PENINGKATAN KUALITAS SEKOLAH DASAR MELALUI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER (PPK)
DI SDN GUBENG 1 SURABAYA
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Wawasan Pendidikan Dosen Mata Kuliah Dr. Hendratno, M. Hum.
Oleh
Arif Riska Nurcahyo NIM 17070855421
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA PASCASARJANA
PENDAHULUAN
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 menjelasakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, beriilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
pendidikan jalur formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan keberagaman budaya Indonesia, serta merevitalisasi dan memperkuat potensi dan kompetensi pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik,masyarakat, dan lingkungan keluarga dalam mengimplementasikan PPK.
Permendikbud Nomor 21 Tahun 2015 tentang Gerakan Pembudayaan Karakter di Sekolah, pasal 2 menjelaskan bahwa tujuan GPKDS untuk menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan bagi siswa, guru dan tenaga kependidikan. Selain itu, pada pasal 3 menjelaskan bahwa sasaran gerakan Pembudayaan Karakter di Sekolah (GPKDS), yaitu siswa, guru, tenaga kependidikan, orangtua/wali, komite sekolah, alumni, dan atau masyarakat.
PEMBAHASAN
A. Urgensi Penguatan Pendidikan Karakter
Demi menyambut generasi emas pada tahun 2045, PPK sangat penting untuk diterapkan pada berbagai bidang. Salah satunya adalah di bidang pendidikan yaitu di tingkat sekolah dasar. Tingkatan sekolah dasar merupakan sekolah yang mempunyai tingkatan sebagai pondasi untuk siswa mencapai jenjang yang lebih tinggi. Tentu saja dalam penerapan suatu program terdapat beberapa tantangan. Tantangan dalam penerapan PPK adalah sebagai berikut,
1 Harmonisasi pengembangan potensi siswa yang belum optimal antara etik, literasi, estetik, dan kinestetik.
2 Besarnya populasi siswa, guru, dan sekolah yang tersebar di seluruh Indonesia.
3 Belum optimalnya sinergi tanggungjawab terhadap pendidikan karakter anak antara sekolah, orang tua dan masyarakat.
4 Pengaruh negative teknologi informasi dan komunikasi terhadap gaya hidup remaja, serta pudarnya nilai-niai religiusitas dan kearifan local bangsa
5 Terbatasnya pendampingan orang tua mengakibat krisis identitas dan disorientasi tujuan hidup anak
6 Keterbatasan sarana belajar dan insfrastruktur
Pengembangan nilai karakter sangat diperlukan untuk mencapai nilai utama yang akan diimplementasikan. Pada filsosofi Pendidikan karakter Ki Hajar Dewantara yaitu, olah raga (kinestetik), olah hati (Etika), olah pikir (Literasi), dan olah karsa (Estetika), dapat menjadi berbagai nilai-nilai karakter.
C. Pelaksanaan PPK di SDN Gubeng 1
Pelaksanaan PPK di SDN Gubeng 1 menitik beratkan pada 3 struktur, yaitu struktur program, struktur kurikulum, dan struktur kegiatan. Struktur program meliputi jenjang dan kelas, ekosisitem sekolah, dan penguatan kapasitasguru. Kemudian untuk struktur kurikulum meliputi kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler, dan non-kurikuler, serta struktur kegiatan melalui kegiatan berdasarkan filosofi Ki Hajar Dewantara.
1 Pendidikan Karakter Berbasis Kelas
Para siswa menghargai guru yang sedang menjelaskan materi matematika.
Para siswa mengikuti kegiatan istighosah. 2 Pendidikan Karakter Berbasis Kultur Sekolah
Penerapan kegiatan dilakukan dengan pembiasaan nilai-nilai dalam keseharian sekolah, keteladanan pendidik, ekosistem sekolah, norma, peraturan, dan tradisi sekolah.
Pembiasaan bersalaman setelah upacara
Siswa terbiasa bersalaman ketika mmasuki halaman sekolah
3 Pendidikan Karakter Berbasis Komunitas
KESIMPULAN
Dapat ditarik kesimpulan bahwa penguatan pendidikan karakter dapat meningkatkan kulitas sekolah. Dengan pembiasaan di berbagai struktur, karakter warga sekolah menjadi lebih meningkat. Terbukti dengan jumlah siswa yang terlambat sudah berkurang. Pada awal tahun ajaran baru terdapat 17 siswa terlambat masuk gerbang sekolah. Sedangkan setelah adanya pembiasaan dan berbagai perubahan kegiatan, keterlambatan siswa menurun hingga 6 sampai 10 siswa yang kadang terlambat ke sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Benninga, J.S, et al.2003.The Relationship of Character Education Implementation and Academic Achievement in Elementary Schools. California State University. Information Age Publishing, Inc.
Kementerian Sekretariat Negara.2017.Salinan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2017 tentang Pendidikan Karakter.Jakarta Kemdikbud. 2015. Salinan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2015 tentang Gerakan Pembudayan Karakter di Sekolah.Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Kemdikbud Koesoema, D., dkk. 2014.Modul Pelatihan Penguatan Pendidikan Karakter Bagi
Kepala Sekolah. Jakarta:Kemdikbud.