YANG ERGONOMIS
SKRIPSI
OLEH :
ANGGA SANDITYA HARVIAN PERMANA PUTRA
0932010023
J URUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
YANG ERGONOMIS
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syar at
Untuk Memper oleh Gelar Sar jana Teknik
J ur usan Teknik Industr i
Oleh :
ANGGA SANDITYA HARVIAN PERMANA PUTRA
0932010023
J URUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMIUR
SKRIPSI
PERANCANGAN MEJ A DAN KULIAH YANG ERGONOMIS
OLEH :
ANGGA SANDITYA HARVIAN PERMANA PUTRA 0932010023
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Negar a Lisan Gelombang I Tahun Ajar an 2012 – 2013
Sur abaya, 29 September 2012
Mengetahui Dosen Pembimbing I
Ir . Iriani, MMT NIP. 19630406 198903 1 001
Mengetahui Dosen Pembimbing II
Enny Ar iyani, ST, MT NIP. 19591228 198803 2 001
Mengetahui,
Ketua J ur usan Teknik Industr i UPN “ Veter an” J awa Timur
PERANCANGAN MEJ A DAN KURSI KULIAH
YANG ERGONOMIS
Disusun Oleh :
ANGGA SANDITYA HARVIAN PERMANA PUTRA
0932010023
Telah diper tahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Teknik Industr i Fakultas Teknologi Industr i
Univer sita s Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur Pada Tanggal : 5 Oktober 2012
Dosen Penguji : Dosen Pembimbing :
1. Ir . Nisa Masr ur oh, MT 1. Ir . Ir iani, MMT
NIP. 19630125 198803 2 001 NIP. 19621126 198803 2 001
2. Ir . Didi Samanhudi, MMT 2. Enny Ar iyani, ST, MT NIP. 19580625 198503 1 001 NIP. 3700 9950 0411
3. Ir . Ir iani, MMT
NIP. 19621126 198803 2 001
Mengetahui
Dekan Fak ultas Tek nologi Industr i
Univer sita s Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur
KATA PENGANTAR
Assalamu’alikum Wr. Wb.
Segala puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat terselesaikan Tugas Akhir/Skripsi
dengan judul “Perancangan Meja Dan Kursi Kuliah Yang Ergonomis”.
Tugas Akhir/Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh
oleh mahasiswa jenjang pendidikan Strata-1 (Sarjana) Jurusan Teknik Industri,
Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur guna meraih gelar kesarjanaan.
Dalam penyusunan Tugas Akhir/Skripsi ini penulis ingin mengucapkan
rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. R. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Ir. Sutiyono, MT selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri
UPN “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak DR. Ir. Minto Waluyo, MM selaku Ketua Jurusan Teknik Indutri
UPN “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Drs. Pailan, MPd selaku Sekretaris Jurusan Teknik Indutri
UPN “Veteran” Jawa Timur.
5. Ibu Ir. Iriani, MMT selaku Dosen Pembimbing I Skripsi.
6. Ibu Enny Ariyani, ST, MT selaku Dosen Pembimbing II Skipsi.
7. Bapak Ir. Handoyo, MT dan Ir. Hari Purwoadi.MM, Mpd selaku Dosen
8. Bapak Ir. Rus Indiyanto, MT dan Ir. Budi Santoso, MMT selaku Dosen
Penguji Seminar II.
9. Segenap staff Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan banyak pengetahuan selama
masa perkuliahan.
10. Seluruh Keluargaku (Papa, Mama, Kakak, dan Kekasih) Makasi banyak atas Doa, Semangat, dan Support yang uda diberikan buat aku.
11. Teman-temanku (Robby, Yoanda, Mira, Mita, dan Dwi), terima kasih
banyak.
12. Pihak – pihak terkait yang membantu dalam penyelesaian Tugas
Akhir/Skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih
banyak.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir/Skripsi ini terdapat
kesalahan dan kekurangan yang masih perlu diperbaiki, untuk itu sebagai penulis,
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
kesempurnaan Tugas Akhir/Skripsi ini. Akhir kata, semoga Tugas Akhir/Skripsi
ini bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surabaya, 2 Oktober 2012
Kata Pengantar ... i
Daftar Isi ... ii
Daftar Tabel ... iii
Daftar Gambar ... iv
Daftar Lampiran ... v
Abstraksi ... vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 2
1.3 Batasan Masalah ... 2
1.4 Asumsi ... 3
1.5 Tujuan ... 3
1.6 Manfaat ... 3
1.7 Sistematika Penulisan ... 4
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Perancangan, Pengembangan dan Inovasi Produk ... 6
2.2 Ergonomi ... 13
2.2.1 Sejarah dan Perkembangan Ergonomi ... 13
2.2.2 Definisi Ergonomi ... 16
2.2.3 Bidang Kajian Ergonomi ... 18
2.2.4 Sikap Kerja ... 19
2.2.5 Keluhan Muskuloskeletal ... 22
2.2.6 Kelelahan ... 24
2.2.7 Postur dan Pergerakan Kerja ... 26
2.3 Anthropometri ... 30
2.3.1 Definisi Anthropometri ... 30
2.3.2 Data Anthropometri dan Cara Pengukurannya ... 31
2.3.3 Aplikasi Distribusi Normal dan Persentil dalam Penetapan Data
Anthropometri ... 40
2.4 Meja dan Kursi Kuliah ... 43
2.5 Pengujian Data ... 44
2.5.1 Uji Keseragaman Data ... 44
2.5.2 Uji Kecukupan Data ... 46
2.6 Penelitian Terdahulu ... 48
4.1. Pengumpulan Data ... 56
4.1.1. Data Antropometri Pengguna ... 56
4.2. Pengolahan Data ... 58
4.2.1. Desain Meja dan Kursi Awal ... 58
4.2.2. Desain Meja dan Kursi Usulan ... 59
4.2.2.1. Uji Keseragaman Data ... 59
4.2.2.2. Uji Kecukupan Data ... 67
4.2.2.3. Menentukan Persentil ... 72
4.2.2.4. Perancangan Desain Meja dan Kursi Kuliah ... 76
4.3. Hasil dan Pembahasan ... 77
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... 79
5.2. Saran ... 80
yang sangat dicari dan dioptimalkan oleh setiap creator maupun innovator di bidang human comfortable.
Meja dan kursi kuliah merupakan salah satu alat penunjang proses belajar mengajar yang bisa kita jumpai sehari–harinya. Pengguna meja dan kursi kuliah di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur pada umumnya yang kebanyakan kita lihat adalah berbentuk kursi dengan meja kecil yang berada disamping kanan pengguna. Hal ini sangat membuat pengguna meja kursi kuliah merasa tidak nyaman jika ingin mencatat, menulis, dan mengerjakan tugas pada meja tersebut, karena sering merasa kelelahan pada saat menggunakan meja kursi kuliah tersebut, kelelahan terjadi pada bagian pinggang dikarenakan harus menghadap ke samping kanan ketika akan menulis atau mengerjakan, dan tulang belakang terasa sakit dikarenakan harus membungkuk disaat menulis, yang membuat mahasiswa merasa tidak nyaman pada saat untuk mencatat atau mengerjakan sesuatu pada meja tersebut.
Dari permasalahan di atas diketahui bahwa meja kursi kuliah yang digunakan di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur masih sangat kurang ergonomis dan sederhana. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk merancang meja dan kursi kuliah yang sudah ada saat ini menjadi lebih ergonomis sesuai dengan kebutuhan konsumen yang memberi kenyamanan pada penggunanya.
Hasil analisa menunjukkan bahwa untuk merancang meja dan kursi kuliah secara ergonomis maka ukuran yang direkomendasikan adalah tinggi sandaran kursi kuliah adalah 55 cm, lebar sandaran kursi kuliah adalah 55 cm, lebar dudukan kursi kuliah adalah 55 cm, panjang dudukan kursi kuliah adalah 40 cm, tinggi dudukan kursi kuliah adalah 44 cm, lebar permukaan meja kuliah adalah 50 cm, panjang pemukaan meja kuliah adalah 55 cm, tinggi meja kuliah adalah 76 cm, dan tinggi laci dengan adalah 15 cm. Dan diketahui dari hasil kuisioner jumlah total poin SS dan S lebih besar daripada jumlah total poin N, TS dan STS yaitu sebesar : (46 + 162) > (95 + 21) = 204 > 116 yang menandakan bahwa kesesuaian meja dan kursi usulan telah memberikan kenyamanan terhadap pengguna.
optimized by each creator and innovator in the field of human comfortable.
