• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Dalam Peningkatan Pendidikan Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Dalam Peningkatan Pendidikan Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk terbanyak keempat setelah Amerika Serikat. Meningkatnya penduduk ini berdampak pada meningkatnya permasalah-permasalah sosial, salah satunya adalah kemiskinan. Problema kemiskinan terus menjadi masalah besar sepanjang sejarah negara Indonesia. Menurut Bank Dunia dalam buku Analisis Data Kemiskinan (Kementerian Sosial RI, 2011), kemiskinan adalah deprivasi dalam kesejahteraan. Berdasarkan definisi tersebut kemiskinan dapat dipandang dari beberapa sisi. Dari pandangan konvensional kemiskinan dipandang dari sisi moneter, dimana kemiskinan diukur dengan membandingkan pendapatan atau konsumsi individu dengan beberapa batasan tertentu, jika mereka berada di bawah batasan tersebut, maka mereka dianggap miskin.

(2)

yang dimiliki tidak memadai, kesehatan yang buruk, ketidakamanan, kepercayaan diri yang rendah, rasa ketidakberdayaan, atau tidak adanya hak bebas berpendapat. Berdasarkan pandangan ini, kemiskinan adalah fenomena multi dimensi, dan solusi untuk mengatasinya tidaklah sederhana. Penanggulangan kemiskinan secara sinergis dan sistematis harus dilakukan agar seluruh warganegara mampu menikmati kehidupan yang bermartabat. Oleh karena itu, sinergi seluruh pemangku kepentingan sangat diperlukan.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik Indonesia, jumlah penduduk di Indonesia yang ada di garis kemiskinan pada tahun 2013 per September 2013 adalah 28,55 juta. Jumlah ini berarti 11,47% dari keseluruhan penduduk di Indonesia. Dan jumlah ini seringkali bertambah jika ternyata ada kebijakan kenaikan BBM atau kenaikan bahan pokok makanan semacam beras. Begitu juga dengan Provinsi Aceh yang merupakan salah satu bagian dari negara Indonesia yang tidak luput dari masalah kemiskinan.

(3)

ACEH SINGKIL 20.72 18.73 2.77 0.66 316319

ACEH SELATAN 29.3 13.44 2.09 0.44 283446

ACEH TENGGARA

27.78 14.39 1.78 0.37 206797

ACEH TIMUR 64.44 16.59 2.92 0.8 319392

ACEH TENGAH 33.61 17.76 2.21 0.39 370670

ACEH BARAT 44.32 23.7 3.68 0.85 413061

ACEH BESAR 63.89 16.88 2.89 0.76 352451

PIDIE 85.8 21.12 2.99 0.67 361707

BIREUEN 73.94 17.65 2.8 0.67 292308

ACEH UTARA 115.36 20.34 2.65 0.54 274799

ACEH BARAT DAYA

25.74 18.92 2.64 0.63 283117

GAYO LUES 19 22.33 4.1 1.06 279420

ACEH TAMIANG 40.82 15.13 2.09 0.56 331218

NAGAN RAYA 32.66 21.75 3.34 0.87 353231

ACEH JAYA 14.6 17.53 3.04 0.83 303209

BENER MERIAH 30.93 23.47 3.34 0.73 327652

PIDIE JAYA 32.59 22.7 3.34 0.83 373497

BANDA ACEH 19.43 8.03 1.41 0.35 493558

SABANG 5.92 18.31 4.06 1.2 451218

LANGSA 20.27 12.62 1.89 0.39 298749

LHOKSEUMAWE 22.98 12.47 2.05 0.49 293788

SUBULUSSALAM 15 20.69 2.39 0.42 241189

(4)

Tabel 1.2

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Aceh Menurut Daerah, Maret 2014-Maret 2015

Sumber : Badan Pusat Statistika Aceh, 2015

(5)

Untuk memenuhi target angka kemiskinan tersebut, pemerintah Republik Indonesia kemudian mengambil kebijakan untuk mendorong percepatan penanggaulangan kemiskinan dengan berbagai pendekatan, mulai dari pendekatan kelembagaaan dengan membentuk Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). Lembaga ini dibentuk sebagai wadah koordinasi lintas sektor dan lintas pemangku kepentingan di tingkat pusat untuk melakukan percepatan penanggulangan kemiskinan dengan tugas:

1. Menyusun kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan

2. Melakukan siergi melalui sinkronisasi, harmonisasi, dan integrasi program-program penanggulangan kemiskinan di kementerian/lembaga. 3. Melakukan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan program dan

kegiatan penanggulan kemiskinan.

Terdapat empat strategi dasar yang telah ditetapkan dalam percepatan penanggulangan kemisikinan, yaitu :

1. Menyempurnakan program perlindungan sosial. 2. Peningkatkan akses masyarakat miskin terhadap . 3. Pemberdayaan masyarakat.

4. Pembangunan yang inklusif.

Terkait dengan strategi tersebut, pemerintah telah menetapkan instrumen penanggulangan kemiskinan yang dibagi berdasarkan beberapa klaster, yaitu:

1. Klaster I - Program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga.

(6)

3. Klaster III – Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Usaha Ekonomi Mikro dan Kecil.

Program penanggulangan kemiskinan yang disusun yaitu Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Program Keluarga Harapan (PKH), Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Beras Untuk Keluarga Miskin (Raskin), Bantuan Siswa Miskin (BSM), Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri ((PNPM Mandiri), dan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Salah satu program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga adalah Program Keluarga Harapan (PKH). PKH merupakan program unggulan kementerian sosial yang merupakan pemberian uang tunai bersyarat kepada keluarga sangat miskin agar memeriksakan kesehatan dan menyekolahkan anaknya. PKH merupakan salah satu program penanggulangan kemiskinan yang cukup berhasil, sehingga pemerintah pusat melakukan penambahan penerima PKH menjadi total 6 juta penerima dengan anggaran Rp 9,98 Triliun

(http://m.ttribunnews.com/bisnis/2016/04/17/anggaran-program-keluarga-harapan-mencapai-rp-998-triliun di akses pada 24 April 2016)

(7)

tentang Pelaksanaan Transparansi Penyaluran Bantuan Langsung Tunai Bersyarat Bagi Keluarga Sangat Miskin (KSM) Sebagai Peserta Program Keluarga Harapan (PKH). Merujuk pada sistem jaminan sosial nasional berdasarkan UU No. 40 Tahun 2004 tersebut, PKH menjadi model jaminan yang unik.. Di satu sisi, PKH merupakan bantuan sosial yang dimaksudkan demi mempertahankan kehidupan (life survival) dalam kebutuhan dasar terutama pendidikan dan kesehatan. Disisi lain, PKH bernuansa pemberdayaan yakni menguatkan rumah tangga miskin agar mampu keluar dari kemiskinannya melalui promosi kesehatan dan mendorong anak bersekolah (Pedoman umum PKH, 2013)

PKH adalah program penanggulangan kemiskinan melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia dini dengan cara pemberian bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) berdasarkan persyaratan dan ketentuan yang telah ditetapkan. Untuk jangka pendek, program ini diharapkan dapat mengurangi beban pengeluaran RTSM. Untuk jangka panjang, melalui persyaratan yang ditentukan diharapkan akan terjadi perubahan pola pikir dan perilaku yang mengarah pada perbaikan status kesehatan anak-anak dan ibu hamil, serta perbaikan tingkat pendidikan anak-anak RTSM, sehingga secara berangsur-angsur rantai kemiskinan dapat diputus.

(8)

bagi ibu hamil, dan perbaikan gizi, diharapkan akan memutus rantai kemiskinan antargenerasi. PKH mulai dilaksanakan pemerintah di Indonesia pada bulan Maret tahun 2007 dengan uji coba di tujuh provinsi (Sumatra Barat, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, NTT, Sulawesi Utara, dan Gorontalo). Tahun berikutnya mencakup Aceh, Sumatera Utara, Banten, D.I. Yogyakarta, Kalimantan Selatan, dan Nusa Tenggara Barat. Sampai dengan tahun 2013, PKH sudah dilaksanakan diseluruh provinsi (33 Provinsi) dan mencakup 336 Kabupaten/Kota dan 3.429 Kecamatan dengan target peserta PKH sampai dengan 2013 mencapai 2,4 juta RTSM/KSM (Pedoman Umum PKH,2013)

(9)

sejumlah daerah untik validasi data penerima program perlindungan sosial (http://www.beritaatjeh.net/2015/03/mensos-pantau-penerima-program.html?m=1 di akses pada 9 November 2015 pukul 16.30 WIB )

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan mengangkat judul “Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH)

dalam Peningkatan Pedidikan Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah”

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah disebutkan di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian dari proposal penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) dalam peningkatan Pendidikan di Kecamatan bebesen kabupaten Aceh Tengah. 2. Apa saja kendala dalam proses Implementasi Program Keluarga Harapan

(PKH) dalam peningkatan Pendidikan di Kecamatan bebesen kabupaten Aceh Tengah.

