• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI AKUNTANSI DALAM ORGANISASI KEAGAMAAN (STUDI KASUS GEREJA MASEHI ADVENT HARI KETUJUH CEPU).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI AKUNTANSI DALAM ORGANISASI KEAGAMAAN (STUDI KASUS GEREJA MASEHI ADVENT HARI KETUJUH CEPU)."

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh:

Desy Anggraeni Simanjuntak 0913010135/FE/AK

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

(2)

(STUDI KASUS GEREJA MASEHI ADVENT HARI KETUJUH CEPU)

Disusun Oleh :

Desy Anggareni Simanjuntak 0913010135 / FE /AK Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 22 Febuari 2013

Pembimbing Utama Tim Penguji:

Ketua

Dr. Gideon Setyo Budiwitjaksono, M.Si Dr. Gideon Setyo Budiwitjaksono, M.Si Sekertaris

Dra. Ec. Sri Hastuti, M.Si Anggota

Drs. Ec. Muslimin, M. Si

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasinal “Veteran” Jawa Timur

(3)

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas segala Rahmat dan Karunia-Nya, serta doa dan dorongan semangat dari kedua orang tua, teman-teman, begitu pula berkat bimbingan dari Dosen Pembimbing, para Dosen Pengajar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “IMPLEMENTASI AKUNTANSI DALAM ORGANISASI KEAGAMAAN (Studi Kasus Gereja

Masehi Advent Hari Ketujuh Cepu)”.

Penyusunan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi ini tentu

tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Ec. H. Rachman A. Suwaidi, MS., selaku pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

(4)

mbangunan Nasional “Veteran” Jawa

6. Bapak Dr. Gideon Setyo Budiwitjaksono, M.Si,. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu serta dengan kesabaran membimbing penulis sampai terselesainya skripsi ini..

7. Seluruh Dosen jurusan akuntansi dan Staf Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran “ Jawa Timur, yang telah banyak memberikan

bekal ilmu pengetahuan.

8. Majelis dan Pengurus Gereja, serta semua jemaat Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Cepu yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu dalam wawancara.

9. Kedua orang tua, abang serta adik tercinta dan keluarga mak tua yang dengan penuh kasih sayang selalu memberikan semangat dan selalu mendoakan.

10. Sahabat-sahabat selama perkuliahan nidya, arini, setyaningsih, anis, rizka, dan teman-teman yang lain yang telah memberikan dukungan dan bantuannya.

Penulis menyadari, skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan serta kelemahan, maka dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan segala kritik dan saran yang bersifat membangun guna penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi sumber ilmu yang bermanfaat dan menjadi seberkas cahaya ditengah samudra ilmu.

(5)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

ABSTRAKSI ... ix

1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

1.4.1 Manfaat Praktisi ... 4

1.4.2 Manfaat Teoritis ... 5

1.4.3 Manfaat Akademis ... 5

2. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu... 6

2.2. Organisasi ... 9

2.2.1 Pengertian Organisasi... 9

2.2.2 Organisasi Nirlaba ... 11

2.2.2.1 Definisi Organisasi Nirlaba ... 11

2.2.2.2 Perbedaan Organisasi Laba dan Organisasi Nirlaba ... 11

2.2.2.3 Karakteristik Organisasi Nirlaba ... 12

(6)

2.2.3.3 Fungsi Administrasi Gereja ... 14

2.2.3.4 Prinsip-Prinsip Admnistrasi Gereja ... 14

2.3. Akuntansi Keuangan Pada Organisasi Nirlaba…..……… 15

2.3.1 Pengertian Akuntansi ... 15

2.3.2 Fungsi Akuntansi ... 16

2.3.3 Siklus Akuntansi Organisasi Nirlaba ... 16

2.3.4 Metode Pencatatan Organisasi Nirlaba ... 17

2.3.5 Standar Akuntansi yang Berlaku untuk Organisasi Nirlaba ... 18

2.3.6 Prinsip-Prinsip Pengukuran ... 19

2.4. Laporan Keuangan ... 19

2.4.1 Tujuan Pelaporan Organisasi Nirlaba ... 19

2.4.2 Penyajian Laporan Keuangan Menurut PSAK No. 45... 20

2.5. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 45 ... 31

3. METODE PENELITIAN ... 34

3.1. Jenis Penelitian ... 34

3.2. Lokasi Penelitian ... 37

3.3. Penentuan Narasumber ... 37

3.4. Sumber Data dan Jenis Data ... 38

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.6. Analisis Data ... 40

(7)

4.2. Profil Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh ... 47

4.2.1. Sejerah Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh ... 47

4.2.2. Visi Dan Misi Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh ... 49

4.2.3. Struktur Organisasi ... 50

4.3. Pengelolaan dan Pencatatan Akuntansi GMHK Cepu ... 52

4.4. Pelaporan Keuangan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Cepu ... 54

4.4.1. Sistem Pencatatan Akuntansi Gereja ... 54

4.4.1.1. Sistem Penerimaan ... 56

4.4.1.2. Sistem Pengeluaran ... 60

4.4.1.3. Sistem Pencatatan Harta Kekayaan Gereja ... 61

4.4.2. Pelaporan Keuangan GMHK Cepu ... 62

4.4.3. Efektifitas Laporan Keuangan dalam Gereja ... 65

4.5. Laporan Keuangan Berdasarkan PSAK No. 45 ... 67

4.5.1. Sistem Pencatatan Pralaporan Keuangan ... 68

4.5.2. Laporan Keuangan Gereja ... 69

4.6. Permasalahan Terkait Dengan Penerapan Pencatatan Akuntansi ... 73

5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

5.1. Kesimpulan ... 74

5.2. Saran ... 76 DAFTAR PUSTAKA

(8)
(9)

Gambar 2.1 Siklus Akuntansi Organisasi Nirlaba ... 17

Gambar 2.2 Laporan Posisi Keuangan Organisasi Nirlaba ... 23

Gambar 2.3 Laporan Aktivitas Organisasi Nirlaba ... 26

Gambar 2.4 Laporan Arus Kas Organisasi Nirlaba ... 29

Gambar 4.1 Struktural GMHK ... 51

Gambar 4.2 Bagan Alir Sistem Penerimaan ... 57

Gambar 4.3 Bagan Allir Sistem Pengeluaran ... 61

Gambar 4.4 Laporan Keuangan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Cepu ... 64

Gambar 4.5 Laporan Posisi Keuangan yang Disusun sesuai standar PSAK No.45 70 Gambar 4.6 Laporan Aktivitas yang Disusun sesuai standar PSAK No. 45 ... 71

(10)

Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 2 Surat Pernyataan bahwa Peneliti telah Melakukan Penelitian Lampiran 3 Transkip Wawancara

(11)

( Studi Kasus Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Cepu)

Oleh

Desy Anggaraeni Simanjuntak

Abstraksi

Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban organisasi terhadap pengelolaan sumber daya. Khusus organisasi nirlaba, penyajian laporan keuangan diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) nomor 45. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran dan penerapan penyajian laporan keuangan organisasi nirlaba yang sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) nomor 45 di Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Cepu yang bertempat di Jl. Hayam Wuruk No. 42 Cepu, Jawa Tengah.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan interpretif. Informan yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 4 orang dengan menggunakan teknik snow-ball.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Cepu belum menyajikan laporan keuangan sesuai dengan PSAK No. 45, hanya sebatas pencatatan pemasukan dan pengeluaran. Penelitian ini juga menunjukkan penerapan akuntansi dalam rangka penyajian laporan keuangan yang sesuai dengan PSAK No. 45.

(12)

(Case Study of the Seventh-day Adventist Church Cepu)

By

Desy Anggaraeni Simanjuntak

ABSTRACT

The financial report is a form of accountability to the management of organizational resources. Special non-profit organization, presentation of financial statements set forth in Statement of Financial Accounting Standards (PSAK) Number 45. The purpose of this study was to obtain an overview and application of financial statement non-profit organization in accordance with Statement of Financial Accounting Standards (PSAK) Number 45 in the Seventh-day Adventist Church which is located at Jl Cepu. No. Hayam Wuruk. 42 Cepu, Central Java.

This research used qualitative interpretive approach. Informants were used in this study consists of 4 people using snow-ball technique.