Tables and chairs lecture is one means of supporting teaching and learning processes that can be encountered on a daily basis. Users table and chair lecture at the Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur in general, most of us see is shaped chairs with a small table that was right next to the user. This is making the user seat lecture table feel uncomfortable if you want to record, write, and do the job on the table, as they often feel fatigue when using a desk chair lecture, fatigue occurs in part because the waist should be facing to the right when going to write or work, and spine pain due to having to bend when writing, which makes students feel uncomfortable at the time to record or do something on the table.
From the above problems in mind that tables and chairs are used at the University college of National Development "Veteran" East Java is still very less ergonomic and simple. Thus this study aims to design a table and chairs existing college is becoming more ergonomically fit the needs of consumers who give comfort to the users.
The analysis shows that in order to design a study table and chair is ergonomically the recommended size is the height of the seat is 55 cm lecture, lecture chair width is 55 cm, width of the seat lecture is 55 cm, the length of the seat lecture is 40 cm, height lecture the seat is 44 cm, width of the table surface is 50 cm college, college desk surface length is 55 cm, height 76 cm table is a college, and high chest of drawers with a 15 cm. And it is known from the results of the questionnaire point total SS and S is greater than the total number of points N, TS and STS are as follows: (46 + 162)> (95 + 21) = 204> 116 which indicates that the proposed compliance tables and chairs have given convenience to the user.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kenyamanan dalam sebuah aktifitas adalah sebuah kebutuhan mutlak yang
sangat dicari dan dioptimalkan oleh setiap creator maupun innovator di bidang human comfortable. Berbagai macam bentuk model perlindungan maupun peralatan yang menunjang sebuah nilai keamanan pada diri manusia, seperti
halnya pakaian yang melindungi manusia dari kondisi alam di sekitar tubuh yang
dibalutnya, dan sudah tentu hal ini membutuhkan campur tangan seorang designer sebagai pencipta sekaligus pemberi nilai lebih dibidang estetika dan daya
persuasive.
Meja dan kursi kuliah merupakan salah satu alat penunjang proses belajar
mengajar yang bisa kita jumpai sehari–harinya. Pengguna meja dan kursi kuliah di
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur pada umumnya yang
kebanyakan kita lihat adalah berbentuk kursi dengan meja kecil yang berada
disamping kanan pengguna. Hal ini sangat membuat pengguna meja kursi kuliah
merasa tidak nyaman jika ingin mencatat, menulis, dan mengerjakan tugas pada
meja tersebut, karena sering merasa kelelahan pada saat menggunakan meja kursi
kuliah tersebut, kelelahan terjadi pada bagian pinggang dikarenakan harus
menghadap ke samping kanan ketika akan menulis atau mengerjakan, dan tulang
belakang terasa sakit dikarenakan harus membungkuk disaat menulis, yang
membuat mahasiswa merasa tidak nyaman pada saat untuk mencatat atau
Dari permasalahan di atas diketahui bahwa meja kursi kuliah yang
digunakan di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur masih
sangat kurang ergonomis dan sederhana. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk
merancang meja dan kursi kuliah yang sudah ada saat ini menjadi lebih ergonomis
sesuai dengan kebutuhan konsumen yang memberi kenyamanan pada
penggunanya.
1.2 Per umu san Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan yang
dihadapi, yaitu :
“ Bagaimana merancang meja dan kursi kuliah yang ergonomis ?”
1.3 Batasan Masalah
Untuk menghindari terlalu luasnya permasalahan maka dilakukan
pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Data yang digunakan adalah data antrophometri dan responden untuk desain meja kursi kuliah adalah mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur sebanyak 40 orang (20 laki-laki dan 20 perempuan).
2. Persentil yang digunakan adalah persentil 5, 50, dan 95.
3. Penelitian hanya melakukan pada meja kursi kuliah Teknik Industri Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Tidak dilakukannya perhitungan biaya.
5. Tingkat keyakinan sebesar 95% dan tingkat ketelitian sebesar 5%.
1.4 Asumsi
Asumsi-asumsi yang diperlukan dalam melaksanakan penelitian yaitu:
1. Kondisi pengguna diukur dalam keadaan normal.
2. Desain disesuaikan dengan permasalahan yang ada dan kebutuhan si pemakai.
3. Semua responden dalam menjawab kusioner dapat menjawab dengan baik.
4. Tidak terdapat kelalaian dalam melakukan pengukuran data anthropometri.
5. Ruangan yang digunakan sebagai sarana proses belajar mengajar cukup luas.
6. Jumlah responden yang menjawab kuisioner dapat mewakili semua pengguna
meja dan kursi kuliah tersebut.
1.5 Tujuan
Melakukan perancangan meja dan kursi kuliah yang ergonomis sehingga
mampu memberikan kemudahan dan kenyamanan dalam penggunaannya.
1.6 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dengan melakukan penelitian ini adalah :
a. Bagi Peneliti
Sebagai latihan untuk menerapkan teori yang diberikan dibangku kuliah dalam
permasalahan nyata.
b. Bagi Pengguna (penguna meja kursi kuliah)
- Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi pegangan bagi perusahaan
tentang faktor-faktor apa saja yang dapat digunakan untuk
- Mengetahui pengaruh-pengaruh apa saja yang dihasilkan dari kombinasi
beberapa faktor dominan tersebut.
- Dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor
konsumen dalam pengembangan produk dengan pendekatan ergonomi.
c. Bagi Ilmu Pengetahuan
Dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memecahkan masalah sejenis
dengan penulisan ini, khususnya tentang faktor-faktor yang dominan terhadap
perancangan dan pengembangan produk sehingga masih dapat dikembangkan
dalam penelitian-penelitian selanjutnya.
1.7 Sistematika Penulisan Lapor an
Pada dasarnya sistematika penyusunan adalah suatu hal yang sangat
diperlukan dalam pembuatan karya tulis karena sistematika penyusunan memuat
seluruh isi karya tulis secara berurutan sehingga dapat terlihat dengan jelas
mengenai masalah-masalah yang dibahas. Dalam hal ini makalah skripsi yang
dibuat oleh penyusun adalah membahas mengenai hal-hal sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Menjelaskan secara umum mengenai latar belakang, tujuan ruang
lingkup sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan teori-teori mengenai obyek produk yaitu, teori
mengenai desain perancangan produk meja dan kursi kuliah dan
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan lokasi penelitian ,metode pengumpulan data dan
langkah pemecahan masalah.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Menjelaskan pengumpulan data dan perancangan meja dan kursi
kuliah yang ergonomis dan inovatif.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang kesimpulan terhadap permasalahan yang telah dibahas
serta memberikan saran yang bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Per ancangan, Pengembangan dan Inovasi Pr oduk.
2.1.1 Per ancangan Pr oduk.
Kesejahteraan dan kualitas hidup manusia yang telah mencapai tingkat yang
tinggi saat ini, sebagian besar adalah akibat diciptakan, dibuat dan
dimanfaatkannya berbagai produk dan jasa yang tak terhitung macam dan
jumlahnya oleh para insinyur dan ahli-ahli teknik lainnya. Kontribusi para ahli
teknik dalam meningkatkan kesejahteraan manusia tersebut adalah dalam kegiatan
mencipta, merancang dan membuat produk dan jasa yang berguna bagi manusia
karena meringankan beban hidupnya dan membuat hidup lebih nyaman. Produk
dan jasa tersebut juga harus memenuhi beberapa persyaratan modern seperti tidak
merusak lingkungan, hemat energi dan lain sebagainya.
