• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN MEJA DAN KURSI KULIAH YANG ERGONOMIS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANCANGAN MEJA DAN KURSI KULIAH YANG ERGONOMIS."

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

YANG ERGONOMIS

SKRIPSI

OLEH :

ANGGA SANDITYA HARVIAN PERMANA PUTRA

0932010023

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

(2)

YANG ERGONOMIS

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syar at

Untuk Memper oleh Gelar Sar jana Teknik

J ur usan Teknik Industr i

Oleh :

ANGGA SANDITYA HARVIAN PERMANA PUTRA

0932010023

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMIUR

(3)

SKRIPSI

PERANCANGAN MEJ A DAN KULIAH YANG ERGONOMIS

OLEH :

ANGGA SANDITYA HARVIAN PERMANA PUTRA 0932010023

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Negar a Lisan Gelombang I Tahun Ajar an 2012 – 2013

Sur abaya, 29 September 2012

Mengetahui Dosen Pembimbing I

Ir . Iriani, MMT NIP. 19630406 198903 1 001

Mengetahui Dosen Pembimbing II

Enny Ar iyani, ST, MT NIP. 19591228 198803 2 001

Mengetahui,

Ketua J ur usan Teknik Industr i UPN “ Veter an” J awa Timur

(4)

PERANCANGAN MEJ A DAN KURSI KULIAH

YANG ERGONOMIS

Disusun Oleh :

ANGGA SANDITYA HARVIAN PERMANA PUTRA

0932010023

Telah diper tahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Teknik Industr i Fakultas Teknologi Industr i

Univer sita s Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur Pada Tanggal : 5 Oktober 2012

Dosen Penguji : Dosen Pembimbing :

1. Ir . Nisa Masr ur oh, MT 1. Ir . Ir iani, MMT

NIP. 19630125 198803 2 001 NIP. 19621126 198803 2 001

2. Ir . Didi Samanhudi, MMT 2. Enny Ar iyani, ST, MT NIP. 19580625 198503 1 001 NIP. 3700 9950 0411

3. Ir . Ir iani, MMT

NIP. 19621126 198803 2 001

Mengetahui

Dekan Fak ultas Tek nologi Industr i

Univer sita s Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur

(5)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alikum Wr. Wb.

Segala puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas

segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat terselesaikan Tugas Akhir/Skripsi

dengan judul “Perancangan Meja Dan Kursi Kuliah Yang Ergonomis”.

Tugas Akhir/Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh

oleh mahasiswa jenjang pendidikan Strata-1 (Sarjana) Jurusan Teknik Industri,

Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa

Timur guna meraih gelar kesarjanaan.

Dalam penyusunan Tugas Akhir/Skripsi ini penulis ingin mengucapkan

rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. R. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Ir. Sutiyono, MT selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri

UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak DR. Ir. Minto Waluyo, MM selaku Ketua Jurusan Teknik Indutri

UPN “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Drs. Pailan, MPd selaku Sekretaris Jurusan Teknik Indutri

UPN “Veteran” Jawa Timur.

5. Ibu Ir. Iriani, MMT selaku Dosen Pembimbing I Skripsi.

6. Ibu Enny Ariyani, ST, MT selaku Dosen Pembimbing II Skipsi.

7. Bapak Ir. Handoyo, MT dan Ir. Hari Purwoadi.MM, Mpd selaku Dosen

(6)

8. Bapak Ir. Rus Indiyanto, MT dan Ir. Budi Santoso, MMT selaku Dosen

Penguji Seminar II.

9. Segenap staff Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan banyak pengetahuan selama

masa perkuliahan.

10. Seluruh Keluargaku (Papa, Mama, Kakak, dan Kekasih) Makasi banyak atas Doa, Semangat, dan Support yang uda diberikan buat aku.

11. Teman-temanku (Robby, Yoanda, Mira, Mita, dan Dwi), terima kasih

banyak.

12. Pihak – pihak terkait yang membantu dalam penyelesaian Tugas

Akhir/Skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih

banyak.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir/Skripsi ini terdapat

kesalahan dan kekurangan yang masih perlu diperbaiki, untuk itu sebagai penulis,

kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna

kesempurnaan Tugas Akhir/Skripsi ini. Akhir kata, semoga Tugas Akhir/Skripsi

ini bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, 2 Oktober 2012

(7)

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... ii

Daftar Tabel ... iii

Daftar Gambar ... iv

Daftar Lampiran ... v

Abstraksi ... vi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Batasan Masalah ... 2

1.4 Asumsi ... 3

1.5 Tujuan ... 3

1.6 Manfaat ... 3

1.7 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Perancangan, Pengembangan dan Inovasi Produk ... 6

(8)

2.2 Ergonomi ... 13

2.2.1 Sejarah dan Perkembangan Ergonomi ... 13

2.2.2 Definisi Ergonomi ... 16

2.2.3 Bidang Kajian Ergonomi ... 18

2.2.4 Sikap Kerja ... 19

2.2.5 Keluhan Muskuloskeletal ... 22

2.2.6 Kelelahan ... 24

2.2.7 Postur dan Pergerakan Kerja ... 26

2.3 Anthropometri ... 30

2.3.1 Definisi Anthropometri ... 30

2.3.2 Data Anthropometri dan Cara Pengukurannya ... 31

2.3.3 Aplikasi Distribusi Normal dan Persentil dalam Penetapan Data

Anthropometri ... 40

2.4 Meja dan Kursi Kuliah ... 43

2.5 Pengujian Data ... 44

2.5.1 Uji Keseragaman Data ... 44

2.5.2 Uji Kecukupan Data ... 46

2.6 Penelitian Terdahulu ... 48

(9)
(10)

4.1. Pengumpulan Data ... 56

4.1.1. Data Antropometri Pengguna ... 56

4.2. Pengolahan Data ... 58

4.2.1. Desain Meja dan Kursi Awal ... 58

4.2.2. Desain Meja dan Kursi Usulan ... 59

4.2.2.1. Uji Keseragaman Data ... 59

4.2.2.2. Uji Kecukupan Data ... 67

4.2.2.3. Menentukan Persentil ... 72

4.2.2.4. Perancangan Desain Meja dan Kursi Kuliah ... 76

4.3. Hasil dan Pembahasan ... 77

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 79

5.2. Saran ... 80

(11)

yang sangat dicari dan dioptimalkan oleh setiap creator maupun innovator di bidang human comfortable.

Meja dan kursi kuliah merupakan salah satu alat penunjang proses belajar mengajar yang bisa kita jumpai sehari–harinya. Pengguna meja dan kursi kuliah di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur pada umumnya yang kebanyakan kita lihat adalah berbentuk kursi dengan meja kecil yang berada disamping kanan pengguna. Hal ini sangat membuat pengguna meja kursi kuliah merasa tidak nyaman jika ingin mencatat, menulis, dan mengerjakan tugas pada meja tersebut, karena sering merasa kelelahan pada saat menggunakan meja kursi kuliah tersebut, kelelahan terjadi pada bagian pinggang dikarenakan harus menghadap ke samping kanan ketika akan menulis atau mengerjakan, dan tulang belakang terasa sakit dikarenakan harus membungkuk disaat menulis, yang membuat mahasiswa merasa tidak nyaman pada saat untuk mencatat atau mengerjakan sesuatu pada meja tersebut.

Dari permasalahan di atas diketahui bahwa meja kursi kuliah yang digunakan di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur masih sangat kurang ergonomis dan sederhana. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk merancang meja dan kursi kuliah yang sudah ada saat ini menjadi lebih ergonomis sesuai dengan kebutuhan konsumen yang memberi kenyamanan pada penggunanya.

Hasil analisa menunjukkan bahwa untuk merancang meja dan kursi kuliah secara ergonomis maka ukuran yang direkomendasikan adalah tinggi sandaran kursi kuliah adalah 55 cm, lebar sandaran kursi kuliah adalah 55 cm, lebar dudukan kursi kuliah adalah 55 cm, panjang dudukan kursi kuliah adalah 40 cm, tinggi dudukan kursi kuliah adalah 44 cm, lebar permukaan meja kuliah adalah 50 cm, panjang pemukaan meja kuliah adalah 55 cm, tinggi meja kuliah adalah 76 cm, dan tinggi laci dengan adalah 15 cm. Dan diketahui dari hasil kuisioner jumlah total poin SS dan S lebih besar daripada jumlah total poin N, TS dan STS yaitu sebesar : (46 + 162) > (95 + 21) = 204 > 116 yang menandakan bahwa kesesuaian meja dan kursi usulan telah memberikan kenyamanan terhadap pengguna.