3. Apa saja strategi dalam proses Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) dalam Peningkatan Pendidikan di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah.

1.3Tujuan Penelitian

(10)

1. Mengetahui Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) dalam peningkatan Pendidikan di Kecamatan bebesen kabupaten Aceh Tengah. 2. Mengetahui kendala dalam proses Implementasi Program Keluarga

Harapan (PKH) dalam peningkatan Pendidikan di Kecamatan bebesen kabupaten Aceh Tengah.

3. Mengetahui strategi dalam proses Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) dalam peningkatan Pendidikan di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Secara subjektif, sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir dalam menulis karya ilmiah tentang implementasi kebijakan.

2. Secara praktis, sebagai masukan pemikiran bagi Program Keluarga Harapan di Kecamatan Bebesen Kabupten Aceh Tengah.

3. Secara akademis, sebagai bahan masukan bagi pelengkap referensi maupun bahan perbandingan bagi mahasiswa yang ingin mengadakan penelitian di bidang yang sama.

1.5Kerangka Teori

(11)

memudahkan penulis dalam rangka menyusun penelitian ini, maka dibutuhkan teori- teori sebagai pedoman kerangka berpikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang dipilih. Pedoman tersebut disebut kerangka teori. Kerangka teori merupakan landasan berpikir untuk melakukan penelitian dan teori yang dipergunakan untuk menjelaskan fenomena sosial yang menjadi objek penelitian. Kerangka teori diharapkan memberikan pemahaman yang jelas dan tepat bagi peneliti dalam memahami masalah yang diteliti.

1.5.1 Landasan Teori

Untuk memudahkan penelitian maka terlebih dahulu penyampaian teori-teori yang mendukung pelaksanaan penelitian tersebut yakni menjelaskan semua hal terkit yang bisa memudahkan penulis, dari judul yang penulis ambil maka dapat disampaikan teori-teori yang mendukung terhadap pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah.

1.5.2 Kebijakan Publik

1.5.2.1Pengertian Kebijakan Publik

(12)

diklasifikasikan kebijakan sebagai intervensi pemerintah. Dalam hal ini pemerintah mendayagunakan berbagai instrumen yang dimiliki untuk mengatasi persoalan publik.

Menurut James E. Anderson, kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan yang dibangun oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah, dimana implikasi dari kebijakan tersebut adalah:

1. Kebijakan publik selalu mempunyai tujuan tertentu atau mempunyai tindakan-tindakan yang berorientasi pada tujuan.

2. Kebijakan publik berisi tindakan-tindakan pemerintah.

3. Kebijakan publik merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah jadi bukan merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk dilakukan.

4. Kebijakan publik yang diambil bisa bersifat dalam arti merupakan tindakan pemerintah mengenai segala sesuatu masalah tertentu, atau bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu.

5. Kebijakan pemerintah setidak-tidaknya dalam arti positif didasarkan pada peraturan perundangan yang bersifat mengikat dan memaksa.

(13)

Perumusan Masalah (penyusunan agenda)

Forecasting (formulasi kebijakan)

Rekomendasi Kebijakan (Adopsi Kebijakan)

Evaluasi Kebijakan (Penilaian Kebijakan)

bukan organisasi swasta; (2) kebijakan publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh badan pemerintah.

Dari beberapa pengertian tersebut, maka diperoleh gambaran awal mengenai konsep kebijakan publik yakni merupakan suatu bentuk intervensi yang dilakukan oleh pemerintah untuk memecahkan suatu masalah yang terjadi dimasyarakat dengan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa kebijakan publik adalah setiap keputusan yang dibuat oleh Negara, sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan dari negara. Kebijakan publik adalah strategi untuk mengantar masyarakat pada masa awal, memasuki masyarakat pada masa transisi, untuk menuju masyarakat yang dicita-citakan.

1.5.2.2Mekanisme Kebijakan Publik

Gambar 1.1

Proses Kebijakan Publik

Sumber : William N. Dunn, 1994 : 7 dalam Subarsono, 2005 : 9

(14)

Suatu kebijakan publik dibuat memlalui tahapan-tahapan tertentu sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Tahapan kebijakana publik dimulai dari penetapan isu atau masalah dalam agenda kebijakan yang kemudian dirumuskan menjadi sebuah kebijakan dan ditetapkan untuk selanjutnya dilaksanakan. Setelah kebijakan dilaksanakan maka tahapan terakhir dari sebuahkebijakan publik adalah evaluasi kebijakan, dimana evaluasi ini bertujuan untuk melihat dampak dari kebijakan itu sendiri.

Tabel 1.3

Tahap Analisis kebijakan

Tahap Karakteristik

Perumusan Masalah Memberikan informasi mengenai kondisi-kondisi yang menimbulkan masalah

Forecasting (formulasi kebijakan )

Memberikan ormasi mengenai konsekuesi di masa mendatang dri diterapkannya alternatif kebijakan termasuk apabila membuat kebijakan.

Rekomendasi kebijakan Memberikan informasi mengenai mamfaat bersih dari setiap alterative dan merekomendasikan alternatif kebijakan yang memberikan manfaat bersuh paling tinggi.

Monitoring kebijakan Memberikan informasi mengenai konsekuensi sekarang dan maasa lalu dari diterapkannya alternative kebijakan termasuk kendala-kendalanya.

Evaluasi kebijakan Memberikan informasi mengenai kinerja atau hasil dari suatu kebijakan

(15)

Tabel diatas menunjukkan bahwa kebijakan publik memiliki dimensi yang sangat luas dari mulai identifikasi masalah publik, desaim program atau kebijakan, implementasi, monitoring, hingga proses evaluasi kebijakan. Sebuah isu, baik berupa masalah bersama maupun tujuan bersama, ditetapkan sebagai suatu isu kebijakan. Dengan isu kebijakan ini, dirumuskan dan ditetapkan kebijakan publik. Kebijakan ini kemudian diimplementasikan atau implementasi kebijakan. Pada saat implementasi, dilakukan pemantauan atau monitoring untuk memastikan implementasi kebijakan konsisten dengan rumusan kebijakan. Hasil implementasi kebijakan adalah kinerja kebijakan. Pada saat inilah diperlukan evaluasi kebijakan. Evaluasi yang pertama berkenaan dengan kinerja kebijakan, yaitu berkenaan dengan seberapa jauh kebijakan mencapai hasil yang diharapkan. Selanjutnya dilakukan evaluasi secara pararel pada implementasi kebijakan, rumusan kebijakan, dan lingkungan tempat kebijakan dirumuskan, diimplementasikan, dan berkinerja. Hasil evaluasi menentukan apakah kebijakan dilanjutkan ataukah membawa isu kebijakan yang baru, yang mengarah pada dua pilihan: diperbaiki atau revisi kebijakan, ataukah dihentikan, penghentian kebijakan.

1.5.3 Implementasi Kebijakan 1.5.3.1 Pengertian Implementasi

Kamus Webster dalam Wahab (1997:64), pengertian implementasi

dirumuskan secara pendek bahwa “to implement” (mengimplementasikan) berarti

(16)

untuk melaksanakan sesuatu; menimbulkan dampak/ berakibat sesuatu). Implementasi kebijakan merupakan rangkaian kegiatan setelah suatu kebijakan dirumuskan. Tanpa suatu implementasi maka suatu kebijakan yang telah dirumuskan akan sia-sia belaka. Oleh karena itu implementasi kebijakan mempunyai kedudukan yang penting di dalam kebijakan publik. Bahkan Udoji dalam Wahab (1997:65) menyatakan bahwa pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan mungkin jauh lebih penting dari pembuatan kebijakan. Kebijakan-kebijakan hanya akan berupa impian atau rencana yang bagus, yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan.