The results showed that the Seventh-day Adventist Church Cepu not present financial statements in accordance with PSAK Number 45, only a recording of income and expenditure. This study also shows the application of accounting in the context of financial statements in accordance with PSAK Number 45.

(13)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan kaidah-kaidah, konsep-konsep dan teknik-teknik akuntansi tidak lepas dari kebutuhan masyarakat di bidang sosio-bisnis yang dipengaruhi oleh perkembangan peradaban untuk mengimbangi peningkatan kebutuhan informasi keuangan, sebagai konsekuensi logis dari perkembangan dunia.

Peranan akuntansi dalam pengambilan keputusan–keputusan ekonomi dan keuangan di zaman globalisasi semakin disadari oleh semua pihak, baik dalam organisasi yang bertujuan mencari laba (profit oriented ) maupun dalam organisasi yang tidak mencari laba (non-profit oriented), oleh karena itu akuntansi mempunyai peran penting untuk menunjang keberadaannya, hal ini karena semakin kompleksnya variabel-variabel yang ada dalam suatu transaksi yang terjadi, terutama dalam organisasi nirlaba sehingga, data akuntansi dapat diolah sedemikian rupa untuk menghasilkan sebuah laporan yang siap digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomi dan keuangan.

(14)

politis, organisasi masyarakat, organisasi sukarelawan, serikat buruh. Salah satu organisasi yang termasuk organisasi nirlaba yaitu gereja. Gereja merupakan organisasi sektor publik yang mengelola keuangan dan sumber daya lain dari para jemaat sebagai salah satu entitas keagamaan.

Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45 tentang pelaporan keuangan organisasi nirlaba, bahwa organisasi nirlaba juga harus dan berhak untuk membuat laporan keuangan dan melaporkan kepada para pemakai laporan keuangan, dalam hal ini, gereja yang merupakan organisasi nirlaba di wajibkan untuk membuat dan melaporkan masuknya uang yang berasal dari sumbangan, perpuluhan, persembahan, dan donasi yang mengalir dalam gereja dan keluarnya kas untuk mendanai kegiatan operasional gereja, sebagai pertanggung jawaban bagi seluruh jemaat dan para donator yang telah memberikan sumbangan kedalam gereja yang diharapkan dapat menunjukkan tingkat akuntabilitas.

(15)

Saat ini organisasi keagamaan (Gereja) dituntut harus mempunyai orang-orang yang berkompeten mengatur keuangan untuk keperluan pelayanan, guna mempertanggung jawabkan dengan baik atas setiap dana-dana yang diterima dari donator gereja yaitu jemaat gereja.

Menurut Ibu Maria Monalisa, selaku bendahara gereja, praktiknya Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Cepu dalam pengelolaan laporan keuangan belum sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45 tentang pelaporan keuangan bagi organisasi nirlaba, yaitu Laporan keuangan organisasi nirlaba meliputi laporan posisi keuangan pada akhir periode laporan, laporan aktivitas serta laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan, dan catatan atas laporan keuangan, namun gereja ini dalam pembuatan laporan keuangan masih dilakukan secara sederhana, apabila penerapan akuntansi tidak dilaksanakan dengan memadai dapat mengakibatkan kemungkinan terjadinya penyimpangan dan menghadapi kendala dalam pengambilan keputusan ekonomi dan keuangan.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “ IMPLEMENTASI AKUNTANSI DALAM

ORGANISASI KEAGAMAAN ( STUDI KASUS GEREJA MASEHI ADVENT

(16)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, berikut

ini dibuat suatu rumusan masalah yaitu: Sejauh mana implementasi akuntansi dapat digunakan untuk mendukung informasi keuangan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Cepu.

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk memperoleh gambaran mengenai pelaporan dan bentuk laporan keuangan pertanggungjawaban dalam Organisasi Keagamaan, khususnya Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Cepu.

2. Untuk menerapkan pengelolaan laporan keuangan bagi organisasi nirlaba (Organisasi Keagamaan) sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Praktis

(17)

1.4.2 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu untuk mengembangkan ilmu akuntansi terutama pada aspek pengelolaan manajemen keuangan dan pencatatan keuangan dalam organisasi keagamaan.

1.4.3 Manfaat Akademis

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

Jurnal Mengenai Implementasi Akuntansi Dalam Organisasi Nirlaba Sebelumnya Telah Dilakukan Oleh Sutarti dan Deni Prayitno pada Tahun 2008 Dengan Judul “Analisis PSAK No. 45 Dalam Penyajian Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba Studi Kasus Pada Rumah Sakit X”

(19)

yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dapat dipahami, relevan, andal, dan dapat diperbandingkan.

2. Kesimpulan yang dihasilkan

1. Penyajian Laporan Keuangan (Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan) Rumah Sakit X telah sesuai penerapan Peryataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45.

2. Rumah Sakit “X” tidak menjelaskan keterangan mengenai penilaian dan penghapusan persediaan, dimana persediaan yang mutasinya tidak ada, lambat melebihi masa dua tahun atau usang/rusak apakah akan dipindahbukukan dari persedian ke aktiva lain-lain atau persediaan tersebut akan dihapuskan.

Selain itu, pernah dilakukan survey penelitian yang dilakukan oleh Nurdiono pada tahun (2007) dengan Judul “Penerapan PSAK Nomor 45 Pada Organisasi Pengelola Zakat”.

(20)

mengenai perlakuan akuntansi dan laporan keuangan untuk organisasi nirlaba, terutama yang berkaitan langsung dengan prakteknya pada organisasi nirlaba di Indonesia. Sehingga dikhawatirkan kondisi ini membuat penerapan akuntansi dan pelaporan keuangan pada sebagian besar organisasi nirlaba tidak sesuai dengan PSAK Nomor 45 sebagai standar yang telah ditetapkan oleh IAI untuk mengatur pelaporan keuangan organisasi nirlaba, karena sedikitnya sumber daya manusia yang menguasai secara global penerapan dari PSAK Nomor 45 ataupun standar-standar pelaporan lainnya yang berkaitan dengan organisasi nirlaba ini.

2. Kesimpulan

Sistem akuntansi dan manajemen keuangan Lembaga Amil Zakat (LAZ) belum berjalan dengan baik, hal ini dibuktikan dengan sistem kontrol yang tidak melibatkan unsur luar, yaitu masyarakat itu sendiri disamping itu Sumber Daya Manusia (SDM) yang kurang memiliki pengetahuan dan keahlian yang cukup di bidang akuntansi dan keuangan.

Selain itu, pernah dilakukan penelitian yang dilakukan oleh Elok Heniwati pada tahun (2010) dengan Judul “Sistem Akuntansi dan Laporan Keuangan Organisasi Pengelola Zakat”.

1. Permasalahan dalam penelitian ini yaitu Organisasi pengelola zakat (OPZ) merupakan organisasi nirlaba yang bertindak sebagai lembaga keuangan syari‟ah dan di sisi yang lain organisasi ini merupakan lembaga swadaya

(21)

pada sistem donasi dalam Islam, yaitu zakat dan infak/sedekah. Di Indonesia, ketiadaan pedoman akuntansi zakat menyebabkan OPZ yang berbentuk yayasan mendasarkan pedoman akuntansinya pada PSAK No. 45. Namun

begitu, manajemen OPZ tetap berkaca pada aturan syari‟ah dalam hal

pengelolaan donasi Islam tersebut. Oleh karena itu, OPZ yang berbentuk yayasan melakukan modifikasi atas PSAK No.45 agar akuntansi

mencerminkan realitas dua “jiwa” yang melingkupi OPZ.

2. Kesimpulan

Eksplorasi atas realitas praktik akuntansi di OPZ berbentuk yayasan menunjukkan bahwa OPZ menggunakan PSAK No. 45 sebagai pedoman praktik akuntansinya. Namun demikian, OPZ melakukan modifikasi atas pedoman tersebut agar proses pelaporan aktivitas organisasi sesuai dengan aturan syari‟ah dan prinsip akuntansi yang lazim.

2.2 Organisasi

2.2.1 Pengertian Organisasi

(22)

yaitu organisasi dalam arti statis dan organisasi arti dinamis. Organisasi dalam arti statis adalah struktur skematis tentang formasi dan personalia yang menggambarkan kedudukan dan fungsi secara tugas dan tanggung jawab dalam tata hubungan yang terdapat dalam suatu lembaga tertentu.

