BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Perkembangan pengetahuan dan teknologi di bidang konstruksi yang
semakin pesat, selalu diikuti dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan
fasilitas infrastruktur, seperti bangunan gedung, jembatan dan pembangunan
konstruksi lainnya. Bangunan itu sendiri terdiri dari berbagai komponen. Salah
satu unsur utama dalam dalam pembangunan itu adalah beton.
Beton adalah bahan bangunan yang tersusun agregat halus, agregat kasar,
semen, dan air. Untuk membuat campuran beton ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan yaitu material, proporsi campuran, dan pengerjaan. Dari ketiga faktor
tersebut material merupakan sumber daya alam yang lama kelamaan akan habis
dan tidak dapat diperbaharui. Permasalahan inilah yang akan dicarikan alternatif
penggantinya. Alternatif pengganti material digunakan slag (limbah padat). Slag
merupakan hasil residu pembakaran tanur tinggi, yang dihasilkan oleh industri
peleburan baja salah satunya berupa limbah slag yang secara fisik menyerupai
agregat kasar. Dengan menggunakan slag baja sebagai agregat kasar, akan sangat
membantu dalam pelestarian lingkungan.
Karakteristik dari steel slag yakni: 1. Sifat Fisik
Limbah padat (slag) mempunyai butiran partikel berpori pada permukaannya.
Slag merupakan material dengan gradasi yang baik, dengan variasi ukuran
artikel yang berbeda-beda. Ukuran gradasi limbah padat (slag) lebih
Gambar 1.1. Steel slag dari PT. Growth Sumatra Industry
2. Sifat Kimia
Komposisi kimia limbah padat (slag):
Tabel 1.1 Kandungan Unsur Kimia dalam Stell Slag
No. Parameter Satuan Hasil Metode
1 Timbal (Pb) Mg/kg 26,6 AAS
2 Kadmium (Cd) Mg/kg <0,003 AAS
3 Tembaga (Cu) Mg/kg 97,5 AAS
4 Kromium (Cr) Mg/kg 5353 AAS
5 Perak (Ag) Mg/kg <0,001 AAS
6 Selenium (Se) Mg/kg <0,01 AAS
7 Barium (Ba) Mg/kg 817 AAS
8 Merkuri (Hg) Mg/kg 0,38 AAS
9 Arsen (As) Mg/kg 0,21 AAS
Sumber : Laboratorium Penguji Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan
2016
Di banyak negara, slag sudah banyak digunakan sebagai pengganti agregat
baik untuk campuran beton maupun sebagai bahan pondasi perkerasan. Di dalam
penggunaannya, slag sering dianggap sebagai agregat oleh sebab itu persyaratan
fisik slag biasanya dianggap sama dengan persyaratan fisik untuk agregat. Karena
slag memiliki sifat kimia yang jauh berbeda dengan agregat dari alam maka ada
syarat tambahan lainnya untuk slag agar dapat digunakan sebagai pengganti
Karena slag digolongkan sebagai limbah B3 maka dalam pemanfaatannya
harus mengikuti UU Lingkungan Hidup No. 32 tahun 2009 (Republik Indonesia,
2009) bahan slag telah dinyatakan bebas B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun),
menurut The Federal Register (1980), telah dilakukan pengujian terhadap bahan
slag dengan metode EPA standard, yang menyatakan slag tidak berbahaya degan
hasil sebagai berikut: tidak mudah terbakar, mempunyai PH 7,9 (tidak korosif).
Beberapa keuntungan penggunaan slag baja dalam campuran beton sebagai
berikut:
1. Mempertinggi kekuatan tekan beton karena kecenderungan melambatnya
kenaikan kekuatan tekan.
2. Menaikkan rasio antara kelenturan dan kuat tekan beton.
3. Mengurangi variasi kekuatan tekan beton.
4. Mempertinggi ketahanan terhadap sulfat dalam air laut.
5. Mengurangi serangan alkali-silika
6. Mengurangi panas hidrasi dan menurunkan suhu.
7. Mempertinggi keawetan karena pengaruh perubahan volume.
8. Mengurangi porositas dan serangan klorida.
1.2. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas diperoleh perumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana pengaruh penggunaan slag baja sebagai sebagai agregat kasar
terhadap kuat tekan dan lentur pada beton?
2. Berapa perbedaan nilai kuat tekan dan lentur antara beton normal dengan
beton yang menggunakan steel slag sebagai agregat kasar?
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh penggunaan slag baja sebagai agregat kasar pada beton
terhadap kuat tekan dan lentur.
2. Mengetahui perbedaan kuat tekan dan lentur antara beton normal dengan
3. Memanfaatkan limbah dari produksi baja dalam hal ini slag baja sebagai
agregat kasar dalam campuran beton.
1.4. BATASAN MASALAH
1. Mutu Beton f‟c = 30 Mpa
2. Benda uji yang digunakan adalah silinder dengan ukuran diameter 15 cm dan
tinggi 30 cm untuk pengujian tekan.
3. Benda uji untuk pegujian kuat lentur adalah balok dengan panjang 3,2 m dan
luas penampang 15 cm x 25 cm.
4. Balok beton direncanakan menggunakan tulangan tarik 2Ø12 (As‟ = 226,2
mm2), tulangan tekan 2Ø12 (As= 226,2 mm2), dan tulangan geser Ø6 – 150
mm.
5. Faktor air semen (FAS) atau w/c ratio adalah 0,5 dimana w adalah massa air dan c adalah massa semen.
6. Benda uji dikeringkan dibawah sinar matahari yang sebelumnya sudah
dicacah dan dibersihkan.
7. Pengujian:
Kuat tekan
Kuat lentur
Gambar 1.3. Benda uji silinder
1.5. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I Pendahuluan
Bab ini mencakup latar belakang penelitian, perumusan masalah, batasan masalah,
maksud dan tujuan penelitian, tempat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II Dasar teori
Pada bab ini berisikan tentang dasar-dasar teori yang berkaiatan tentang
penelitian.
BAB III Metode penelitian
Pada bab ini berisikan tentang prosedur percobaan yang meliputi pendahuluan,
sistematika penelitian, peralatan, pembuatan benda uji dan pengujian.
BAB IV Hasil dan pembahasan
Pada bab ini membahas tentang hasil dari percobaan kuat tekan dan lentur dan
menganalisis data yang diperoleh.
BAB V Kesimpulan dan saran
Pada bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian yang diperoleh dan