Menurut Nakamura dan Smallwood dalam Tangkilisan (2003:17), hal-hal yang berhubungan dengan implementasi kebijakan adalah keberhasilan dalam mengevaluasi masalah dan kemudian menerjemahkannya ke dalam keputusan yang bersifat khusus. Sedangkan Jones dalam Tangkilisan (2003:18), implementasi merupakan suatu proses yang dinamis yang melibatkan secara terus menerus usaha-usaha untuk mencari apa yang akan dan dapat dilakukan. Dengan demikian implementasi mengatur kegiatan-kegiatan yang mengarah pada penempatan suatu program ke dalam tujuan kebijakan yang diinginkan. Tiga kegiatan utama yang paling penting dalam proses implementasi, yaitu :

a. penafsiran, yaitu merupakan kegiatan yang menterjemahkan makna program ke dalam pengaturan yng dapat diterima dan dapat dijalankan,

(17)

c. penerapan yang berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan, upah, dan lain-lainnya.

Proses implementasi kebijakan itu sesungguhnya tidak hanya menyangkut perilaku badan administratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran, melainkan pula menyangkut jaringan kekuatan-kekuatan politik, ekonomi dan sosial yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku darisemua pihak yang terlibat dan yang pada akhirnyaberpengaruh terhadap tujuan kebijakan, baik yang negatif maupun yang positif (Tangkilisan, 2003:19).

1.5.3.2Faktor-faktor yang mempengaruhi implemetasi kebijakan

Keberhasilan implementas kebijakan akan ditentukan oleh banyak variabel atau faktor, dan masing-masing variabel tersebut saling berhubungan satu sama lain.

1. Teori George C. Edward III (1980)

Dalam pandangan Edwards III, implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel yaitu :

a. Komunikasi

(18)

sasaran (target group) sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Apabila tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran.

Persyaratan pertama bagi implementaasi kebijakan adalah bahwa mereka yang harus mengimplementasikan suatu keputusan mesti tahu apa yang harus mereka kerjakan. Keputusan kebijakan dan peraturan implementasi mesti ditransmisikan kepada personalia yang tepat sebelum bisa diikuti. Secara alami, komunikasi ini membutuhkan keakuratan dan komunikasi mesti secara akurat pula diterima oleh para implemantor.

(19)

b. Sumberdaya

Sumberdaya merupakan salah satu faktor penting dalam proses implementasi suatu keputusan agar pelaksanaan keputusan tersebut dapat berjalan efektif. Sumberdaya tersebut dapat berwujud sumberdaya manusia, yakni kompetensi implementator dan sumberdaya financial. Sumber daya manusia adalah kecukupan baik kualitas maupun kuantitas implementator yang dapat melingkupi seluruh kelompok sasaran. Sumber daya financial adalah kecukupan model investasi atas sebuah program atau kebijakan. Keduanya harus diperhatikan dalam implementasi program atau kebijakan pemerintah. Sebab tanpa kehandalan implementator, kebijakan menjadi kurang energik dan berjalan lambat dan seadanya. Sedangkan sumber daya financial yang memadai, program atau kebijakan. Tanpa ada dukungan finansial yang memadai program tak dapat berjalan efektif dan cepat dalam mencapai tujuan dan sasaran. Kewenangan merupakan sumber penting lainnya untuk implementasi kebijakan. Kewenangan ada dalam berbagai bentuk, dari pemberian bantuan hingga prilaku yang menghalangi.

c. Disposisi

(20)

Implementator yang memiliki komitmen tinggi dan jujur akan senantiasa bertahan diantara hambatan yang ditemui dalam program atau kebijakan yang dilaksanakan. Komitmen dan kejujuran membawanya semakin antusias dalam melaksanakan tahap-tahap program secara konsisten. Sikap yang demokratis akan meningkatkan kesan baik implementator dan kebijakan dihadapan anggota kelompok sasaran terhadap implementator dan program atau kebijakan. Ketika implementator memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif.

d. Struktur birokrasi

(21)

menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks sehingga menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel.

Gambar 1.2

Model Implementasi Edward III

Komunikasi

Sumberdaya

Implementasi Disposisi

Struktur birokrasi

Sumber : Edwards III, 1980 : 148 dalam Subarsono, 2005 : 90

(22)

Tabel 1.4

Aplikasi Konseptual Model Edward III Perspektif Implementasi Kebijakan

Aspek Ruang Lingkup

Komunikasi a. Siapakah implementator dan sasaran dari program atau kebijakan ?

b. Bagaimana sosisalisasi program atau kebijakan efektif dijalankan ?

 Metode yang digunakan  Intensitas komunikasi

Sumberdaya a. Kemampuan implementator  Tingkat pendidikan

 Tingkat pemahaman terhadap tujuan dan

sasaran serta aplikasi detail program  Kemampuan menyampaikan program dan

mengarahkan b. Ketersediaan dana

 Berapa dana yang dialokasikan

 Prediksi kekuatan dana dan besrn biaya

untuk implementasi program atau kebijakan.

(23)

 Tingkat komitmen dan kejujuran : dapat

diukur dengan tingkat konsistensi antara peaksana kegiatan dengan guideline yang telah ditetapkan. Semakin sesuai dengan

guideline semakin tinggi komitmennya  Tingkat demokrasi, dapat diukur dengan

intensitas pelaksana melakukan proses sharing dengan kelompok sasaran, mencari solusi dari masalah yang dihadapi dan melakukan diskresi yang berbeda dengan

guideline guna mencapai tujuan dan sasaran program

Struktur birokrasi a. Ketersediaan SOP yang medah dipahami b. Struktur organisasi

 Seberapa jauh rentang kendali antara pucuk

pimpinan dan bawahan dalam struktur organisasi pelaksana. Semakin jauh berarti semakin rumit, birokratis dan lambat untuk merespon perkembangan program.

Sumber : Indiahono, 2009 : 34

(24)

Menurut Van Meter dan van Horn dalam Subarsono (2005:99) menyatakan bahwa ada enam variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi yakni

1. Standar dan Sasaran Kebijakan

Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisasikan. Apabila standard an sasaran kebijakan kabur, maka akan terjadi multiinterpretasi dan mudah menimbulkan konflik diantara para agen implementasi.

2. Sumber Daya

Implementasi kebijakan perlu dukungan sumber daya, baik sumber daya manusia (human resource) maupun sumber daya non manusia ( non-human resources).

3. Komunikasi antar Organisasi dan Penguatan Aktivitas

Dalam implementasi program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu diperlukan koordinasi dan kerja sama antar instansi bagi keberhasilan suatu program.

4. Karakteristik agen pelaksana

Agar pelaksana mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya akan mempengaruhi implementasi suatu program.

5. Kondisi sosial, ekonomi dan politik

(25)

kelompok-kelompok kepentingan dapat memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan, karakteristik para partisipan yakni mendukung atau menolak, bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan dan apakah elit politik mendukung implementasi kebijakan.

6. Disposisi implementor

Disposisi implementor ini mencakup tiga hal, yakni (a) respon implementor terhadap kebijakan, yang akan dipengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan, (b) kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan, dan (c) intensitas disposisi implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh implementor.

Gambar 1.3

Model Implementasi kebijakan-Van Meter dan Van Horn

.

Sumber : Indiahono, 2009

(26)

1.5.4 Kemiskinan

Kemiskinan adalah suatu fakta dimana seseorang atau sekelompok orang hidup dibawah atau lebih rendah dari kondisi hidup layak uyang disebabkan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kemiskinan dapat dimaknai sebagai ketidaksamaan untuk mengakumulasikan basis kekuasaan sosial. basis keuasaan sosial meliputi: (a) Modal produktif atau aset (tabah, perumahan, alat produksi, kesehatan); (b) Sumber keuangan (Pekerjaan, kredit); (c) Organsiasi sosial dan politik yang dapat digunakan untuk encapai kepentingan bersama (Koperasi, partai politik, orgaisasi sosial); (d) Jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan brang, jasa; (e) Pengetahuan dan keterampilan, dan (f) Informasi yang berguna untuk kemajuan hidup (Friedman, dalam Nainggolan, dkk. 2012: 9).

Berbagai konsep kemiskinan telah dinyatakan dalam beberapa penelitian kemiskinan, diantaranya adalah seperti yang dikemukakan oleh World Bank

(27)

miskin pendidikan, misalnya dengan menggunakan indikator angka buta huruf. Selanjutnya pandangan yang lebih luas mengenai kemiskinan adalah kemiskinan ada jika masyarakat kekurangan kemampuan dasar, sehingga pendapatan dan pendidikan yang dimiliki tidak memadai atau kesehatan yang buruk, atau ketidakamanan, atau kepercayaan diri yang rendah, atau rasa ketidakberdayaan, atau tidak adanya hak bebas berpendapat. Berdasarkan pandangan ini, kemiskinan adalah fenomena multi dimensi, dan solusi untuk mengatasinya tidaklah sederhana.