Syamsi (1983 : 28 ) mendefinisikan organisasi sebagai satu kesatuan sosial dari sekelompok manusia yang saling berinteraksi menurut suatu pola tertentu sehingga setiap anggota organisasi memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing, dan sebagai satu kesatuan mempunyai tujuan tertentu dan mempunyai batas-batas yang jelas, sehingga bisa dipisahkan secara tegas dari lingkungannya. Menurut Syamsi terdapat 3 (tiga) pendekatan yang lazim digunakan dalam menganalisis organisasi, yaitu:

1. Pendekatan Klasik

Pendekatan Klasik, yang menurut pandangan Taylor lebih menekankan akan efisiensi organisasi dalam mencapai tujuan, dalam pendekatan ini peran pekerja dipisahkan dari peran manajer.

2. Pendekatan Neo- Klasik

Pendekatan Neo-Klasik. lebih menekankan akan pentingnya hubungan antar manusia (human relations) bagi keberhasilan suatu organisasi dan kurang memperhatikan struktur pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab organisasi.

3. Pendekatan Modern atau Pendekatan Sistem

(23)

dari lingkungannya. Menurut Nainggolan (2005:2) yang dikutip dari Rosenbaum, salah satu pengategorian lembaga atau organisasi adalah berdasarkan sumber dana (sources of funding). Untuk itu, setiap bentuk lembaga akan dibedakan sebagai berikut:

1. Lembaga Komersial, yaitu lembaga yang dibiayai oleh laba atau keuntungan dari kegiatannya.

2. Lembaga Pemerintah, yaitu lembaga yang dibiayai oleh masyarakat lewat pajak dan restribusi.

3. Lembaga, yaitu lembaga yang dibiayai oleh masyarakat lewat donasi atau sumbangan.

2.2.2 Organisasi Nirlaba

2.2.2.1 Definisi Organisasi Nirlaba

Organisasi nirlaba merupakan bagian dari organisasi sektor publik. Organisasi

ini biasanya didirikan oleh masyarakat, baik dalam bentuk yayasan, organisasi (Lembaga Swadaya Masyarakat), partai politik, maupun organisasi keagamaan. Secara operasional organisasi ini tidak mencari laba dan tidak diselenggarakan oleh pemerintah. Pengelolanya adalah orang-orang yang dipercaya oleh masyarakat, dan pemiliknya adalah masyarakat.

2.2.2.2 Perbedaan Organisasi Laba dan Organisasi Nirlaba

(24)

nirlaba, apakah anggota, klien, atau donator sedangkan organisasi laba „hal kepemilikannya‟ jelas. Pada organisasi laba, pemilik jelas memperoleh keuntungan dari hasil usaha organisasinya, dalam hal donatur, organisasi nirlaba membutuhkannya sebagai sumber pendanaan. Berbeda dengan organisasi laba yang telah memiliki sumber pendanaan yang jelas, yakni dari keuntungan usahanya, dalam hal penyebaran tanggung jawab, pada organisasi profit telah jelas siapa yang menjadi Dewan Komisaris, yang kemudian memilih seorang Direktur Pelaksana. Sedangkan pada organisasi nirlaba, hal ini tidak mudah dilakukan. Anggota Dewan Komisaris bukanlah ‟pemilik‟ organisasi.

2.2.2.3 Karakteristik Organisasi Nirlaba

Ruang lingkup PSAK No. 45 (2004 : Pr.01), dikatakan bahwa sebuah organisasi nirlaba harus memenuhi karakeristik sebagai berikut :

a. Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan sumber daya yang diberikan.

b. Menghabiskan barang dan jasa tanpa bertujuan memupuk laba, kalau suatu entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada para pendiri atau pemilik enntitas tersebut.

(25)

kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagi sumber daya entitas pada saat likuidasi atau pembubaran entitas.

2.2.3 Organisasi Keagamaan (Gereja)

2.2.3.1 Arti Umum Gereja

Hakikat gereja yaitu gereja berasal dari Tuhan, gereja bukan merupakan lembaga buatan manusia, walaupun manusia diberikan kepercayaan untuk menyelenggarakannya. Menurut Wikipedia Indonesia, Kata Gereja (bahasa Portugis: igreja dan bahasa Yunani: ε ησία (ekklêsia)) berarti suatu perkumpulan atau lembaga dari agama kristiani.

Di dunia terdapat beberapa denominasi gereja, salah satunya Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh. Menurut Wikipedia Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh adalah denominasi Kristen yang beraliran evangelikal. Gereja ini berasal dari Gerakan Miller yang muncul di Amerika Serikat pada pertengahan abad 19. Ciri utama Gereja Advent adalah pengudusan hari Sabtu, hari ketujuh dalam pekan, sebagai hari Sabat. Pada tahun 1863, Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, dalam bahasa Inggris the Seventh-day Adventist Church, diorganisasi. Gereja ini juga dikenal dengan nama

Gereja Advent.

2.2.3 2 Administrasi Gereja

(26)

secara teratur dan diatur melalui perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sedangkan administrasi gereja adalah proses penyelenggaraan secara teratur kegiatan gereja melalui tahap percencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan untuk mencapai tujuan penginjilan, pembinaan, dan pelayanan sosial. Administasi gereja dapat diselenggarakan dengan terlebih dahulu memahami fungsi dan prinsip administrasi gereja

2.2.3.3 Fungsi administrasi gereja

Administrasi gereja akan berhasil mencapai tujuan organisasi apabila seluruh fungsi administrasi dapat diberdayakan dan dilaksanakan secara optimal. Fungsi-fungsi administrasi (Subsabda: 1997) dapat dibedakan sebagai berikut:

A. perencanaan (planning), B. penyusunan staf (stafing), C. pengorganisasian (organizing), D. pengawasan (controling), E. pengarahan (directing),

F. penganggaran (budgeting), dan G. pengevaluasian (evaluating).

2.2.3.4 Prinsip administrasi gereja

(27)

c. Asas fleksibilitas

d. Asas dialektik (perpaduan) pengetahuan, ketrampilan, dan seni

2.3 Akuntansi Keuangan Pada Organisasi Nirlaba

2.3.1 Pengertian Akuntansi

Menurut American Accounting Association (AAA), Accounting is the process of identifying, measuring, and communicating economic information to

permit information judgment and decision by users of the information. Akuntansi

adalah proses mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian dan pengambilan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut.

Sedangkan menurut American Institute of Certified Public Accountants (AICPA), Accounting is the art of recording, classifying and summarizing in a

significant manner and terms of money, transaction and events which are, in part at

least, of finacial character, and interpreting the result there of. Akuntansi adalah

seni pencatatan, penggolongan, peringkasan yang tepat dan dinyatakan dalam satuan mata uang, transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian yang setidak-tidaknya bersifat finansial dan penafsiran hasil-hasilnya. Berdasarkan kedua defenisi akuntansi diatas, dapat disimpulkan pengertian akuntansi sebagai berikut:

(28)

b. Informasi ekonomi yang dihasilkan oleh akuntansi diharapkan berguna untuk penilaian dan pengambilan keputusan bagi pihak yang memerlukan.

2.3.2 Fungsi Akuntansi

Menurut Suwaldiman (2005:18) terdapat dua fungsi pokok informasi yang dihasilkan akuntansi yaitu:

1. Untuk dasar dalam membuat perencanaan yang efektif, pengawasan dan pengambilan keputusan oleh manajemen.

2. Sebagai alat pertanggungjawaban organisasi kepada investor, kreditor dan pemerintah.

Dengan demikian ada dua kelompok pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan yaitu pihak intern dan pihak ekstern.