(12)

optimized by each creator and innovator in the field of human comfortable.

Tables and chairs lecture is one means of supporting teaching and learning processes that can be encountered on a daily basis. Users table and chair lecture at the Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur in general, most of us see is shaped chairs with a small table that was right next to the user. This is making the user seat lecture table feel uncomfortable if you want to record, write, and do the job on the table, as they often feel fatigue when using a desk chair lecture, fatigue occurs in part because the waist should be facing to the right when going to write or work, and spine pain due to having to bend when writing, which makes students feel uncomfortable at the time to record or do something on the table.

From the above problems in mind that tables and chairs are used at the University college of National Development "Veteran" East Java is still very less ergonomic and simple. Thus this study aims to design a table and chairs existing college is becoming more ergonomically fit the needs of consumers who give comfort to the users.

The analysis shows that in order to design a study table and chair is ergonomically the recommended size is the height of the seat is 55 cm lecture, lecture chair width is 55 cm, width of the seat lecture is 55 cm, the length of the seat lecture is 40 cm, height lecture the seat is 44 cm, width of the table surface is 50 cm college, college desk surface length is 55 cm, height 76 cm table is a college, and high chest of drawers with a 15 cm. And it is known from the results of the questionnaire point total SS and S is greater than the total number of points N, TS and STS are as follows: (46 + 162)> (95 + 21) = 204> 116 which indicates that the proposed compliance tables and chairs have given convenience to the user.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kenyamanan dalam sebuah aktifitas adalah sebuah kebutuhan mutlak yang

sangat dicari dan dioptimalkan oleh setiap creator maupun innovator di bidang human comfortable. Berbagai macam bentuk model perlindungan maupun peralatan yang menunjang sebuah nilai keamanan pada diri manusia, seperti

halnya pakaian yang melindungi manusia dari kondisi alam di sekitar tubuh yang

dibalutnya, dan sudah tentu hal ini membutuhkan campur tangan seorang designer sebagai pencipta sekaligus pemberi nilai lebih dibidang estetika dan daya

persuasive.

Meja dan kursi kuliah merupakan salah satu alat penunjang proses belajar

mengajar yang bisa kita jumpai sehari–harinya. Pengguna meja dan kursi kuliah di

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur pada umumnya yang

kebanyakan kita lihat adalah berbentuk kursi dengan meja kecil yang berada

disamping kanan pengguna. Hal ini sangat membuat pengguna meja kursi kuliah

merasa tidak nyaman jika ingin mencatat, menulis, dan mengerjakan tugas pada

meja tersebut, karena sering merasa kelelahan pada saat menggunakan meja kursi

kuliah tersebut, kelelahan terjadi pada bagian pinggang dikarenakan harus

menghadap ke samping kanan ketika akan menulis atau mengerjakan, dan tulang

belakang terasa sakit dikarenakan harus membungkuk disaat menulis, yang

membuat mahasiswa merasa tidak nyaman pada saat untuk mencatat atau

(14)

Dari permasalahan di atas diketahui bahwa meja kursi kuliah yang

digunakan di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur masih

sangat kurang ergonomis dan sederhana. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk

merancang meja dan kursi kuliah yang sudah ada saat ini menjadi lebih ergonomis

sesuai dengan kebutuhan konsumen yang memberi kenyamanan pada

penggunanya.

1.2 Per umu san Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan yang

dihadapi, yaitu :

“ Bagaimana merancang meja dan kursi kuliah yang ergonomis ?”

1.3 Batasan Masalah

Untuk menghindari terlalu luasnya permasalahan maka dilakukan

pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Data yang digunakan adalah data antrophometri dan responden untuk desain meja kursi kuliah adalah mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur sebanyak 40 orang (20 laki-laki dan 20 perempuan).

2. Persentil yang digunakan adalah persentil 5, 50, dan 95.

3. Penelitian hanya melakukan pada meja kursi kuliah Teknik Industri Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Tidak dilakukannya perhitungan biaya.

5. Tingkat keyakinan sebesar 95% dan tingkat ketelitian sebesar 5%.

(15)

1.4 Asumsi

Asumsi-asumsi yang diperlukan dalam melaksanakan penelitian yaitu:

1. Kondisi pengguna diukur dalam keadaan normal.

2. Desain disesuaikan dengan permasalahan yang ada dan kebutuhan si pemakai.

3. Semua responden dalam menjawab kusioner dapat menjawab dengan baik.

4. Tidak terdapat kelalaian dalam melakukan pengukuran data anthropometri.

5. Ruangan yang digunakan sebagai sarana proses belajar mengajar cukup luas.

6. Jumlah responden yang menjawab kuisioner dapat mewakili semua pengguna

meja dan kursi kuliah tersebut.

1.5 Tujuan

Melakukan perancangan meja dan kursi kuliah yang ergonomis sehingga

mampu memberikan kemudahan dan kenyamanan dalam penggunaannya.

1.6 Manfaat

Manfaat yang diperoleh dengan melakukan penelitian ini adalah :

a. Bagi Peneliti

Sebagai latihan untuk menerapkan teori yang diberikan dibangku kuliah dalam

permasalahan nyata.

b. Bagi Pengguna (penguna meja kursi kuliah)

- Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi pegangan bagi perusahaan

tentang faktor-faktor apa saja yang dapat digunakan untuk

(16)

- Mengetahui pengaruh-pengaruh apa saja yang dihasilkan dari kombinasi

beberapa faktor dominan tersebut.

- Dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor

konsumen dalam pengembangan produk dengan pendekatan ergonomi.

c. Bagi Ilmu Pengetahuan

Dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memecahkan masalah sejenis

dengan penulisan ini, khususnya tentang faktor-faktor yang dominan terhadap

perancangan dan pengembangan produk sehingga masih dapat dikembangkan

dalam penelitian-penelitian selanjutnya.

1.7 Sistematika Penulisan Lapor an

Pada dasarnya sistematika penyusunan adalah suatu hal yang sangat

diperlukan dalam pembuatan karya tulis karena sistematika penyusunan memuat

seluruh isi karya tulis secara berurutan sehingga dapat terlihat dengan jelas

mengenai masalah-masalah yang dibahas. Dalam hal ini makalah skripsi yang

dibuat oleh penyusun adalah membahas mengenai hal-hal sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Menjelaskan secara umum mengenai latar belakang, tujuan ruang

lingkup sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan teori-teori mengenai obyek produk yaitu, teori

mengenai desain perancangan produk meja dan kursi kuliah dan

(17)

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan lokasi penelitian ,metode pengumpulan data dan

langkah pemecahan masalah.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Menjelaskan pengumpulan data dan perancangan meja dan kursi

kuliah yang ergonomis dan inovatif.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi tentang kesimpulan terhadap permasalahan yang telah dibahas

serta memberikan saran yang bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

(18)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Per ancangan, Pengembangan dan Inovasi Pr oduk.

2.1.1 Per ancangan Pr oduk.

Kesejahteraan dan kualitas hidup manusia yang telah mencapai tingkat yang

tinggi saat ini, sebagian besar adalah akibat diciptakan, dibuat dan

dimanfaatkannya berbagai produk dan jasa yang tak terhitung macam dan

jumlahnya oleh para insinyur dan ahli-ahli teknik lainnya. Kontribusi para ahli

teknik dalam meningkatkan kesejahteraan manusia tersebut adalah dalam kegiatan

mencipta, merancang dan membuat produk dan jasa yang berguna bagi manusia

karena meringankan beban hidupnya dan membuat hidup lebih nyaman. Produk

dan jasa tersebut juga harus memenuhi beberapa persyaratan modern seperti tidak

merusak lingkungan, hemat energi dan lain sebagainya.

Perancangan dan pembuatan produk merupakan bagian yang sangat besar

dari kegiatan teknik yang ada. Kegiatan perancangan dimulai dengan

didapatkannya persepsi tentang kebutuhan manusia, kemudian disusul oleh

perancangan konsep produk, disusul kemudian dengan perancangan,

pengembangan dan penyempurnaan produk.

Perancangan adalah kegiatan awal dari suatu rangkaian kegiatan dalam

proses pembuatan produk. Dalam tahap perancangan tersebut dibuat

keputusan-keputusan penting yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan lain yang menyusulnya.