Menurut World Bank (dalam Analisis Data Kemiskinan,2011 : 4) ada 4 alasan mengapa kemiskinan diukur. Pertama adalah untuk membuat orang miskin terus berada dalam agenda; jika kemiskinan tidak diukur, maka orang miskin akan mudah terlupakan. Kedua, orang harus mampu mengidentifikasi orang miskin jika salah satu tujuannya adalah untuk keperluan intervensi dalam rangka mengentaskan kemiskinan. Ketiga adalah untuk memantau dan mengevaluasi proyek-proyek atau kebijakan intervensi yang diarahkan kepada orang miskin. Dan terakhir adalah untuk mengevaluasi efektivitas lembaga-lembaga pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan.

(28)

untuk mampu melakukan perjalanan dalam mencari pekerjaan atau tinggal dipudat kota.

Sedangkan Sherraden (2006 : 48) mengatakan bahwa dilihat dari teori prilaku kemiskinan disebabkan oleh sikap individu yang tidak produktif. Disisi lain, teori struktural sosial melihat bahwa kondisi miskinlah yang menyebabkan perilaku tertentu pada setiap individu, yaitu munculnya sikap individu yang tidak produktif merupakan akibat dari adaptasi dengan keadaan miskin.

Mencher (dalam Siagian 2012 : 5) mengemukakan, kemiskinan merupakan proses menurunnya daya dukung terhadap hidup seseorang atau sekelompok orang sehingga pada gilirannya ia atau kelompok tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan tidak pula mampu mencapai taraf kehidupan yang dianggap layak sesuai degan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Hal yang cukup menarik dari apayang dikemukan Mencher adalah bahwa dalam upaya mencapai taraf hidup yang layak, seseorang atau sekelompok orang membutuhkan dukungan, baik dari diri sendiri maupun dari faktor eksternal.

Chambers (1983 : 109) mengemukakan lima karakteristik sebagai ketidakberuntungan (disadventages) yang melingkupi orang miskin atau keluarga miskin antara lain : (a) poverty; (b) physically weakness; (c) isolated; (d) vulnerable; and (e) powerless.

(29)

kekuatan sendiri; (3) penduduk miskin pada umumnya memilki tingkt pendidikan rendah; (4) Banyak diantara penduduk miskin tidak mempunyai fasilitas sehingga hidupnya tidak layak; dan (5) dintara penduduk miskin terdapat kelompok dengan usia relatif muda dan tidak mempunyai keterampilan atau pendidikan yang memadai.

Data kemiskinan dilakukan lewat tahapan keluraga sehajtera yang dibagi menjadi lima tahap, yaitu: 1) keluarga Pra Sejahtera (sangat miskin); 2) Keluarga Sejahtera I (miskin); 3) Keluarga Sejahtera II; 4) Keluarga Sejahtera III; 5) Keluarga Sejahtera III plus (Nainggolan, dkk. 2012 : 15)

Dari beberapa pendapat para ahli mengenai kemiskinan diatas dapat disimpulkan bahwa kemiskinan adalah keadaan seseorang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor baik faktor internal yaitu sikap individu yang tidak produktif maupun faktor eksternal yaitu lingkungan tempat tinggal yang terisolasi, tidak memiliki sumber pendapatan yang jelas, tidak memiliki fasilitas hidup yang layak dan tidak mempunyai kekuatan utuk memperoleh perlindungan hukum.

1.5.5 Program Keluarga Harapan (PKH)

1.5.5.1 Pengertian Program Keluarga Harapan (PKH)

(30)

memenuhi persyaratan yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumber dasya manusia (SDM), yaitu pendidikan dan kesehatan.

Program keluarga Harapan (PKH Program Keluarga Harapan (PKH) diluncurkan Presiden SBY di Gorontalo Juli 2007. Pada tahap awal dilaksanakan di tujuh provinsi melibatkan 500.000 kepada rumah tangga yang sangat miskin (RTSM). Tujuh provinsi adalah: Gorontalo, Sumatera Barat, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Utara, dan Nusa Tenggara Timur. Tahun 2007 merupakan tahap awal pengembangan program atau tahap uji coba. Tujuan uji coba adalah untuk menguji berbagai instrumen yang diperiukan dalam pelaksanaan PKH, seperti antara lain metode penentuan sasaran, verifikasi persyaratan, mekanisme pembayaran, dan pengaduan masyarakat.

(31)

gender, (4) pengurangan angka kematian bayi dan balita, (5) pengurangan kematian ibu melahirkan.

Pada tahun 2008, ditambah lagi menjadi 13 provinsi. Enam tambahan itu adalah: Nanggroe Aceh Darusalam, Sumatera Utara, Daerah Istimewa Yogyakarta, Banten, Nusa Tenggara Barat, dan Kalimantan Selatan. PKH sudah dilaksanakan di 72 kabupaten di 13 provinsi, dengan penerima 700 ribu RTSM pada tahun 2008.

Anggarannya berasal dari APBN dimana kedudukan PKH merupakan bagian dari program-program penanggulangan kemiskinan lainnya. PKH berada di bawah koordinasi Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK), baik di Pusat maupun di daerah. Oleh sebab itu akan segera dibentuk Tim Pengendali PKH dalam TKPK agar terjadi koordinasi dan sinergi yang baik.

1.5.5.2 Tujuan Program Keluarga Harapan (PKH)

Tujuan umum PKH adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, serta merubah perilaku peserta PKH yang relatif kurang mendukung peningkatan kesejahteraan. Tujuan tersebut sekaligus sebagai upaya mempercepa pencapaian target Millennium Development Goals(MDGs). Secara khusus, tujuan PKH terdiri atas:

(32)

2. Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, anak balita dan anak usia 5-7 tahun yang belum masuk sekolah dasar dari RTSM;

3. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan, khususnya bagi anak-anak RTSM.

4. Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak RTSM;

1.5.5.3 Pelaksanaan Program Keluarga Harapan

Program Keluarga Harapan (PKH) dilaksanakan secara berkelanjutan yang dimulai dengan ujicoba di 7 provinsi pada tahun 2007. Ujicoba ini dimaksudkan untuk menguji berbagai instrumen yang terkait dan diperlukan dalam pelaksanaan PKH, seperti antara lain metode penentuan sasaran, validasi data, verifikasi persyaratan, mekanisme pembayaran, pengaduan masyarakat, proses pendampingan, MIS, dan lain-lain. Sampai dengan tahun 2013, PKH sudah dilaksanakan diseluruh provinsi (33 Provinsi) dan mencakup 336 Kabupaten/Kota dan 3.429 Kecamatan dengan target peserta PKH sampai dengan 2013 mencapai 2,4 juta RTSM/KSM. Sejak tahun 2012, PKH telah menjadi program nasional (Pedoman Umum PKH, 2013)

(33)

PKH diharapkan dapat terus dilaksanakan yang semula hingga tahun 2015 sesuai dengan target dan komitmen pencapaian MDGs. Selanjutnya Penerima PKH akan ditingkatkan secara bertahap hingga mencakup seluruh RSTM/KSM .

Tabel 1.5

Target Sasaran Penerima PKH hingga Tahun 2018

Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

392,000 392,000 392,000 Transfor masi

224,000 224,000 224,000 224,000 Transfor masi

114,000 114,000 114,000 114,000 114,000 Transfor masi

190,000 185,000 185,000 185,000 185,000 185,000 Transfor masi

Transfor masi Tahun

5/2

116000 110,000 110,000 110,000 110,000 110,000 110,000 Transfor masi Tahun 6 400,000 380,000 380,000 380,000 380,000 380,000 380,000

Tahun 7 800,000 800,000 800,000 800,000 800,000 800,000

800,000 800,000 800,000 800,000 800,000

total

816,00 1,116,000 1,516,000 2,400,000 3,200,000 1,482,000 1,406,000 1,216,000 1,100,000

total

Data diolah dari berbagai sumber oleh UPPKH Pusat

(34)

Pada rencana awal pelaksanaan PKH telah disusun tahapan cakupan penerima termasuk pendanaannya yang dimulai sejak tahun 2007 hingga setidaknya 2015. Dalam rangka memperluas cakupan sasaran, pengembangan PKH tetap dilaksanakan untuk Kabupaten/Kota dan pengembangan kecamatan pada Kabupaten/Kota yang telah melaksanakan PKH.