2.3.3 Siklus Akuntansi Organisasi Nirlaba

(29)

INPUT

PROSES

OUTPUT

Gambar 2.1 Siklus Akuntansi Organisasi Nirlaba

2.3.4 Metode Pencatatan Organisasi Nirlaba

Menurut PSAK No.45 Tahun 2008, dalam akuntansi terdapat metode pencatatan yang membedakan cara pencatatan pendapatan dan biaya dalam laporan pendapatan dan biaya organisasi nirlaba secara signifikan. Adapun metode tersebut adalah :

a. Cash Basic (basis kas)

Pengertian biaya menurut basis kas adalah seluruh pengeluaran yang dibayar oleh organisasi nirlaba, dengan demikian, total biaya yang dilaporkan pada suatu periode adalah total pengeluaran yang tercatat pada buku bank organisasi nirlaba. Pengertian

Bukti Transaksi

Jurnal

Buku besar

Penyesuaian

Neraca Lajur

(30)

pendapatan adalah seluruh penerimaan uang kas oleh organisasi nirlaba. Pada akhirnya, surplus atau defisit merupakan selisih antara pendapatan dengan biaya. Bila digunakan basis kas, dapat diketahui secara cepat dengan menghitung berapa saldo kas yang ada pada akhir periode

b. Accrual Basic (basis akrual)

Basis akrual melakukan pencatatan berdasarkan apa yang seharusnya menjadi pendapatan dan biaya organisasi nirlaba pada suatu periode. Apa yang seharusnya menjadi pendapatan organisasi nirlaba adalah semua pendapatan yang telah menjadi hak organisasi nirlaba terlepas apakah hak ini telah diwujudkan dalam bentuk penerimaan kas atau tidak

2.3.5 Standar Akuntansi yang Berlaku untuk Organisasi Nirlaba

Menurut PSAK No.45 Tahun 2008, Organisasi nirlaba menggunakan basis akuntansi akrual untuk mengakui pendapatan dan bebannya.

Aktiva bersih dikelompokkan dalam 3 kategori yang masing-masing tergantung pada ada tidaknya pembatasan:

(31)

2. Aktiva bersih terikat temporer adalah bagian dari aktiva bersih yang penggunaanya dibatasi oleh donatur (donor-imposed stipulation) yang memiliki pembatasan waktu atau dapat dipindahkan oleh organisasi dengan melakukan stipulation (pembatasan penggunaan).

3. Aktiva bersih tidak terikat adalah bagian dari aktiva bersih yang tidak dibatasi penggunaanya oleh donatur

Dengan demikian aktiva bersih organisasi nirlaba; pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian dikelompokkan menurut ketiga jenis aktiva bersih. Pembagian aktiva bersih dalam tiga kategori tersebut merupakan bentuk penyajian paling utama untuk organisasi .

2.3.6 Prinsip-Prinsip Pengukuran

Menurut PSAK No.45 Tahun 2008, Organisasi mengukur kontribusi pada nilai wajar. Nilai wajar yang terbaik adalah harga pasar untuk aktiva moneter maupun non-moneter. Metode penilaian lain yang bisa digunakan mencakup harga pasar yang

dikutip untuk aktiva yang sejenis atau penilaian independen. Jika tidak dapat ditentukan, maka kontribusi tidak boleh diakui.

2.4 Laporan Keuangan

2.4.1 Tujuan Pelaporan Organisasi Nirlaba

(32)

sumber daya bagi organisasi . Secara rinci, tujuan laporan keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan, adalah untuk menyajikan informasi mengenai:

a. Jumlah dan sifat aktiva, kewajiban, dan aktiva bersih suatu organisasi.

b. Pengaruh transaksi, peristiwa dan situasi lainnya yang mengubah nilai dan sifat aktiva bersih.

c. Jenis dan jumlah arus masuk dan arus keluar sumber daya dalam satu periode dan hubungan antara keduanya.

d. Cara suatu organisasi mendapatkan dan membelanjakan kas, memperoleh pinjaman dan melunasi pinjaman, dan faktor lainnya yang berpengaruh pada likuiditasnya.

e. Usaha jasa suatu organisasi.

2.4.2 Penyajian Laporan Keuangan Menurut PSAK No. 45

Akuntansi menghasilkan informasi menyangkut peristiwa atau transaksi yang sudah terjadi yang tentunya bermanfaat untuk membuat keputusan-keputusan menyangkut masa mendatang. Hasil olahan akuntansi itu adalah laporan keuangan.

Menurut Sofyan Safri Harahap (1997 : 117), laporan keuangan adalah “... suatu alat

dengan mana informasi dikumpulkan dan diproses dalam akuntansi keuangan yang akhirnya dimasukkan dalam laporan keuangan yang dikomunikasikan secara periodik

kepada para pemakainya”. APB Statement No. 4 (AICPA) dalam buku Sofyan Safri

(33)

1. Tujuan umum: Menyediakan laporan posisi keuangan, hasil usaha dan perubahan posisi keuangan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima.

2. Tujuan khusus: Memberikan informasi tentang kekayaan, kewajiban, kekayaan bersih, perubahan kekayaan dan kewajiban, serta informasi lainnya yang relevan.

Dari pengertian tentang laporan keuangan tersebut dapat ditarik beberapa kesimpulan tentang laporan keuangan sebagai berikut :

1. Laporan keuangan memberikan gambaran tentang keadaan posisi keuangan (neraca), hasil usaha dn terjadinya perubahan dalam posisi keuangan dalam perusahaan.

2. Laporan keuangan merupakan kesimpulan dari pencatatan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu perusahaan.

3. Agar memberikan gambaran yang lebih jelas, laporan keuangan tersebut perlu diperbandingkan antara satu periode dengan periode sebelumnya Dengan demikian penyusunan laporan keuangan bagi suatu perusahaan merupakan suatu keharusan, agar pihak-pihak yang berkepentingan dengan keadaan keuangan perusahaan tersebut memperoleh gambaran yang tepat dan benar.

(34)

1. Laporan Posisi Keuangan (Balance Sheet)

Laporan posisi keuangan disebutkan dalam PSAK No. 45 (2008 : Pr.10) adalah laporan yang “… menyediakan informasi mengenai aktiva, kewajiban, dan aktiva

bersih dan informasi mengenai hubungan di antara unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu (Gambar 2.2).

” Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (SAK,2004: 45. Pr10 ), informasi dalam laporan posisi keuangan akan dipergunakan untuk menilai :” (1) kemampuan

organisasi untuk memberikan jasa secara berkelanjutan, (2) likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi kewajibannya dan kebutuhan pendanaan eksternal”. Format Laporan Posisi Keuangan sama dengan neraca pada organisasi bisnis, perbedaanya adalah:

a. Pada bagian aktiva/asset, terdapat akun aktiva terikat. Akun tersebut adalah akun untuk menunjukkan bahwa aktiva tersebut dibatasi penggunaanya. Jadi aktiva yang dibatasi penggunaannya oleh penyumbang harus disajikan terpisah dari kas atau aktiva lain yang tidak terikat penggunaanya.

(35)

Organisasi Nirlaba

Tidak terikat Rp 288.070 Rp 259.175

Terikat temporer 60.855 63.375

Terikat permanen 355.050 342.500

Jumlah Aktiva Bersih 703.975 665.350

Jumlah Kewajiban dan Aktiva Bersih Rp 730.550 Rp 696.200

(36)

2. Laporan Aktivitas

Menurut PSAK No. 45 Tahun 2008, Laporan aktivitas mencakup organisasi nirlaba secara keseluruhan dan menyajikan perubahan jumlah aktiva bersih selama suatu periode (Gambar 2.3). Perubahan aktiva bersih dalam laporan aktivitas tercermin pada aktiva bersih atau ekuitas dalam laporan posisi keuangan. Informasi yang disajikan dalam laporan aktivitas adalah :

a. Laporan aktivitas menyajikan jumlah perubahan aktiva bersih terikat permanen, terikat temporer, dan tidak terikat dalam suatu periode.

b. Laporan aktivitas menyajikan pendapatan sebagai penambah aktiva bersih tidak terikat, kecuali jika penggunaannya dibatasi oleh penyumbang dan menyajikan beban sebagai pengurang aktiva bersih terikat.

c. Sumbangan disajikan sebagai penambah aktiva bersih tidak terikat, terikat permanen, atau terikat temporer, tergantung pada ada tidak pembatasan. Dalam hal sumbangan terikat yang pembatasannya tidak berlaku lagi dalam periode yang sama, dapat disajikan sebagai sumbangan tidak terikat sepanjang disajikan secara konsisten dan diungkapkan sebagai kebijakan akuntansi.

(37)

e. Laporan aktivitas menyajikan jumlah pendapatan dan beban bruto, namun demikian pendapatan investasi dapat disajikan secara netto dengan syarat bebanbeban terkait, seperti beban penitipan dan beban penasihat investasi, diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

f. Laporan aktivitas atau catatan atas laporan keuangan harus menyajikan informasi mengenai beban menurut klasifikasi fungsional, seperti menurut kelompok program jasa utama dan aktivitas pendukung.

