• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kualitas Pelayanan, Harga, dan Citra Merek Terhadap Kepuasan Pelanggan Dalam Pemakaian Jasa Transportasi Bus Studi Kasus Pada PT. ATS (Aceh Transport)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kualitas Pelayanan, Harga, dan Citra Merek Terhadap Kepuasan Pelanggan Dalam Pemakaian Jasa Transportasi Bus Studi Kasus Pada PT. ATS (Aceh Transport)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Kepuasan Pelanggan

Pada zaman sekarang ini bisnis yang semakin ketat, kepuasan konsumen

merupakan hal yang paling utama, pelanggan diibaratkan seperti raja yang harus

dilayani namun bukan berarti menyerahkan segala

galanya kepada pelanggan, akan

tetapi adanya timbal balik antara perusahaan dan pelanggan sehingga tidak

adanya yang merasa menang dan tidak ada yang merasa dirugikan. Kepuasan

konsumen merupakan salah satu kunci faktor keberhasilan dalam suatu usaha,

perusahaan berlomba - lomba memberikan yang terbaik untuk konsumen dari segi

produk atau jasa untuk membentuk kepuasan konsumen itu sendiri. Semakin berkualitas

produk atau jasa yang diberikan maka semakin tinggi pula kepuasan konsumen,

dengan terbentuknya kepuasan konsumen perusahaan diharapkan mendapatkan profit

sebagai tujuan awalnya. Pengertian kepuasan konsumen menurut Kotler (2009:177)

kepuasan konsumen adalah hasil yang dirasakan oleh pembeli yang mengalami kinerja

sebuah perusahaan dalam bentuk barang atau jasa yang sesuai dengan harapannya.

Konsumen memulai aktifitas dalam interaksi pasar berdasarkan pada

kebutuhan dan keinginan akan barang dan jasa, dan kebutuhan ini mendorong

produsen yaitu perusahaan untuk menyediakan barang dan jasa tersebut. Sejalan

dengan munculnya kebutuhan dan keinginan, maka dalam diri pelanggan juga

muncul harapan-harapan mengenai barang dan jasa yang nantinya akan dia terima

dari produsen. Tujuan perusahaan dalah memberi kepuasan pada konsumen melalui

(2)

memiliki nilai lebih akan memberi kepuasan lebih juga bagi konsumen. Nilai produk

dapat dipenuhi melalui peningkatan kegunaan produk. Hal inilah yang menjadi dasar

bagi suatu produsen atau perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dan harapan

konsumen akan barang dan jasa sehingga tercapai kepuasan konsumen.

Perilaku konsumen yang mempunyai perbedaan dalam mengkonsumsi produk

ataupun jasa, perusahaan selalu mencoba berbagai hal agar konsumennya tidak pergi.

Konsumen tidak akan pergi apabila perusahaan dapat memenuhi apa yang diharapkan

oleh konsumen butuhkan. Oleh karena itu perusahaan membutuhkan beberapa

strategi untuk meningkatkan kepuasan konsumen dan mengantisipasi konsumen tidak

pergi.

Pengukuran tingkat kepuasan erat hubungannya dengan mutu produk (barang

atau jasa). Menurut

American Society for Quality Control

dalam Kotler dan Keller

(2009:180), mutu adalah keseluruhan fitur dan sifat produk atau pelayanan yang

berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau

yang tersirat.

Dalam menentukan tingkat kepuasan pelanggan, terdapat lima faktor utama

yang harus diperhatikan oleh perusahaan (Lupiyoadi, 2006:158), yaitu:

1.

Kualitas produk.

2.

Kualitas pelayanan

3.

Emosional

4.

Harga

5.

Biaya

(3)

merekomendasikan perusahaan pada orang lain, setia kepada produk perusahaan, dan

membayar produk dengan harga premium (Lupiyoadi, 2006:160).

Sementara itu, menurut Tjiptono (2008:366), terdapat enam konsep inti

mengenai objek pengukuran kepuasan pelanggan, antara lain:

1.