(19)

apakah industri dalam negeri dapat berpartisipasi atau tidak dalam suatu

pembangunan proyek.

Dalam bentuk yang paling sederhana, hasil rancangan dapat berupa sebuah

sketsa atau gambar sederhana dari produk yang akan dibuat. Dalam hal si pembuat

produk adalah si perancang sendiri, maka sketsa atau gambar yang dibuat cukup

sederhana saja asalkan dapat dimengertinya sendiri.

Menurut Pressman (2010), perancangan adalah langkah pertama dalam fase

pengembangan rekayasa produk atau sistem. Perancangan itu adalah proses

penerapan berbagai teknik dan prinsip yang bertujuan untuk mendefinisikan

sebuah peralatan, satu proses atau satu sistem secara detail yang membolehkan

dilakukan realisasi fisik (Taylor dalam Pressman,2001).

1. Langkah - langkah Perancangan Produk

a. Fase Informasi.

Fase yang bertujuan untuk memahami seluruh aspek yang berkaitan dengan

produk yang hendak dikembangkan dengan cara mengumpulkan seluruh

informasi yang dibutuhkan secara akurat diantaranya (Imam Djati 2001) : -Gambar produk awal dan spesifikasi.

-Kriteria keinginan konsumen terhadap produk.

-Kriteria keinginan relatif konsumen.

-Kriteria manufaktur yang mencakup diagram mekanisme pembuatan

struktur dan fungsi.

-Kriteria buying.

Dasar Kemampuan pembelian produk dengan pertimbangan

(20)

-Kriteria finance produk awal. b. Fase kreatif.

Fase yang bertujuan untuk menampilkan alternatif yang dapat memenuhi

fungsi yang dibutuhkan diantaranya :

-Penentuan kriteria atribut yang menggunakan diagram pohon.

-Penentuan prioritas perancangan.

-Pembuatan alternatif model produk.

c. Fase analisa.

Fase yang bertujuan untuk menganalisa alternatif yang dihasilkan pada fase

kreatif dan memberikan rekomendasi terhadap alternatif terbaik dan analisa

yang dilakukan antara lain :

-Analisa kriteria atribut yang akan dikembangkan.

-Penilaian kriteria atribut antar model.

-Pembobotan kriteria atribut produk.

-Value analysis.

d. Fase pengembangan.

Fase yang bertujuan memilih salah satu alternatif tunggal dari beberapa

alternatif yang ada yang merupakan alternatif terbaik dan merupakan output

dari fase analisa. Data data tentang alternatif yang terpilih atau yang

digunakan adalah :

-Alternatif terpilih.

(21)

e. Fase rekomendasi.

Fase yang bertujuan untuk mengkomunikasikan secara baik dan menarik

terhadap hasil pengembangan produk.

2. Model Perancangan Produk.

Dalam model perancangan produk terdefinisikan menjadi dua jenis model yang

sangat dominan dalam awal perancangan produk yaitu model deskriptif dan

model perspektif (Ginting R, 2009).

a. Model deskriptif.

Dalam model ini pentingnya menghasilkan suatu konsep solusi sejak dini

dalam proses perancangan dan berfokus pada solusi heuristic (pengalaman

sebelumnya bersifat umum).

b. Model perspektif.

Model yang bersifat sistematik dan penekanan berada pada semakin

meningkatnya kebutuhan yang lebih analitik sebelum aktifitas

pembangkitan alternatif alternatif solusi.

2.1.2 Pengembangan Pr oduk.

Pengembangan produk merupakan usaha meningkatkan mutu dari barang

atau jasa dan penemuan barang atau jasa baru yang akan menambah kepuasan

konsumen. Dari pengertian pengembangan produk tersebut tampak sekali bahwa

segala bentuk barang dan jasa yang dihasilkan selalu berkaitan dengan kepuasan

konsumen. Agar proses pengembangan produk dapat berjalan secara tepat dan

akurat yang sesuai dengan keinginan konsumen dalam menunjang kelancaran

(22)

pemisahan yang jelas antara biaya pengembangan produk dengan biaya volume

penjualan.

Tujuan perusahaan dalam mengembangkan produk adalah agar dapat

memenangkan persaingan terhadap barang sejenis, sehingga volume penjualan

dan laba perusahaan dapat meningkat serta perusahaan dapat mempertahankan

kelangsungan hidupnya dan dapat memperluas usahanya. Pengembangan produk

dapat pula dilakukan dengan cara memperbaiki produk yang sudah ada

(modifikasi produk), perbaikan produk yang sudah ada dilakukan dengan cara:

perbaikan mutu/kualitas, perbaikan segi/feature baru, dan perbaikan corak/motif.

Disamping menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan

konsumen, perusahaan juga menciptakan suatu strategi pengembangan produk.

Usaha strategi pengembangan produk diharapkan dapat mengikuti

perubahan teknologi yang dipakai dalam perusahaan. Hal ini bagi perusahaan

sangat penting karena suatu saat akan mengalami peralihan teknologi. Pada

peralihan teknologi perusahaan akan menggunakan teknologi lebih maju guna

menjaga kedinamisan perusahaan. Oleh karena itu diperlukan strategi bagi

perusahaan agar dapat menciptakan suatu produk baru.

Menurut Urlich (2001), pengembangan produk merupakan serangkaian

aktivitas yang dimulai dari analisis persepsi dan peluang pasar, kemudian diakhiri

dengan tahap produksi, penjualan, dan pengiriman produk.

Sedangkan menurut Yamit (30:1996) pengembangan produk merupakan

keharusan bagi perusahaan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Keharusan ini dikarenakan tidak ada satupun produk yang dapat bertahan untuk

(23)

1. Tahap - Tahap Dalam Pengembangan Produk.

Menurut Swastha (1997:184-186), ada beberapa tahap dalam pengembangan

produk, yaitu :

a. Tahap Penyaringan.

Tahap Penyaringan dilakukan setelah berbagai macam ide tentang produk

telah tersedia, Dalam tahap ini merupakan pemilihan sejumlah ide dari

berbagai macam sumber. Adapun informasi atau ide berasal dari manager

perusahaan, pesaing, para ahli termasuk konsultan, para penyalur,

langganan, atau lembaga lain.

b. Tahap Analisa Bisnis.

Pada tahap ini msing-masing ide dianalisa dari segi bisnis untuk mengetahui

seberapa jauh kemampuan ide tersebut dapat menghasilkan laba.

c. Tahap Pengembangan.

Pada tahap ini, ide yang telah dianalisa perlu dikembangkan karena

ide-ide tersebut lebih menguntungkan. Pengembangan ini tentunya harus sesuai

dengan kemampuan perusahaan.

d. Tahap Pengujian.

Tahap pengujian merupakan kelanjutan dari tahap pengembangan, meliputi :

-Pengujian tentang konsep produk.

-Pengujian terhadap kesukaan konsumen.

-Penelitian laboratorium.

-Test penggunaan.

-Operasi pabrik percontohan.

(24)

2.1.3 Inovasi Pr oduk.

Menurut etimologi, inovasi berasal dari kata innovation yang bermakna ‘pembaharuan; perubahan (secara) baru’. Inovasi adakalanya diartikan sebagai

penemuan, tetapi berbeda maknanya dengan penemuan dalam arti diskoveri atau invensi. Diskoveri mempunyai makna penemuan sesuatu yang sesuatu itu telah ada sebelumnya, tetapi belum diketahui orang; contohnya penemuan benua

Amerika. Sebenarnya, benua Amerika sudah ada sejak dahulu, tetapi baru

ditemukan pada tahun 1492 oleh orang Eropa yang bernama Columbus. Invensi adalah penemuan yang benar-benar baru sebagai hasil kreasi manusia; contohnya

teori belajar, mode busana, dan sebagainya. Inovasi adalah suatu ide, produk, metode, dan seterusnya yang dirasakan sebagai sesuatu yang baru, baik berupa

hasil diskoveri atau invensi yang digunakan untuk tujuan tertentu.

Rogers dan Shoemaker mengartikan inovasi sebagai ide-ide baru,

praktik-praktik baru, atau objek-objek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang baru

oleh individu atau masyarakat sasaran. Pengertian baru di sini, mengandung

makna bukan sekadar baru diketahui oleh pikiran (cognitive), melainkan juga baru karena belum dapat diterima secara luas oleh seluruh warga masyarakat dalam arti sikap (attitude) dan juga baru dalam pengertian belum diterima dan diterapkan oleh seluruh warga masyarakat setempat.