(38)

Organisasi Nirlaba Lapporan Aktivitas

Untu Tahun Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 19X1 (dalam jutaan rupiah)

Perubahan Aktiva Bersih Tidak Terikat: Pendapatan dan Penghasilan:

Sumbangan Rp. 21.600

Jasa layanan 13.500

Penghasilan investasi jangka panjang 14.000

Penghasilan investasi lain-lain 2.125

Penghasilan bersih investasi jangka panjang belum direalisasi 20.570

Lain-lain 375

Jumlah Pendapatan dan Penghasilan Tidak Terikat 72.170 Aktiva Bersih yang Berakhir Pembatasannya:

Pemenuhan program pembatasan 29.975

Pemenuhan pembatasan pemerolehan peralatan 3.750

Berakhirnya pembatasan waktu 3.125

Jumlah aktiva yang telah berakhir pembatasannya 36.850 Jumlah Pendapatan, Penghasilan dan Sumbangan lain 109.020

Penghasilan investasi jangka panjang 6.450 Penghasilan bersih terealisasi dan belum terealisasi dari

investasi jangka panjang 7.380

Kerugian actuarial untuk kewajiban tahunan (75) Aktiva bersih terbebaskan dari pembatasan (36.850) Penurunan Aktiva Bersih Terikat Temporer (2.820) Perubahan Dalam Aktiva Bersih Terikat Permanen:

Sumbangan 700

Penghasilan dari investasi jangka panjang 300 Penghasilan bersih terealisasi dan belum terealisasi dari

Investasi jangka panjang 11.550

Kenaikan Aktiva Bersih Terikat Permanen 12.550

Kenaikan Aktiva Bersih 38.625

Aktiva Bersih Pada Awal Tahun 665.350

Aktiva Bersih Pada Akhir Tahun Rp703.975

(39)

3. Laporan Arus Kas

Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan modal untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan dari berbagai perusahaan.

Laporan arus kas harus disajikan sesuai dengan PSAK No.45 tentang Laporan Arus Kas dengan beberapa penambahan. Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasi menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Klasifikasi menurut aktivitas memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna laporan untuk menilai pengaruh aktivitas tersebut terhadap posisi keuangan perusahaan serta jumlah kas dan setara kas. Informasi tersebut dapat juga digunakan untuk mengevaluasi hubungan di antara ketiga aktivitas tersebut.

Dalam PSAK No. 45 (2008 : hal 45.8), laporan arus kas untuk organisasi nirlaba ini disajikan dengan menambahkan hal berikut ini :

1. Aktivitas pendanaan:

(40)
(41)

Organisasi Nirlaba Laporan Arus Kas

Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 19X1 (dalam jutaan rupiah)

Aliran Kas dari Aktivitas Operasi:

Kas dari pendapatan jasa Rp 13.050,0

Kas dari penyumbang 20.075,0

Kas dari piutang lain-lain 6.537,5

Bunga dan deviden yang diterima 21.425,0

Penerimaan lain-lain 375,0

Bunga yang dibayarkan (955,0)

Kas yang dibayarkan kepada karyawan dan suplier (59.520.0)

Hutang lain-lain yang dilunasi (1.063,0)

Kas bersih yang diterima (digunakan)untuk aktivitas operasi (75,0)

Aliran Kas Dari Aktivitas Investasi:

Ganti rugi dari asuransi kebakaran 625,0

Pembelian peralatan (3.750,0)

Penerimaan dari penjualan investasi 190.250,0

Pembelian investasi (187.250,0)

Kas bersih yang diterima (digunakan) untuk aktivitas investasi (125,0)

Aliran Kas dari Aktivitas Pendanaan:

Pembayaran hutang wesel (2.850,0)

\ pembayaran kewajiban jangka panjang (2.500,0) (4.962,5) Kas bersih yang diterima (digunakan) aktivitas pendanaan Rp (762,5)

Kenaikan (Penurunan) bersih dalam kas dan setara kas Rp (962,5) Kas dan setara kas pada awal tahun 1.150,0

Kas setara kas pada akhir tahun 187,5

(42)

4. Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan adalah suatu catatan yang mengungkapkan tentang :

a. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan disajikan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting.

b. Informasi yang disajikan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tetapi tidak disajikan di laporan posisi keuangan, laporan aktivitas, dan laporan arus kas.

c. Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian yang wajar.

Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam laporan posisi keuangan, laporan aktivitas, dan laporan arus kas serta informasi tambahan seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen. Catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan serta pengungkapan pengungkapan lain yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.

Catatan atas laporan keuangan umumnya disajikan dengan urutan sebagai berikut :

(43)

2. Informasi pendukung pos-pos laporan keuangan sesuai dengan urutan sebagaimana pos-pos tersebut disajikan dalam laporan keuangan dan urutan penyajian komponen laporan keuangan.

3. Pengungkapan lain termasuk kontinjensi, komitmen dan pengungkapan keuangan lainnya serta pengungkapan yang bersifat non keuangan.

2.5 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 45

PSAK No. 45 Tahun 2008 (untuk entitas non-pemerintah) diterbitkan IAI untuk memfasilitasi seluruh organisasi non-pemerintah. Dalam PSAK No. 45, karakteristik entitas ditandai dengan perolehan sumbangan untuk sumber daya utama (asset), penyumbang bukan pemilik entitas dan tidak berharap akan hasil, imbalan, atau keuntungan komersial.

(44)

pertanggungjawaban dan kepatuhan kepada penyumbang. Hal ini penting karena organisasi berlandaskan moral, yang sering bertujuan memperbaiki kualitas kehidupan di satu pihak, ketika kepuasan penyandang dana atas laporan keuangan berpengaruh langsung pada sumbangan di masa depan, sehingga berpengaruh pula kepada kesinambungan entitas dilain pihak.

Laporan perubahan aktiva bersih membagi transaksi yang mengubah jumlah aktiva bersih, transaksi yang mengubah sifat atau golongan aktiva bersih, dan peristiwa yang mengubah jumlah aktiva bersih. Laporan aktivitas menjelaskan pengguna sumber daya untuk program dan hasilnya, dan berguna untuk mengevaluasi kinerja manajemen secara periodik serta menilai kemampuan organisasi menjalankan misinya, kesinambungan member jasa sesuai misi di masa depan, dan menjadi pertanggungjawaban manajemen entitas.

(45)

Terkait dengan misi entitas, maka pendapatan utama disajikan secara bruto, sedangkan pendapatan investasi disajikan secara neto setelah dikurangi investasi. Informasi tercapainya program sangat penting dalam laporan keuangan, yang menggambarkan efektivitas beban dan manfaat yang dirasakan penikmat jasa utama entitas. Arus kas sangat penting menggambarkan kualitas pertanggungjawaban manajemen keuangan di mata para donatur.

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Memilih metode yang tepat dalam penelitian, ditentukan oleh maksud dan tujuan penelitian. Berdasarkan tujuan penelitian, metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Menurut Efferin, dkk (2004:9), penelitian kualitatif bertujuan memberikan gambaran tentang detail-detail sebuah situasi, lingkungan social, atau hubungan. Penelitian kulitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan pendekatan yang menekankan pada deskripsi yang terjadi secara alamiah, apa adanya dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya.

(47)

Menurut Efferin dkk (2004: 22-25), terdapat dua pendekatan dalam penelitian ilmiah, yaitu positivis/kualitatif dan alternative/kualitatif . Positivis adalah pendekatan yang diadopsi dari ilmu alam yang menekankan pada kombinasi antara logika dan penggunaan alat-alat kuanntitatif dalam menginterpretasikan suatu fenomena secara objektif. Pendekatan alternative mempercayai bahwa penelitian dibidang ilmu social tidak dapat diadopsi begitu saja dengan menggunakan pendekatan ilmu alam, kekuatan dalam pendekatan ini bukan pada objektivitas hasil studi yang diperoleh, namun lebih ke pengenalan secara mendalam atau fenomena yang diteliti (peneliti harus dapat mendalami pengalaman subjektif para pelakunya). Pendekatan alternative mempunyai banyak variasi, diantaranya yang sering dijumpai adalah variasi penndekatan interpretive dan critical.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan alternative. Menurut Efferin dkk (2004: 24-25), pendekatan alternative menggunakan

peneliti sendiri sebagai alat untuk mencapai suatu kesimpulan. Seperti yang telah dijelaskan di atas, kekuatan pendekatan ini bukan pada “objektivitas” hasil studi yang

diperoleh, namun lebih ke pengenalan secara mendalam atas fenomena yang diteliti. Sedangkan variasi pendekatan alternative yang digunakan adalah pendekatan interpretif. Pendekatan interpretif beranggapan bahwa pemahaman suatu fenomena

(48)

selengkap mungkin fenomena terbentuk secara social. Pendekatan interpretif dapat diartikan sebagai suatu analisis sistematis yang mendalam terhadap tindakan yang bermakna social melalui observasi langsung secara mendetail dari manusia/objek studi pada setting alamiahnya, dalam rangka memperoleh suatu pemahaman bagaimana suatu lingkungan social tercipta dan bekerja.