Kepuasan Pelanggan Keseluruhan (

Overall Customer Satisfaction

)

Ada dua cara dalam proses pengukurannya. Pertama, mengukur tingkat kepuasan

pelanggan terhadap produk dan/atau jasa perusahaan bersangkutan. Kedua,

menilai dan membandingkannya dengan kepuasan pelanggan keseluruhan

terhadap produk dan/atau jasa para pesaing.

2.

Dimensi Kepuasan Pelanggan

Umumnya, proses memilah kepuasan pelanggan terdiri atas empat langkah.

Pertama, mengidentifikasi dimensi-dimensi kunci kepuasan pelanggan. Kedua,

meminta pelanggan menilai produk atau jasa perusahaan berdasarkan item-item

spesifik. Ketiga, meminta pelanggan menilai produk atau jasa pesaing berdasarkan

item-item spesifik yang sama. Keempat, meminta para pelanggan untuk

menentukan dimensi-dimensi yang menurut mereka paling penting dalam menilai

kepuasan pelanggan keseluruhan.

3.

Konfirmasi Harapan (

Confirmation of Expectation

)

Dalam

konsep

ini,

kepuasan

disimpulkan

berdasarkan

kesesuaian/

ketidaksesuaian antara harapan pelanggan dengan kinerja aktual produk

perusahaan pada sejumlah atribut penting.

4.

Minat Pembelian Ulang (

Repurchase Intent

)

Kepuasan pelanggan diukur dengan cara menanyakan apakah pelanggan akan

berbelanja atau menggunakan jasa perusahaan lagi.

(4)

Dalam kasus produk yang pembelian ulangnya relatif lama atau bahkan hanya

terjadi satu kali pembelian, kesediaan pelanggan untuk merekomendasikan

produk kepada teman atau keluarganya menjadi ukuran yang penting untuk

ditindaklanjuti.

6.

Ketidakpuasan Pelanggan (

Customer Dissatisfaction

)

Beberapa aspek yang sering digunakan untuk mengetahui ketidakpuasan

pelanggan, meliputi komplain, retur atau pengembalian produk, biaya garansi,

product recall

(penarikan kembali produk dari pasar),

gethok tular

negatif, dan

defections

(konsumen yang beralih ke pesaing).

2.2 Pengertian Jasa

Menurut Lupiyoadi (2006:192), jasa adalah semua aktivitas ekonomi yang

hasilnya bukan merupakan produk dalam bentuk fisik atau konstruksi, yang biasanya

dikonsumsi pada saat yang sama dengan waktu yang dihasilkan dan memberikan nilai

tambah (misalnya kenyamanan, hiburan, kesenangan, kesehatan) atau pemecahan atas

masalah yang dihadapi konsumen.

Sedangkan menurut Kotler (2009:85), jasa adalah setiap tindakan atau

perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada

dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan

(5)

Dari definisi diatas, bahwa jasa merupakan suatu kegiatan yang dihasilkan

oleh pihak lain untuk diberikan ke pihak lain, sehingga adanya interaksi antara

keduanya atau lebih, secara fisik jasa yang ditawarkan bersifat tidak berwujud hanya

konsumen yang menkonsumsi jasa tersebut yang bisa merasakannya. Jasa mempunyai

karakteristik yang membedakan antara produk dan jasa, menurut Kotler dan

Amstrong (2008:15), perusahaan harus mempertimbangkan empat karakteristik jasa

tertentu ketika merancang program pemasaran, antara lain :

a. Tidak berwujud jasa (intangibility)

Jasa tidak bisa dilihat, dicicipi, dirasakan, didengar, atau dibaui sebelum

dibeli. Untuk mengurangi ketidakpastian, pembeli mencari kualitas dari tempat,

orang, harga, peralatan, dan komunikasi yang dapat mereka lihat. Oleh karena

itu, tugas penyedia jasa adalah membuat jasa dapat berwujud dalam satu atau

berbagai cara.