Pengertian inovasi tidak hanya terbatas pada benda atau barang hasil produksi, tetapi juga mencakup sikap hidup, perilaku, atau gerakan-gerakan

menuju proses perubahan di dalam segala bentuk tata kehidupan masyarakat. Jadi,

secara umum, inovasi berarti suatu ide, produk, informasi teknologi,

(25)

diketahui, diterima, dan digunakan/diterapkan oleh sebagian besar warga

masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang dapat digunakan atau mendorong

terjadinya perubahan-perubahan di segala aspek kehidupan masyarakat demi

terwujudnya perbaikan mutu setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang

bersangkutan.

Fullan mengemukakan bahwa tahun 1960-an adalah era banyak inovasi

pendidikan kontemporer diadopsi, seperti matematika, kimia, fisika baru, mesin

belajar (teaching machine), pendidikan terbuka, pembelajaran individu, pengajaran secara tim (team teaching), termasuk sistem belajar mandiri.

2.2 Er gonomi.

2.2.1Sejar ah dan Per kembangan Ergonomi.

Di dalam buku Eko Nurmianto, Istilah "ergonomi" mulai dicetuskan pada

tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang berkenaan dengannya telah bermunculan

puluhan tahun sebelumnya. Beberapa kejadian penting diilustrasikan sebagai

berikut:

1. C.T. Thackrah, England, 1831.

Thackrah adalah seorang dokter dari Inggris/England yang meneruskan

pekerjaan dari seorang Italia bernama Ramazzuu, dalam serangkaian kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan kerja yang tidak nyaman yang dirasakan

oleh para operator ditempat kerjanya. la mengamati postur tubuh pada saat

bekerja sebagai bagian dari masalah kesehatan. Pada saat itu Thackrah mengamati seorang penjahit yang bekerja dengan posisi dan dimensi kursi,

(26)

ergonomis sehingga mengakibatkan membungkuknya badan dan iritasi indera

penglihatan. Disamping itu juga mengamati para pekerja yang berada pada

lingkungan kerja dengan temperatur tinggi, kurangnya ventilasi, jam kerja yang

panjang, dan gerakan kerja yang berulang-ulang (repetitive work). 2. F. W. Taylor, U.S.A., 1898.

Frederick W. Taylor adalah seorang insinyur Amerika yang menerapkan metoda ilmiah untuk menentukan cara yang terbaik dalam melakukan suatu

pekerjaan. Beberapa metodanya merupakan konsep ergonomi dan manajemen

modern.

3. F .B. Gilberth, U.S.A., 1911.

Gilbreth juga mengamati dan mengoptimasi metoda kerja, dalam hal ini lebih mendetail dalam Analisa Gerakan dibandingkan dengan Taylor. Dalam bukunya Motion Study yang diterbitkan pada tahun 1911 ia menunjukkan bagaimana postur membungkuk dapat diatasi dengan mendesain suatu sistem

meja yang dapat diatur naik-turun (adjustable).

4. Badan Penelitian untuk Kelelahan Industri (Industrial Fatigue Research Board),

England, 1918.

Badan ini didirikan sebagai penyelesaian masalah yang terjadi di pabrik

amunisi pada Perang Dunia Pertama. Mereka menunjukkan bagaimana output

setiap harinya meningkat dengan jam kerja per hari-nya yang menurun.

Disamping itu mereka juga mengamati waktu siklus optimum untuk sistem

(27)

5. E. Mayo dan teman-temannya, U.S.A., 1933.

Elton Mayo seorang warga negara Australia, memulai beberapa studi di suatu Perusahaan Listrik yaitu Western Electric Company, Hawthorne,Chicago. Tujuan studinya adalah untuk mengkuantifikasi pengaruh dari variabel fisik

seperti misalnya pencahayaan dan lamanya waktu istirahat terhadap faktor

efisiensi dari para operator kerja pada unit perakitan.

6. Perang Dunia Kedua, England dan U.S.A.

Masalah operasional yang terjadi pada peralatan militer yang berkembang

secara cepat (seperti misalnya pesawat terbang) harus melibatkan sejumlah

kelompok interdisiplin ilmu secara bersama-sama sehingga mempercepat

perkembangan ergonomi pesawat terbang. Masalah yang ada pada saat itu

adalah penempatan dan identifikasi untuk pengendali pesawat terbang,

efektifitas alat peraga (display), handel pembuka, ketidaknyamanan karena terlalu panas atau terlalu dingin, desain pakaian untuk suasana kerja yang

terlalu panas atau terlalu dingin dan pengaruhnya pada kinerja operator.

7. Pembentukan Kelompok Ergonomi.

Pembentukan Masyarakat Peneliti Ergonomi (the Ergonomics Research Society) di England pada tahun 1949 melibatkan beberapa profesional yang telah banyak berkecimpung dalam bidang ini. Hal ini menghasilkan jurnal

(majalah ilmiah) pertama dalam bidang ERGONOMI pada Nopember 1957.

Perkumpulan Ergonomi Internasional (The International Ergonomics Association) terbentuk pada tahun 1957, dan The Human Faktors Society di Amerika pada tahun yang sama. Di samping itu patut diketahui pula bahwa

(28)

1964, dan hal ini mencetuskan terbentuknya Masyarakat Ergonomi Australia

dan New Zealand (The Ergonomics Society of Australia and New Zealand).

2.2.2Definisi Er gonomi.

Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan

informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia

merancang suatu sistem kerja, sehingga manusia dapat hidup dan bekerja pada

sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan

itu dengan efektif, aman, dan nyaman. Fokus dari ergonomi adalah manusia dan

interaksinya dengan produk, peralatan, fasilitas, prosedur dan lingkungan dan

pekerja serta kehidupan sehari-hari dimana penekanannya adalah pada faktor

manusia.

Menurut Pulat (1992) ergonomi merupakan studi tentang interaksi antara

manusia dengan objek yang mereka gunakan, dan lingkungan di mana mereka

bekerja. Beberapa hal yang penting dalam pengertian tersebut adalah komponen

manusia, obyek, lingkungan, serta interaksi antar komponen-komponen tersebut.

Sedangkan menurut Sritomo Wignjosoebroto adalah Ergonomi atau

ergonomics (bahasa Inggrisnya) sebenarnya berasal dari kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Ergonomi dapat didefinisikan sebagai suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan

informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang

suatu sistem kerja. Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas

(29)

alat peraga (display), jalan/lorong (acces ways), pintu (doors), jendela (windows), dan lain-lain. Masih dalam kaitan dengan hal yang ada di atas adalah bahasan

tentang rancang bangun lingkungan kerja (working environment), karena jika sistem perangkat keras berubah maka akan berubah pula lingkungan kerjanya.

Tujuan ergonomi adalah menambah efektifitas penggunaan objek fisik dan

fasilitas yang digunakan oleh manusia dan merawat atau menambah nilai tertentu,

misalnya kesehatan, kenyamanan dan kepuasan pada proses penggunaan tersebut.

Ergonomi dapat pula berperan sebagai desain pekerjaan pada suatu

organisasi, misalnya: penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian

waktu kerja atau shift kerja, meningkatkan variasi pekerjaan dan lain-lain.

Ergonomi dapat pula berfungsi sebagai desain perangkat lunak karena dengan

semakin banyaknya pekerjaan yang berkaitan erat dengan komputer. Penyampaian

informasi dalam suatu sistem komputer harus pula diusahakan sekompatibel

mungkin sesuai dengan kemampuan dalam pemrosesan informasi oleh manusia.

Ilmu ergonomi ini secara khusus akan mempelajari tentang keterbatasan dan

kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi dan produk-produk

buatannya. Disiplin ini berangkat dari kenyataan bahwa manusia memiliki

batas-batas kemampuan, baik di dalam jangka pendek maupun panjang. Pada saat

berhadapan dengan keadaan lingkungan kerja yang berupa perangkat keras

(hardware mesin, peralatan kerja, dan sebagainya) dan perangkat lunak (metode kerja, sistem, dan prosedur).

Prinsip penting yang harus selalu diterapkan pada setiap perancangan adalah

(30)

keterbatasan manusia. Dengan demikian, setiap perancangan kerja harus

disesuaikan dengan faktor manusianya dimana dimensi fisik dan fungsi harus

mengikuti karakteristik dari manusia yang akan menggunakan sistem kerja

terseebut.