1.5.5.4 Ketentuan Peserta PKH

Sejak tahun 2007, basis kepesertaan bantuan PKH diarahkan kepada RTSM. Mulai tahun 2012 basis bantuan PKH diarahkan pada KSM(orang tua - ayah, ibu dan anak). Perubahan ini untuk mengakomodasi prinsip bahwa keluarga adalah satu unit yang sangat relevan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Orangtua mempunyai tanggung jawab terhadap pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, dan masa depan anak. Karena itu keluarga adalah unit yang relevan dalam upaya memutus rantai kemiskinan antar generasi. Peserta PKH adalah RTSM/KSM yang sesuai dengan kriteria BPS dan memenuhi satu atau beberapa kriteria program, yaitu:

1. Ibu hamil/ibu nifas/anak balita,

2. Anak usia 5-7 tahun yang belum masuk pendidikan dasar (anak pra sekolah),

3. Anak SD/MI (usia 7-12 tahun), 4. Anak SLTP/ MTs (usia 12-15 tahun),

(35)

Setiap penerima PKH diberikan kartu peserta sebagai bukti kepesertaan. Nama yang tercantum dalam kartu peserta PKH RTSM adalah nama perempuan dewasa (ibu, nenek, bibi dan anak perempuan dewasa) yang mengurus RTSM. Sedangkan nama yang tercantum dalam kartu peserta PKH KSM adalah perempuan dewasa (ibu dan anak perempuan dewasa). Dalam hal kondisi tertentu dapat digantikan oleh kepala keluarga. Kartu tersebut digunakan untuk menerima bantuan PKH dan bantuan sosial lainnya. Peserta PKH diikutsertakan pada program bantuan sosial lainnya, antara lain program Jamkesmas, BSM, Raskin, KUBE, dan BLSM.

1. Kewajiban Peserta PKH

Ada beberapa kewajiban Peserta PKH yang harus dipenuhi yaitu: a) Kewajiban Bidang Kesehatan.

 Peserta PKH yang telah memiliki kartu PKH, wajib memenuhi

persyaratan kesehatan yang sudah ditetapkan dalam protokol pelayanan kesehatan bagi peserta PKH sebagaimana

 Peserta PKH yang dikenakan persyaratan kesehatan adalah peserta

(36)

Anak usia 0-6 tahun

 Bayi Baru Lahir (BBL) harus mendapatkan IMD, pemeriksaan segera saatlahir, menjaga bayi tetap

hangat, Vit K, HB0, salepmata, konseling menyusui.

 Anak usia 0-28 hari (neonatus) harus diperiksa kesehatannya sebanyak 3 kali : pemeriksaan pertama pada 6-48 jam, kedua : 3-7 hari, ketiga: 8-28 hari.

 Anak usia 0-6 bulan harus diberikan ASI ekslusif (ASI saja)

 Anak usia 0-11 bulan harus diimunisasi lengkap (BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis B),

ditimbang berat badannya secara rutin setiap bulan dan dideteksi perkembangan empat kali

setahun, dan mendapatkan Vitamin A satu kali (khusus untuk anak usia 6-11 bulan).

 Anak usia 12-59 bulan harus mendapatkan Vitamin A, dua kali setahun pada bulan Februari dan

Agustus, ditimbang berat badannya secara rutin setiap bulan dan dideteksi perkembangan dua

kali setahun setiap enam bulan

Tabel 1.6

Protokol Pelayanan Kesehatan bagi Peserta PKH

Sumber : Buku KIA Kementrian kesehatan dalam Pedoman umum PKH 2013

b) Kewajiban bidang Pendidikan

Peserta PKH yang memiliki anak usia 7-15 tahun diwajibkan untuk didaftarkan/terdaftar pada lembaga pendidikan dasar (SD/MI/SDLB/ Salafiyah Ula/ Paket A atau SMP/MTs/SMLB/ Salafiyah Wustha/ PaketB termasuk SMP/MTsterbuka) dan mengikuti kehadiran di kelas minimal 85%

 Anak usia 5-6 tahun ditimbang berat badannya secara rutin setiap bulan dan dideteksi perkembangan dua kali setahun setiap enam bulan.

 Ikutkan anak pada kelompok pendidikan Anak Usia Dini (PAUD/Early Childhood Education)

apabila di lokasi/ posyandu terdekat terdapat fasilitas PAUD.

Ibu hamil dan ibu nifas:

 Selama kehamilan, ibu hamil harus melakukan pemeriksaan kehamilan di fasilitas kesehatan

sebanyak empat kali yaitu satu kali pada usia kehamilan 3 bulan I, 1 kali pada usia kehamilan 3

bulan II, 2 kali pada 3 bulan terakhir, dan mendapatkan suplemen tablet Fe.

 Ibu melahirkan harus ditolong oleh tenaga kesehatan/medis.

(37)

dari hari efektif sekolah setiap bulan selama tahun ajaran berlangsung. Apabila ada anak yang berusia 5-6 tahun yang sudah masuk sekolah dasar dan sejenisnya, maka yang bersangkutan dikenakan verifikasi bidang pendidikan.

Peserta PKH yang memiliki anak usia 15-18 tahun dan belum menyelesaikan pendidikan dasar, maka diwajibkan anak tersebut didaftarkan/terdaftar ke satuan pendidikan reguler atau non-reguler (SD/MI, atau SMP/MTs, atau Paket A, atau Paket B). Anak peserta PKH yang bekerja atau menjadi pekerja anak atau telah meninggalkan sekolah dalam waktu yang cukup lama, maka anak tersebut harus mengikuti program remedial

yakni mempersiapkannya kembali ke satuan pendidikan. Program remedial ini adalah layanan rumah singgah atau shelter yang dilaksanakan Kementerian Sosial untuk anak jalanan dan Kemenakertrans untuk pekerja anak.

2. Hak Peserta PKH

Hak peserta adalah mendapatkan layanan pendidikan dan kesehatan serta mendapatkan bantuan tunai bersyarat. Besaran bantuan untuk setiap peserta PKH mengikuti skenario bantuan seperti yang disajikan pada tabel 5 berikut:

Tabel 1.7

skenario jumlah bantuan PKH (perRTSM/KSM/Tahun) Skenario Bantuan Jumlah Bantuan

Bantuan tetap

Rp 300.000,-

(38)

anak usia dibawah 6 tahun, ibu hamil/

menyusui

Anak setara peserta SD/MI

Rp 500.000,-

Anak setara peserta SMP/Mts

Rp 1.000.000,-

Bantuan maksimum perRTSM/KSM

Rp 2.800.000,-

Bantuan minimum perRTSM/KSM

Rp 800.000,-

Rata-rata bantuan perRTSM/KSM

Rp 1.000.000,-

Sumber : SK Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial no.121/LJS/06/2013 dalam Pedoman Umum

PKH 2013

3. Sanksi

Peserta PKH yang tidak memenuhi komitmen kesehatan dan pendidikan, akan dikenai sanksi berupa pengurangan bantuan sebesar 10% dari bantuan yang diterima setiap tahapan dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Seluruh anggota keluarga Peserta PKH selama tiga bulan berturut-turut tidak memenuhi komitmen maka peserta PKH tidak dapat menerima bantuan pada tahapan bantuan tersebut.

(39)

1.5.5.5 Kelembagaan PKH

Kelembagaan PKH terdiri dari lembaga terkait baik di pusat, provinsi maupun Kabupaten/Kota, serta UPPKH yang dibentuk di pusat, Kabupaten/Kota dan kecamatan.:

A. Kelembagaan PKH Pusat

Kelembagaan UPPKH pusat terdiri dari Tim pengendali, Tim Pelaksana dan Tim teknis.

1. Susunan Tim Pengendali a. Pengarah

(40)

Gambar 1.4

Tim Pengendali (Pengarah) Pusat

Sumber : Pedoman Operasional Kelembagaan PKH 2013

b. Pelaksanan

Susunan Tim Pengendali bidang Pelaksana berjumlah 4 orang terdiri atas : (1) Deputi Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kementerian

Koordinasi Bidang Kesejahteraan Rakyat (Sekretaris Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan) selaku ketua; 2) Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial selaku wakil ketua I; 3) Deputi Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan dan UKM Kementerian Negara PPN/ Bappenas selaku wakil ketua II; 4) Staf Ahli Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Bidang Sumber Daya Manusia dan Kemiskinan selaku sekretaris.

