• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. yang selama ini biasa dihadapi oleh TKI pada tahun-tahun sebelumnya, seperti sakit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. yang selama ini biasa dihadapi oleh TKI pada tahun-tahun sebelumnya, seperti sakit"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penempatan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri telah terjadi sejak jaman Hindia Belanda sekitar Tahun 1887, dimana banyak Tenaga Kerja Indonesia yang dikirimkan oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk bekerja sebagai kuli kontrak di Suriname, New Calidonia, Siam dan Serawak. Di samping itu, banyak pula Tenaga Kerja Indonesia yang secara tradisional berangkat ke luar negeri terutama ke Malaysia untuk bekerja, dan sampai sekarang banyak di antara mereka yang menetap di sana.21

Berada di dalam penampungan menunggu keberangkatan ke luar negeri sampai selama berada di luar negeri, ada kalanya sebagian dari Tenaga Kerja Indonesia menghadapi masalah yang merugikan Tenaga Kerja Indonesia tersebut.22 Pemerintah Republik Indonesia mencatat bahwa pada Tahun 2007 dan 308.000 TKI yang ditempatkan diberbagai negara, sekitar 12,60% TKI mengalami berbagai masalah. Masalah yang mereka hadapi umumnya merupakan masalah yang klasik yang selama ini biasa dihadapi oleh TKI pada tahun-tahun sebelumnya, seperti sakit bawaan, PHK sepihak, tindak kekerasan, gaji tidak dibayar dan lainnya yang merugikan TKI Dan keseluruhan kasus yang telah dihimpun, maka sekitar 96%

21

Agusmidah, Dinamika Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Medan: USU Press, 2010), hal.81.

22 Erman Suparno, “Kebijakan dan Strategi Penempatan Tenaga Kerja Indonesia di Luar

(2)

permasalahan dialami oleh TKI yang bekerja dalam sektor non formal, yakni TKI yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan pengasuh bayi.

Secara garis besar, permasalahan yang sering dikeluhkan oleh Tenaga Kerja Indonesia asal Sumatera Utara di luar negeri dapat dikategorikan sebagai benkut:

1. Gaji tidak dibayar 2. Penganiayaan 3. Pelecehan seksual

4. Permasalahan domestik (asmara, perkawinan, dan lain-lain) 5. Pekerjaan tidak sesuai perjanjian kerja (PK)

6. Putus Komunikasi 7. PHK Sepihak 8. Kecelakaan Kerja 9. Dokumen tidak lengkap 10. Sakit akibat kerja 11. Sakit biasa 12. Meninggal 13. Kriminal

14. Perkelahian sesama teman

15. Tidak disiplin/tidak mentaati aturan kerja.23

Silih berganti kejadian dan peristiwa telah diberitakan di media televisi dan majalah, mulai dari penganiayaan Tenaga Kerja Indonesia, pemulangan, pelecehan seksual, bahkan sampai pada hukuman penjara atas Tenaga Kerja Indonesia seperti yang terjadi di Arab Saudi, Malaysia, Singapura, Taiwan, Hongkong dan negara lainnya. Melihat kasus-kasus yang telah terjadi, maka dapat dianalisa secara perlahan-lahan mengenai permasaperlahan-lahan Tenaga Kerja Indonesia ini.

1. Lapangan tenaga kerja dalam negeri yang kurang. Inilah yang menyebabkan begitu banyaknya tenaga kerja Indonesia yang berbondong-bondong ke luar negeri, meskipun mungkin dengan taruhan nyawa.

23 Tengku Keizerina Devi A, “Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Asal Sumatera Utara Di

(3)

Meskipun dengan dokumentasi yang tidak lengkap. Hal ini terjadi karena sektor industri yang ada belum mampu menyerap seluruh tenaga kerja yang ada di Indonesia, sehingga banyak sekali terjadi pengangguran di sana sini.

2. Upah buruh yang terlalu kecil. Dari berbagai survei tentang masalah tenaga kerja yang bisa dilihat dari televisi dan dari majalah disebutkan bahwa upah buruh yang ada di Indonesia paling murah, dibandingkan negara-negara Asia lainnya. Upah yang sangat kecil ini jelas sekali sangat tidak mencukupi kebutuhan keluarga, di mana semua harga barang-barang yang ada selalu naik setiap tahunnya. Jadi upah ini jelas berbanding terbalik dengan pengeluaran yang harus dikeluarkan untuk mencukupi kebutuhan keluarga.