b. Ketidakpastian jasa (inseparability)

Jasa tidak dapat dipisahkan dari penyedianya, apakah penyedia tersebut

adalah orang atau mesin. Bila karyawan jasa menyediakan jasa, maka karyawan

tersebut merupakan bagian dari jasa karena pelanggan turut hadir saat jasa tersebut

diproduksi sebagai co-produsen, interaksi penyedia jasa pelanggan adalah sifat

khusus dari pemasaran jasa. Baik penyedia maupun pelanggan akan mempengaruhi hasil

jasa.

c. Keragaman jasa (Service Variability)

Kualitas jasa tergantung pada siapa yang menyediakan jasa, waktu, tempat,

dan bagaimana cara mereka disediakan. Menurut Tjiptono (2008:16) ada tiga faktor

yang menyebabkan variabilitas kualitas jasa, yaitu :

(6)

(2) Motivasi karyawan dalam melayani pelanggan

(3) Beban kerja perusahaan

d. Tidak tahan lamanya jasa (Perishability)

Jasa tidak dapat disimpan untuk penjualan atau pemakaian yang akan datang.

Tidak tahan lamanya jasa bukanlah masalah apabila permintaan selalu ada, tetapi

ketika permintaan berfluktuasi, perusahaan seringkali mengalami masalah sulit. Oleh

karena itu perushaan jasa seringkali merancang strategi agar lebih baik lagi

menyesuaikan permintaan dengan penawaran.

2.3 Kualitas Pelayanan

Kualitas merupakan sebuah suatu faktor penting yang diberikan

perusahaan untuk para konsumennya. Menurut Mowen (2002:105), unsur yang

paling penting dalam suatu produk atau jasa adalah kualitas yang tinggi yang

dikendalikan oleh konsumen, karena itu perusahaan harus menilai persepsi

konsumen atas kualitas. Sedangkan definisi pelayanan menurut (Tjiptono,

2008:51).

“pelayanan merupakan suatu kinerja penampilan, tidak berwujud dan

cepat hilang, lebih dapat dirasakan dari pada dimiliki, serta konsumen lebih

dapat berpartisipasi aktif dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut”. Kualitas

(7)

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan itu

perlu dilakukan oleh perusahaan untuk menarik minat konsumen, dengan berminat

diharapkan konsumen mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan, sehingga

konsumen merasakan apa yang diharapkan bisa terpenuhi maka akan timbul perasaan

puas pada hati konsumen. Perusahaan mempunyai strategi yang mencakup akan

kualitas pelayanan itu sendiri, menurut Tjiptono (2008:60) strategi kualitas

pelayanan yang dilakukan oleh perusahaan mencakup empat yaitu sebagai berikut :

a. Atribut Pelayanan

Atribut pelayanan adalah suatu tata cara atau etika penyampaian pelayanan

kepada para konsumen. Melakukan jasa pelayanan, hendaknya pelayanan tersebut

dapat membuat konsumen menjadi merasa dihormati. Atribut pelayanan sangat

dipengaruhi atas berbagai faktor antara lain: keterampilan hubungan antara pribadi,

komunikasi, ilmu pengetahuan, sensitifitas, pemahaman dan berbagai perilaku

eksternal.

b. Pendekatan untuk menyempurnakan kualitas jasa

Kualitas jasa berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas konsumen. Agar kualitas

jasa menjadi sempurna, maka perlu disertai beberapa faktor penunjang antara lain:

faktor biaya, waktu penerapan program dan pengaruh pelayanan konsumen.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut maka kepuasan yang maksimal akan dapat dicapai.

c. Sistem umpan balik

Salah satu cara untuk mengevaluasi dan memperbaiki kualitas konsumen

(8)