KETUA Wapres RI

(Selaku Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan)

WAKIL KETUA II Menteri Koordinator

Bid. Perekonomian WAKIL KETUA I

Menteri Koordinator Bid. Kesra

SEKRETARIS EKSEKUTIF

Deputi Sekretaris Wapres Bid. Kesra

(41)

Gambar 1.5

Tim Pengendali (Pelaksana) Pusat

Sumber : Pedoman Operasinal Kelmbagaan PKH, 2013

c. Teknis

Susunan Tim Pengendali bidang Pelaksana berjumlah 4 orang terdiri atas : 1) Direktur Perlindungan dan Kesejahteraan Masyarakat Kementerian Negara PPN/ Bappenas selaku ketua; 2) Asistensi Deputi Urusan Penguatan Masyarakat dan Kawasan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat selaku wakil ketua I; 3) Direktur Penanggulangan Kemiskinan, Kementerian Negara PPN/Bappenas selaku wakil ketua II; 4) Direktur Jaminan Sosial, Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial, Kementerian Sosial RI

KETUA

Deputi Bid. Koordinasi Penanggulangan Kemiskinanan

WAKIL KETUA II Deputi Bid. Kemiskinan, Ketenagakerjaan, dan UKM, Kementerian Neg.PPN/Bappenas WAKIL KETUA I

Dirjen Perlindungnan Sosial Kementerian sosial

SEKRETARIS EKSEKUTIF

Staf Ahli Menteri Negara PPN/Bapennas, Bid. SDM dan

(42)

Gambar 1.6

Tim Pengendali (Teknis) Pusat

Sumber : Pedoman Operasional Kelembagaan PKH, 2013

Tim Pengendali Program Keluarga Harapan (PKH) mempunyai Tugas dan Fungsi, sebagai berikut:

a. Pengarah

Memberikan pengarahan kepada Pelaksana baik materi yang bersifat substantif maupun teknis guna keberhasilan pengendalian Program Keluarga Harapan.

b. Pelaksana

KETUA

Direktur Perlindungan dan Kesmas Kementerian Negara

PPN/Bappenas

WAKIL KETUA II Direktur Penanggulangan Kemiskinan Kementerian Negara

PPN/Bappenas WAKIL KETUA I

Asisten Deputi Urusan Penguatan Masyarakat dan

kawasan Kementerin

SEKRETARIS EKSEKUTIF

Direktur Jamsos, Dirjen Perlindungan & Jaminan Sosial,

(43)

1. Merumuskan konsep kebijakan operasional koordinasi, perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian Program Keluarga Harapan.

2. Menentukan kriteria dan daftar penerima Program Keluarga Harapan.

3. Melakukan sosialisasi Program Keluarga Harapan ke berbagai kalangan di pemerintah dan masyarakat luas.

4. Melakukan pemantauan dan evaluasi terha- dap pelaksanaan Program Keluarga Harapan serta melaporkan hasilnya kepada Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.

5. Menilai hasil, manfaat dan dampak dari pelaksanaan Program Keluarga Harapan terhadap pengurangan kemiskinan.

6. Mengusulkan pilihan-pilihan peningkatan efektifitas pelaksanaan Program Keluarga Harapan kepada Pengarah.

7. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.

c. Teknis

Membantu Tim Pelaksana dalam melaksanakan tugas dan fungsinya terutama dalam merumuskan kebijakan, desain, sosialisasi, pemantauan dan evaluasi Program Keluarga Harapan.

2. Tim Pengarah Pusat

(44)

2) Kementerian Sosial 3) Kementerian Kesehatan

4) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 5) Kementerian Keuangan

6) Kementerian Agama

7) Kementerian Komunikasi dan Informatika 8) Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi 9) Kementerian Dalam Negeri

10)Badan Pusat Statistk (BPS)

b. Tugas dan tanggung jawab Tim Pengarah Pusat, terdiri dari:

1. Memberikan pengarahan dan menyetujui disain dan rencana pelaksanaan program.

2. Memberikan pengarahan dan menyetujui mekanisme dan prosedur pelaksanaan PKH.

3. Mengkaji laporan perkembangan program setiap 6 bulan sekali. 4. Mengkaji dan memberikan arahan tindak lanjut laporan audit. 5. Mengkaji dan memberikan arahan tindak lanjut laporan evaluasi. 6. Mengkaji dan menyetujui perubahan yang kiranya diperlukan

dalam pedoman umum PKH.

(45)

8. Meningkatkan kolaborasi antar Kementerian dalam pencapaian tujuan PKH.

9. Memberikan rekomendasi strategi pengem- bangan PKH baik kepada pemerintah maupun legislatif.

Tim Pengarah Pusat mengadakan rapat koordinasi setidaknya setiap 6 bulan sekali. Ketua Tim Pengarah Pusat (Pejabat Eselon 1) bersama-sama dengan anggota Tim Pengarah Pusat, berkewajiban memberikan laporan tertulis kepada pemerintah atas tugas dan tanggung jawab seperti tertulis di atas setiap 6 (enam) bulan sekali.

3. Tim Koordinasi Teknis Pusat

Anggota Tim Teknis Pusat terdiri dari pejabat eselon 2 dan atau eselon 3 yang ditunjuk dari kementerian dan lembaga anggota Tim Pengarah Pusat. Tim Teknis Pusat diketuai oleh Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial. Untuk pengelolaan keuangan program, adalah Pejabat Pembuat Komitmen. Tugas dan Tanggung jawab Tim Teknis Pusat, terdiri dari:

a. Mengkaji berbagai rencana operasional yang disiapkan oleh UPPKH Pusat.

b. Mengkoordinasikan berbagai kegiatan sektoral terkait agar tujuan dan fungsi program dapat berjalan baik.

(46)

d. Memonitor perkembangan pelaksanaan program termasuk pengaduan masyarakat dan penanganan- nya, serta mengajukan perbaikan apabila diperlukan.

e. Mengkaji laporan evaluasi yang akan dipresentasi- kan kepada Tim Pengarah.

f. Mengkaji laporan audit yang akan dipresentasi- kan kepada Tim Pengarah.

Tim Koordinasi Teknis Pusat mengadakan rapat koordinasi minimal setiap 4 (empat) bulan sekali. Ketua Tim Teknis Pusat, bersama-sama dengan anggota Tim Teknis lainnya, berkewajiban memberi- kan laporan tertulis kepada Tim Pengarah Pusat setiap 4 (empat) bulan sekali.

(47)

penanggulangan kemiskinan lainnya. Koordinasi PKH dengan TKPK daerah, diharapkan dapat mengikuti pola koordinasi yang dilakukan di Pusat.

4. Unit Pelaksana PKH Pusat (UPPKH Pusat)

Unit Pelaksana PKH pusat adalah pelaksana program yang berada di bawah kendali Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial, Kementerian Sosial RI. Unit ini dibentuk dengan tujuan utama untuk memastikan bahwa:

a. Pelaksanaan PKH berjalan lancar dan sesuai dengan rencana;

b. Berbagai masalah yang ada dapat diselesaikan dengan baik, cepat, dan tepat; dan

c. Semua pihak terkait diberikan informasi yang cukup untuk melaksanakan dan memperbaiki program.

Pelaksanaan UPPKH mengikuti arahan kebijakan dan prosedur yang ditentukan oleh Tim Pengarah dan berkoordinasi dengan Tim Teknis Pusat.

5. Organisasi UPPKH Pusat

(48)

Tenaga Ahli PKH pada tahap awal bertugas membantu pembuatan desain PKH dan pada tahap selanjutnya turut mengelola dan menjalankan PKH agar terjaga kesinambungan program. Tenaga Ahli ini meliputi :

a. Koordinator Regional untuk wilayah Barat, Tengah,dan Timur b. Tenaga Ahli bidang Pemasaran Sosial

c. Tenaga Ahli bidang Analis Sosial Ekonomi d. Tenaga Ahli bidang Payment

e. Tenaga Ahli bidang System Engineer f. Tenaga Ahli bidang Sistem Analis g. Tenaga Ahli bidang Database

h. Tenaga Ahli bidang Infrastruktur Jaringan i. Tenaga Ahli bidang Pemrograman Komputer j. Asisten Sistem Analis

k. Asisten Administrator Database dan Aplikasi l. Asisten Administrator Sistem

m. Asisten Payment

n. Asisten Infrastruktur Jaringan o. Koordinator Operator UPPKH Pusat

(49)

Jawa, serta Koordinator Regional Timur yang membidangi provinsi yang ada pada wilayah Timur (Bali, NTB, NTT, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Maluku utara, Papua dan Papua Barat). Koordinator Regional bertugas mengkoordinasi-kan pelaksanaan PKH di regional bersangkutan berkerja sama dengan koordinator Provinsi dan pemerintah Daerah. Koordinator Regional berkantor di UPPKH Pusat.