3. Oknum Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS). Masih banyaknya Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) yang tidak mendapat izin dari Departemen Tenaga Kerja (Depnaker), sehingga menyebabkan aliran Tenaga Kerja Indonesia tidak terkontrol. Akibatnya bisa ditebak, banyak kasus-kasus pemulangan Tenaga Kerja Indonesia yang tidak lengkap surat-suratnya alias ilegal.

4. Kurangnya perhatian dari pemerintah. Pemerintah sebagai pelaku dan pelaksana pemerintahan dirasakan sangat kurang sekali perhatiaannya atas nasib para tenaga kerja ini.24

Dari keempat analisa penyebab terus adanya masalah dengan tenaga kerja di Indonesia, maka dapat dilihat bahwa sebenarnya permasalahan itu semua bersumber pada masalah dari dalam negeri Indonesia sendiri. Jelas di sini ada masalah ekonomi, pemerintahan dan sosial (politik) yang terjadi. Salah satu penyebab yang menjadi sorotan adalah oknum PPTKIS yang bekerja di luar ketentuan undang-undang atau malah lemahnya perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan tenaga kerja Indonesia.

Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) merupakan perusahaan yang diberikan kewenangan oleh pemerintah untuk melakukan

24

Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, “Kajian Analisa dan Evaluasi Perlindungan HAM Bagi Tenaga Kerja Berdasarkan UU No. 13 2003 tentang Ketenagakerjaan”, Artikel Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, E Portal, Kamis, 04 Februari 2010.

(4)

penempatan tenaga kerja Indonesia yang akan bekerja di luar negeri. Pekerjaan perusahaan inilah yang sering jadi masalah. Banyak perusahaan yang illegal telah melakukan penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri. Hasilnya perlindungan yang didapatkan tidak diterima oleh si tenaga kerja. Beberapa korban perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia ilegal minta pemerintah membantu memulangkan rekannya yang masih tertahan di luar negeri, karena kondisi mereka memprihatinkan.

Persoalan buruh migran sangat kompleks karena (menyangkut) peran pemerintah dalam membuat perlindungan. Seandainya mekanisme perlindungan yang dibuat negara kepada masyarakat, terutama buruh migran, lebih berorientasi pada perlindungan, mungkin persoalan buruh migran akan teratasi. Persoalan timbul sejak pemberangkatan, saat pulangpun sarat dengan persoalan. Persoalan yang paling mendasar mengapa masyarakat di wilayah pedesaan atau daerah terpencil berimigrasi, tidak lepas dari ketidakmampuan negara menjalankan fungsinya untuk mewujudkan kesejahteraan. 25

Jumlah TKI bermasalah memang terus meningkat. Pengawasan terhadap Pelaksana Penempatan TKI Swasta (PPTKIS) masih sangat lemah. Hal tersebut terjadi karena adanya dualitas lembaga yang mengurusi TKI, BNP2TKI dan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans). Sesuai dengan UU No. 39 Tahun 2004, pihak yang mengurusi permasalahan TKI adalah BNP2TKI. Berdasarkan pasal 95 UU No. 39 Tahun 2004, BNP2TKI berfungsi melaksanakan

25Dina Nuryati, “Negara Belum Melindungi Buruh Migran,” http:/ /www. perspektifbaru.com/wawancara/44, diakses tanggal 20 Agustus 2010.

(5)

kebijakan di bidang penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri. Namun saat ini, BNP2TKI menangani sebagian wilayah penempatan, seperti Selandia Baru, Hong Kong, Taiwan, dan beberapa daerah di Timur Tengah. Saat ini, UU tersebut sedang menjalani revisi oleh DPR. 26 Berbagai problem TKI di luar negeri yang kerap terjadi dan menempatkan TKI sebagai objek penderita, akibat dari pekerjaan PPTKIS yang tidak baik. Kalau diidentifikasi, problem perekrutan TKI masih seputar pemalsuan kartu tanda penduduk (KTP), pemalsuan tempat pembuatan KTP, pemalsuan hasil pemeriksaan kesehatan, dan pemalsuan paspor. Proses pelatihan, penampungan, dan pemberangkatan, sampai pemulangan pun tidak luput dari masalah. Masalah-masalah ini terjadi karena posisi calon tenaga kerja Indonesia yang sama sekali tidak mengerti dan perusahaan pelaksana penempatan tenaga kerja Indonesia tidak bekerja sebagaimana mestinya.

