearitas menunjukkan ada tidaknya variabel independen
yang memiliki hubungan yang kuat dengan variabel independen lain dalam model
regresi, agar pengambilan keputusan pengaruh pada uji parsial masing-masing
variabel independen tidak bias. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas
dapat dilihat dari nilai Variance Inflation Factor (VIF), apabila nilai VIF > 10 dan
[image:51.595.161.469.501.641.2]nilai tolerance < 0.1 maka terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2005:92).
Tabel 4.4
Hasil uji Multikolinearitas Coefficients(a)
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 LN_WCT .464 2.154
LN_CR .464 2.154
a. Dependent Variable: LN_ROI
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2011)
Dari data pada tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
multikolinearitas dengan dasar nilai VIF untuk setiap variabel independen tidak
dapat dilihat dari nilai tolerance LN_WCT dan LN_CR sebesar 0,464 tidak
kurang dari 0,1 dan nilai VIF LN_WCT dan LN_CR sebesar 2,154, tidak melebihi
10. Maka dapat dilakukan analisis lebih lanjut dengan menggunakan model
regresi berganda.
4.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas
adalah dengan melihat plot grafik yang dihasilkan dari pengolahan data
menggunakan program SPSS. Dasar pengambilan keputusannya adalah:
1) jika pola tertentu, seperti titik-titik yang teratur maka telah terjadi
heteroskedastisitas,
2) Jika tidak ada pola tertentu, serta titik-titik yang menyebar tidak tertentu
diatas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedatisitas atau terjadi homokedastisitas.
Berikut ini dilampirkan grafik scatterplot untuk menganalisis apakah terjadi
heteroskedastisitas atau terjadi homokedastisitas dengan mengamati penyebaran
Gambar 4.3
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2011)
Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta
tersebar baik diatas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Dengan
demikian, model ini layak dipakai untuk memprediksi profitabilitas pada
perusahaan real estate dan property yang terdaftar di bursa efek indonesia
berdasarkan masukan variabel independen WCT dan CR.
4.2.4 Uji Autokorelasi.
Menurut Ade dkk (2007 : 33)” autokorelasi sering terjadi pada sampel
dengan data time series dengan n-sampel adalah periode tertentu sedangkan untuk
data crossection dengan n-sampel item seperti nama kota, nama orang,nama
[image:53.595.159.470.131.376.2]autokorelasi, dapat digunakan uji Durbin Watson. Hasil dari pengujian
[image:54.595.120.506.191.240.2]autokorelasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson
1 0,268 0,072 0,032 0,87421 1,930
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2011)
Hasil uji autokorelasi diatas menunjukkan nilai R sebesar 0,032
menunjukkan bahwa korelasi yang kecil yaitu sebesar 3,2%, jika R berada
diantara 0,2 sampai 0,399 maka hubungan antara vaiabel independen dan
dependennya kecil atau tidak erat. Nilai adjusted R square sebesar 0,072 atau
7,2% mengindikasikan bahwa variasi dari kedua variabel independen hanya
mampu menjelaskan variabel dependen sebesar 7,1% dan sisanya sebesar 92,8%
dijelaskan oleh faktor-faktor lain. Durbin-Watson (DW) sebesar 1,930 , nilai ini
akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikansi 5%,
jumlah sampel 50 (n) dan jumlah variabel independen 2 (k=2). Oleh karena nilai
DW 1,930 lebih besar dari batas atas (du) 1,641 dan kurang dari 4 – 1,641 (4-du),
maka dapat disimpulkan