Koordinator Provinsi adalah tenaga ahli yang direkrut dari dan bekerja di tingkat provinsi, bertugas mengkoordinasikan pelaksanaan PKH di provinsi bersangkutan. Tim Asistensi bertugas memback up kebutuhan tenaga ahli yang belum tercover pada tahun berjalan.

Praktisi/Narasumber bertugas memberikan masukan mengenai keberlangsungan program, menjalankan fungsi pemantauan dan koordinasi dengan Tim UPPKH Pusat dan Daerah. Tenaga Operator bertugas mendukung pelaksanaan PKH, meliputi entry data, menerima pengaduan, mengadakan pemutakhiran data dan hal lain yang mendukung PKH. Technical Support bertugas membantu jalannya proses sirkulasi data (menjaga dan membantu memperbaiki jaringan listrik, telepon, internet apabila bermasalah) dan pelaksanaan kerja UPPKH Pusat.

Kebutuhan Tim Asistensi, Tenaga Ahli, Praktisi/ Narasumber, Tenaga Operator maupun Technical Support pada tiap tahunnya bervariasi, tergantung tahun pelaksanaan program dan perkembangan besaran jumlah jangkauan wilayah pelayanan dan jumlah RTSM/KSM.

(50)

B. Kelembagaan PKH Daerah

Kelembagaan PKH Daerah terdiri dari: (i) Tim Koordinasi Teknis ditingkat Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan, (ii) Unit Pelaksana Program keluarga Harapan (UPPKH) ditingkat Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan.

1. Tim Koordinasi PKH di daerah, terdiri atas: a. Tim Koordinasi PKH Provinsi

1. Tujuan pembentukan Tim Koordinasi PKH Provinsi adalah untuk memantau semua kegiatan PKH di wilayah Provinsi serta untuk memastikan komitmen daerah terkait dengan PKH terpenuhi.

2. Tugas dan Tanggung Jawab

a. Koordinasi persiapan provinsi untuk mendukung pelaksanaan PKH.

b. Koordinasi rutin terhadap partisipasi provinsi dan Kabupaten/Kota terkait dalam pelak-sanaan PKH. c. Di tingkat provinsi (khususnya provinsi baru) akan di

sediakan tenaga Operator dan perangkat pendukung untuk memproses verifikasi.

b. Tim Koordinasi PKH Kabupaten/Kota, terdiri dari:

(51)

pihak terkait pada Kabupaten/Kota agar semua pihak bisa merespon dalam waktu yang singkat jika diperlukan. Tim Koordinasi Kabupaten/Kota diperlukan untuk mendorong partisipasi pemberi pelayanan dan menyelesaikan masalah pengadaan fasilitas pelayanan kesehatan dan pendidikan yang terkait dengan program.

2. Tugas dan tanggung jawab Tim Koordinasi PKH Kabupaten/Kota, secara umum, terdiri atas:

a. Koordinasi persiapan Kabupaten/Kota untuk mendukung pelaksanaan PKH.

b. Koordinasi rutin terhadap partisipasi Kabupaten/Kota terkait dalam pelaksanaan PKH. c. Tim Koordinasi PKH Kecamatan;

(52)

2. Tugas dan tanggung jawab Tim Koordinasi PKH Kecamatan, secara umum, terdiri atas: - Koordinasi persiapan Kecamatan untuk mendukung pelaksanaan PKH. - Koordinasi rutin terhadap partisipasi Kecamatan terkait dalam pelaksanaan PKH.

C. Unit Pelaksana PKH (UPPKH ) di daerah, terdiri atas :

1. Unit Pelaksana PKH (UPPKH) dibentuk disetiap Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan di mana PKH dilaksanakan. UPPKH Daerah merupakan kunci untuk mensukseskan pelaksanaan PKH dan akan menjadi saluran informasi terpenting antara UPPKH daerah dengan UPPKH Pusat serta Tim Koordinasi Pusat dan daerah.

(53)

PENGARAH

a. Unit Pelaksana PKH (UPPKH) Provinsi.

Gambar 1.7

Struktur Organisasi Manajemen UPPKH Kabupaten/Kota

Sumber : Pedoman umum PKH, 2013

(54)

3) Kepala Seksi Dinas Sosial penanggungjawab PKH selaku sekretaris UPPKH Provinsi 4) Staff Dinas Sosial berjumlah 5 orang yang bertanggungjawab pada bidang Data RTSM, Sistem Pengaduan Masyarakat, Pembayaran Bantuan, Verifikasi dan Monitoring Evaluasi selaku anggota

Tim Koordinasi Teknis Unit pengelola Program Keluarga Harapan (UPPKH) Provinsi dibantu oleh Operator UPPKH Provinsi yang bertugas untuk menyediakan dan mengolah data serta informasi lain yang dibutuhkan oleh tim UPPKH Provinsi. Tugas dan tanggung jawab UPPKH Provinsi lebih rinci dijelaskan pada Pedoman Operasional Kelembagaan PKH.

b. Unit Pelaksana PKH (UPPKH) Kabupaten/Kota 1. Unit Pelaksana PKH lokasi tahun 2007 – 2013

(55)

KETUA UPPKH KABUPATEN/KOTA

yang tersusun dalam pembentukan tim Koordinasi Tenkis UPPKH diinformasikan kepada Kementerian Sosial.

Gambar 1.8

Struktur Organisasi Manajemen UPPKH Kabupaten/Kota lokasi tahun 2007 – 2011

Sumber : Pedoman Umum PKH, 2013

Susunan Anggota Tim Pelaksana terdiri atas :

a. Ketua UPPKH Kabupaten/Kota (salah satu Tim Sekretariat Koordinasi PKH Kabupaten/ Kota).

b. Koordinator UPPKH Kabupaten/Kota (salah satu tenaga operator yang terpilih pada saat rekrutmen Operator Komputer PKH).

c. Administrasi

d. Data Entry/Operator Komputer (SIM-PKH)

KOORDINATOR OPERATOR

OPERATOR SPM OPERATOR ADMINISTRASI OPERATOR SIM

(56)

Sumber : Pedoman umum PKH, 2013 2) Unit Pelaksana PKH lokasi tahun 2012 – 2016

Gambar 1.9

Struktur Organisasi Manajemen UPPKH Kabupaten/Kota lokasi tahun 2012 – 2016

Susunan Anggota Tim Pelaksana terdiri atas :

a. Pengarah UPPKH Kabupaten/Kota (Kepala Dinas Sosial).

b. Ketua UPPKH Kabupaten/Kota (Kepala Bidang Sosial yang menangani PKH).

c. Sekretaris UPPKH Kabupaten/Kota (Kepala Seksi Sosial yang menangani PKH).

d. Bidang Data (Staff bidang Sosial).

e. Bidang Sistem Pengaduan Masyarakat/SPM (Staff bidang Sosial). f. Bidang Pembayaran (Staff bidang Sosial).

PENGARAH

(57)

g. Bidang Verifikasi (Staff bidang Sosial).

h. Bidang Monitoring dan Evaluasi (Staff bidang Sosial). i. Operator Administrasi.

j. Operator Sistem Pengaduan Masyarakat/SPM.

D. Unit Pelaksana PKH Kecamatan

UPPKH Kecamatan dibentuk di setiap kecamatan yang terdapat peserta PKH. UPPKH Kecamatan merupakan ujung tombak PKH karena unit ini akan berhubungan langsung dengan peserta PKH. Personil UPPKH Kecamatan terdiri dari Pendamping PKH. Jumlah Pendamping disesuaikan dengan jumlah peserta PKH yang terdaftar di Kecamatan. Satu orang Pendamping mendampingi dengan rasio 300 hingga 500 RTSM/KSM peserta PKH yang disesuaikan menurut kondisi daerah. Khusus untuk daerah kepulauan atau daerah yang sulit dijangkau rasio pendamping dan RTSM/KSM bisa lebih kecil dari ketentuan di atas. Pendamping dan Koordinator Pendamping yang ditunjuk akan ditetapkan oleh Direktur Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia. Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, UPPKH Kecamatan bertanggung jawab kepada UPPKH Kabupaten/Kota dan berkoordinasi dengan Camat.