Menurut Indrawati Yuhertianna (2009:4-10) terdapat karakteristik penelitian kualitatif , yaitu:

a. Menekankan pada pola berfikir induktif

Pada dasarnya penelitian kualitatif berfokus untuk mengamati secara subjektif berbagai tema yang muncul dari sebuah realita sosial, menghubungkan berbagai tema yang muncul sehingga akan menjadi sebuah pernyataan teori.

Penalaran Deduktif Penalaran Induktif

Teori Teori

Observasi Observasi

b. Melihat pada setting dan manusia sebagai satu kesatuan secara holistik. c. Memahami prilakku manusia dari sudut pandang mereka sendiri - verstehen. d. Lebih mementingkan proses penelitian dari pada hasil penelitian

e. Bersifat humanities.

(49)

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian ini adalah Gereja Advent Hari Ketujuh, jalan Hayam Wuruk No. 42 Cepu, Jawa Tengah. Dalam penelitian ini peneliti akan menganalisa pelaporan keuangan dalam gereja, khususnya penerapan akuntansi dalam pelaporan keuangan gereja dalam Lingkup Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Cepu (GMAHK). Lokasi ini dipilih atas hasil pengamatan peneliti atas perkembangan gereja-gereja di cepu. Selama tiga tahun terakhir ini di Cepu terjadi peningkatan penganut agama Kristen, dan juga peningkatan pembangunan-pembagunan tempat ibadah (gereja) di Cepu.

3.3 Penentuan Nara Sumber

Jumlah informan ditetapkan dengan mengunakan teknik snowball sampling. Menurut Sumarsono (2004:52) snowball sampling adalah teknik penarikan sampel yang pada awalnya respoden dipilih secara random dengan menggunakan metode non-probabilitas yang selanjutnya responden yang telah terpilih tersebut diminta untuk memberikan informasi mengenai responden-responden lainnya sehingga diperoleh tambahan responden. Semakin lama kelompok responden tersebut, semakin besar.

(50)

kunci serta informan yang oleh peneliti dianggap berhubungan langsung dalam proses pelaporan keuangan dalam gereja.

3.4 Sumber Data dan Jenis Data

Unit (satuan) analisis data penelitian ini adalah pengurus gereja dengan

kriteria:

1. Menguasai keorganisasian gereja.

2. Mengetahui kondisi, serta visi-misi gereja. 3. Memahami manajemen organisasi gereja.

4. Mengetahui dan memahami pencatatan akuntansi dalam membuat laporan keuangan sebaga akuntabilitas gereja pada donator.

Data yang diperoleh adalah data primer dan data sekunder. Menurut Bungin (2005:122) data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau narasumber. Dalam penelitian ini data primer diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan pemimpin gereja dan orang bagian keuangan gereja. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber lain dari data yang dibutuhkan. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari artikel-artikel, jurnal, laporan keuangan gereja.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

(51)

1. Wawancara mendalam

Wawancara mendalam akan dilakukan terhadap para informan yang telah ditentukan. Dengan metode ini akan digali bagaimana proses akuntansi dalam gereja, khususnya dalam pembuatan laporan keuangan sebagai akuntabilitas dalam gereja, sehinga dapat diharapkan dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan masa lampau, sekarang maupun harapan dan cita-cita gereja terhadap akuntabilitas gereja di masa depan. Dengan demikian peneliti sebagai instrument dituntut bagaimana membuat responden terbuka dan leluasa dalam memberikan informasi atau data, untuk mengemukakan pengetahuan dan pengalamannya terutama yang berkaitan dengan informasi yang diperlukan sebagai jawaban terhadap permasalahan penelitian, sehingga terjadi semacam diskusi, obrolan santai, spontanitas (alamiah) dengan subjek peneliti sebagai pemecah masalah dan peneliti sebagai pemancing timbulnya permasalahan agar muncul wacana detail. Wawancara yang dilakukan diharapkan berjalan secara terstruktur yang mengarah dan menjawab permasalahan peneliti.

2. Observasi

(52)

informan melakukan kegiatan ini akan kembali diceritakan dan dicatat sehingga merupakan data yang berasal dari wawancara.

3. Pengolahan Data

Pengumpulan data yang berasal dari wawancara dan observasi disusun dan dianalisa dengan metode kualitatif untuk memperoleh informasi atas permasalahan pelaporan keuangan di dalam gereja.

3.6 Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Apabila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum menjawab permasalahan yang ada, maka peneliti akan melakukan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel. Menurut Sugiyono (2005:91-99) dan Humberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah valid. Aktivitas dalam analisis data :

1. Data Reduction (Reduksi data)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara telti dan rinci.

2. Data Dispay (penyajian data)

(53)

digunakan untuk penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

3. Conclusion drawing / Verification

Langkah terkhir yang diambil dal penelitian ini adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.

3.7 Keabsahan Data

Dalam setiap penelitian memerlukan standar untuk melihat derajat kepercayaan atas kebenaran dari hasil penelitian. Menurut Sugiyono (2005:91-99) Dalam penelitian kualitatif standar tersebut yaitu keabsahan data:

1. Derajat Kepercayaan (Kredibility)

Uji kredibility atau derajat kepercayaan terhadap data penelitian kualitatf antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, tringulasi.

a. Perpanjangan pengamatan

(54)

b. Meningkatkan ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direka secara pasti dan sistematis. Dalam peningkatan ketekunan peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak. Demikian juga dengan ketekunan maka, peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati. c. Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat tringulasi sumber, tringulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.

2. Pengujian Transferability

Transferability ini merupakan validitas eksternal dalam penelitian

(55)

memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti dalam membuat laporan harus memberikan uraian yang rinci, jelas sistematis, dan dapat dipercaya.

3. Pengujian Dependability

Dalam penelitian kualitatif, uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadapkeseluruhan proses penelitian. Untuk itu pengujian dependability dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap

keseluruhan proses penelitian. 4. Pengujian Konfirmability

Dalam penelitian kualitatif, uji konfirmability mirip dengan uji dependability. Sehingga pengujian dapat dilakukan secara bersamaan.

(56)

Main Research Question :

(57)

Desain Studi

Tabel : Desain Studi Main Research Question :

(58)

Desain Studi

Tabel : Desain Studi Main Research Question :

(59)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Peneliti mengambil lokasi penelitian di Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Cepu yang bertempat di Jl. Hayam Wuruk No. 42 Cepu, Jawa Tengah. GMHK Cepu dipilih sebagai objek penelitian karena menurut survey dilapangan yang telah dilakukan, GMHK Cepu dalam pembuatan laporan keuangan masih dilakukan dalam bentuk sederhana dalam arti belum sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45 tentang pelaporan keuangan bagi organisasi nirlaba.

Dengan situasi seperti ini maka peneliti sangat tertarik untuk menganalisa tentang penerapan akuntansi pelaporan keuangan dalam gereja, khususnya pada Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Cepu, meliputi sistem akuntansi, bentuk laporan keuangan, sehinga nantinya hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam memperbaiki pelaporan keuangan yang ada dalam Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Cepu.