Hasil suatu kajian di Arab dan Hongkong pada Tahun 2005, hampir 90 persen TKI tidak pernah mengikuti pelatihan (training). Bisa juga pelatihan dilakukan, tetapi uji kompetensi dan sertifikasinya tidak layak.27 Hal ini bisa terjadi juga karena lemahnya pengawasan pemerintah terhadap perusahaan penempatan TKI. Berdasarkan hasil inspeksi mendadak (sidak) Satuan Tugas (Satgas) Pemantauan dan Pengawasan Penempatan/Perlindungan TKI Kemennakertrans, beberapa waktu lalu, beberapa PPTKIS bahkan diketahui tidak menyediakan tempat pelatihan, tempat

26 Ibid

27 Mahi M. Hikmat, “Permasalahan Tenaga Kerja Indonesia”, http://www.ahmad

heryawan.com/opini-media/ekonomi-bisnis/4743-permasalahan-tki.html, diakses tanggal 15 Maret

(6)

makan, sarana MCK, serta tempat tidur yang layak bagi calon TKI. Hingga saat ini, Ditjen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja (Binapenta) dan satgas Kemennakertrans melakukan audit manajemen seluruh PPTKIS/PPTKIS di Indonesia yang jumlahnya 500 perusahaan. Audit ini dilakukan untuk mengetahui kondisi riil tempat pelatihan calon TKI, fasilitas penampungan, termasuk dokumen perizinan.28

Pemerintah pun harus berkomitmen melindungi Tenaga Kerja Indonesia selain membuat kebijakan untuk pemberangkatan tenaga kerja Indonesia. Selain itu, pemerintah pun harus menindaklanjuti dengan tindakan nyata, misalnya, peningkatan kualitas Tenaga Kerja Indonesia, peningkatan status menuju Tenaga Kerja Indonesia formal, pembelaan hukum, mempererat kerja sama (MoU) dengan negara tujuan, meningkatkan kerja sama pusat dan daerah, dan tindakan lainnya yang mendukung makin minimnya problem Tenaga Kerja Indonesia.

Instansi yang berwenang harus memberi prioritas khusus agar bisa bekerja dengan lancar baik dari proses di dalam negeri sampai ke negara tujuan. Dalam hal ini siapa yang berhak menempatkan TKI di luar negeri pun masih menjadi tarik ulur antara BNP2TKI dan Depnakertran melalui Ditjen Binapenta. Sejak pada bulan terbentuknya Oktober 2007 Ditjen Binapenta tak jauh fungsinya dengan BNP2TKI (Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia).

28Andrian, “Langgar Aturan, 7 PPTKIS Diskrors“, http://www.suarakarya-online.com/ news.html?id=250055, diakses tanggal 29 Agustus 2010.

(7)

Jadi, pada dasarnya permasalahan terhadap Tenaga Kerja Indonesia ini merupakan masalah bersama, baik itu dari masyarakat ataupun dari pemerintah harus bersama-sama kerja sama dan sama-sama kerja dalam menanggulangi masalah ini, supaya kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi lebih baik lagi. Dan juga diharapkan pemerintah bisa lebih serius mengamati berbagai macam masalah Tenaga Kerja Indonesia ini. Biar slogan Tenaga Kerja Indonesia sebagai pahlawan devisa tidak hanya sebagai wacana saja.

Dalam upaya perlindungan Tenaga Kerja Indonesia telah dibentuk Badan Koordinasi Penempatan Tenaga Kerja Indonesia tanggal 16 April 1999 melalui Keppres No. 29 Tahun 1999. Keanggotaan Badan Kordinasi Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (BKPTKI) terdiri dari sembilan instansi terkait lintas sektoral untuk meningkatkan program Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri (PTKLN) sesuai dengan lingkup tugas masing-masing.

Sekalipun, Pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, ini bukanlah jaminan bahwa persoalan perlindungan tenaga kerja secara serta merta telah terpenuhi. Masih ada beberapa kendala yang masih melilit pelaksanaan perlindungan TKI di luar negeri.