2) Memahami persepsi konsumen

3) Menunjukan komitmen perusahaan pada kualitas produk pada para konsumen

4) Mengembangkan sarana konsumen internal dengan tujuan agar para konsumen

tahu mengenai apa yang harus mereka lakukan

d. Dimensi kualitas pelayanan

Dalam dunia bisnis pelayanan dilakukan oleh para pemasar dengan tujuan untuk

mendapatkan konsumen dengan jumlah sebanyak mungkin, hal ini dikarenakan

konsumen adalah sasaran tujuan bisnis. Dimensi kualitas pelayanan dapat dijabarkan

sebagai berikut oleh Lupiyoadi (2006:182) yaitu:

1. Tangibles, atau bukti fisik yang meliputi fasilitas fisik (gedung, gudang dan lain

sebagainya), perlengkapan dan peralatan yang dipergunakan (teknologi), serta

penampilan pegawainya.

2. Empathy, yaitu syarat untuk peduli, memiliki pengertian dan pengetahuan tentang

pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu

pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan.

3. Reliability, atau keandalan meliputi kinerja harus sesuai dengan harapan

pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua

pelanggan, sikap simpatik dan akurasi yang tinggi.

4. Responsiveness, atau ketanggapan meliputi kemauan untuk membantu dan

memberikan pelayananan yang cepat (responsif) dan tepat kepada pelanggan dengan

informasi yang jelas.

5. Assurance, atau jaminan dan pengetahuan yaitu pengetahuan, kesopansantunan dan

kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para

pelanggan kepada perusahaan.

(9)

Harga menggambarkan besarnya rupiah yang harus dikeluarkan seorang

konsumen untuk memperoleh satu buah produk dan hendaknya harga akan dapat

terjangkau oleh konsumen. Menurut Laksana (2008:105), harga merupakan jumlah uang

yang diperlukan sebagai penukar berbagai kombinasi produk dan jasa. Dengan demikian,

suatu harga haruslah dihubungkan dengan bermacam-macam barang atau pelayanan,

yang akhirnya akan sama dengan sesuatu yaitu produk dan jasa.

Harga merupakan satu-satunya unsur

marketing mix

yang menghasilkan

penerimaan penjualan, sedangkan unsur lainnya hanya berupa unsur biaya saja (Assauri,

2007 : 223). Penentuan harga produk selalu menjadi kesulitan tersendiri bagi sebuah

perusahaan karena penentuan harga bukan atas pengaruh kekuasaan mutlak dari

seorang pengusaha. Harga sangat berperan penting bagi sebuah perusahaan di tengah

persaingan yang semakin tajam saat ini.

2.4.1 Tujuan Penetapan Harga

Tujuan penetapan harga menurut Assauri (2007 : 224) yaitu :

1.

Memperoleh laba yang maksimum

Pencapaian tujuan ini dilakukan dengan cara menentukan tingkat harga yang

memperhatikan total hasil penerimaan penjualan (

sales revenue

) dan total biaya.

Dalam hal ini perusahaan menetapkan harga untuk memperoleh tingkat keuntungan

(

rate of return

) yang maksimal paling memuaskan.

2.

Mendapatkan

market share

tertentu.

(10)

share

bertambah besar, maka tingkat keuntungan akan meningkat pada masa

depan.

3.

Memerah pasar (

market skimming

)

Perusahaan mengambil manfaat memperoleh keuntungan dari bersedianya pembeli

membayar dengan harga yang lebih tinggi dari pembeli yang lain, karena barang yang

ditawarkan memberikan nilai yang lebih tinggi bagi mereka.

4.

Mencapai tingkat hasil penerimaan penjualan maksimum pada waktu itu Perusahaan

menetapkan harga untuk memaksimumkan penerimaan penjualan pada masa itu.

Tujuan itu hanya mungkin dapat dicapai apabila terdapat kombinasi harga dan

kuantitas produk yang dapat menghasilkan tingkat pendapatan yang paling besar.

5.

Mencapai keuntungan yang ditargetkan

Perusahaan menetapkan harga tertentu untuk dapat mencapai tingkat laba yang

berupa

rate of return

yang memuaskan.

