TUGAS GEOLOGI
GEOTHERMAL
Gl-4042
Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung
Pola Resistivitas pada Lapangan Panas Bumi yang Berasosiasi dengan
Kerucut Gunung Api
1.
Lumut Balai, Sumatra selatan
Potensi pada daerah ini didukung dengan adanya komplek gunung kwarter yang mana batuan tertu adalah Semendo. Lapangan panas bumi Lumut Balai berasosiasi dengan dormant volcano yaitu Gn. Lumut, Gn. Balai, dan Gn. Ringgit. Batuan yang terdapat pada daerah ini adalah pyroclastic (1.8 Juta tahun yang lalu) dan diikuti dengan dasit Asahan dengan umur 1.5 juta tahun yang lalu. Manifestasi yang tampak adalah fumarole, hotspring, mudpool, dan tanah teralterasi. Pada gambar 1 memperlihatkan gambaran termal pada permukaan. pada bagian sisi gunung hingga topografi rendah, didapati adanya mata air klorida mendidih yang berasosiasi dengan tanah teralterasi. pH dari mata air adalah netral dengan temperature mata air mencapai 96oC.
Pengamatan resistivitas struktur bawah tanah pada lapangan ini memperlihatkan adanya trap yang ideal dari sistem geothermal. Pada area merah dengan resistivitas 1-10 ohm merupakan lapisan tipis, menebal dan mendalam di arah timur dan barat sehingga
membentuk bentukan volume tertutup. Lapisan ini diinterpretasi sebagai claycap,
sedangkan bagian bawahnya dikatakan sebagai reservoir geothermal pada area berwarna kuning dengan resistivitas 12-46 ohm. Adanya data pendukung fumarol pada permukaan
mendukung pernyataan diatas. Luas dari reservoir diperkirakan mencapai 20 km2 dengan
temperature sekitar 250 oC.
Gambar 1.a Pola resistivitas lapangan panas bumi Lumut balai yang menunjukkan adanya reservoir dan clay cap
2.
Ulubelu, Lampung
Merupakan tipe geothermal yang berada pada daerah gunung api yang sudah mati yaitu Gn. Rindingan. Sistem ini berada pada kompleks volkanik lava, andesite, piroklastik, dan lava dasitik berumur antara pliosen hingga pleistosen (Masdjuk, 1990). Manifestasi pada lapangan ini berupa tanah beruap dan kolam lumpur hangat, dan terdapat mata air klorida dengan kondisi sub-boiling berada pada barat daya daerah penelitian.
Dari pola resistivitas pada gambar 2.a diinterpretasikan bahwa pada lokasi ini terdapat reservoir yang ditandai dengan resistivitar 12-63 ohm, area sumber panas dengan resistivitas >75 ohm yang ada dibawah Gn. Rindingan, clay cap denganketebalan 0,75-1 km pada resistivitas <10 ohm yang ditandai dengan warna merah. Dari resistivitas juga diinterpretasikan bahwa temperatu reservoir berkisar 275 oC. Dari survey MT, didapatkan bahwa lapangan ini memiliki trend diagram polar impedansi berarah N-NE. Zona upflow dari Lapangan Ulubelu berada dibawah Gn. Rindingan, sedangkan zona outflow dari lapangan ini memiliki arah sesuai dengan topografi dan adanya downstream yaitu ke arah selatan.
Pola Resistivitas pada Lapangan Panas Bumi yang Berasosiasi dengan
Kaldera
3.
Kotamobagu, Sulawesi Utara
Seting geologi daerah ini terdiri dari sebuah kaldera dengan sebuah gunung muda kuarterner dalam sistem kaldera. Gunung kuarter ini berada diatas formasi sedimen tersier. Lapangan panas bumi ini terletak dibawah puncak dormant volkanik yaitu Gn. Ambang dengan litologi andesitik.. Erupsi terakhir terjadi pada abad ke-18. Adanya manifestasi permukaan yaitu kolam lumpur, fumarol, solfatara, dan mata air panas dengan komposisi asam. Terdapat juga manifestasi non-thermal yaitu adanya alterasi dan kaipohan.