Pengawasan terhadap penyelenggaraan penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan pada Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah

(8)

Kabupaten/Kota. Sebagai tindak lanjut dari ketentuan ini, Instansi yang melaksanakan pengawasan tersebut wajib melaporkan hasil pelaksanaan pengawasan terhadap pelaksanaan penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri yang ada di daerahnya sesuai dengan tugas, fungsi dan wewenangnya kepada Menteri. Dalam ketentuan tersebut tidak ditegaskan apakah penyelenggaraan penempatan yang dimaksud diartikan mulai dari pra penempatan, penempatan, dan purna penempatan, atau diartikan secara khusus pada penempatan dalam arti ketika TKI sudah berada di negara tujuan pengiriman. Ketidakjelasan ini berisiko jika diartikan sebagai penempatan dalam arti yang disebutkan terakhir.

Berdasarkan alasan-alasan di atas maka disusun penelitian dengan judul: ”Peranan Pemerintah Dalam Pengawasan Perusahaan Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta Di Luar Negeri.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan gambaran latar belakang tersebut di atas, maka

penulis dapat merumuskan beberapa masalah, yaitu:

1. Bagaimana pengawasan pemerintah terhadap perusahaan pelaksana penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri?

2. Bagaimana kendala dalam pengawasan terhadap tenaga kerja Indonesia dan sanksi hukum pada pelanggaran tugas perusahaan pelaksana penempatan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri?

(9)

3. Bagaimana kebijakan yang harus diterapkan dalam penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri?

(10)

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengawasan pemerintah terhadap perusahaan pelaksana penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri.

2. Untuk mengetahui kendala dalam pengawasan terhadap tenaga kerja Indonesia dan sanksi hukum pada pelanggaran tugas perusahaan pelaksana penempatan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri.

3. Untuk mengetahui kebijakan yang harus diterapkan dalam penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat antara lain :

1. Secara teoritis

a. Sebagai bahan informasi bagi akademisi maupun sebagai bahan perbandingan bagi para peneliti yang hendak melaksanakan penelitian tentang peranan pemerintah terhadap perusahaan pelaksana penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri.

b. Sebagai bahan bagi pemerintah Republik Indonesia dalam penyempurnaan peraturan Perundangan-undangan tentang pengaturan ketenagakerjaan, khususnya yang berkaitan dengan peranan pemerintah terhadap perusahaan pelaksana penempatan tenaga kerja.

(11)

c. Memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan hukum, terutama hukum ketenagakerjaan Indonesia.

2. Secara praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan permasalahan seputar perusahaan pelaksana penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian ini difokuskan untuk meneliti tentang peran pemerintah terhadap perusahaan pelaksana penempatan tanaga kerja Indonesia, terutama lembaga-lembaga yang telah menimbulkan kerugian terhadap kepentingan tenaga kerja Indonesia.

Berdasarkan penelusuran kepustakaan dari hasil-hasil penelitan yang pernah dilakukan, khususnya di Universitas Sumatera Utara, penelitian mengenai lembaga-perusahaan pelaksana penempatan tenaga kerja di Indonesia sudah dilakukan, yaitu oleh Besty Habahaean, dengan judul : Peranan Perjanjian Antara Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PPTKIS) dengan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Kota Medan, dengan perumusan masalah:

a. bagaimanakah bentuk perjanjian yang dibuat oleh Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PPTKIS) dengan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Kota Medan ?

b. Bagaimanakah hak dan kerwajiban para pihak dengan adanya perjanjian tersebut ?

c. Bagaimanakah peranan perjanjian terhadap Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PPTKIS) dengan Tenaga Kerja Indonesia (TKI)

(12)

Namun penelitian mengenai Peranan Pemerintah Dalam Pengawasan Perusahaan Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta Di Luar Negeri, belum pernah dilakukan, baik dari segi judul, permasalahan dan lokasi serta daerah penelitian yang belum pernah dilakukan oleh peneliti lain, maka berdasarkan hal tersebut, maka dengan demikian, penelitian ini adalah asli, serta dapat dipertanggungjawabkan keasliannya secara ilmiah.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka teori

Kontinuitas perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada metodologi, aktifitas penelitian dan imajinasi sosial, juga sangat ditentukan oleh teori.29 Teori menguraikan jalan pikiran menurut kerangka yang logis artinya mendudukkan masalah penelitian yang telah dirumuskan di dalam kerangka teoritis yang relevan, yang mampu menerangkan masalah tersebut.30 Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis si penulis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan (problem) yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis.31

Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 pada Pasal 27 ayat (2) menyatakan bahwa setiap warganegara Indonesia berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak. Selama ini, Pemerintah Indonesia sudah mengatur masalah

29 Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia Press,

1982), hal. 6

30 Made Wiratha, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Skripsi dan Tesis, Edisi 1,

(Yogjakarta: Andi, 2006), hal. 6

(13)

perlindungan terhadap tenaga kerjanya di luar negeri, baik yang skala nasional maupun internasional. Sementara itu, selain berhak memperoleh pekerjaan, Pasal 38 ayat (2) Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia lebih menegaskan lagi bahwa warga negara juga berhak dengan bebas memilih pekerjaan yang disukainya.