Perancangan dan pembuatan produk merupakan bagian yang sangat besar
dari kegiatan teknik yang ada. Kegiatan perancangan dimulai dengan
didapatkannya persepsi tentang kebutuhan manusia, kemudian disusul oleh
perancangan konsep produk, disusul kemudian dengan perancangan,
pengembangan dan penyempurnaan produk.
Perancangan adalah kegiatan awal dari suatu rangkaian kegiatan dalam
proses pembuatan produk. Dalam tahap perancangan tersebut dibuat
keputusan-keputusan penting yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan lain yang menyusulnya.
apakah industri dalam negeri dapat berpartisipasi atau tidak dalam suatu
pembangunan proyek.
Dalam bentuk yang paling sederhana, hasil rancangan dapat berupa sebuah
sketsa atau gambar sederhana dari produk yang akan dibuat. Dalam hal si pembuat
produk adalah si perancang sendiri, maka sketsa atau gambar yang dibuat cukup
sederhana saja asalkan dapat dimengertinya sendiri.
Menurut Pressman (2010), perancangan adalah langkah pertama dalam fase
pengembangan rekayasa produk atau sistem. Perancangan itu adalah proses
penerapan berbagai teknik dan prinsip yang bertujuan untuk mendefinisikan
sebuah peralatan, satu proses atau satu sistem secara detail yang membolehkan
dilakukan realisasi fisik (Taylor dalam Pressman,2001).
1. Langkah - langkah Perancangan Produk
a. Fase Informasi.
Fase yang bertujuan untuk memahami seluruh aspek yang berkaitan dengan
produk yang hendak dikembangkan dengan cara mengumpulkan seluruh
informasi yang dibutuhkan secara akurat diantaranya (Imam Djati 2001) : -Gambar produk awal dan spesifikasi.
-Kriteria keinginan konsumen terhadap produk.
-Kriteria keinginan relatif konsumen.
-Kriteria manufaktur yang mencakup diagram mekanisme pembuatan
struktur dan fungsi.
-Kriteria buying.
Dasar Kemampuan pembelian produk dengan pertimbangan
-Kriteria finance produk awal. b. Fase kreatif.
Fase yang bertujuan untuk menampilkan alternatif yang dapat memenuhi
fungsi yang dibutuhkan diantaranya :
-Penentuan kriteria atribut yang menggunakan diagram pohon.
-Penentuan prioritas perancangan.
-Pembuatan alternatif model produk.
c. Fase analisa.
Fase yang bertujuan untuk menganalisa alternatif yang dihasilkan pada fase
kreatif dan memberikan rekomendasi terhadap alternatif terbaik dan analisa
yang dilakukan antara lain :
-Analisa kriteria atribut yang akan dikembangkan.
-Penilaian kriteria atribut antar model.
-Pembobotan kriteria atribut produk.
-Value analysis.
d. Fase pengembangan.
Fase yang bertujuan memilih salah satu alternatif tunggal dari beberapa
alternatif yang ada yang merupakan alternatif terbaik dan merupakan output
dari fase analisa. Data data tentang alternatif yang terpilih atau yang
digunakan adalah :
-Alternatif terpilih.
e. Fase rekomendasi.
Fase yang bertujuan untuk mengkomunikasikan secara baik dan menarik
terhadap hasil pengembangan produk.
2. Model Perancangan Produk.
Dalam model perancangan produk terdefinisikan menjadi dua jenis model yang
sangat dominan dalam awal perancangan produk yaitu model deskriptif dan
model perspektif (Ginting R, 2009).
a. Model deskriptif.
Dalam model ini pentingnya menghasilkan suatu konsep solusi sejak dini
dalam proses perancangan dan berfokus pada solusi heuristic (pengalaman
sebelumnya bersifat umum).
b. Model perspektif.
Model yang bersifat sistematik dan penekanan berada pada semakin
meningkatnya kebutuhan yang lebih analitik sebelum aktifitas
pembangkitan alternatif alternatif solusi.
2.1.2 Pengembangan Pr oduk.
Pengembangan produk merupakan usaha meningkatkan mutu dari barang
atau jasa dan penemuan barang atau jasa baru yang akan menambah kepuasan
konsumen. Dari pengertian pengembangan produk tersebut tampak sekali bahwa
segala bentuk barang dan jasa yang dihasilkan selalu berkaitan dengan kepuasan
konsumen. Agar proses pengembangan produk dapat berjalan secara tepat dan
akurat yang sesuai dengan keinginan konsumen dalam menunjang kelancaran
pemisahan yang jelas antara biaya pengembangan produk dengan biaya volume
penjualan.
Tujuan perusahaan dalam mengembangkan produk adalah agar dapat
memenangkan persaingan terhadap barang sejenis, sehingga volume penjualan
dan laba perusahaan dapat meningkat serta perusahaan dapat mempertahankan
kelangsungan hidupnya dan dapat memperluas usahanya. Pengembangan produk
dapat pula dilakukan dengan cara memperbaiki produk yang sudah ada
(modifikasi produk), perbaikan produk yang sudah ada dilakukan dengan cara:
perbaikan mutu/kualitas, perbaikan segi/feature baru, dan perbaikan corak/motif.
Disamping menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
konsumen, perusahaan juga menciptakan suatu strategi pengembangan produk.
Usaha strategi pengembangan produk diharapkan dapat mengikuti
perubahan teknologi yang dipakai dalam perusahaan. Hal ini bagi perusahaan
sangat penting karena suatu saat akan mengalami peralihan teknologi. Pada
peralihan teknologi perusahaan akan menggunakan teknologi lebih maju guna
menjaga kedinamisan perusahaan. Oleh karena itu diperlukan strategi bagi
perusahaan agar dapat menciptakan suatu produk baru.
Menurut Urlich (2001), pengembangan produk merupakan serangkaian
aktivitas yang dimulai dari analisis persepsi dan peluang pasar, kemudian diakhiri
dengan tahap produksi, penjualan, dan pengiriman produk.
Sedangkan menurut Yamit (30:1996) pengembangan produk merupakan
keharusan bagi perusahaan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Keharusan ini dikarenakan tidak ada satupun produk yang dapat bertahan untuk
1. Tahap - Tahap Dalam Pengembangan Produk.
Menurut Swastha (1997:184-186), ada beberapa tahap dalam pengembangan
produk, yaitu :
a. Tahap Penyaringan.
Tahap Penyaringan dilakukan setelah berbagai macam ide tentang produk
telah tersedia, Dalam tahap ini merupakan pemilihan sejumlah ide dari
berbagai macam sumber. Adapun informasi atau ide berasal dari manager
perusahaan, pesaing, para ahli termasuk konsultan, para penyalur,
langganan, atau lembaga lain.
b. Tahap Analisa Bisnis.
Pada tahap ini msing-masing ide dianalisa dari segi bisnis untuk mengetahui
seberapa jauh kemampuan ide tersebut dapat menghasilkan laba.
c. Tahap Pengembangan.
Pada tahap ini, ide yang telah dianalisa perlu dikembangkan karena
ide-ide tersebut lebih menguntungkan. Pengembangan ini tentunya harus sesuai
dengan kemampuan perusahaan.
d. Tahap Pengujian.
Tahap pengujian merupakan kelanjutan dari tahap pengembangan, meliputi :
-Pengujian tentang konsep produk.
-Pengujian terhadap kesukaan konsumen.
-Penelitian laboratorium.
-Test penggunaan.
-Operasi pabrik percontohan.
2.1.3 Inovasi Pr oduk.
Menurut etimologi, inovasi berasal dari kata innovation yang bermakna ‘pembaharuan; perubahan (secara) baru’. Inovasi adakalanya diartikan sebagai
penemuan, tetapi berbeda maknanya dengan penemuan dalam arti diskoveri atau invensi. Diskoveri mempunyai makna penemuan sesuatu yang sesuatu itu telah ada sebelumnya, tetapi belum diketahui orang; contohnya penemuan benua
Amerika. Sebenarnya, benua Amerika sudah ada sejak dahulu, tetapi baru
ditemukan pada tahun 1492 oleh orang Eropa yang bernama Columbus. Invensi adalah penemuan yang benar-benar baru sebagai hasil kreasi manusia; contohnya
teori belajar, mode busana, dan sebagainya. Inovasi adalah suatu ide, produk, metode, dan seterusnya yang dirasakan sebagai sesuatu yang baru, baik berupa
hasil diskoveri atau invensi yang digunakan untuk tujuan tertentu.