4.2 Profil Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh

4.2.1 Sejerah Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh

(60)

Serikat pada pertengahan abad 19. Ciri utama Gereja Advent adalah pengudusan hari Sabtu, hari ketujuh dalam pekan, sebagai hari Sabat. Pada tahun 1863, Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, dalam bahasa Inggris the Seventh-day Adventist Church, diorganisasi. Gereja ini juga dikenal dengan nama Gereja Advent. Sejarah Perkembangan Gereja Advent dimulai pada awal abad ke-19 banyak orang Kristen termasuk di dalamnya kalangan Baptis, Presbiterian, Metodis, Lutheran, Anglikan, Kongregasionalis – melakukan studi mendalam tentang Daniel 8. Para penyelidik Alkitab itu mengharapkan beberapa kejadian yang sangat penting akan terjadi sehubungan dengan nubuatan 2300 petang dan pagi dalam Daniel 8. Salah satu kelompok yang menonjol dalam penyelidikan ini dipimpin William Miller, seorang anggota Gereja Baptis. Mereka percaya bahwa Yesus akan datang ke bumi pada tanggal 22 Oktober 1844. Belakangan pengikut-pengikut Gerakan Miller ini menyadari bahwa mereka telah keliru menafsirkan hari kedatangan kembali Yesus, dan menyebut hari yang mereka harapkan Yesus akan datang sebagai "Hari Kekecewaan".

(61)

Orang-orang Advent percaya bahwa Yesus akan segera datang, tetapi tidak seorangpun tahu kapan harinya.

Sekitar 20 tahun pengikut-pengikut Miller tersebar di Amerika Serikat tanpa terorganisir. Pengikut-pengikut Gerakan Miller ini antara lain: James White, Ellen G White, dan Joseph Bates. Pada tanggal 23 Mei 1863 sebagian pengikut Gerakan Miller secara resmi membentuk organisasi gereja yang bernama General Conference of Seventh-day Adventists di Battle Creek, Michigan dengan anggota sebanyak 3.500

orang. Melalui penginjilan yang intensif, Gereja Advent berkembang hingga ke seluruh dunia. Pada tahun 1903 kantor pusat denominasi ini pindah ke Tacoma Park, Maryland. Tahun 1989 hingga sekarang, kantor pusat Gereja Advent berada di 12501 Old Columbia Pike, Silver Spring, MD 20904, AS.

Gereja Advent pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1901 di Padang, Sumatera Barat. Perkembangan Gereja Advent cukup cepat, hal ini dibuktikan ada sekitar 243 daerah di Indonesia gerja advent didirikan.

4.2.2 Visi Dan Misi Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh

(62)

Visi:

1. Tercipta persatuan dan kesatuan sesama umat 2. Memiliki kualitas manusia yang lebih baik.

3. Bertumbuh dalam keanggotaan, sumber daya dan keuangan yang baik. Misi:

1. Jangkauan keatas dan memperbaharui iman “ Reach Up”.

2. Jangkauan keluar dan mengkomunikasikan harapan kepada sesama dalam setiap pengaruh pelayanan “ Reach Out ”.

3. Jangkauan menyeberang dalam merangkul dan melindungi iman keluarga “ Reach Across”.

(Sumber : Dokumen GMHK Cepu Tahun 2011-2012)

4.2.3 Struktur Organisasi

Organisasi merupakan wadah kerja sama dalam mencapai tujuan yang

berhubungan dengan penentuan tugas dan tanggung jawab, pengelompokkan suatu kerja

antara bagian yang satu dengan bagian yang lain. Agar organisasi suatu Gereja dapat

berjalan dengan baik, perlu penyusunan dalam suatu struktur organisasi sehingga antara

bagian yang satu dengan bagian yang lain dapat melaksanakan tugasnya sesuai pekerjaan

(63)

DAFTAR PENGURUS JEMAAT 2012 Gembala : Pdtm. Arif Indrianto Ketua : Bp.Daniel Mujiono Sekertaris :Sdr. Agung Dwi Elwanto Bendahara : Ib.Maria Monalisa Ketua Diakon : Bp. Hendra

Anggota :

1. Bpk. Sutisno 2. Bpk. Agus Widodo

Gambar 4.1 Bagan Struktural GMHK Gembala Jemaat

Ketua Sidang

Sekretaris Bendahara

Pim. Rumah Tangga Pim. Kshtn & Prtrakn

Pimpinan PP Pim. PA

Ketua Diakones Pim. SS Anak-Anak

Ketua Diakon Pim. SS

(64)

3. Bpk.Beny Sukamto 4. Sdr. Rengga

Ketua Diakones: Ib. Christalina Tobing Anggota :

1. Ibu.Lanny 2. Ibu. Beny 3. Ibu. Endang 4. Ibu. Arie Sutrisno 5. Ibu. Willy

6. Ibu.Maria Monalisa

Pimpinan Sekolah Sabat Dewasa : Ib. Endang Pimpinan Sekolah Sabat Anak- anak : Ib. Arie Sutrisno Pimpinan Pelayanan Perorangan : Ib. Willy

Pemimpin Rumah Tangga : Ibu Lanny Pimpinan Pemuda Advent : Sdr. Rengga

Pimpinan Kesehatan dan Pertarakan : Pdtm. Arif Indrianto

( Sumber : Dokumen GMHK Cepu 2011-2012)

4.3 Pengelolaan dan Pencatatan Akuntansi GMHK Cepu

(65)

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45 agar mampu untuk mengelola Sumber dana yang ada bagi perkembangan dan pelayanan dalam gereja. Bendahara Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Cepu memaparkan sistem pengelolaan, pencatatan, dan pelaporan keuangan yang terapkan di GMHK Cepu, berikut penjelasannya :

sampai saat ini pengelolaan, pencatatan, dan pelaporan keuangan yang

ada di gereja masih sederhana. Dalam pengelolaan setiap dana yang dipercayakan

oleh jemaat dan donatur baik berupa persembahan dan persepuluhan kami kelola

untuk perkembangan dan pelayanaan yang ada di gereja dan sebagian kami kirim ke

kantor konfrens. Pelaporan yang kami berikan untuk jemaat dan donatur atas dana

yang diberikan masih sebatas pendapatan dan pengeluaran gereja, untuk laporan

neraca, arus kas, dan aktivitas untuk saat ini kami belum menyajikannya”.

(Sumber : Ibu Maria Monalisa, Bendahara GMHK Cepu)

(66)

semua transaksi yang terkait dengan pemasukan dan pengeluaran disertai dengan bukti transaksi seperti; bukti kas keluar, atau bukti kas masuk.

Permasalahan-permasalahan diatas yang terkait dalam penyajian laporan keuangan tidak bisa dipungkiri untuk ke depannya gereja akan menghadapi kesulitan dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi, disamping itu akan menimbulkan kecurigaan-kecurigaan negatif berbagai pihak, dan munculnya konflik terkait dengan keuangan dalam gereja. Berdasarkan kondisi pencatatan dan pelaporan keuangan gereja yang ada, maka yang menjadi fokus pembahasan dalam penelitian ini yaitu sistem pengelolaan harta kekayaan gereja, pencatatan transaksi keuangan, dalam Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Cepu untuk menghasilkan suatu laporan keuangan gereja yang sesuai dengan standar PSAK No.45.

4.4 Pelaporan Keuangan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Cepu

4.4.1 Sistem Pencatatan Akuntansi Gereja

(67)

program gereja dan yang lainnya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bendahara Gereja:

Pemasukan uang gereja berasal dari persembahan dan perpuluhan dari jemaat Cepu, ada juga dari donatur gereja, yang dengan sukarela memberikan

sumbangan baik berupa barang ataupun uang”.

(Sumber : Ibu Maria Monalisa, Bendahara GMHK Cepu)

Setiap penerimaan yang didapat oleh GMHK Cepu dikelola oleh bendahara dan majelis gereja untuk digunakan sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan (Contoh: persembahan persepuluhan dan persembahan terpadu konfrens akan dikirim ke kantor konfrens Wilayah Jawa Tengah dan DIY sedangkan untuk persembahan terpadu jemaat dan persembahan khusus jemaat akan digunakan untuk pembiayaan operasional gereja, persembahan pembangunan hanya digunakan untuk keperluan pembangunan gereja). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Gembala jemaat:

Tidak semua persembahan dan perpuluhan masuk ke kas gereja, karena ada sebagian yang di kirim ke kantor konfrens Jawa Tengah yaitu persembahan

perpuluhan, persembahan khusus kantor, dan persembahan terpadu konfrens”.