Berdasarkan survei MT daerah ini menunjukan bentukan khas yaitu adanya zona
konduktor secara vertical yang berasosiasi dengan volcanic neck, dan tren pada diagram
polar berarah N 315°E. Keterdapatan fumarole dan zona konduktor diinterpretasikan sebagai zona upflow yang berada di puncak Gn. Ambang, sedangkan secara lateral dan menyebar menuruni topografi dan berhenti pada batas kaldera menunjukkan adanya daerah outflow. Pola resistivitas menunjukan adanya reservoir yang ditunjukkan area berwarna kuning, area merah pada gambar 3.a dengan resistivitas 1-10 ohm merupakan
clay cap dengan ketebalan 1,5 km, dan diinterpretasikan pula temperatu reservoir berkisar antara 280°C hingga 300°C. Adanya konduktor secara vertikal merupakan penanda dari alterasi advanced argilic dengan kemungkinan terdapat fluida agresif yang tersisa akibat adanya aktivitas volkanik.
4.
Lahendong, Sulawesi Utara
Lapangan panas bumi Lahendong berasosiasi dengan gunung api kwarter aktif. Setting geologi pada Lahendong terdiri dari gunung api kerucut kecil dan adanya depresi dengan arah timurlaut-baratdaya (NE-SW). Lapangan ini terletak di sekitar kerucut gunung api Tampusu, Kasuratan, dan Lengkoan dengan komposisi litologi basaltik-andesitik lava, andesit lava, dan endapan piroklastik. Manifestasi yang muncul adalah tanah teralterasi, mata air panas, fumarol, tanah beruap, kolam lumpur, dan manifestasi catastropic
berupa erupsi hidrotermal yang memberntuk celah.
Hasil pola resistivitas diinterpretasikan area kuning merupakan area reservoir dengan resistivitas 12-34 ohm, area merah dengan resistivitas 1-10 ohm menandakan adanya cap dengan ketebalan sekitar 700 m dan menebal hingga 2 km ke arah utara-selatan. Dari pola resistivitas dan dengan adanya sumur yang menembus daerah ini dapat dipastikan bahwa temperatur reservoir sekitar 260-320oC pada daerah lingkungan propylitik.
Hasil survei MT menunjukan terdapat rekahan yang memiliki arah NE-SW yang mengikuti kelurusan depresi Tondano. Pada survei ini juga menunjukan bahwa sistem panas bumi didominasi oleh air yang berubah secara gradasi menjadi sistem panas bumi dominasi uap dan air atau dua fasa di bagian selatan dengan temperatu tinggi. Pada lapangan ini terdapat zona upflow yang ditandai hidrotermal plum dibawah puncak Gn. Lengkoan sedangkan zona outflow mengalir ke utara akibat topografi.
5.
Tompaso, Sulawesi Utara
Lapangan panas bumi Tompaso memiliki sistem panas bumi dengan dominansi air. Lapangan ini berasosiasi dengan barisan gunung api kuarter yang berada di tepi selatan kaldera Tondano. Lapangan Tompaso berada pada daerah lengan utara pulau Sulawesi, berjarak sekitar 30km di selatan Manado. Daerah prospek ditemukan pada kaki gunung Rendingan, berada paling utara kompleks Gn. Redingan, Gn. Sempu, dan Gn. Soputan dengan litologi utama batuan ini adalah komposisi andesitik. Manifestasi yang muncul pada permukaan yaitu fumarol (super-heated) Kawah Masam pada sisi utara komplek gunung api. Fumarole tersebut berasosiasi dengan kolam lumpur dan mata air panas asam. Manifestasi yang muncul pada daerah ini mencakup: tanah beruap, kolam lumpur, mata air mixing klorida-bikarbonat, dan mata air bikarbonat.
Hasil survei MT didapatkan bahwa lapangan Tompaso memiliki tren diagram polar impedansi berarah NE-SW. Zona upflow pada daerah ini berada pada tepi Gn. Rindengan, sedangkan zona outflow memiliki arah NE akibat topografi. Dari hasil resistivitas diinterpretasikan bahwa area kuning merupakan area reservoir dengan resistivitas 12-54 ohm, area merah dengan resistivitas 1-10 ohm menandakan adanya clay cap dengan ketebalan sekitar 2.5 km. Dari pola resistivitas dan manifestasi yang kebanyakan berupa liquid, dapat diperkirakan bahwa reservoir memiliki temperatur sekitar 260°C.