Perlindungan hukum tenaga kerja, ditinjau dari metode berpikir Liberalisme32, maka perlindungan hukum dapat diprediksi merupakan perlindungan terhadap hak rakyat yang berdaulat. Hak rakyat yang berdaulat sama halnya dengan hak-hak asasi rakyat yang harus dikedepankan karena kedaulatan milik rakyat.

Bahwa perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar pekerja/buruh dan menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya.

Dengan demikian akan tampak titik temu dengan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik, di antaranya partisipasi masyarakat, yang dapat diakomodasi dalam politik hukum. Dalam hubungannya dengan hak-hak asasi TKI, dapat dimengerti jika Mette Kjoer dan Klavs Kinnerup mengatakan bahwa secara

32 Budi Astuti, Sertifikasi Uji Kompetensi Sebagai Upaya Perlindungan Hukum Bagi Tenaga

Kerja Indonesia/Tenaga Kerja Wanita Pelaksana Rumah Tangga .(Tesis,Semarang: Universitas Diponegoro). Hal. 7.

(14)

konseptual akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan akan sejalan dengan hak asasi manusia.33

Problem yang dialami oleh TKI di luar negeri pada dasarnya terletak pada persoalan perlindungan oleh negara ini terhadap warganya di luar negeri. Perlindungan TKI yang meliputi perlindungan sejak pra penempatan, selama penempatan dan purna penempatan, belum terlaksana secara optimal. Masa Pra Penempatan meliputi fungsi sosialisasi pengrekrutan calon TKI tidak optimal dilaksanakan, sehingga berakibat rendahnya kesiapan TKI. Umumnya calon TKI yang berpendidikan rendah, kurang mampu menerima materi pelatihan dan pembekalan akhir pemberangkatan (PAP), akibatnya tidak paham atas hak dan kewajiban selama menjadi TKI.

Aspek perlindungan terhadap penempatan tenaga kerja di luar negeri sangat terkait pada sistem pengelolaan dan pengaturan yang dilakukan berbagai pihak yang terlibat pada pengiriman tenaga kerja Indonesia keluar negeri. Untuk langkah penempatan tenaga kerja di luar negeri, Indonesia telah menetapkan mekanisme melalui tiga fase tanggung jawab penempatan yakni fase pra penempatan, selama penempatan dan purna penempatan.

Aspek hukum ketenagakerjaan34 harus selaras dengan perkembangan ketenagakerjaan saat ini yang sudah sedemikian pesat, sehingga substansi kajian

33

Alfreddson, dikutip oleh Amrullah A. Politik Hukum Pidana Dalam Perlindungan Korban

Kejahatan Ekonomi Di Bidang Perbankan. (Malang: 2000), hal. 3.

34 Aris Ananta, Liberalisasi ekspor dan impor Tenaga Kerja suatu pemikiran awal,

(15)

hukum ketenagakerjaan tidak hanya meliputi hubungan kerja kerja semata, akan tetapi telah bergeser menjadi hubungan hukum antara pekerja, pengusaha, dan pemerintah yang substansi kajian tidak hanya mengatur hubungan hukum dalam hubungan kerja (during employment), tetapi setelah hubungan kerja (post

employment). Konsepsi ketenagakerjaan inilah yang dijadikan acuan untuk mengkaji

perangkat hukum yang ada sekarang, apakah sudah meliputi bidang- bidang tersebut atau belum.

Penempatan dan perlindungan calon TKI/TKI berasaskan keterpaduan, persamaan hak, demokrasi, keadilan sosial, kesetaraan dan keadilan gender, anti diskriminasi serta anti perdagangan manusia.35 Penempatan dan perlindungan calon TKI/TKI bertujuan untuk 1) memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi; 2) menjamin dan melindungi calon TKI/TKI sejak di dalam negeri, di negara tujuan, sampai kembali ke tempat asal di Indonesia; dan 3) meningkatkan kesejahteraan TKI dan keluarganya.Guna melindungi calon TKI/TKI, orang perseorangan dilarang menempatkan warga negara Indonesia untuk bekerja di luar negeri. Dianggap sebagai perbuatan menempatkan, setiap perbuatan dengan sengaja memfasilitasi dan mengangkut atau memberangkatkan warga negara Indonesia untuk bekerja pada pengguna di luar negeri baik dengan memungut biaya maupun tidak, dari yang bersangkutan.