2.2.3Bidang Kajian Er gonomi.

Pada berbagai sumber literatur, bidang kajian Ergonomi tidak berbeda secara

signifikan, perbedaan hanya menyangkut pengelompokan bidang kajian.

Pengelompokan bidang kajian yang lengkap dan mencakup seluruh prilaku

manusia dalam bekerja adalah kajian Ergonomi yang dikelompokkan oleh Dr. Ir.

Iftikar Z. Sutalaksana sebagai berikut :

1.Anthropometri.

Anthropometri adalah cabang ergonomi yang mengkaji masalah dimensi tubuh manusia, Informansi dimensi tubuh manusia diperlukan untuk merancang

sistem kerja yang ergonomis. Data Anthropometri selalu berbeda untuk setiap individu. Perbedaan itu merupakan suatu kodrat bahwa tidak ada manusia yang

sama dalam segala hal.

2.Faal Kerja.

Perilaku manusia yang dibahas dalam Faal kerja adalah reaksi tubuh selama

bekerja, khususnya mengenai energi yang dikeluarkannya. Hal-hal yang

banyak dibahas dalam Faal kerja manusia adalah kelelahan (fatique) kerja otot. 3.Biomekanika Kerja.

Biomekanika kerja mengkaji perilaku manusia dalam aspek-aspek mekanika

(31)

kekuatan kerja otot, kecepatan dan ketelitian gerak anggota badan, serta daya

tahan jaringan-jaringan tubuh terhadap beban.

4.Penginderaan.

Manusia pada dasarnya memiliki lima indera utama, yaitu indera penglihatan

(mata), indera pendengaran (telinga), indera penciuman (hidung), indera perasa

(kulit), serta indera perasa (lidah). Dalam ergonomi, penglihatan dan

pendengaran dikaji untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan indera tersebut

dalam merespon informasi dari sitem kerja.

5. Psikologi Kerja.

Psikologi kerja membahas masalah-masalah kejiwaan yang ditemukan

ditempat kerja, yakni menyangkut faktor diri manusia, termasuk didalamnya:

kebiasaan, jenis kelamin, usia, sifat dan kepribadian, sistem nilai, karakteristik

fisik, minat, motivasi, pendidikan, pengalaman dan sebagainya. Masalah faktor

diri ini dikaji sebagai bagian dari ergonomi Karena pada setiap individu

manusia terdapat faktor diri yang khas sebagai bawaan lahir. Ketidakcocokan

seorang pekerja dan tuntunan pekerjaan yang dihadapinya dapat menimbulkan

tekanan (stress) dan rendahnya motivasi untuk bekerja, sehingga mengakibatkan rendahnya produktivitas yang dihasilkan.

2.2.4Sikap Ker ja.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan sikap tubuh

dalam melakukan pekerjaan, yaitu :

1. Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau sikap berdiri

(32)

2. Semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan. Seandainya hal ini

tidak memungkinkan, hendaknya diusahakan agar beban statis diperkecil.

3. Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak membebani

melainkan dapat memberikan relaksasi pada otot – otot yang sedang tidak

dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian tubuh

(paha). Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya gangguan sirkulasi

darah dan juga untuk mencegah keluhan kesemutan yang dapat mengganggu

aktivitas (Tarwaka, 2004).

Sikap tubuh dalam bekerja terdiri dari :

1. Sikap Kerja Duduk.

Sikap kerja duduk merupakan sikap kerja yang kaki tidak terbebani dengan

berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Duduk memerlukan lebih sedikit

energi daripada berdiri karena hal itu dapat mengurangi banyaknya beban otot

statis pada kaki. Kegiatan bekerja sambil duduk harus dilakukan secara

ergonomi sehingga dapat memberikan kenyamanan dalam bekerja. Sikap

duduk yang keliru merupakan penyebab adanya masalah – masalah punggung.

Hal ini dapat terjadi karena tekanan pada bagian tulang belakang akan

meningkat pada saat duduk dibandingkan dengan saat berdiri ataupun

berbaring. Jika diasumsikan tekanan tersebut sekitar 100% ; maka cara duduk

yang tegang atau kaku (erect posture) dapat menyebabkan tekanan 1 tersebut mencapai 140% dan cara duduk yang dilakukan dengan membungkuk ke depan

menyebabkan tekanan tersebut sampai 190% (Nurmianto, 2004). Sikap duduk

paling baik yang tidak berpengaruh buruk terhadap sikap badan dan tulang

(33)

mungkin kifosa pada punggung (Suma’mur, 1989). Sikap duduk yang benar

yaitu sebaiknya duduk dengan punggung lurus dan bahu berada dibelakang

serta bokong menyentuh belakang kursi. Selain itu, duduklah dengan lutut tetap

setinggi atau sedikit lebih tinggi panggul (gunakan penyangga kaki) dan

sebaiknya kedua tungkai tidak saling menyilang. Jaga agar kedua kaki tidak

menggantung dan hindari duduk dengan posisi yang sama lebih dari 20-30

menit. Selama duduk, istirahatkan siku dan lengan pada kursi, jaga bahu tetap

rileks (Wasisto, 2005).

Gambar 2.1 Sikap k er ja pada Visual Display Terminal (VDT) yang dir ekomendasikan oleh Cakir et al. (1980) (kir i) dan Gr andjean et al.

(1982, 1984) (kanan)

(Sumber : Pheasant, S, 1986)

Keuntungan bekerja sambil duduk adalah sebagai berikut :

a. Kurangnya kelelahan pada kaki.

b. Terhindarnya sikap – sikap yang tidak alamiah.

c. Berkurangnya pemakaian energi dalam bekerja.

d. Kurangnya tingkat keperluan sirkulasi darah.

(34)

a. Melembeknya otot – otot perut.

b. Melengkungnya punggung.

c. Tidak baik bagi organ dalam tubuh, khususnya pada organ pada sistem

pencernaan jika posisi dilakukan secara membungkuk.

2. Sikap Kerja Berdiri.

Selain sikap kerja duduk, sikap kerja berdiri juga banyak ditemukan di perusahaan.

Sikap kerja berdiri merupakan sikap kerja yang posisi tulang belakang vertikal dan

berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki. Bekerja dengan posisi

berdiri terus menerus sangat mungkin akan terjadi penumpukan darah dan

berbagai cairan tubuh pada kaki dan hal ini akan bertambah bila berbagai bentuk

dan ukuran sepatu yang tidak sesuai. Sikap kerja berdiri dapat menimbulkan

keluhan subjektif dan juga kelelahan bila sikap kerja ini tidak dilakukan bergantian

dengan sikap kerja duduk (Rizki, 2007).

2.2.5 Keluhan Musk ulosk eletal.

Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian otot skeletal yang

dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit.

Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama,

akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan

tendon. Keluhan hingga kerusakan ini biasanya diistilahkan dengan keluhan

musculoskeletal disorders atau cedera pada sistem muskuloskeletal. Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua (Tarwaka, 2004), yaitu :

(35)

Keluhan sementara yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima

beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila

pembebanan dihentikan.

2. Keluhan menetap (persistent).

Keluhan menetap yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun

pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus

berlanjut. Hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan

adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan,

jari, punggung, pinggang dan otot – otot bagian bawah. Keluhan otot skeletal

pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian

beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang.

Menurut Peter Vi (2000) yang dikutip oleh Rizki (2007) menjelaskan bahwa

terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot

skeletal, yaitu :

1. Peregangan Otot yang Berlebihan.

Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhkan oleh pekerja

dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas

mengangkat, mendorong, menarik dan menahan beban yang berat. Peregangan

otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan

melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka

dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan

(36)

2. Aktivitas Berulang.

Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus - menerus seperti

pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat – angkut dan lain – lain.

Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus

– menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.

3. Sikap Kerja Tidak Alamiah.

Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian

tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah misalnya pergerakan tangan terangkat,

punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan sebagainya. Semakin

jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka akan semakin tinggi

pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini pada

umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak

sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja.

2.2.6Kelelahan.

Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh terhindar dari

kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan

diatur secara sentral oleh otak (Amrizal, 2005). Menurut Suma’mur (1996)

kelelahan adalah reaksi fungsionil dari pusat kesadaran yaitu cortex cerebri yang

dipengaruhi oleh 2 (dua) sistem antagonistik yaitu sistem penghambat (inhibisi)

dan sistem penggerak (aktivasi) tetapi semunya bermuara kepada pengurangan

kapasitas kerja dan ketahanan tubuh.