(Sumber : Pdtm. Arif Indrianto, Gembala Jemaat GMHK Cepu)

(68)

4.4.1.1 Sistem Penerimaan

Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Cepu menerima dana berupa

persembahan rutin dan persembahan khusus. Dimana penerimaaan berupa persembahan rutin dilakukan pada saat ibadah diadakan oleh GMHK Cepu. Sedangkan persembahan khusus dilakukan pada saat atau moment tertentu, sebagai contoh: persembahan perpuluhan dilakukan sebulan sekali oleh tiap jemaat, persembahan khusus dilakukan apabila ada program gereja yang akan dilakukan seperti persembahan pembangunan gereja. Apabila kegiatan penerimaan telah selesai dilakukan, maka data-data transaksi akan dicatat ke dalam laporan keuangan gereja. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Gembala jemaat:

Di gereja ada dua macam persembahan gereja, yaitu persembahan rutin dan khusus, kalau persembahan rutin, ya misalnya: persembahan yang dipungut

setiap kebaktian sabat, kalau persembahan khusus misalnya ada program

pembangunan gereja, biasanya majelis gereja memutuskan untuk membuat

persembahan khusus pembangunan gereja, terus persepuluhan yang dipungut setiap

sebulan sekali”.

(69)

Alur sistem penerimaan dengan menggunakan sistem flow dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Jemaat Bendahara

Sumber: Wawancara dengan Bendahara yang disajikan kembali oleh peneliti

Gambar 4.2. Bagan Alir Sistem Penerimaan Mulai

Menjalankan Persembahan

Proses Perhitungan

Catatan persembahan

Penerimaan Persembahan

Laporan Persembahan Laporan

Persembahan

(70)

Alur sistem penerimaan ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bendahara jemaat: “Sistem pencatatan pemasukan gereja yaitu: dimulai dari uang masuk yang

berasal dari persembahan atau perpuluhan gereja selanjutnya dihitung dan dicatat

di catatan sementara dalam catatan persembahan lalu pada akhir bulan akan

dilakukan pencatatan pada laporan keuangan gereja”.

(Sumber : Ibu Maria Monalisa, Bendahara GMHK Cepu)

Berdasarkan hasil pengamatan terkait dengan sistem penerimaan yang ada di GMHK Cepu, diperlukan suatu pembenahan mengenai perlunya dibuat bukti transaksi atas setiap dana yang diterima gereja baik dalam bentuk persembahan ataupun perpuluhan yaitu berupa bukti kas masuk. Bukti ini nantinya dapat dipergunakan sebagai dasar pencatatan kedalam laporan keuangan dan sebagai bukti penerimaan sejumlah dana dari jemaat ataupun para donatur gereja karena selama ini gereja belum membuat bukti kas masuk.

4.4.1.2 Sistem Pengeluaran

Pengeluaran Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Cepu terdiri dari berbagai

(71)

jemaat yang kurang mampu. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bendahara jemaat:

Kalau pengeluaran gereja juga dibagi menjadi dua ada pengeluaran rutin dan ada juga pengeluaran tidak rutin. Pengeluaran rutin gereja ini contohnya:bayar

koster, bayar listrik dan air, dan lain sebagainya”.

Sedangkan pembayaran gaji untuk hamba Tuhan bukan menjadi tanggungan gereja melainkan kantor konfrens Wilayah Jawa Tengah dan DIY yang membayarnya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bendahara jemaat:

Gaji pendeta itu bukan gereja yang bayar tapi organisasi, yaitu kantor konfrens, makanya dari itu setiap bulan untuk perpuluhan dan persembahan untuk

konfrens dari jemaat cepu akan dikirim ke sana”.

Sedangkan untuk pengeluaran tidak rutin diantaranya: pengeluaran untuk event khusus (contoh: Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR), paskah, dan lain-lain). Pengeluaran dana misi, pembelian inventaris gereja, serta pengeluaran untuk pemeliharaan gedung. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bendahara jemaat:

“ Untuk pengeluaran tidak rutin, yaitu diluar program atau rencana kerja

gereja contohnya; KKR, membeli peralatan atau perlengkapan, untuk memperbaiki

gereja kalau ada yang rusak. Untuk pengeluaran tidak rutin biasanya akan

diputuskan dalam rapat majelis”.

(72)

Alur sistem pengeluaran dengan menggunakan sistem flow dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Divisi Bendahara Majelis

Sumber: Wawancara dengan Bendahara yang disajikan kembali oleh peneliti Gambar 4.3 Bagan Allir Sistem Pengeluaran

Alur sistem pengeluaran ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bendahara jemaat:

Untuk tahap pengeluaran, yaitu departemen yang memerlukan dana

mengajukan ke majelis gereja, dalam rapat majelis akan diputuskan apakah disetujui

atau tidak, apabila di setujui maka akan dilakukan pembelian barang dan dilakukan

pencatatan pada laporan keuangan berdasarkan bukti transaksinya. Mulai

Mengajukan Pengeluaran

Persetujuan & TTD Majelis

Catatan Majelis Catatan Majelis

Pembelian Barang

Laporan Pengeluaran

(73)

Ketika dilakukan analisis dokumen terkait dengan bukti pengeluaran kas, ternyata GMHK Cepu belum membuat bukti kas keluar dan tidak semua pengeluaran yang terjadi disertai dengan bukti transaksi pengeluaran kas disamping itu terdapat sejumlah bukti transaksi yang tidak sah. Hal demikian nantinya akan menimbulkan sejumlah pertanyaan dari berbagai pihak atas kebenaran pengeluaran yang terjadi dalam gereja dan akan menimbulkan konflik dalam gereja. Untuk itu, disarankan bagi gereja agar membuat bukti kas keluar sehngga nantinya bukti tersebut dapat dipakai sebagai dasar dalam pembuatan laporan keuangan dan pertanggungjawaban kepada jemaat dan setiap pengeluaran yang terjadi hendaknya dilampirkan bukti transaksi yang sah.

4.4.1.3 Sistem Pencatatan Harta Kekayaan Gereja

Pengelolaan dan pencatatan setiap harta kekayaan yang dimiliki suatu

lembaga atau organisasi sangatlah penting untuk mengetahui seberapa besar suatu lembaga atau organisasi dapat memenuhi kebutuhan operasionalnya. Namun, Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Cepu, dalam hal ini belum menerapkan sebagaimana mestinya melaporkan dan menilai seluruh harta kekayaan yang dimiliki baik itu kas dan setara kas, peralatan, perlengkapan, tanah, gedung dan lain-lain. Selama ini GMHK Cepu hanya melaporkan besarnya kas yang dimiliki gereja, namun,tidak menilai harga peralatan, perlengkapan, tanah dan gedung yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Gembala jemaat:

Dilaporan keuangan gereja itu hanya ada kas gereja, selama ini gereja

Gambar

Gambar 2.1  Siklus Akuntansi Organisasi Nirlaba
Gambar 2.2 Laporan Posisi Keuangan Organisasi Nirlaba
Gambar 2.3. Laporan Aktivitas Organisasi Nirlaba
Tabel : Desain Studi Main Research Question :
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang di lakukan Abdul Rohman (2009) dalam Siti Nurlaela dan Rahmawati (2010) tentang Pengaruh Implementasi Sistem Akuntansi, Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Jemaat “MARANATHA” menerima dana berupa persembahan rutin dan persembahan khusus. Dimana penerimaan berupa

PENGARUH FAKTOR KEPERILAKUAN ORGANISASI TERHADAP IMPLEMENTASI SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN NGAWI (Studi Kasus Pada Dinas Pemerintah Daerah

menyelesaikan skripsi yang bejudul “ PENGARUH FAKTOR KEPERILAKUAN ORGANISASI DALAM IMPLEMENTASI SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH ( Studi Kasus Instansi Pemerintah

Pratik yang dilaksanakan oleh Gereja Santo Antonius Muntilan sehubungan dengan pengelolaan kas yang terdiri dari penerimaan kas, penyimpanan kas, dan pengeluaran kas adalah

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis statistik deskriptif.Dari analisis dan pembahasan bahwa praktik pelaporan keuangan Gereja Kategorial

Adapun Temuan yang didapatkan dalam penelitian ini adalah pertama pelaporan keuangan KGMPI yang masih banyak kekurangan dengan banyaknya masalah yang dihadapi

Di bagian Timur terutamanya di Asia hanya sebahagian yang mengijinkan transgender seperti negara Thailand, Korea, Filipin dan Jepang Kini yang menjadi permasalahan di Gereja Masehi