6.

Mempromosikan produk

Perusahaan menetapkan harga khusus yang rendah untuk mendorong penjualan bagi

produknya, bukan semata-mata bertujuan mendapatkan keuntungan yang besar.

Perusahaan dapat menetapkan harga yang rendah pada suatu waktu untuk suatu

macam produk, dengan maksud agar langganan membeli juga produk-produk lain

yang dihasilkan perusahaan.

2.4.2 Penetapan Tingkat Harga

Berbagai metode penetapan harga dibagi menjadi tiga kategori (Boyd

et al,

2000

:14

), yaitu :

1.

Metode - metode yang Berorientasi Biaya

(11)

a.

Penetapan harga

markup

(

markup pricing

)

Metode ini mengasumsikan tingkat penjualan sebelum harga ditetapkan.

b.

Penetapan harga pengembalian sasaran (

target return pricing

)

Sama dalam prinsip, tetapi lebih canggih dalam praktik daripada penetapan harga

markup.

c.

Analisis pulang pokok (

break even analysis

)

Analisa ini tidak secara eksplisit mempertimbangkan sensitivitas harga dari

permintaan atau reaksi pesaing.

2.

Metode-metode yang Berorientasi Persaingan

a.

Penetapan harga tingkat berlaku (

going-rate

)

Yaitu mereka berupaya mempertahankan harga sama dengan harga yang ditetapkan

oleh satu pesaing atau lebih.

b.

Pemimpin harga (

price leader

)

Perusahaan memutuskan bahwa kenaikan harga di dalam industri adalah perlu untuk

mengimbangi peningkatan biaya dan mempertahankan laba.

c.

Kebijakan harga diskon atau kebijakan harga premium (

discount or premium price

policies

)

Perusahaan masih bisa mendasarkan penetapan harga pada harga yang ditetapkan

pesaing, tapi berusaha menahan harganya berada di bawah atau di atas persaingan.

3.

Metode-metode yang Berorientasi Pelanggan

Penetapan harga untuk mencapai persepsi pelanggan. Barangkali, konsep penting

dalam penetapan harga ini adalah nilai persepsi.

(12)

Definisi merek menurut Kotler dan Amstrong dalam Ferrinadewi

(2008:137):” merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, desain atau kombinasi

keseluruhannya yang ditujukan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa

yang ditawarkan perusahaan sekaligus sebagai diferensiasi produk”. Menurut

Kotler (2009:258) citra merek ialah persepsi dan keyakinan yang dilakukan

oleh konsumen, seperti tercermin dalam asosiasi yang terjadi dalam memori

konsumen. Sedangkan menurut Tjiptono (2008:155) Brand image atau brand

description, yakni deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap

merek tertentu.

Dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan sederhana bahwa merek

merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi kepuasan konsumen dalam

melakukan pembelian produk maupun menggunakan jasa.

Merek memegang peranan sangat penting, salah satunya adalah

menjembatani harapan konsumen pada saat kita menjanjikan kepada konsumen.

Situmorang (2011:192) juga menyatakan bahwa “selain sebagai pembeda dan

identitas sebuah produk di tengah - tengah lautan produk sejenis, sebuah brand

mempunyai makna psikologis dan simbolis yang istimewa di mata konsumen”.

Saat ini merek memainkan peran penting yang meningkatkan hidup

konsumen dan meningkatkan nilai keuangan perusahaan. Peran merek menurut

Kotler (2009:259), antara lain:

1.

Merek mengidentifikasi sumber atau pembuat produk dan memungkinkan

konsumen untuk menuntut tanggung jawab atas kinerjanya kepada pabrikan

atau distributor tertentu.

(13)

3.

Merek menawarkan perlindungan hukum kepada perusahaan untuk fitur-fitur

atau aspek unik produk. Hal ini dapat dilakukan melalui nama dagang

terdaftar untuk melindungi nama merek, hak paten untuk melindungi proses

manufaktur, hak cipta dan rancangan hak milik untuk melindungi kemasan.