(58)

Dalam melaksanakan tugas-tugasnya, UPPKH Kecamatan bertanggungjawab kepada UPPKH Kabupaten/Kota dan berkoordinasi dengan Camat setempat.

Bila dalam satu wilayah Kecamatan terdapat lebih dari dua Pendamping, maka wajib ditunjuk salah seorang dari pendamping untuk menjadi Koordinator Pendamping tingkat Kecamatan.

Gambar 1.10

Struktur Organisasi Manajemen UPPKH Kecamatan

Sumber : Pedoman Umum PKH, 2013

1.5.5.6 Mekanisme pelakasnaan PKH 1. Pemilihan dan Penetapan Peserta PKH

Target penerima bantuan PKH adalah rumah tangga sangat miskin (RTSM) dengan ketentuan yang telah diatur dalam pedoman pelaksanaan PKH. Rumah tangga yang berpotensi dipilih sebagai peserta PKH adalah rumah tangga dengan kategori sangat miskin, dan terdapat anggota keluarga yang terdiri dari: ibu hamil, ibu nifas, dan atau anak-anak yang berusia dibaw ah atau lebih dari 15 tahun namun belum menyelesaikan pendidikan dasar. Verifikasi status kemiskinan rumah tangga dilakuakan

KOORDINATOR PENDAMPING

(59)

melalui survey terhadap calon peserta. Verifikasi dilakukan oleh BPS dengan data dasar penerima diambil dari data Subsidi langsung Tunai (SLT) kategori sangat miskin. Informasi yang diperoleh dari survey di atas akan digunakan untuk mengurutkan RTSMberdasarkan tingkat kemiskinannya yang lebih pantas menerima bantuan PKH tersebut. Setelah RTSM tersebut terpilih maka seluruh data peserta PKH akan ditetapkan dan menjadi data dasar utama UPPKH dan merupakan daftar resmi peserta PKH.

2. Pertemuan Awal

Tahap awal pelaksanaan PKh dimulai dengan pengiriman pemberitahuan terpilihnya RTSM sebagai peserta PKH, yang disertai format perbaikan data RTSM, pernyatan persetujuan memenuhi ketentuan PKH, dan undangan untuk memenuhi pertemuan awal oleh PT.POS. pertemuan awal dikordinasikan oleh UPPKH Kecamatan dengan mengundang petugas puskesmas dan sekolah di kecamatan tersebut. Tujuan pertemuan awal adalah menginformasikan dan menjelaskan tujuan, ketentuan, mekanisme, sangsi, serta hak dan kewajiban peserta PKH. 3. Pembayaran

(60)

Pembayaran bantuan dilakukan oleh PT.POS setiap empat bulan (kwartal) pada tanggal yang ditentukan oleh masing-masing desa/kelurahan.

4. Pembentukan Kelompok Ibu Penerima Bantuan

Setelah pembayaran pertama dilakukan, UPPKH kecamatan menfasilitasi pertemuan kelompok ibu peserta PKH. Setiap 15-20 RTSM disarankan memiliki ketua kelompok yang berfungsi sebagai kontak bagi UPPKH untuk setiap kegiatan seperti antara lain sosialisasi, pelatihan, penyuluhan, penyelesaian masalah dan sebagainya selama program

berlangsung.

5. Verifikasi Komitmen

Verifikasi komitmen pada prinsipnya dilakukan terhadap pendaftaran (enrollment) dan kehadiran (attendance) baik di sekolah untuk komponen pendidikan maupun puskesmas dan jaringannya untuk komponen kesehatan. Kepada pihak pelaksana pelayanan pendidikan, baik sekolah/madrasah/penyelenggara Paket A/Paket B sangat diharapkan peran aktifnya untuk menarik kembali anak-anak RTSM, khususnya yang belum menyelesaikan pendidikan dasar namun telah meninggalkan bangku sekolah atau bekerja, untuk kembali sekolah.

(61)

PKH. Selanjutnya adalah verifikasi terhadap kehadiran yang dilakukan oleh pihak penyedia layanan, yaitu sekolah dan puskesmas beserta jaringannya.

6. Penangguhan dan Pembatalan

Penangguhan dan pembatalan peserta PKH melalui tahapan sebagai berikut:

a. Penangguhan Sementara, berlaku apabila:

 peserta PKH tidak memenuhi komitmen yang telah ditentukan

untuk 1 kali siklus pembayaran (4 bulan berturut-turut);

 peserta PKH tidak mengambil pembayaran untuk 1 kali siklus

pembayaran (4 bulan berturut-turut).

Apabila rumah tangga yang bersangkutan ingin menjadi peserta kembali, mereka harus mendaftar kembali ke UPPKH kecamatan atau melalui perwakilan ketua kelompok ibu yang sudah terbentuk. Selanjutnya, petugas UPPKH kab/Kota dan Kecamatan akan mengunjungi rumah keluarga tersebut untuk menilai kelayakannya. Dasar penilaian kelayakan menggunakan indikator yang digunakan pada saat pemilihan peserta PKH. b. Pembatalan, ini dapat terjadi apabila:

 RTSM terbukti tidak layak sebagai peserta PKH, melalui antara

(62)

 Dalam 2 kali siklus pembayaran berturut-turut (8 bulan) RTSM

tidak memenuhi komitmen dan melakukan klaim terhadap bantuan.

 RTSM yang telah dibatalkan kepesertaannya tidak dapat

diajukan kembali sebagai penerima bantuan.

1.6Definisi Konsep

Konsep merupakan istilah atau defenisi yang dipergunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995:37). Agar memperoleh batasan yang jelas dari setiap konsep yang diteliti, maka penulis mengemukakan defenisi konsep sebaga berikut:

1. Implementasi Kebijakan merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (atau kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya.

(63)

3. Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah dalam melaksanakan Program Keluarga Harapan di Desa Blang Kolak 1 Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah , yaitu sebuah program jaminan sosial bersyarat untuk membantu rumah tangga sangat miskin memperoleh akses pelayanan dasar yaitu pendidikan. Implementasi yang dilakukan adalah implementasi bottom-up

dimana implementasi dilakukan dengan mengikutsertakan partisipaspasi masyarakat dalam proses pencapaian tujuan.

1.7Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, teori – teori yang digunakan dalam penelitian, defenisi konsep, definisi operasional dan sistematika penulisan.

BAB II : METODE PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data .

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

(64)

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas hasil data – data yang di peroleh dari lapangan dan dokumentasi serta memuat analisa data yang diperoleh dari hasil penelitian.

BAB V : PENUTUP

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2
Gambar 1.1
Tabel 1.3  Tahap Analisis kebijakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kerusakan kelelahan (fatigue damage) dari masing-masing sea state dihitung menggunakan fungsi kepadatan peluang Rayleigh dimana fungsi ini menggambarkan distribusi

Untuk melakukan unggah “Borang Capaian Hasil Penelitian” maka peneliti WAJIB MELENGKAPI TERLEBIH DAHULU ISIAN STANDARD yang telah disiapkan.

Beton aspal adalah tipe campuran pada lapisan penutup konstruksi perkerasan jalan yang mempunyai nilai struktural dengan kualitas yang tinggi, terdiri atas agregat

Dengan adanya definisi dari komunikasi tersebut interaksi sosial merupakan induk dari terjadinya komunikasi yang terjadi antara mahluk sosial satu dan yang lainnya

Ho : Tidak adanya pengaruh yang signifikan secara simultan antara tingkat pendidikan (X1), tingkat pengangguran (X2) dan tingkat kemiskinan (X3) terhadap

Kerjasama atau kolaborasi merupakan salah satu ciri penting pembelajaran masa depan yang lebih banyak mengedepankan kemampuan individual, namun kemampuan ini kemudian disinergikan

menjadi lebih professional untuk menangani kebutuhan belajar dengan cara yang paling efektif, efisien, dan memiliki daya tarik yang tinggi. Keuntungan yang diperoleh dengan

11 Dalam penelitian ini peneliti mewawancarai pihak-pihak yang berkepentingan ( Manajer, Sekretaris, Teller ), wawancara ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang ingin