35 Mohd. Syaufii Syamsuddin, Norma Perlindungan Dalam Hubungan Industrial, (Jakarta:

(16)

2. Konsepsi

Konsepsi yang akan diajukan sesuai dengan judul penelitian adalah:

Peranan berasal dari kata peran. Peran memiliki makna yaitu seperangkat tingkat diharapkan yang dimiliki oleh yang berkedudukan di masyarakat. Sedangkan peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilksanakan.36

Pemerintah yang dimaksud dalam penelitian ini sesuai dengan isi Pasal 1 angka 16 Undang-undang Nomor 39 Tahun 2004 adalah Pemerintah adalah perangkat Negara Kesatuan Republik Indoensia yang terdiri dari Presiden, beserta para Menteri.

Pengawasan adalah merupakan aktivitas membandingkan apa yang sedang dan sudah dilakukan dengan apa yang sudah direncanakan atau aturan-aturan yang ada. Pengawasan pemerintahan adalah pengawasan yang dilakukan terhadap pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik. Pada dasarnya pengawasan adalah salah satu fungsi dasar manajemen yaitu kontrol. Sebagai fungsi ketiga dari manajemen, bukan berarti bahwa pengawasan baru dilakukan setelah fungsi perencanaan dan pelaksanaan tetapi pengawasan harus dilakukan sejak tahap perencanaan sampai dengan pelaksanaan.37

Pasal 1 angka 4 Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor: Kep. 101/Men/VI/2004 tentang Tata Cara Perizinan Perusahaan Penyalur Pekerja/Buruh menyebutkan “Perusahaan penyalur adalah

36

W. J. S. Perwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), hl. 891.

37 “Hukum Tata Pemerintahan”, http://pustaka.ut.ac.id/puslata/ online.php? menu=

(17)

perusahaan berbadan hukum yang dalam kegiatan usahanya menyediakan jasa pekerja/buruh untuk dipekerjakan di perusahaan pemberi pekerjaan”

Dalam Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1 angka 2 disebutkan bahwa tenaga kerja ialah: “Setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Buruh/pekerja disebutkan dalam Pasal 1 angka 3 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 yaitu: ”Setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain”.

Dari pengertian di atas makna tenaga kerja adalah sangat luas mencakup “semua penduduk dalam usia kerja baik yang sudah bekerja maupun yang mencari pekerjaan.”38

Jadi pekerja adalah bagian dari tenaga kerja, dalam hal ini bagi mereka yang sudah mendapat pekerjaan.

Pelaksana penempatan TKI swasta (PPTKIS) menurut Pasal 1 angka 5 Undang-undang Nomor 39 Tahun 2004 adalah badan hukum yang telah memperoleh izin tertulis dari Pemerintah untuk menyelenggarakan pelayanan penempatan TKI di luar negeri.39

Perlindungan hukum adalah perlindungan menurut hukum dan undang-undang yang berlaku.40

G. Metode Penelitian 1. Sifat Penelitian

38

Ibid, hal. 85.

39 Lihat, Pasal 1 angka 5 Undang-undang Nomor 39 2004.

40 “Apa Arti Perlindungan Hukum?”, http://www.microsoft.com/isapi/ redir.dan

(18)

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis. Deskriptif karena dalam penelitian ini akan dipaparkan terutama untuk mengkaji dan memaparkan fungsi pengawasan dalam pengiriman tenaga kerja Indonesia ke luar negeri. Bersifat analistis, karena terhadap data yang diperoleh itu dilakukan analistis data secara kualitatif.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ialah pendekatan yuridis sosiologis, yaitu pendekatan yang mengidentifikasi pola hubungan antara penegak hukum dan pemegang kekuasaan di satu pihak serta masyarakat umum di lain pihak, terhadap peranan pemerintah dalam mengawai kinerja perusahaan pelaksana penempatan tenaga kerja Indonesia swasta. Secara sosiologis akan dilihat apakah perusahaan pelaksana penempatan tenaga kerja Indonesia swata melaksanakan kewenangannya dengan baik sehubungan penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri.