Perlindungan ukum ini memastikan bahwa perusahaan dapat berinvestasi

dengan aman dalam merek tersebut dan mendapatkan keuntungan dari sebuah

aset yang berharga.

4.

Merek menandakan tingkat kualitas tertentu sehingga pembeli yang puas

dapat dengan mudah memilih produk kembali. Hal ini menciptakan loyalitas

merek

5.

Loyalitas merek memberikan tingkat permintaan yang aman dan dapat

diperkirakan bagi

perusahaan,

dan

menciptakan penghalang

yang

mempersulit perusahaan lain untuk memasuki pasar.

2.5.1 Membangun Merek Yang Kuat

Situmorang (2011:193) menyatakan bahwa “dari sebuah produk dapat

lahir sebuah brand jika produk itu menurut persepsi konsumen mempunyai

keunggulan fungsi (functional brand), menimbulkan asosiasi dan citra yang

diinginkan konsumen (image brand), serta membangkitkan pengalaman tertentu

ketika konsumen berinteraksi dengannya (experiental brand)”. Rangkuti

(2002:222) juga menyatakan “suatu merek disebut kuat apabila merek tersebut

(14)

Ada delapan pedoman membangun merek yang dinyatakan oleh Rangkuti

(2002:229), yaitu:

1.

Bra nd Identity

Identitas merek merupakan seperangkat asosiasi merek yang sering

digunakan oleh ahli strategi merek.Asosiasi

asosiasi ini mewakili arti dari suatu

merek dan secara tidak langsung merupakan janji kepada para konsumen.

2.

Va lue Proposition

Nilai proposisi merek adalah sebuah pertanyaan secara fungsional,

emosional dari suatu merek yang disampaikan kepada pelanggan.

3.

Bra nd Position

Posisi merek adalah bagian dari identitas merek dan nilai proposisi yang

selalu aktif dikomunikasikan kepada pasar sasaran, sehingga dapat memperoleh

keuntungan melalui persaingan merek.

4.

Execution

Pelaksanaan program komunikasi, yang tidak hanya ditargetkan pada

identitas dan positioning, tetapi juga sampai memperoleh kecemerlangan secara

terus-menerus.

5.

Consistency Over Time

Memiliki identitas yang konsisten merupakan kekuatan untuk tetap

memiliki merek yang kuat.

6.

Bra nd System

Sebuah brand system dapat digunakan sebagai panggung peluncuran bagi

produk-produk baru atau merek baru.

(15)

Satu resep agar ahli strategi berhasil adalah

8.

Invest in Bra nds

Tetap secara konsisten melanjutkan investasi dalam merek walaupun

tujuan finansial perusahaan belum terpenuhi.

2.5.2 Pengukuran Citra Merek

Menurut Aaker dalam Ferrinadewi (2008:33), terdapat empat hal pokok

yang harus diperhatikan dalam membentuk sebuah brand yaitu:

1.

Recognition, tingkat dikenalnya sebuah merek (brand) oleh konsumen.

2.

Reputa ttion, tingkat atau status yang cukup tinggi bagi sebuah merek (brand)

karena lebih terbukti mempunyai “

track record”

yang baik.

3.

Affinity, semacam emotional relationship yang timbul antar sebuah merek

(brand) dengan konsumennya.

4.

Bra nd loya lty, ukuran dari kesetiaan pelanggan terhadap suatu merek.

2.6 Penelitian Terdahulu

Lucky Fibrianto (2011), yang berjudul: “Anslisis Pengaruh Kualitas Jasa

Terhadap Loyalitas Pelanggan Bus Damri Kota Semarang (Studi Kasus Pada

Penumpang Bus Damri Kota Sema

rang)”.