Rogers dan Shoemaker mengartikan inovasi sebagai ide-ide baru,
praktik-praktik baru, atau objek-objek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang baru
oleh individu atau masyarakat sasaran. Pengertian baru di sini, mengandung
makna bukan sekadar baru diketahui oleh pikiran (cognitive), melainkan juga baru karena belum dapat diterima secara luas oleh seluruh warga masyarakat dalam arti sikap (attitude) dan juga baru dalam pengertian belum diterima dan diterapkan oleh seluruh warga masyarakat setempat.
Pengertian inovasi tidak hanya terbatas pada benda atau barang hasil produksi, tetapi juga mencakup sikap hidup, perilaku, atau gerakan-gerakan
menuju proses perubahan di dalam segala bentuk tata kehidupan masyarakat. Jadi,
secara umum, inovasi berarti suatu ide, produk, informasi teknologi,
diketahui, diterima, dan digunakan/diterapkan oleh sebagian besar warga
masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang dapat digunakan atau mendorong
terjadinya perubahan-perubahan di segala aspek kehidupan masyarakat demi
terwujudnya perbaikan mutu setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang
bersangkutan.
Fullan mengemukakan bahwa tahun 1960-an adalah era banyak inovasi
pendidikan kontemporer diadopsi, seperti matematika, kimia, fisika baru, mesin
belajar (teaching machine), pendidikan terbuka, pembelajaran individu, pengajaran secara tim (team teaching), termasuk sistem belajar mandiri.
2.2 Er gonomi.
2.2.1Sejar ah dan Per kembangan Ergonomi.
Di dalam buku Eko Nurmianto, Istilah "ergonomi" mulai dicetuskan pada
tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang berkenaan dengannya telah bermunculan
puluhan tahun sebelumnya. Beberapa kejadian penting diilustrasikan sebagai
berikut:
1. C.T. Thackrah, England, 1831.
Thackrah adalah seorang dokter dari Inggris/England yang meneruskan
pekerjaan dari seorang Italia bernama Ramazzuu, dalam serangkaian kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan kerja yang tidak nyaman yang dirasakan
oleh para operator ditempat kerjanya. la mengamati postur tubuh pada saat
bekerja sebagai bagian dari masalah kesehatan. Pada saat itu Thackrah mengamati seorang penjahit yang bekerja dengan posisi dan dimensi kursi,
ergonomis sehingga mengakibatkan membungkuknya badan dan iritasi indera
penglihatan. Disamping itu juga mengamati para pekerja yang berada pada
lingkungan kerja dengan temperatur tinggi, kurangnya ventilasi, jam kerja yang
panjang, dan gerakan kerja yang berulang-ulang (repetitive work). 2. F. W. Taylor, U.S.A., 1898.
Frederick W. Taylor adalah seorang insinyur Amerika yang menerapkan metoda ilmiah untuk menentukan cara yang terbaik dalam melakukan suatu
pekerjaan. Beberapa metodanya merupakan konsep ergonomi dan manajemen
modern.
3. F .B. Gilberth, U.S.A., 1911.
Gilbreth juga mengamati dan mengoptimasi metoda kerja, dalam hal ini lebih mendetail dalam Analisa Gerakan dibandingkan dengan Taylor. Dalam bukunya Motion Study yang diterbitkan pada tahun 1911 ia menunjukkan bagaimana postur membungkuk dapat diatasi dengan mendesain suatu sistem
meja yang dapat diatur naik-turun (adjustable).
4. Badan Penelitian untuk Kelelahan Industri (Industrial Fatigue Research Board),
England, 1918.
Badan ini didirikan sebagai penyelesaian masalah yang terjadi di pabrik
amunisi pada Perang Dunia Pertama. Mereka menunjukkan bagaimana output
setiap harinya meningkat dengan jam kerja per hari-nya yang menurun.
Disamping itu mereka juga mengamati waktu siklus optimum untuk sistem
5. E. Mayo dan teman-temannya, U.S.A., 1933.
Elton Mayo seorang warga negara Australia, memulai beberapa studi di suatu Perusahaan Listrik yaitu Western Electric Company, Hawthorne,Chicago. Tujuan studinya adalah untuk mengkuantifikasi pengaruh dari variabel fisik
seperti misalnya pencahayaan dan lamanya waktu istirahat terhadap faktor
efisiensi dari para operator kerja pada unit perakitan.
6. Perang Dunia Kedua, England dan U.S.A.
Masalah operasional yang terjadi pada peralatan militer yang berkembang
secara cepat (seperti misalnya pesawat terbang) harus melibatkan sejumlah
kelompok interdisiplin ilmu secara bersama-sama sehingga mempercepat
perkembangan ergonomi pesawat terbang. Masalah yang ada pada saat itu
adalah penempatan dan identifikasi untuk pengendali pesawat terbang,
efektifitas alat peraga (display), handel pembuka, ketidaknyamanan karena terlalu panas atau terlalu dingin, desain pakaian untuk suasana kerja yang
terlalu panas atau terlalu dingin dan pengaruhnya pada kinerja operator.
7. Pembentukan Kelompok Ergonomi.
Pembentukan Masyarakat Peneliti Ergonomi (the Ergonomics Research Society) di England pada tahun 1949 melibatkan beberapa profesional yang telah banyak berkecimpung dalam bidang ini. Hal ini menghasilkan jurnal
(majalah ilmiah) pertama dalam bidang ERGONOMI pada Nopember 1957.
Perkumpulan Ergonomi Internasional (The International Ergonomics Association) terbentuk pada tahun 1957, dan The Human Faktors Society di Amerika pada tahun yang sama. Di samping itu patut diketahui pula bahwa
1964, dan hal ini mencetuskan terbentuknya Masyarakat Ergonomi Australia
dan New Zealand (The Ergonomics Society of Australia and New Zealand).
2.2.2Definisi Er gonomi.
Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan
informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia
merancang suatu sistem kerja, sehingga manusia dapat hidup dan bekerja pada
sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan
itu dengan efektif, aman, dan nyaman. Fokus dari ergonomi adalah manusia dan
interaksinya dengan produk, peralatan, fasilitas, prosedur dan lingkungan dan
pekerja serta kehidupan sehari-hari dimana penekanannya adalah pada faktor
manusia.
Menurut Pulat (1992) ergonomi merupakan studi tentang interaksi antara
manusia dengan objek yang mereka gunakan, dan lingkungan di mana mereka
bekerja. Beberapa hal yang penting dalam pengertian tersebut adalah komponen
manusia, obyek, lingkungan, serta interaksi antar komponen-komponen tersebut.
Sedangkan menurut Sritomo Wignjosoebroto adalah Ergonomi atau
ergonomics (bahasa Inggrisnya) sebenarnya berasal dari kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Ergonomi dapat didefinisikan sebagai suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan
informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang
suatu sistem kerja. Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas
alat peraga (display), jalan/lorong (acces ways), pintu (doors), jendela (windows), dan lain-lain. Masih dalam kaitan dengan hal yang ada di atas adalah bahasan
tentang rancang bangun lingkungan kerja (working environment), karena jika sistem perangkat keras berubah maka akan berubah pula lingkungan kerjanya.
Tujuan ergonomi adalah menambah efektifitas penggunaan objek fisik dan
fasilitas yang digunakan oleh manusia dan merawat atau menambah nilai tertentu,
misalnya kesehatan, kenyamanan dan kepuasan pada proses penggunaan tersebut.
Ergonomi dapat pula berperan sebagai desain pekerjaan pada suatu
organisasi, misalnya: penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian
waktu kerja atau shift kerja, meningkatkan variasi pekerjaan dan lain-lain.
Ergonomi dapat pula berfungsi sebagai desain perangkat lunak karena dengan
semakin banyaknya pekerjaan yang berkaitan erat dengan komputer. Penyampaian
informasi dalam suatu sistem komputer harus pula diusahakan sekompatibel
mungkin sesuai dengan kemampuan dalam pemrosesan informasi oleh manusia.