Kelelahan kerja (job bournout) adalah sejenis stres yang banyak dialami oleh orang – orang yang bekerja dalam pekerjaan – pekerjaan pelayanan terhadap

(37)

dan sebagainya (Schuler, 1999). Kelelahan akibat kerja sering kali diartikan

sebagai menurunnya efisiensi, performans kerja dan berkurangnya kekuatan

/ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan yang harus dilakukan

(Wignjosoebroto, 2000).

Berdasarkan pendapat para ahli sebagaimana yang dikutip oleh Silaban

(1996) bahwa kelelahan dibedakan berdasarkan 3 (tiga) bagian yaitu :

1. Berdasarkan proses dalam otot yang terdiri dari :

a. Kelelahan otot, menurut Wignjoesoebroto (2000) ialah disebabkan

munculnya gejala kesakitan yang amat sangat ketika otot harus melakukan

beban.

b. Kelelahan umum, menurut Grandjean (1985) ialah suatu perasaan yang

menyebar yang disertai dengan adanya penurunan kesiagaan dan

kelambatan pada setiap aktivitas. Astrand dan Rodahl (1986) menyatakan

bahwa kelelahan umum dapat menjadi gejala penyakit juga berhubungan

dengan faktor psikologis (motivasi menurun, kurang tertarik) yang

mengakibatkan menurunnya kapasitas kerja. Sebab - sebab kelelahan umum

adalah monotoni, intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental, keadaan

lingkungan, sebab-sebab mental (tanggung jawab, kekhawatiran dan

konflik) serta penyakit-penyakit.

2. Berdasarkan waktu terjadinya Kelelahan :

a. Kelelahan akut, terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh

(38)

b. Kelelahan kronis, menurut Grandjean dan Kogi (1972) terjadi bila kelelahan

berlangsung setiap hari, berkepanjangan dan bahkan kadang-kadang telah

terjadi sebelum memulai suatu pekerjaan.

3. Berdasarkan penyebabnya :

a. Menurut Singleton (1972) disebabkan oleh faktor fisik dan psikologis di

tempat kerja.

b. Menurut McFarland (1972) disebabkan oleh faktor fisiologis yaitu

akumulasi dari substansi toksin (asam laktat) dalam darah dan faktor

psikologis yaitu konflik yang menyebabkan stres emosional yang

berkepanjangan.

c. Menurut Phoon (1988) disebabkan oleh kelelahan fisik yaitu kelelahan

karena kerja fisik, kerja patologis ditandai dengan menurunnya kerja, rasa

lelah dan ada hubungannya dengan faktor psikososial.

2.2.7Postur dan Per ger akan Ker ja.

Postur kerja adalah merupakan pengaturan sikap pada saat tubuh sedang

melakukan pekerjaan. Sikap kerja pada saat bekerja sebaiknya dilakukan secara

normal sehingga dapat mencegah timbulnya musculoskeletal. Rasa nyaman dapat dirasakan apabila pekerja melakukan postur kerja yang baik.

1. Korset Bahu.

(39)

Abduction Adduction Elevation Depressio Gambar 2.2 J angkauan ger akan kor set bahu

Sumber: www.brianmac.co.uk, 2011 Keterangan :

a. Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi sumbu tengah tubuh (the median plane).

b. Adduction adalah pergerakan ke arah sumbu tengah tubuh (the median plane).

c. Elevation adalah pergerakan kearah atas (bahu diangkat keatas).

e. Depression adalah pergerakan kearah bawah (bahu diturunkan kebawah). 2. Persendian Bahu.

Persendian bahu memiliki jangkauan gerakan normal yaitu : flexion, extension, abduction, adduction, rotation.

(40)

Outward Medial Rotation Intward Medial Rotation Circumduction Gambar 2.3 J angkauan per sendian bahu

Sumber: www.brianmac.co.uk, 2011

Keterangan :

a. Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan. b. Extension adalah gerakan merentangkan dimana terjadi peningkatan sudut

antara dua tulang.

c. Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah tubuh.

d. Adduction adalah pergerakan kearah sumbu tengah tubuh. e. Rotation adalah gerakan perputaran bagian atas lengan.

f. Circumduction adalah gerakan perputaran lengan menyamping secara keseluruhan.

2. Persendian Siku.

Persendian siku memiliki gerakan normal yaitu : supination, pronation, flexion, extension.

(41)

Flexion Extension

Gambar 2.4 J angkauan ger akan per sendian siku Sumber: www.brianmac.co.uk, 2010

Keterangan :

a. Supination adalah perputaran kearah samping dari anggota tubuh. b. Pronation adalah perputaran bagian tengah dari anggota tubuh.

c. Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan. d. Extension adalah gerakan merentangkan dimana terjadi peningkatan sudut

antara dua tulang.

3. Persendian Pergelangan Tangan.

Persendian siku memiliki gerakan normal yaitu: flexion, ekstension, adduction, abduction, dan circumduction.

Flexion Extension Adduction Abduction Circumduction Gambar 2.5 J angkauan ger akan per gelangan tangan

(42)

Keterangan :

a. Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan. b. Extension adalah gerakan merentangkan dimana terjadi peningkatan sudut

antara dua tulang.

c. Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah tubuh.

d. Adduction adalah pergerakan kearah sumbu tengah tubuh.

e. Circumduction adalah pergerakan pergelangan tangan secara memutar.

2.3 Anthr opometr i.

2.3.1Definisi Anthr opometr i.

Menurut Sritomo Wignjosoebroto dalam bukunya istilah antropometri

berasal dari "anthro" yang berarti manusia dan "metri" yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi yang berkaitan

dengan pengukurandimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya akan memiliki

bentuk, ukuran (tinggi, lebar dsb.) berat dan lain-lain. Yang berbeda satu dengan

yang lainnya. Antropometri secara luasakan digunakan sebagai

pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan (desain) produk maupun

sistem kerja yang akan memerlukan interaksimanusia. Data antropometri yang

berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luasantara lain dalam hal :

1. Perancangan areal kerja (work station, interior mobil, dll ).

(43)

3. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja komputer

dll.

4. Perancangan lingkungan kerja fisik.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan

menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk

yangdirancang dan manusia yang akan mengoperasikan / menggunakan produk

tersebut. Dalam kaitan ini maka perancangan produk harus mampu

mengakomodasikan dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan

produk hasil rancangannya tersebut. Secara umum sekurang - kurangnya 90 % -

95 % dari populasi yang menjadi target dalam kelompok pemakai suatu produk

haruslah mampu menggunakannya dengan selayaknya.

2.3.2Data Anthr opometr i dan Car a Pengukur annya.

Manusia pada umumnya akan berbeda – beda dalam hal bentuk dan dimensi

ukuran tubuhnya. Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh

manusia , yaitu (Stevenson, 1989; Nurmianto, 2003) :

1. Umur.

Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar

seiring dengan bertambahnya umur yaitu sejak awal kelahiran sampai dengan

umur sekitar 20 tahunan. Dari suatu penelitian ysng dilakukan oleh A. F.

Roche dan G. H. Davila (1972) di USA diperoleh kesimpulan bahwa laki-laki

akan tumbuh dan berkembang naik sampai dengan usia 21,2 tahun, sedangkan

wanita 17,3 tahun. Meskipun ada 10 % yang masih terus bertambah tinggi

(44)

lagi akan terjadi pertumbuhan bahkan justru akan cenderung berubah menjadi

pertumbuhan menurun ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40

tahunan (Wignjosoebroto, 1995).

2. Jenis kelamin (sex).

dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan

dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti pinggul,

dan sebagainya.

3. Suku bangsa (etnic).

Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnic akan memiliki karakteristik fisik yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dimensi tubuh suku bangsa Negara

Barat pada umumnya mempunyai ukuran yang lebih besar daripada dimensi

tubuh suku bangsa negara Timur.

4. Keacakan / Random.

Hal ini menjelaskan bahwa walaupun telah terdapat dalam satu kelompok

populasi yang sudah jelas sama jenis kelamin, suku atau bangsa, kelompok usia

dan pekerjaannya, namun masih akan ada perbedaan yang cukup signifikan

antara berbagai macam masyarakat.

5. Jenis Pekerjaan.

Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam seleksi

karyawan. Misalnya, buruh dermaga harus mempunyai postur tubuh yang

relatif lebih besar dibandingkan dengan karyawan perkantoran pada umumnya.