2. Sumber Data

Sebagai penelitian hukum normatif, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui penelitian kepustakaan (library research) untuk mendapatkan konsepsi teori atau doktrin, pendapat atau pemikiran konseptual dan penelitian terdahulu yang berhubungan dengan objek telahaan penelitian ini yang dapat berupa peraturan perundang-undangan, buku, tulisan ilmiah dan karya-karya ilmiah lainnya. Penelitian kepustakaan (library research) dalam penelitian ini

(19)

ditekankan pada pengambilan data sekunder yang dilakukan dengan menghimpun bahan-bahan berupa :

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum berupa peraturan perundang-undangan, berupa Undang-Undang No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri, Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan peraturan perundang-undangan lainnya yang berhubungan dengan obyek penelitian.

b. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, berupa hasil penelitian para ahli, hasil karya ilmiah, buku-buku ilmiah.

c. Bahan hukum tertier, kamus hukum, kamus ekonomi, kamus bahasa Inggris, Indonesia, Belanda, dan artikel-artikel lainnya baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri, baik yang berdasarkan civil law maupun common law yang bertujuan untuk mendukung bahan hukum primer dan sekunder.

3. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpul data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah: a. Studi Dokumen

Seluruh data sekunder yang dipergunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan mempergunakan studi dokumen sebagai alat pengumpul data. Penelitian pustaka dimaksud merupakan penelitian bahan hukum primer yaitu peraturan

(20)

perundang-undangan yang berkaitan dengan hukum ketenagakerjaan, khususnya tentang tenaga kerja Indonesia di luar negeri.

b. Pedoman wawancara

Wawancara dilakukan peneliti terhadap pelaksana Penempatan TKI swasta Medan dan Dinas sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan.

4. Analisis Data

Semua data yang telah diperoleh dari bahan pustaka serta data yang diperoleh dilapangan dianalisa secara kualitatif. Metode analisa yang dipakai adalah metode deduktif. Melalui metode deduktif, data sekunder yang telah diuraikan dalam tinjauan pustaka secara komparatif akan dijadikan pedoman dan dilihat pelaksanaanya dalam melihat Peran Pemerintah terhadap perusahaan pelaksana penempatan tenaga kerja Indonesia swasta di luar negeri. Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisa dengan cara “kualitatif, selanjutnya dilakukan proses pengolahan data. Setelah selesai pengolahan data baru ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode deduktif.41

41 Sutandyo Wigjosoebroto, Apakah Sesungguhnya Penelitian Itu, Kertas Kerja, Universitas

Erlangga, Surabaya, Halaman 2. Prosedur Deduktif yaitu Bertolak dari Suatu Proposisi Umum yang kebenarannya telah diketahui dan diyakini dan berakhir pada satu kesimpuan yang bersifat lebih khusus. Pada prosedur ini kebenaran pangkal merupakan kebenaran ideal yang bersifat aksiomatik (Self Efident) yang esensi kebenarannya sudah tidak perlu dipermasalahkan lagi.

Referensi

Dokumen terkait

Usaha yang perlu dilakukan oleh pihak pimpinan manajemen untuk meningkatkan kinerja karyawan adalah dengan adanya pengawasan kerja dan memberikan motivasi kerja pada

Solusi yang ditawarkan adalah meningkatkan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan cara membentuk kelompok konselor remaja di STIKes Kharisma Karawang

Kulit pisang kepok (Musa acuminata) memiliki fungsi sebagai antioksidan yang dapat menjadi agen preventif terhadap ulkus gaster.. Kandungan antioksidan pada kulit

Rekomendasi didapat dari hasil mensintesiskan keseluruhan komponen penelitian (teori dan data lapangan) untuk mendapatkan suatu sistem dokumentasi yang baru, yang mencakup

Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk memperoleh BAL yang memiliki efek sinergi tertinggi dengan MAG minyak kelapa; (2) untuk memperoleh rasio optimal dari campuran

Dari analisis uji t diketahui bahwa ada dua variabel yang secara statistik berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan yaitu upah minimum berpengaruh negatif

Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung dan atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan

1.0 Penghitungan PPN Departemen Akuntansi Sales Invoice, Delivery Note, Faktur Pajak, Bukti bayar Direktur SPT blm dittd 4.0 Pelaporan PPN KPP SPT sdh dittd SPT sdh dittd