Ilmu ergonomi ini secara khusus akan mempelajari tentang keterbatasan dan
kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi dan produk-produk
buatannya. Disiplin ini berangkat dari kenyataan bahwa manusia memiliki
batas-batas kemampuan, baik di dalam jangka pendek maupun panjang. Pada saat
berhadapan dengan keadaan lingkungan kerja yang berupa perangkat keras
(hardware mesin, peralatan kerja, dan sebagainya) dan perangkat lunak (metode kerja, sistem, dan prosedur).
Prinsip penting yang harus selalu diterapkan pada setiap perancangan adalah
keterbatasan manusia. Dengan demikian, setiap perancangan kerja harus
disesuaikan dengan faktor manusianya dimana dimensi fisik dan fungsi harus
mengikuti karakteristik dari manusia yang akan menggunakan sistem kerja
terseebut.
2.2.3Bidang Kajian Er gonomi.
Pada berbagai sumber literatur, bidang kajian Ergonomi tidak berbeda secara
signifikan, perbedaan hanya menyangkut pengelompokan bidang kajian.
Pengelompokan bidang kajian yang lengkap dan mencakup seluruh prilaku
manusia dalam bekerja adalah kajian Ergonomi yang dikelompokkan oleh Dr. Ir.
Iftikar Z. Sutalaksana sebagai berikut :
1.Anthropometri.
Anthropometri adalah cabang ergonomi yang mengkaji masalah dimensi tubuh manusia, Informansi dimensi tubuh manusia diperlukan untuk merancang
sistem kerja yang ergonomis. Data Anthropometri selalu berbeda untuk setiap individu. Perbedaan itu merupakan suatu kodrat bahwa tidak ada manusia yang
sama dalam segala hal.
2.Faal Kerja.
Perilaku manusia yang dibahas dalam Faal kerja adalah reaksi tubuh selama
bekerja, khususnya mengenai energi yang dikeluarkannya. Hal-hal yang
banyak dibahas dalam Faal kerja manusia adalah kelelahan (fatique) kerja otot. 3.Biomekanika Kerja.
Biomekanika kerja mengkaji perilaku manusia dalam aspek-aspek mekanika
kekuatan kerja otot, kecepatan dan ketelitian gerak anggota badan, serta daya
tahan jaringan-jaringan tubuh terhadap beban.
4.Penginderaan.
Manusia pada dasarnya memiliki lima indera utama, yaitu indera penglihatan
(mata), indera pendengaran (telinga), indera penciuman (hidung), indera perasa
(kulit), serta indera perasa (lidah). Dalam ergonomi, penglihatan dan
pendengaran dikaji untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan indera tersebut
dalam merespon informasi dari sitem kerja.
5. Psikologi Kerja.
Psikologi kerja membahas masalah-masalah kejiwaan yang ditemukan
ditempat kerja, yakni menyangkut faktor diri manusia, termasuk didalamnya:
kebiasaan, jenis kelamin, usia, sifat dan kepribadian, sistem nilai, karakteristik
fisik, minat, motivasi, pendidikan, pengalaman dan sebagainya. Masalah faktor
diri ini dikaji sebagai bagian dari ergonomi Karena pada setiap individu
manusia terdapat faktor diri yang khas sebagai bawaan lahir. Ketidakcocokan
seorang pekerja dan tuntunan pekerjaan yang dihadapinya dapat menimbulkan
tekanan (stress) dan rendahnya motivasi untuk bekerja, sehingga mengakibatkan rendahnya produktivitas yang dihasilkan.
2.2.4Sikap Ker ja.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan sikap tubuh
dalam melakukan pekerjaan, yaitu :
1. Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau sikap berdiri
2. Semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan. Seandainya hal ini
tidak memungkinkan, hendaknya diusahakan agar beban statis diperkecil.
3. Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak membebani
melainkan dapat memberikan relaksasi pada otot – otot yang sedang tidak
dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian tubuh
(paha). Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya gangguan sirkulasi
darah dan juga untuk mencegah keluhan kesemutan yang dapat mengganggu
aktivitas (Tarwaka, 2004).
Sikap tubuh dalam bekerja terdiri dari :
1. Sikap Kerja Duduk.
Sikap kerja duduk merupakan sikap kerja yang kaki tidak terbebani dengan
berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Duduk memerlukan lebih sedikit
energi daripada berdiri karena hal itu dapat mengurangi banyaknya beban otot
statis pada kaki. Kegiatan bekerja sambil duduk harus dilakukan secara
ergonomi sehingga dapat memberikan kenyamanan dalam bekerja. Sikap
duduk yang keliru merupakan penyebab adanya masalah – masalah punggung.
Hal ini dapat terjadi karena tekanan pada bagian tulang belakang akan
meningkat pada saat duduk dibandingkan dengan saat berdiri ataupun
berbaring. Jika diasumsikan tekanan tersebut sekitar 100% ; maka cara duduk
yang tegang atau kaku (erect posture) dapat menyebabkan tekanan 1 tersebut mencapai 140% dan cara duduk yang dilakukan dengan membungkuk ke depan
menyebabkan tekanan tersebut sampai 190% (Nurmianto, 2004). Sikap duduk
paling baik yang tidak berpengaruh buruk terhadap sikap badan dan tulang
mungkin kifosa pada punggung (Suma’mur, 1989). Sikap duduk yang benar
yaitu sebaiknya duduk dengan punggung lurus dan bahu berada dibelakang
serta bokong menyentuh belakang kursi. Selain itu, duduklah dengan lutut tetap
setinggi atau sedikit lebih tinggi panggul (gunakan penyangga kaki) dan
sebaiknya kedua tungkai tidak saling menyilang. Jaga agar kedua kaki tidak
menggantung dan hindari duduk dengan posisi yang sama lebih dari 20-30
menit. Selama duduk, istirahatkan siku dan lengan pada kursi, jaga bahu tetap
rileks (Wasisto, 2005).
Gambar 2.1 Sikap k er ja pada Visual Display Terminal (VDT) yang dir ekomendasikan oleh Cakir et al. (1980) (kir i) dan Gr andjean et al.
(1982, 1984) (kanan)
(Sumber : Pheasant, S, 1986)
Keuntungan bekerja sambil duduk adalah sebagai berikut :
a. Kurangnya kelelahan pada kaki.
b. Terhindarnya sikap – sikap yang tidak alamiah.
c. Berkurangnya pemakaian energi dalam bekerja.
d. Kurangnya tingkat keperluan sirkulasi darah.
a. Melembeknya otot – otot perut.
b. Melengkungnya punggung.
c. Tidak baik bagi organ dalam tubuh, khususnya pada organ pada sistem
pencernaan jika posisi dilakukan secara membungkuk.
2. Sikap Kerja Berdiri.
Selain sikap kerja duduk, sikap kerja berdiri juga banyak ditemukan di perusahaan.
Sikap kerja berdiri merupakan sikap kerja yang posisi tulang belakang vertikal dan
berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki. Bekerja dengan posisi
berdiri terus menerus sangat mungkin akan terjadi penumpukan darah dan
berbagai cairan tubuh pada kaki dan hal ini akan bertambah bila berbagai bentuk
dan ukuran sepatu yang tidak sesuai. Sikap kerja berdiri dapat menimbulkan
keluhan subjektif dan juga kelelahan bila sikap kerja ini tidak dilakukan bergantian
dengan sikap kerja duduk (Rizki, 2007).
2.2.5 Keluhan Musk ulosk eletal.
Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian otot skeletal yang
dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit.
Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama,
akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan
tendon. Keluhan hingga kerusakan ini biasanya diistilahkan dengan keluhan
musculoskeletal disorders atau cedera pada sistem muskuloskeletal. Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua (Tarwaka, 2004), yaitu :
Keluhan sementara yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima
beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila
pembebanan dihentikan.
2. Keluhan menetap (persistent).
Keluhan menetap yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun
pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus
berlanjut. Hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan
adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan,
jari, punggung, pinggang dan otot – otot bagian bawah. Keluhan otot skeletal
pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian
beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang.