Apalagi jika dibandingkan dengan jenis pekerjaan militer.

(45)

Tebal tipisnya pakaian yang dikenakan, dimana faktor iklim yang berbeda akan

memberikan varisi berbeda-beda pula dalam bentuk rancangan dan spesifikasi

pakaian. Dengan demikian dimensi tubuh orangpun akan berbeda dari satu

tempat dengan tempat yang lainnya.

7. Faktor Kehamilan.

Kondisi semacam ini akan mempengaruhi bentuk dan ukuran tubuh khususnya

bagi perempuan. Hal tersebut jelas memerlukan perhatian khusus terhadap

produk-produk yang dirancang bagi segmen seperti ini.

8. Tubuh Cacat.

Hal ini jelas menyebabkan perbedaan antara yang cacat dengan yang tidak

terhadap ukuran dimensi tubuh manusia.

9. Posisi tubuh (posture).

Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh

karena itu harus posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survei

pengukuran.

Berkaitan dengan posisi tubuh manusia dikenal dua cara pengukuran, yaitu:

a. Antropometri Statis (Structural Body Dimensions).

Disini tubuh diukur dalam berbagai posisi standard dan tidak bergerak (tetap

tegak sempurna). Dimensi tubuh yang diukur meliputi berat badan, tinggi

tubuh, dalam posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala, tinggi/panjang

lutut, pada saat berdiri/duduk, panjang lengan, dan sebagainya.

(46)

Disini pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat berfungsi

melakukan gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan yang

harus diselesaikan (Wignjosoebroto, 1995) .

Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data antropometri yang tepat

diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja, diperlukan

pengambilan ukuran dimensi anggota tubuh. Penjelasan mengenai pengukuran

dimensi antropometri tubuh yang diperlukan dalam perancangan dijelaskan pada

gambar 2.6.

Gambar 2.6. Antr opometr i untuk Perancangan Pr oduk Sumber: Wignjosoebroto, 2003

(47)

Keterangan gambar 2.6. di atas, yaitu:

1 : Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai sampai dengan ujung

kepala).

2 : Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak.

3 : Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.

4 : Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).

5 : Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam

gambar tidak ditunjukkan).

6 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk (di ukur dari alas tempat duduk pantat

sampai dengan kepala).

7 : Tinggi mata dalam posisi duduk.

8 : Tinggi bahu dalam posisi duduk.

9 : Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus).

10 : Tebal atau lebar paha.

11 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan. ujung lutut.

12 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan bagian belakang dari

lutut betis.

13 : Tinggi lutut yang bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk.

14 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang di ukur dari lantai sampai dengan

paha.

15 : Lebar dari bahu (bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk).

16 : Lebar pinggul ataupun pantat.

17 : Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan dalam

(48)

18 : Lebar perut.

19 : Panjang siku yang di ukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam

posisi siku tegak lurus.

20 : Lebar kepala.

21 : Panjang tangan di ukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari.

22 : Lebar telapak tangan.

23 : Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar kesamping kiri kanan

(tidak ditunjukkan dalam gambar).

24 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak.

25 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak.

26 : Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan di ukur dari bahu sampai

(49)

Tabel 2.1. Per kir aan Antrophometri Untuk Masyar akat Hongkong, Dewasa, Dapat Diekivalensikan Sementa r a Untuk Masyar akat Indonesia (Kesamaan

Etnis Asia) (mm)

No. Dimensi Tubuh Pria Wanita

5% X 95% S.D 105% X 195% S.D

1 Tinggi Tubuh Posisi Berdiri

Tegak 1.585 1.680 1.775 58 1.455 1.555 1.655 60 2 Tinggi Mata 1.470 1.555 1.640 52 1.330 1.425 1.520 57 3 Tinggi Bahu 1.300 1.380 1.460 50 1.180 1.265 1.350 51 4 Tinggi Siku 950 1.015 1.080 39 870 935 1.000 41

5

Tinggi Genggaman Tangan (Knuckle) pada Posisi relaks kebawah

685 750 815 40 650 715 780 41

6 Tinggi Badan Posisi Duduk 845 900 955 34 780 840 900 37 7 Tinggi Mata Posisi Duduk 720 780 840 35 660 720 780 35 8 Tinggi Bahu Posisi Duduk 555 605 655 31 165 230 295 38 9 Tinggi Siku Posisi Duduk 190 240 290 31 165 230 295 38

10 Tebal Paha 110 135 100 14 105 130 155 14

11 Jarak dari Pantat ke Lutut 505 550 595 26 470 520 570 30

12 Jarak dari Lipat Lutut

(Popliteal) ke Pantat 405 450 495 26 385 435 485 29

13 Tinggi Lutut 450 495 540 26 410 455 500 27

14 Tinggi Lipat Lutut

(Popliteal) 365 405 445 25 325 375 425 29

15 Lebar Bahu (bideltoid) 380 425 470 26 335 385 435 29

16 Lebar Panggul 300 335 370 22 295 330 365 21

17 Tebal dada 155 195 235 25 160 215 270 34

18 Tebal Perut (abdominal) 150 210 270 36 150 215 280 39 19 Jarak dari Sikut ke Ujung

Jari 410 445 480 22 360 400 400 24

20 Lebar Kepala 150 160 170 7 135 150 165 8

21 Panjang Tangan 165 190 195 9 150 165 180 9

22 Lebar Tangan 70 80 90 5 60 70 80 5

23 Jarak Bentang dari Ujung

Jari tangan Kanan ke Kiri 1.480 1.635 1.790 95 1.350 1.480 1.610 80

24

Tinggi Pegangan Tangan (grip) pada Posisi tangan Vertikal ke atas & duduk

1.835 1.970 2.105 83 1.685 1.825 1.965 86

25

Tinggi Pegangan Tangan (grip) pada Posisi tangan Vertikal ke atas & duduk

1.110 1.205 1.300 58 855 940 1.025 51

26

Jarak genggaman tangan (grip) ke punggung pada posisi tangan ke depan (horizontal)

(50)

Tabel 2.2. Antrophometri Masyar akat Indonesia Yang Didapat Dar i Inter polasi Masyar akat British Dan Hongkong (Phesant, 1286) Ter hadap

Masyar akat Indonesia (mm)

No. Dimensi Tubuh Pria Wanita

5% X 95% S.D 105% X 195% S.D

1 Tinggi Tubuh Posisi Berdiri

Tegak 1.532 1.632 1.732 61 1.464 1.563 1.662 60 2 Tinggi Mata 1.425 1.520 1.615 58 1.350 1.446 1.542 58 3 Tinggi Bahu 1.247 1.338 1.429 55 1.184 1.272 1.361 54 4 Tinggi Siku 932 1.003 1.074 43 886 957 1.028 43

5

Tinggi Genggaman Tangan (Knuckle) pada Posisi relaks kebawah

655 718 782 39 646 708 771 38

6 Tinggi Badan Posisi Duduk 809 864 919 33 775 834 893 36 7 Tinggi Mata Posisi Duduk 694 749 804 33 666 721 776 33 8 Tinggi Bahu Posisi Duduk 523 572 621 330 501 550 599 30 9 Tinggi Siku Posisi Duduk 181 231 282 31 175 229 283 33

10 Tebal Paha 117 140 163 14 115 140 165 15

11 Jarak dari Pantat ke Lutut 500 545 590 272 488 527 586 30

12 Jarak dari Lipat Lutut

(Popliteal) ke Pantat 405 450 495 27 488 537 586 30

13 Tinggi Lutut 448 496 544 29 428 472 516 27

14 Tinggi Lipat Lutut

(Popliteal) 361 403 445 26 337 382 428 28

15 Lebar Bahu (bideltoid) 382 424 466 26 342 385 428 26

16 Lebar Panggul 291 331 371 24 298 345 392 29

17 Tebal dada 174 212 250 23 178 228 278 30

18 Tebal Perut (abdominal) 174 228 282 33 175 231 287 34 19 Jarak dari Sikut ke Ujung

Jari 405 439 473 21 374 409 287 34

20 Lebar Kepala 140 450 160 6 135 146 157 7

21 Panjang Tangan 161 176 190 9 153 168 183 9

22 Lebar Tangan 71 79 87 5 64 71 78 4

23 Jarak Bentang dari Ujung

Jari tangan Kanan ke Kiri 1.520 1.663 1.806 87 1.400 1.523 1.646 75

24

Tinggi Pegangan Tangan (grip) pada Posisi tangan Vertikal ke atas & duduk

1.795 1.923 2.051 78 1.712 1.841 1.969 79

25

Tinggi Pegangan Tangan (grip) pada Posisi tangan Vertikal ke atas & duduk

1.065 1.169 1.273 63 945 1.030 1.115 52

26

Jarak genggaman tangan (grip) ke punggung pada posisi tangan ke depan (horizontal)

