BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kitosan adalah turunan utama kitin yang dihasilkan dari proses deasetilasi.
Penyediaan kitosan telah banyak dilakukan dan yang pertama dilakukan oleh Hope
Seyler (1894) dengan merefluks kitin dalam larutan KOH pada suhu 180oC.
Wolfrom pada tahun 1958 telah merefluks kitin dengan 40% selama 6 jam dengan
suhu 115oC sambil mengalirkan gas nitrogen. Kitin dari kulit udang dengan
menambah larutan NaOH 50% selama 6 hari, akan dihasilkan kitosan yang dicuci
bersih-bersih dengan air demikian penelitian yang dilakukan Arisol A. (1995).
Kitosan bersifat biokompatibel, tidak beracun, stabil, sterilizable dan
biodegradable, kitosan memiliki sifat berharga sebagai eksipien, tetapi pada sisi lain
menunjukkan sifat unik dan paling berharga yang meningkatkan fleksibilitas dalam
bidang biomedis dan bioteknologi, seperti imunostimulasi, aktivasi makrofag, dan
aktivasi mikroba. (Genta dkk, 1999; Jiang, Kumbar, Nair, &Laurencin, 2008; Kumar,
Muzzarelli, Muzzarelli, Sashiwa, & Domb, 2004; Muzzarelli, 2009; Muzzarelli &
Muzzarelli, 2005, 2008; Senel & McClure, 2004; Yuan, Chestnut, Haggard,
Bumgardner, & Muzzarelli, 2008). Polimer biodegradable seperti kitosan perlu
dilakukan silang untuk memodulasi sifat umum mereka dan untuk bertahan cukup
Derajat deasetilasi pada pembuatan kitosan bervariasi dengan jumlah larutan
alkali yang digunakan, waktu reaksi, dan suhu reaksi. Biasanya kualitas produk
kitosan dinyatakan dengan besarnya nilai derajat deasetilasi (Muzzarelli,1985 dan
Austin,1988). Semakin besar derajat deasetilasi kitosan berarti semakin besar jumlah
gugus amina dalam rantai polimernya, dan semakin besar pula rantai polimer
tersebut untuk bereaksi dengan agen ikat silang (Santoso, E. ISBN 979).
Sparkers dan Murraf (1986) telah mengembangkan kitosan dengan variasi
derajat deasetilasi sebagai ikat silang dengan gelatin sebagai dressing bedah.
Beberapa reagen telah digunakan untuk ikat silang kitosan seperti, glutaraldehid,
tripolifosfat, etilen glikol, eter diglisidil, dan diisosianat. Dan penelitian telah
menunjukkan bahwa dengan semakin besar derajat deasetilasi yang berarti juga
semakin besar kadar ikat silang yang dihasilkan (Santoso, E. ISBN 979)., namun
sintesis reagen silang semua sitotoksik dan dapat menggangu biokompabilitas sistem
pengiriman kitosan (Nishi, Nakajima, & Ikada, 1995; Speer, Chvapil, Eskelton, &
Ulreich, 1980). Sedangkan genipin tampaknya belum begitu banyak digunakan.
Genipin merupakan suatu senyawa kristal yang diisolasi dari buah
kacapiring(Gardenia augusta), sebagai pereaksi larut dalam air bi-fungsional
silang. Genipin banyak digunakan sebagai obat tradisional untuk memperlancar
aliran empedu ke usus (kolagoga), dan pengobatan luka pada hewan dan manusia
(Dalimartha, 2003).
Kitosan yang mengandung sejumlah gugus amino dalam polimernya adalah
ditemukan dialam dan membuat kitosan mudah dikarakteisasi dan dimodifikasi
(Colfen, et al, 2001).
1.2Permasalahan
Bagaimanakah pengaruh derajat deasetilasi kitosan dari cangkang belangkas
(tachypleus gigas) yang diikat silang dengan modifikasi genipin?
1.3Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada pembuatan kitosan dari kitin cangkang belangkas.
Kitosan dikarakterisasi dengan menentukan kadar air, kadar abu, dan derajat
deasetilasi. Hasil kitosan dengan variasi derajat deasetilasi diikat silang dengan
genipin, dan spektroskopi FTIR juga dilakukan untuk melihat gugus fungsi dan
perubahan bilangan gelombang dan intensitasnya.
1.4Tujuan
Tujuan dari penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut:
1 Mengisolasi kitin dari cangkang belangkas menjadi kitosan melalui proses
deproteinisasi dan demineralisasi tanpa melalui proses demineralisasi
3 Mengetahui pengaruh derajat deasetilasi kitosan dari cangkang belangkas yang diikat silang dengan modifikasi genipin
1.5Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi hasil ekstraksi kitosan dari
cangkang belangkas, serta ikat silang dengan genipin dapat digunakan pada bidang
farmasi.
1.6Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan eksperimen laboratorium (Riserch Laboratory) dengan
mengkarakterisasi pembuatan kitosan dari cangkang belangkas. Secara umum proses
pembuatan kitosan meliputi tiga tahap, yaitu deproteinisasi, demineralisasi, dan
deasetilasi. Kitosan yang dihasilkan dengan derajat deasetilasi yang berbeda diikat
silang dengan genipin yang telah divariasikan dari pH 9.0 (nilai pH asli) ke pH 8,0;
7,0; dan 6,0 dalan larutan tripoliposfat berair kemudian dikarakterisasi dengan uji
kadar ikat silang, pengembangan (swelling degree), spektroskopi FTIR, serta
1.7Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara. Gugus fungsi dari kitin
dan kitosan ditentukan dengan metode spektoskopi inframerah di Universitas Gajah
Mada, Jogja. Dan analisis scanning electron mikroskop di Universiti Kebangsaan