Menurut Peter Vi (2000) yang dikutip oleh Rizki (2007) menjelaskan bahwa
terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot
skeletal, yaitu :
1. Peregangan Otot yang Berlebihan.
Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhkan oleh pekerja
dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas
mengangkat, mendorong, menarik dan menahan beban yang berat. Peregangan
otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan
melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka
dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan
2. Aktivitas Berulang.
Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus - menerus seperti
pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat – angkut dan lain – lain.
Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus
– menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.
3. Sikap Kerja Tidak Alamiah.
Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian
tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah misalnya pergerakan tangan terangkat,
punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan sebagainya. Semakin
jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka akan semakin tinggi
pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini pada
umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak
sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja.
2.2.6Kelelahan.
Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh terhindar dari
kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan
diatur secara sentral oleh otak (Amrizal, 2005). Menurut Suma’mur (1996)
kelelahan adalah reaksi fungsionil dari pusat kesadaran yaitu cortex cerebri yang
dipengaruhi oleh 2 (dua) sistem antagonistik yaitu sistem penghambat (inhibisi)
dan sistem penggerak (aktivasi) tetapi semunya bermuara kepada pengurangan
kapasitas kerja dan ketahanan tubuh.
Kelelahan kerja (job bournout) adalah sejenis stres yang banyak dialami oleh orang – orang yang bekerja dalam pekerjaan – pekerjaan pelayanan terhadap
dan sebagainya (Schuler, 1999). Kelelahan akibat kerja sering kali diartikan
sebagai menurunnya efisiensi, performans kerja dan berkurangnya kekuatan
/ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan yang harus dilakukan
(Wignjosoebroto, 2000).
Berdasarkan pendapat para ahli sebagaimana yang dikutip oleh Silaban
(1996) bahwa kelelahan dibedakan berdasarkan 3 (tiga) bagian yaitu :
1. Berdasarkan proses dalam otot yang terdiri dari :
a. Kelelahan otot, menurut Wignjoesoebroto (2000) ialah disebabkan
munculnya gejala kesakitan yang amat sangat ketika otot harus melakukan
beban.
b. Kelelahan umum, menurut Grandjean (1985) ialah suatu perasaan yang
menyebar yang disertai dengan adanya penurunan kesiagaan dan
kelambatan pada setiap aktivitas. Astrand dan Rodahl (1986) menyatakan
bahwa kelelahan umum dapat menjadi gejala penyakit juga berhubungan
dengan faktor psikologis (motivasi menurun, kurang tertarik) yang
mengakibatkan menurunnya kapasitas kerja. Sebab - sebab kelelahan umum
adalah monotoni, intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental, keadaan
lingkungan, sebab-sebab mental (tanggung jawab, kekhawatiran dan
konflik) serta penyakit-penyakit.
2. Berdasarkan waktu terjadinya Kelelahan :
a. Kelelahan akut, terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh
b. Kelelahan kronis, menurut Grandjean dan Kogi (1972) terjadi bila kelelahan
berlangsung setiap hari, berkepanjangan dan bahkan kadang-kadang telah
terjadi sebelum memulai suatu pekerjaan.
3. Berdasarkan penyebabnya :
a. Menurut Singleton (1972) disebabkan oleh faktor fisik dan psikologis di
tempat kerja.
b. Menurut McFarland (1972) disebabkan oleh faktor fisiologis yaitu
akumulasi dari substansi toksin (asam laktat) dalam darah dan faktor
psikologis yaitu konflik yang menyebabkan stres emosional yang
berkepanjangan.
c. Menurut Phoon (1988) disebabkan oleh kelelahan fisik yaitu kelelahan
karena kerja fisik, kerja patologis ditandai dengan menurunnya kerja, rasa
lelah dan ada hubungannya dengan faktor psikososial.
2.2.7Postur dan Per ger akan Ker ja.
Postur kerja adalah merupakan pengaturan sikap pada saat tubuh sedang
melakukan pekerjaan. Sikap kerja pada saat bekerja sebaiknya dilakukan secara
normal sehingga dapat mencegah timbulnya musculoskeletal. Rasa nyaman dapat dirasakan apabila pekerja melakukan postur kerja yang baik.
1. Korset Bahu.
Abduction Adduction Elevation Depressio Gambar 2.2 J angkauan ger akan kor set bahu
Sumber: www.brianmac.co.uk, 2011 Keterangan :
a. Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi sumbu tengah tubuh (the median plane).
b. Adduction adalah pergerakan ke arah sumbu tengah tubuh (the median plane).
c. Elevation adalah pergerakan kearah atas (bahu diangkat keatas).
e. Depression adalah pergerakan kearah bawah (bahu diturunkan kebawah). 2. Persendian Bahu.
Persendian bahu memiliki jangkauan gerakan normal yaitu : flexion, extension, abduction, adduction, rotation.
Outward Medial Rotation Intward Medial Rotation Circumduction Gambar 2.3 J angkauan per sendian bahu
Sumber: www.brianmac.co.uk, 2011
Keterangan :
a. Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan. b. Extension adalah gerakan merentangkan dimana terjadi peningkatan sudut
antara dua tulang.
c. Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah tubuh.
d. Adduction adalah pergerakan kearah sumbu tengah tubuh. e. Rotation adalah gerakan perputaran bagian atas lengan.
f. Circumduction adalah gerakan perputaran lengan menyamping secara keseluruhan.
2. Persendian Siku.
Persendian siku memiliki gerakan normal yaitu : supination, pronation, flexion, extension.
Flexion Extension
Gambar 2.4 J angkauan ger akan per sendian siku Sumber: www.brianmac.co.uk, 2010
Keterangan :
a. Supination adalah perputaran kearah samping dari anggota tubuh. b. Pronation adalah perputaran bagian tengah dari anggota tubuh.
c. Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan. d. Extension adalah gerakan merentangkan dimana terjadi peningkatan sudut
antara dua tulang.
3. Persendian Pergelangan Tangan.
Persendian siku memiliki gerakan normal yaitu: flexion, ekstension, adduction, abduction, dan circumduction.
Flexion Extension Adduction Abduction Circumduction Gambar 2.5 J angkauan ger akan per gelangan tangan
Keterangan :
a. Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan. b. Extension adalah gerakan merentangkan dimana terjadi peningkatan sudut
antara dua tulang.
c. Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah tubuh.
d. Adduction adalah pergerakan kearah sumbu tengah tubuh.
e. Circumduction adalah pergerakan pergelangan tangan secara memutar.
2.3 Anthr opometr i.
2.3.1Definisi Anthr opometr i.
Menurut Sritomo Wignjosoebroto dalam bukunya istilah antropometri
berasal dari "anthro" yang berarti manusia dan "metri" yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi yang berkaitan
dengan pengukurandimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya akan memiliki
bentuk, ukuran (tinggi, lebar dsb.) berat dan lain-lain. Yang berbeda satu dengan
yang lainnya. Antropometri secara luasakan digunakan sebagai
pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan (desain) produk maupun
sistem kerja yang akan memerlukan interaksimanusia. Data antropometri yang
berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luasantara lain dalam hal :
1. Perancangan areal kerja (work station, interior mobil, dll ).
3. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja komputer
dll.
4. Perancangan lingkungan kerja fisik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan
menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk
yangdirancang dan manusia yang akan mengoperasikan / menggunakan produk
tersebut. Dalam kaitan ini maka perancangan produk harus mampu
mengakomodasikan dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan
produk hasil rancangannya tersebut. Secara umum sekurang - kurangnya 90 % -
95 % dari populasi yang menjadi target dalam kelompok pemakai suatu produk
haruslah mampu menggunakannya dengan selayaknya.
2.3.2Data Anthr opometr i dan Car a Pengukur annya.
Manusia pada umumnya akan berbeda – beda dalam hal bentuk dan dimensi
ukuran tubuhnya. Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh
manusia , yaitu (Stevenson, 1989; Nurmianto, 2003) :
1. Umur.
Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar
seiring dengan bertambahnya umur yaitu sejak awal kelahiran sampai dengan
umur sekitar 20 tahunan. Dari suatu penelitian ysng dilakukan oleh A. F.