(51)

Tabel 2.3. Anthropometr i Telapak Tangan Or ang Indonesia (mm)

No. Dimensi Tubuh Pria Wanita

5% X 95% S.D 105% X 195% S.D

1 Panjang Tangan 163 176 189 8 155 168 181 8

2 Panjang Telapak Tangan 92 100 108 5 87 94 101 4

3 Panjang Ibu Jari 45 48 51 2 42 45 48 2

4 Panjang Jari Telunjuk 62 67 72 3 60 65 70 3

5 Panjang Jari Tengah 70 77 84 4 69 74 79 3

6 Panjang Jari Manis 62 67 72 3 59 64 69 3

7 Panjang Jari Kelingking 48 51 54 2 45 48 51 2

8 Lebar Ibu Jari (LPJ) 19 21 23 1 16 18 20 1

9 Tebal Ibu Jari (IPJ) 19 21 23 1 15 17 19 1

10 Lebar Jari Telunjuk 18 20 22 1 15 17 19 1

11 Tebal Jari Telunjuk 16 18 20 1 13 15 17 1

12 Lebar Telapak Tangan

(metacarpal) 74 81 88 4 68 73 78 3

13 Lebar Telapak Tangan

(sampai ibu jari) 88 98 108 6 82 89 96 4

14 Lebar Telapak Tangan

(minimum) 68 75 82 4 64 59 74 3

15 Tebal Telapak Tangan

(metacarpal) 28 31 34 2 25 27 29 1

16 Tebal Telapak Tangan

(sampai ibu jari) 41 48 47 2 41 44 47 2

17 Diameter Genggaman

(maksimum) 45 48 51 2 43 46 49 1

18 Lebar Maksimum (ibu jari

ke jari kelingking) 177 192 206 9 169 184 199 9

19

Lebar Fungsional

Maksimum (ibu jari ke jari lain)

122 132 142 6 113 123 134 6

20

Segiempat minimum yang dapat dilewati telapak tangan

(52)

2.3.3 Aplikasi Distr ibusi Nor mal dan Per sentil Dalam Peneta pan Data

Anthr opometr i.

Data anthropometri diperlukan agar supaya rancangan suatu produk bisa

sesuai dengan orang yang akan mengoperasikannya. Ukuran tubuh yang

diperlukan pada hakekatnya tidak sulit diperoleh dari pengukuran secara

individual. Adanya variansi ukuran sebenarnya akan lebih mudah diatasi bilamana

kita mampu merancang produk yang memiliki fleksibilitas dan sifat “mampu

suai” dengan suatu ukuran tertentu. Pada penetapan data anthropometri,

pemakaian distribusi normal akan umum diterapkan. Distribusi normal dapat

diformulasikan berdasarkan harga ratarata dan simpangan standarnya dari data

yang ada. Berdasarkan nilai yang ada tersebut, maka persentil (nilai yang

menunjukkan persentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau di

bawah nilai tersebut) bisa ditetapkan sesuai tabel probabilitas distribusi normal.

Bilamana diharapkan ukuran yang mampu mengakomodasikan 95% dari populasi

yang ada, maka diambil rentang 2,5th dan 97,5th percentile sebagai

batas-batasnya (Wignjosoebroto, 1995).

(53)

Menurut Panero dan Zelnik (2003) disamping berbagai variasi, pola umum

dari suatu distribusi data anthopometrik, seperti juga data-data lain, biasanya

dapat diduga dan diperkirakan seperti pada distribusi Gaussian. Distribusi

semacam itu, bila disajikan melalui grafik dengan membandingkan kejadian yang

muncul terhadap besaran, biasanya berbentuk kurva simetris atau berbentuk

lonceng. Ciri umum kurva berbentuk lonceng tersebut adalah besarnya prosentase

pada bagian tengah dengan sediki saja perbedaan yang mencolok pada bagian

ujung dari skala grafik tersebut.

Secara statistik sudah diperlihatkan bahwa data hasil pengukuran tubuh

manusia pada berbagai populasi akan terdistribusi dalam grafik sedemikian rupa

sehingga data-data yang bernilai kurang lebih sama akan terkumpul di bagian

tengah grafik. Sedangkan data-data dengan nilai penyimpangan yang ekstrim akan

terletak pada ujung-ujung grafik. Telah disebutkan pula bahwa merancang untuk

kepentingan keseluruhan populasi sekaligus merupakan hal yang tidak praktis.

Oleh karena itu sebaiknya dilakukan perancangan dengan tujuan dan data yang

berasal dari segmen populasi dibagian tengah grafik. Jadi merupakan hal logis

untuk mengesampingkan perbedaan yang ekstrim pada bagian ujung grafik dan

hanya menggunakan segmen terbesar yaitu 90% dari kelompok populasi tersebut.

Adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean (rata-rata) dan

SD (standar deviasi). Sedangkan persentil adalah suatu nilai yang menyatakan

bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan

atau lebih rendah dari nilai tersebut. Misalnya: 95% populasi adalah sama dengan

atau lebih rendah dari 95 persentil; 5% dari populasi berada sama dengan atau

(54)

Persentil ke-50 memberi gambaran yang mendekati nilai rata-rata dari suatu

kelompok tertentu, namun demikian pengertian ini jangan disalah artikan sama

dengan mengatakan bahwa rata-rata orang pada kelompok tersebut memiliki

ukuran tubuh yang dimaksudkan tadi. Ada dua hal penting yang harus selalu

diingat bila menggunakan persentil. Pertama, persentil anthropometrik dari tiap

invidu hanya berlaku untuk satu data dimensi tubuh saja. Kedua, tidak dapat

dikatakan seseorang memilki persentil yang sama, ke-95 atau ke-90 atau ke-5,

untuk keseluruhan dimensi tubuhnya (Panero dan Zelnik, 2003).

Pemakaian nilai-nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam perhitungan

data anthropometri, ditunjukan dalam tabel 2.4.

Tabel 2.4. Macam Per sentil Dan Car a Per hitungan Dalam Distr ibusi Nor mal.

Percentile Perhitungan 1-st X 2

Gambar

Gambar 2.1 Sikap kerja pada Visual Display Terminal (VDT) yang
Gambar 2.2 Jangkauan gerakan korset bahu Sumber: www.brianmac.co.uk, 2011
Gambar 2.3 Jangkauan persendian bahu
Gambar 2.4 Jangkauan gerakan persendian siku
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian didapatkan rancangan kursi kuliah dengan desain yang baru yang memiliki kelebihan kursi bisa dilipat, alas menulis bisa dilipat, alas duduk dan sandaran

Berdasarkan analisa data perancangan desain meja dan kursi usulan adalah sebagai berikut: Untuk merancang kursi adalah: Tinggi dudukan kursi = 43 cm, panjang dudukan kursi = 40

Kursi kuliah terdiri dari berbagai bagian, seperti : sudut kemiringan sandaran kursi, lebar sandaran kursi, tinggi sandaran kursi dan panjang alas duduk.. Bagian-bagian apa saja

Perancangan kursi plus meja ergonomis sesuai antropometri santri MDA Masjid Muhajirin Kampung Tangah menghasilkan rancangan kursi plus meja di sisi kanan yang bisa

Dengan penerapan antropometri ukuran tubuh manusia dalam merancang fasilitas meja dan kursi pada stasiun kerja pemotongan ternyata dapat berpengaruh dalam merubah

Untuk membuat kursi dan meja pada pinisi resto memberikan dampak positif bagi psikologis pengguna maka perancangan dibuat berdasarkan pertimbangan aspek Psikologi Pengguna yang

Postur tubuh :Posisi tubuh siswa yang tidak ergonomis dalam menggunakan. meja dan kursi sekolah yang dinilai dengan

Dengan penerapan antropometri ukuran tubuh manusia dalam merancang fasilitas meja dan kursi pada stasiun kerja pemotongan ternyata dapat berpengaruh dalam merubah