Metode penelitian menggunakan

kuesioner yang disebarkan kepada 100 penumpang Bus Damri. Setelah hasil

didapatkan melalui uji reliabilitas dan validitas, lalu dianalisis menggunakan

Regresi Linier Berganda dengan program SPSS 15.0 for Windows yang

didalamnya

dilakukan

uji

asumsi

klasik,

uji

multikoleniaritas,

uji

heteroskedastisitas, uji normalitas, uji t, uji f dan uji koefisien determinasi (R

2

).

(16)

(SERVQUAL) mempengaruhi tingkat loyalitas pelanggan, baik secara individu

maupun secara simultan dan terbukti secara empiris. Faktor dominan yang paling

mempengaruhi loyalitas pelanggan di Bus Damri Kota Semarang adalah jaminan.

Hasil dari penelitian ini diharapkan memiliki kontribusi terhadap penelitian

selanjutnya atau sebagai informasi yang dibutuhkan untuk akademisi dan Bus

Damri Kota Semarang itu sendiri.

Margining Rahajoe

(2012), yang berjudul: “Analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi kepuasan pelanggan bus PO. Nugroho Semarang”.

Perumusan

(17)

memberikan pelayanan kepada konsumen selalu bersikap sopan dan ramah,

profesional, disiplin dan tepat waktu.

Dimas Raditya (2011),

yang berjudul: “Kualitas pelayanan terhadap

kepuasan konsumen pengguna jasa transportasi PO. Wisata Komodo Denpasar”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan secara

simultan dan parsial terhadap kepuasan konsumen pengguna jasa transportasi PO.

Wisata Komodo. Untuk mengetahui diantara variabel tangible, reliability,

responsiveness, assurance dan emphaty yang mempunyai pengaruh dominan

terhadap kepuasan konsumen pengguna jasa transportasi PO. Wisata Komodo.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua penumpang PO. Wisata Komodo,

sedangkan sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 responden. Alat analisis

yang digunakan yaitu analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini adalah

kualitas layanan yang terdiri dari tangible, reliability, responsiveness, assurance

dan emphaty berpengaruh secara simultan. Wujud fisik, kehandalan, daya

tanggap, dan empati yang mempunyai pengaruh positif terhadap kepuasan

konsumen. Sedangkan jaminan tidak berpengaruh terhadap kepuasan konsumen.

Kehandalan memiliki pengaruh dominan terhadap keputusan konsumen.

Shandy Ibnu Zakaria (2013), yang berjudul: “Analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi kepuasan konsumen terhadap pengguna jasa transportasi (studi

kasus pada pengguna Bus Trans Jogja di Kota Yogyakarta)”.

Penelitian ini

(18)

Referensi

Dokumen terkait

Membuat resume (CREATIVITY) dengan bimbingan guru tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran tentang materi Pemecahan masalah melibatkan sifat-sifat

Dengan diketahuinya seluruh nilai magnitudo baku untuk tiap bintang, maka diagram HR yang dibangun berdasarkan magnitudo baku dapat dibangun. Penentuan Usia, Pemerahan

Analisis sensitivitas yang dilakukan untuk penilaian kelayakan investasi (NPV, IRR, dan PBP) pada TB Cangkiran adalah naiknya biaya investasi, biaya operasional,

Untuk itu, penelitian ini dilaksanaan menggunakan proses pretreatment metode ultasonifikasi agar dapat menghasilkan selulosa yang lebih tinggi dengan partikel berukuran nano

Tujuan penelitian ini ingin mengetahui efek dari Terapi Kognitif Perilaku untuk menurunkan reaksi emosi marah pada remaja dengan sindrom Asperger. Hipotesis penelitian

Selain itu juga skripsi yang ditulis Teti Nurjanah tahun 2015 yang berjudul “Penggunaan Media Pembelajaran Pada Mata Pelajaran IPA Kelas II di MI Muhammadiyah Mujur Lor

Regrei berganda dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independen ( Return On Assets, Return Of Equety dan Earning Per Share

Data placement methods organize the multimedia data according to the characteristics of multimedia data access patterns in disk and hierarchical storage systems.. Disk scheduling