Roche dan G. H. Davila (1972) di USA diperoleh kesimpulan bahwa laki-laki
akan tumbuh dan berkembang naik sampai dengan usia 21,2 tahun, sedangkan
wanita 17,3 tahun. Meskipun ada 10 % yang masih terus bertambah tinggi
lagi akan terjadi pertumbuhan bahkan justru akan cenderung berubah menjadi
pertumbuhan menurun ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40
tahunan (Wignjosoebroto, 1995).
2. Jenis kelamin (sex).
dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan
dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti pinggul,
dan sebagainya.
3. Suku bangsa (etnic).
Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnic akan memiliki karakteristik fisik yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dimensi tubuh suku bangsa Negara
Barat pada umumnya mempunyai ukuran yang lebih besar daripada dimensi
tubuh suku bangsa negara Timur.
4. Keacakan / Random.
Hal ini menjelaskan bahwa walaupun telah terdapat dalam satu kelompok
populasi yang sudah jelas sama jenis kelamin, suku atau bangsa, kelompok usia
dan pekerjaannya, namun masih akan ada perbedaan yang cukup signifikan
antara berbagai macam masyarakat.
5. Jenis Pekerjaan.
Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam seleksi
karyawan. Misalnya, buruh dermaga harus mempunyai postur tubuh yang
relatif lebih besar dibandingkan dengan karyawan perkantoran pada umumnya.
Apalagi jika dibandingkan dengan jenis pekerjaan militer.
Tebal tipisnya pakaian yang dikenakan, dimana faktor iklim yang berbeda akan
memberikan varisi berbeda-beda pula dalam bentuk rancangan dan spesifikasi
pakaian. Dengan demikian dimensi tubuh orangpun akan berbeda dari satu
tempat dengan tempat yang lainnya.
7. Faktor Kehamilan.
Kondisi semacam ini akan mempengaruhi bentuk dan ukuran tubuh khususnya
bagi perempuan. Hal tersebut jelas memerlukan perhatian khusus terhadap
produk-produk yang dirancang bagi segmen seperti ini.
8. Tubuh Cacat.
Hal ini jelas menyebabkan perbedaan antara yang cacat dengan yang tidak
terhadap ukuran dimensi tubuh manusia.
9. Posisi tubuh (posture).
Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh
karena itu harus posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survei
pengukuran.
Berkaitan dengan posisi tubuh manusia dikenal dua cara pengukuran, yaitu:
a. Antropometri Statis (Structural Body Dimensions).
Disini tubuh diukur dalam berbagai posisi standard dan tidak bergerak (tetap
tegak sempurna). Dimensi tubuh yang diukur meliputi berat badan, tinggi
tubuh, dalam posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala, tinggi/panjang
lutut, pada saat berdiri/duduk, panjang lengan, dan sebagainya.
Disini pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat berfungsi
melakukan gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan yang
harus diselesaikan (Wignjosoebroto, 1995) .
Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data antropometri yang tepat
diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja, diperlukan
pengambilan ukuran dimensi anggota tubuh. Penjelasan mengenai pengukuran
dimensi antropometri tubuh yang diperlukan dalam perancangan dijelaskan pada
gambar 2.6.
Gambar 2.6. Antr opometr i untuk Perancangan Pr oduk Sumber: Wignjosoebroto, 2003
Keterangan gambar 2.6. di atas, yaitu:
1 : Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai sampai dengan ujung
kepala).
2 : Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak.
3 : Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.
4 : Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).
5 : Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam
gambar tidak ditunjukkan).
6 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk (di ukur dari alas tempat duduk pantat
sampai dengan kepala).
7 : Tinggi mata dalam posisi duduk.
8 : Tinggi bahu dalam posisi duduk.
9 : Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus).
10 : Tebal atau lebar paha.
11 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan. ujung lutut.
12 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan bagian belakang dari
lutut betis.
13 : Tinggi lutut yang bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk.
14 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang di ukur dari lantai sampai dengan
paha.
15 : Lebar dari bahu (bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk).
16 : Lebar pinggul ataupun pantat.
17 : Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan dalam
18 : Lebar perut.
19 : Panjang siku yang di ukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam
posisi siku tegak lurus.
20 : Lebar kepala.
21 : Panjang tangan di ukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari.
22 : Lebar telapak tangan.
23 : Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar kesamping kiri kanan
(tidak ditunjukkan dalam gambar).
24 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak.
25 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak.
26 : Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan di ukur dari bahu sampai
Tabel 2.1. Per kir aan Antrophometri Untuk Masyar akat Hongkong, Dewasa, Dapat Diekivalensikan Sementa r a Untuk Masyar akat Indonesia (Kesamaan
Etnis Asia) (mm)
No. Dimensi Tubuh Pria Wanita
5% X 95% S.D 105% X 195% S.D
1 Tinggi Tubuh Posisi Berdiri
Tegak 1.585 1.680 1.775 58 1.455 1.555 1.655 60 2 Tinggi Mata 1.470 1.555 1.640 52 1.330 1.425 1.520 57 3 Tinggi Bahu 1.300 1.380 1.460 50 1.180 1.265 1.350 51 4 Tinggi Siku 950 1.015 1.080 39 870 935 1.000 41
5
Tinggi Genggaman Tangan (Knuckle) pada Posisi relaks kebawah
685 750 815 40 650 715 780 41
6 Tinggi Badan Posisi Duduk 845 900 955 34 780 840 900 37 7 Tinggi Mata Posisi Duduk 720 780 840 35 660 720 780 35 8 Tinggi Bahu Posisi Duduk 555 605 655 31 165 230 295 38 9 Tinggi Siku Posisi Duduk 190 240 290 31 165 230 295 38
10 Tebal Paha 110 135 100 14 105 130 155 14
11 Jarak dari Pantat ke Lutut 505 550 595 26 470 520 570 30
12 Jarak dari Lipat Lutut
(Popliteal) ke Pantat 405 450 495 26 385 435 485 29
13 Tinggi Lutut 450 495 540 26 410 455 500 27
14 Tinggi Lipat Lutut
(Popliteal) 365 405 445 25 325 375 425 29
15 Lebar Bahu (bideltoid) 380 425 470 26 335 385 435 29
16 Lebar Panggul 300 335 370 22 295 330 365 21
17 Tebal dada 155 195 235 25 160 215 270 34
18 Tebal Perut (abdominal) 150 210 270 36 150 215 280 39 19 Jarak dari Sikut ke Ujung
Jari 410 445 480 22 360 400 400 24
20 Lebar Kepala 150 160 170 7 135 150 165 8
21 Panjang Tangan 165 190 195 9 150 165 180 9
22 Lebar Tangan 70 80 90 5 60 70 80 5
23 Jarak Bentang dari Ujung
Jari tangan Kanan ke Kiri 1.480 1.635 1.790 95 1.350 1.480 1.610 80
24
Tinggi Pegangan Tangan (grip) pada Posisi tangan Vertikal ke atas & duduk
1.835 1.970 2.105 83 1.685 1.825 1.965 86
25
Tinggi Pegangan Tangan (grip) pada Posisi tangan Vertikal ke atas & duduk
1.110 1.205 1.300 58 855 940 1.025 51