6.
Kamojang
Lapangan panas bumi Kamojang merupakan sistem panas bumi dominasi uap yang berasosiasi dengan gunung api kuarter aktif. Lapangan ini berada dalam depresi kaldera yang juga berasosiasi dengan footwall sesar Kendeng. Lapangan ini terletak pada barisan Gn. Guntur hingga Gn. Papandayan dengan litologi yang umumnya berkomposisi andesitik dan basaltik. Manifestasi pada lapangan panas bumi ini berupa fumarol, tanah beruap, tanah teralterasi, mata air panas asam, dan kolam lumpur.
Hasil survey MT didapatkan bahwa terdapat rekahan dengan arah SW-NE yang mengikuti struktur regional sesar Kendeng. Zona upflow dari Lapangan Kamojang berada pada bagian topografi datar, sedangkan zona outflow menyebar akibat topografi. Dari pola resistivitas diinterpretasikan bahwa area berwarna biru dengan resistivitas 100 ohm
merupakan reservoir, area merah dengan resistivitas 1-10 ohm menandakan adanya
clay-cap dengan ketebalan sekitar 1 km dan menebal kearah barat. Dari pola resistivitas dapat diperkirakan bahwa reservoir memiliki temperatur sekitar 245°C.
Pola Resistivitas pada Lapangan Panas Bumi yang Berasosiasi dengan Tektonik
7.
Hululais, Sumatera Utara
Lapangan panas bumi Hululais merupakan lapangan panas bumi berasosiasi dengan subduksi oblique dari lempeng Australia dan Lempeng Eurasia yang kemudian membentuk sesar Sumatera. Lapangan panas bumi ini terletak pada graben Hululais yang terisi dengan endapan aluvial yang juga berasosiasi dengan gunung api kuarter yang menghasilkan lava andesit. Lapangan ini memiliki manifestasi panas bumi berupa fumarol, tanah teralterasi, mata air panas klorida-bikarbonat. Berikut adalah hasil dari survey geofisika pada lapangan ini
Dari survey MT, didapatkan bahwa fracture yang ditemukan pada lapangan ini umumnya memiliki arah yang mengikuti struktur regional sesar Sumatera. Zona upflow dari Lapangan Hululais berada pada bagian horst sebelah tenggara sedangkan zona outflow mengalir kearah mata air bikarbonat berada. Dari pola resistivitas, diinterpretasi bahwa area kuning merupakan area reservoir dengan resistivitas 12-34 ohm, area merah dengan resistivitas 1-10 ohm menandakan adanya cap dengan ketebalan sekitar 0.5 km, area merah tua menandakan adanya lapisan yang lapuk atau soil (?). Dari pola resistivitas dan geotermometer gas dan air dapat diperkirakan bahwa reservoir memiliki temperatur sekitar 240°C.
8.
Sungai Penuh, Sumatera Barat
Lapangan panas bumi Sungai Penuh merupakan lapangan panas bumi yang
berasosiasi dengan subduksi oblik dari lempeng Australia dan Lempeng Eurasia yang
membentuk sesar Sumatera (semangko). Lapangan panas bumi ini terletak pada graben
Gn, Kerinci yang juga berasosiasi dengan Gn. Kunyit yang menghasilkan lava berkomposisi
dasitik dan endapan piroklastik. Manifestasi pada lapangan panas bumi ini berupa
fumarol dan kolam lumpur. Manifestasi berupa seepage juga ditemui pada lapangan ini.Dari survey MT, didapatkan bahwa fracture yang ditemukan pada lapangan ini
umumnya memiliki arah yang mengikuti struktur regional sesar Sumatera. Zona upflow
dari Lapangan Hululais berada di bawah Gn. Kunyit .Dari pola resistivitas, diinterpretasi
bahwa area kuning dengan resistivitas >74 ohm merupakan area reservoir, area merah
dengan resistivitas 1-10 ohm menandakan adanya cap dengan ketebalan sekitar 0.5 km
dan menebal kearah E-W. Dari pola resistivitas dan geotermometri gas (solfatara)
diperkirakan bahwa reservoir memiliki temperatur sekitar 310°C dan dari geotermometri
asam sulfida diperkirakan temperatur reservoir berkisar antara 240-270° C.