26
Jarak genggaman tangan (grip) ke punggung pada posisi tangan ke depan (horizontal)
Tabel 2.2. Antrophometri Masyar akat Indonesia Yang Didapat Dar i Inter polasi Masyar akat British Dan Hongkong (Phesant, 1286) Ter hadap
Masyar akat Indonesia (mm)
No. Dimensi Tubuh Pria Wanita
5% X 95% S.D 105% X 195% S.D
1 Tinggi Tubuh Posisi Berdiri
Tegak 1.532 1.632 1.732 61 1.464 1.563 1.662 60 2 Tinggi Mata 1.425 1.520 1.615 58 1.350 1.446 1.542 58 3 Tinggi Bahu 1.247 1.338 1.429 55 1.184 1.272 1.361 54 4 Tinggi Siku 932 1.003 1.074 43 886 957 1.028 43
5
Tinggi Genggaman Tangan (Knuckle) pada Posisi relaks kebawah
655 718 782 39 646 708 771 38
6 Tinggi Badan Posisi Duduk 809 864 919 33 775 834 893 36 7 Tinggi Mata Posisi Duduk 694 749 804 33 666 721 776 33 8 Tinggi Bahu Posisi Duduk 523 572 621 330 501 550 599 30 9 Tinggi Siku Posisi Duduk 181 231 282 31 175 229 283 33
10 Tebal Paha 117 140 163 14 115 140 165 15
11 Jarak dari Pantat ke Lutut 500 545 590 272 488 527 586 30
12 Jarak dari Lipat Lutut
(Popliteal) ke Pantat 405 450 495 27 488 537 586 30
13 Tinggi Lutut 448 496 544 29 428 472 516 27
14 Tinggi Lipat Lutut
(Popliteal) 361 403 445 26 337 382 428 28
15 Lebar Bahu (bideltoid) 382 424 466 26 342 385 428 26
16 Lebar Panggul 291 331 371 24 298 345 392 29
17 Tebal dada 174 212 250 23 178 228 278 30
18 Tebal Perut (abdominal) 174 228 282 33 175 231 287 34 19 Jarak dari Sikut ke Ujung
Jari 405 439 473 21 374 409 287 34
20 Lebar Kepala 140 450 160 6 135 146 157 7
21 Panjang Tangan 161 176 190 9 153 168 183 9
22 Lebar Tangan 71 79 87 5 64 71 78 4
23 Jarak Bentang dari Ujung
Jari tangan Kanan ke Kiri 1.520 1.663 1.806 87 1.400 1.523 1.646 75
24
Tinggi Pegangan Tangan (grip) pada Posisi tangan Vertikal ke atas & duduk
1.795 1.923 2.051 78 1.712 1.841 1.969 79
25
Tinggi Pegangan Tangan (grip) pada Posisi tangan Vertikal ke atas & duduk
1.065 1.169 1.273 63 945 1.030 1.115 52
26
Jarak genggaman tangan (grip) ke punggung pada posisi tangan ke depan (horizontal)
Tabel 2.3. Anthropometr i Telapak Tangan Or ang Indonesia (mm)
No. Dimensi Tubuh Pria Wanita
5% X 95% S.D 105% X 195% S.D
1 Panjang Tangan 163 176 189 8 155 168 181 8
2 Panjang Telapak Tangan 92 100 108 5 87 94 101 4
3 Panjang Ibu Jari 45 48 51 2 42 45 48 2
4 Panjang Jari Telunjuk 62 67 72 3 60 65 70 3
5 Panjang Jari Tengah 70 77 84 4 69 74 79 3
6 Panjang Jari Manis 62 67 72 3 59 64 69 3
7 Panjang Jari Kelingking 48 51 54 2 45 48 51 2
8 Lebar Ibu Jari (LPJ) 19 21 23 1 16 18 20 1
9 Tebal Ibu Jari (IPJ) 19 21 23 1 15 17 19 1
10 Lebar Jari Telunjuk 18 20 22 1 15 17 19 1
11 Tebal Jari Telunjuk 16 18 20 1 13 15 17 1
12 Lebar Telapak Tangan
(metacarpal) 74 81 88 4 68 73 78 3
13 Lebar Telapak Tangan
(sampai ibu jari) 88 98 108 6 82 89 96 4
14 Lebar Telapak Tangan
(minimum) 68 75 82 4 64 59 74 3
15 Tebal Telapak Tangan
(metacarpal) 28 31 34 2 25 27 29 1
16 Tebal Telapak Tangan
(sampai ibu jari) 41 48 47 2 41 44 47 2
17 Diameter Genggaman
(maksimum) 45 48 51 2 43 46 49 1
18 Lebar Maksimum (ibu jari
ke jari kelingking) 177 192 206 9 169 184 199 9
19
Lebar Fungsional
Maksimum (ibu jari ke jari lain)
122 132 142 6 113 123 134 6
20
Segiempat minimum yang dapat dilewati telapak tangan
2.3.3 Aplikasi Distr ibusi Nor mal dan Per sentil Dalam Peneta pan Data
Anthr opometr i.
Data anthropometri diperlukan agar supaya rancangan suatu produk bisa
sesuai dengan orang yang akan mengoperasikannya. Ukuran tubuh yang
diperlukan pada hakekatnya tidak sulit diperoleh dari pengukuran secara
individual. Adanya variansi ukuran sebenarnya akan lebih mudah diatasi bilamana
kita mampu merancang produk yang memiliki fleksibilitas dan sifat “mampu
suai” dengan suatu ukuran tertentu. Pada penetapan data anthropometri,
pemakaian distribusi normal akan umum diterapkan. Distribusi normal dapat
diformulasikan berdasarkan harga ratarata dan simpangan standarnya dari data
yang ada. Berdasarkan nilai yang ada tersebut, maka persentil (nilai yang
menunjukkan persentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau di
bawah nilai tersebut) bisa ditetapkan sesuai tabel probabilitas distribusi normal.
Bilamana diharapkan ukuran yang mampu mengakomodasikan 95% dari populasi
yang ada, maka diambil rentang 2,5th dan 97,5th percentile sebagai
batas-batasnya (Wignjosoebroto, 1995).
Menurut Panero dan Zelnik (2003) disamping berbagai variasi, pola umum
dari suatu distribusi data anthopometrik, seperti juga data-data lain, biasanya
dapat diduga dan diperkirakan seperti pada distribusi Gaussian. Distribusi
semacam itu, bila disajikan melalui grafik dengan membandingkan kejadian yang
muncul terhadap besaran, biasanya berbentuk kurva simetris atau berbentuk
lonceng. Ciri umum kurva berbentuk lonceng tersebut adalah besarnya prosentase
pada bagian tengah dengan sediki saja perbedaan yang mencolok pada bagian
ujung dari skala grafik tersebut.
Secara statistik sudah diperlihatkan bahwa data hasil pengukuran tubuh
manusia pada berbagai populasi akan terdistribusi dalam grafik sedemikian rupa
sehingga data-data yang bernilai kurang lebih sama akan terkumpul di bagian
tengah grafik. Sedangkan data-data dengan nilai penyimpangan yang ekstrim akan
terletak pada ujung-ujung grafik. Telah disebutkan pula bahwa merancang untuk
kepentingan keseluruhan populasi sekaligus merupakan hal yang tidak praktis.
Oleh karena itu sebaiknya dilakukan perancangan dengan tujuan dan data yang
berasal dari segmen populasi dibagian tengah grafik. Jadi merupakan hal logis
untuk mengesampingkan perbedaan yang ekstrim pada bagian ujung grafik dan
hanya menggunakan segmen terbesar yaitu 90% dari kelompok populasi tersebut.
Adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean (rata-rata) dan
SD (standar deviasi). Sedangkan persentil adalah suatu nilai yang menyatakan
bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan
atau lebih rendah dari nilai tersebut. Misalnya: 95% populasi adalah sama dengan
atau lebih rendah dari 95 persentil; 5% dari populasi berada sama dengan atau
Persentil ke-50 memberi gambaran yang mendekati nilai rata-rata dari suatu
kelompok tertentu, namun demikian pengertian ini jangan disalah artikan sama
dengan mengatakan bahwa rata-rata orang pada kelompok tersebut memiliki
ukuran tubuh yang dimaksudkan tadi. Ada dua hal penting yang harus selalu
diingat bila menggunakan persentil. Pertama, persentil anthropometrik dari tiap
invidu hanya berlaku untuk satu data dimensi tubuh saja. Kedua, tidak dapat
dikatakan seseorang memilki persentil yang sama, ke-95 atau ke-90 atau ke-5,
untuk keseluruhan dimensi tubuhnya (Panero dan Zelnik, 2003).
Pemakaian nilai-nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam perhitungan
data anthropometri, ditunjukan dalam tabel 2.4.
Tabel 2.4. Macam Per sentil Dan Car a Per hitungan Dalam Distr ibusi Nor mal.
Percentile Perhitungan 1-st X −2